Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

BPS3202
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOPROSES

Modul Praktikum:
Difusi Fasa Gas (DFG)
Dosen: Yulisa Lestari., S.Si, M.T;
Astiti Aditia, ST., MT

Asisten: Theodora Lumbangaol

Kelompok: LABTEK/1819/004
Lidia H Marpaung (31S16002)
Frans N Simangunsong (31S16021)
Hanna G Manik (31S16028)

Tanggal Praktikum:
18-19 Februari 2019

PROGRAM STUDI TEKNIK BIOPROSES


FAKULTAS BIOTEKNOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DEL
Februari 2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
JUDUL PRAKTIKUM

BPS3202 Laboratorium Teknik Bioproses


Tahun Ajaran 2018/2019

Catatan Pengampu Modul

Telah diperiksa oleh


Dosen Pengampu Modul
Dosen 1 Dosen 2

Yulisa Lestari., S.Si, M.T Astiti Aditia, ST., MT


Tanggal:________________

ii
LEMBAR PENUGASAN

iii
ABSTRAK

Proses difusi massa merupakan berpindahnya suatu kuantitas massa akibat adanya
perbedaan konsentrasi atau fraksi dari suatu senyawa pada bidang yang berbeda. Proses
difusi dapat berlangsung dalam fasa gas maupun fasa cair. Proses difusi gas akan berlangsung
hingga molekul gas yang saling bercampur memiliki komposisi yang sama (setimbang).
Percobaan ini bertujuan mengamati variabel yang mempengaruhi difusivitas dan menentukan
koefisien difusivitas, fluks massa molar dan konsentrasi dari proses difusi gas senyawa aseton
dan udara. Senyawa aseton yang volatil diisi ke dalam pipa kapiler pada ketinggian tertentu
kemudian dipasang dalam waterbath, lalu udara dalam fasa gas dialirkan menggunakan
pompa pada permukaan atas tabung. Ketinggian cairan dicatat pada interval waktu 10 menit
sampai mencapai minimal 5 titik ketinggian cairan pada temperatur 30, 35, 40, 45 dan 50℃.
Koefisien difusivitas (DAB) ditentukan dari persamaan linear yang memplot selisih ketinggian
cairan terhadap waktu difusi cairan. Profil konsentrasi senyawa aseton dapat ditentukan
dengan menghitung konsentrasi aseton pada arah sumbu Z dan fluks molar dapat dihitung dari
jumlah mol aseton yang menguap dalam suatu selang waktu tertentu. Pada percobaan saat
T=50℃ dimana temperatur tersebut mendekati titik didih dari aseton diperoleh nilai 𝐷AB =
13.64 mm2/ 10 menit, NAZ = 0; 3x10-4 ; 1.35 x10-4;8 x105; 5.3 x10-5 dan 3.6 x10-5 (mol/cm2s)
dengan interval waktu 0; 10; 20; 30; 40;50 menit . Profil konsentrasi senyawa aseton-udara
terlihat memiliki titik kesetimbangan yang terlihat dengan baik pada ketinggian cairan 105
mm pada suhu 50℃.

Kata kunci : difusi fasa gas, koefisien difusivitas, fluks molar

iv
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Tujuan Umum Percobaan


Praktikan dapat memahami dan menganalisis proser transfer massa pada difusi fasa gas

I.2 Tujuan Khusus Percobaan


1. Menentukan koefisien difusivitas dari aseton-udara menurut Hukum Fick pada suhu 30, 35,
40, 45, dan 50℃. dengan interval waktu 10 menit pada setiap suhu.
2. Menentukan fluks molar aseton pada temperatur 30, 35, 40, 45, dan 50℃.
3. Menentukan hubungan temperatur terhadap proses difusivitas pada variasi suhu 30, 35, 40,
45 dan 50℃.
4. Mendesain profil konsentrasi senyawa aseton dan udara yang berdifusi.

1
BAB II
TEORI DASAR

II.1 Difusivitas menurut Hukum Fick


Perpindahan massa melalui difusi molekular pada campuran biner disebabkan oleh
adanya perbedaan gradien konsentrasi. Senyawa berdifusi menuju konsentrasi yang lebih
rendah. Laju perpindahan massa dinyatakan sebagai flux. Perpindahan massa akan berhenti
ketika kesetimbangan konsentrasi tercapai.
Hukum pertama Fick menyatakan hubungan antara laju perpindahan massa dengan
gradien pada campuran A dan B yang dinyatakan dengan:
𝑑𝑐𝐴
𝐽𝐴𝑍 = −𝐷𝐴𝐵
𝑑𝑧

Dimana JAZ merupakan fluks molar A melalui difusi relatif molekular biasa terhadap kecepatan
molar rata-rata campuran pada arah Z, DAB merupakan koefisien difusi mutual atau difusivitas
A dalam B, cA merupakan konsentrasi molar A dan dcA/dz merupakan gradien konsentrasi A
yang bernilai negatif pada arah difusi. Alternatif driving forces dan konsentrasi digunakan pada
persamaan:
𝑑𝑥𝐴
𝐽𝐴 = −𝑐𝐷𝐴𝐵
𝑑𝑧

Jika kecepatan fluks molar dinyatakan dengan N dan fluks molar dinyatakan dengan J, maka
untuk menentukan nilai kecepatan fluks molar dapat menggunakan persamaan berikut:
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴 = 𝑥𝐴 (𝑁𝐴 + 𝑁𝐵 ) − 𝑐𝐷𝐴𝐵
𝑑𝑧
(R.B.Bird.,et al, 2007)
II.2 Pengaruh Temperatur terhadap Difusivitas

Densitas campuran gas dipengaruhi oleh suhu dan komposisi komponen penyusun-nya.
Secara thermodinamika, densitas campuran gas dapat diestimasi dari persamaan gas real
(Smith, dkk., 2001) seperti yang terlihat pada persamaan berikut :
𝑀𝑃
𝜌 = 𝑧𝑅𝑇

Dari Persamaan diatas terlihat bahwa densitas gas berbanding terbalik dengan suhu (T) dan
berbanding lurus terhadap berat molekul gas (M). Untuk campuran gas dengan komposisi tidak
berubah, kenaikan suhu menyebabkan densitas campuran gas semakin kecil. Namun pada suhu

2
tetap, kenaikan jumlah fraksi mol komponen yang memiliki berat molekul yang besar
menyebabkan berat molekul campuran gas menjadi lebih besar yang mengakibatkan densitas
gas semakin besar.
Berdasarkan teori kinetika gas, tumbukan antara partikel gas dipengaruhi oleh suhu.
Semakin tinggi suhu gas, semakin cepat tumbukan antar partikel dan semakin besar transfer
momentum yang menyebabkan semakin cepat massa gas menyebar dan memenuhi ruang
sehingga nilai difusivitas gas akan meningkat (R.B.Bird.,et al, 2007).

II.3 Pengaruh Konsentrasi terhadap Difusivitas

Difusi terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi senyawa di antara dua titik yang
berbeda. Sehingga titik dimana konsentrasi senyawa tersebut lebih tinggi akan berpindah ke
titik dimana konsentrasi senyawa tersebut rendah hingga akhirnya mencapai titik
kesetimbangan. Gradien konsentrasi mempengaruhi laju perpindahan tersebut, jika gradient di
antara kedua titik sangat besar, maka akan semakin cepat juga senyawa tersebut untuk
berpindah hingga mencapai titik kesetimbangan. (Geankoplis, 2003).

3
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan


III.1.1 Alat
Tabel 3.1 Alat yang digunakan untuk eksperimen
No Nama Alat Ukuran (mL) Jumlah
1 Piknometer 25 1
2 Edibon™, kode QDTG - -
3 Gelas kimia 50 1
4 Gelas kimia 100 1
5 Gelas ukur 25 1
6 Gelas ukur 250 1
7 Corong - 1
8 Thermometer - 1
9 Stopwatch - 1

III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Aseton 95% sebanyak 30 ml

III.2 Tahapan-Tahapan Percobaan


Dalam percobaan difusi fasa gas antara Aseton-udara, Aseton merupakan senyawa yang akan
dicari nilai difusivitasnya dalam beberapa variasi temperatur, yakni pada temperatur 30, 35,
40, 45, dan 50 0C dengan konsentrasi awal 95%. Untuk mencari nilai difusivitas aseton
dilakukan beberapa prosedur kerja sesuai dengan variasi temperatur. Berikut prosedur kerja
yang akan dilakukan :

Mulai

Mikroskop molukuler dipasang pada tempatnya

Waterbath diisi hingga melewati level switch


Air
AN-1

4
Tombol power dan resistor switch dinyalakan

Diatur temperatur sesuai dengan temperatur percobaan

Senyawa
Volatil Pipa Kapiler diisi secukupnya

Pipa Kapiler dipasang pada perangkat QDTG

Blower switch diaktifkan

−𝐷𝐴𝐵 , 𝑁𝐴
Ketinggian awal cairan diamati pada skala −𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙
nonius 𝑘𝑜𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

Selang Blower dihubungkan ke pipa kapiler

−𝐷𝐴𝐵 , 𝑁𝐴
Ketinggian cairan diamati setiap 10 menit −𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙
𝑘𝑜𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

Semua tombol dimatikan dan aliran listrik diputuskan


dari stop kontak

Selang Blower dilepas dari pipa kapiler

5
Pipa kapiler dilepas dari perangkat

Pipa kapiler dibersihkan dan dikeringkan

Waterbath dikosongkan dan dikeringkan

Selesai

Gambar.3.2 Diagram alir Percobaan Difusi Fasa Gas

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Menentukan Difusivitas menurut Hukum Fick


Koefisien difusivitas aseton-udara dapat ditentukan dari persamaan garis linearisasi
hubungan selisih ketinggian cairan Z−Z0 (mm) terhadap 𝑡/(𝑍−Z0) (menit/mm) yang dapat
dilihat pada Grafik 4.1, di mana persamaan ini diperoleh dari turunan Hukum Fick yang ada
pada Lampiran C.1

Kurva Difusivitas T=50 0C


4
t/(Z-Z0) (menit/mm)

3.5
3 y = 0.0486x + 0.0117
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Z-Z0 (mm)

Grafik 2. 1 Hubungan selisih ketinggian cairan (Z-Z0) terhadap t / (Z- Z0) pada suhu 500C

Pada pembahasan berikut diambil data saat temperatur 50 0C, hal ini dilakukan karena
pada temperatur tersebut yang paling mendekati dengan titik didih dari senyawa Aseton.
Sehingga didapatkan persamaan garis 𝑦 = 0.0486𝑥 + 0.0117 yang dapat dikaitkan dengan
𝑡 1 𝑧0 𝑡
persamaan menurut hukum Fick, yaitu = 2𝛼𝐷 (𝑧 − 𝑧0 ) + dimana nilai y =.(𝑧−𝑧
(𝑧−𝑧0 ) 𝐴𝐵 𝛼𝐷𝐴𝐵 0)

dan x = (𝑧 − 𝑧0 ) sehingga nilai DAB dapat ditentukan berdasarkan persamaan regresi tersebut.
Perhitungan nilai DAB dapat dilihat pada lampiran B.1. Koefisien difusivitas pada percobaan
ini menunjukkan kemampuan laju difusi senyawa aseton pada interval waktu 10 menit sebesar
13.66 mm2/10 menit atau 1.366 mm2/menit.
Hasil yang diperoleh berdasarkan praktikum ini yaitu berkurangnya ketinggian cairan
sebanding dengan jumlah senyawa yang berdifusi ke udara. Hal tersebut sesuai dengan teori
dari hukum Fick yang mengatakan laju difusivitas senyawa sebanding dengan perubahan arah
atau ketinggian. (R.B.Bird.,et al, 2007)

7
IV.2 Profil Densitas Fluks Molar terhadap Waktu
Akibat berdifusi maka cairan dalam tabung akan berkurang di mana laju pengurangan
cairan dalam tabung berbanding terbalik dengan fluks molar 𝑁𝐴𝑍 (𝑚𝑜𝑙/𝑐𝑚2𝑠) dalam selang
interval waktu tertentu. Nilai fluks molar aseton (𝑁𝐴𝑍) dan perhitungannya dapat dilihat pada
Lampiran B.2.

Densitas Fluks Molar terhadap waktu


5
4
NAZ(mol/cm2s) x10-4

4
3
3
2
2
1
1
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)

T=30 T=35 T=40 T=45 T=50

Grafik 4. 2 Hubungan densitas fluks molar terhadap waktu dengan variabel temperatur dalam
satuan 0C

Dari grafik 4.2. diperoleh bahwa nilai fluks molar aseton semakin lama akan semakin
menurun karena semakin kecil jumlah mol aseton yang mengalami difusi. Percobaan ini sesuai
dengan teori hokum Fick dimana nilai NAZ berbanding terbalik dengan perubahan ketingian
cairan
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴 = 𝑥𝐴 (𝑁𝐴 + 𝑁𝐵 ) − 𝑐𝐷𝐴𝐵
𝑑𝑧
Sehingga semakin besar perubahan ketinggian setiap waktunya, maka semakin menurun nilai
densitas fluks molar yang diperoleh. (R.B.Bird.,et al, 2007).

IV.3 Pengaruh Temperatur terhadap Difusivitas


Percobaan difusi fasa gas yang telah dilakukan menggunakan variasi temperatur, yaitu
30, 35, 40, 45, dan 50 0C dengan interval waktu 10 menit. Variasi kelima temperatur tersebut
memperoleh nilai koefisien difusivitas berbeda. Nilai koefisien difusivitas diperoleh
menggunakan persaman Fick yang terdapat pada lampiran.C.

8
Difusivitas terhadap Temperatur
16
14
12
DAB(mm2/menit) 10
8
6
4
2
0
20 25 30 35 40 45 50 55
Temperatur(0C)

Grafik 4.3 Hubungan Difusivitas Terhadap Temperatur


Dari grafik dapat terlihat bahwa semakin tinggi temperatur semakin tinggi juga nilai
koefisien difusivitas senyawa aseton. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang kami miliki,
Semakin tinggi suhu gas, semakin cepat tumbukan antar partikel dan semakin besar transfer
momentum yang menyebabkan semakin cepat massa gas menyebar dan memenuhi ruang
sehingga nilai difusivitas gas akan meningkat (R.B.Bird.,et al, 2007).

IV.4 Profil Konsentrasi Senyawa yang Berdifusi


Proses difusi terjadi akibat adanya perbedaan gradien konsentrasi sehingga terjadi
perpindahan konsentrasi hingga mencapai titik kesetimbangan. Titik kesetimbangan ini
menunjukan konsentrasi senyawa tersebut sama dikedua titik yang berbeda. Praktikum ini
menggunakan variabel temperature, sehingga profil perubahan konsentrasi senyawa
didasarkan pada masing-masing temperatur. Untuk mengukuran konsentrasi senyawa tersebut
alat ukur yang digunakan adalah flowmeter, dikarenakan alat ini tidak tersedia, sehingga
diasumsikan perubahan konsentrasi senyawa aseton 16% setiap interval pengamatannya.
Asumsi tersebut didasarkan dari perhitungan dimana konsentrasi awal 95% dan diharapkan
selama pengamatan konsentrasi aseton berkurang hingga konsentrasi mendekati nol
(dihasilkan 6 titik dengan interval 10 menit). Asumsi 16% ini didapat dari hasil perhitungan
sebagai berikut : (95% : 6) = 16% .

9
PROFIL KONSENTRASI PADA T=300C
151
150
149

Z(mm)
148
147
146
145
144
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Konsentrasi

KONSENTRASI Aseton KONSENTRASI Udara

Grafik 4.4.1 Profil konsentrasi senyawa aseton pada temperatur 300C

PROFIL KONSENTRASI PADA T=350C


145
144
143
142
Z(mm)

141
140
139
138
137
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Konsentrasi

KONSENTRASI Aseton KONSENTRASI Udara

Grafik 4.4.2 Profil konsentrasi senyawa aseton pada temperatur 350C

10
PROFIL KONSENTRAI PADA T=400C
220

210

200
Z(mm)
190

180

170
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Konsentrasi

KONSENTRASI Aseton KONSENTRASI Udara

Grafik 4.4.3 Profil konsentrasi senyawa aseton pada temperatur 400C

PROFIL KONSENTRASI PADA T= 450C


170
160
150
140
Z(mm)

130
120
110
100
90
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Konsentrasi

KONSENTRASI Aseton KONSENTRASI Udara

Grafik 4.4.4 Profil konsentrasi senyawa aseton pada temperatur 450C

11
PROFIL KONSENTRASI PADA T=500C
180

160

140
Z(mm)
120

100

80
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Konsentrasi

KONSENTRASI Aseton KONSENTRASI Udara

Grafik 4.4.5 Profil konsentrasi senyawa aseton pada temperatur 500C

Dari kelima grafik diatas diperoleh bahwa konsentrasi aseton mengalami penurunan
ketinggian hal tersebut berbanding lurus dengan penurunan konsentrasi aseton pada pipa
kapiler. Namun penurunan konsentrasi aseton pada pipa kapiler, juga ditandai dengan
peningkatan konsentrasi aseton di udara. Sehingga pada grafik tampak konsentrasi udara
mengalami peningkatan, sementara konsentrasi aseton mengalamai penurunan.
Pada grafik profil konsentrasi terhadap temperatur, terdapat titik dimana kedua
konsentrasi tersebut mencapai kesetimbangan dimana komposisi konsentrasi senyawa di kedua
titik setimbang. Pada praktikum ini, titik kesetimbangan tersebut terlihat paling jelas saat
temperatur 500C. Titik tersebut dapat dilihat ketika masing-masing konsentrasi saling bertemu
yang menandakan konsentrasi kedua senyawa bernilai sama.
Pada praktikum ini, profil konsentrasi yang paling baik diperoleh saat temperatur 500C.
Hal ini disebabkan temperatur tersebut merupakan temperatur yang paling tertinggi dan
mendekati titik didih dari senyawa aseton. Sehingga tingkat pemisahannya pun berjalan lebih
baik dibandingkan dengan variabel temperatur lainnya. Hal tersebut sesuai dengan teori yang
ada. Semakin tinggi suhu gas, semakin cepat tumbukan antar partikel dan semakin besar
transfer momentum yang menyebabkan semakin cepat massa gas menyebar (R.B.Bird.,et al,
2007)

12
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

III.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan difusi fasa gas senyawa aseton dan udara dapat disimpulkan:
1. Koefisien difusivitas (DAB) senyawa aseton pada temperatur 500C adalah 13,64
mm2/10 menit
2. Densitas fluks molar (𝑁AZ) aseton pada temperatur 50℃ berturut-turut 𝑁𝐴𝑍 = 0; 3x10-
4
; 1.35x10-4 ; 8x10-5; 5.31x10-5, 3.6x10-5 (𝑚𝑜𝑙/𝑐𝑚2𝑠) dengan interval waktu 0; 10; 20;
30; 40, 50 menit, di mana nilai fluks molar senyawa aseton semakin lama semakin
menurun karena semakin meningkatnya fasa uap aseton.
3. Nilai koefisien difusivitas pada suhu 30, 35, 40, 45 dan 50℃ berturut-turut adalah
0.6263; 0.9211; 3.7947; 8.4597; dan 13.6646 mm2/10 menit di mana laju kecepatan
difusi senyawa aseton meningkat seiring meningkatnya temperatur.
4. Profil konsentrasi menyimpulkan konsentrasi senyawa aseton (𝑥𝐴) akan menurun
sedangkan konsentrasi udara (𝑥𝐵) semakin meningkat.

III.2 Saran
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka disarankan untuk menambah variabel
yaitu dengan menggunakan senyawa volatile berbeda contohnya etanol atau kloroform.
Praktikan juga diharapkan lebih hati-hati dalam melihat selisih ketinggian cairan dan
disarankan agar melakukan percobaan secara duplo agar data yang diperoleh valid.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bird, R. B., Stewart, W. E., Lightfoot, E. N. (2007) Transport Phenomena, 2nd, John Wiley &
Sons, New York.
Christi John Geankolis, “Transport Peocesses and Separation Process Priciples (Includes Unit
Operations)”, Prentice Hall, 4th Edition, 2003

Hastuti Yulinda, Irsyad, dan Driejana. 2011. Pengaruh Temperatur Terhadap Difusivitas
Sampler Pasif Tipe Tube Untuk Pengukuran No2 Effect of Temperatur On The
Diffusivity Of Passive Sampler Tube Type For No2 Measurement. Teknik Lingkungan
: Bandung

Perry, R. H. (2008) Perry’s Chemical Engineer’s Handbook, 8ed., McGraw-Hill Companies,


New York.
Smith, J. M., Van Ness, H. C., Abbott, M. M. (2001) Introduction to Chemical Engineering
Thermodynamics, 6th ed., McGraw-Hill Companies, New York.
Utami Herti dan Azhar. 2007. Transfer Massa dan Panas Banda lampu : Tekkim, publishing

14
LAMPIRAN A
DATA LITERATUR

A.1 Sifat Kimia dan Fisika senyawa


1. Aseton
Rumus Molekul : CH3COCH3
Titik Didih : 56.53 0C
Berat Molekul : 58.08 gram/mol
Densitas : 0.79 g/mL

2. Air
Rumus Molekul : H2O
Titik Didih ; 100 0C
Berat Molekul : 18.0153 gram/mol

(Sumber: Bird, 2007)

A.2 Gas Law Constant (R) dan Tekanan


R : 82.0578 cm3/mol K
1atm : 760 mmHg
(Sumber: Bird, 2007)

15
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN

B.1 PENENTUAN DIFUSIVITAS MENURUT HUKUM FICK


Hukum Fick :
𝐽𝐴 = −𝐷𝐴𝐵 ∇𝐶𝐴 … (1)

Dapat juga dituliskan :


𝐽𝐴 = −𝐷𝐴𝐵 ∇𝑋𝐴 … (2)

Keterangan :
𝐽𝐴 ∶ fluks komponen A pada sumbu Z
𝐷𝐴𝐵 : difusi molecular A melalui B (cm2/s)
∇𝐶𝐴 : gradient konsentrasi A (kg.mol/m3)

𝑋𝐴 ∶ fraksi mol A
Hukum Fick dapat juga dituliskan dalam bentuk sebagai berikut :
𝑁𝐴𝑍 = 𝑋𝐴 (𝑁𝐴𝑍 + 𝑁𝐵𝑍 ) − 𝑐𝐷𝐴𝐵 ∇𝑋𝐴 … (3)

Dengan NAZ : fluks massa dan tidak ada senyawa B yang mengalir, sehingga NBZ : 0 , akan
diperoleh :
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 = 𝑥𝐴 𝑁𝐴𝑍 − 𝑐𝐷𝐴𝐵
𝑑𝑧
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 − 𝑥𝐴 𝑁𝐴𝑍 = −𝑐𝐷𝐴𝐵
𝑑𝑧
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 (1 − 𝑥𝐴 ) = −𝑐𝐷𝐴𝐵
𝑑𝑧
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 𝑑𝑧 = −𝑐𝐷𝐴𝐵 … (4)
(1 − 𝑥𝐴 )
Sesuai dengan hukum kekekalan massa :
LAJU MASSA AIN – LAJU MASSA AOUT + LAJU PRODUKSI A = 0
A dan B tidak bereaksi sehingga tidak ada produk baru yang dihasilkan
AKUMULASI = 0
Neraca kesetimbangan massa keadaan steady state yang berubah terhadap sumbu z :
𝑆. 𝑁𝐴𝑍 |𝑧 − 𝑆. 𝑁𝐴𝑍 |𝑧 + ∆𝑧
lim =0
∇𝑍 →0 ∆𝑧
𝑑𝑁𝐴𝑍
− =0
𝑑𝑧

16
Persamaan diatas menunjukkan bahwa nilai dari NAZ senyawa A akan sama sepanjang sumbu
z.

𝑁𝐴𝑍 = 𝐶1
∇𝑥𝐴
−𝑐 𝐷𝐴𝐵 = 𝐶1
(1 − 𝑥𝐴 )
𝑐 𝐷𝐴𝐵 ln(1 − 𝑥𝐴 ) = 𝐶1 𝑧 + 𝐶2 … (5)
Dengan batas kondisi:
Saat :

𝑧 = 0 ⟶ 𝑥𝐴 = 𝑥𝐴,0 maka 𝑐 𝐷𝐴𝐵 ln(1 − 𝑥𝐴,0 ) = 𝐶2

𝑧 = 𝐿 ⟶ 𝑥𝐴 = 𝑥𝐴,𝐿 maka 𝑐 𝐷𝐴𝐵 ln(1 − 𝑥𝐴,𝐿 ) = 𝐶1 𝐿 + 𝐶2

Dengan mensubstitusi batas kondisi tersebut, maka diperoleh nilai 𝐶1 dan 𝐶2 :


𝐶 𝐷𝐴𝐵 1−𝑥
𝐶1 = 𝑙𝑛 (1−𝑥𝐴,𝐿) dan 𝐶2 = 𝑐 𝐷𝐴𝐵 ln(1 − 𝑥𝐴,0 )
𝐿 𝐴,0

Nilai konstanta tersebut, kemudian disubstitusi pada persamaan (5) :


𝐶 𝐷𝐴𝐵 1 − 𝑥𝐴,𝐿
𝑐 𝐷𝐴𝐵 ln(1 − 𝑥𝐴 ) = 𝑙𝑛 ( ) 𝑧 + 𝑐 𝐷𝐴𝐵 ln(1 − 𝑥𝐴,0 )
𝐿 1 − 𝑥𝐴,0

1 − 𝑥𝐴 𝑍 1 − 𝑥𝐴,𝐿
𝑙𝑛 ( ) = 𝑙𝑛 ( )
1 − 𝑥𝐴,0 𝐿 1 − 𝑥𝐴,0
Maka :
1 − 𝑥𝐴
𝑍 𝑙𝑛 (1 − 𝑥𝐴,0 )
=
𝐿 1−𝑥
𝑙𝑛 (1 − 𝑥𝐴,𝐿 )
𝐴,0

Sehingga :
𝑍
1 − 𝑥𝐴,𝐿 𝐿
𝑥𝐴 = 1 − (1 − 𝑥𝐴,0 ) ( ) … (6)
1 − 𝑥𝐴,0
Tinjau kembali persaman (4) :
𝑑𝑥𝐴
𝑁𝐴𝑍 𝑑𝑧 = −𝑐𝐷𝐴𝐵
(1 − 𝑥𝐴 )
𝐿
𝑋𝐴,𝐿
𝑑𝑥𝐴
∫ 𝑁𝐴𝑍 𝑑𝑧 = −𝑐 𝐷𝐴𝐵 ∫
𝑋𝐴,0 (1 − 𝑥𝐴 )
0

17
1 − 𝑥𝐴,𝐿
𝑁𝐴𝑍 . 𝐿 = 𝑐 𝐷𝐴𝐵 ln ( ) … (7)
1 − 𝑥𝐴,0
𝑁𝐴𝑍 . 𝐿 1
𝐷𝐴𝐵 = … (8)
𝑐 1−𝑥
ln (1 − 𝑥𝐴,𝐿 )
𝐴,0

Nilai NA dapat dihitung dari jumlah mol A yang menguap dalam suatu selang waktu tertentu
dibagi dengan luas penampang aliran :
𝑛
𝑁𝐴 = 𝑀 𝑡 𝑆 M = berat molekul

t = waktu
S = luas penampang
Jumlah massa yang menguap dapat dihihitung menjadi:
𝑚 = 𝑁𝐴 . 𝑀. 𝑡. 𝑆
𝜕𝑚
= 𝑁𝐴 𝑀 𝑆
𝜕𝑡
Laju alir massa dapat didefinsikan sebagai perkalian antara fluks massa dengan luas
penampangnya. Dengan mengubah kecepatan aliran menjadi bentuk diferensial, maka :
𝜕𝑧
𝑁𝐴𝑍 . 𝑀𝐴 . 𝑆 = 𝜌 . 𝑆 .
𝜕𝑡
𝜕𝑧
𝑁𝐴𝑍 . 𝑀𝐴 = 𝜌
𝜕𝑡
Apabila digabungkan dengan persamaan (7), maka :
1−𝑥
𝑐 𝐷𝐴𝐵 ln (1 − 𝑥𝐴,𝐿 ) 𝜕𝑧
𝐴,0
𝑀𝐴 = 𝜌
𝑧 𝜕𝑡
1−𝑥
𝑐 𝐷𝐴𝐵 ln (1 − 𝑥𝐴,𝐿 )
𝐴,0
𝑀𝐴 𝜕𝑡 = 𝑧 𝜕𝑧
𝜌
Dilakukan pendekatan gas ideal dimana c= n/V = P/RT, lalu semua konstanta dikumpulkan
maka diperoleh :
1−𝑥
𝑐 ln (1 − 𝑥𝐴,𝐿 ) 𝑃 𝑀𝐴 1 − 𝑥𝐴,𝐿
𝐴,0
𝛼= 𝑀𝐴 = 𝑙𝑛 ( ) … . (9)
𝜌 𝜌RT 1 − 𝑥𝐴,0

18
Dengan demikian :
𝛼 . 𝐷𝐴𝐵 . 𝜕𝑡 = 𝑧 𝜕𝑧
𝑡 𝑧
𝛼 . 𝐷𝐴𝐵 . ∫ 𝑑𝑡 = ∫ 𝑑𝑧
0 𝑧0

(𝑧 2 − 𝑧0 2 ) (𝑧 − 𝑧0 ) + (𝑧 + 𝑧0 )
𝛼 . 𝐷𝐴𝐵 (𝑡 − 0) = =
2 2
Melalui serangkaian penataan ulang, persamaan ini menjadi:
𝑡 1 𝑧0
= (𝑧 − 𝑧0 ) + … (10)
(𝑧 − 𝑧0 ) 2𝛼𝐷𝐴𝐵 𝛼𝐷𝐴𝐵
Persamaan 10 dapat dibentuk menjadi persamaan regresi linear dari hubungan garis dengan
sumbu:
𝑡
𝑥 = (𝑧 − 𝑧0 ) dan = (𝑧−𝑧 ) . maka diperoleh persamaan garis : y=ax+b.
0

Pada Temperatur 500C, diperoleh persamaan regresi linear, yaitu y= 0.0486x + 0.0117 dengan
R²= 0.9998.
Maka nilai DAB dapat ditentukan menggunakan persaman tersebut:
1
0.0486𝑥 = (𝑧 − 𝑧0 )
2𝛼𝐷𝐴𝐵
1
0.0486 =
2𝛼𝐷𝐴𝐵
1
𝐷𝐴𝐵 =
2𝛼0.0486
Nilai 𝛼 dapat ditentukan menggunakan persamaan (9):
Nilai densitas dari aseton dapat ditentukan melalui percobaan menggunakan piknometer,
sehingga diperoleh sebagai berikut:
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑜𝑛 − 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
39.7965 − 20.5004 𝑔
𝜌=
25 𝑚𝐿
𝑔 𝑔
𝜌 = 0.7718 ⁄𝑚𝐿 = 0.7718 ⁄𝑐𝑚3

Data pendukung lainnya:


𝑃 = 71.1 𝑐𝑚𝐻𝑔 = 0.9355 𝑎𝑡𝑚 𝑀𝑟 = 58.08 𝑔/𝑚𝑜𝑙
3
𝑅 = 82.0758 𝑐𝑚 𝑎𝑡𝑚⁄𝑚𝑜𝑙 𝐾 𝑇 = 500 𝐶 = 323.15 𝐾

19
Maka:
0.9355 𝑎𝑡𝑚 58.08 𝑔/𝑚𝑜𝑙 1 − 0.16
𝛼= g 3 𝑙𝑛 ( )
0.7718 3 323.15 𝐾 82.0758 𝑐𝑚 𝑎𝑡𝑚⁄𝑚𝑜𝑙 𝐾 1 − 0.95
𝑐𝑚
𝛼 = 0.7489
Dengan nilai 𝛼, kita dapat menentukan nilai DAB pada Temperatur 500C:
1
𝐷𝐴𝐵 =
2𝛼0.0486
1
𝐷𝐴𝐵 =
2(0.7489)(0.0486)
𝑚𝑚2
𝐷𝐴𝐵 = 13.6655
10𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

B.2 MENENTUKAN PROFIL DENSITAS FLUKS MOLAR TERHADAP WAKTU

Ketinggian cairan: 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡 = 𝑡0 ⟶ 𝑧0


𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡 = 𝑡𝑘 ⟶ 𝑧𝑘
Dengan :
𝑧 = 𝑧𝑘 − 𝑧0
𝑡 = 𝑡𝑘 − 𝑡0 , 𝑡0 = 0
𝑡 = 𝑡𝑘
Maka akan diperoleh:
𝜌𝐴 . 𝑧
𝑁𝐴𝑍 =
𝑀𝑟. 𝑡𝐾
Keterangan :
𝑚𝑜𝑙
𝑁𝐴𝑍 ∶ 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐹𝑙𝑢𝑘𝑠 𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟 ( 2 )
𝑐𝑚 𝑠
𝑔
𝜌𝐴 ∶ 𝑉𝑜𝑙𝑎𝑡𝑖𝑙𝑒 𝑙𝑖𝑞𝑢𝑖𝑑 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 ( 3 )
𝑐𝑚
𝑔
𝑀𝑟 ∶ 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 ( )
𝑚𝑜𝑙
𝑧 ∶ 𝑃𝑒𝑟𝑏𝑒𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑡𝐾 (𝑐𝑚3 )
𝑡𝐾 ∶ 𝑒𝑙𝑎𝑝𝑠𝑒𝑑 𝑡𝑖𝑚𝑒 (𝑠)

20
Menggunakan data pada saat T= 500C dan t= 10 menit, maka:
(0,7118 𝑔/𝑐𝑚3 )(14,7 𝑐𝑚)
𝑁𝐴𝑍 = 𝑔
(58.08 ⁄𝑚𝑜𝑙 ). (600 𝑠)

𝑁𝐴𝑍 = 0.0003 𝑚𝑜𝑙/𝑐𝑚2 𝑠

B.3 MENENTUKAN PROFIL KONSENTRASI SENYAWA YANG BERDIFUSI


Dengan menggunakan persamaan (6), yaitu :
𝑍
1 − 𝑥𝐴,𝐿 𝐿
𝑥𝐴 = 1 − (1 − 𝑥𝐴,0 ) ( )
1 − 𝑥𝐴,0

Keterangan :
𝑥𝐴 ∶ 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝐴
𝑥𝐴,0 ∶ 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝐴 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡 = 0

𝑥𝐴,𝐿 ∶ 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝐴 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑖𝑓𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡(𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

𝐿 ∶ 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑘𝑎𝑝𝑖𝑙𝑒𝑟


𝑧 ∶ 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝐴 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

Dengan menggunakan data pada T=500C dan t = 10 menit, dengan nilai 𝑥𝐴,𝐿 = 0.79 dan 𝑥𝐴,0 =
0.95. maka diperoleh nilai 𝑥𝐴 , yaitu:
147
1−0.79 161
𝑥𝐴 = 1 − (1 − 0.95) (1−0.95)

𝑥𝐴 = 0.8146
Fraksi B dapat diperoleh dari : 𝑥𝐴 + 𝑥𝐵 = 1
Maka fraksi B saat T=500C dan t = 10 menit, yaitu :
𝑥𝐵 = 1 − 𝑥𝐴
𝑥𝐵 = 1 − 0.8146
𝑥𝐵 = 0.1856

21
LAMPIRAN C
KURVA KALIBRASI

C.1 Kurva Difusivitas pada T = 300C

Kurva Difusivitas pada T=300C


60
t/(Z-Z0) (menit/mm)

50 y = 10x
40 R² = 1

30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6
Z-Z0 (mm)

C.2 Kurva Difusivitas pada T = 350C

Kurva Difusivitas T=350C


50
t/(Z-Z0) (menit/mm)

40
y = 6.9118x + 1.0332
30 R² = 0.9834
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Z-Z0 (mm)

C.3 Kurva Difusivitas pada T = 400C

Kurva Difusivitas T=400C


7
6
y = 0.1705x - 0.0366
t/(Z-Z0) (menit/mm)

5
R² = 0.9994
4
3
2
1
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
-1
Z-Z0 (mm)

22
C.4 Kurva Difusivitas pada T = 450C

Kurva Difusivitas T=450C


5
t/(Z-Z0) (menit/mm)

4
y = 0.0777x + 0.0188
3 R² = 0.9997

0
0 10 20 30 40 50 60
Z-Z0 (mm)

C.5 Kurva Difusivitas pada T = 500C

Kurva Difusivitas T=500C


4
t/(Z-Z0) (menit/mm)

3.5
3 y = 0.0486x + 0.0117
2.5 R² = 0.9998
2
1.5
1
0.5
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Z-Z0 (mm)

23
LAMPIRAN D
DATA MENTAH

D.1 Tekanan dan Temperatur Laboratorium

Senin, 18 Februari 2019


Pagi Sore
Tekanan (P) : (71,2 ± 0,05) mmHg Tekanan (P) : (71,2 ± 0,05) mmHg
Temperatur : (24 ± 0,5) 0C Temperatur : (26 ± 0,5) 0C
Selasa, 19 Februari 2019
Pagi Sore
Tekanan (P) : (71,1 ± 0,05) mmHg Tekanan (P) : (71,1 ± 0,05) mmHg
Temperatur : (25 ± 0,5) 0C Temperatur : (27 ± 0,5) 0C

D.2 Penurunan Ketinggian Cairan Senyawa Aseton pada berbagai Temperatur

D.2.1 Temperatur = 30 0C

t/(Z-Z0)
Z(mm) Z-Z0 (mm) t (menit) (menit/mm)
150 0 0 0
149 1 10 10
148 2 20 20
147 3 30 30
146 4 40 40
145 5 50 50

D.2.2 Temperatur = 35 0C

t/(Z-Z0)
Z(mm) Z-Z0 (mm) t (menit) (menit/mm)
144 0 0 0
143 1 10 10
141.5 2.5 20 18
140 4 30 25.5
139.5 4.5 40 34.39
138 6 50 42.72

D.2.3 Temperatur = 40 0C

t/(Z-Z0)
Z(mm) Z-Z0(mm) t (menit) (menit/mm)
216 0 0 0
208 8 10 1.25
201 15 20 2.583
193 23 30 3.887
185 31 40 5.178
178 38 50 6.494

24
D.2.4 Temperatur = 45 0C

t/(Z-Z0)
Z(mm) Z-Z0 (mm) t (menit) (menit/mm)
158 0 0 0
147 11 10 0.909
135 23 20 1.7786
124 34 30 2.661
113 45 40 3.549
101 58 50 4.427

D.2.5 Temperatur = 50 0C

t/(Z-Z0)
Z(mm) Z-Z0 (mm) t (menit) (menit/mm)
161 0 0 0
147 14 10 0.714
132 29 20 1.403
118 3 30 2.102
104 4 40 2.803
89 -1 50 3.497

D.3 Perubahan Konsentrasi Senyawa pada berbagai Temperatur


D.3.1 Temperatur = 30 0C

Waktu(Menit) Z(mm) XA,L(Asumsi) XA XB


0 150 0.95 0.95 0.05
10 149 0.79 0.7920 0.2080
20 148 0.63 0.6349 0.3650
30 147 0.47 0.4783 0.5216
40 146 0.31 0.3222 0.6777
50 145 0.15 0.1663 0.8336

D.3.2 Temperatur = 35 0C

Waktu(menit) Z(mm) XA,L(Asumsi) XA XB


0 144 0.95 0.95 0.05
10 143 0.79 0.7921 0.2079
20 141.5 0.63 0.6377 0.3623
30 140 0.47 0.4831 0.5169
40 139.5 0.31 0.3164 0.6835
50 138 0.15 0.1755 0.8245

25
D.3.3 Temperatur = 40 0C

Waktu(menit) Z(mm) XA,L(Asumsi) XA XB


0 216 0.95 0.95 0.05
10 208 0.79 0.8009 0.1991
20 201 0.63 0.6541 0.3458
30 193 0.47 0.5175 0.4824
40 185 0.31 0.3811 0.6188
50 178 0.15 0.2364 0.76359

D.3.4 Temperatur = 45 0C

Waktu(menit) Z(mm) XA,L(Asumsi) XA XB


0 158 0.95 0.95 0.05
10 147 0.79 0.8100 0.1900
20 135 0.63 0.6858 0.3142
30 124 0.47 0.5628 0.4372
40 113 0.31 0.4533 0.5466
50 101 0.15 0.3709 0.6291

D.3.5 Temperatur = 50 0C

Waktu(menit) Z(mm) XA,L(Asumsi) XA XB


0 161 0.95 0.95 0.05
10 147 0.79 0.8146 0.1853
20 132 0.63 0.6983 0.3016
30 118 0.47 0.5873 0.4126
40 104 0.31 0.4946 0.5054
50 89 0.15 0.4351 0.5649

D.4 Nilai Difusivitas pada berbagai Temperatur

Temperatur (0C) DAB (mm2/10 menit)


30 0.6263
35 0.9211
40 3.7947
45 8.4597
50 13.6646

26
D.5 Profil Densitas Fluks Molar terhadap Waktu

D.5.1 Temperatur = 30 0C

t(s) Z(cm) NAZ (𝑚𝑜𝑙/𝑐𝑚2 𝑠)x10-4


0 15.00 0
600 14.90 3.04
1200 14.80 1.51
1800 14.70 1
2400 14.60 0.75
3000 14.50 0.59

D.5.2 Temperatur = 35 0C

t(s) Z(cm) NAZ(𝑚𝑜𝑙/𝑐𝑚2 𝑠) x10-4


0 14.40 0
600 14.30 2.92
1200 14.15 1.45
1800 14.00 0.95
2400 13.95 0.71
3000 13.80 0.56

D.5.3 Temperatur = 40 0C

t(s) Z(cm) NAZ(𝑚𝑜𝑙/𝑐𝑚2 𝑠) x10-4


0 21.6 0
600 20.8 4.25
1200 20.1 2.05
1800 19.3 1.31
2400 18.5 0.94
3000 17.8 0.73

D.5.4 Temperatur = 45 0C

t(s) Z(cm) NAZ(𝑚𝑜𝑙/𝑐𝑚2 𝑠) x10-4


0 15.8 0
600 14.7 3
1200 13.5 1.38
1800 12.4 0.84
2400 11.3 0.58
3000 10.1 0.41

27
D.5.5 Temperatur = 50 0C

t(s) Z(cm) NAZ(𝑚𝑜𝑙/𝑐𝑚2 𝑠) x10-4


0 16.1 0
600 14.7 3
1200 13.2 1.35
1800 11.8 0.80
2400 10.4 0.53
3000 8.9 0.36

28

Anda mungkin juga menyukai