Anda di halaman 1dari 106

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG FLAMBOYAN ATAS RSUD DR. H SOEWONDO KENDAL

Disusun Oleh :

1. Diyah Ayuningtyas (1808007)


2. Lailatul Amaliyah (1808016)
3. Lella Nindha N. (1808018)
4. Nurhasana (1808021)
5. Nur Atika N. (1808029)
6. Oktaviana Putri (1808032)
7. Ririn Eka S. (1808036)
8. Riyan Yogi A. (1808038)
9. Siska (1808041)
10. Wariq Aufa (1808045)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

1
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat,
nikmat dan ridho-Nya, sehingga penyusun telah diberi kesempatan untuk
menyelesaikan Laporan Manajemen Keperawatan. Dalam menjalani
proses penyusunan proposal ini tidak sedikit kendala yang penyusun
hadapi.
Penyusunan laporan ini telah banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Menik Kustriyani, S.Kep, M.Kep selaku Koordinator Stase
Manajemen Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang.
2. Ibu Ns. Windyastuti, S.Kep M.Kep selaku Dosen Pembimbing Stase
Manajemen Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang.
3. Pak Subari S.Kep, Ns selaku Kepala Ruang Flamboyan Atas RSUD
Dr. H Soewondo Kendal
Teman-teman kelompok Profesi Ners yang telah bekerja sama
dengan baik.
Semoga proposal ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan nantinya.

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

2
Judul : Laporan Manajemen Keperawatan di Ruang Flamboyan Atas RSUD Dr.
H Soewondo Kendal

Telah Disahkan Oleh Pembimbing


Pada tanggal, Juni 2019

Menyetujui,

Pembimbing 1 : Ns. Menik Kustriani, M.Kep. ( )

Pembimbing 2 : Ns. Windyastuti, M.Kep ( )

Pembimbing Klinik : Ns. Subari S.Kep ( )

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan tinggi keperawatan mempunyai tujuan menghasilkan
perawat yang professional. Dimana perguruan tinggi tersebut sangat berperan
dalam membina sikap, pandangan dan kemampuan professional lulusan,
sehingga diharapkan perawat mampu bersikap dan berpandangan professional,
berwawasan keperawatan yang luas, serta mempunyai pengetahuan ilmiah
keperawatan yang memadahi dan menguasai keterampilan professional dengan
baik dan benar. Perawat yang professional dapat tercipta dengan di dukung oleh
pemilihan metoda pembelajaran yang tepat, serta lingkungan tempat praktik
yang menjunjung tinggi budaya komunitas professional keperawatan, yang
menjadi salah satu fasilitas utama dalam penyelenggaraan pembelajaran profesi
keperawatan (Nursalam, 2012).
Manajemen pada dasarnya berfokuspada perilaku manusia untuk
mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan di suatu kegiatan.
Pada suat instansi membutuhkan seorang manajer yang terdidik dalam
pengetahuan dan ketrampilantentang perilaku manusia untuk mengelola
kegiatan.Manajemen merupakan serangkaian aktivitas (termasuk perencanaan,
pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian)
yang diarahkan pada sumbersumber daya organisasi (manusia, financial, fisik
dan informasi) dengan maksud mencapai tujuan organisasi secara efisien dan
efektif (Griffin, 2004).
Manajemen keperawatan menurut Nursalam (2014), merupakan suatu
pelayanan keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan
menjalankan empat fungsi manajemen antara planning, organizing, actuating,
dan controlling. Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dengan
memerlukan keterampilan-keterampilan teknis, hubungan antar manusia,
konseptual yang mendukung asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna
dan berhasil guna bagi masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen
keperawatan perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan
keperawatan dimasa depan, karena berkaitan dengan tuntutan profesi dan

4
global bahwa setiap perkembangan serta perubahan memerlukan pengelolaan
secara professional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi.
Salah satu strategi yang untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan adalah dengan pelaksanaan program ronde keperawatan yang
merupakan salah satu implementasi dari Relationship Based Care. Ronde
keperawatan memungkinkan perawat untuk melakukan hubungan timbal balik
dengan pasien secara teratur dan sistematis untuk menunjukkan keberadaan
perawat dalam membantu mengantisipasi kebutuhan dan memberikan
kenyamanan serta perlindungan bagi pasien (Woolley et. al., 2012). Ronde
keperawatan merupakan strategi yang efektif dalam memulai banyak
perubahan dalam aspek perawatan terutama meningkatkan komunikasi di
antara anggota tim terkait interaksi antar perawat (Aitken et al., 2016).

Ronde keperawatan merupakan suatu metode dalam pelayanan


keperawatan yang berguna untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien dan
memberikan masukan kepada perawat tentang asuhan keperawatan yang
dilakukan. Kozier et al. (2014) menyatakan bahwa ronde keperawatan adalah
salah satu prosedur dua atau lebih perawat mengunjungi pasien untuk
mendapatkan informasi yang akan membantu dalam merencanakan pelayanan
keperawatan dan memberikan kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan
masalah keperawataannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang
telah diterima pasien.

Laporan dari Studer Group (2017) menyatakan berdasarkan hasil


temuan pada tahun 2006 bahwa institusi yang melaksanakan ronde
keperawatan secara berkala dan sistematik meningkatkan kepuasan pasien
hingga mencapai 89% dan menurunkan angka jatuh hingga mencapai 60%.
Selain itu terdapat 2 dari 12 rumah sakit yang menerapkan ronde keperawatan
secara berkala dan sistematis memperoleh peningkatan rating pelayanan yang
prima mencapai 41.85.

5
Berdasarkan latar belakang di atas, kami mahasiswa keperawatan
Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Widya Husada
Semarang dituntut untuk belajar mengaplikasikan ilmu pengetahuan
manajemen keperawatan di RSUD Dr. H Soewondo Kendal khususnya
diruang Flamboyan Atas yaitu bangsal penyakit dalam dengan arahan atau
bimbingan dari pembimbing akademik atau pembimbing lapangan untuk
membahas mengenai manajemen keperawatan yang diaplikasikan di Ruang
Flamboyan Atas RSUD Dr. H Soewondo Kendal.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan prinsip-prinsip manajemen
keperawatan berdasarkan teori yang telah dipelajari untuk dapat
memaksimalkan asuhan keperawatan di ruang Flamboyan Atas RSUD Dr.
H Soewondo Kendal
2. Tujuan Khusus
a. Mengobservasi keadaan manajemen ruangan di ruang Flamboyan Atas
RSUD Dr. H Soewondo Kendal
b. Mengidentifikasi masalah manajemen keperawatan yang ditemukan
kelompok selama pengkajian di ruang Flamboyan Atas RSUD Dr. H
Soewondo Kendal
c. Merencanakan kegiatan pelayanan keperawatan sesuai dengan masalah
yang ditemukan dengan berdasarkan Plan of Action (POA) yang sudah
disepakati oleh kepala ruang
d. Mengorganisasikan pelaksanaan kegiatan keperawatan
e. Melakukan evaluasi hasil kegiatan yang telah dilakukan di ruang
Flamboyan Atas RSUD Dr. H Soewondo Kendal.
C. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta referensi
mengenai manajemen keperawatan bagi selurih mahasiswa
keperawatan. Mahasiswa diharapkan mampu menjalankan
keperawatan dengan baik dan sesuai.
2. Bagi pasien
Dengan adannya manajemen keperawatan, pengelolaan pasien akan
lebih terintegrasi dan meyeluruh sehingga pasien mendapatkan

6
pelayanan keperawatan yang maksimal sehingga pasien merasa puas
dengan pelayanan kesehatan yang diberikan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan
pengetahuan, informasi serta referensi mengenai proses manajemen
keperawatan
4. Bagi Rumah Sakit
Dengan adanya manajemen keperawatan, pihak rumah sakit dapat
lebih mudah melakukan evaluasi mengenai mutu pelayanan dapat lebih
mudah memperbaiki kekurangan dan mempertahankan yang sudah
baik

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN


1. MANAJEMEN

7
Manajemen merupakan koordinasi dan integrasi dari sumber daya
keperawatan dalam penerapan proses manajemen untuk menyelesaikan
asuhan keperawatan serta mencapai tujuan dan sasaran (Huber, 2010).
Manajemen adalah proses ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan
sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Swanburg, 2010).
Manajemen seperti yang dikembangkan Depkes (2010) adalah proses
pengelolaan pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan fungsi manajemen
yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengaturan tenaga, pengarahan,
evaluasi, dan pengendalian mutu pelayanan keperawatan untuk mencapai
tujuan pelayanan keperawatan. Jadi manajemen dapat dikatakan sebagai
aktifitas pimpinan yang melaksanakan pekerjaan melalui orang lain untuk
mencapai tujuan.
2. MANAJEMEN KEPERAWATAN
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan
oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi,
mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada baik sumber daya
manusia, alat maupun dana, sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga, dan masyarakat
(Suyanto, 2008).
Manajemen keperawatan merupakan koordinasi dan integrasi sumber daya
melalui perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengarahan, dan
pengawasan untuk mencapai tujuan institusional yang spesifik dan obyektif
(Huber, 2010).

3. FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN


Kegiatan manajemen dilaksanakan dalam proses menyeluruh,
berkesinambungandan dilakukan secara formal. Prinsip-prinsip ini erat
kaitannya dengan pelaksanaan fungsi manajemen. Ada beberapa pendapat
mengenai fungsi manajemen, namun fungsi yang seing dipakai dalam
proses manajemen adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah proses dan rangkaian kegiatan untuk menetapkan
terlebih dahulu tujuan yang diharapkan pada suatu jangka waktu tertentu

8
atau periode waktu yang telah ditetapkan, serta tahapan yang harus
dilalui untuk mencapai tujuan tersebut.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah proses dan rangkaian kegiatan dalam pembagian
pekerjaan yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kelompok
pekerjaan, penentuan hubungan pekerjaan yang baik diantara mereka,
serta pemeliharaan lingkungan dan fasilitas pekerjaan yang pantas.
c. Penggerakan (Actuating)
Menurut Terry dalam Sarwoto (2011) penggerakan dan pelaksanaan
adalah tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok
suka berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran agar sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar
pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan
dan hasil yang dikehendaki. Menurut Sarwoto (2011), terdapat 2 teknik
pengawasan yaitu pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung.
Selain itu, fungsi pengawasan fungsional yaitu apakah kebijaksanaan
yang ditatapkan dijalankan oleh jajaran pelaksana atau tidak,
pengguanaan dana, pemanfaatan sarana dan prasarana kerja, ketaatan
aparatur pelaksana pada prosedur dan mekanisme kerja yang telah
ditetapkan dan manajemen sumber daya manusia.
e. Penilaian (Evaluating)
Menurut Siagian (2016) penilaian adalah pengukuran dan pembandingan
hasil-hasil yang telah dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai.
4. UNSUR DASAR MANAJEMEN KEPERAWATAN
Perangkat atau unsur dasar manajemen yang mendasari segala sesuatu yang
dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan manajemen biasa dikenal
dengan six M’syaituman, material, method, money, machine, dan market.
a. Manusia (Man)
Manusia merupakan unsur penting dalam proses manajemen diamana
setiap organisasi bergantung pada manusia. Cepat atau lambatnya setiap
keputusan mencakup unsur manusia. Sumber daya manusia mencakup
ketenagaan, yang meliputi :
1) Struktur organisasi
2) Jumlah tenaga yang ada (keperawatan / non keperawatan)

9
3) Pengaturan ketenagaan
b. Material (Material)
Merupakan sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjang
kelancaran manajemen, meliputi :
1) Lokasi dan denah
2) Peralatan dan fasilitas
3) Administrasi penunjang
c. Metode (Method)
Cara atau sistem pengaturan yang diberlakukan dalam suatu organisasi
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, meliputi :
1) Penerapan MAKP
2) Operan jaga
3) Ronde Keperawatan
4) Pengelolaan logistic dan obat
5) Perencanaan pulang / Discharge Planning
6) Supervisi
7) Dokumentasi
d. Uang (Money)
Sumber biaya yang diperlukan untuk mendanai berbagai kegiatan
manajemen.
e. Mutu dan Market (Machine dan Market)
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan
struktur, proses dan outcome sistem pelayanan rumah sakit tersebut.
Mutu asuhan pelayanan rumah sakit juga dapat dikaji dari tingkat
pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan
tingkat efisiensi rumah sakit.Secara umum aspek penilaian meliputi
evaluasi, dokumen, instrumen, dan audit (EDIA) (Nursalam, 2014).
1) Aspek struktur (Input)
Struktur adalah semua input untuk sistem pelayanan sebuah rumah
sakit yang meliputi M1 (tenaga), M2 (sarana prasarana), M3 (metode
asuhan keperawatan), M4 (dana), M5 (pemasaran), dan lainnya. Ada
sebuah asumsi yang menyatakan bahwa jika struktur sistem rumah
sakit tertata dengan baik akan lebih menjamin mutu pelayanan.
Kualitas struktur umah sakit diukur dari tingkat kewajaran, kuantitas,
biaya (efisiensi), dan mutu dari masing-masing komponen struktur.
2) Proses

10
Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat dan tenaga profesi lain
yang mengadakan interaksi secara professional dengan pasien.
Interaksi ini diukur antara lain dalam bentuk penilaian tentang
penyakit pasien, penegakan diagnosis, rencana tindakan pengobatan,
indikasi tindakan, penanganan penyakit dan prosedur pengobatan.

3) Outcome

Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat dan tenaga


profesi lain terhadap pasien.
a) Indikator - indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan
meliputi:
 Angka infeksi nosocomial: 1-2%
 Angka kematian kasar: 3-4%
 Kematian pasca bedah: 1-2%
 Kematian ibu melahirkan: 1-2%
 Kematian bayi baru lahir: 20/1000
 NDR (Net Death Rate): 2,5%
 ADR (Anasthesia Death Rate) : maksimal 1/5000
 RPODR (Post Operation Death Rate): 1%
 POIR (Post Operative Infection Rate): 1%
b) Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi rumah
sakit :
 Biaya per unit untuk rawat jalan
 Jumlah penderita yang mengalami decubitus
 Jumlah penderita yang mengalami jatuh dari tempat tidur
 BOR: 70-85%
 BTO (Bed Turn Over): 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat
tidur/tahun
 TOI (Turn Over Interval): 1-3 hari TT yang kosong
 LOS (Length of Stay): 7-10 hari (komplikasi, infeksi
nosocomial; gawat darurat; tingkat kontaminasi dalam darah;
tingkat kesalahan; dan kepuasan pasien)
 Normal tissue removal rate: 10%
c) Indikator mutu yang berkaitan dengan kepuasan pasien dapat
diukur dengan jumlah keluhan pasien/keluarganya, surat pembaca
dikoran, surat kaleng, surat masuk di kotak saran, dan lainnya.
d) Indikator cakupan pelayanan sebuah rumah sakit terdiri atas:

11
 Jumlah dan presentase kunjungan rawat jalan/ inap menurut
jarak rumah sakit dengan asal pasien.
 Jumlah pelayanan dan tindakan seperti jumlah tindakan
pembedahan dan jumlah kunjungan SMF spesialis.
 Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka-angka
standar tersebut di atas dibandingkan dengan standar (indicator)
nasional. Jika bukan angka standar nasional, penilaian dapat
dilakukan dengan menggunakan hasil penacatatan mutu pada
tahun-tahun sebelumnya di rumah sakit yang sama, setelah
dikembangkan kesepakatan pihak manajemen/direksi RS yang
bersangkutan dengan masing-masing SMF dan staff lainnya
yang terkait.
e) Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien:
 Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi
 Pasien diberi obat salah
 Tidak ada obat/alat emergensi
 Tidak ada oksigen
 Tidak ada suction (penyedot lendir)
 Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
 Pemakaian obat
 Pemakaian air, listrik, gas, dan lainnya
Tabel 2.1
Standar Nasional Penilaian Mutu
Standar Nasional
BOR 75-80%
ALOS 1-10 hari
TOI 1-3 hari
BTO 5-45 hari
NDR < 2,5%
GDR < 3%
ADR 1,15.000
PODR < 1%
POIR < 1%
NTRR < 10%
MDR < 0,25%
IDR < 0,2%
f) Penerimaan Pasien Baru

12
Menurut Nursalam (2015) tahap pelaksanaan penerimaan pasien
baru di ruangan :
 Pasien datang di ruangan di terima oleh kepala ruang atau
perawat primer atau perawat yang diberi delegasi
 Perawat memperkenalkan diri kepada keluarga dan pasien
 Perawat menunjukkan kamar atau tempat tidur pasien dan
mengantar ke tempat yang telah ditetapkan
 Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ke tempat
tidur dan diberikan posisi yang nyaman
 Perkenalkan pasien baru dengan pasien yang sekamar
 Setelah pasien tenang dan situsasi sudah memungkinkan
perawat memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
tentang orientasi ruang, keperawatan (termasuk perawat yang
bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis (dokter yang
bertanggung jawab dan jadwal visite) dan tata tertib ruang serta
penyakit.
 Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan yang telah
disampaikan apabila pasien dan keluarga sudah jelas maka
diminta untuk menandatangi inform consent
 Perawat menyerahkan pada pasien lembar kuesioner kepuasan
pasien
 Perawat mulai melakukan pengkajian pada pasien sesuai dengan
format.
5. RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEPERAWATAN
Menurut Agus Kuntoro (2010)yang termasuk lingkup manajemen
keperawatan adalah manajemen operasional dan manajemen asuhan
keperawatan .
a. Manajemen Operasional
Pada manajemen operasional, pelayanan keperawatan di rumah sakit
dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan
manajerial yaitu manajemen puncak, manajemen menengah, dan
manajemen bawah.
Faktor-faktor yang perlu dimiliki oleh manajer agar dapat berhasil dalam
penatalaksanaan kegiatannya:
1) Kemampuan menerapkan pengetahuan
2) Keterampilan kepemimpinan

13
3) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
b. Manajemen Asuhan Keperawatan
Lingkup manajemen asuhan keperawatan manajemen keperawatan
adalah terlaksananya asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien.
Keberhasilan asuhan keperawatan sangat ditunjang oleh sumber daya
tenaga keperawatan dan sumber daya lainnya. Tenaga keperawatan yang
bertanggung jawab dalam menyediakan perawat pasien yang berkualiitas
adalah perawat pelaksana. Sebagai kunci keterampilan dalam
keperawatan pasien adalah komunikasi, koordinasi, konsultasi,
pengawasan, dan pendelegasian.
6. KOMPONEN MANAJEMEN KEPERAWATAN
Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling
berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu
input, proses, output, control dan mekanisme umpan balik.Input dalam
proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel,
peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer
dan tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana
yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan. Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output
atau keluaran yang umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian
asuhan keperawatan dan pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk
menindaklanjuti hasil atau keluaran. Kontrol dalam proses manajemen
keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang
proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur yang
sesuai standar dan akreditasi. Selain itu, mekanisme umpan balik diperlukan
untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan kegiatan yang akan datang.
Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit
keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar
dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan
dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses
manajemen, sebagaimana juga proses keperawatan, terdiri atas kegiatan

14
pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan
kegiatan, dan kegiatan penilaian hasil (Gillies, 2007).
7. PRINSIP DASAR MANAJEMEN KEPERAWATAN
Manajemen keperawatan dapat dilaksanakan secara benar. Oleh karena itu,
perlu diperhatikan beberapa prinsip dasar berikut :
a. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
Perencanaan merupakan hal yang utama dalam serangkaian fungsi dan
aktivitas manajemen. Tahap perencanaan dan proses manajemen tidak
hanya terdiri dari penentuan kebutuhan keperawatan pada berbagai
kondisi klien, tetapi juga terdiri atas pembuatan tujuan, mengalokasikan
anggaran, identifikasi kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur
organisasi yang diinginkan. Perencanaan merupakan pemikiran atau
konsep - konsep tindakan yang umumnya tertulis dan merupakan fungsi
penting di dalam mengurangi resiko dalam pengambilan keputusan,
pemecahan masalah, dan efek - efek dan perubahan. Selama proses
perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan keperawatan adalah
menganalisis dan mengkaji sistem, mengatur strategi organisasi dan
menentukan tujuan jangka panjang dan pendek, mengkaji sumber daya
organisasi, mengidentifikasi kemampuan yang ada, dan aktivitas spesifik
serta prioritasnya. Perencanaan dalam manajemen mendorong seorang
pemimpin keperawatan untuk menganalisis aktivitas dan struktur yang
dibutuhkan dalam organisasinya.
b. Manajemen keperawatan dilaksanaan melalui penggunaan waktu yang
efektif.
Manajer keperawatan menghargai waktu akan mampu menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan kegiatan
sesuai dengan waktu yang telah di tetapkan. Keberhasilan seorang
pemimpin keperawatan bergantung pada penggunaan waktu yang
efektif.Dalam keperawatan, manajemen sangat dipengaruhi oleh
kemampuan pimpinan keperawatan.Dalam kontek ini, seorang pimpinan
harus mampu memanfaatkan waktu yang tersedia secara efektif.Hal
demikian dibutuhkan untuk dapat mencapai produktifitas yang tinggi
dalam tatanan organisasinya.

15
c. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan.
Berbagai situasi dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan akan
berpengaruh terhadap proses atau jalannya aktivitas yang akan dilakukan.
Proses pengambilan keputusan akan sangat mempengaruhi oleh
kemampuan komunikasi dan para manajer.
d. Manajemen keperawatan harus terorganisasi.
Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi
mencapai tujuan. Terdapat 4 buah struktur organisasi, yaitu unit,
departemen, top atau tingkat eksekutif dan tingkat operasional. Prinsip
pengorganisasian mencakup hal – hal pembagian tugas (the devision of
work ), koordinasi, kesatuan komando, hubungan staf dan lini, tanggung
jawab dan kewengan yang sesuai adanya rentang pengawasan. Dalam
keperawatan, pengorganisasian dapat dilaksanakan dengan cara
fungsional dan penugasan, alokasi pasien perawatan grup / tim
keperawatan dan pelayanan keperawatan utama.
e. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi merupakan bagian penting dan efektivitas menejemen.
Komunikasi yang dapat dilakukan secara efektif mampu mengurangi
kesalahpahaman, dan akan memberikan perasaan, pandangan arah dan
pengertian diantara pegawai dalam suatu tatanan organisasi.

f. Pengendalian merupakan elemen menegemen keperawatan.


Pengendalian dalam menegemen dilakukan untuk mengarahkan kegiatan
susuai dengan yang direncanakan. Selain itu, pengendalian dilaksanakan
pada kegiatan yang dilakukan tidak banyak terjadi kesalahan yang
berakibat negative terhadap klien dan pihak yang terkait dengan
manageman. Pengendalian meliputi penilaian tentang pelaksanaan
trencana yang telah dibuat, pemberian instruksi, menetapkan prinsip-
prinsip melalui penetapan standar, dan membandingkan penampilan
dengan standar serta memperbaiki kekurangan (Kuntoro, 2010).
8. MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL

16
Terdapat beberapa metode asuhan keperawatan, yaitu metode kasus (total),
metode fungsional, metode tim dan metode keperawatan primer (Gillies,
2007).
a. Metode kasus
Merupakan metodepemberian asuhan yang pertama yang digunakan.
Pada metode ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan
kepada seorang klien secara total pada satu periode dinas. Jumlah klien
yang dirawat oleh satu perawat tergantung pada kemampuan perawat itu
dan kompleksnya kebutuhan klien.
b. Metode fungsional
Pada meode fungsional, pemberian asuhan keperawatan di tekankan pada
penyelesaian tgas dan prosedur. Setiap perawat diberi satu atau beberapa
tugas untuk dilaksanakan kepada semua klien disuatu ruangan.Seorang
perawat dapat bertanggung jawab dalam pemberian obat, mengganti
balutan, memonitor infus, dan lain-lain.Prioritas utama yang dikerjakan
adalah kebutuhan fisik dan kurang menekankan kepada pemenuhan
kebutuhan secara holistik.Mutu asuhan sering terabaikan karena
pemberian asuhan terfragmentasi.Komuniaksi antar perawat sangat
terbatas sehingga tidak ada satu perawat yang mengetahui satu klien
secara komprehensif, kecuali mungkin kepala ruang.

c. Metode tim
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, dimana
seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada satu kelompok klien
melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 2010).
d. Metode keperawatan primer
Menurut Gillies (2007) perawat yang menggunakan metode keperawatan
primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer
(primary nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas
keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung
jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan
bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit.
Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan

17
koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan
membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer
sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada
perawat lain (associate nurse).Metode penugasan dimana satu orang
perawat bertanggung jawab penuhsampai keluar rumah sakit.Mendorong
praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana
asuhan dan pelaksana.Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan
selama pasien dirawat.
e. Diferrentiated Practice
Merupakan suatu pendekatan yang bertujuan menjamin suatu mutu
asuhan melalui pemanfaatan sumber - sumber keperawatan yang
tepat.Terdapat dua model yaitu model kompetensi (competency table)
dan model pendidikan (education model).Pada model kompetensi,
perawat terdaftar (Registered Nurse) diberi tanggung jawab dan struktur
peran yang sesuai dengan kemampuannya. Kemampuan dapat diukur dari
ketrampilan, pengetahuan dan sikap.Pada model pendidikan, penetapan
tugas keperawatan didasarkan pada tingkat pendidikan perawat.
Perbedaan pendidikan atau kompetensi akan menetapkan apa yang
menjadi tanggung jawab setiap perawat dan bagaimana hubungan antar
tenaga tersebut diatur. Metode ini masih baru, masih diperlukan hasil
penelitian yang dapat menunjukkan manfaat metode ini sebelum
digunakan luas lagi (Barker dalam Marquis dan Huston, 2012).
f. Manajemen Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat
ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap
shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang
sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan
satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk
perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive
care.Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi

18
keperawatan.Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi
pada pasien tertentu (Nursalam, 2012).
g. Modifikasi Keperawatan Primer
Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua
sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2007) penetapan sistem model
MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan :
a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawatan
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-I keperawatan
atau setara.
b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawtan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer,
karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagai besar adalah
lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh
perawat primer/ ketua tim. Disamping itu karena saat ini jenis pendidikan
perawat yang ada di rumah sakit, mayopritas lulusan SPK/D3, mereka
akan mendapatkan bimbingan asuhan keperawatan dari PP.Akhir-akhir
ini terdapat metode pemberian asuhan diferrentiated practice dan
menejemen kasus (Loverirdge and Cummings, 2016 : Marquist and
Hutson, 2010).
9. TEORI PERHITUNGAN KETENAGAAN PERAWAT DI RUANG
RAWAT INAP
Efisiensi pelayananan meliputi 4 (empat) indikator mutu pelayanan
kesehatan yaitu BOR, LOS, TOI dan BTO.
a. BOR (Bed Occupancy Rate) menunjukkan tinggi rendahnya pemanfaatan
tempat tidur yang tersedia di rumah sakit dalam jangka waktu tertentu,
bila nilai ini mendekati 100% berarti ideal. Standar nasional untuk dalam
tahun adalah: 75 -85 %.
b. LOS (Length of Stay) menunjukkana rata - rata lamanya perawatan
setiapa pasien, lama waktu rawat yang baik maksimun 12 hari, standar
Nasional untuk rumah sakit dalam satu tahun adalah 7 - 10 hari.
c. TOI (Turn Over Interval) menunjukan waktu rata - rata suatu tempat
tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien

19
sampai dengan diisi lagi. Standar 1 – 3 hari untuk rumah sakit dalam satu
tahun.
d. BTO (Bed Turn Over) menunjukan frekuensi pemakaian tempat tidur
rumah sakit dalam satu satuan waktu tertentu. Jadi BTO memberikan
gambaran tentang tingkat pemakaian tempat tidur rumah sakit. Standar 4
- 5 kali untuk rumah sakit dalam satu bulan, sedangkan yang baik lebih
dari 4 kal (Djojodibroto, 2016).
Rumus perhitungan jumlah tenaga keperawatan:
1) Peraturan Men. Kes. RI No 262/Men.Kes/Per/VII/1979
Perbandingan jumlah tempat tidur: jumlah perawat
Rumah Sakit Tipe A – B = Jumlah perawat : Jumlah Tempat Tidur = 3
–4=2
Rumah Sakit Tipe C = Jumlah perawat : Jumlah tempat Tidur = 1:1

2) Menurut Douglas
Secara teoritis jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan pada suatu
ruangan perawatan didasarkan pada beberapa konsep seperti rumus
yang dikemukakan oleh Douglas (cit. Illyas,2007), ada beberapa
kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan per pasien untuk dinaspagi,
sore dan malam
Tabel 2.2
Standar Jumlah Perawat dalam setiap Shift Jaga
Klasifikasi pasien
Jumlah
Minimal care Parsial care Total care
pasien
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
…….. 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

Sedangkanklasifikasi derajat ketergantungan pasien terhadap keperawatan


berdasarkan teori D. Orem : Self Care Defisit berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Tabel 2.3
Klasifikasi Pasien berdasarkan Tingkat Ketergantungan
No Klasifikasi dan Kriteria
1. PERAWATAN MINIMAL (1 – 2 JAM / 24 JAM)
a. Keberihan diri, mandi, ganti pakaian di lakukan sendiri
b. Makan dan minum di lakukan sendiri
c. Ambulasi dengan pengawasan

20
d. Observasi tanda – tanda vital di lakukan setiap
pergantian jaga
e. Pengobatan minimal, status psikologis stabil
f. Perawatan luka sederhana
2. PERAWATAN INTERMEDIET / PARTIAL (3 – 4 JAM /
24 JAM)
a. Kebersihan diri di Bantu, makan minum di Bantu
b. Observasi tanda - tanda vital setiap 4 jam
c. Ambulasi di Bantu
d. Pengobatan dengan injeksi
e. Pasien dengan katheter urine
f. Pasien dengan infus
g. Observasi balance cairan ketat
3. PERAWATAN MAKSIMAL / TOTAL (5 – 6 JAM / 24
JAM)
a. Semua kebutuhan pasien di Bantu
b. Perubahan posisi, obnservasi tanda – tanda vital setiap
2 jam
c. Makan melalui selang lambung
d. Pengobatan intra vena “perdrip”
e. Pemakean suction
f. Gelisah / disorientasi
g. Perawatan luka kompleks

B. TEORI YANG BERHUBUNGAN DENGAN MANAJEMEN


KEPERAWATAN
1. PATIENT SAFETY
a. Definisi Patient Safety
Tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan (Kohn,
Corrigan & Donaldson, 2000).
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut
meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi
untuk meminimalkan resiko, meliputi:
1) Assessment risiko
2) Identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko pasien

21
3) Pelaporan dan analisis insiden
4) Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5) Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Menurut IOM, Keselamatan Pasien (Patient Safety) didefinisikan
sebagai freedom from accidental injury. Accidental injury disebabkan
karena error yang meliputikegagalan suatu perencanaan atau memakai
rencana yang salah dalam mencapai tujuan. Accidental injury juga
akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission) atau
tidakmengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).
Accidental injury dalam prakteknya akan berupa kejadian tidak
diinginkan (KTD = missed = adverse event) atau hampir terjadi
kejadian tidak diinginkan (near miss). Near miss ini dapat disebabkan
karena: keberuntungan (misal: pasien terima suatu obat kontra indikasi
tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan
overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan
membatalkannya sebelum obat diberikan), atau peringanan (suatu obat
dengan over dosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan
antidotenya).
b. Tujuan Sistem Patient Safety
Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah:
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2) Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan
masyarakat
3) Menurunnya KTD di Rumah Sakit
4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
penanggulangan KTD
Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:
1) Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)
2) Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang
efektif)
3) Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan
keamanan dari pengobatan resiko tinggi)
4) Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery
(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan
pasien, kesalahan prosedur operasi)

22
5) Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi
risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
6) Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko
pasien terluka karena jatuh)
c. Isu, Elemen, dan Akar Penyebab Kesalahan yang Paling Umum
dalam Patient Safety
Lima (5) isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu:
1) Keselamatan Pasien;
2) Keselamatan Pekerja (Nakes);
3) Keselamatan Fasilitas (Bangunan, Peralatan);
4) Keselamatan Lingkungan;
5) Keselamatan bisnis.
1) Elemen Patient Safety:
a) Adverse drug events(ADE)/ medication errors (ME)
(ketidakcocokan obat/kesalahan pengobatan)
b) Restraint use (kendali penggunaan)
c) Nosocomial infections (infeksi nosokomial)
d) Surgical mishaps (kecelakaan operasi)
e) Pressure ulcers (tekanan ulkus)
f) Blood product safety/administration (keamanan produk
darah/administrasi)
g) Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba)
h) Immunization program (program imunisasi)
i) Falls (terjatuh)
j) Blood stream – vascular catheter care (aliran darah –
perawatan kateter pembuluh darah)
k) Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor
incident reports (tinjauan sistematis, tindakan lanjutan, dan
pelaporan pasien/pengunjung laporan kejadian)
2) Most Common Root Causes of Errors (Akar Penyebab Kesalahan
yang Paling Umum):

23
a) Communication problems (masalah komunikasi)
b) Inadequate information flow (arus informasi yang tidak
memadai)
c) Human problems (masalah manusia)
d) Patient-related issues (isu berkenaan dengan pasien)
e) Organizational transfer of knowledge (organisasi transfer
pengetahuan)
f) Staffing patterns/work flow (pola staf/alur kerja)
g) Technical failures (kesalahan teknis)
h) Inadequate policies and procedures (kebijakan dan prosedur
yang tidak memadai)
AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality) Publication No.
04-RG005, December 2003]
d. Standar Keselamatan Pasien
Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient
Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on
Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002), yaitu:
1) Hak pasien
Standarnya adalah pasien & keluarganya mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi tentang rencana & hasil pelayanan termasuk
kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
Kriterianya adalah sebagai berikut:
(1) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
(2) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan
(3) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan
penjelasan yangjelas dan benar kepada pasien dan keluarga
tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur
untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD
2) Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang
kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriterianya adalah keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat
ditingkatkan dengan keterlibatan pasien adalah partner dalam proses

24
pelayanan. Karena itu, di RS harus ada sistim dan mekanisme
mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut
diharapkan pasien & keluarga dapat:
(1) Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur
(2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
(3) Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
(4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
(5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
(6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
(7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan
kriteri sebagai berikut:
(1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program
keselamatan pasien.
(2) Koordinasi pelayanan secara menyeluruh
(3) Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya
(4) Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
(5) Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
4) Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien. Standarnya
adalah : RS harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses
yang ada, memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan
data, menganalisis secara intensif KTD, & melakukan perubahan
untuk meningkatkan kinerja serta KP dengan criteria sebagai berikut:
(1) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan
(design) yang baik, sesuai dengan”Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
(2) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
(3) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
(4) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan
informasi hasil analisis
(5) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standarnya adalah:

25
a) Pimpinan dorong & jamin implementasi program KP melalui
penerapan “7 Langkah Menuju KP RS”.
b) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif
identifikasi risiko KP & program mengurangi KTD.
c) Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar
unit & individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
KP
d) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta
tingkatkan KP.
e) Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja RS & KP, dengan criteria sebagai berikut:
(1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program
keselamatan pasien.
(2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan danprogram meminimalkan insiden,
(3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi
(4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden,
termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah,
membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian
informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
(5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal
berkaitan dengan insiden,
(6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis
insiden
(7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara
sukarela antar unit dan antar pengelola pelayanan
(8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang
dibutuhkan
(9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi
efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan
pasien
5) Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standarnya adalah:

26
a) RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara
jelas.
b) RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan & memelihara kompetensi
staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan
pasien, dengan kriteria sebagai berikut:
(1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang
memuat topik
keselamatan pasien
(2) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap
kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang
jelas tentang pelaporan insiden.
(3) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
6) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.
Standarnya adalah:
a) RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP
untuk memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.
b) Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat, dengan
criteria sebagai berikut:
(1) Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain
proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi
tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
(2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala
komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada.
Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS (berdasarkan KKP-RS No.001-
VIII-2005) sebagai panduan bagi staf Rumah Sakit
1) Bangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien, “ciptakan
kepemimpinan & budaya yang terbuka dan adil”
Bagi Rumah sakit:
a) Kebijakan: tindakan staf segera setelah insiden, langkah kumpul
fakta, dukungan kepada staf, pasien, keluarga
b) Kebijakan: peran & akuntabilitas individual pada insiden

27
c) Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden
d) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian KP
Bagi Tim:
a) Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
b) Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusiyang tepat
2) Pimpin dan dukung staf anda, “bangunlah komitmen & focus yang
kuat & jelas tentang KP di RS anda”
Bagi Rumah Sakit:
a) Ada anggota Direksi yang bertanggung jawab atas KP
b) Di bagian-bagian ada orang yang dapat menjadi “Penggerak”
(champion) KP
c) Prioritaskan KP dalam agenda rapat Direksi/Manajemen
d) Masukkan KP dalam semua program latihan staf
Bagi Tim:
a) Ada “penggerak” dalam tim untuk memimpin Gerakan KP
b) Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KP
c) Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden
3) Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, “kembangkan sistem &
proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal
yang potensial bermasalah”
Bagi Rumah Sakit:
a) Struktur & proses menjamin risiko klinis & non klinis, mencakup
KP
b) Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
c) Gunakan informasi dari sistem pelaporan insiden & asesmen risiko
& tingkatkan kepedulian terhadap pasien
Bagi Tim:
a) Diskusi isu KP dalam forum-forum, untuk umpan balik kepada
manajemen terkait
b) Penilaian risiko pada individu pasien

28
c) Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko, &
langkah memperkecil risiko tsb.
4) Kembangkan sistem pelaporan, “pastikan staf Anda agar dengan
mudah dapat melaporkan kejadian/insiden serta RS mengatur
pelaporan kepada KKP-RS”
Bagi Rumah Sakit:
a) Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke dalam
maupun ke luar yang harus dilaporkan ke KKPRS – PERSI
Bagi Tim:
a) Dorong anggota untuk melaporkan setiap insiden & insiden yang
telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, sebagai bahan pelajaran yang
penting
5) Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, “kembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien”
Bagi Rumah Sakit:
a) Kebijakan : komunikasi terbuka tentang insiden dengan pasien &
keluarga
b) Pasien & keluarga mendapat informasi bila terjadi insiden
c) Dukungan, pelatihan & dorongan semangat kepada staf agar selalu
terbuka kepada pasien & keluarga (dalam seluruh proses asuhan
pasien)
Bagi Tim:
a) Hargai & dukung keterlibatan pasien & keluarga bila telah terjadi
insiden
b) Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien & keluarga bila terjadi
insiden
c) Segera setelah kejadian, tunjukkan empati kepada pasien &
keluarga.
6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien,
“dorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar
bagaimana & mengapa kejadian itu timbul”
Bagi Rumah Sakit:
a) Staf terlatih mengkaji insiden secara tepat, mengidentifikasi sebab

29
b) Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root
Cause Analysis/RCA) atau Failure Modes & Effects Analysis
(FMEA) atau metoda analisis lain, mencakup semua insiden &
minimum 1 x per tahun untuk proses risiko tinggi
Bagi Tim:
a) Diskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden
b) Identifikasi bagian lain yang mungkin terkena dampak & bagi
pengalaman tersebut
7) Cegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan pasien,
“Gunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan”
Bagi Rumah Sakit:
a) Tentukan solusi dengan informasi dari sistem pelaporan, asesmen
risiko, kajian insiden, audit serta analisis
b) Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian pelatihan
staf & kegiatan klinis, penggunaan instrumen yang menjamin KP
c) Asesmen risiko untuk setiap perubahan
d) Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-PERSI
e) Umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas
insiden
Bagi Tim:
a) Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman
b) Telaah perubahan yang dibuat tim & pastikan pelaksanaannya
c) Umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang
dilaporkan
e. Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat,
mampu mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari
proses pelayanan kesehatan. Sembilan Solusi ini merupakan panduan
yang sangat bermanfaat membantu RS, memperbaiki proses asuhan
pasien, guna menghindari cedera maupun kematian yang dapat dicegah.

30
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong RS-RS
di Indonesia untuk menerapkan Sembilan Solusi Life-Saving
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, atau 9 Solusi, langsung atau bertahap,
sesuai dengan kemampuan dan kondisi RS masing-masing.
1) Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-
Alike Medication Names).
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang
membingungkan staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang
paling sering dalam kesalahan obat (medication error) dan ini
merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu
obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi
terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau
generik serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan
protokol untuk pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep,
label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih dulu, maupun
pembuatan resep secara elektronik.
2) Pastikan Identifikasi Pasien
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi
pasien secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan,
transfusi maupun pemeriksaan; pelaksanaan prosedur yang keliru
orang; penyerahan bayi kepada bukan keluarganya, dsb. Rekomendasi
ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap identitas pasien,
termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini; standardisasi dalam
metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem layanan
kesehatan; dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta
penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan
nama yang sama.
3) Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien
antara unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa
mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang

31
tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap
pasien. Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima
pasien termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan
informasi yang bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi para
praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan
pada saat serah terima,dan melibatkan para pasien serta keluarga
dalam proses serah terima.
4) Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat
dicegah.Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau
pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian besar adalah akibat dan
miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau informasinya tidak
benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan-
kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-
bedah yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah
jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses
verifikasi prapembedahan; pemberian tanda pada sisi yang akan
dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur; dan adanya
tim yang terlibat dalam prosedur Time out sesaat sebelum memulai
prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi
yang akan dibedah.
5) Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated).
Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras
memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk
injeksi khususnya adalah berbahaya. Rekomendasinya adalah
membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan
pencegahan atas campur aduk/bingung tentang cairan elektrolit pekat
yang spesifik,
6) Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi/pengalihan.
Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses

32
yang didesain untuk mencegah salah obat (medication errors) pada
titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah menciptakan suatu
daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang
sedang diterima pasien juga disebut sebagai “home medication list”,
sebagai perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan/atau
perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi; dan
komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan yang berikut dimana
pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
7) Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).
Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain
sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD
(Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa menyebabkan cedera atas
pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah, serta
memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.
Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas
medikasi secara detail/rinci bila sedang mengenjakan pemberian
medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan
bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya
menggunakan sambungan & slang yang benar)
8) Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV,
HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum
suntik. Rekomendasinya adalah penlunya melarang pakai ulang jarum
di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan periodik para petugas di
lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang prinsip-
pninsip pengendalian infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga
mereka mengenai penularan infeksi melalui darah;dan praktek jarum
sekali pakai yang aman.
9) Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan
lnfeksi Nosokomial.

33
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di
seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit.
Kebersihan Tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang pimer
untuk menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya adalah
mendorong implementasi penggunaan cairan “alcohol-based hand-
rubs” tersedia pada titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada
semua kran, pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan taangan yang
benar mengingatkan penggunaan tangan bersih ditempat kerja; dan
pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui
pemantauan/observasi dan tehnik-tehnik yang lain.
f. Aspek Hukum Terhadap Patient Safety
Aspek hukum terhadap “patient safety” atau keselamatan pasien adalah
sebagai berikut:
UU Tentang Kesehatan & UU Tentang Rumah Sakit
1) Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum
a) Pasal 53 (3) UU No.36/2009
“Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan
nyawa pasien.”
b) Pasal 32n UU No.44/2009
“Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan
dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit.
c) Pasal 58 UU No.36/2009
“Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan
yang diterimanya.”
d) “…..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam
keadaan darurat.”
2) Tanggung jawab Hukum Rumah sakit
a) Pasal 29b UU No.44/2009
”Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan
pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit.”
b) Pasal 46 UU No.44/2009

34
“Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua
kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga
kesehatan di RS.”
c) Pasal 45 (2) UU No.44/2009
“Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam
rangka menyelamatkan nyawa manusia.”
3) Bukan tanggung jawab Rumah Sakit
a) Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit
“Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab secara hukum apabila
pasien dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan
yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan
medis yang kompresehensif. “
4) Hak Pasien
a) Pasal 32d UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang
bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional”
b) Pasal 32e UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif
dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi”
c) Pasal 32j UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif
tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan”
d) Pasal 32q UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut
Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan
yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun
pidana”
5) Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien
a) Pasal 43 UU No.44/2009
 RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien
 Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan
insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam
rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.
 RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang
membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri

35
 Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan
ditujukan untuk mengoreksi sistem dalam rangka meningkatkan
keselamatan pasien.
g. Implementasi Patient Safety
1) Langkah-langkah Kegiatan Pelaksanaan Patient Safety
 Di Rumah Sakit
a) Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien
Rumah Sakit, dengan susunan organisasi sebagai berikut:
Ketua: dokter, Anggota: dokter, dokter gigi, perawat, tenaga
kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya.
b) Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi
pencatatan dan pelaporan internal tentang insiden
c) Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia
d) Rumah Sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien
rumah sakit dan menerapkan tujuh langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit.
e) Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan
medis berdasarkan hasil dari analisis akar masalah dan
sebagai tempat pelatihan standar-standar yang baru
dikembangkan.
 Di Provinsi/Kabupaten/Kota
a) Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah
sakit-rumah sakit di wilayahnya
b) Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya
dukungan anggaran terkait dengan program keselamatan
pasien rumah sakit.
c) Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan
pasien rumah sakit

 Di Pusat
a) Membentuk komite keselamatan pasien Rumah Sakit dibawah
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
b) Menyusun panduan nasional tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit

36
c) Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan
pasien ke Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, PERSI
Daerah dan rumah sakit pendidikan dengan jejaring
pendidikan.
d) Mengembangkan laboratorium uji coba program keselamatan
pasien.
h. Manajemen Patient Safety
Pelaksanaan Patient Safety ini dilakukan dengan system Pencacatan dan
Pelaporan serta Monitoring san Evaluasi
1) Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pada Patient Safety
 Di Rumah Sakit
a) Setiap unit kerja di rumah sakit mencatat semua kejadian
terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera,
Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) pada
formulir yang sudah disediakan oleh rumah sakit.
b) Setiap unit kerja di rumah sakit melaporkan semua kejadian
terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera,
Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) kepada
Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada formulir yang
sudah disediakan oleh rumah sakit.
c) Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit menganalisis akar
penyebab masalah semua kejadian yang dilaporkan oleh unit
kerja
d) Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit merekomendasikan solusi
pemecahan dan mengirimkan hasil solusi pemecahan masalah
kepada Pimpinan rumah sakit.
e) Pimpinan rumah sakit melaporkan insiden dan hasil solusi
masalah ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(KKPRS) setiap terjadinya insiden dan setelah melakukan
analisis akar masalah yang bersifat rahasia.
 Di Propinsi
Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah menerima produk-
produk dari Komite Keselamatan Rumah Sakit
 Di Pusat

37
a) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)
merekapitulasi laporan dari rumah sakit untuk menjaga
kerahasiaannya
b) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)
melakukan analisis yang telah dilakukan oleh rumah sakit
c) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)
melakukan analisis laporan insiden bekerjasama dengan
rumah sakit pendidikan dan rumah sakit yang ditunjuk sebagai
laboratorium uji coba keselamatan pasien rumah sakit
d) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)
melakukan sosialisasi hasil analisis dan solusi masalah ke
Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah, rumah sakit
terkait dan rumah sakit lainnya.
2) Monitoring dan Evaluasi
 Di Rumah sakit
Pimpinan Rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi pada
unit-unit kerja di rumah sakit, terkait dengan pelaksanaan
keselamatan pasien di unit kerja.

 Di propinsi
Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah melakukan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan Program Keselamatan
Pasien Rumah Sakit di wilayah kerjanya.
 Di Pusat
a) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan Keselamatan Pasien
Rumah Sakit di rumah sakit-rumah sakit
b) Monitoring dan evaluasi dilaksanakan minimal satu tahan
satu kali.
i. Program “Keselamatan Pasien Rumah Sakit” sebagai Langkah
Strategis
Keselamatan Pasien Rumah Sakit- KPRS (patient safety) adalah suatu
sistem dimana RS membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ni termasuk:
asesment risiko, “Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan

38
dengan risiko pasien, “Peloporan dan analisis insiden, “Kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta “implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Menurut Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit (Depkes R.I.
2006) terdapat tujuh langkah menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit:
1) Membangun Kesadaran Akan Nilai KP, menciptakan kepemimpinan &
budaya yang terbuka & adil
2) Memimpin dan Dukung Staf Anda, membangun komitmen & fokus
yang kuat & jelas tentang KP di RS Anda
3) Mengintegrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko, mengembangkan
sistem dan proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi &
asesmen hal yang potensial bermasalah
4) Mengembangkan Sistem Pelaporan, memastikan staf agar dengan
mudah dapat melaporkan kejadian / insiden, serta RS mengatur
pelaporan kepada KKP-RS
5) Melibatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien, mengembangkan cara-
cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
6) Melakukan Kegiatan Belajar & Berbagi Pengalaman Tentang KP,
mendorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk
belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul
7) Mencegah Cedera Melalui Implementasi Sistem KP, menggunakan
informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan
j. Indikator Patient Safety
Secara umum IPS terdiri atas 2 jenis, yaitu IPS tingkat rumah sakit dan IPS
tingkat area pelayanan.
1) Indikator tingkat rumah sakit (hospital level indicator) digunakan
untuk mengukur potensi komplikasi yang sebenarnya dapat dicegah
saat pasien mendapatkan berbagai tindakan medik di rumah sakit.

39
Indikator ini hanya mencakup kasus-kasus yang merupakan diagnosis
sekunder akibat terjadinya risiko pasca tindakan medik.
2) Indikator tingkat area mencakup semua risiko komplikasi akibat
tindakan medik yang didokumentasikan di tingkat pelayanan setempat
(kabupaten/kota). Indikator ini mencakup diagnosis utama maupun
diagnosis sekunder untuk komplikasi akibat tindakan medik.
k. Tujuan penggunaan Indikator Patient Safety
Indikator patient safety (IPS) bermanfaat untuk mengidentifikasi area-
area pelayanan yang memerlukan pengamatan dan perbaikan lebih lanjut,
seperti misalnya untuk menunjukkan:
1) Adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke waktu.
2) Bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi standar klinik
atau terapi sebagaimana yang diharapkan
3) Tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi pelayanan
4) disparitas geografi antar unit-unit pelayanan kesehatan (pemerintah vs
swasta atau urban vs rural) (Dwiprahasto, 2008).
l. Pengembangan Budaya Patient Safety
Menurut Hasting G, 2006, ada delapan langkah yang bisa dilakukan untuk
mengembangkan budaya Patient safety ini:
1) Put the focus back on safety
2) Setiap staf yang bekerja di RS pasti ingin memberikan yang terbaik
dan teraman untuk pasien. Tetapi supaya keselamatan pasien ini bisa
dikembangkan dan semua staf merasa mendapatkan dukungan, patient
safety ini harus menjadi prioritas strategis dari rumah sakit atau unit
pelayanan kesehatan lainnya. Empat CEO RS yang terlibat dalamsafer
patient initiatives di Inggris mengatakan bahwa tanggung jawab untuk
keselamatan pasien tidak bisa didelegasikan dan mereka memegang
peran kunci dalam membangun dan mempertahankan fokus patient
safety di dalam RS.
3) Think small and make the right thing easy to do
Memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien mungkin
membutuhkan langkah-langkah yang agak kompleks. Tetapi dengan

40
memecah kompleksitas ini dan membuat langkah-langkah yang lebih
mudah mungkin akan memberikan peningkatan yang lebih nyata.
4) Encourage open reporting
Belajar dari pengalaman, meskipun itu sesuatu yang salah adalah
pengalaman yang berharga. Koordinator patient safety dan manajer
RS harus membuat budaya yang mendorong pelaporan. Mencatat
tindakan-tindakan yang membahayakan pasien sama pentingnya
dengan mencatat tindakan-tindakan yang menyelamatkan pasien.
Diskusi terbuka mengenai insiden-insiden yang terjadi bisa menjadi
pembelajaran bagi semua staf.
5) Make data capture a priority
Dibutuhkan sistem pencatatan data yang lebih baik untuk mempelajari
dan mengikuti perkembangan kualitas dari waktu ke waktu. Misalnya
saja data mortalitas. Dengan perubahan data mortalitas dari tahun ke
tahun, klinisi dan manajer bisa melihat bagaimana manfaat dari
penerapan patient safety.
6) Use systems-wide approaches
Keselamatan pasien tidak bisa menjadi tanggung jawab individual.
Pengembangan hanya bisa terjadi jika ada sistem pendukung yang
adekuat. Staf juga harus dilatih dan didorong untuk melakukan
peningkatan kualitas pelayanan dan keselamatan terhadap pasien.
Tetapi jika pendekatan patient safety tidak diintegrasikan secara utuh
kedalam sistem yang berlaku di RS, maka peningkatan yang terjadi
hanya akan bersifat sementara.
7) Build implementation knowledge
Staf juga membutuhkan motivasi dan dukungan untuk
mengembangkan metodologi, sistem berfikir, dan implementasi
program. Pemimpin sebagai pengarah jalannya program disini
memegang peranan kunci. Di Inggris, pengembangan mutu pelayanan
kesehatan dan keselamatan pasien sudah dimasukkan ke dalam
kurikulum kedokteran dan keperawatan, sehingga diharapkan sesudah
lulus kedua hal ini sudah menjadi bagian dalam budaya kerja.
8) Involve patients in safety efforts

41
Keterlibatan pasien dalam pengembangan patient safety terbukti dapat
memberikan pengaruh yang positif. Perannya saat ini mungkin masih
kecil, tetapi akan terus berkembang. Dimasukkannya perwakilan
masyarakat umum dalam komite keselamatan pasien adalah salah satu
bentuk kontribusi aktif dari masyarakat (pasien). Secara sederhana
pasien bisa diarahkan untuk menjawab ketiga pertanyaan berikut: apa
masalahnya? Apa yang bisa kubantu? Apa yang tidak boleh
kukerjakan?
9) Develop top-class patient safety leaders
Prioritisasi keselamatan pasien, pembangunan sistem untuk
pengumpulan data-data berkualitas tinggi, mendorong budaya tidak
saling menyalahkan, memotivasi staf, dan melibatkan pasien dalam
lingkungan kerja bukanlah sesuatu hal yang bisa tercapai dalam
semalam. Diperlukan kepemimpinan yang kuat, tim yang kompak,
serta dedikasi dan komitmen yang tinggi untuk tercapainya tujuan
pengembangan budaya patient safety. Seringkali RS harus bekerja
dengan konsultan leadership untuk mengembangkan kerjasama tim
dan keterampilan komunikasi staf. Dengan kepemimpinan yang baik,
masing-masing anggota tim dengan berbagai peran yang berbeda bisa
saling melengkapi dengan anggota tim lainnya melalui kolaborasi
yang erat.

2. TIMBANG TERIMA (HANDOVER)


a. Pengertian Timbang Terima
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima
merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift.
Selain laporan antar shift, dapat disampaikan juga informasi-informasi
yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum
dilaksanakan (Dwiprahasto, 2008).
b. Tujuan Timbang Terima
1) Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum.

42
2) Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya.
3) Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
c. Langkah – langkah Timbang Terima
1) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2) Shift yang akan menyerahkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang
akan disampaikan.
3) Perawat primer menyampaikan kepada penanggungjawab shift
selanjutnya meliputi :
a) Kondisi atau keadaan klien secara umum.
b) Tindak lanjut atau dinas yang menerima operan.
c) Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan.
4) Penyampaian operan di atas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu - buru.
5) Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara
langsung melihat keadaan klien.
d. Prosedur Timbang Terima
Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
1) Persiapan
a) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap.
b) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2) Pelaksanaan
Timbang terima dilaksanakan oleh perawat primer kepada perawat
primer yang mengganti jaga pada shift berikutnya :
a) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift.
b) Di nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan
tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah
dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu
dilimpahkan.
c) Hal - hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap sebaiknya dicatat untuk kemudian diserahterimakan
kepada perawat jaga berikutnya.
d) Hal - hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
 Identitas klien dan diagnosa medis.
 Masalah keperawatan yang masih ada.
 Data fokus (Keluhan Subyektif dan Obyektif).
 Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
 Intervensi kolaboratif dan dependensi.

43
 Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan selanjutnya.
e) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi tanya jawab terhadap hal - hal yang ditimbang-terimakan
dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.
f) Penyampaian saat timbang terima secara jelas dan singkat.
g) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang
lengkap dan rinci.
h) Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap klien dan
melakukan validasi data.
i) Pelaporan untuk timbang terima ditulis secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat primer.

3. PRE POST CONFERENCE


a. Pengertian Pre Post Conference
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore
atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan.
konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat
mengurangi gangguan dari luar. Konferensi terdiri dari pre conference
dan post conference yaitu :
1) Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang
dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas
pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan.
Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan
tambahan rencana dari katim dan PJ tim (Modul MPKP, 2015).
Waktu : Setelah operan
Tempat : Nurse station
penanggung jawab : Ketua tim atau PJ tim
Kegiatan:

a) Ketua tim atau PJ tim membuka acara

44
b) Ketua tim atau PJ tim menanjakan rencana harian masing - masing
perawat pelaksana

c) Ketua tim atau PJ tim memberikan masukan dan tindakan lanjut


terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu.

d) Ketua tim atau PJ tim memberikan reinforcement.

e) Ketua tim atau PJ tim menutup acara

2) Post Conference

Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana


tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada
shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan
hal penting untuk operan (tindak lanjut).Post conference dipimpin
oleh katim atau PJtim (Modul MPKP, 2015)
Waktu : Sebelum operan ke dinas berikutnya.
Tempat : Meja masing - masing tim.
Penanggung jawab : Ketua tim atau PJ tim
Kegiatan :

a) Ketua tim atau PJ tim membuka acara.


b) Ketua tim atau PJ tim menanyakan kendala dalam asuhan yang
telah diberikan.

c) Ketua tim atau PJ tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan


klien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya.

d) Ketua tim atau PJ menutup acara.

b. Tujuan Pre Post Conference

Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah -


masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah,
mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi

45
masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat
meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan
merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non
kognitif.Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan
keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan
dan frustasi bagi pemberi asuhan.

1) Tujuan pre conference

a) Membantu untuk mengidentifikasi masalah - masalah pasien,


merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil.

b) Mempersiapkan hal - hal yang akan ditemui di lapangan

c) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien

2) Tujuan post conference

Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah


dan membandingkan masalah yang dijumpai.

c. Syarat Pre Post Conference

Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan


dan post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan.
Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit.Topik yang dibicarakan
harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien, perencanaan tindakan
rencana dan data - data yang perlu ditambahkan. Yang terlibat dalam
conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim

d. Panduan perawat pelaksanaan dalam melaksanakan konferensi

1) Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian


dinas malam, pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan
pelaksana.

46
2) Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya
masing -masing.

3) Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil


evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.
Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :

a) Keluhan utama klien

b) TTV dan kesadaran

c) Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostik terbaru.

d) Masalah keperawatan

e) Rencana keperawatan hari ini.

f) Perubahan keadaan terapi medis.

g) Rencana medis.

4) Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet


tentang masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi :

a) Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan,


kesalahan pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran
dokter yang dikonsulkan.

b) Ketepatan pemberian infus.

c) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.

d) Ketepatan pemberian obat / injeksi.

e) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,

f) Ketepatan dokumentasi.

47
5) Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.

6) Mengiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan


kemajuan masing - masing perawatan asosiet.

7) Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalah yang tidak dapat


diselesaikan

1. MANAJEMEN SUPERVISI KEPERAWATAN


a. Pengertian Supervisi Keperawatan
Supervisi berasal dari kata super (bahasa latin yang berarti di atas) dan
videre (bahasa latin yang berarti melihat). Bila dilihat dari asal kata
aslinya, supervisi berarti “melihat dari atas”. Pengertian supervisi secara
umum adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh
“atasan” terhadap pekerjaan yang dilakukan bawahan untuk kemudian
bila ditemukan masalah, segera diberikan bantuan yang bersifat langsung
guna mengatasinya (Suarli & Bahtiar, 2009).
Sedangkan supervisi menurut Swansburg, dikutip oleh Rachma (2012)
adalah usaha untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya
mengenai pelaksanaan tugas, dimana dalam pelaksanaannya ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu menghargai dan
mengembangkan potensi setiap individu serta menerima setiap
perbedaan.
Menurut Sudjana (2004) dalam Nursalam (2011) supervisi adalah upaya
untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang
disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien.
Seorang yang melakukan supervisi disebut dengan supervisor. Kegiatan
supervisi adalah kegiatan – kegiatan yang terencana seorang menejer
melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan

48
evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari –
hari (Arwani,2006).
b. Tujuan Supervisi Keperawatan
Tujuan dari supervisi menurut Gillies (2004) adalah untuk mengawasi
danmengevaluasi serta memperbaiki kinerja. Sedangkan Suarli dan
Bachtiar (2008) merumuskan tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin
pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan
tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang telah
ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan.
Menurut Suarli (2012), tujuan supervisi adalah memberikan
bantuan kepada bawahan secara langsung sehingga dengan bantuan
tersebut bawahan akan memiliki bekal yang cukup untuk melaksanakan
tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik. Supervisi yang baik adalah
supervisi yang dilakukan secara berkala.
c. Manfaat Supervisi Keperawatan
Supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat
(Azwar, dalam Nursalam, 2011) diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Dapat lebih meningkatkan efektifitas kerja, peningkatan ini erat
kaitannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang
lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
2) Dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja, peningkatan ini erat
kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan
bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta, dan
sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah (Azwar, dalam Nursalam,
2011).Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, maka sama
artinya bahwa tujuan organisasi telah tercapai dengan baik

1. REFLEKSI DISKUSI KASUS


a. Pengertian Ronde Keperawatan
Refleksi diskusi kasus adalah suatu metoda dalam merefleksikan
pengalaman klinis perawat dan bidan yang mengacu kepada

49
pemahaman terhadap standar. RDK adalah suatu metode pembelajaran
dalam mereflesikan pengalaman perawat dan bidan yang actual dan
menarik memberikan dan mengelola asuhan keperawatan dan
kebidanan di lapangan melalui suatu diskusi kelompok yang mengacu
pada pemahaman standar yang ditetapkan.
1) Tujuan
a) Untuk meningkatkan profesionalisme perawat dan bidan
b) Meningkatkan aktualisasi diri perawat dan bidan
c) Membangkitkan motivasi untuk belajar
2) Manfaat
Refleksi diskusi kasus (RDK) mempunyai manfaat sebagai berikut:
a) Mengembangkan proesionalisme perawat dan bidan
b) Meningkatkan aktualisasi diri
c) Membangkitkan motivasi belajar
d) Wahana untuk menyelesaikan masalah mengacu pada standar
keperawatan /kebidanan yang telah ditetapkan
e) Belajar untuk menghargai kolega untuk lebih besar, lebih banyak
mendengarkan , tidak menyalahkan, tidak memojokan dan
meningkatkan kerjasama.
b. Langkah-langkah kegiatan RDK
1) Memilih /menetapkan kasus yang akan didiskusikan
Topik-topik bahasan yang ditetapkan untuk dalam RDK antara lain:
a) Pengalaman pribadi perawat yang aktual dan menarik dalam
menangani kasus/ pasien dilapangan baik dirumah
sakit/puskesmas.
b) Pengalaman yang masi relevan untuk dibahas dan akan
memberikan informasi berharga untuk meningkatkan mutu
pelayanan.
DRK merefleksikan pengalaman, pengetahuan serta
kemampuannya dan mengarahkan maupun meningkatakan
pemahaman perawat atau bidan terhadap standar yang akan
memacu mereka untuk melakukan kinerja yang bermutu tinggi.
2) Menyusun jadwal kegiatan
Jadwal kegiatan DRK adalah daftar kegitan yang harus
dilaksanakan dalam kurun waktu yang telah ditetapkan dan
disepakati. Kegitan DRK disepakati dalam kelompok kerja, baik di
puskesmas maupun dirumah sakit (tiap ruangan). Kegitan DRK

50
minimal dilakukan minimal satu kali dalam satu dalam dan
sebaiknya jadwal disusun untuk kegitan 1 tahun, dengan demikian
para perserta yang telah ditetapkan akan mempunyai waktu yang
cukup untuk mempersiapkannya.Setiap bulan ditetapkan dua orang
yang bertugas sebagai penyaji dan fasilitator atau moderator
selebihnya sebagai peserta demikin seterusnya, sehingga seluruh
anggota kelompok akan mempunyai kesempatan yang sama
berperan sebagai penyaji, fasilitator atau moderator maupun
sebagai peserta. Peserta dalam satu kelompok diupayakan antar 5-8
orang.
c. Persyaratan
1) Suatu kelompok perawat atau kelompok bidan terdiri dari 5-8
orang
2) Salah satu anggota kelompok berperan sebagai fasilitator, satu
orang lagi sebagai penyaji dan lainnya sebagai peserta
3) Posisi fasilitator, penyaji, dan peserta lain dalam diskusi setara
(equal).
4) Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan pengalaman klinis
keperawatan atau kebidanan yang menarik.
5) Posisi duduk sebaiknya melingkar tanpa dibatasi oleh meja atau
benda lainnya, agar setiap peserta dapat saling bertatapan dan
berkomunikasi secara bebas.
6) Tidak boleh ada interupsi dan hanya satu orang saja yang berbicara
dalam satu saat, peserta lainnya memperhatikan proses diskusi
7) Tidak diperkenankan ada dominasi, kritik yang dapat
memojokkkan peserta lainnya
8) Membawa catatan diperbolehkan , namun perhatian tidak boleh
terkikis atau tertumpu hanya pada catatan, sehingga dapat
mengurangi perhatian dalam berdiskusi.
d. Proses Diskusi Meliputi
1) Sistem yang didukung oleh manajer lini pertama (kepala
ruangan/supervisor di puskesmas) yang mendorong serta
mewajibkan anggotanya untuk melaksanakan RDK secara rutin,
terencana dan terjadwal dengan baik.

51
2) Kelompok perawat atau kelompok bidan berbagi (sharing)
pengalaman klinis dan iptek diantara sejawat masing-masing
selama 1 jam, minimal setiap bulan sekali.
3) Setiap anggota secara bergilir mendapat kesempatan dan menimba
pengalaman sebagai fasilitator, penyaji, dan sebagai anggota dalam
diskusi tersebut
4) Proses diskusi memberikan kesempatan kepada setiap anggota
untuk menyampaikan pendapat dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan sedemikian rupa yang merefleksikan
pengalaman, pengetahuan serta kemampuan masing-masing
5) Selama diskusi berlangsung harus dijaga agar tidak ada pihak-
pihak yang merasa tertekan ataupun terpojok. Yang diharapkan
terjadi justru sebaliknya yaitu dukungan dan dorongan bagi setiap
peserta agar terbiasa menyampaikan pendapat mereka masing-
masing.
6) Refleksi Diskusi Kasus dapat dimanfaatkan sebagai wahana untuk
memecahkan masalah, namun tidak dipaksakan (tidak harus).
7) Adanya catatan kehadiran dan laporan RDK serta catatan tentang
isu-isu yang muncul tidak terjadi atau terulang lagi.
8) RDK merupakan salah satu metoda in- service training yang
mengandung ciri-ciri pembelajaran antar sejawat dalam satu
profesi, sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan
perawat atau bidan.
e. Peran Sebagai Fasilitator, Penyaji dan Anggota
1) Pedoman Bagi Fasilitator
a) Membuka pertemuan dan mengucapkan selamat datang
b) Menyampaikan tujuan pertemuan, mengajak semua semua
peserta untuk merefleksikan pengalaman klinis masing-masing
c) Meminta persetujuan tentang lamanya waktu diskusi( kontrak
waktu)
d) Menyampaikan syarat-syarat selama pertemuan
e) Mempersilahkan penyaji untuk mempersentasikan kasusnya
selama 10-15 menit.
f) Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk
mengajukan pertanyaan secara bergilir selama 30 menit.

52
g) Mengatur lalu lintas pertanyaan- pertanyaan yang diajukan oleh
perserta dan klarifikasi bila ada yang tidak jelas.
h) Fasilitator boleh mengajukan pertanyaan sama seperti peserta
lainnya.
i) Setelah pertannyaan berakhir, fasilitator bertanya kepada
presente, apa yang bisa dipelajari dari diskusi tersebut,
kemudian dilanjutakan kepada semua perserta lainnya satu
persatu, termasuk fasilitator sendiri juga memberikan
pendapatnya.
j) Fasilitator membuat kesimpulan dan menyampaikan issue-
issue yang muncul berdasarkan pertannyan yang disampaikan
oleh semua peserta .
k) Fasilitator melengkapi catatan RDK meliputi materi, issue-
issue yang muncul termasuk meminta tanda tangan semua
peserta.
l) Selanjutnya fasilitator meminta kesepakatan untuk rencana
pertemuan berikutnya.
m) Fasilitator menutup pertemuan dan berjabat tangan.
n) Fasilitator menyimpan laporan RDK pada arsip yang telah
ditentukan bersama.
1) Pedoman Bagi Penyaji
a) Memikirkan serta menyiapkan kasus klinis keperawatan atau
kebidanan yang pernah dialami atau pernah terlibat didalam
perawatnya
b) Menjelaskan kasus tersebut dan tetap merahasiaan identitas
pasien.
c) Tujuan penyajian kasus memberikan kesempatan bagi penyaji
untuk berikir atau bereflksi ulang tentang bagaimana pesan
tersebut ditangani, hambatan apa saja yang dialami serta
keberhasilan apa saja yang telah dicapai.
d) Penyaji mempunyai kesempatan 10-15 menit untuk menyajikan
kasus tersebut.
e) Bila penyajian telah selesai, peserta akan mengajukan
pertanyaan – pertanyaan berupa klarifikasi penangannya.

53
Mereka tidak akan mengatakan apa yang harus anda lakukan
atau memberi jawaban maupun saran apapun.
f) Penyaji menyimak pertanyaan dan memberikan jawaban
sesuai dengan pengetahuan serta pengalaman nyata telah
dilakukan dan merujuk pada standar yang relevan atau SOP
yang berlaku.
g) Bila perlu mencatat esensi penting dari pertanyaan –
pertanyaan yang diajukan, atau hal – hal yang belum pernah
diketahui sebelumnya sebagai informasi baru.
h) Bila tidak ada lagi pertanyaan, fasilitator akan meminta anda
sebagai orang pertama dalam kelompok untuk menyampaikan
apa saja yang dapat dipelajari dari kasus tersebut, terutama
berhubungan dengan informasi baru yang dianggap dapat
memberikan tambahan pengetahuan atau sesuatu hal yang
pernah diketahui tetapi dilupakan. Semua hal tersebut diyakini
dapat dipergunakan untuk perbaikan kinerja pada waktu yang
akan datang
2) Pedoman Bagi Anggota/Peserta
a) Setelah memperhatikan penyajian kasus tersebut, setiap peserta
menyiapkan pertanyaan – pertanyaan, minimal satu pertanyaan.
Kesempatan seluas-luasnya diberikan untuk melakukan
klarifikasi atas penanganan kasus tersebut.
b) Didalam mengajukan pertanyaan, cobalah merujuk pada
standar atau SOP yang berlaku, refleksi ulang bila anda
mempunyai pengalaman dalam menangani kasus semacam itu
atau iptek terbaru yang diketahui.
c) Peserta tidak diperbolehkan untuk memberikan jawaban, saran
secara langsung atau memberitahukan bagaimana seharusnya
perawatan pasien itu harus dilakukan.
d) Bila anda berpikir bahwa penyaji melakukan perawatan dengan
cara yang berbeda, tidak sesuai standar atau tidak sesuai
dengan SOP yang berlaku, anda dilarang keras untuk
melakukan kritik. Anda hanya dapat melakukan klarifikasi

54
kepada penyaji apakah dia telah memikirkan cara lain seperti
apa yang anda pikirkan.
e) Selama diskusi berlangsung semua peserta memberikan
perhatian penuh, karena sangat mungkin dari setiap pertanyaan
atau klarifikasi yang muncul, ada diantaranya yang belum
pernah diketahui oleh peserta lainnya. Ini merupakan
kesempatan bagi semua anggota untuk belajar serta
memperoleh informasi atau pengetahuan baru dari proses
diskusi ini dalam waktu yang relatif sangat singkat.
f) Perlu diingat bahwa semua anggota kelompok juga akan belajar
dari pemikiran anda
g) Peserta mempunyai waktu 20-30 menit untuk mengajukan
pertanyaan, setelah itu anda perlu menyimak kembali apa yang
dapat anda pelajari dari proses diskusi kasus tersebut, guna
dapat menjawab dengan tepat pertanyaan dari fasilitator pada
akhir sesi tersebut
h) Kesimpulan tentang issue – issue yang muncul dapat dijadikan
cermin bagi semua peserta, agar kejadian atau masalah yang
sama tidak terulang dimasa yang akan datang

55
BAB III
PROSES PENYELESAIN MASALAH MANAJEMEN

A. PENGKAJIAN
1. Profil Ruangan
RSUD Dr. H Soewondo Kabupaten Kendal merupakan Rumah
Sakit tipe B dengan luas 5.6573 m2 beralamat di Jalan Laut No 21 Kendal
Kode Pos 51311, lulus ISO 9001-2008: No Setifikat QSC 00830 pada
tanggal 1 Juni 2013 yang mempunyai 9 ruangan rawat inap salah satunya
adalah Flamboyan Atas berada dilantai dua dengan kepala ruang
Subari,S.Kep.Ns dapat diisi oleh pasien laki-laki dengan penyakit dalam
seperti anemia, liver, hepatitis B dll, berkapasitas 3 ruangan besar dan 2
ruangan kecil pada kamar 1 (non infeksius) berjumlah 9 tempat tidur (bed
1 sampai 9) lalu, pada kamar 2 (non infeksius) jumlahnya 8 tempat tidur
(bed 10 sampai 17) dan kamar 3 (infeksius) ada (bed 18 sampai 27 ) serta
2 ruangan kecil yaitu isolasi.
Bagian utara : Ruang ICU
Bagian selatan : Kampus AKBID
Bagian barat : Ruang Dahlia
Bagian timur : Ruang Gzi

2. Input
a. M1_MAN

56
1) Struktur Organisasi

KEPALA RUANG
SUBARI, S.Kep.NS

KEPALA TIM
SITI ROFIAH, AMD. Kep

Vika Nurafni PA, Rina Maryani, S.Kep.Ns


S.Kep,Ns

Fenty Wijayanti, Nur Faizah, AMD.Kep


AMD.Kep

Farid Ardiyah, Resti Prihatin,


AMD.Kep AMD.Kep

Panji Sutrisno, Eni Erbiati, S.Kep.NS


S.Kep.NS

Misbachul Fuad, Khoirur Rozikin,


AMD.Kep S.Kep.NS

Beni Sudirman, Agung Setyo PA,


AMD.Kep AMD.Kep
2) Uraian Tugas
Kepala
Kristi Ruang
Aji, S.Kep.NS : mengawasi dan mengendalikan kegiaan
Siti Magfiroh,
pelayanan keperawatan di ruang rawat inap yang berada di wilayah
AMD.Kep
tanggung jawabnya.
Ketua Tim : bertanggung jawab dan mengkoordinasi
perawat pelaksana dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap
pasien.
Perawat pelaksana : melaksanakan asuhan keperawatan pada
pasien secara langsung.

57
3) Jumlah tenaga keperawatan dan non keperawatan diruang
Flamboyan Atas adalah 18 orang, yang terdiri dari 16 perawat dan
2 cleaning service.
4) Jumlah kebutuhan perawat menurut DepKes RI

Jumlah perawat yang tersedia = Jumlah jam perawatan per hari

jam kerja efektif

Lossday

Jml Hari Minggu / tahun + cuti + haribesar x jml Perawat

Jml hari kerja efektif

Non nursing Job

(Jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%

Faktor Koreksi

Faktor Koreksi = loss day + non nursing


job

Jumlah tenaga Kerja

Jumlah tenaga perawat = tenaga perawat yang tersedia + faktor koreksi

Menurut Depkes RI
Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah:
 Maret 2019 rata-rata perhari 22,8
 April 2019 rata-rata perhari 23,32
 Mei 2019 rata-rata perhari 23,4
Jadi rata-rata perhari : 22,8 + 23,32 + 23,4 = 23,18

58
3

Kategori pasien dalam

Jumlah jam perawat /hari rata-rata pasien/hari x rata-rata jam


perawat /hari

23 x 3,5 = 80,5

Jumlah perawat Jumlah jam perawatan

Jam kerja efektif per shift

80,5 = 11,5 (A)

Loss Day

Loss Day (B) =

Hari Libur / Cuti / Hari Besar

Jml Hr Minggu dlm 1 th + Cuti + Hr Besar X jml Perawat( A )

Jml Hr Kerja Efektif

79 x 11,5 = 3,2 (B )

286

Non Nursing JOBS


Non Nursing Jobs / Tugas non keperawatan = membuat perincian pasien
pulang,, pemeliharaan alat medis dan keperawatan, diperkirakan 25%
dari jam pelayanan keperawatan.

Jumlah tenaga keperawatan + loss day X25


100

59
11,5 + 3,2 x 25 = 3,7 ( C )

100

Tenaga perawat yang dibutuhkan adalah: A+B+C = 11,5 + 3,2 + 3,7 =


18,4
(1) Rata rata jumlah jam perawatan/klien/ hari
Hari 1
Mandiri : 15
Parsial :5
Total :1
Jumlah jam perawatan /klien/ hari
Mandiri = (15 x 2jam) + (15 x 1jam) + (15 x ¼ jam)
= 30+15+3,75
=38,75jam
Parsial = (5 x 3jam) + (5 x 1jam) + (5 x ¼ jam)
= 15+5+1,25
= jam
Total = (1 x 3jam) + (1 x 1jam)+ (1 x ¼ jam)
= 6+2+0,5
= 8,5jam
Jumlah jam hari 1 = 78 jam
Hari ke 2
Minimal : 9
Parsial :6
Total :3
Jumlah jam perawatan perhari/klien/hari
Mandiri = (9 x 2jam) + (9 x 1jam) + (9 x ¼ jam)
= 18+9+2,25
= 29,5jam
Parsial = (6 x 3jam) + (6 x 1jam) + (6 x ¼ jam)
= 18+6+1,5
= 25,5jam
Total = (3 x 3jam) + (3 x 1jam)+ (3 x ¼ jam)
= 9+3+0,75
= 12,75
Jumlah jam hari 2 = 67,75 jam
Hari ke 3
Mandiri : 11
Parsial :8
Total :2
Jumlah jam perawatan /klien/ hari
Mandiri = (11 x 2jam) + (11 x 1jam) + (11 x ¼ jam)
= 22+11+2,75
=35,75jam

60
Parsial = (8 x 3jam) + (8 x 1jam) + (8 x ¼ jam)
= 24+8+2
= 34jam
Total = (2 x 3jam) + (2x 1jam)+ (2x ¼ jam)
= 6+2+0,5
= 8,5jam
Jumlah jam hari 1 = 78 jam
Jumlah TOTAL tenaga yang dibutuhkan : 18
Kepala ruang :1
Katim :1
Jumlah tenaga yang ada sekarang : 16
Kekurangan tenaga perawat :2

5) Pelatihan yang diikuti staf

No Nama Pendidikan Pelatihan Jabatan


1. Subari S. Kep.Ns. BTCLS, Managemen bangsal, clinical KARU
instruktur, service exelenct, pelatihan
PPI, pelatihan BHD, pelatihan APAR,
pelatihan PICU/NICU, perawatan luka
moderent
2 Siti Rofiah AMD.Kep PPGD, service exelent, pelatihan TB, Katim
pelatihan PPI, pelatihan BHD, pelatihan
APAR, perawatan luka moderent
3 Rina Maryani S.Kep,NS BTCLS, perawatan luka, perawatan luka PA
moderent, pelatihan PPI, pelatihan
BHD, pelatihan APAR, PPI

4 Vika Nurafni S.Kep,NS Servise exelent, pelatihan PPI, pelatihan PA


BHD,pelatihan APAR, BNN
5 Fenty Wijayanti, Amd, Kep Pelatihan PPI, pelatihan BHD, pelatihan PA
APAR
6 Nur Faizah, Amd, Kep BNN, Pelatihan PPI, Pelatihan BHD, PA
Pelatihan APAR
7 Resti Prihatin Amd, Kep BTCLS, Clinical instruktur, PA
Hypnoterapi, Perawatan Luka, Pelatihan
PPI, Pelatihan BHD, Pelatihan APAR
8 Farid Ardiyah Amd, Kep BTCLS, Perawatan Luka, Pelatihan PA
BHD, Pelatihan APAR
9 Panji Sutrisno S.Kep.NS Servise exelence, Pelatihan BHD, PA
Pelatihan APAR
10 Eni Erbiati S.Kep.NS Servise exelence, Pelatihan BHD, PA
Pelatihan APAR
11 Misbachul Fuad Amd, Kep BTCLS, Perawatan Luka, Pelatihan PA
BHD, Pelatihan APAR

61
12 Khoirur Rozikin, S.Kep.NS BTCLS, Perawatan Luka, Pelatihan PA
BHD, Pelatihan APAR
13 Agung Setyo Amd, Kep BTCLS, Pelatihan BHD, Pelatihan PA
APAR
14 Beni Sudirman Amd, Kep BTCLS, Pelatihan BHD, Pelatihan PA
APAR, Servise exelent, Pelatihan PPI
15 Siti Magfiroh Amd, Kep BTCLS, Perawatan Luka, Pelatihan PA
BHD, Pelatihan APAR
16 Kristi Aji S.kep Ns BTCLS, Pelatihan BHD, Pelatihan PA
APAR, Pelatihan Luka moderent
6) 10 kasus terbanyak selama 3 bulan terakhir di ruang Flamboyan
Atas
1. Anemia
2. Hematemesis melena
3. Liver
4. HbsAg
5. Diare
6. Febris
7. DM
8. Hipertensi., dll
b. M2_Material
1) Denah (lampiran)
2) Fasilitas
Kapasitas ruangan Flamboyan Bawah Kelas III :
- Ruang Non Infeksi terdapat = 9 TT
- Ruang Infeksi terdapat = 18 TT
- Ruang Isolasi = 2 TT
Fasilitas kamar Ruang Pasien kelas III TT = 29 TT
Kelas III
Fasilitas Kuantitas Kondisi Alat
TT 29 Baik
Kipas Angin 8 Baik
Kamar Mandi 8 Baik
Pispot 12 Baik
Hanscrab Tempat Tidur 10 Baik
Meja 6 Baik
Meja lemari 29 Baik
Standar Infus Bad 15 Baik
Standar Infus 29 Baik
Jam Dinding 5 Baik
Wastafel 6 Baik
Kursi 10 Baik
Almari penitipan barang 1 Baik
Gayung 10 Baik
Tempat Sampah Non Infeksius 4 Baik

62
Fasilitas Ruang Perawat
Fasilitas Kuantitas Kondisi Alat
Kipas Angin 3 Baik
Kulkas 1 Baik
Almari /Loker 6 Baik
Tempat sampah 2 Baik
Kamar Mandi 1 Baik
Wastafel 1 Baik
Meja perawat 3 Baik
Kursi Merah 12 Baik
Jam Dinding 1 Baik
Komputer 2 Baik
Televisi 1 Baik
Dispenser 1 Baik

Alat kesehatan
Fasilitas Kuantitas Kondisi Alat
Alat GDS 1 Baik
Nebulizer 2 Baik
EKG 1 Baik
Blood Warmer 4 Baik
Bedset Monitor 2 Baik
Baterai 1 Baik
Box Linen Bersih 1 Baik
Box Linen Infeksius 1 Baik
Baskom Sibin 10 Baik
Box linen non infeksi 1 Baik
DC Shock 1 Baik
Gayung 2 Baik
Gayung Pasien 8 Baik
Helm Code 4 Baik
Hand Wash 10 Baik
Hand scrub 21 Baik
Infus Pump 3 Baik
Lemari obat 2 Baik
Lemari file 3 Baik
Lemari linen 2 Baik
Manometer O2 29 Baik
SpO2 2 Baik
Syring pump 2 Baik
Suction 1 Baik
Stetoscop biasa 4 Baik
Standar infus 15 Baik

63
Standar infus bad 29 Baik
Troli obat 1 Baik
Tensi duduk 2 Baik
Tensi berdiri 1 Baik
Troli O2 1 Baik
Tempat sampah 1 Baik
Tourniquet 2 Tidak Baik
Thermometer digital 1 Baik
Thermometer air raksa 1 Baik
Tensi digital 1 Baik
Loker 2 Baik
Lampu tindakan 1 Baik
Troly amergency 1 Baik
Obat – obatan dan barang habis pakai
a) Hepafix
b) Kassa gulung
c) Kassa steril
d) Spuit 1cc, 3cc, 5cc, 10cc, 20cc
e) Handscoon dan masker
f) Alcohol swab
Administrasi penunjang
a) Buku injeksi
b) Buku penerimaan pasien baru
c) Buku resum pulang
d) Buku jaminan
c. M3_Method
1) Metode asuhan keperawatan
Metode asuhan keperawatan diruang Flamboyan Atas
mengguanakan metode TIM, Metode tim merupakan metode
pemberian asuhan keperawatan, dimana seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada satu kelompok klien melalui
upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 2010).
a) Hasil Observasi : Perawat di Ruang Flamboyan Atas terbagi
menjadi 2 Tim, Tim A dan Tim B. Pelaksanaan metode Tim di
dalam pelaksanaanya untuk shift pagi yang bertanggung jawab
adalah KATIM, sedangkan untuk shift siang dan malam
terdapat PJ shift yang bertanggung jawab dalam asuhan
keperawatan.

64
b) Hasil wawancara : Menjelaskan bahwa terkait dengan metode
asuhan keperawatan di ruang Flamboyan Atas menggunakan
metode tim, untuk pelaksanaan tim di ruang Flamboyan Atas
yang bertanggung jawab untuk shift pagi adalah KATIM
dimana yang bertugas mengkoordinasi perawat pelaksana
dalam memberikan asuhan keperawatan, sedangkan untuk shift
siang dan malam yang bertanggung jawab PJ shift.
c) Hasil Analisa : Di ruang Flamboyan Atas menggunakan
metode asuhan keperawatan tim sudah sesuai dengan teori
metode TIM.
 Timbang terima (operan)
Timbang terima merupakan suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien
(Triwibowo, 2013) Timbang terima dilakukan seefektif mungkin
setiap pergantian shift dengan penjelasan yang jelas, akurat, dan
lengkap untuk menunjang keberlangsungan asuhan keperawatan
dapat berjalan dengan baik (Nursalam, 2016). Pencapaian proses
kerja timbang terima dapat terlaksana dengan baik apabila terdapat
diagnosa keperawatan, tindakan keperawatan yang sudah dilakukan
dan belum dilakukan, dan tindakan kolaborasi.
a) Hasil Observasi : Timbang terima di Ruang Flamboyan Atas
telah dilakukan oleh perawat setiap pergantian shift baik pada
shift pagi, siang atau malam. Pengaturan shift tiap hari terbagi
menjadi 3 shift, yaitu shift pagi dari jam 07.00 WIB – 14.00
WIB, shift sore dari jam 14.00 WIB -21.00 WIB dan shift malam
dari jam 21.00 WIB – 07.00 WIB, sudah terdapat SOP timbang
terima, Timbang terima shift pagi biasanya menunggu semua
perawat hadir sedangkan pada siang dan malam tidak harus
menunggu semua hadir namun dapat diwakilkan oleh beberapa
perawat yang sudah hadir termasuk PJ shift selanjutnya. Lalu
perawat memulai berkeliling keruang pasien dengan

65
memperkenalkan diri dengan pasien dan menjelaskan tentang
pergantian shift, waktu keliling menyampaikan poin-poin tetap
menjaga privasi keadaan pasien. Metode asuhan keperawatan
TIM di Ruang Flamboyan Atas pada saat operan tidak dibagi
sesuai dengan tim namun dilakukan bersama Tim A dan Tim B.
Belum ada buku buku laporan tim yang berisi keadaan umum,
pemenuhan KDM, terapi tindakan yang sudah dan akan
dilakukan pada shift berikutnya
b) Hasil wawancara :
Timbang terima telah dilakukan oleh perawat setiap pergantian
shift baik pada shift pagi, siang atau malam. Terkait dengan
pelaksanaan timbang terima shift pagi, shift siang, dan shift
malam dilakukan di meja nurse station. Saat timbang terima
shift pagi menunggu semua komplit baik dari KARU, KATIM ,
dan perawat pelaksana. Timbang terima yg dilaporkan adalah
diagnosa medis, dokter penanggung jawab, program yang sudah
dilakukan, program yg belum dilakukan, dan terapi obat advis
dokter.
c) Hasil Analisa : Di ruang Flamboyan Atas dalam melakukan
timbang terima belum optimal, dikarenakan terdapat yang belum
disampaikan yaitu : diagnosa keperawatan, terapi cairan infus,
diit pasien yang merupakan kolaborasi gizi.
 RDK (Refleksi Diskusi Kasus)
Refleksi diskusi kasus adalah suatu metode dalam merefleksikan
pengalaman klinis perawat dan bidan yang mengacu kepada
pemahaman terhadap standar. RDK adalah suatu metode
pembelajaran dalam mereflesikan pengalaman perawat dan bidan
yang aktual dan menarik memberikan dan mengelola asuhan
keperawatan dan kebidanan di lapangan melalui suatu diskusi
kelompok yang mengacu pada pemahaman standar yang ditetapkan.
Selain itu, RDK dapat meningkatkan profesionalisme perawat.

66
Meningkatkan aktualisasi diri perawat dan bidan, membangkitkan
motivasi belajar perawat, belajar untuk menghargai kolega untuk
lebih asertif dan meningkatkan kerja sama, memberikan kesempatan
individu untuk mengeluarkan pendapat tanpa merasa tertekan serta
memberikan masukan kepada pimpinan sarana kesehatan untuk
penambahan dan peningkatan SDM perawat (pelatihan, pendidikan
berkelanjutan, magang, kalakarya), penyempurnaan SOP dan bila
memungkinkan, pengadaan alat (Ratnasari, 2010).
a) Hasil Observasi : RDK di ruang Flamboyan Atas belum optimal
b) Hasil Wawancara : Refleksi Diskusi Kasus di ruang Flamboyan
Atas pernah dilakukan namun dalam pelaksanaannya belum
optimal dilakukan oleh petugas kesehatan yang berada di ruang
Flamboyan Atas dikarenakan terbatasnya waktu dan tenaga
keperawatan
c) Hasil Analisa : Di ruang Flamboyan Atas belum optimal
dilakukan Refleksi Diskusi Kasus dikarenakan terbatasnya
waktu dan tenaga keperawatan di ruangan
 Pengelolaan logistik dan obat
Manajemen logistik dalam lingkungan rumah sakit dapat
didefinisikan sebagai suatu proses pengolahan secara strategis
terhadap pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pemantauan
persediaan bahan (stock, material, supplies, inventory dan lain-lain)
yang diperlukan bagi produksi jasa rumah sakit. Untuk pengelolaan
logistik dan obat akan diusulkan/ dilaporkan pada bagian rumah
tangga dan farmasi. Datas dasar observasi dan wawancara
pengelolaan logistik dan obat di ruang Flamboyan Atas sudah
berjalan sesuai standart yang ada di rumah sakit.
 Penerimaan pasien baru
Secara teori orientasi penerimaan pasien baru dilakukan oleh katim
atau penanggung jawab shif yang bertugas pada shif tersebut.
Namun katim atau penanggungjawab tidak bisa, mereka bisa
mendelegasikannya kepada perawat pelaksana. Perawat pelaksana

67
dapat memberikan orientasi untuk pasien baru dan keluarga
(Ariyanti, 2015). Dan berdasarkan hasil observasi dan wawancara di
dapatkan hasil bahwa di Ruang Flamboyan Atas sudah terdapat SPO
penerimaan pasien baru. Penerimaan pasien baru akan dilakukan
oleh katim atau perawat penanggungjawab yang berjaga, namun
ketika katim atau perawat penangungjawab tidak bisa maka bisa di
wakilkan oleh perawat pelaksana.
 Discharge planning
Discharge Planning adalah suatu proses dimana pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan yang di ikuti dengan kesinambungan perawatan
baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan
derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke
lingkungannya (Putra, 2017). Di ruang Flamboyan Atas discharge
planning diisi oleh perawat yang menerima pasien baru dan akan
dilengkapi oleh perawat yang bertugas ketika pasien pulang.
 Supervisi Klinik
Pengertian supervisi secara umum adalah melakukan pengamatan
secara langsung dan berkala oleh “atasan” terhadap pekerjaan yang
dilakukan bawahan untuk kemudian bila ditemukan masalah, segera
diberikan bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Suarli
& Bahtiar, 2009). Supervisi klinik berpotensi meningkatkan keahlian
dan kemampuan klinik staf yang pada akhirnya akan mempengaruhi
kesuksesan pencapaian rumah sakit. Sistem supervisi akan
memberikan kejelasan tugas, feedback dan kesempatan perawat
pelaksana mendapatkan promosi. Supervisi klinik sangat penting
dalam pelayanan keperawatan untuk menciptakan pelayanan
keperawatan berkualitas tinggi dan kesuksesan pencapaian tujuan
rumah sakit.
Dalam rangka memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan diperlukan supervisi yang terus menerus terhadap staf
keperawatan, fasilitas dan lingkungan kerja, agar seluruh asuhan
yang diberikan tetap berjalan sesuai standar yang sudah ditetapkan.

68
a) Hasil Observasi : Supervisi klinik di ruang Flamboyan Atas
belum dilaksanakan oleh kepala ruang secara optimal
b) Hasil Wawancara : Supervisi sudah dilaksanakan dan sudah ada
SPO dari rumah sakit, namun belum adanya format draft
penilaian laporan supervisi klinik yang baku dari rumah sakit
dalam memberikan survey kepada perawat untuk menilai
kinerja perawat diruangan.
 Dokumentasi
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian
dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat setelah memberi
asuhan kepada pasien. Dokumentasi merupakan suatu
informasi lengkap meliputi status kesehatan pasen, kebutuhan
pasen, kegiatan asuhan keperawatan/ serta respons pasen terhadap
asuhan yang diterimanya. Dengan demikian dokumentasi
keperawatan/ mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis
pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang
terjadi selama asuhan dilaksanakan. Perawat atau tenaga kesehatan
lainnya selalu mendokumentasikan tindakannya pada pasien pada
catatan medis (CM) pasien dengan jelas dan lengkap. Dari hasil
pengamatan dan wawancara di ruang Flamboyan Atas mendapatkan
hasil bahwa catatan medis asuhan keperawatan dan data penunjang
lain selalu dilengkapi oleh oleh perawat yang bertugas. Sehingga
dokumentasi keperawtannya dapat berjalan dengan baik.
d. M4_Money
Salah sau fungsi rumah sakit yaitu memberikan pelayanan, baik
medis maupun non medis. Dalam pelayanan tersebut agar pelayanan
tersebut dapat berjalan dengan baik dan dapat dirasakan oleh seluruh
masyarakat, maka rumah sakit perlu mempersiapkan jasa non medis
dan jasa pemborongan.
Menurut (Pohan, 2017) biaya merupakan faktor penting dalam
organisasi, demikian pula halnya dalam lingkungan organisasi layanan
kesehatan umumnya biaya ditetapkan dan dicatat pada setiap satuan

69
kerja, misalnya biaya berbagai kategori tindakan, pemeliharaan
bangunan, administrasi, binatu, biaya obat, makanan dll.
Segala jenis pelaporan keuangan di Ruang Flamboyan Atas
masuk ke pelaporan keuangan pusat di bagian Keuangan RSUD Dr. H
Soewondo Kendal sumber dana terbagi menjadi 2 yaitu dari BLUD
(berasal dari pasien baik pasien umum, pasien dengan BPJS maupun
pasien dengan JKK (Jaminan Kecelakaan Kerja) dan APBD (berasal
dari pemerintah) yang nantinya akan dikolaborasikan keduanya untuk
memenuhi kebutuhan untuk memajukan dan meningkatkan mutu
pelayanan Rumah Sakit. Pengajuan alat bedasarkan kebutuhan ruangan
dilakukan secara insidentil yaitu saat ada alat yang rusak atau hilang
atau ada kebutuhan alat baru. Di ruang Flamboyan Atas juga terdapat
iuran individu setiap bulan untuk kebutuhan perawat, yaitu untuk
sosialisasi pertemuan bulanan dan wisata, dan mengisi kas.
e. M5_Mutu
Pasien yang di rawat di RSUD Dr. H Soewondo Kendal rata-rata dari
wilayah Kendal, ada beberapa yang berasal dari luar kabupaten
Kendal. Usia pasien bervariasi kisaran usia antara 17-86 tahun.
Mayoritas pasien berusia <65 tahun RSUD Dr. H Soewondo Kendal
merupakan rumah sakit tipe B sebagai rumah sakit pendidikan dengan
fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang, dilain pihak perawat
tidak memiliki tugas sebagai marketing secara langsung untuk mencari
pasien.
Enam (6) Sasaran Pasien Safety
1) Ketepatan identifikasi pasien
2) Peningkatan komunikasi yang efektif
3) Peningkatan pengamanan obat yang perlu diwaspadai (Hight
Alert Medication)
4) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien operasi
5) Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6) Pengurangan resiko pasien jatuh.

70
1. PROSES MANAJEMEN KEPERAWATAN
a. PLANNING (Perencanaan)
1) VISI
Menjadikan Ruang Flamboyan Atas sebagai ruang rawat inap yang aman,
nyaman dan memuaskan berdasarkan pada asuhan keperawatan yang
holistik
2) MISI
a) Meningkatkan kebersihan dan kerapian ruanag
b) Melindungi pasie, pengunjung dan tenaga medis dari infeksi nosocomial
(INOS)
c) Meningkatkan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan
d) Memberikan asuhan keperawatan yang optimal dari tahap pre interaksi,
interaksi, terminasi, dan dokumentasi
e) Mengutamakan kepentingan pasien
f) Meningkatkan SDM dengan memberikan pelatihan – pelatihan kepada
tenaga kesehatan dalam rangka kualitas pelayanan kesehatan
3) Perencanaan stategi harian dan bulanan
Berdasarkan wawancara yang diperoleh dari kepala ruang Flamboyan atas ,
perencanaan harian dan bulanan sudah dibuat dan dilaporkan ke atasan.
4) Peningkatan kepuasan kerja
Dalam menilai kepuasan kerja perawat dilihat dari hasil kuesioner
5) Perencanaan logistik
Sesuai dengan hasil wawancara ke kepala ruang flamboyant Atas, untuk
perencanaan logistik seperti ketersediaan bahan habis pakai (Kassa, Spidol,
handscrab, handscoon, Masker, Tissue dll) dilakukan oleh pegawai / perawat
yang ada di ruang Flamboyan Atas sesuai dengan jumlah barang yang
diperlukan.
b. Organizing (Staffing penyusunan organisasi)
1) Sistem perekrutan pegawai
Sistem perekrutan pegawai dilakukan oleh bagian manajemen rumah sakit.
2) Sistem penjadwalan
Penyusunan jadwal dinas dilakukan oleh kepala ruang dengan ketentuan
- 1 minggu 40 jam, 1 bulan 160 jam dan bisa lebih atau kurang,
tergantung jam kerja sebelumnya atau menyesuaikan
- Komposisi dalam penjadwalan Dibagi dalam tiga shif jaga, yaitu pagi,
sore, malem hari.Pagi haridari pukul 07:00 – 14:00, siang dari pukul
14:00 – 21:00 dan malam dari pukul 21:00 – 07:00. untuk mengambilan
cuti perawat akan koordinasi dengan kepala ruang dan katim terlebih
dahulu. Pengambilan cuti harus adil antara 1 dan yang lain.

1
3) Sistem pendelegasian tugas
Dalam pendelegasian tugas Kepala ruang menunjuk beberapa perawat
yang mampu dan bertanggung jawab terkait tugas yang diberikan. kepala
ruang akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan ketua tim untuk uraian
tugas masing-masing. Penyampian tugas biasanya disampaikan pada saat
pre conference.
4) Sistem pengembangan staff dan pendelegasihan staf
Dalam pengembangan staff, kabid mendelegasikn ke kepala ruang untuk
menunjuk perawat yang akan diikutkan pelatihan seperti BTCLS, APAR,
syring pump, dll. Lalu perawat juga akan diikutkan dalam worksop dan
pelatihan yang lainnya sesuai dengan kebutuhan diruangan dan rumah
sakit.
5) Penggantian staf dalam struktur organisasi
Berdasarkan wawancara dari kepala ruang flamboyan atas untuk
penggantian staf di lakukan tiap 3 tahun, yang akan di rolling dari ruang
satu ke ruang yang lain oleh kabid rumah sakit.
c. Directing/Actuating (Pengarahan)
1) Reward untuk pegawai berprestasi
Kepala ruang biasanya akan mengadakan rekreasi bersama dengan
perawat ruangan setiap setahun sekali
2) Punishment bagi pegawai yang melanggar aturan
Kepala ruang tidak memberikan hukuman atau Punishment, kepala ruang
hanya menegur pegawai yang melanggar aturan .
3) Motivasi pegawai
Kepala ruang selalu memberikan semangat atau dan motivasi kepada
pegawainya agar selalu memberikan pelayana prima tanpa membeda-
bedakan pasien
d. COORDINATING (Koordinasi)
1) Sistem timbang terima
Sistem timbang terima yang dilakukan di ruang Flamboyan Atas, diikuti
oleh semua pegawai yang bertugas. Timbang terima dilakukan di nurse
station dilanjut ke ruang pasien, namun tidak memperkenalkan diri kepada
pasien sehingga pasien kurang mengetahui nama perawat yang bertugas.
Jika sift siang dan malam hanya di nurse station saja. Hal-hal yang
disampaikan yaitu keadaan pasien, tindakan yang sudah dilakukan, terapi
obat yang sudah diberikan dan program selanjutnya. Untuk diagnosa

2
keperawatan setiap pasien yang ada di ruang Flamboyan Atas tidak
disampaikan
2) Sistem Pre Conference
Di ruangan Flamboyan Atas sistem pre conference sudah dilakukan namun
belum maksimal kadang perawat tidak menjelaskan secara rinci tentang
keadaan umum pasien, keluhan utama pasien. Perawat hanya
menyampaiakn hal-hal yang penting dan singkat-singkat.
3) Sistem Post Conference
Di ruangan Flamboyan Atas sistem post conference belum dilakukan
karena biasanya perawat langsung membuat implementasi, dan
merencanakan tindakan yang akan dilakukan misalnya menyiapkan obat,
memlakukan visit dokter, dll.
4) Wewenang karu dalam pengambilan keputusan
Di ruang Flamboyan Atas, dalam pengambilan keputusan dilakukan
dengan cara diskusi antara kepala ruang, kepala Tim dan pegawai.
5) Ronde keperawatan di ruang Flamboyan Atas belum pernah dilakukan
oleh kepala ruang, Ketua Tim dan pegawai di ruang Flamboyan Atas.
6) Konflik dalam ruangan
Berdasarkan hasil wawancara sejauh ini tidak terjadi konflik atau masalah
di dalam ruangan.
e. CONTROLLING (Pengawasan )
1) Kinerja perawat
Berdasarkan hasil wawancara, kepala ruang selalu mengawasi kinerja
perawat
2) Cara pemberian asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan yang diberikan yaitu bio, psiko, social, kultur dan
spiritual dalam pemberian asuhan keperawatan sesuai yang di butuhkan
pasien
3) Waktu dalam pemberian askep sesuai dengan penjadwalan dinas pegawai
dan sesuai dengan pembagian tugas di ruangan
4) Sistem controlling dalam supervisi pemberian askep
Kepala ruang selalu mengontrol catatan laporan pasien setiap harinnya.
2. Output
a. Dokumentasi Keperawatan

Berdasarkan data yang ada pada tanggal 17 Juni - 20 Juni 2019

Tabel 3.2

3
Penilaian Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Di
Ruang Flamboyan Atas RSUD dr Soewondo Kendal
Instrumen A

No Aspek Yang Dinilai Kode Bekas Rekam Medik Pasien Ket


.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A Pengkajian

1 Mencatat data yang dikaji sesuai √ √ √ √ √ √ √ √ √ √


dengan pedoman
2 Data yang dikelompokkan (bio, √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
psiko, sosial dan spiritual)
3 Data yang dikaji sejak pasien √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
masuk sampai pulang
4 Masalah dirumuskan berdasarkan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kesenjangan antar status
kesehatan dengan norma dan pola
fungsi kehidupan
Sub Total 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

Total 40

Presentase 100 %

B Diagnosa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ket
1 Dx keperawatan berdasarkan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
masalah yang telah di rumuskan
2 dx. keperawatan mencerminkan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
PE/PES
3 Merumuskan diagnose √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
keperawatan aktual/potensial
Sub Total 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Total 30
Presentase 100 %

4
C Perencanaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Ket
0
1 Berdasarkan Dx. Keperawatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Disusun menurut urutan prioritas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 Rumusan dan tujuan mengandung √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
komponen pasien atau subjek,
perubahan, perilaku, kondisi pasien
atau kriteria waktu
4 Rencana tindakan mengacu pada √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
tujuan dengan kalimat perintah, terinci
dan jelas
5 Rencana tindakan mengambarkan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
keterlibatan pasien dan keluarga
6 Rencana tindakan menggambarkan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kerjasama TIM kesehatan
Sub Total 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Total 60
Presentase 100 %

D Tindakan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Ket
0
1 Tindakan dilaksanakan mengacu pada √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
rencana keperawatan

2 Perawat mengobservasi respon pasien √ √ √ √ √ √ √ √ √ √


terhadap tindakan berdasarkan hasil
evaluasi

3 Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4 Semua tindakan yang sudah dilaksanakan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √


di tulis dengan jelas
Sub Total 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

Total 40

Presentase 100%

E Evaluasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Ket
0
1 Berdasarkan Dx. Keperawatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

5
2 Disusun menurut urutan prioritas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sub Total 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Total 10

Prosentase 50 %

F Catat Asuhan Keperawatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Ket


0
1 Menulis format yang baku √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Pencatatan dilakukan sesuai dengan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
tindakan yang dilakuakan
3 Pencatatan ditulis dengan jelas dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
ringkas sesuai dengan istilah buku yang
benar
4 Setiap melakukan tindakan perawat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
mencantumkan kegiatrtan yang
dilakuakan
5 Berkas catatan keperawatan disimpan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Sub Total 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Total 50

Prosentase 100 %

Analisa :

No Aspek yg dinilai Hasil (%) Keterangan

1 Pengkajian 100 % Format pengkajian sudah di isi dengan lengkap dan sudah fokus
pada penyakit yang diderita pasien

2 Diagnosa 100 % Diagnosa keperawatan sudah sesuai dengan menghubungkan


etiologi yang terjadi, diagnosa aktual dan potensial tercantum.

3 Intervensi 100% Intervensi yang dicantumkan sudah baik, tapi belum mengarah
mengajak ke keluarga pasien

4 Implementasi 100 % Tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana tindakan
dan sudah sesuai dengan kebutuhan pasien

5 Evaluasi 50 % Evaluasi dicatat sesuai hasil respon pasien


6 Catatan asuhan 100 % Catatan asuhan keperawatan di catat sesuai format yang sudah ada
keperawatan di RS

Rata – rata 92 %

6
Keterangan :

Sangat baik : 90 – 100 %


Baik : 70 – 89 %
Cukup : 50 – 69 %
Kurang : <50%
No Nama No Register

1 Tn. K 582196

2 Tn. R 581974

3 Tn. S 577392

4 Tn. R 553226

5 Tn. M 532354

6 Tn. B 515631

7 Tn. A 581876

8 Tn. S 582192

9 Tn. N 582139

10 Tn. S 554024

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 17 sampai 20 Juni


2019 dengan sampel 10 lembar dokumentasi milik :

Hasil diatas rata-rata dari instrument dokumentasi asuhan


keperawatan dalam kategori sangat baik yaitu dengan presentase 92
%. Pendokumentasian di ruang Flamboyan Atas sudah tersusun dalam
satu catatan rekam medis. Pada format pengkajian rekam medis
pasien berisi assessment awal keperawatan rawat inap yang berisi
anamnesa dan pemeriksaan head to toe.
Terkait dengan rencana keperawatan dalam lembar catatan
terintregrasi masih menggunakan tulis tangan yang ditulis sesuai
rencana tindakan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien dan
adivice dokter yang diberikan. Semua tindakan yang dilakukan
perawat baik itu tindakan mandiri keperawatan pemberian terapi obat,

7
transfuse dan advice dokter. Kemudian dokumentasi ditulis,
ditandatangani dan di berikan nama terang oleh perawat yang sedang
dinas.
b. Kepuasan pasien
Tabel 3.3
Tingkat Kepuasaan Pasien di Ruang Flamboyan Atas RSUD dr Soewondo
Kendal

o Pertanyaan P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P JL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 H
1 2 3 1 5 6 7 8 9 0
4
1 Perawat 1 2 3 3 3 1 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 1 3 47
memperkenalkan diri
pada anda
2 Dalam melayani 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 2 3 50
pasien, perawat
bersikap sopan dan
ramah
3 Perawat menjelaskan 2 3 3 2 3 3 3 1 3 2 3 2 1 3 1 2 3 1 3 3 45
peraturan atau tata
tertib rumah sakit
saat pertama kali
anda masuk RS
4 perawat menjelaskan 1 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 1 49
fasilitas yang tersedia
di RS pada pasien
baru
5 Perawat menjelaskan 1 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 1 3 3 3 2 3 1 50
dimana tempat-
tempat yang penting
untuk kelancaran
perawatan (kamar
mandi, ruang rawat,
tata usaha dll)
6 Perawat menjelaskan 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 55
tujuan perawat pada
pasien
7 Ada perawat atau 2 3 2 1 3 1 3 1 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 2 3 49
kepala ruang yang
menginformasikan
pasien tentang
perawat yang
bertanggung jawab
terhadap pasien
8 Perawat 1 3 2 3 3 1 3 3 2 3 2 3 3 1 3 3 2 3 3 3 53
memperhatikan

8
keluhan pasien
9 Kesiapan perawat 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 51
melayani pasien
setiap saat
10 Perawat memberikan 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 55
keterangan tentang
masalah yang
dihadap oleh pasien
11 Perawat memberikan 1 3 2 2 3 3 1 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 1 3 2 48
penjelasan sebelum
melakukan tindakan
keperawatan
12 Perawat meminta 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 58
persetujuan kepada
pasien atau keluarga
sebelum melakukan
tindakan
13 Perawat menjelaskan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 60
tentang prossedur
tindakan yang akan
dilakukan sebelum
melakukan tindakan
14 Perawat menjelaskan 2 1 3 3 2 3 2 3 3 1 3 2 3 3 1 3 2 3 2 3 49
resiko atau bahaya
suatu tindakan pada
pasien sebelum
melakukan tindakan
15 Perawat memberikan 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 53
keterangan atau
penjelasan dengan
lengkap atau jelas
16 Perawat selalu 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 53
memantau atau
mengobservasi
keadaan pasien
secara rutin
17 Perawat selalu 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 47
menjaga kerapian
penampilan
18 Perawat melakukan 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 52
tindakan
keperawatan dengan
terampil dan percaya
diri
19 Dalam melakukan 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 52
tindakan
keperawatan perawat
selalu berhati-hati
20 Setelah melakukan 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 1 45
tindakan

9
keperawatan,
perawat selalu
mengevaluasi
tindakannya
Keterangan : 3 Iya, 2 Kadang – kadang , 1 Tidak.

Berdasarkan hasil dari tabel diatas nilai terendah dengan jumlah 45 terdapat pada
pertanyaan nomor 3 dan 20 yaitu Perawat setelah melakukan tindakan
keperawatan, selalu mengevaluasi tindakannya pertanyaan nomor 3 Perawat
menjelaskan peraturan atau tata tertib rumah sakit saat pertama kali anda masuk
RS,\ sedangkan untuk Nilai tertinggi yaitu dengan jumlah 60 terdapat pada poin
pertanyaan nomer 13 yaitu Perawat menjelaskan tentang prosedur tindakan yang
akan dilakukan sebelum melakukan tindakan.

Diagram 3. 1
Tingkat Kepuasaan Pasien Di Ruang Flamboyan Atas RSUD dr
Soewondo Kendal

Berdasarkan Data pada diagram 3.1 dari jumlah n=20 di


dapatkan tingkat kepuasaan Reabilitas (reability) sebanyak 19%,
Daya Tanggap (Responsiveness) sebanyak 21% , Jaminan
(Assurance) sebanyak 20% , Empati (Emphaty) sebanyak 21% ,
dan Bukti Fisik (Tangible) sebanyak 21%.

10
c. BOR (Bed Occupation Rate)
1) BOR di ruang Flamboyan Atas RSUD dr Soewondo Kendal
pada bulan April 2019

720 x 100%
29 x 30
900 x 100%
870
= 82,7 %
BOR diruang Flamboyan Atas RSUD dr Soewondo Kendal
pada bulan April 2019 tergolong tinggi yaitu 82,7% yang
menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang normal
sehingga tidak perlu pengembangan rumah sakit atau
penambahan tempat tidur dengan nilai normal BOR 60-85%.
2) BOR di ruang Flamboyan Atas RSUD dr Soewondo Kendal
pada bulan Mei 2019
Menurut Rumus DEPKES RI 2005

630 x 100%
29 x 31
630 x 100%
899
= 70,7%
BOR diruang Flamboyan Atas RSUD dr Soewondo Kendal
pada bulan Mei 2019 tergolong normal yaitu 70,7% dengan nilai
normal BOR 60-85%.

d. LOS (Length Of Stay)


1) LOS di ruang Flamboyan Atas RSUD dr Soewondo Kendal
pada bulan April 2019
Menurut Rumus DEPKES RI 2005

11
4,8
LOS diruang Flamboyan Atas RSUD dr Soewondo Kendal
pada bulan April tergolong normal yaitu 4,8 dengan nilai ideal
3-12 hari.
2) LOS di ruang Flamboyan Atas RSUD dr Soewondo Kendal
pada bulan Mei 2019
Menurut Rumus DEPKES RI 2005

5,25
LOS diruang Flamboyan Atas RSUD dr Soewondo Kendal
pada bulan Mei tergolong normal yaitu 5,25 dengan nilai ideal
3-12 hari.
3) Infeksi Nosokomial
Berdasarkan data spm dari ruang Flamboyan Atas satu di dapatkan
hasil sebagai berikut :
Kejadian Februari Maret April Jumlah
1 Infeksi Nosocomial
2 Plebhitis
3 Pasien Jatuh
4 Terjadi Dekubitus
5 Resiko Dekubitus

12
1) Data Kepuasaan Perawat
Tabel 3.4
Tingkat Kepuasaan Perawat

1
Pertanyaan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 Jml
Jumlah gaji yang 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 35
diterima
dibandingkan
pekerjaan yang anda
lakukan
Sistem penggajian 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 35
tempat anda bekerja

Jumlah gaji yang 3 3 2 2 2 1 3 3 1 1 2 3 2 2 2 3 36


diterima
dibandingkan
pendidikan anda

Pemberian insentif 3 2 2 2 2 1 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 33
tambahan atas suatu
prestasi atau kerja
keras

Tersedianya 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 48
peralatan dan
perlengkapan yang
mendukung
pekerjaan
Tersedianya vasilitas 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 53
penunjang seperti
kamar mandi, tempat
parkir dan kantin
Kondisi ruangan 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 52
kerja terutama
berkaitan dengan
ventilasi udara,
kebersihan dan
kebisingan
Adanya jaminan atas 3 3 2 2 2 5 3 3 3 3 3 3 5 3 4 2 49
kesehatan atau
keselamatan kerja
Perhatian institusi 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 37
(RS) terhadap anda
Hubungan antar 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 52
karyawan dan 2
kelompok kerja
Kemampuan dalam 3 3 4 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 48
bekerjasama antar
Keterangan : 5 Sangat puas, 4 Puas, 3 Cukup puas, 2 Tidak puas, 1 sangat tidak puas.

3
Jadi kesimpulan kuesioner kepuasan kerja perawat paling banyak di poin 12 yaitu
sikap teman-teman kerja terhadap anda, dan untuk poin terendah terdapat di poin
pertama yaitu jumlah gaji yang diterima dibandingkan pekerjaan yang anda
lakukan.
Berikut Diagram Tingkat Kepuasaan Kerja Perawat di Ruang Flamboyan Atas
RSUD dr Soewondo Kendal
Ini ada 3 bagian puas, cukup puas, tdk puas tp di gambar diagram cm 2
pilihan seharusnya 3

Berdasarkan data kuesioner Kepuasan Kerja Perawat dengan jumlah


sampel n= 16 didapatkan hasil tidak puas sebanyak 0%, puas sebanyak 37%,
dan cukup puas sebanyak 63%.

1
Analisa Swot M1

A. MAN

NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT x


RATING
1. Sumber Daya Manusia (Man)
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Adanya bidang SDM pengembangan 0,3 4 1,2
staf berupa pelatihan-pelatihan yang
diberikan secara bergantian diruang
Flamboyan Atas yang di rasa bisa
menunjang kemapuan dan skill
perawat.
2. Jenis ketenagaan :
a) Ners berjumlah 6 orang 0,3 3 1,2
b) D III berjumlah 10 orang
c) Cleaning service 3 orang
3. Masa kerja perawat dengan pendidikan S-W
Ners sebanyak 6 orang dengan masa 3,6-3,0 =
kerja rata2 kurang dari < 10 tahun, 0,2 4 0,6 0,6
4. Adanya pelatihan perawat
TOTAL
0,2
1
3 0,6
3,6

2
Weakness
1. Beban kerja perawat diruangan cukup, 0,4 3 1,2
karena ruang Flamboyan Atas
merupakan ruang kelas III di RSUD
dr Soewondo Kendal yang biasanya 0,9
lebih hari rawat. 0,3 3 O-T
2. Sebagian perawat diruang Flamboyan 3-2,5=
Atas belum mengikuti pelatihan 0,9 0,5
Manajemen Keperawatn 0,3 3 3,0
3. Belum tercapainya kepedulian
terhadap perawat yang berdedikasi 1 0,6
tinggi
TOTAL
b. Eksternal Faktor (EFAS) 0,2 3 0,8
Opportunity
1. Belum Adanya program seminar
ataupun pelatihan mengenai manajemen
keperawatan dari diklat diruang 0,2 4 0,6
Flamboyan Atas.
2. Adanya kesempatan melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi 0,6
bagi perawat khususnya di ruang 0,2 3
Flamboyan Atas.
3. Adanya program akreditasi di RSUD dr 0,4
Soewondo Kendal dari pemerintah kota 0,2 3
setempat.
4. Adanya kebijakan pemerintah maupun
PPNI tentang profesionalisasi perawat 0,2 2 3
5. Adanya kerja sama yang baik antara
perawat di ruang Flamboyan Atas 0,3
dengan mahasiswa yang sedang praktik
dRSUD dr Soewondo Kendal. 1
TOTAL 0,6
Treathened 0,3 1
1. Makin tingginya kesadaran masyarakat
umum akan hukum pemerintah.
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat 0,3 2 0,6
dan pengetahuan masyarakat akan
pentingnya kesehatan.
3. Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat 0,4
untuk pelayanan yang lebih prima. 0,2 3
4. Adanya persaingan antar RS swasta
yang semakin kuat dalam memberikan 2,5
pelayanan kesehatan lebih baik. 0,2 2
TOTAL

3
B.MONEY
ANALISA SWOT MONEY (M2)
NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT X
RATING
Keuangan (M2)
Strength
1. Sumber dana/ sistem keuangan yang 0,3 4 1,2
didapat di Ruang Flamboyan Atas
bersumber dari Rumah Sakit dan dana
daerah
2. Adanya pendapatan dari jasa medik,
untuk pasien dengan biaya BPJS dan 0,2 4 0,8
Umum yang dapat diklaim setelah
perawatan.
3. Jasa insentif untuk pelayanan dan jasa
medik yang diberikan untuk perawat
tidak sama tergantung dari pendidikan, 0,3 3 0,9 S-W
beban kerja, dan resiko kerja, tanggung 2,9-3,7 =
jawab, dan beban kerja. 2,9 0,8

TOTAL
Weakness. 1
1. Jika ruangan membutuhkan
peralatan yang dibutuhkan, maka
untuk pengajuan pembelian 0,7 3 2,8
peralatannya membutuhkan waktu
yang cukup lama.
2. Anggaran ruangan semua
bersumber pada Rumah Sakit, 0,3 4 0,9
sehingga ruangan tidak
mengeluarkan dana sendiri.
3,7
TOTAL

Opportunity. 1
1. Semua kebutuhan dana atau
keuangan di ruangan di peroleh dari O-T
rumah sakit 4,0-3,7=
2. Pengeluaran sebagaian besar 0,4 4 1,6 0,3
dibiayai BLUD.
3. Adanya kesempatan untuk
menggunakan instrumen medis 0,3 4 1,2
dengan re-use sehingga menghemat
pengeluaran.. 0,3 4 1,2
TOTAL

4
Threatened. 4,0
1. Anggaran Ruangan bersumber dari
Rumah Sakit sehingga ruangan 1
tidak memiliki kebijakan untuk
mengeluarkan dana sendiri
2. Adanya tuntutan yang lebih tinggi
dari masyarakat untuk 0,3 3 0,9
mendapatkan pelayanan kesehatan
yang lebih professional sehingga
butuh pendanaan yang lebih besar 0,7 4 2,8
untuk mendanai sarana dan
prasarana.

TOTAL 1 3,7

5
C. METODE

ANALISA SWOT METODE (M3)

BOBOT Hasil
NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING X
RATING
1 MAKP
a. Internal Faktor (IFKS)
Strength
1. Rumah Sakit memiliki visi, misi 0,2 3 0,6
dan motto sebagai acuan
melaksanakan kegiatan
pelayanan.
2. Sudah ada modal MPKP yaitu 0,2 4 0,8
metode tim
3. Mempunyai SPO sebagai 0,2 4 0,8
standart tindakan asuhan
keperawatan
4. Terlakasananya komunikasi 0,2 3 0,6
yang efektif yaitu antara perawat
dengan tim kesehatan lain.
5. Perawat dapat mengembangkan 0,2 3 0,6
ketrampilan
3,4 S – W = 3,4
Total 1 – 3 = 0,4
Weakness
1 3 3
1. Job yang kadang tidak sesuai
dengan tugas masing - masing
1 3
Total
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
0,4 4 1,6
1. Adanya kebijakan Rumah Sakit
tentang pelaksanaan MAKP
2. Adanya kebijakan pemerintah
0,6 3 1,8
tentang profesionalisasi perawat.
Total
1 3,4 O – T = 3,4
Threats
– 2,4 = 1
1. Adanya persaingan antara rumah
0,1 3 0.3
sakit lain yang semakin ketat.
2. Adanya tuntutan masyarakat
0,3 2 0,6
yang semakin tinggi terhadap
peningkatan keperawatan yang

6
lebih profesional.
3. Semakin tingginya kesadaran 0,2 3 0,6
masyarakat akan hukum.
4. Semakin tingginya kesadaran 0,3 2 0,6
masyarakat akan pentingnya
kesehatan.
5. Cepatnya penyebaran informasi 0,1 3 0,3
melalui sosial media.
Total 1 2,4

2. Timbang Terima
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght.
1. Kepala ruangan memimpin 0,1 2 0,2
kegiatan timbang terima setiap
pagi.
2. Adanya format timbang terima. 0,3 4 1,2
3. Timbang terima sudah dilakukan 0,2 3 0,6
setiap pergantian shift.
4. Timbang terima dilakukan sehari 0,2 2 0,4
3 kali.
5. Semua perawat mengikuti 0,2 3 0,6
kegiatan timbang terima.
Total 1 3 S–W=3–
Weaknes. 2,3 = 0,7
1. Dalam proses timbang terima 0,3 3 0,9
pre konferen dan post konferen
dilakukan secara bersamaan di
nurse station kemudian
memvalidasi ke pasien.
2. Saat memvalidasi ke pasien 0,7 2 1,4
perawat sudah memperkenalkan
diri tetapi untuk sift siang ke
malam belum di terapkan ke
pasien untuk menyampaikan
siapa ketua tim yang
bertanggung jawab.
Total 1 2,3
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity.
1. Adanya kebijakan rumah sakit 0,7 2 1,4 O – T = 2,3
(bidang keperawatan) tentang – 2,3 = 0

7
timbang terima.
2. Mudahnya dalam mencari 0,3 3 0,9
informasi terbaru tentang
timbang terima.
Total 1 2,3
Threats
1. Persaingan antar RS yang 0,2 3 0,6
semakin ketat.
2. Adanya tuntutan yang lebih 0,4 2 0,8
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
keperawatan yang profesional.
3. Meningkatnya kesadaran 0,3 2 0,6
masyarakat tentang kesehatan.
4. Meningkatnya kesadaran 0,1 3 0,3
masyarakat tentang hukum
Total 1 2,3
3 Ronde Keperawatan
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Adanya pasien yang 0,5 3 1,5
memerlukan perhatian khusus
2. Adanya perawat ruang yang 0,5 3 1,5
profesional dan berpengalaman.
Total 1 3
Weakness
1. Belum pernah diadakan ronde 0,4 2 0,8 S–W=3–
keperawatan di ruang 2=1
Flamboyan Atas 0,6 2 1,2
2. Perawat belum memahami
tentang ronde keperawatan. 1 2
Total
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity 0,4 3 1,2
1. Adanya pelatihan dan seminar
tentang manajemen
keperawatan. 0,6 3 1,8
2. Adanya bidang keperawatan
dan ruangan yang mendukung
untuk dilakukannya ronde
keperawatan. 1 3
Total
Threatened 0,5 2 0,1 O–T=
1. Keluarga/pasien tidak 3 – 2,5 =
kooperatif 0,5 3 1,5 0,5
2. Tidak adanya solusi dari

8
masalah yang dihadapi pasien. 1 2,5
Total
4 Pre dan post Conferance
Strengt
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
Adanya perawat ruang yang 1 3 3 S-W = 3- 3,1
profesional dan berpengalaman. = -1
Total 1 3 3
Weakness
1. Belum diadakan Pre dan Post 0,5 3 1,5
Conferance di ruang Flamboyan Atas
2. Perawat belum memahami tentang 0,5 1,6
Pre dan Post Conferance
Total 1 3,1
B. Eksternal Faktor (EFAS)
Oportunity
Adannya ruangan yang mendukung 1 3 3 O-T = 3-0=3
untuk dilakukan pre dan post
conferance
Total 1 3
Threatened
-

5 Sentralisasi Obat
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Adanya ruangan untuk 0,1 2 0,2
sentralisasi obat
2. Kepala ruangan mendukung 0,1 3 0,3
kegiatan sentralisasi obat
3. Adanya lembar dokumentasian 0,2 3 0,2
obat di setiap status pasien
4. Adanya label identitas di setiap 0,3 4 1,2
obat
Total 1 3,1
Wekness
1. Belum terpantaunya efek 1 3 3 S – W = 3,1
samping obat – 3 = 0,1
Total 1 3
b. Eksternal Faktor

9
Opportunity
1. Terdapat trolly injeksi yang di 0,3 3 0,9
dalamnya terdapat loker kecil
untuk menaruh obat injeksi
yang akan disuntikkan kepada
pasien.
2. Adanya kebijakan RS tentang 0,7 4 2,8
pengadaan obat ODD.
Total 1 3,7 O–T= 3–
Threats 3,4 = 0,3
1. Adanya tuntutan pasien untuk 0,3 3 0,9
mendapatkan pelayanan yang
lebih baik
2. Semaki tingginya kesadaran 0,3 3 0,9
pasien untuk sembuh

Total 1 3,4
5 Discharge Planning
a. Internal Faktor (IFKS)
Strength
1. Discharge planning di ruang 0,3 4 1,2
Flamboyan Atas lt 1 sudah
dilakukan dan terdapat format
yang baku. 0,2 3 0,6
2. Discharge planning dibuat
selama 1 x 24 jam 0,1 3 0,3
3. Terdapat form APS (Atas
Permintaan Sendiri) yang
digunakan apabila keluarga
pasien atau pasien
menginginkan pulang paksa. 0,1 3 0,3
4. Terdapat lembar kontrol untuk
pasien. 0,3 4 1,2
5. Perawat memberikan pendkes
kepada pasien atau keluarga
selama di rawat atau saat akan
pulang 1 3,6
Total S – W = 3,6
Weakness 0,2 3 0,6 – 3,8 = - 0,2
1. Keterbatasan waktu dan tenaga
perawat untuk memberikan 0,4 4 1,6
pendkes.
2. Kurangnya kemauan perawat
untuk memberikan pendkes
kpd pasien atau keluarga.

10
1 3,8
Total
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity 0,5 4 2
1. Terdapat tenaga medis
profesional dalam memberikan
pendkes. 0,3 3 0,9
2. Adanya kebijakan dari RS
tentang pendkes. 0,2 3 0,6
3. Adanya media sosial sebagai
pemberi informasi tentang
kesehatan 1 3,5
Total
Treathmend 0,5 3 1,5
1. Adanya persaingan antara
rumah sakit lain yang O – T = 3,5
semakin ketat. 0,5 3 1,5 – 3 = 0,5
2. Smakin tingginya kesadaran
masyarakat akan pentingnya
kesehatan. 1 3
Total
6 Dokumentasi
Internal Faktor (IFAS)
Strenght.
1. Dokumentasi sudah tersusun
dengan lengkap 0,2 3 0,6
2. Pengisian dokumentasi sudah
baik 0,3 3 0,9
3. Format dokumentasi sudah ada
dan jelas 0,3 3 0,9
4. Tersedianya sarana dan
prasarana dokumentasi untuk 0,2 3 0,6
tenaga kesehatan S–W=3–
Total 1 3 2,8 = 0,2

Weaknes.
1. Sistem dokumentasi belum
terkomputerisasi 0,3 3 0,9
2. Kurang jelasnya tulisan yang
membuat bingung 0,2 3 0,6
3. kurangnya rasa semangat untuk
melengkapi dokumentasi. 0,2 2 0,4
4. Pengawasan terhadap
pendokumentasian belum 0,3 3 0,9

11
dilaksanakan secara optimal
Total 1 2,8
a. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya program pelatihan 0,3 1,2
manajemen 4
2. Adanya pengawasan terhadap 0,4 1,6
dokumentasi 4
3. Adanya teguran bagi yang 0,3 0,9
tidak lengkap dokumentasinya 3
dan reward bagi yang lengkap
dokumentasinya.
Total 1 3,7
Treathmend O – T = 3,7
1. Adanya tuntutan masyarakat – 3 = 0,7
yang semakin tinggi terhadap 0,5 1,5
peningkatan keperawatan yang 3
lebih profesional.
2. Persaingan antar RS dalam
memberikan pelayanan 0,5 1,5
keperawatan 3
Total 1 3

7 Discarge planing
A. Sepervisi
1. RSUD dr Soewondo Kendal 1 3 3 S-W = 3-3
merupakan rumah sakit =0
pendidikan tipe B yang menjadi
rumah sakit rujukan
Total 1 3 3
Weakness
2. supervisi di ruangan masih 0,6 3 1,8
belum terstruktur
3. belum adanya format pelaporan 0,4 3 1,2
yg khusus untuk supervisi
Total 1 3 3

Opportunity
1. Adannya mahasiswa yang 0,6 3 1,8
praktik dRSUD dr
Soewondo Kendal 0,4 4 1,6
2. Adannya keinginan perawat O-T = 3,4 –
untuk melakukan mutu 2,8
pelayanan. 1 7 3,4 = 0,6
Total

12
Treathmend 0,4 3 1,2
1. Tuntutan pasien sebagai
konsumen untuk
mendapatkan pelayanan
yang profesional dan
bermutu dengan biaya
perawatan 0,3 3 0,9
2. Adannya persaingan antara
rumah sakit dalam
memberikan pelayanan yang
terbaik 0,3 3 0,9
3. Adannya perkembangan
ilmu pengetahuan yang
menuntut peningkatan
pengetahuan pada perawat. 1 7 2,8
Total

13
ANALISA SWOT M4 (MATERIAL)

ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT X


RATING

MATERIAL

IFAS

STRENGTH

1. Mempunyai sarana dan prasarana 0,2 3 0,6


untuk pasien dan tenaga
kesehatan.
0,3 3 0,9
2. Mampu menggunakan sarana dan
prasarana yang ada

3. Tersediannya nurse station. 0,2 3 0,6

Total 1 3

14
WEAKNESS S–W=3
–o=3
4. Tidak ada kekurangan - - -

5. Tidak adanya petugas yang rutin 0,3 3 0,9


melakukan kalibrasi alat setiap
bulan sekali karena kurangnya
jumlah pegawai staf

Total - - -

OPPORTUNITY

1. Adanya kesempatan untuk 0,5 4 2


menempatkan peralatan sesuai
dengan ruangan.

2. Adanya kesempatan untuk


memanfaatkan ruang atau tempat 0,3 3 0,9
yang masih kosong.

3. Adanya kesempatan bagi tenaga


logistic untuk mengatur penataan
ruangan supaya sarana dan 0,2 2 0,4
prasarana dapat digunakan dengan
O-T =
baik.
3,3-3 =
0,3

Total 1 3,3

15
ANALISA SWOT M5 (MUTU)

NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT X


RATING

Mutu (M5)

Strength

1. Pasien di ruang Flamboyan Atas Puas 0,3 3 0,9 S-W


dengan pelayanan diruangan
3,7-3=
2. Rata-rata Bed Oportuniti Rate baik dan 0,7
0,25 4 1
selalu dibersihkan setiap hari serta
penggantian seprai setiap 2 hari sekali

3. Pasien menggunakan BPJS dan Non PBI 0,25 4 1

1. Meskipun ruang Flamboyan Atas kelas III


tetapi dapat digunakan sebagai lahan
0,2 4 0,8
praktik management mahasiswa
keperawatan Ners Stikes Widya Husada
Semarang

TOTAL 1 3,7

Weakness.

1. Jika ada pasien baru dating petugas ada 1 3 3

yang memberikan dan ada yang tidak


memberikan edukasi cara mencuci tangan
yang benar 1 3

TOTAL

16
Opportunity. 0,5 2 1

1. Mahasiswa Ners STIKES Widya Husada


Semarang Praktik manajemen diruang
0,5 3 1,5 O-T
Flamboyan Atas Lt 1
2. Terjalin kerjasama yang baik antara
2,5-3=
perawat dan mahasiswa.
-0,5
1 2,5

TOTAL

Threatened. 1 3 3

1. Jika pasien dan keluarga tidak diberi


edukasi tentang cara mencuci tangan dengan
1 3
benar dapat tertular infeksi nosokomial.

TOTAL

A. Identifikasi masalah : PRIORITAS MASALAH

NO Data fokus Masalah Penyebab Masalah


1. Di flamboyan Atas Prosedur Pre dan post conference Kurangnya penerapan
pelaksanaan pre post perawat dalam
conference belum optimal melakukan pre dan post
conference
2. Di flamboyan atas Ronde keperawatan Belum ditegakannya
Handover/operan/timbang ronde keperawatan di
terima belum optimal ruangan
3. Di ruang flamboyan Atas Penerapan cuci tangan Perawat kurang
kurang tersosialisasinya mensosilaisasikan
penerapan cuci tangan terhadap tentang cuci tangan
keluarga pasien

17
18
B. PERENCANAAN (PLAN OF ACTION)

Masalah Tujuan Program kegiatan indikator Sasaran Penanggung Waktu


jawab
Melakukan prosedur Mampu menerapkan 1. Sosialisasi Ronde Karu dan pegawai Siska, diah,
pelaksanaan pre post prosedur pelaksanaan fungsi prosedur keperawatan yogi
conference pre post conference pelaksanaan pre dilakukan di
post conference ruang
flamboyant atas
2. Roleplay pre
post conference Sebelahnya pre
post tp indikator
3. Evalusi
ronde
pelaksanaan
kegiatan
Melakukan prosedur Mampu menerapkan 1. Sosialisasi handover/operan Karu dan pegawai Laila, ririn,
pelaksanaan prosedur pelaksanaan fungsi prosedur /timbang terima wariq
handover/operan/timbang handover/operan/timb pelaksanaan dlakukan di
terima ang terima handover/operan/t ruang
imbang terima flamboyan atas
2. Roleplay

1
timbang
terima
3. Evalusi
pelaksana
an
kegiatan
Perawat memberikan Perawat 1. Memberikan Cuci tangan Pasien dan keluarga Nana, atika,
tersosialisasinya penerapan mensosialisasinya informasi kepada dapat pasien putry, lella
cuci tangan terhadap penerapan cuci tangan perawat untuk tersosialisasi ke
keluarga pasien terhadap keluarga memberikan semua pasien
pasien edukasi kepada dan keluarga
pasien dan pasien
keluarga untuk
mencuci tangan
yang benar

2. Roleplay

3. evaluasi

2
3

Anda mungkin juga menyukai