Anda di halaman 1dari 7

2.

Perubahan Fisiologis pada kehamilan yang menyebabkan edema tungkai pada


ibu hamil :
 Adanya perubahan pada uterus yang mengalami peningkatan ukuran
dan perubahan bentuk sehingga menekan vena cava inferior yang
berada dipanggul. Dimana vena cava inferior ini berfungsi
mengalirkan darah dari ekstremitas bawah dan pada saat ada
penekanan dari uterus terjadi pembendungan darah divena ini sehingga
cairan masuk kejaringan interstitial → edema
 Adanya penurunan tekanan osmolaritas sehingga cairan tidak bisa
masuk keintravaskular.

5. Perubahan fisiologis pada sistem kardiovaskular ibu hamil :


 Jantung membesar sekitar 12% antara awal dan akhir kehamilan
 90% mengalami murmur ejeksi sistolik yg berlangsung hingga minggu
pertama pascapartum.Jika tidak disertai abnormalitas yg lain hal ini
menunjukkan adanya peningkatan curah jantung.
 20% mengalami murmur diastolik transien dan 10% mengalami murmur
kontinu yg terdengar di atas dasar jantung, menyebabkan peningkatan aliran
darah ke payudara.
 Peningkatan curah jantung antara 35-50% dari rata-rata 5 L/menit sebelum
hamil menjadi 7L/menit pd minggu ke 20 hal ini akibat peningkatan isi
sekuncup dan frekuensi jantung .
 Variasi yang besar dalam curah jantung, frekuensi nadi, tekanan darah dan
aliran darah regional dpt terjadi sesuai dg perubahan trivial postur, aktivitas
dan ansietas.
 Nilai nadi biasanya naik 84/menit dan tekanan darah arteri menurun pd TM
II, tekanan darah vena cenderung naik pada TM I.
 Curah jantung mencapai jumlah maksimal pd 24 minggu dan dipertahankan
pd jumlah ini hingga cukup bulan .
 Tekanan darah sistolik menurun rata-rata 5-10 mmHg dibawah batas dasar
dan tekanan diastolik menurun 10-15 mmHg pd usia gestasi 24 minggu.
 Sindrome hipotensi telentang terdiri atas hipotensi,bradikardia,dan sinkop
(karena pada posisi terlentang, uterus gravid yg menekan aorta sehingga
tekanan uterina lebih rendah dari pada tekanan darah arteri brakialis).
 Posisi terlentang dapat menurunkan curah jantung hingga 25%.
 Aliran darah pd ekstermitas bawah melambat pd akhir kehamilan,aliran balik
vena yang buruk dan peningkatan tekanan darah pd tungkai menyebabkan
meningkatnya distensibilitas dan tekanan vena tungkai,
vulva,rektum,pelvis,edema dependen, varises pada vena tungkai dan vulva,
serta hemoroid.
 Aliran darah pd ginjal meningkat (70-80%) 400 ml/menit pd usia gestasi 16
minggu sehingga meningkatkan ekskresi.
 Aliran darah pd tangan dan kaki mencapai 500 ml/menit pd minggu ke-36, hal
ini membantu menghilangkan kelebihan panas yg diproduksi oleh peningkatan
metabolisme massa maternal-janin dan kerja kardiorespiratorius selama
kehamilan.
 Vasodilatasi perifer yg terkait merupakan penyebab mengapa wanita hamil
“merasa kepanasan” berkeringat banyak setiap saat merasakan tangan yg
lembab dan sering kali menderita hidung tersumbat.
 Aliran darah ke payudara meningkat hingga 2% vena dipermukaan
payudara berdilatasi, pembesaran payudara, rasa hangat dan gatal sejak awal
kehamilan.
 Sirkulasi uteroplasenta meningkat 1-2% pd pd TM I hingga 17% pd kehamilan
cukup bulan (500ml/menit).
 Volume plasma darah meningkat 50% sehingga terjadi hemodilusi pd 32-34
minggu, anemia fisiologis, penurunan konsentrasi protein plasma dan
penurunan konsentrasi imunoglobulin

10. Patofisiologi Preeklampsi.


Dalam perjalanannya faktor-faktor di atas tidak berdiri sendiri, tetapi kadang
saling berkaitan dengan titik temunya pada invasi trofoblas dan terjadinya
iskemia plasenta. (Roeshadi 2007)
Pada PE ada dua tahap perubahan yang mendasari patogenesanya. Tahap
pertama adalah: hipoksia plasenta yang terjadi karena berkurangnya aliran
darah dalam arteri spiralis. Hal ini terjadi karena kegagalan invasi sel trofoblas
pada dinding arteri spiralis pada awal kehamilan dan awal trimester kedua
kehamilan sehingga arteri spiralis tidak dapat melebar dengan sempurna
dengan akibat penurunan aliran darah dalam ruangan intervilus diplasenta
sehingga terjadilah hipoksia plasenta. (Roeshadi 2007)
Hipoksia plasenta yang berkelanjutan ini akan membebaskan zat-zat toksis
seperti sitokin, radikal bebas dalam bentuk lipid peroksidase dalam sirkulasi
darah ibu, dan akan menyebabkan terjadinya stres oksidatif yaitu suatu
keadaan di mana radikal bebas jumlahnya lebih dominan dibandingkan
antioksidan. (Roeshadi 2007; Farid et al. 2001)
Stres oksidatif pada tahap berikutnya bersama dengan zat toksis yang beredar
dapat merangsang terjadinya kerusakan pada sel endotel pembuluh darah yang
disebut disfungsi endotel yang dapat terjadi pada seluruh permukaan endotel
pembuluh darah pada organ-organ penderita preeklampsia. (Roeshadi 2007;
Farid et al. 2001)
Pada disfungsi endotel terjadi ketidakseimbangan produksi zat-zat yang
bertindak sebagai vasodilator seperti prostasiklin dan nitrat oksida,
dibandingkan dengan vasokonstriktor seperti endotelium I, tromboksan, dan
angiotensin II sehingga akan terjadi vasokonstriksi yang luas dan terjadilah
hipertensi. (Roeshadi 2007)

12. Pemeriksaan protein sederhana.


Untuk melihat ada / tidaknya protein didalam urine.
Metode yang digunakan :
 Metoda exton
 Metoda enzimatik (carik celup)
 Tes biokimia ( uji biuret )
Metode exton
Prinsip: protein dalam suasana asam akan menggumpal ( mengendap)

Reagen :
Asam sulfosalisilat : 50 g
Natrium sulfat kristal : 88 g
Aquadess : 1000 mL
Cara kerja :
Urine disentrifuge selama5 menit 1500 rpm. Supernatan ditambah reagen sebanyak 1:1.
Amati hasinya.

Jika jernih :negatif


Jika keruh : positif

Pemeriksaan semi kuantitatif


Untuk memprediksi kdar protein yang terkangdung didalam sampel urine.
Metoda yang digunakan :

 Pemenassan dengan asam asetat


 Metode bang
 Carik celup

Pemanasan dengan asam aasetat


Prinsip : protein dalam suasana asam akan menggumpal.

Reagen: asam asetat 10%

Cara kerja :
5 mL urine dipanaskan 1-2 menit ditambahkan asam asetat10% tetes demi tetes.

Tidak ada kekeruhan : negatif (-)


Kekeruhan sedikit (tidak berbutir) : + (10 -50 mg/dL)
Kekeruhan jelas (berbutir) : ++ (50 -200 mg/dL)
Kekeruhan hebat (berkeping-keping) : +++(200 -500 mg/dL)
Menggumpal : ++++ (>500 mg/dL)

Metode bang
Prinsip : protein dipanaskan dengan asam akan menggumpal.

Reagen:
Natrium assetat : 11,8 g
Asam asetat glasial : 5,65 mL
Aquadess : add 100 mL

Cara kerja :
5 mL urine jernih + 0,5 mL reagen bang dipanaskan 5 menit baca.
Bila keru : positif
Interprestasi sama dengan metode pemanasan assam asetat.

Metode carik celup


Prinsip : pada pH tertentu protein akan merubah zat kromogen membentuk warna.

Cara kerja: celupkan strip kedalam urine selama 1 detik. Keluarkan dan tiriskan kelebihan
urine dengan tisu atau kertas saring. Baca terjadinya perubahan warna dalam 60 detik.
Bandingkan dengan warna standar pada tbung atau baca dengan alat khusus.

Penilaian :
 Tidak ada kekeruhan.
 Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir : + (protein 0,01-0,05%)
 Kekeruhan mudah terlihat dengan butir-butir : ++ (protein 0,05-0,2%)
 Kekeruhan jelas dan berkeping-keping : +++ (protein 0,2-0,5%)
 Sangat keruh,berkeping besar atau bergumpal : ++++ (protein >0,5%)
Daftar pustaka
— Cuningham, F.G et al.2006. Obstetri William, Edisi 21. EGC .Jakarta
— Fraser,Diane M. Margaret A.Cooper.2009.Myles Buku Ajar Bidan, Edisi 14.
EGC.Jakarta
— Salmah. Rusmiati.dkk.2006.Asuhan Kebidanan Antenatal. EGC.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai