Askep Transplantasi Ginjal 1
Askep Transplantasi Ginjal 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transplantasi ginjal adalah pengambilan ginjal dari tubuh seseorang kemudian
dicangkokkan ke dalam tubuh orang lain yang mengalami gangguan fungsi ginjal yang berat dan
permanen. Saat ini, transplantasi ginjal merupakan terapi pilihan pada gagal ginjal kronik
stadium akhir yang mampu memberikan kualitas hidup menjadi normal kembali.
Transplantasi ginjal telah banyak dilaksanakan di seluruh dunia, sejumlah lebih dari
20.000 orang tiap tahun. Di Singapura telah dilakukan lebih dari 842 transplantasi ginjal dengan
total donor cadaver 588 dan 282 donor hidup. Di Indonesia sejak tahun 1977 hingga sekarang
baru mampu mengerjakan sekitar 300 lebih transplantasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia
masih menerapkan sistem donor hidup.4 Di Bali, selama enambelas tahun terakhir 46 pasien (35
orang laki-laki dan 11 orang perempuan) penyakit ginjal stadium akhir menjalani transplantasi
ginjal, sebagian besar diantaranya dikerjakan di luar negeri dengan menggunakan donor cadaver.
Pada dasarnya tujuan utama transplantasi ginjal adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup dan harapan hidup bagi penderita gagal ginjal. Kelangsungan hidup pasien-pasien
transplantasi ginjal ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah skrining penderita,
persiapan pratransplantasi, pendekatan bedah yang diambil pada waktu transplantasi dan
penatalaksanaan penderita paska transplantasi termasuk penggunaan obat-obat imunosupresif.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
transplantasi ginjal.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dari ginjal
b. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari transplantasi ginjal
c. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana etiologi terjadinya transplantasi ginjal
d. Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa termologi dalam transplantasi ginjal
e. Mahasiswa mampu menjelaskan syarat-syarat dilakukannya transplantasi ginjal
f. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana cara dilakukannya transplantasi ginjal
g. Mahasiswa mampu menjelaskan apa saja persiapan sebelum dilakukannya transplantasi ginjal
h. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang berperan dalam keberhasilan transplantasi
ginjal
i. Mahasiswa mampu mejelaskan apa saja komplikasi dari transplantasi ginjal
j. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana persiapan pembedahan pada transplantasi ginjal
k. Mahasiswa mampu menjelaskan apa saja obat-obat imunosupresi
l. Mahasiswa mampu menjelasakan keuntungan dan kekurangan transplantasi ginjal
m. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan transplantasi ginjal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Ginjal
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai
bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin.
a. Letak
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal
ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior)
ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).
Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi
rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya
terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal
dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu
meredam goncangan.
Potongan membujur ginjal:
c. Organisasi
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut medulla.
Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula dilihat
adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan
jaringan ikat longgar yang disebut kapsula. Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang
dapat berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron
berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara
menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh.
Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan
menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor.
Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin. Sebuah nefron terdiri dari sebuah
komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh
saluran-saluran (tubulus). Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut
glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari
arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan.
Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula
Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang
dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan
ginjal lewat arteri eferen. Di antara darah dalam glomerulus dan ruangan berisi cairan dalam
kapsula Bowman terdapat tiga lapisan:
1. kapiler selapis sel endotelium pada glomerulus
2. lapisan kaya protein sebagai membran dasar
3. selapis sel epitel melapisi dinding kapsula Bowman (podosit)
Dengan bantuan tekanan, cairan dalan darah didorong keluar dari glomerulus, melewati
ketiga lapisan tersebut dan masuk ke dalam ruangan dalam kapsula Bowman dalam bentuk filtrat
glomerular. Filtrat plasma darah tidak mengandung sel darah ataupun molekul protein yang
besar. Protein dalam bentuk molekul kecil dapat ditemukan dalam filtrat ini. Darah manusia
melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap hari dengan laju 1,2 liter per menit, menghasilkan 125
cc filtrat glomerular per menitnya. Laju penyaringan glomerular ini digunakan untuk tes
diagnosa fungsi ginjal. Jaringan ginjal. Warna biru menunjukkan satu tubulus
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang mengalirkan filtrat
glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi proksimal. Bagian selanjutnya
adalah lengkung Henle yang bermuara pada tubulus konvulasi distal. Lengkung Henle diberi
nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung
Henle menjaga gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel
yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan
memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan
berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi
dan tubulus kolektivus melalui osmosis. Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam
sistem pengumpul yang terdiri dari:
tubulus penghubung
tubulus kolektivus kortikal
tubulus kloektivus medularis
Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus
juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular adalah
tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus
dan saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.
2.2 Definisi
Transplantasi ginjal melibatkan menanamkan ginjal dari donor hidup atau kadaver
menusia resipien yang mengalami penyakit ginjal tahap akhir (Brunner and Suddarth).
Transplantasi ginjal dapat dilakukan secara “cadaveric” (dari seseorang yang telah
meninggal) atau dari donor yang masih hidup (biasanya anggota keluarga).
Transplantasi (cangkok) ginjal adalah proses pencangkokan ginjal ke dalam tubuh
seseorang melalui tindakan pembedahan. Ginjal baru bersama ginjal lama yang fungsinya sudah
memburuk akan bekerja bersama-sama untuk mengeluarkan sampah metabolisme dari dalam
tubuh.
Transplantasi (cangkok) ginjal adalah proses pencangkokan ginjal ke dalam tubuh
seseorang melalui tindakan pembedahan. Ginjal baru bersama ginjal lama yang fungsinya sudah
memburuk akan bekerja bersama-sama untuk mengeluarkan sampah metabolisme dari dalam
tubuh.
2.3 Etiologi
Penyakit gagal ginjal terminal (stadium terakhir)
b. Donor:
Usia 18-50 tahun
Mempunyai motivasi yang tinggi tanpa paksaan
Kedua ginjal normal, tidak terinfeksi
Tidak mengidap penyakit berat yang dapat memperburuk fungsi ginjal dan komplikasi setelah
operasi
Hasil laboratorium semuanya dalam batas normal.
Jika donor hidup tidak tersedia, pasien harus menunggu jaringan yang diambil dari
mayat yang cocok, dan untuk mendapatkan donor yang cocok akan diatur oleh organisasi
dibawah aturan pemerintah yaitu organisasi yang dibiayai secara federal yang mengkoordinasi
pertukaran organ,dan dengan sistim komputer akan mencocokkan donor mayat dengan calon
penerima.
Bicarakan dengan dokter anda mengenai transplantasi yang akan dijalani, karena tidak
semua orang cocok untuk transplantasi. Beberapa kondisi dapat membuat proses transplantasi
berbahaya atau tidak mungkin berhasil.
Ginjal baru dapat diperoleh dari donor yang baru saja meninggal dunia, atau dari donor
hidup. Donor hidup bisa keluarga, bisa juga bukan - biasanya pasangan atau teman. Jika anda
tidak memiliki donor hidup, anda akan dimasukkan ke dalam daftar tunggu untuk memperoleh
ginjal dari donor meninggal. Masa tunggu tersebut dapat berlangsung bertahun-tahun.
Petugas transplantasi akan mempertimbangkan tiga faktor untuk menentukan kesesuaian
ginjal dengan penerima (resipien). Faktor tersebut akan menjadi tolak ukur untuk memperkirakan
apakah sistim imun tubuh penerima akan menerima atau menolak ginjal baru tersebut.
a. Golongan darah.
Golongan darah penerima (A,B, AB, atau O) harus sesuai dengan golongan darah donor. Faktor
golongan darah merupakan faktor penentu kesesuaian yang paling penting.
b. Human leukocyte antigens (HLAs).
Sel tubuh membawa 6 jenis HLAs utama, 3 dari ibu dan 3 dari ayah. Sesama anggota keluarga
biasanya mempunyai HLAs yang sesuai. Resipien masih dapat menerima ginjal dari donor
walaupun HLAs mereka tidak sepenuhnya sesuai, asal golongan darah mereka cocok, dan tes
lain tidak menunjukkan adanya gangguan kesesuaian.
c. Uji silang antigen.
Tes terakhir sebelum dilakukan pencangkokan adalah uji silang organ. Sejumlah kecil darah
resipien dicampur dengan sejumlah kecil darah donor. Jika tidak terjadi reaksi, maka hasil uji
disebut uji silang negatif, dan transplantasi dapat dilakukan. Pembedahan untuk cangkok ginjal
biasanya memakan waktu 3 sampai 4 jam. Lama rawat di rumah sakit biasanya adalah satu
minggu. Setelah keluar dari rumah sakit, resipien masih harus melakukan kunjungan secara
teratur untuk memfollow-up hasil pencangkokan. Sedangkan bagi pendonor hidup, waktu yang
dibutuhkan hampir sama dengan resipien. Walaupun demikian, karena teknik operasi untuk
mengangkat ginjal donor semakin maju, maka waktu rawat menjadi lebih pendek, mungkin 2
sampai 3 hari.
b. Resipien Ginjal
Pasien gagal ginjal terminal yang potensial menjalani transplantasi ginjal harus dinilai
oleh tim transplantasi. Setelah itu dilakukan evaluasi dan persiapan untuk transplantasi.
Frekuensi dialisis menjadi lebih sering menjelang opersi untuk mencapai keadaan seoptimal
mungkin pada saat menjalani operasi.
Dilakukan pemeriksaan jasmani yang teliti untuk menetapkan adanya hipertensi, penyakit
pembuluh darah perifer dan penyakit jantung koroner, ulkus peptikum dan keadaan saluran
kemih. Disamping itu pemeriksaan laboratorium lengkap termasuk pertanda infeksi virus
(hepatitis, CMV, HIV) foto dada, USG, EKG, ekokardiografi, pemeriksaan gigi geligi dan THT.
Resipien yang potensial untuk transplantasi ginjal:
- Dewasa
- Pasien yang kesulitan menjalani hemodialisis dan CAPD.
- Saluran kemih bawah harus normal bila ada kelainan dikoreksi terlebih dahulu
- Dapat mnejalani terapi imunosupresi dalam jangka waktu lama dan kepatuhan berobat tinggi
- Kontra indikasi
a) Infeksi akut : tuberkolosis, infeksi saluran kemih, hepatitis akut.
b) Infeksi kronik, bronkietaksis.
c) Aterotema yang berat.
d) Ulkus peptikum yang aktif.
e) Penyakit keganasan.
f) Mal nutrisi
c. Imunologi transplantasi
Ginjal donor harus mempunyai kecocokan secara imunologi dengan ginjal resepien agar
transplantasi berhasil baik. Golongan darah (ABO) yang sama merupakan syarat yang utama.
Kesesuaian imunologis pada transplantasi ginjal dinilai dengan memeriksa pola HLA.
Bila ginajal yang dicontohkan tidak cocok secara imunologis akan timbul reaksi rejeksi.
Reaksi ini sebenarnya merupakan usaha tubuh resepien untuk menolak benda asing yang masuk
ketubuhnya. Ada tiga jenis reaksi rejeksi yang dikenal pada transplantasi ginjal, yaitu :
1. Reaksi hiperakut
Terjadi segera dengan beberapa menit atau beberapa jam setelah klem pembuluh darah dilepas.
Disebabkan adanya antibodi terhadap sistem ABO atau sistem HLA yang tidak cocok. Rejeksi
hiperaktif tidak bisa diatasi harus dilaksanakan nefrektomi ginjal cangkok. Rejeksi hiperakut saat
ini jarang terjadi oleh karena dapat dihindarkan dengan pemeriksaan reaksi silang.
2. Rejeksi akut
Biasanya terjadi dalam waktu 3 bulan pasca transplantasi, dapat dicetuskan oleh penghentian
atau pengurangan dosis obat imunoisupresi. Manifestasi klinis : demam, mialgia malaise, nyeri
pada ginjal baru, produksi urine menurun, berat badan meningkat, tekanan darah naik, kreatinin
serum meningkat, histopatologi.
Terapi rejeksi akut :
- Metil prednisolon: 250 mg-1 gr IV/hari selama 3 hari. Respon umumnya setelah didapatkan 3
hari.
- ALG (anti limphocyte globulin), ATG (anti thympocyte globulin) atau antibodi monoklonsl
(OKT-3) sebagai terapi alternatif bila tidak teratasi.
3. Rejeksi kronik
Terjadi setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun pasca transplantasi. Pada rejeksi kronik
terjadi penurunan fungsi ginjal cangkok. Belum ada pengobatan yang spesifik untuk mengobati
rejeksi kronik.
2.9 Komplikasi
a. Penolakan pencangkokan
Yaitu sebuah serangan dari sistem kekebalan terhadap organ donor asing yang dikenal oleh tubuh
sebagai jaringan asing. Reaksi tersebut dirangsang oleh antigen dari kesesuaian organ asing. Ada
tiga jenis utama penolakan secara klinik, yaitu hiperakut, akut, dan kronis.
b. Infeksi
Infeksi meninggalkan masalah yang potensial dan mewakili komplikasi yang paling serius
memberikan ancaman kehidupan pada periode pencangkokan jaman dulu. Infeksi sistem urine,
pneumonia, dan sepsis adalah yang sering dijumpai.
d. Komplikasi kardiovaskular
Komplikasinya bisa berupa komplikasi lokal atau sistem. Hipertensi dapat terjadi pada 50%-60%
penderita dewasa yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya stenosis arteri
ginjal, nekrosis tubular akut, penolakan pencangkokkan jenis kronik dan akut, hidronefrosis.
e. Komplikasi pernafasan
Pneumonia yang disebabkan oleh jamur dan bakteri adalah komplikasi pernafasan yang sering
terjadi.
f. Komplikasi gastrointestinal
Hepatitis B dan serosis terjadi dan mungkin dihubungkan dengan penggunaan obat-obatan
hepatotoksik.
g. Komplikasi kulit
Karsinoma kulit adalah yang paling umum. Penyembuhan luka dapat menjadi lama karena status
nutrisi yang kurang, albu,in serum yang sedikit dan terapi steroid.
i. Kematian
Rata-rata kematian setelah 2 tahun pelaksanaan transplantasi tersebut hanya 10%. Hal ini
menggambarkan adanya penurunan tingkat kematian yang berarti dalam dua dekade yang lalu,
sebelumnya tingkat ketahanan hidup hanya 40-50%. Khususnya rata-rata kematian yang
menurun yang diakibatkan oleh infeksi pada dua tahun pertama setelah dua tahun
pencangkokkan telah terjadi.
Obat imunosupresan berguna untuk mencegah reaksi penolakan, yaitu reaksi dimana
sistem tubuh menyerang ginjal baru yang dicangkokkan. Obat imunosupresan harus diminum
setiap hari selama ginjal baru terus berfungsi. Kadang-kadang, reaksi penolakan tetap terjadi
walaupun penderita sudah minum obat imunosupresan. Jika hal ini terjadi, penderita harus
kembali menjalani dialisis, atau melakukan transplantasi dengan ginjal lain. Obat imunosupresan
akan melemahkan daya tahan tubuh, sehingga dapat mempermudah timbulnya infeksi.
Beberapa jenis obat imunosupresan juga dapat merubah penampilan. Wajah akan
tampak lebih gemuk, berat badan bertambah, timbul jerawat, atau bulu di wajah. Tetapi tidak
semua resipien mengalami gejala tersebut. Selain itu, imunosupresan juga dapat menyebabkan
katarak, diabetes, asam lambung berlebihan, tekanan darah tinggi, dan penyakit tulang.
2.12 Keuntungan dan Kekurangan Transplantasi Ginjal
1. Keuntungan Transplantasi Ginjal:
a. Ginjal baru akan bekerja seperti halnya ginjal normal.
b. Penderita akan merasa lebih sehat dan "lebih nomal".
c. Penderita tidak perlu melakukan dialysis
d. Penderita yang mempunyai usia harapan hidup yang lebih besar.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum : Klien lemah dan terlihat sakit berat
Tingkat Kesadaran : Menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi
system saraf pusat
TTV : Sering didapatkan adanya perubahan RR meningkat, tekanan darah terjadi perubahan dari
hipertensi ringan sampai berat
b. Sistem Pernafasan
Klien bernafas dengan bau urine (fetor uremik), respon uremia didapatkan adanya pernafasan
kussmaul. Pola nafas cepat dan dalam merupakan upaya untuk melakukan pembuangan karbon
dioksida yang menumpuk di sirkulasi
c. Sistem Hematologi
Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan menemukan adanya friction rub yang
merupakan tanda khas efusi pericardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif, TD
meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama
jantung, edema penurunan perfusiperifer sekunder dari penurunan curah jantungakibat
hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot ventikel.
Pada system hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia sebagai akibat dari
penurunan produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah,
dan kehilangan darah, biasanya dari saluran GI, kecenderungan mengalami perdarahan sekunder
dari trombositopenia.
d. Sistem Neuromuskular
Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti perubahan proses berfikir
dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet
syndrome, restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot.
e. Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas system rennin-
angiostensin- aldosteron. Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial,
penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat
penimbunan cairan dan hipertensi.
f. Sistem Endokrin
Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun pada laki-laki akibat produksi
testosterone dan spermatogenesis yang menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolic
tertentu. Pada wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampaiamenorea.
Angguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Pada gagal ginjal
yang lanjut (klirens kreatinin < 15 ml/menit) terjadi penuruna klirens metabolic insulin
menyebabkan waktu paruh hormon aktif memanjang. Keadaan ini dapat menyebabkan
kebutuhan obat penurunan glukosa darah akan berkurang. Gangguan metabolic lemak, dan
gangguan metabolism vitamin D
g. Sistem Perkemihan
Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri, terjadi penurunan libido berat
h. Sistem pencernaan
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan diare sekunder dari bau mulut ammonia,
peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan
intake nutrisi dari kebutuhan.
i. Sistem Muskuloskeletal
Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki (memburuk saat malam
hari), kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi, pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ), petekie, area
ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan lunak dan sendi,
keterbatasan gerak sendi.
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia dan penurunan perfusi
perifer dari hipertensi.
3. Pemeriksaan Bio-Psiko
a. Pre-operative
Status nutrisi : kebutuhan nutrisi, obesitas, penggunaan obat dan alcohol
Status pernafasan : pola pernafasan, frekwensi dan kedalaman
Status kardiovaskuler :fungsi system kardiovaskuler
Fungsi hepatic : fungsi hepar
Fungsi endokrin: pemeriksaan kadar gula darah
Fungsi imonologi : reaksi alergi sebelumnya, medikasi, transfuse darah
Terapi medikasi sebelumnya : segala medikasi sebelumnya, termasuk obat –obatan yang dijual
bebas dan frekwensi penggunaanya
Pertimabanagn gerontology : lansia dianggap memiliki resiko pembedahan yang lebih buruk
dibandingkan pasien yang lebih muda
b. Pasca operatif
Status pernafasan : frekwensi kedalaman , pola pernafasan
Status sirkulasi dan kehilangan darah : tanda-tanda vital , tekana darah arteri dan vena sentral ,
warna dan suhu kulit , keluaran urin , keadaan luka insisi , dan selang drainase
Nyeri : lokasi dan intesitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian preoart analgesic , adanya
distensi abdomen
Drainase ; keluaran urin dan drainase ( jumlah,warna,tipenya ) dari selang yang di pasang pada
saat pembedahan, penurunan atau tidak adanya drainase urin
B. Diagnosa
Pre Operasi
1. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan dari transplantasi ginjal.
Post Operasi
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi luka operasi, spasme otot, atau adanya distensi
abdomen/kandung kemih.
2. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan drainase urin ; resiko tinggi infeksi
berhubungan denagn drainase urin
3. Kelebihan atau kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, gagal
ginjal, penolakkan tranplantasi, tingginya volume cairan intravena.
4. Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan imunosupresi
5. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan resiko dari reaksi imun transplantasi dan efek
samping dari obat-obatan imunosupresi, atau kebutuhan hemodialisa lanjut.
6. Resiko tinggi terhadap penatalaksanaan di rumah berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang perawatan diri, riwayat ketidak patuhan.
C. Intervensi
Pre Operasi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx 1 Tujuan: menurunkan anxietas a. Kaji ketakutan dan Memberi data dasar
dan cemas praoperatif kecemasan pasien untuk pengkajian
Kriteria hasil : sebelum dilakukan praoperatif
- Rasa cemas berkurang pembedahan
- Pasien dapat menyebutkan proses
transplantasi ginjal b. Kaji pengetahuan b. Memberiakn dasar
- Wajah rileks. pasien mengenai yang lebih lanjut
prosedur pembedahan
dan kemungkinan hasil
akhir pembedahan.
c. Evaluasi perubahan
makna bagi pasien dan Memudahakan
anggota keluarga atau pemahan akan reaksi
pasangannya . atau respon pasien
terhadap
kemungkinan hasil
akhir pembedahan
d. Dorong pasien untuk
mengutarakan dengand. verbalisasi respon
kata-kata reaksi , sering diperlukan
perasaan dan untuk mengkaji
ketakutannya. pemahan pasien
terhadap hal-hal
tersebut dan
pemecahannya.
dimudahkan
dilanjutkannya kembali
latihan aktivitas otot
2 Dx 2 Tujuan : mempertahankan a. kaji system drainasea. memberikan dasar bagi
eliminasi urin ; saluran kemih urin dengan segera pengkajian dan tindakan
yang bebas dari infeksi. selanjutnya
Kriteria Hasil : Pasien akan
mempertahankan keluaran b. kaji keadekuatan b. memberikan data dasar
urine yang adekuat. keluaran urin dan
potensi system
drainase
c. pertahankan sistem
drainase urin yang c. mengurangi resiko
tertutup kontaminasi bakteri dan
infeksi
d. observasi warna ,
volume, bau dan d. memberikan informasi
konstituen urin mengenai kecukupan
keluaran urin, kondisi dan
patensi system drainase,
serta debris dalam urin
e. meningkatkan keluaran
e. pertahankan asupan urin yang adekuat dan
cairan yang adekuat mencegah stasis urinarius.
3 Dx 3 Tujuan : mempertahankan a. timbang berat badan a. penimbangan berat setiap
keseimbanagn cairan yang pasien setiap hari hari merupakan indicator
normal yang sensitive untuk
Kriteria Hasil : menunjukkan kehilangan
Pasien mengeluarkan urine atau penambahan cairan
yang adekuat dan tidak
menahan cairan. b.mendeteksi retensi urin
akibat curah jantung atau
b. ukur asupan dan keluaran ginjal yang buruk
keluaran cairan yang
akurat c. memastikan agar cairan
infuse tidak kelebihan atau
c. berikan semua terapi kekurangan tanpa
parenteral dengan disengaja
pompa infuse
d. membantu mendeteksi
d. pantau jumlah dan secara dini komplikasi dari
karakteristik urin pembedahan atau
pemasangan selang yang
mungkin terjadi
e. apabila volume cairan atau
curah jantung mengalami
perubahan, tanda-tanda
e. pantau tanda-tanda vital akan terpengaruh
vital : suhu tubuh ,
denyut nadi ,
pernafasan dan
tekanan darah f. apabila volume cairan
meningkat akibat curah
f. lakukan auskultasi jantung atau keluaran renal
jantung dan paru yang buruk, cairan akan
setiap pergantian shift tertumpuk. Demikian pula
suara jantung akan berubah
ketika terjadi gagal jantung
kongestif. Auskultasi yang
sering dilakukan akan
menjamin deteksi dini.
4 Dx 4 Tujuan: Resiko infeksi dapat
a. Lakukan cuci tangan Mencegah terjadinya
dicegah dengan bersih kontaminasi melalui
Kriteria Hasil : sebelum, selama, dan tangan
- Pasien akan mengalami setelah merawat
penyembuhan jaringan pasien.
normal
- Pasien tidak demam, insisi b. Gunakan tehnik
kering, urine jernih/kuning aseptik dengan Mencegah terjadinya
tanpa sediment, paru-paru saksama dalam infeksi dari prosedur
bersih. merawat semua
kateter, selang infus
sentral, pipa
endoktrakheal, dan
selang infuse perifer.
Pantau nilai-nilai
laboraturium, Mengetahui kenormalan
khususnya SDP (sel nilai-nilai laboratorium
darah putih) dan
periksa spicemen dari
drainase yang
dicurigai untuk
dikultur dan
sensitivitas.
k. Auskultasi paru
terhadap bunyi nafas
setiap 4 jam. Memantau bunyi paru
b. Periksa tanda-tanda
vital setiap 2-4 jam.
Mengetahui keadaan
c. Monitor masukan dan pasien
haluaran cairan setiap
jam selanjutnya setiap
3 jam. Mempertahankan
integritas kulit
d. Pantau dan laporkan
efek samping dari
obat-obatan
immunosupresif Mencegah terjadinya
alergi terhadap obat
e. Siapkan pasien untuk tersebut
operasi mengangkat
ginjal yang ditolak
jika terjadi reaksi
hiperakut Mencegah terjadinya
reaksi imun yang
f. Berikan dukungan berlebihan
kepada pasien dan
keluarga.
Memotivasi pasien
6 Dx 6 Tujuan : agar pasien dapat a. Kembangkan rencana a. Meningkatkan
merawat dirinya sendiri penyuluhan bekerja pengetahuan pasien
dirumah sama dengan
Kriteria Hasil : mengerti koordinator
tentang instruksi pulang. transplantasi. Pastikan
pasien dan anggota
keluarga mengetahui:
- Nama, frekuensi,
indikai, dosis, dan
efek samping dari
semua obat yang di
berikan.
- Tanda dan gejala
infeksi untuk di
laporkan.
- Tanda dan gejala
reaksi imun untuk di
laporkan.
- Diet – biasanya
pembatasan natrium;
atur untuk konsul
tentang diet.
- Bagaimana
mengumpulkan
specimen yang di
perlukan, seperti
pengumpulan urine 24
jam dan urine bersih.
- Nilai normal
laboraturium untuk
kreatinin dan BUN.
- Kaji berat badan dan
suhu tubuh setiap hari.
Pastikan pasien
mempunyai catatan
berat badan dan suhu
tubuh setiap hari.
c. Anjurkan pasien
untuk berpartisipasi
penuh dalam kegiatan c. Menambah wawasan dan
perawatan diri sejak di pengetahuan pasien dalam
rumah sakit perawatan diri
(meminum obat
sendiri, mengukur
berat badan sendiri,
mengukur suhu,
memonitor nilai-niali
laboraturium).
e. Ingatkan pasien :
- Bahwa agen e. Mepercepah penyembuhan
imunosupresif harus dan mengurangi efek
di berikan untuk samping
mempertahankan
cangkokan ginjal.
- Memakai gelang
waspada-medik untuk
identifikasi diri
sebagai seorang
dengan cangkok ginjal
dan pengguna agen
imunosupresif.
- Menghindari diri
dari kegiatan olahraga
kontak.
g. Memberikan informasi
g. Libatkan anggota kepada keluaraga pasein
keluarga dalam semua agar bisa membantu pasien
penyuluhan jika dalam perawatan diri
memungkinkan. dirumah
3.2 Saran
Karena ginjal ‘baru’ ini bukan merupakan ginjal yang berasal dari tubuh pasien sendiri,
maka ada kemungkinan terjadi reaksi tubuh untuk menolak ‘benda asing’ tersebut. Untuk
mencegah terjadinya reaksi penolakan ini, pasien perlu mengonsumsi obat-obat anti-rejeksi atau
imunosupresan segera sesudah menjalani transplantasi ginjal. Obat-obat imunosupresan bekerja
dengan jalan menekan sistem imun tubuh sehingga mengurangi risiko terjadinya reaksi
penolakan tubuh terhadap ginjal cangkokan.
Kita harus senantiasa merawat ginjal kita dengan cara minum yang banyak tiap harinya
antara 8-10 gelas/ hari agar ginjal kita tidak cepat rusak dan aktivitas kerja dalam ginjal tetap
terjaga sehingga tidak perlu mengadakan pencangkokan atau membawa dari ginjal orang lain.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna maka dari itu penulis minta kritik dan saran yang membangun untuk
kelancaran pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis
khususnya dan untuk pembaca umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Born B Colin. 2002. Manual Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta
Green H.J. Pengantar Fisiologi Tubuh Manusia. Binarupa Aksara Publisher : Tangerang
Price Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed.6. EGC : Jakarta
Tierniy M Lawrence, dkk. 2003. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Penyakit Dalam. Salemba Medika :
Jakarta
http://www.wartamedika.com/2008/04/transplantasi-ginjal.html