Anda di halaman 1dari 19

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMAN Ambulu


Mata pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester : X/2
Tahun pelajaran : 2018/2019
Alokasi Waktu : 45 Menit (2x pertemuan)
A. Kompetensi Inti
KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI-2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
K-I3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar (KD) Indikator


3.8 Menganalisis karakteristik 3.8.1 Peserta didik dapat menyebutkan hasil-hasil
kehidupan masyarakat, kebudayaan Islam bidang seni pertunjukan dan
pemerintahan dan upacara keagamaan
kebudayaan pada masa 3.8.2 Peserta didik dapat membedakan hasil kebudayaan
kerajaan- kerajaan Islam Islam bidang seni pertunjukan dan upacara
di Indonesia dan keagamaan
menunjukan contoh
bukti-bukti yang masih 3.8.3 Peserta didik dapat menjelaskan proses
berlaku pada kehidupan perkembangan hasil-hasil kebudayaan masa Islam
masyarakat Indonesia bidang seni pertunjukan dan upacara keagamaan
masa kini. 3.8.4 Peserta didik mampu menyebutkan hasil kebudayaan
Islam dalam bentuk bangunan
3.8.5 Peserta didik mampu menganalisis hasil kebudayaan
Islam dalam bentuk bangunan
3.8.6 Memahami perkembangan hasil-hasil kebudayaan
Islam (aksara dan sastra)
3.8.7 Mendeskripsikan gambar-gambar mengenai
perkembangan hasilhasil kebudayaan Islam
(aksara dan sastra)
4.1 Menganalisis karakteristik 4.8.1 Peserta didik dapat menuliskan hasil-hasil
kehidupan masyarakat, kebudayaan masa Islam bidang seni pertunjukan dan
pemerintahan dan upacara keagamaaan yang masih dilestarikan
kebudayaan pada masa sampai saat ini dalam bentuk laporan kelompok
kerajaan-kerajaan Islam 4.8.2 Peserta didik mampu menyajikan hasil penalaran
di Indonesia dan dalam bentuk tulisan singkat tentang hasil
menunjukan contoh kebudayaan Islam dalam bentuk bangunan
bukti-bukti yang masih 4.8.3 Menyajikan perkembangan hasilhasil kebudayaan
berlaku pada kehidupan Islam (aksara dan sastra) dalam bentuk laporan
masyarakat Indonesia tertulis dan presentasi
masa kini

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, peserta didik dihaapkan dapat:
1. Peserta didik dapat menjelaskan hasil kebudayaan masa Islam bidang seni
pertunjukan dan upacara keagamaan
2. Peserta didik dapat menganalisis perkembangan hasil-hasil kebudayaan masa Islam
bidang seni pertunjukan dan upacara keagamaan
3. Peserta didik dapat menyebutkan hasil-hasil kebudayaan masa Islam bidang seni
pertunjukan dan upacara keagamaan
4. Peserta didik dapat menyajikan hasil tulisan tentang proses terbentuknya akulturasi
hasilhasil kebudayaan masa Islam bidang seni pertunjukan dan upacara keagamaan
5. Peserta didik dapat menyebutkan hasil kebudayaan Islam dalam bentuk bangunan
6. Peserta didik dapat menganalisis hasil kebudayaan Islam dalam bentuk bangunan.
7. Peserta didik dapat menjelaskan manfaat dari materi hasil kebudayaan Islam dalam
bentuk bangunan.
8. Peserta didik mampu memahami perkembangan hasil-hasil kebudayaan Islam,
khususnya aksara dan sastra.
9. Peserta didik mampu mendeskripsikan perkembangan hasil-hasil kebudayaan
Islam, khususnya aksara dan sastra.
10. Peserta didik mampu menyajikan perkembangan hasil-hasil kebudayaan Islam,
khususnya aksara dan sastra dalam bentuk laporan tertulis dan presentasi.
D. Materi Pembelajaran
a. Hasil Kebudayaan Masa Islam Bidang Seni Pertunjukan dan Upacara Keagamaan
b. Hasil Kebudayaan Islam Dalam Bentuk Bangunan
c. Perkembangan hasil kebudayaan Islam, khususnya aksara dan sastra
E. Kegiatan Pembelajaran
D1. Pendekatan, Model, Metode
Pendekatan : Santifik
Model : Discovery
Metode : ? diskusi tanya jawab ??
D2. Kegiatan Pembelajaran berdasarkan Model
Pertemuan : 1x45 menit JP
Indikator :
1. Peserta didik dapat menyebutkan hasil-hasil kebudayaan Islam bidang seni
pertunjukan dan upacara keagamaan
2. Peserta didik dapat membedakan hasil kebudayaan Islam bidang seni
pertunjukan dan upacara keagamaan
3. Peserta didik dapat menjelaskan proses perkembangan hasil-hasil
kebudayaan masa Islam bidang seni pertunjukan dan upacara keagamaan
4. Peserta didik mampu menyebutkan hasil kebudayaan Islam dalam bentuk
bangunan
5. Peserta didik mampu menganalisis hasil kebudayaan Islam dalam bentuk
bangunan
6. Memahami perkembangan hasil-hasil kebudayaan Islam (aksara dan sastra)
7. Mendeskripsikan gambar-gambar mengenai perkembangan hasilhasil
kebudayaan Islam (aksara dan sastra)
Langkah-Langkah Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi


Waktu
Pendahuluan a. Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta 8
didik untuk mengikuti pembelajaran dengan
melakukan berdoa, mengecek kehadiran siswa,
kebersihan dan kerapian kelas, kesiapan buku tulis,
serta sumber belajar;
b. Peserta didik memulai pembelajaran dengan cara
berdoa bersama dipimpin oleh guru/ketua kelas;
c. Guru memotivasi peserta didik dengan memberikan
kata-kata mutiara untuk menimbulkan motivasi
belajar peserta didik;
d. Peserta didik menerima informasi awal tentang topik
dan indikator yang harus dipelajari dari guru
mengenai Kompetensi Dasar 3.1 Menganalisis
proses masuk dan perkembangan penjajahan bangsa
Eropa (Portugis, Spanyol Belanda, Inggris) ke
Indonesia.
Inti Mengorientasikan siswa pada masalah 30
Pada tahap ini guru memberikan sebuah penjelasan
tentang proses masuknya bangsa Eropa (Portugis,
Spanyol Belanda, Inggris) ke Indonesia dengan
menggunakan media konvensional Peta.
Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Pada langkah ini guru memberikan dan membimbing
peserta didik membaginya menjadi beberapa kelompok
belajar yang heterogen. Setelah itu peserta didik dalam
pembelajarannya diberikan permasalahan yang berupa
“Bagaimana Proses masuknya bangsa Eropa (Portugis,
Spanyol Belanda, Inggris) ke Indonesia”
Membimbing penyelidikan individu maupun
kelompok
Pada tahap ini peserta didik didorong untuk
Mengumpulkan data atau informasi dengan sumber yang
relevan yang ada. Pengumpulan informasi ini untuk
menjawab permasalahan yang ada pada pembelajaran.
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah.
Setelah itu Peserta didik dibantu untuk menganalisis dan
mengevaluasi mengenai hasil penyelidikan mereka
setelah melakukan pembelajaran.pada tahap ini peserta
didik mempresentasikanhasil kajiannya di depan kelas.
Pada tahap ini guru memberikan kesimpulan pada proses
pembelajaran serta melakukan evalauasi terhadap
pembelajaran.

Penutup a. Peserta didik diberi kesempatan untuk menanyakan 7


hal-hal yang belum dipahami.
b. Guru memberikan penjelasan atas pertanyaan yang
disampaikan oleh peserta didik.
c. Peserta didik diminta melakukan refleksi terhadap
PBM hari ini
d. Peserta didik diberi pesan tentang nilai dan moral.
e. Peserta didik diminta untuk menyempurnakan
laporan hasil diskusi dan dikumpulkan kepada guru.
F. Penilaian
1) Teknik Penilaian
a. Sikap : Penilaian Sikap
b. Pengetahuan : Tes Tulis, Penugasan
c. Keterampilan : Penilaian Produk
2) Instrumen Penilaian
a. Penilaian Sikap (Lampiran 2)
b. Penilaian Pengetahuan (Lampiran 3)
c. Penilaia Keterampilan (Lampiran 4)
G. Media/alat dan Sumber belajar
1) Media Peta, Peta Konsep, Gambar
2) Alat : Papan Tulis, Alat tulis
3) Sumber Belajar :
a. Ratna Hapsari. 2013.Sejarah Indonesia Jilid I Untuk SMA/MA Kelas X
Kelompok wajib. Jakarta: Erlangga. Hal 259-261
b. Samsul Farid.2016. Sejarah Indonesia Untuk SMA-MA/SMK Kelas X.
Bandung: Yrama Widia. Hal:193-195
c. Adil. 2013. Sejarah Indonesia Jilid 1 untuk SMA dan MA kelas X.. Jakarta:
Erlangga
d. Farid, Samsul. 2016. Sejarah Indonesia untuk SMA-MA/ SMK kelas X.
Bandung: Yrama Widya
e. Gunawan, Restu.2017. Sejarah Indonesia Wajib untuk kelas X SMA dan MA.
Jakarta: Kemendikbud
f. Mardikaningsih, Rini.2014.Sejarah Indonesia 1A Wajib untuk kelas X SMA
dan MA. Surakarta; PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
g. Tim Penyusun. 2017. Buku Peserta didik Sejarah Indonesia untuk
SMA/MA/SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
h. Tim Penyusun. 2017. Buku Guru Sejarah Indonesia untuk
SMA/MA/SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
H. Lampiran-Lampiran
1) Materi Pembelajaran
2) Instrumen Penilaian
3) Lembar Kerja Peserta Didik
Lampiran 1

Hasil-Hasil Kebudayaan Masa Islam Bidang Seni Pertunjukan dan Upacara Adat

1. Sejarah Seni Pertunjukkan Islam Indonesia


Seni pertunjukkan atau performance art merupakan segala ungkapan seni yang
substansi dasarnya adalah yang dipergelarkan langsung di hadapan penonton. Hal ini
sudah jelas, ketika ada sebuah pertunjukkan tentu ada penonton yang menyaksikan
pertunjukkan yang sedang berlangsung. Seni pertunjukkan tidak hanya melibatkan aksi
individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. Selain itu, adapula unsur-unsur
yang terdapat pada seni pertunjukkan, diantaranya ruang dan waktu, tubuh si seniman,
serta hubungan seniman dengan penonton. Semua unsur tersebut sudah pasti kita
jumpai dalam setiap pertunjukkan. Pertunjukkan seni biasanya tidak hanya sebatas
berkenaan dengan unsur-unsur keindahan saja, tetapi juga memuat fungsi-fungsi
tertentu seperti fungsi ritual, pendidikan, hiburan, dan bahkan bisa dijadikan sarana
dalam melakukan kritik sosial.
Sejarah seni pertunjukkan juga mengalami perkembangan, mulai dari seni
pertunjukkan klasik-tradisional, modern, dan kontemporer. Namun, pada pembahasan
kali ini akan dibahas berkaitan dengan seni pertunjukkan klasik-tradisional yang lebih
menekankan pada kekayaan seni pertunjukan Islam Indonesia pada masa klasik. Agar
mudah topik kali ini mudah dipahami, maka akan diuraikan terlebih dahulu maksud
dari seni pertunjukan klasik– tradisional. Kata klasik, dapat diartikan sebagai sesuatu
yang mempunyai nilai atau mutu yang diakui dan menjadi tolok ukur kesempurnaan yg
tinggi, abadi, kekal, langgeng. Sedangkan tradisional, dapat diartikan sebagai sikap dan
cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat
kebiasaan yang ada secara turun-temurun. Jadi, secara sederhana seni pertunjukan
klasik- tradisional adalah sebuah tradisi yang ada dalam masyarakat yang didalamnya
dipercaya mempunyai nilai yang tinggi dan dipegang teguh oleh masyarakat tertentu.
Adapun relasi antara seni pertunjukkan Indonesia dengan Islam sebagai berikut:
a. Bentuk-bentuk seni yang sudah ada sebelum diperkenalkan Islam, kemudian
berubah dengan adanya pengaruh Islam. Jadi, ketika Islam masuk, segala
bentuk seni yang ada dalam masyarakat mendapat pengaruh dari Islam.
b. Seni baru yang ketika diperkenalkan ke Indonesia sudah bermuatan Islam.
c. Beberapa karya kontemporer yang tidak terikat secara ketat dengan tradisi
tertentu, tetapi kesan Islam tampil jelas.
Seni Pertunjukkan Islam Indonesia yang masuk dalam kategori seni pertunjukkan
klasiktradisional terbagi menjadi dua, yaitu tari dan teater. Untuk tari sendiri diantaranya ada
tari zapin, saman dan seudati. Untuk teater ialah wayang.

a. Tari Saman (Aceh)


Tari Saman diciptakan oleh ulama Gayo bernama Syekh Saman. Pada awalnya
dikenal sebagai sebuah permainan rakyat dan dikenal dengan nama Pok Ane. Namun,
pada perkembangan selanjutnya menjadi sebuah tarian yang cukup familiar dikenal,
tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga diluar negeri. Pada zaman dulu tari saman
hanya dibawakan oleh laki-laki yang jumlahnya ganjil. Pada masa kini tarian saman
tidak hanya dibawakan oleh laki-laki saja, tetapi juga dibawakan perempuan dan tidak
dibatasi umur bahkan banyak anak-anak sejak dini sudah diajarkan tari saman. Tari
saman digunakan sebagai sarana dakwah yang mana syair-syairnya berisi syair-syair
pujian kepada Allah dikombinasi tepukan tangan dan dada para penari. Biasanya tari
saman dipertunjukkan pada saat perayaan acara adat, maulid nabi, dan acara-acara
tertentu.
b. Tari Zapin (Melayu)
Tari Zapin merupan sebuah tarian yang berkembang dikalangan suku Melayu.
Pada awalnya dibawa dari Yaman oleh pedagang Arab yang kemudian berkembang di
sekitar Johor, Riau, Singapura, dan Brunei. Tarian ini pertama kali diperkenalkan di
Indonesia di wilayah Riau dan dikenal oleh masyarakat sekitar pesisir di Kalimantan.
Sejak awal tarian zapin dipertunjukkan sebagai hiburan di Istana. Tari Zapin diiringi
musik petik gambus, rebana, gendang, dll. Syair-syair yang dilantunkan mengandung
syiar Islam/dakwah. Pada masa sekarang, tari zapin dipertunjukkan pada acara-acara
tertentu seperti pernikahan, khitanan dan hari raya Islam.
c. Tari Seudati (Desa Gigieng- Aceh)
Tari seudati berasal dari Desa Gigieng, kecamatan Simpang, kabupaten Pidei.
Kata Seudati berasal dari kata seurasi artinya harmonis atau kompak. Selain itu, kata
seudati juga memiliki makna syahadati atau syahadatain “Kesaksian” atau
“pengakuan”. Awalnya tarian ini dikenal sebagai tarian pesisir (ratoh) yang dimainkan
untuk mengawali permainan sambung ayam atau pada saat musim panen tiba pada
malam bulan purnama.
Tari Seudati mempunyai peran penting dalam media dakwah melalui syair-syair
dan pantun berisi pujian kepada Allah. Hal yang paling menarik dari tari ini adalah
tidak ada musik pengiring, yang ada hanyalah suara hentakan kaki, pukulan telapak
tangan di dada dan pinggul serta suara petikan jemari dari para penari. Biasanya tari
seudati ditarikan oleh 8 orang laki-laki sebagai penari utama.
d. Wayang Kulit (Jawa)
Asal usul dari pergelaran wayang lahir di Jawa, seiring dengan datangnya
agama Hindu ke Indonesia. Ada di Indonesia pada masa pemerintahan Prabu Airlangga
(Raja Kahuripan). Kata wayang berasal dari kata wewayangan yang mengandung arti
bayangan. Pada masa Hindu, cerita wayang biasanya menceritakan tentang Ramayana
dan Mahabarata. Sedangkan pada masa Islam, tradisi yang ada pada masa hindu
dilanjutkan oleh para wali songo dan dikemas dan disesuaikan dengan Islam serta
dijadikan sarana untuk dakwah Islam.
Seni pertunjukkan di Indonesia sudah ada sejak masa lampau, khususnya seni
pertunjukkan Islam di Indonesia. Mempelajari seni pertunjukkan memberikan
gambaran bahwa seni di Indonesia cukup beragam, mengingat masyarakat Indonesia
cukup plural. Setiap seni pada masyarakat lokal tertentu ada dan berkembang berbeda-
beda sesuai dengan pola pikir dan pengaruh apa yang muncul disuatu wilayah. Yang
jelas, segala bentuk seni pertunjukkan yang diterangkan diatas mampu bertahan dan
masih dapat kita nikmati sampai saat ini. Semoga segala bentuk seni apapun di
Indonesia senantiasa di jaga dan di lestarikan.
e. Upacara Adat
Akulturasi dalam hal upacara tampak pada tiga bentuk upacara yaitu:
pernikahan, kelahiran dan kematian. Selain doa-doa yang dipanjatkan dengan bahasa
arab, acara selamatan/kenduri dan peletakan sesaji merupakan peninggalan Hindu-
Buddha. Pengaruh unsur pra-Islam yaitu masa Hindu-Buddha tampak pada ritual
kelahiran yaitu, prosesi kelahirandimulai dengan acara mitoni. Upacara ini dilakukan
pada saat usia kandungan tujuh bulan. Dalam upacara tersebut dilakukan siraman pada
sang ibu supaya sang ibu dan sang anak dari bahaya. Akulturasi terlihat didalam doa-
doa yang dibacakan pada prosesi tersebut.
Selanjutnya tradisi memasukan jenazah pada peti merupakan unsure tradisi
zaman praaksara, yaitu kebudayaan megalithikum yang mengenal kubur batu yang
hidup terus menerus sampai sekarang. Setelah jenazah dikuburkan diadakan selamatan.
Kenduri/selamatan dimulai pada hari ke-3 hari ke-7, hari ke-40, hari ke-100 dan hari
ke1000. Selamatan hari ke-1000 dianggap sebagai selamatan penutupan. Tradisi ini
merupakan tradisi pada masa Hindu yang disebut upacara sradha. Selain ketiga upacara
tersebut, terdapat proses akulturasi lain yaitu larung sesaji. Upaara khas Jawa ini
biasanya dilakukan sebagai bagian dari peringatan tahun baru Muharram/ 1 Suro,
sebagai symbol rasa syukur atas rahmat dan berkat dari Tuhan Yang maha Kuasa
selama satu tahun. Upacar ini merupakan tradisi Hindu dalam rangka menyambut tahun
baru Saka yang dilanjutkan dalam tradisi kejawen. Dalam tradisi Hindu merupakan
symbol melepas angkara murka atau sifat jahat manusia ke alam.

Hasil Kebudayaan Islam Dalam Bentuk Bangunan Akulturasi Budaya Tradisi Lokal,
Hindu-Buddha, Dan Islam Di Indonesia

Posisi geografis Indonesia memberikan peluang yang besar bagi masuknya kebudayaan
asing secara lebih mudah dan cepat. Keuntungan geografis ini pada melahirkan
keuntungankeuntungan ekonomis, politis, sosial, dan kultural. Keadaan ini telah berlangsung
sejak awal masehi. Tak heran bila bentuk dan corak pratik kepercayaan dan budaya yang ada
di Indonesia cukup beragam dan pluralistik.

Jika kita melihat praktik dan bentuk kebudayaan, misalnya, Hindu atau Buddha di India,
takkan sama dengan yang ada di Indonesia. Atau bila melihat tradisi umat Islam di Arab atau
Timur Tengah lainnya akan sedikit (atau banyak) berbeda dengan apa yang dipraktikan umat
Islam di Indonesia. Ini terjadi karena setiap bangsa dan suku memiliki caranya masing-masing
dalam menerima, merespon, dan mengadaptasikan budaya asing yang datang padanya.
Selanjutnya, orang Indonesia, khususnya bagian timur, mengenal pula agama Kristen yang
dibawa orang Portugis (Katolik) dan Belanda (Protestan).

Hasil interaksi antara budaya pribumi-lokal, dengan budaya Hindu-Buddha dan Islam
sebagai tradisi dan budaya "baru" dan sinkretis. Akan terlihat bagaimana masyarakat di
berbagai wilayah di Indonesia sesuai kearifan lokalnya masing-masing-menyatukan ketiga
tradisi tersebut secara damai dan bijak tanpa mempertentangkannya satu sama lain.

1. Dalam Seni Arsitektur dan Bangunan


Corak arsitektur bangunan bercorak Islam yang ada di Indonesia banyak
dipengaruhi warna Gujarat, India. Masyarakat Gujarat ini pada awalnya beragama
Hindu, namun sejak Islam masuk ke India sebagian dari mereka memeluk Islam. Gaya
arsitektur bangunan di Gujarat merupakan akulturasi antara Hindu dan Islam, sehingga
bentuknya berbeda dengan bangunan yang berada di Arab. Dengan demikian,
masuknya Islam melalui Gujarat tidak memengaruhi bentuk bangunan Indonesia yang
masih melekat dengan budaya HinduBuddhanya.
Seperti candi dan biara, arsitektur bangunan mesjid dibuat secara khusus agar
terlihat beda dengan bangunan-bangunan lainnya. Sebagai tempat beribadah tetntunya
bangunan bersangkutan harus terlihat lebih spesial dibandingkan bangunan-bangunan
lainnya dan tahan lama. Biasanya atap masjid dibuat berundak-undak (bertingkat),
sedangkan masjidnya berdenah persegi panjang, memiliki serambi depan atau samping,
dikelilingi benteng, dan gerbang masjid tersebut berbentuk gapura yang berornamen
Hindu-Buddha. Contoh masjidmasjid yang berarsitektur seperti ini dapat dijumpai pada
Mesjid Marunda di Jakarta, Mesjid Agung Demak, Mesjid Agung Banten, dan Mesjid
Agung Cirebon. Adapula beberapa masjid arsitekturnya sangat kental akan nuansa
Cina, masjid ini biasanya didirikan oleh komunitas Tionghoa muslim yang ada di
Indonesia, dan tak jarang masjid tersebut berubah fungsi menjadi kelenteng karena
ditinggalkan penduduk aslinya.
Biasanya, di sekitar masjid pada zaman dahulu selalu terdapat makam orang-
orang penting di zamannya. Makam yang terdapat di belakang atau di samping masjid
tersebut, biasanya merupakan tempat peristirahatan terakhir para raja beserta keluarga
dan kerabatnya atau para wali. Makam-makam tersebut dibuat lebih tinggi dari tanah
sebagai penanda bahwa kedudukan almarhum/almarhumah berbeda dengan rakyat
biasa. Makam raja dan keturunannya dikumpulkan dalam satu wilayah seperti halnya
keluarga (ayah, ibu, dan anak). Batu nisan pada makam dibuat dari batu dan ditulisi
nama orang, tempat dan tanggal lahir dan meninggal orang bersangkutan dengan huruf
Arab dan bertarikh hijriah.
a. Keraton Perpaduan budaya dalam bentuk bangunan dapat dilihat dari bentuk
arsitektur pada keraton sebagai tempat raja. Keraton yang berada di Jawa dan
Sumatera kebanyakan merupakan perpaduan antara budaya Islam dengan Hindu
dan Buddha. Keraton-keraton yang terdapat di Jawa, lazimnya dihiasi dengan
ornamen-ornamen hiasan khas Islam yang dipadukan dengan ornamen Jawa
yang Hindu-Buddha. Pada gerbang tempat masuk kerajaan dihiasi oleh gapura
dan makara model Majapahit atau Singasari. Ruangan-ruangan di dalam keraton
tersebut dihiasi ukiran-ukiran yang memadukan unsur Islam dengan Hindu-
Buddha.
b. Masjid Bagi umat Islam, masjid merupakan pusat kekuasaan politik yang
handal, selain sebagai lambang persatuan umat. Pada masa Raden Patah
menjadi raja, Masjid Demak merupakan tempat para wali dan pihak kerajaan
membahas masalah-masalah politik. Sebagai pemimpin umat, seorang raja
dituntut untuk membangun masjid dengan semegah mungkin. Besar dan
kecilnya bangunan masjid merupakan cerminan dari kekuasaan yang dimiliki
oleh seorang raja. Di Indonesia, sebelum seni arsitektur Islam dikenal betul,
bangunan mesjid mengikuti seni arsitektur yang berkembang sebelumnya,
seperti Mesjid Agung Cirebon, Agung Banten, Demak, Kudus, Jepara dan
mesjid-mesjid lainnya. Mesjid-mesjid tersebut memiliki ciri atap yang
bertumpuk-tumpuk yang banyak pengaruh dari budaya lokal dan Hindu-
Buddha.
c. Makam Sejarah senantiasa memperlihatkan kepada generasi mendatang tentang
begitu banyak raja yang sangat cintai karena ketenaran dan kekayannya. Dan
walaupun, raja tersebut sesungguhaya tak disukai rakyatnya, tetap saja
makamnya dibangun begitu megah. Ketika raja tersebut meninggal dunia,
sebuah makam atau kuburan pun dibuatkan dengan megah dan besar serta
bercitra rasa arsitektural yang tinggi. Di India, misalnya, kita melihatnya pada
Taj Mahal, makam permaisuri Sultan Syah Jehan dari Dinasti Mughal yang
bernama Arjuman Banu Begum yang dikenal juga dengan Muntaz Mahal yang
meninggal pada 1631.
Di Indonesia, sejumlah peninggalan makam raja-raja yang pernah
berkuasa cukup terpelihara dengan baik. Tidak seperti jenazah raja-raja Hindu-
Buddha yang diabukan dan disimpan dalam candi, jenazah raja-raja Islam
biasanya dikubur dalam tanah. Setelah dikubur jenazahnya maka makam raja
bersangkutan akan dipelihara dan disanjung-sanjung. Para raja dan kerabat raja
Mataram-Islam memiliki komplek pemakaman khusus yang berada di Bukit
Imogiri, Yogyakarta. Komplek Imogiri ini dibangun atas perintah Sultan Agung
Mataram sebagai tempat kuburannya dan sanak-saudaranya kelak bila
meninggal dunia.
Pembangunan komplek pemakaman di bukit tersebut memiliki motivasi
yang bersifat kosmis yang berhubungan dengan kepercayaan animisme dan
konsep dewa-dewi Hindu. Menurut kepercayaan tradisional, bukit atau dataran
tinggi merupakan tempat yang layak bagi "tempat peristirahatan terakhir"
seorang raja atau penguasa yang berperan sebagai wakil Tuhan di dunia.
Bandingkanlah komplek Imogiri ini dengan komplek Candi Dieng peninggalan
Mataram Kuno yang juga berada di dataran tinggi.
Selain makam raja, makam-makam kerabat istana dan para pemuka
agama yang terpandang juga senantiasa dirawat dan pada momen-momen
tertentu sering diziarahi orang untuk berbagai macam kepentingan. Makam para
Wali Sanga, misalnya, hingga sekarang masih sering dikunjungi, terutama pada
hari-hari raya besar Islam. Selain mendoakan arwah yang diziarahinya, para
pendatang juga selalu berdoa meminta kepada makam atau arwah bersangkutan
agar keinginannya terpenuhi. Tak jarang keinginan para peziarah tersebut
berbau mistis atau duniawi, seperti minta awet-muda, jabatan, kekayaan,
perjodohan, dan hal-hal keduniawian lainnya.

Perkembangan hasil kebudayaan Islam (aksara dan sastra)

Tersebarnya Islam di Indonesia membawa pengaruh dalam bidang aksara atau tulisan.
Abjad atau huruf-huruf Arab sebagai abjad yang digunakan untuk menulis bahasa Arab mulai
digunakan di Indonesia. Bahkan huruf Arab digunakan di bidang seni ukir. Berkaitan dengan
itu berkembang seni kaligrafi. Di samping pengaruh sastra Islam dan Persia, perkembangan
sastra di zaman madya tidak terlepas dari pengaruh unsur sastra sebelumnya. Dengan demikian
terjadilah akulturasi antara sastra Islam dengan sastra yang berkembang di zaman pra-Islam.
Seni sastra di zaman Islam terutama berkembang di Melayu dan Jawa. Dilihat dari corak dan
isinya, ada beberapa jenis seni sastra seperti berikut.

1. Hikayat
Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita sejarah ataupun dongeng. Dalam hikayat
banyak ditulis berbagai peristiwa yang menarik, keajaiban, atau hal-hal yang tidak
masuk akal. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa).
Hikayat-hikayat yang terkenal, misalnya Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat
RajaRaja Pasai, Hikayat Khaidir, Hikayat si Miskin, Hikayat 1001 Malam, Hikayat
Bayan Budiman, dan Hikayat Amir Hamzah.
2. Babad
Babad mirip dengan hikayat. Penulisan babad seperti tulisan sejarah, tetapi isinya tidak
selalu berdasarkan fakta. Jadi, isinya campuran antara fakta sejarah, mitos, dan
kepercayaan. Di tanah Melayu terkenal dengan sebutan tambo atau salasilah. Contoh
babad adalah Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon, Babad Mataram, dan Babad
Surakarta.
3. Syair
Syair berasal dari perkataan Arab untuk menamakan karya sastra berupa sajak-sajak
yang terdiri atas empat baris setiap baitnya. Contoh syair sangat tua adalah syair yang
tertulis pada batu nisan makam putri Pasai di Minye Tujoh.
4. Suluk
Suluk merupakan karya sastra yang berupa kitab-kitab dan isinya menjelaskan soalsoal
tasawufnya. Contoh suluk yaitu Suluk Sukarsa, Suluk Wujil, dan Suluk Malang
Sumirang
Lampiran 2

LEMBAR PENGAMATAN SIKAP SISWA

Mata Pelajaran : IPS


Kelas/ Semester : X/2
Tahun Pelajaran : 2018-2019
Waktu Pengamatan :

Kompetensi : KI-2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong


Inti royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Kompetensi : 3.8 Perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan budaya pada masa
Dasar kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti
yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini
No Nama peserta Skor untuk sikap Jumlah Nilai Predikat
didik Jujur Disiplin Tanggung Peduli Santun Responsif skor
jawab
1. Ade Denis S
2. Rizal M.
3. M. Reza F
4. Shohib Furqon
5. Rangga Edy P
6. Bayu Tri P
7. Yunita Ika M
8. Risma H.A
9. Maya Marissa
10. Kharisma A,
11. Sri Indah R
Keterangan:
1) Skor maksimal = jumlah sikap yang dinilai x jumlah kriteria
2) Nilai sikap = (jumlah skor perolehan : skor maksimal) x 100
3) Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut
SB = Sangat Baik = 80-100
B = Baik = 70-79
C = Cukup = 60-69
K = Kurang = <60
Lampiran 3

PENILAIAN OBSERVASI DISKUSI

Nama Peserta didik : Kelas : X

No. Aspek yang dinilai Baik/aktif Cukup baik/ Kurang baik/


(3) cukup aktif kurang aktif
(2) (1)
1) Kemampuan mengemukakan
pendapat
2) Kemampuan bertanya
3) Kemampuan
mempertahankan pendapat
4) Penguasaan Substansi materi
5) Keaktifan bertanya
6) Keaktifan mengemukakan
pendapat
Skor yang dicapai
Skor total/ jumlah skor =…

Keterangan:
Baik mendapat skor =3
Cukup mendapat skor =2
Kurang baik mendapat skor =1
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
Nilai akhir = x 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
Lampiran 4

RUBRIK PENILAIAN KETERAMPILAN


Mata Pelajaran : IPS
Nama proyek : karya tulis tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada
masa kerajaan Islam dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa
Indonesia pada masa kini
Alokasi Waktu :

Nama Siswa:
No. Aspek Skor (1-5)
1) Perencanaan
a. Persiapan
b. Rumusan konsep
2) Pelaksanaan
a. Sistematika penulisan
b. Keakuratan sumber data/ informasi
c. Kuantitas sumber data
d. Analisis data
e. Penarikan kesimpulan
3) Laporan Proyek
a. Performansi
b. Presentasi/ penguasaan
Total Skor

Anda mungkin juga menyukai