KULIAH
Manajemen
Keuangan 2
Oleh:
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
Yovita V.I. Atmadjaja, S.E., MCom.
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
BANYUWANGI
DAFTAR PUSTAKA
Halaman
1. Pendahuluan .................................................................................................................. 12
1. Definisi .......................................................................................................................... 15
2
2. Model Modigliani Miller (MM) dengan Pajak ............................................................. 36
1. Pendahuluan .................................................................................................................. 47
3
MATERI 1. DASAR-DASAR PENGANGGARAN MODAL
4
2) Net Present Value (NPV)
3) Internal Rate of Return (IRR)
4) Profitability Index (PI)
Investasi sebesar 1 juta dapat dikembalikan pada akhir tahun ke-3. Jika arus kas
diasumsikan terjadi sepanjang tahun secara sama, maka pada tahun ke-3, Rp. 100.000
dapat dikembalikan dalam:
100 .000
1 / 3 tahun
300 .000
Maka payback period adalah 2 1/3 tahun atau 2 tahun 4 bulan. Jika ada proyek lain yang
memiliki payback period 2 tahun dan kita harus memilih, maka proyek yang memiliki
payback period lebih pendek yang lebih disukai.
Kriteria: tidak ada batas waktu yang jelas, semuanya tergantung pada pemilik modal.
Namun pada umumya, payback period yang lebih pendek yang lebih disukai.
Keuntungan metode payback period: mudah dihitung dan dimengerti. Selain itu, payback
period memberikan informasi mengenai informasi mengenai resiko dan likuiditas proyek.
Proyek yang memiliki payback period lebih pendek menunjukkan tingkat resikonya lebih
rendah dan likuiditas yang lebih baik.
Kelemahan metode payback period adalah mengabaikan arus kas setelah payback period
dan nilai waktu uang.
5
Contoh
Tahun Perkiraan Arus Kas Proyek A Perkiraan Arus Kas Proyek B
0 (1.000.000) (1.000.000)
1 1.000.000 500.000
2 100.000 1.000.000
3 - 2.000.000
4 - 1.000.000
Contoh
Tahun Perkiraan Arus Kas Proyek C Perkiraan Arus Kas Proyek D
0 (1.000.000) (1.000.000)
1 - 800.000
2 900.000 100.000
3 100.000 100.000
Kedua proyek memiliki payback period yang sama yaitu 3 tahun, namun proyek D
sebenarnya lebih menarik karena memberikan 800.000 pada tahun ke-1 sementara proyek
C tidak memberikan apa-apa. Present value arus kas masuk proyek D lebih besar dari
present value arus kas masuk proyek C.
Kelemahan mengabaikan nilai waktu uang dapat diatasi dengan memodifikasi metode
payback period menjadi metode discounted payback period. Dengan metode ini, arus kas
didiskonto kemudian baru dicari payback periodnya,
Contoh
Tahun Perkiraan Present Value arus Arus kas kumulatif
Arus Kas Proyek kas didiskonto 10%
0 (1.000.000) (1.000..000) (1.000.000)
1 500.000 455.000 (545.000)
2 400.000 331.000 (214.000)
3 300.000 225.000 11.000
4 100.000 68.000 79.000
6
214 .000
Discounted Payback Period 2 2,95 tahun
225 .000
Meski banyak kelemahannnya, metode payback period masih terus digunakan secara
intensif dalam membuat keputusan penganggaran modal. Tetapi metode ini tidak
digunakan sebagai alat utama, melainkan hanya sebagai indikator dari likuiditas dan
resiko proyek.
7
1.000 .000 500 .000 400 .000 300 .000 100 .000
NPV
1 0,1 0
1 0,1
1
1 0,1
2
1 0,1
3
1 0,14
= -1.000.000 + 454.550 + 330.580 + 225.390 + 68.300
= 78.820.
8
500 .000 400 .000 300 .000 100 .000
NPV 0 1.000 .000
1 r
1
1 r 2
1 r
3
1 r 4
r atau IRR dapat dicari dengan bantuan tabel PVIF, untuk itu kita harus menggunakan
teknik coba-coba atau trial and error.
Misalnya, jika r = 14%, NPV = 8083
Jika r = 15%, NPV = -8330
Artinya r yang membuat NPV = 0 ada di antara 14% dan 15%. Untuk menemukan IRR
digunaan teknik interpolasi sebagai berikut:
NPV
A
8083
B IRR atau E
0
14% 15%
-8330
D
C
AB AC
BE CD
8380 0 8083 8330
IRR 14% 15% 14%
IRR 14% 80831%
8083 _ 8330
(IRR – 14%) = 0,49%
IRR = 14,49% 14,5%
Kriteria penerimaan proyek: jika IRR lebih besar atau sama dengan biaya modal proyek
maka proyek sebaiknya diterima. Jika IRR lebih kecil daripada biaya modal proyek,
proyek harus ditolak. Mengapa? IRR dapat dipandang sebagai suatu tingkat keuntungan
9
yang diharapkan dari proyek. Sedangkan biaya modal adalah tingkat keuntungan yang
disyaratkan (required rate of return). Jika IRR lebih besar daripada biaya modal proyek,
proyek dapat membayar biaya modal proyek dan tetap menghasilkan suatu surplus
keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham. Dengan demikian, mengambil proyek
yang memiliki IRR lebih besar daripada biaya modal proyek akan meningkatkan
kemakmuran pemegang saham.
Jika IRR sama dengan biaya modal proyek, proyek diperkirakan akan menghasilkan
keuntungan sebesar yang disyaratkan oleh pemilik modal, tidak lebih tidak kurang.
Kondisi ini tentunya masih dapat diterima oleh pemilik modal.
Jika terdapat 2 proyek yang bersifat mutually exclusive, proyek dengan IRR lebih tinggi
yang sebaiknya dipilih, dengan asumsi IRR kedua proyek lebih besar atau sama dengan
biaya modal proyek. Hal ini berlaku pula untuk lebih dari 2 proyek yang mutually
exclusive. Pada kondisi ini, dengan IRR terbesar yag dipilih, dengan asumsi IRR biaya
modal.
Kelemahan metode IRR: jika proyek memiliki arus kas yang tidak normal, ada
kemungkinan IRR tidak dapat digunakan. Yang dimaksud arus kas yang normal adalah
serangkaian arus kas keluar diikuti dengan serangkaian arus kas masuk. Pada arus kas
yang tidak normal, arus kas negatif muncul selama tahun-tahun setelah proyek berjalan.
Jika arus kas tidak normal dapat timbul masalah IRR ganda.
Di mana,
CIFt = cash inflows pada periode t
COFt = cash outflows pada periode t
k = biaya modal proyek
t = periode waktu
10
Contoh
Tahun Arus Kas Proyek X
0 (1.000.000)
1 500.000
2 400.000
3 300.000
4 100.000
SOAL
Anda adalah analis keuangan di PT KALAH KLIRING, Bos Anda meminta anda untuk
menganalisis 2 proposal investasi modal, proyek X dan Y. Setiap proyek memerlukan biaya
sebesar 10 juta rupiah dan biaya modal untuk kedua proyek adalah 12%. Arus kas bersih
yang diharapkan pada kedua proyek adalah sebagai berikut:
Expected Cash Flow
Tahun Arus Kas Proyek X Arus Kas Proyek Y
0 (10.000.000) (10.000.000)
1 6.500.000 3.500.000
2 3.000.000 3.500.000
3 3.000.000 3.500.000
4 1.000.000 3.500.000
11
MATERI 2. RESIKO DALAM INVESTASI
1. Pendahuluan
Kerangka analisis resiko dan tingkat keuntungan sangat penting bagi seorang investor
yang melakukan investasi pada kondisi yang tidak pasti (probabilistik). Seperti diketahui,
hukum dasar yang berlaku di bidang investasi (termasuk investasi pada aktiva keuangan)
adalah “semakin tinggi tingkat keuntungan suatu investasi, semakin besar pula
resikonya.”
Bagi investor awam, hukum ini mungkin bukan merupakan hal baru. Masalahnya adalah
bagaimana mereka dapat mengukur resiko suatu investasi atau himpunan investasi
(portofolio). Tanpa mengetahui ukuran resiko tersebut, sulit bagi mereka untuk
menentukan tingkat keuntungan yang seharusnya ada pada suatu investasi atau portofolio.
12
Dari distribusi probabilita tingkat keuntunga tersebut dapat dicari rata-rata tertimbang dan
deviasi standar dengan rumus:
n
Tingkat keuntungan yang diharapkan = k k i p i
i 1
k
n 2
i k pi
i 1
Dan deviasi standar tingkat keuntungan yang diharapkan pada proyek A adalah:
= [(-3%-10,3%)2 (0,05) + (6%-10,3%)2 (0,2) + (11%-10,3%)2 (0,5) + (14%-10,3%)2
(0,2) + (19%-10,3%)2 (0,05)]1/2
= 4,39%
Berapa tingkat keuntungan yang diharapkan dan deviasi standar untuk proyek B?
Deviasi standar adalah ukuran simpangan nilai nilai dari nilai yang diharapkan. Jika
resiko investasi didefinisikan sebagai kondisi di mana investor memperoleh keuntungan
yang kurang dari yang diharapkan, maka resiko dapat diukur dengan menggunakan
deviasi standar. Semakin besar deviasi standar, semakin besar resiko, karena semakin
bervariasi nilai k dari nilai yang diharapkan.
13
Dari kedua proyek di atas mana yang lebih beresiko dilihat dari deviasi standarnya, A
atau B?
Untuk membandingkan resiko total dua atau lebih proyek, tidak digunakan standar
deviasi, tapi koefisien variasi atau coefficient of variation (CV)
CV
k
CV mengukur resiko per unit tingkat keuntungan. Proyek yang memiliki CV lebih besar
adalah proyek yang lebih beresiko. Investor yang bijak akan memilih proyek yang CV-
nya lebih rendah.
SOAL
Saham A dan B memiliki distribusi probabilitas keuntungan yang diharapkan di masa
mendatang sebagai berikut:
Probabilitas Keuntungan Saham A Keuntungan Saham B
0,1 -25% -40%
0,2 5 0
0,4 15 16
0,2 30 40
0,1 45 66
14
MATERI 3. BIAYA MODAL
1. Definisi
Modal adalah dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi
perusahaan. Modal terdiri dari item-item yang ada di sisi kanan suatu neraca, yaitu:
hutang, saham biasa, saham preferen, dan laba ditahan.
Perhitungan biaya penggunaan modal sangat penting berdasarkan 3 alasan, yaitu (1)
maksimisasi nilai perusahaan mengharuskan biaya-biaya (termasuk biaya modal)
diminimumkan, (2) keputusan penganggaran modal (capital budgeting) memerlukan
suatu estimasi tentang biaya modal, dan (3) keputusan-keputusan lain seperti leasing,
modal kerja juga memerlukan estimasi biaya modal.
Biaya modal yang tepat untuk semua keputusan adalah rata-rata tertimbang dari seluruh
komponen modal (weighted average cost of capital = WACC).
Tidak semua komponen modal diperhitungkan dalam menentukan WACC. Hutang
dagang (account payable) tidak diperhitungkan dalam penentukan WACC karena (1)
tidak terlalu dapat dikontrol oleh manajemen, (2) diperlakukan sebagai arus kas modal
kerja bersih dalam proses penganggaran modal.
Hutang wesel (notes payable) atau hutang jangka pendek yang berbunga (short-term
interest-bearing debt) dimasukkan dalam perhitungan WACC hanya jika hutang tersebut
merupakan bagian dari pembelanjaaan tetap perusahaan, bukan merupakan pembelanjaan
sementara.
Pada umumnya hutang jangka panjang dari modal sendiri merupakan unsur untuk
menghitung WACC. Dengan demikian kita harus menghitung, (1) biaya hutang (cost of
debt), (2) biaya laba ditahan (cost of retained earning), (3) biaya saham biasa baru (cost of
new common stock), dan (4) biaya saham preferen (cost of preffered stock).
Biaya modal harus dihitung berdasarkan suatu basis setelah pajak (after tax basis), karena
arus kas setelah pajak adalah yang paling relevan untuk keputusan investasi.
15
Contoh
Perusahaan menerbitkan obligasi yang membayar bunga 10%, nilai nominal 1.000, jatuh
tempo dalam waktu 5 tahun. Obligasi tersebut dijual dengan harga 1.000.
Biaya hutang dapat dicari dengan cara:
n
I M
Harga Obligasi
t 1 1 Kd t
1 Kd n
= I (PVIFA, Kd, t) + M (PVIF, Kd, n)
1000 = 100 (PVIFA, Kd, 5) + 1000 (PVIF, Kd, 5)
Dengan menggunakan bantuan tabel PVIFA dan PVIF, kita dapat menemukan Kd sebesar
10% .
Biaya hutang (Kd) ini merupakan biaya hutang sebelum pajang (pre-tax cost). Dalam
menghitung WACC, yang relevan adalah biaya hutang setelah pajak (after tax cost of
debt).
Biaya hutang setelah pajang = biaya hutang sebelum pajak x (1 – tingkat pajak)
Contoh
Kd = 10
Pajak = 15%
Biaya hutang setelah pajak = 10% (1 – 15%) = 8,5%
Hal ini didasari pada kenyataan bahwa hutang menimbulkan biaya bunga yang akan
menurunkan penghasilan yang dikenai pajak. Dengan demikian penggunaan hutang dapat
mengurangi pajak yang harus dibayar. Ini adalah salah satu keuntungan menggunakan
hutang dibandingkan menggunakan modal sendiri. Penggunaan hutang disebut bersifat
tax-deductible.
Contoh:
Perusahaan menggunakan modal 100 juta, seluruhnya modal sendiri:
Penjualan 200 juta
Harga Pokok Penjualan (100 juta)
Laba Kotor 100 juta
Biaya administrasi, dll ( 20 juta)
Laba bersih sebelum bunga dan pajak 80 juta
Biaya bunga 0
16
Laba bersih sebelum pajak 80 juta
Pajak 15% (15% x 80 juta) ( 12 juta)
Laba Bersih setelah pajak 68 juta
Modal perusahaan 100 juta, dimana 50% adalah hutang dengan bunga 10%, sisanya
modal sendiri.
Penjualan 200 juta
Harga Pokok Penjualan (100 juta)
Laba Kotor 100 juta
Biaya administrasi, dll ( 20 juta)
Laba bersih sebelum bunga dan pajak 80 juta
Biaya bunga (10% x 50 juta 5 juta
Laba bersih sebelum pajak 75 juta
Pajak 15% (15% x 75 juta) ( 11,25 juta)
Laba Bersih setelah pajak 63,75 juta
Dengan menggunakan hutang, kita dapat menghemat pembayaran pajak sebesar 12 juta –
11,25 juta = 750 ribu. Penghematan pajak ini akan mengurangi biaya bunga.
Atau
Jika dinyatakan dalam persentase, biaya hutang sesudah pajak adalah (4,25 juga / 50 juta)
x 100% = 8,5% atau sama dengan Kd (1-T) = 10% (1-15%) = 8,5%.
17
3. Biaya Saham Preferen
Biaya saham preferen adalah sama dengan tingkat keuntungan yang dinikmati pembeli
saham preferen atau Kp.
Dp
Kp
Pn
Di mana, Kp = biaya saham preferen, Dp = deviden saham preferen tahunan, dan Pn =
harga saham preferen bersih yang diterima perusahaan penerbit (setelah dikurangi biaya
peluncuran saham atau flotation cost)
Contoh
Perusahaan menjual saham preferen yang memberikan dividen 10 per tahun. Harga saham
adalah 100, dengan flotation cost 2,5 per lembar saham.
Dp 10
Kp 10,26%
Pn 97,5
Membeli saham biasaya pada umumnya lebih beresiko daripada membeli obligasi yang
memberikan penghasilan yang tetap dan relatif pasti. Oleh karena itu investor yang
membeli saham biasa mengharapkan suatu premi resiko diatas tingkat keuntungan
obligasi. Premi resiko ini besarnya tergantung pada kondisi perusahaan dan kondisi
perekonomian.
Contoh:
Yield to Maturity obligasi suatu perusahaan adalah 12% sedangkan premi resiko untuk
saham perusahaan tersebut adaah 5% maka,
Ks = 12% + 5% = 17%.
Pendekatan mana yang digunakan? Semuanya dapat digunakan.
19
saham. Biaya ini terdiri dari: biaya mencetak saham, komisi untuk pihak penjamin emisi
saham, penawaran saham, dan lain-lain.
Model Gordon dengan memperhitungkan flotation cost:
D1 D1
P0 1 F maka Ke g
Ke g P0 1 F
Contoh
Saham baru perusahaan terjual dengan harga 32. Flotation cost adalah 15% dari harga
jual. Dividen mendatang (D1) diperkirakan sebesar 2,4 dan dividen diharapkan bertumbuh
secara konstan dengan tingkat pertumbuhan 6,5%.
D1 2,4
Ke g 6,5% 15,3%
P0 1 F 321 0,15
20
Kd = biaya hutang
Kp = biaya saham preferen
Ks = biaya laba ditahan
Ke = biaya saham biasa baru
T = pajak (dalam persentase)
Contoh
Target struktur modal perusahaan adalah 30% hutang, 10% saham preferen, dan 60%
modal sendiri (yang seluruhnya berasal dari laba ditahan). Biaya hutang adalah 12%,
biaya saham preferen 12,6%, dan biaya laba ditahan 16,5%, pajak diketahui sebesar 40%.
WACC = wd . Kd (1-T) + wp . Kp + ws Ks
= 0,3 (12%) (1 – 40%) + 0,1 (12,6%) + 0,6 (16,5%)
= 13,32%
21
Karena menggunakan saham biasa baru lebih mahal, perusahaan pada umumnya berusaha
menggunakan laba ditahan sebanyak mungkin. Jika kurang, baru digunakan saham biasa
baru. Pada soal diatas perusahaan menargetkan 60% modal sendiri dari saham biasa atau
laba ditahan 60% dari 500 juta adalah 300 juta. Sedangkan laba ditahan hanya 100 juga.
Sehingga perusahaan harus menerbitkan saham biasa baru untuk memperoleh 200 juta.
Artinya sampai titik dimana modal sendiri diperoleh dari laba ditahan, WACC perusahaan
adalah 13,38%. Setelah melewati titik tersebut, kebutuhan modal sendiri harus dipenuhi
dari penjualan saham biasa baru sehingga WACC berubah menjadi 13,86%.
Titik dimana WACC naik tersebut disebut “break point”. Break point dapat diperoleh
dengan rumus:
jumlah laba ditahan
Break point
bagian modal sendiri dalam struktur modal
Break point pada soal sebelumnya adalah
Jumlah laba ditahan = 100 juta
Proporsi modal sendiri = 60%
Break point = 100 juta / 0,6 = 166.666.666,7
Artinya, pada saat dana baru yang diperoleh mencapai angkat 166.666.666,7, perusahaan
telah menggunakan 0,6 (166.666.666,7) = 100 juta laba ditahan. Setelah angka ini,
perusahaan harus menerbitkan saham biasa baru.
Menggambar skedul MCC
Persoalan sebelumnya dapat digambar dalam suatu skedul Marginal Cost of Capital
WACC (%)
WACC = 13,86%
MCC
WACC = 13,38%
22
Skedul MCC dengan depresiasi
Selain saham biasa baru dan laba ditahan, perusahaan juga dapat memanfaatkan
depresiasi. Depresiasi adalah suatu “noncash expense”, dianggap sebagai biaya tapi
perusahaan tidak kehilangan sepeserpun uang kas. Artinya, depresiasi dicatat sebagai
biaya tetapi uang untuk membayar biaya tersebut tidak dari kas, tetap ada dalam kas.
Depresiasi biasanya ditujukan untuk mengganti aktiva yang telah habis usianya. Tapi bagi
perusahaan, depresiasi ini merupakan arus kas yang dapat digunakan untuk investasi pada
aktiva tetap perusahaan (reinvestment atau investasi kembali). Dengan demikian,
depresiasi dapat memperpanjang break point atau menunda kenaikan WACC. Biaya
penggunaan dari depresiasi (cost of depreciation) adalah sebesar WACC sebelum
perusahaan menggunakan dana yang berasal dari emisi saham baru.
Contoh
Melanjutkan soal sebelumnya, misalkan diketahui bahwa perusahaan memiliki dana dari
depresiasi sebesar 50 juta. Skedul MCC akan menjadi:
WACC (%)
WACC = 13,86%
MCC
WACC = 13,38%
50 juta 216.666.666,7
0 A B Modal baru
23
SOAL
PT Packers memiliki struktur modal sebagai berikut:
Hutang 25%
Saham preferen 15%
Saham biasa 60%
Total 100%
Perusahaan ini mengharapkan keuntungan bersih 17.142.860 tahun ini. Dividen payout
ratio adalah 30%, pajak 40% dan investor mengharapkan pendapatan dan dividen
bertumbuh 9% di masa mendatang. Tahun lalu, perusahaan membayar dividen (D0)
sebesar 3.600 per lembar saham dan sahamnya saat ini dijual dengan harga 60.000 per
lembar. Suku bunga bebas resiko adalah 11% dan suatu indeks pasar memberikan rate of
return yang diharapkan sebesar 14%. Beta saham PT Packers adalah 1,51. Persyaratan ini
berlaku untuk menawaran sekuritas baru:
Saham biasa: saham baru memiliki biaya peluncuran (flotation cost) sebesar 10%.
Saham preferen: saham preferen dapat dijual ke publik dengan harga 100.000 per lembar
dengan dividen 11.000. Flotation cost adalah 5.000 per lembar.
24
MATERI 4. ANALISIS LEVERAGE
25
Penjualan xxx
Harga Pokok Penjualan xxx
Laba Kotor xxx Leverage Operasi
Biaya Operasi xxx
EBIT xxx
Biaya bunga xxx
EBT xxx Leverage Finansial
Pajak xxx
EAT xxx
2. Leverage Operasi
Leverage operasi terjadi karena perusahaan dalam beroperasi menggunakan aktiva tetap
sehingga harus menanggung biaya tetap.
Leverage operasi mengukur perubahan pendapatan atau penjualan terhadap keuntungan
operasi.
Dengan mengetahui leverage operasi, maka manajemen dapat mempredikksi perubahan
laba operasi sebagai akibat perubahan penjualan.
Ukuran leverage operasi adalah degree of operationg leverage (DOL), artinya bila DOL
diketemukan 2, maka bila penjualan naik atau turun 10%, maka keuntungan dapat
diprediksi akan naik atau turun sebesar 2 kali kenaikan atau penuruan penjualan, berarti
20%.
Semakin tinggi DOL, perusahaan semakin beresiko, karena harus menanggung biaya
tetap semakin besar.
Untuk menghitung besarnya DOL dapat digunakan rumus:
S BV QP V
DOL
S BV BT QP V BT
Dimana, Q = kuantitas
P = biaya variabel per unit
V = biaya variabel per unit
26
BT = biaya tetap total
S = penjualan
BV = biaya variabel total
Contoh
Ada dua alternatif mesin yang dapat dipilih oleh perusahaan. Kedua mesin tersebut
memiliki karakteristik berbeda. Mesin A, memiliki biaya tetap rendah, tapi biaya
variabelnya tinggi. Mesin B biaya tetap tinggi, tapi biaya variabel rendah. Berikut data
kedua mesin tersebut:
Mesin A Mesin B
Harga per unit Rp. 5.000 Rp. 5.000
Biaya Variabel Rp. 4.000 Rp. 3.000
Biaya Tetap Rp. 100 juta Rp. 500 juta
Volume penjualan diperkirakan sebesar 500.000 unit. Maka dapat dihitung besarnya DOL
masing-masing jenis mesin:
Keterangan Mesin A Mesin B
Penjualan (000) 2.500.000 2.500.000
Biaya Variabel 2.000.000 1.500.000
Kontribusi Marjin 500.000 1.000.000
Biaya tetap 100.000 500.000
EBIT 400.000 500.000
Dengan perhitungan rugi laba di atas,dapat dihitung besarnya DOL masing-masing mesin
27
Dengan demikian EBIT B akan turun sebesar 80% x Rp. 500.000 = Rp. 400.000 menjadi
Rp. 100.000.000 (dari Rp. 500.000 – Rp. 400.000 = Rp. 100.000).
Bukti:
Keterangan Mesin A Mesin B
Penjualan (000) 1.500.000 1.500.000
Biaya Variabel 1.200.000 900.000
Kontribusi Marjin 300.000 600.000
Biaya tetap 100.000 500.000
EBIT 200.000 100.000
Sedangkan apabila penjualan naik 40%, maka EBIT A akan meningkat 50% menjadi Rp.
600.000.000, dan mesin B akan meningkat 80% menjadi Rp. 900.000.000, dengan bukti:
Keterangan Mesin A Mesin B
Penjualan (000) 3.500.000 3.500.000
Biaya Variabel 2.800.000 2.100.000
Kontribusi Marjin 700.000 1.400.000
Biaya tetap 100.000 500.000
EBIT 600.000 900.000
Dengan demikian apabila DOL sudah diketahui, maka dapat digunakan untuk membuat
analisis sensitivitas laba terhadap penjualan yaitu EBIT dapat diproyeksikan hanya
dengan melihat perubahan penjualan.
3. Leverage Finansial
Leverage finansial terjadi akibat perusahaan menggunakan sumber dana dari hutang yang
menyebabkan perusahaan harus menanggung beban tetap.
Atas penggunaan dana hutang perusahaan setiap tahunnya dibebani biaya bunga
Leverage finansial mengukur pengaruh perubahan keuntungan operasi (EBIT) terhadap
perubahan perndapatan bagi pemegang saham (EAT).
Yang mempengaruhi pendapatan pemilik adalah besarnya EBIT yang diterima dan
struktur modal yang dipunyai.
Ukuran tingkat leverage finansial adalah degree of financial leverage (DFL)
Untuk mengukur besarnya DFL, digunakan rumus sebagai berikut:
EBIT QP V BT
DFL
EBIT I QP V BT I
Dimana, I = bunga dalam rupiah
28
Contoh;
Dengan contoh DOL diatas, diketahui mesin A menanggung beban bunga Rp.
100.000.000 dan mesin B menanggung beban bunga Rp. 300.000.000, sementara pajak
yang diperhitungkan 40%, maka DFL dapat dihitung sebagai berikut:
Keterangan Mesin A Mesin B
Penjualan (000) 2.500.000 2.500.000
Biaya Variabel 2.000.000 1.500.000
Kontribusi Marjin 500.000 1.000.000
Biaya tetap 100.000 500.000
EBIT 400.000 500.000
Bunga 100.000 300.000
EBT 300.000 200.000
Pajak 40% 120.000 80.000
EAT 180.000 120.000
Dari perhitungan di atas, dapat dihitung besarnya DFL masing-masing mesin:
400 .000
DFL(A) 1,33
400 .00 100 .000
Dengan DFL=1,33 berarti apabila EBIT mengalami penurunan sebesar 50%, maka EAT
akan turun 1,33 x 50% = 66,67%. Dengan demikian EAT mesin A akan menjadi Rp.
60.000.000.
500 .000
DFL(B) 2,5
500 .00 300 .000
Mesin B memiliki DFL = 2,5, lebih tinggi dibandingkan mesin A, sehingga apabila EBIT
mengalami penurunan sebesar 80%, maka EAT B akan turun 2,5 x 80% = 200%. Dengan
demikian EAT mesin B akan merugi Rp. 120.000.000.
Bukti:
Penjualan A turun 40% menyebabkan EBIT A turun 50%, dan EAT turun 66,67%.
Penjualan B turun 40%, menyebabkan EBIT B turun 80%, dan EAT B turun 200%.
Keterangan Mesin A Mesin B
Penjualan (000) 1.500.000 1.500.000
Biaya Variabel 1.200.000 900.000
Kontribusi Marjin 300.000 600.000
Biaya tetap 100.000 500.000
EBIT 200.000 100.000
Bunga 100.000 300.000
EBT 100.000 -200.000
Pajak 40% 40.000 80.000
EAT 60.000 -120.000
29
Sedangkan penjualan naik 40%, maka EBIT A akan naik 50%, dan EAT A akan naik
66,67% menjadi Rp. 300.000.000, sedangkan EBIT B akan meningkat 80%, dan EAT B
naik 200% menjadi 360.000.000.
Bukti:
Keterangan Mesin A Mesin B
Penjualan (000) 3.500.000 3.500.000
Biaya Variabel 2.800.000 2.100.000
Kontribusi Marjin 700.000 1.400.000
Biaya tetap 100.000 500.000
EBIT 600.000 900.000
Bunga 100.000 300.000
EBT 500.000 600.000
Pajak 40% 200.000 240.000
EAT 300.000 360.000
Dari contoh tersebut, leverage finansial dapat dimanfaatkan untuk menaksir perubahan
laba bagi pemegang saham (EAT) yang diakibatkan perubahan EBIT.
4. Leverage Kombinasi
Perusahaan juga dapat secara langsung mengetahui efek perubahan penjualan terhadap
perubahan laba untuk pemegang saham (EAT) yaitu dengan menggunakan combine
leverage (leverage kombinasi).
Leverage kombinasi adalah pengaruh perubahan penjualan terhadap perubahan laba
setelah pajak.
Bila ditemukan leverage kombinasi 3, artinya perubahan penjualan 20% akan
memengaruhi lana setelah pajak sebesar 3 x 20% = 60%.
Untuk menghitung degree of combine leverage (DCL) dengan rumus berikut:
S BV QP V
DCL
EBIT I QP V BT I
Contoh:
2.500 .000 2.000 .000
DCL(A) 1,66
400 .000 100 .000
2.500 .000 1.500 .000
DCL(B) 5
500 .000 300 .000
30
SOAL
Perusahaan sedang memilih dua alternatif mesin yang akan dibeli untuk mendukung proses
produksinya. Mesin X memiliki karakteristik biaya tetap tinggi tetapi biaya variabel rendah,
sedangkan mesin Y memiliki biaya tetap rendah, tetapi biaya variabelnya tinggi. Berikut data
kedua mesin tersebut:
Mesin X Mesin Y
Harga per unit Rp. 10.000 Rp. 10.000
Biaya Variabel Rp. 4.000 Rp. 6.000
Biaya Tetap Rp. 800 juta Rp. 200 juta
31
MATERI 5. TEORI STRUKTUR MODAL
32
Perlu ditambah bahwa:
V= D + S
Dimana V = nilai perusahaan
D = hutang (debt)
S = modal sendiri (stock)
Dari dalil 1 ini dapat disimpulkan bahwa menurut modal MM, tidak ada pajak, nilai
perusahaan tidak tergantung pada leverage (menggunakan hutang atau tidak).
b. Dalil II
KsL = KsU + (KsU – Kd) (D/S)
Dimana, KsL = keuntungan yang disyaratkan pada modal sendiri atau biaya
modal sendiri pada perusahaan levered firm.
KsU = biaya modal sendiri pada unlevered firm
D/S = hutang dibagi modal sendiri
Kd = biaya hutang
Dapat disimpulkan jika penggunaan hutang bertambah (D bertambah besar), biaya
modal sendiri (KsL) juga bertambah besar. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut:
jika hutang yang digunakan bertambah, resiko perusahaan juga bertambah sehingga
biaya modal sendiri atau keuntungan yang disyaratkan pada modal sendiri juga
bertambah.
Perlu diingat bahwa:
WACC = wd. Kd (1 – T) + ws. Ks
wd = D/(D+S) = D/V
ws = S/(D+S) = S/V
asumsi T = 0, maka
33
Dari dalil 2 ini, dapat disimpulkan bahwan penggunaan hutang tidak akan merubah
WACC. Biaya hutang (Kd) memang lebih kecil dibandingkan biaya modal sendiri
(KsL), tetapi semakin besar penggunaan hutang, semakin besar pula resiko sehingga
biaya modal sendiri (KsL) bertambah. Jadi penggunaan hutang tidak akan
meningkatkan nilai perusahaan karena keuntungan dari biaya hutang yang lebih kecil
(murah) ditutup dengan naiknya biaya modal sendiri.
Contoh:
EBIT = 2,4 juta dan konstan dari waktu ke waktu. Biaya hutang (Kd) = 8%. Biaya modal
sendiri jika perusahaan tidak menggunakan hutang (KsU) = 12%. Jika perusahaan
berhutang, uang tersebut digunakan untuk membeli kembali saham, dengan kata lain jika
hutang bertambah sebesar X, modal sendiri akan berkurang sebesar X pula sehingga
aktiva atau nilai perusahaan tetap.
b. Jika D = 5
V=D+S
S=V–D
= 20 – 5 = 15 juta
34
EBIT 2,4 juta
VL 20 juta
KsU 0,12
Atau V= D+S
D = 5, dan
EBIT Kd D
S
KsL
2,4 (8% 5)
Maka S =15
13,33%
V = 5 + 15 = 20
c. Jika D = 10
S=V–D
= 20 – 10 = 10 juta
d. Jika D = 15
S=V–D
= 20 – 15 = 15 juta
35
e. Bagaimana jika perusahaan menggunakan 100% hutang (secara teori bisa tetapi
secara praktik tidak ada perusahaan yang dibiayai dengan 100% hutang). V = 20,
maka D = 20 dan S = 0
Pada kondisi ini, karena pemberi hutang menanggung seluruh resiko perusahaan
maka Kd = KsU = 12%
EBIT 2,4 juta
VL 20 juta
KsU 0,12
WACC = Kd = 12%
D S V D/V Kd Ks WACC
0 20 20 0% 8% 12% 12%
5 15 20 25% 8% 13,3% 12%
10 10 20 50% 8% 16% 12%
15 5 20 75% 8% 24% 12%
20 0 20 100% 12% 12%
Dari tabel di atas nampak bahwa (1) semakin besar persentase hutang, Ks naik, Kd
tetap, dan WACC tetap,dan (2) semakin besar hutang, nilai perusahaan (V) tetap.
Catatan: D = 100% adalah sama dengan S = 100%, (Kd = KsU untuk D =100%)
36
Dua dalil MM Dengan Pajak
a. Dalil I
VL = VU + T.D
Dimana, VL = nilai perusahaan yang menggunakan hutang (levered firm)
VU = nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang (unlevered
firm)
T = pajak (tax rate)
D = hutang (debt)
Nilai perusahaan yang sama sekali tidak menggunakan hutang sama dengan nilai
modal sendiri perusahaan tersebut (S)
EBIT 1 T
S VU
KsU
b. Dalil II
KsL = KsU + (KsU –Kd) (1 –T) (D/S)
Dimana, KsL = keuntungan yang disyaratkan pada modal sendiri pada levered
firm
KsU = keuntungan yang disyaratkan pada modal sendiri pada
unlevered firm
Kd = biaya hutang
T = pajak
D = hutang perusahaan
S = modal sendiri perusahaan
Contoh:
EBIT = 4 juta dan konstan sepanjang waktu
Kd = 8%
KsU = 12%
T = 40%
a. Jika perusahaan tidak menggunakan hutang:
D=0
37
EBIT 1 T 41 0,4
VU 20 juta
KsU 0,12
Cara lain:
EAT EBIT Kd D 1 T
S
Ks Ks
S
4 0,08 10 1 0,4 14 juta
13,71
V = D + S = 10 + 14 = 24 juta
38
c. Jika perusahaan menggunakan 30 juta hutang
D = 30 juta
VL = VU + T.D
= 20 juta + (0,4 x 30 juta)
= 32 juta
S = VL – D
= 34 juta – 30 juta = 2 juta
D V S D/V Kd Ks WACC
0 20 20 0% 8% 12% 12%
5 22 17 22,73% 8% 12,71% 10,91%
10 24 14 41,67% 8% 13,71% 10%
15 26 11 57,69% 8% 15,27% 9,23%
20 28 8 71,43% 8% 18% 8,57%
25 30 5 83,33% 8% 24% 8%
30 32 2 93,75% 8% 48% 7,5%
33,33 33,33 0 100% 12% - 12%
39
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai
perusahaan dan menurunkan WACC perusahaan. Model MM dengan pajak ini
menyimpulkan bahwa perusahaan seharusnya menggunakan hampir 100% hutang.
3. Model Miller
Tahun 1976, Miller menyajikan suatu teori struktur modal yang juga meliputi pajak untuk
penghasilan pribadi. Pajak pribadi ini adalah (1) pajak penghasilan dari saham (Ts), dan
(2) pajak penghasilan dari obligasi (Td).
Dalil I model Miller adalah:
VL = VU + T . D
Di mana
T 1
1 Tc 1 Ts
1 Td
Sehingga
1 Tc 1 Ts
VL VU D
1 Td
Dimana: Tc = pajak perusahaan (corporate tax rate)
Ts = pajak penghasilan saham
Td = pajak penghasilan obligasi
D = hutang perusahaan
Jika tidak ada pajak, maka Tc = Ts = Td = 0, model Miller akan menjadi MM tanpa
pajak yaitu VL = VU
Jika tidak ada pajak pribadi, maka Ts = Td = 0, model Miller akan menjadi MM dengan
pajak yaitu VL = VU + T.D
Keuntungan dari penggunaan hutang pada Model Miller tergantung pada Tc, Ts, dan Td
serta D
Karena pajak pada capital gain suatu saham biasanya dibayar belakangan atau tertunda
(pajak dibayar setelah saham terjual), maka pada umumnya Ts < Td.
Kelemahan utama model Miller dan MM adalah mengabaikan faktor Financial Distress
dan Agency Cost
40
4. Financial Distress dan Agency Cost
Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan
terancam bangkrut. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka akan timbul biaya
kebangkrutan (bankruptcy cost) yang disebabkan oleh keterpaksaan menjual aktiva di
bawah harga pasar, biaya likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva tetap dimakan waktu
sebelum terjual, dan sebagainya. Bankruptcy cost ini termasuk direct cost of financial
distress.
Selain itu, ancaman akan terjadinya financial distress juga merupakan biaya karena
manajemen cenderung menghabiskan waktu untuk menghindari kebangkrutan daripada
membuat keputusan perusahaan yang baik. Ini termasuk indirect cost of financial distress.
Pada umumnya, kemungkinan terjadinya financial distress semakin meningkat dengan
meningkatnya penggunaan hutang. Logikanya adalah semakin besar penggunaan hutang,
semakin besar pula beban biaya bunga, semakin besar probabilitas bahwa penurunan
penghasilan akan menyebabkan financial distress.
Agency cost atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena perusahaan
menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang
saham) dan kreditor. Biaya keagenan ini muncul dari problem keaganen (agency
problem). Jika perusahaan menggunakan hutang, dan kemungkinan pemilik perusahaan
menggunakan hutang, ada kemungkinan pemilik perusahaan melakukan tindakan yang
merugikan kreditor. Misalnya, perusahaan melakukan investasi pada proyek-proyek
beresiko tinggi. Ini akan merugikan kreditor. Karena menerima keuntungan yang tetap
(bunga hutang) berapapun keuntungan perusahaan. Ini tidak sesuai dengan konsep “Jika
resiko bertambah maka keuntungan juga harus bertambah. Untuk menghindari kerugian
semacam ini, kreditor melindungi diri dengan perjanjian-perjanjian pada saat
penandatanganan pemberian kredit (covenant). Covenant ini mengurangi kebebasan
perusahaan dalam membuat keputusan. Selain itu perusahaan harus dimonitor untuk
menjamin bahwa covenant ditaati. Biaya untuk monitor ini dibebankan pada perusahaan
dalam bentuk bunga hutang yang lebih tinggi. Jadi agency cost terdiri dari (1) biaya
kehilangan kebebasan atau efisien, (2) biaya untuk memonitor perusahaan.
5. Model Trade-Off
Jika pertimbangan financial distress dan agency cost dimasukkan dalam model MM
dengan pajak, maka akan diperoleh model struktur modal sebagai berikut:
41
VL VU T DPV biaya financial distress yang diharapkan PV biaya keagenan
Semakin besar penggunaan hutang (D), semakin besar keuntungan dari penggunaan
hutang (leverage gain atau T.D), tetapi PV biaya financial distress dan PV agency cost
juga meningkat, bahkan lebih besar. Kesimpulannya adalah: penggunaan hutang akan
meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut,
penggunaan hutang justru akan menurunkan nilai perusahaan karena kenaikan
keuntungan dari penggunaan hutang tidak sebanding dengan kenaikan biaya financial
distress dan agency problem. Titik balik tersebut disebut struktur modal yang optimal,
menunjukkan jumlah hutang perusahaan yang optimal,
Model ini disebut model trade-off karena struktur modal yang optimal dapat ditemukan
dengan menyeimbangkan keuntungan penggunaan hutang (tax shield benefits of
leverage) dengan biaya financial distress dan agency cost.
Model trade off tidak dapat menentukan secara tepat struktur modal yang optimal karena
sulit untuk menentukan secara tepat PV biaya financial distress dan PV agency cost.
Namun demikian model ini memberikan 3 masukan penting:
a. Perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi variabilitas keuntungannya akan
memiliki probabilitas financial distress yang besar. Perusahaan semacam ini harus
menggunakan sedikit hutang.
b. Aktiva tetap yang khas (tidak umum), aktiva yang tidak nampak (intangible assets)
dan kesempatan bertumbuh akan kehilangan banyak nilai jika terjadi financial
distress. Perusahaan yang menggunakan aktiva semacam ini seharusnya
menggunakan sedikit hutang.
c. Perusahaan yang membayar pajak yang tinggi (dikenai tingkat pajak yang besar)
sebaiknya lebih banyak menggunakan hutang dibanding perusahaan yang membayar
pajak yang rendah (tingkat pajak rendah).
42
maka ada kecenderungan bahwa (1) jika perusahaan memiliki prospek yang cerah,
manajemen tidak akan menerbitkan saham baru, tapi menggunakan laba ditahan (supaya
prospek cerah tersebut dapat dinikmati pemegang saham saat ini, (2) jika prospek kurang
baik, manajemen menerbitkan saham baru untuk memperoleh dana, Ini akan
menguntungkan pemegang saham saat ini karena tanggung jawab mereka berkurang.
Masalahnya adalah para investor tahu kecenderungan ini sehingga mereka melihat
penawaran saham baru sebagai sinyal berita buruk sehingga harga saham perusahaan
cenderung turun jika saham baru diterbitkan. Ini menyebabkan biaya modal sendiri
menjadi tinggi. WACC semakin tinggi dan nilai perusahaan cenderung menurun. Hal ini
mendorong perusahaan untuk menerbitkan obligasi atau berhutang daripada menerbitkan
saham baru.
Karena adanya informasi tidak simetris, Gordon Donadson menyimpulkan bahwa
perusahaan lebih senang menggunakan dana dengan urutan (1) laba ditahan dan dana dari
depresiasi, (2) hutang, dan (3) penjualan saham baru.
SOAL
Perusahaan ANTI HUTANG (A) dan perusahaan HUTANG TERUS (H) sama persis kecuali
A tidak menggunakan hutang dan H memiliki hutang 100 juta dengan bunga 10%.
Asumsikan bahwa semua asumsi MM terpenuhi, tidak ada pajak. EBIT perusahaan 40 juta
dan biaya modal sendiri perusahaan A adalah 20%.
a. Berapa nilai kedua perusahaan menurut teori MM tanpa pajak?
b. Berapa biaya modal sendiri (Ks) untuk kedua perusahaan?
c. Berapa biaya modal tertimbang (WACC) untuk kedua perusahaan?
Kemudian asumsikan sekarang perusahaan dikenai pajak 20%. Jawablah pertanyaan berikut:
a. Berapa nilai kedua perusahaan menurut teori MM tanpa pajak?
b. Berapa biaya modal sendiri (Ks) untuk kedua perusahaan?
c. Berapa biaya modal tertimbang (WACC) untuk kedua perusahaan?
43
MATERI 6. KEBIJAKAN DIVIDEN
44
MATERI 7. PASAR MODAL
45
MATERI 8. HUTANG JANGKA PANJANG, SAHAM PREFEREN, DAN SAHAM
BIASA
46
MATERI 9. SEWA GUNA USAHA (LEASING)
1. Pendahuluan
Untuk memperoleh aktiva tetap, ada 2 cara, yaitu (1) membeli, dan (2) leasing.
Sebelum 1950-an, leasing identik dengan bisnis real estate. Saat ini berbagai macam
aktiva tetap dapat diperoleh dengan cara leasing.
Pada dasarnya leasing dibagi menjadi 2 jenis, yaitu (1) operating lease, dan (2) financial
lease.
Operating lease atau disebut service lease, umumnya menyediakan pendanaan sekaligus
perawatan aktiva tetap. Pemilikan aktiva disebut lessor, sedangkan pengguna disebut
lesse. Lessor menyediakan aktiva untuk lesse yang membayar lease payment.
Ciri-ciri operating lease:
a. Tidak teramortisasi secara penuh (not full amortized), artinya total lease payment
lebih kecil daripada biaya pengadaan aktiva
b. Usia kontrak lease lebih pendek daripada usia ekonomis aktiva yang diperkirakan
c. Lessor mengharapkan keuntungan dari meleasing aktivanya beberapa kali
d. Ada klausul cancellation atau dapat dibatalkan. Klausul ini memberi hak kepada lease
untuk membatalkan kontrak lease sebelum jatuh tempo.
Financial lease atau sering disebut capital lease, berbeda dari operating lease dalam hal
(1) tidak menyediakan jasa perawatan, (2) tidak dapat dibatalkan, dan (3) teramortisasi
secara penuh (full amortized).yang artinya total lease payment sama dengan biaya
pengadaan aktiva plus keuntungan lessor.
47
P meminjam 200 untuk membeli mesin tersebut sedangkan L meleasing mesin tersebut.
Karena leasing bersifat off-balance sheet, neraca L tidak berubah, sedangkan meraca P
menjadi:
Aktiva lancar 100 Hutang 300
Aktiva tetap 300 Modal sendiri 100
400 400
Hutang/Aktiva = 300/400 = 75%
Jika satu atau lebih ciri di atas ada, maka lease tersebut harus muncul di neraca. Jika tidak
ada satupun ciri di atas, lease termasuk off-balance sheet operating lease tidak muncul di
neraca, namun tetap dilaporkan dalam catatan kaki pada neraca.
48
Dimana, CIFt = cash inflow pada waktu t yang dihasilkan proyek
k = biaya modal
COF = initial cash outflow (diasumsikan terjadi sekarang)
n = usia proyek
b. Langkah 2
Menghitung NAL (net advantage to leasing)
NAL adalah penghematan biaya yang timbul karena terdapat pilihan alternatif leasing
dari pada membeli aktiva.
n
O t 1 T R t 1 T T.D t Vn
NAL COF
t 1 1 rb t
1 rb n
Dimana Ot = operating cash outflow pada waktu t yang terhadi hanya jika
aktiva dibeli (tidak leasing). Biasanya terdiri atas biaya perawatan
dan asuransi yang pada kontrak lease akan dibayar oleh lessor
Rt = leasing payment tahunan pada tahun t
T = tingkat pajak pada penghasilan perusahaan
Dt = biaya depresiasi aktiva pada waktu t
Vn -=nilai sisa setelah pajak (salvage value after tax) pada waktu n
COF = harga perolehan aktiva, yang tidak dibayar lease jika ia
melakukan leasing
rb = biaya hutang setelah pajak, rb = Kd (1-T)
NAL sebenarnya adalah selisih antara benefit dan cost dari leasing dibanding
alternatif membeli aktiva/
Benefit dari leasing:
- Tidak ada biaya perawatan/operasi (Ot)
- Tidak ada pengeluaran untuk memperoleh aktiva (COF)
- Ada penghematan pajak akibat membayar lease payment (Rt.T)
Cost dari leasing:
- Tidak ada biaya operasi maka tidak ada penghematan pajak (-Ot.T)
- Membayar lease payment (-Rt)
- Tidak ada biaya depresiasi (karena tidak memiliki aktiva) sehingga tidak ada
penghematan pajak (-Dt.T)
- Tidak ada nilai sisa aktiva (karena tidak memiliki aktiva) sebesar Vn.
49
Jika benefit > cost, maka NAL positif sehingga lebih menguntungkan jika leasing
dibandingkan alternatif membeli dengan menggunakan dana dari leasing.
c. Langkah 3
Membuat keputusan. Jelas bahwa jika NPV (A) 0 serta NAL > 0, aktiva dapat
diperoleh melalui leasing jika NPV (A) 0 namun NAL < 0, aktiva diperoleh dengan
cara membeli. Bagaimana jika NPV (A) < 0? Jangan terburu untuk menolak aktiva
tersebut sebab dengan leasing akan timbul NAL. Jika NPV (A) + NAL 0, maka
aktiva dapat diterima tetapi harus diperoleh dengan cara leasing. Jika NPV (A) + NAL
< 0, tidak ada harapan lagi, aktiva atau proyek harus ditolak.
Contoh.
PT GUDANG GULA sebuah perusahaan rokok, sedang mempertimbangkan pembelian
sebuah mesin seharaga Rp. 15 juta. Untuk pembayaran pajak, mesin didepresiasi 5 tahun
tanpa nilai sisa dengan metode garis lurus. Namun, diperkirakan pada akhir tahun ke-5
mesin dapat dijual dengan harga Rp. 2,1 juta. Mesin diperkirakan menghasilkan arus kas
sesudah pajak (EAT + depresiasi) sebesar Rp. 4 juta per tahun selama 5 tahun mendatang.
Biaya operasi mesin (dibayar oleh lessor jika kita leasing) diperkirakan Rp. 1 juta per
tahun selama usia proyek. Lease payment tahunan ditentukan oleh lessor sebesar Rp. 4,2
juta per tahun. Jika meminjam Rp. 15 juta ke Bank DOEL, akan dikenai bunga 8%/tahun.
Pajak penghasilan perusahaan adalah 50%. Biaya modal perusahaan adalah 12%.
= Rp. 15.350
Karena NPV > 0, proyek mesin dapat diterima
50
Tahun ke Ot (1-T) -Rt (1-T) -Dt.T Jumlah
1 0,5 -2,1 -1,5 -3,1
2 0,5 -2,1 -1,5 -3,1
3 0,5 -2,1 -1,5 -3,1
4 0,5 -2,1 -1,5 -3,1
5 0,5 -2,1 -1,5 -3,1
rb = 8% (1-50%) = 4%
3,1 3,1 3,1 3,1 3,1 1,05
NAL 15
(1 0,04) 1
(1 0,04) 2
(1 0,04) 3
(1 0,04) 4
(1 0,04) 5
(1 0,04)1
= Rp. 0,34 juta
Keterangan:
Ot (1-T) = 1 (1-0,5) = 0,5
Rt (1-T) = 4,2 (1-0,5) = 2,1
Dt. T = (15/5) x 0,5 = 1,5
Vn = 2,1 (1-0,5) = 1,05
Mesin yang nilai bukunya = 0 laku dijual 2,1 juta sehingga dikenai pajak penghasilan
50% x 2,1 juta, sisanya adalah 1, 05 juta.
Kesimpulan: karena NPV positif dan NAL positif, mesin dapat diterima mesin diperoleh
dengan cara leasing.
51
d. Lessor menyediakan jasa perawatan aktiva
Tidak semua perusahaan mampu merawat aktivanya dengan baik. Selain masalah
biaya juga adanya kerepotan yang timbul dari perawatan aktiva tersebut.
e. Perbedaan-perbedaan yang membuat leasing menarik bagi lessor dan lesse
Misalnya, perbedaan situasi pajak yang dihadapi lessor dan lesse
f. Keuntungan off balance sheet
Adanya ketidakmunculan leasing dalam neraca memberikan keuntungan bagi lesse
karena rasio hutangnya tidak memburuk.
g. Pendanaan yang lebih longgar
Berhutang biasanya lebih rumit prosedurnya dan menimbulkan covenant dari kreditur.
Oleh karena itu, leasing dianggap alternatif pendanaan yang lebih longgor serta cepat.
h. Kemudahan memperoleh kredit
Bagi perusahaan dengan rating yang kurang baik, berhutang adalah alternatif yang
kurang menguntungkan, karena ia akan dikenai bunga yang relatif tinggi. Untuk
perusahaan semacam ini, leasing merupakan alternatif yang menarik
i. Penghematan kas
Leasing menghindarkan perusahaan dari pengeluaran kas yang besar untuk membeli
aktiva tetap
j. Biaya leasing
Perusahaan tertarik pada leasing karena biaya pendanaan leas lebih rendah daripada
biaya bunga jika berhutang
SOAL
Manajemen PT ANAK ANAK sedang mempertimbangkan untuk membeli sebuah mesin
penghancur butiran jagung seharga Rp. 1 juta. Mesin didepresiasi 4 tahun tanpa nilai sisa.
Metode depresiasi adalah garis lurus. Pada akhir tahun ke-4 mesin dapat dijual seharga Rp.
100.000. Tarif pajak = 40% dan biaya modal perusahaan adalah 10%. Proyek dapat dibiayai
sepenuhnya melalui leasing. PT SUKA SUKA menawarkan leasing dengan lease payment
sebesar Rp. 400.000/tahun, biaya perawatan mesin sebesar Rp. 100.00/tahun ditanggung.
Mesin diperkirakan menghasilkan arus kas masuk bersih sesudah pajak sebesar Rp.
300.000/tahun. Biaya hutang sebelum pajak adalah 6%/tahun.
Apakah proyek pengadaan mesin tersebut dapat diterima? Jika Ya, dengan cara leasing atau
membeli?
52
MATERI 10. WARRANT DAN OBLIGASI KONVERSI
53
MATERI 11. MERGER DAN REORGANISASI
54
MATERI 12. MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL
55
LAMPIRAN
Tabel .1 Present Value dari 1
Periode 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%
1 0,990 0,980 0,971 0,962 0,952 0,943 0,935 0,926 0,917 0,909
2 0,980 0,961 0,943 0,925 0,907 0,890 0,873 0,857 0,842 0,826
3 0,971 0,942 0,915 0,889 0,864 0,840 0,816 0,794 0,772 0,751
4 0,961 0,924 0,888 0,855 0,823 0,792 0,763 0,735 0,708 0,683
5 0,951 0,906 0,863 0,822 0,784 0,747 0,713 0,681 0,650 0,621
6 0,942 0,888 0,837 0,790 0,746 0,705 0,666 0,630 0,596 0,564
7 0,933 0,871 0,813 0,760 0,711 0,665 0,623 0,583 0,547 0,513
8 0,923 0,853 0,789 0,731 0,677 0,627 0,582 0,540 0,502 0,467
9 0,914 0,837 0,766 0,703 0,645 0,592 0,544 0,500 0,460 0,424
10 0,905 0,820 0,744 0,676 0,614 0,558 0,508 0,463 0,422 0,386
11 0,896 0,804 0,722 0,650 0,585 0,527 0,475 0,429 0,388 0,350
12 0,887 0,788 0,701 0,625 0,557 0,497 0,444 0,397 0,356 0,319
13 0,879 0,773 0,681 0,601 0,530 0,469 0,415 0,368 0,326 0,290
14 0,870 0,758 0,661 0,577 0,505 0,442 0,388 0,340 0,299 0,263
15 0,861 0,743 0,642 0,555 0,481 0,417 0,362 0,315 0,275 0,239
16 0,853 0,728 0,623 0,534 0,458 0,394 0,339 0,292 0,252 0,218
17 0,844 0,714 0,605 0,513 0,436 0,371 0,317 0,270 0,231 0,198
18 0,836 0,700 0,587 0,494 0,416 0,350 0,296 0,250 0,212 0,180
19 0,828 0,686 0,570 0,475 0,396 0,331 0,277 0,232 0,194 0,164
20 0,820 0,673 0,554 0,456 0,377 0,312 0,258 0,215 0,178 0,149
21 0,811 0,660 0,538 0,439 0,359 0,294 0,242 0,199 0,164 0,135
22 0,803 0,647 0,522 0,422 0,342 0,278 0,226 0,184 0,150 0,123
23 0,795 0,634 0,507 0,406 0,326 0,262 0,211 0,170 0,138 0,112
24 0,788 0,622 0,492 0,390 0,310 0,247 0,197 0,158 0,126 0,102
25 0,780 0,610 0,478 0,375 0,295 0,233 0,184 0,146 0,116 0,092
26 0,772 0,598 0,464 0,361 0,281 0,220 0,172 0,135 0,106 0,084
27 0,764 0,586 0,450 0,347 0,268 0,207 0,161 0,125 0,098 0,076
28 0,757 0,574 0,437 0,333 0,255 0,196 0,150 0,116 0,090 0,069
29 0,749 0,563 0,424 0,321 0,243 0,185 0,141 0,107 0,082 0,063
30 0,742 0,552 0,412 0,308 0,231 0,174 0,131 0,099 0,075 0,057
31 0,735 0,541 0,400 0,296 0,220 0,164 0,123 0,092 0,069 0,052
32 0,727 0,531 0,388 0,285 0,210 0,155 0,115 0,085 0,063 0,047
33 0,720 0,520 0,377 0,274 0,200 0,146 0,107 0,079 0,058 0,043
34 0,713 0,510 0,366 0,264 0,190 0,138 0,100 0,073 0,053 0,039
35 0,706 0,500 0,355 0,253 0,181 0,130 0,094 0,068 0,049 0,036
36 0,699 0,490 0,345 0,244 0,173 0,123 0,088 0,063 0,045 0,032
37 0,692 0,481 0,335 0,234 0,164 0,116 0,082 0,058 0,041 0,029
38 0,685 0,471 0,325 0,225 0,157 0,109 0,076 0,054 0,038 0,027
39 0,678 0,462 0,316 0,217 0,149 0,103 0,071 0,050 0,035 0,024
40 0,672 0,453 0,307 0,208 0,142 0,097 0,067 0,046 0,032 0,022
56
Tabel .1 Present Value dari 1 (lanjutan)
Periode 11% 12% 13% 14% 15% 16% 17% 18% 19% 20%
1 0,901 0,893 0,885 0,877 0,870 0,862 0,855 0,847 0,840 0,833
2 0,812 0,797 0,783 0,769 0,756 0,743 0,731 0,718 0,706 0,694
3 0,731 0,712 0,693 0,675 0,658 0,641 0,624 0,609 0,593 0,579
4 0,659 0,636 0,613 0,592 0,572 0,552 0,534 0,516 0,499 0,482
5 0,593 0,567 0,543 0,519 0,497 0,476 0,456 0,437 0,419 0,402
6 0,535 0,507 0,480 0,456 0,432 0,410 0,390 0,370 0,352 0,335
7 0,482 0,452 0,425 0,400 0,376 0,354 0,333 0,314 0,296 0,279
8 0,434 0,404 0,376 0,351 0,327 0,305 0,285 0,266 0,249 0,233
9 0,391 0,361 0,333 0,308 0,284 0,263 0,243 0,225 0,209 0,194
10 0,352 0,322 0,295 0,270 0,247 0,227 0,208 0,191 0,176 0,162
11 0,317 0,287 0,261 0,237 0,215 0,195 0,178 0,162 0,148 0,135
12 0,286 0,257 0,231 0,208 0,187 0,168 0,152 0,137 0,124 0,112
13 0,258 0,229 0,204 0,182 0,163 0,145 0,130 0,116 0,104 0,093
14 0,232 0,205 0,181 0,160 0,141 0,125 0,111 0,099 0,088 0,078
15 0,209 0,183 0,160 0,140 0,123 0,108 0,095 0,084 0,074 0,065
16 0,188 0,163 0,141 0,123 0,107 0,093 0,081 0,071 0,062 0,054
17 0,170 0,146 0,125 0,108 0,093 0,080 0,069 0,060 0,052 0,045
18 0,153 0,130 0,111 0,095 0,081 0,069 0,059 0,051 0,044 0,038
19 0,138 0,116 0,098 0,083 0,070 0,060 0,051 0,043 0,037 0,031
20 0,124 0,104 0,087 0,073 0,061 0,051 0,043 0,037 0,031 0,026
21 0,112 0,093 0,077 0,064 0,053 0,044 0,037 0,031 0,026 0,022
22 0,101 0,083 0,068 0,056 0,046 0,038 0,032 0,026 0,022 0,018
23 0,091 0,074 0,060 0,049 0,040 0,033 0,027 0,022 0,018 0,015
24 0,082 0,066 0,053 0,043 0,035 0,028 0,023 0,019 0,015 0,013
25 0,074 0,059 0,047 0,038 0,030 0,024 0,020 0,016 0,013 0,010
26 0,066 0,053 0,042 0,033 0,026 0,021 0,017 0,014 0,011 0,009
27 0,060 0,047 0,037 0,029 0,023 0,018 0,014 0,011 0,009 0,007
28 0,054 0,042 0,033 0,026 0,020 0,016 0,012 0,010 0,008 0,006
29 0,048 0,037 0,029 0,022 0,017 0,014 0,011 0,008 0,006 0,005
30 0,044 0,033 0,026 0,020 0,015 0,012 0,009 0,007 0,005 0,004
31 0,039 0,030 0,023 0,017 0,013 0,010 0,008 0,006 0,005 0,004
32 0,035 0,027 0,020 0,015 0,011 0,009 0,007 0,005 0,004 0,003
33 0,032 0,024 0,018 0,013 0,010 0,007 0,006 0,004 0,003 0,002
34 0,029 0,021 0,016 0,012 0,009 0,006 0,005 0,004 0,003 0,002
35 0,026 0,019 0,014 0,010 0,008 0,006 0,004 0,003 0,002 0,002
36 0,023 0,017 0,012 0,009 0,007 0,005 0,004 0,003 0,002 0,001
37 0,021 0,015 0,011 0,008 0,006 0,004 0,003 0,002 0,002 0,001
38 0,019 0,013 0,010 0,007 0,005 0,004 0,003 0,002 0,001 0,001
39 0,017 0,012 0,009 0,006 0,004 0,003 0,002 0,002 0,001 0,001
40 0,015 0,011 0,008 0,005 0,004 0,003 0,002 0,001 0,001 0,001
57
Tabel .1 Present Value dari 1 (lanjutan)
Periode 21% 22% 23% 24% 25% 26% 27% 28% 29% 30%
1 0,826 0,820 0,813 0,806 0,800 0,794 0,787 0,781 0,775 0,769
2 0,683 0,672 0,661 0,650 0,640 0,630 0,620 0,610 0,601 0,592
3 0,564 0,551 0,537 0,524 0,512 0,500 0,488 0,477 0,466 0,455
4 0,467 0,451 0,437 0,423 0,410 0,397 0,384 0,373 0,361 0,350
5 0,386 0,370 0,355 0,341 0,328 0,315 0,303 0,291 0,280 0,269
6 0,319 0,303 0,289 0,275 0,262 0,250 0,238 0,227 0,217 0,207
7 0,263 0,249 0,235 0,222 0,210 0,198 0,188 0,178 0,168 0,159
8 0,218 0,204 0,191 0,179 0,168 0,157 0,148 0,139 0,130 0,123
9 0,180 0,167 0,155 0,144 0,134 0,125 0,116 0,108 0,101 0,094
10 0,149 0,137 0,126 0,116 0,107 0,099 0,092 0,085 0,078 0,073
11 0,123 0,112 0,103 0,094 0,086 0,079 0,072 0,066 0,061 0,056
12 0,102 0,092 0,083 0,076 0,069 0,062 0,057 0,052 0,047 0,043
13 0,084 0,075 0,068 0,061 0,055 0,050 0,045 0,040 0,037 0,033
14 0,069 0,062 0,055 0,049 0,044 0,039 0,035 0,032 0,028 0,025
15 0,057 0,051 0,045 0,040 0,035 0,031 0,028 0,025 0,022 0,020
16 0,047 0,042 0,036 0,032 0,028 0,025 0,022 0,019 0,017 0,015
17 0,039 0,034 0,030 0,026 0,023 0,020 0,017 0,015 0,013 0,012
18 0,032 0,028 0,024 0,021 0,018 0,016 0,014 0,012 0,010 0,009
19 0,027 0,023 0,020 0,017 0,014 0,012 0,011 0,009 0,008 0,007
20 0,022 0,019 0,016 0,014 0,012 0,010 0,008 0,007 0,006 0,005
21 0,018 0,015 0,013 0,011 0,009 0,008 0,007 0,006 0,005 0,004
22 0,015 0,013 0,011 0,009 0,007 0,006 0,005 0,004 0,004 0,003
23 0,012 0,010 0,009 0,007 0,006 0,005 0,004 0,003 0,003 0,002
24 0,010 0,008 0,007 0,006 0,005 0,004 0,003 0,003 0,002 0,002
25 0,009 0,007 0,006 0,005 0,004 0,003 0,003 0,002 0,002 0,001
26 0,007 0,006 0,005 0,004 0,003 0,002 0,002 0,002 0,001 0,001
27 0,006 0,005 0,004 0,003 0,002 0,002 0,002 0,001 0,001 0,001
28 0,005 0,004 0,003 0,002 0,002 0,002 0,001 0,001 0,001 0,001
29 0,004 0,003 0,002 0,002 0,002 0,001 0,001 0,001 0,001 0,000
30 0,003 0,003 0,002 0,002 0,001 0,001 0,001 0,001 0,000 0,000
31 0,003 0,002 0,002 0,001 0,001 0,001 0,001 0,000 0,000 0,000
32 0,002 0,002 0,001 0,001 0,001 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000
33 0,002 0,001 0,001 0,001 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
34 0,002 0,001 0,001 0,001 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
35 0,001 0,001 0,001 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
36 0,001 0,001 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
37 0,001 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
38 0,001 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
39 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
40 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
58
Tabel 2. Present Value of Annuity dari 1
Periode 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%
1 0,990 0,980 0,971 0,962 0,952 0,943 0,935 0,926 0,917 0,909
2 1,970 1,942 1,913 1,886 1,859 1,833 1,808 1,783 1,759 1,736
3 2,941 2,884 2,829 2,775 2,723 2,673 2,624 2,577 2,531 2,487
4 3,902 3,808 3,717 3,630 3,546 3,465 3,387 3,312 3,240 3,170
5 4,853 4,713 4,580 4,452 4,329 4,212 4,100 3,993 3,890 3,791
6 5,795 5,601 5,417 5,242 5,076 4,917 4,767 4,623 4,486 4,355
7 6,728 6,472 6,230 6,002 5,786 5,582 5,389 5,206 5,033 4,868
8 7,652 7,325 7,020 6,733 6,463 6,210 5,971 5,747 5,535 5,335
9 8,566 8,162 7,786 7,435 7,108 6,802 6,515 6,247 5,995 5,759
10 9,471 8,983 8,530 8,111 7,722 7,360 7,024 6,710 6,418 6,145
11 10,368 9,787 9,253 8,760 8,306 7,887 7,499 7,139 6,805 6,495
12 11,255 10,575 9,954 9,385 8,863 8,384 7,943 7,536 7,161 6,814
13 12,134 11,348 10,635 9,986 9,394 8,853 8,358 7,904 7,487 7,103
14 13,004 12,106 11,296 10,563 9,899 9,295 8,745 8,244 7,786 7,367
15 13,865 12,849 11,938 11,118 10,380 9,712 9,108 8,559 8,061 7,606
16 14,718 13,578 12,561 11,652 10,838 10,106 9,447 8,851 8,313 7,824
17 15,562 14,292 13,166 12,166 11,274 10,477 9,763 9,122 8,544 8,022
18 16,398 14,992 13,754 12,659 11,690 10,828 10,059 9,372 8,756 8,201
19 17,226 15,678 14,324 13,134 12,085 11,158 10,336 9,604 8,950 8,365
20 18,046 16,351 14,877 13,590 12,462 11,470 10,594 9,818 9,129 8,514
21 18,857 17,011 15,415 14,029 12,821 11,764 10,836 10,017 9,292 8,649
22 19,660 17,658 15,937 14,451 13,163 12,042 11,061 10,201 9,442 8,772
23 20,456 18,292 16,444 14,857 13,489 12,303 11,272 10,371 9,580 8,883
24 21,243 18,914 16,936 15,247 13,799 12,550 11,469 10,529 9,707 8,985
25 22,023 19,523 17,413 15,622 14,094 12,783 11,654 10,675 9,823 9,077
26 22,795 20,121 17,877 15,983 14,375 13,003 11,826 10,810 9,929 9,161
27 23,560 20,707 18,327 16,330 14,643 13,211 11,987 10,935 10,027 9,237
28 24,316 21,281 18,764 16,663 14,898 13,406 12,137 11,051 10,116 9,307
29 25,066 21,844 19,188 16,984 15,141 13,591 12,278 11,158 10,198 9,370
30 25,808 22,396 19,600 17,292 15,372 13,765 12,409 11,258 10,274 9,427
31 26,542 22,938 20,000 17,588 15,593 13,929 12,532 11,350 10,343 9,479
32 27,270 23,468 20,389 17,874 15,803 14,084 12,647 11,435 10,406 9,526
33 27,990 23,989 20,766 18,148 16,003 14,230 12,754 11,514 10,464 9,569
34 28,703 24,499 21,132 18,411 16,193 14,368 12,854 11,587 10,518 9,609
35 29,409 24,999 21,487 18,665 16,374 14,498 12,948 11,655 10,567 9,644
36 30,108 25,489 21,832 18,908 16,547 14,621 13,035 11,717 10,612 9,677
37 30,800 25,969 22,167 19,143 16,711 14,737 13,117 11,775 10,653 9,706
38 31,485 26,441 22,492 19,368 16,868 14,846 13,193 11,829 10,691 9,733
39 32,163 26,903 22,808 19,584 17,017 14,949 13,265 11,879 10,726 9,757
40 32,835 27,355 23,115 19,793 17,159 15,046 13,332 11,925 10,757 9,779
59
Tabel 2. Present Value of Annuity dari 1 (lanjutan)
Periode 11% 12% 13% 14% 15% 16% 17% 18% 19% 20%
1 0,901 0,893 0,885 0,877 0,870 0,862 0,855 0,847 0,840 0,833
2 1,713 1,690 1,668 1,647 1,626 1,605 1,585 1,566 1,547 1,528
3 2,444 2,402 2,361 2,322 2,283 2,246 2,210 2,174 2,140 2,106
4 3,102 3,037 2,974 2,914 2,855 2,798 2,743 2,690 2,639 2,589
5 3,696 3,605 3,517 3,433 3,352 3,274 3,199 3,127 3,058 2,991
6 4,231 4,111 3,998 3,889 3,784 3,685 3,589 3,498 3,410 3,326
7 4,712 4,564 4,423 4,288 4,160 4,039 3,922 3,812 3,706 3,605
8 5,146 4,968 4,799 4,639 4,487 4,344 4,207 4,078 3,954 3,837
9 5,537 5,328 5,132 4,946 4,772 4,607 4,451 4,303 4,163 4,031
10 5,889 5,650 5,426 5,216 5,019 4,833 4,659 4,494 4,339 4,192
11 6,207 5,938 5,687 5,453 5,234 5,029 4,836 4,656 4,486 4,327
12 6,492 6,194 5,918 5,660 5,421 5,197 4,988 4,793 4,611 4,439
13 6,750 6,424 6,122 5,842 5,583 5,342 5,118 4,910 4,715 4,533
14 6,982 6,628 6,302 6,002 5,724 5,468 5,229 5,008 4,802 4,611
15 7,191 6,811 6,462 6,142 5,847 5,575 5,324 5,092 4,876 4,675
16 7,379 6,974 6,604 6,265 5,954 5,668 5,405 5,162 4,938 4,730
17 7,549 7,120 6,729 6,373 6,047 5,749 5,475 5,222 4,990 4,775
18 7,702 7,250 6,840 6,467 6,128 5,818 5,534 5,273 5,033 4,812
19 7,839 7,366 6,938 6,550 6,198 5,877 5,584 5,316 5,070 4,843
20 7,963 7,469 7,025 6,623 6,259 5,929 5,628 5,353 5,101 4,870
21 8,075 7,562 7,102 6,687 6,312 5,973 5,665 5,384 5,127 4,891
22 8,176 7,645 7,170 6,743 6,359 6,011 5,696 5,410 5,149 4,909
23 8,266 7,718 7,230 6,792 6,399 6,044 5,723 5,432 5,167 4,925
24 8,348 7,784 7,283 6,835 6,434 6,073 5,746 5,451 5,182 4,937
25 8,422 7,843 7,330 6,873 6,464 6,097 5,766 5,467 5,195 4,948
26 8,488 7,896 7,372 6,906 6,491 6,118 5,783 5,480 5,206 4,956
27 8,548 7,943 7,409 6,935 6,514 6,136 5,798 5,492 5,215 4,964
28 8,602 7,984 7,441 6,961 6,534 6,152 5,810 5,502 5,223 4,970
29 8,650 8,022 7,470 6,983 6,551 6,166 5,820 5,510 5,229 4,975
30 8,694 8,055 7,496 7,003 6,566 6,177 5,829 5,517 5,235 4,979
31 8,733 8,085 7,518 7,020 6,579 6,187 5,837 5,523 5,239 4,982
32 8,769 8,112 7,538 7,035 6,591 6,196 5,844 5,528 5,243 4,985
33 8,801 8,135 7,556 7,048 6,600 6,203 5,849 5,532 5,246 4,988
34 8,829 8,157 7,572 7,060 6,609 6,210 5,854 5,536 5,249 4,990
35 8,855 8,176 7,586 7,070 6,617 6,215 5,858 5,539 5,251 4,992
36 8,879 8,192 7,598 7,079 6,623 6,220 5,862 5,541 5,253 4,993
37 8,900 8,208 7,609 7,087 6,629 6,224 5,865 5,543 5,255 4,994
38 8,919 8,221 7,618 7,094 6,634 6,228 5,867 5,545 5,256 4,995
39 8,936 8,233 7,627 7,100 6,638 6,231 5,869 5,547 5,257 4,996
40 8,951 8,244 7,634 7,105 6,642 6,233 5,871 5,548 5,258 4,997
60
Tabel 2. Present Value of Annuity dari 1 (lanjutan)
Periode 21% 22% 23% 24% 25% 26% 27% 28% 29% 30%
1 0,826 0,820 0,813 0,806 0,800 0,794 0,787 0,781 0,775 0,769
2 1,509 1,492 1,474 1,457 1,440 1,424 1,407 1,392 1,376 1,361
3 2,074 2,042 2,011 1,981 1,952 1,923 1,896 1,868 1,842 1,816
4 2,540 2,494 2,448 2,404 2,362 2,320 2,280 2,241 2,203 2,166
5 2,926 2,864 2,803 2,745 2,689 2,635 2,583 2,532 2,483 2,436
6 3,245 3,167 3,092 3,020 2,951 2,885 2,821 2,759 2,700 2,643
7 3,508 3,416 3,327 3,242 3,161 3,083 3,009 2,937 2,868 2,802
8 3,726 3,619 3,518 3,421 3,329 3,241 3,156 3,076 2,999 2,925
9 3,905 3,786 3,673 3,566 3,463 3,366 3,273 3,184 3,100 3,019
10 4,054 3,923 3,799 3,682 3,571 3,465 3,364 3,269 3,178 3,092
11 4,177 4,035 3,902 3,776 3,656 3,543 3,437 3,335 3,239 3,147
12 4,278 4,127 3,985 3,851 3,725 3,606 3,493 3,387 3,286 3,190
13 4,362 4,203 4,053 3,912 3,780 3,656 3,538 3,427 3,322 3,223
14 4,432 4,265 4,108 3,962 3,824 3,695 3,573 3,459 3,351 3,249
15 4,489 4,315 4,153 4,001 3,859 3,726 3,601 3,483 3,373 3,268
16 4,536 4,357 4,189 4,033 3,887 3,751 3,623 3,503 3,390 3,283
17 4,576 4,391 4,219 4,059 3,910 3,771 3,640 3,518 3,403 3,295
18 4,608 4,419 4,243 4,080 3,928 3,786 3,654 3,529 3,413 3,304
19 4,635 4,442 4,263 4,097 3,942 3,799 3,664 3,539 3,421 3,311
20 4,657 4,460 4,279 4,110 3,954 3,808 3,673 3,546 3,427 3,316
21 4,675 4,476 4,292 4,121 3,963 3,816 3,679 3,551 3,432 3,320
22 4,690 4,488 4,302 4,130 3,970 3,822 3,684 3,556 3,436 3,323
23 4,703 4,499 4,311 4,137 3,976 3,827 3,689 3,559 3,438 3,325
24 4,713 4,507 4,318 4,143 3,981 3,831 3,692 3,562 3,441 3,327
25 4,721 4,514 4,323 4,147 3,985 3,834 3,694 3,564 3,442 3,329
26 4,728 4,520 4,328 4,151 3,988 3,837 3,696 3,566 3,444 3,330
27 4,734 4,524 4,332 4,154 3,990 3,839 3,698 3,567 3,445 3,331
28 4,739 4,528 4,335 4,157 3,992 3,840 3,699 3,568 3,446 3,331
29 4,743 4,531 4,337 4,159 3,994 3,841 3,700 3,569 3,446 3,332
30 4,746 4,534 4,339 4,160 3,995 3,842 3,701 3,569 3,447 3,332
31 4,749 4,536 4,341 4,161 3,996 3,843 3,701 3,570 3,447 3,332
32 4,751 4,538 4,342 4,162 3,997 3,844 3,702 3,570 3,447 3,333
33 4,753 4,539 4,343 4,163 3,997 3,844 3,702 3,570 3,448 3,333
34 4,755 4,540 4,344 4,164 3,998 3,845 3,703 3,571 3,448 3,333
35 4,756 4,541 4,345 4,164 3,998 3,845 3,703 3,571 3,448 3,333
36 4,757 4,542 4,345 4,165 3,999 3,845 3,703 3,571 3,448 3,333
37 4,758 4,543 4,346 4,165 3,999 3,845 3,703 3,571 3,448 3,333
38 4,759 4,543 4,346 4,165 3,999 3,846 3,703 3,571 3,448 3,333
39 4,759 4,544 4,346 4,166 3,999 3,846 3,703 3,571 3,448 3,333
40 4,760 4,544 4,347 4,166 3,999 3,846 3,703 3,571 3,448 3,333
61