com/indonesiapustaka
www.facebook.com/indonesiapustaka
MANAJEMEN
RISIKO
1
MENGIDENTIFIKASI RISIKO PASAR,
OPERASIONAL, DAN KREDIT BANK
Disusun atas kerja sama antara Ikatan Bankir Indonesia (IBI) dengan
Edisi Kesat u – April 2015
GM 208 01 15 0030
ISBN: 978-602-03-1721-2
tanpa ijin tertulis dari Ikatan Bankir Indonesia (IBI) dan Lembaga Sertiikasi
secara elekt ronik, phot o copy, rekam an, pem indaian at au cara lainnya
Profesi Perbankan ( LSPP) , kecuali dit ent ukan lain oleh undang- undang.
SAMBUTAN
KETUA UMUM
IBI
Zulkifli Zaini
Ketua Umum
MANAJEMEN RISIKO 1
VII Kata Pengantar
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena de
ngan pertolonganNya buku ini dapat terbit dan sampai ke tangan pem
baca.
Buku Manajemen Risiko 1: Mengidentifikasi Risiko Pasar, Operasi
onal, dan Kredit Bank adalah bahan yang dapat digunakan dalam ke
giatan belajar mandiri, pelatihan dan persiapan Uji Kompetensi Bidang
Manajemen Risiko tingkat 1 yang diselenggarakan oleh Lembaga Ser
tifikasi Profesi Perbankan (LSPP). Buku ini terdiri dari 6 (enam) bagian
yaitu Latar Belakang Manajemen Risiko, Regulasi Perbankan Terkait Ma
najemen Risiko, Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas dan Risiko
Operasional. Penyusunan buku ini dilakukan oleh tim penyusun yang
berasal dari kalangan manajemen risiko perbankan. Selain digunakan
sebagai materi pelatihan, buku ini kami harapkan juga dapat mendu
kung program peningkatan kompetensi bankir di Indonesia.
Sebagai akhir kata, buku ini dapat terwujud karena dukungan dari
banyak pihak. Oleh karenanya, apresiasi dan penghargaan yang tinggi
patut diberikan kepada tim penyusun buku dari Banker Association for
Risk Management (BARa). Semoga upaya kita bersama ini dapat mem
berikan kontribusi yang signifikan bagi kejayaan industri perbankan na
sional, saat ini maupun pada masamasa mendatang.
www.facebook.com/indonesiapustaka
Sasmita
Direktur Eksekutif
MANAJEMEN RISIKO 1
Kata Sambutan
VIII
KATA SAMBUTAN
Sentot A. Sentausa
Chief Executive
www.facebook.com/indonesiapustaka
MANAJEMEN RISIKO 1
Daftar Singkatan
X
DAFTAR
SINGKATAN
DAFTAR ISI
Manajemen Risiko 42
1.4 Enterprise Risk Management (ERM) 44
1.4.1 ERM dan Value Based Strategic Planning 45
1.5 Sistem manajemen Risiko sesuai Peraturan Bank Indonesia 46
MANAJEMEN RISIKO 1
Daftar Isi
XIV
3 riSiko kredit 65
GAMBARAN UMUM 66
TUJUAN PEMBELAJARAN: 66
3.1 Pemahaman Risiko Kredit 67
3.2 Kategori Kredit 68
3.2.1 Berdasarkan Jenis Aktiva 68
3.2.2 Berdasarkan Kegunaan 70
3.2.3 Berdasarkan Tujuan Kredit 71
3.2.4 Berdasarkan Jangka Waktu 72
3.2.5 Berdasarkan Jenis Dana yang Diberikan 72
3.2.6 Berdasarkan Jenis Valuta 73
3.3 Proses Manajemen Risiko Kredit 73
3.3.1 Identifikasi Risiko Kredit 74
3.3.2 Pengukuran Risiko Kredit 75
3.3.3 Pengelolaan Risiko Kredit 77
3.4 Proses Perkreditan 80
www.facebook.com/indonesiapustaka
3.4.1 Inisiasi 80
3.4.2 Analisis Kredit 82
3.4.3 Penetapan Suku Bunga Kredit (Loan Pricing) 93
MANAJEMEN RISIKO 1
XV Daftar Isi
Lampiran 171
Glosarium 306
Daftar Pustaka 324
Jawaban Latihan Soal 327
www.facebook.com/indonesiapustaka
www.facebook.com/indonesiapustaka
1
LATAR
RISIKO
BELAKANG
MANAJEMEN
MANAJEMEN RISIKO 1
Latar Belakang Manajemen Risiko
2
GAMBARAN UMUM
Latar belakang manajemen risiko memberikan informasi yang menda
sar mengenai konsep manajemen risiko serta perlunya penerapan ma
najemen risiko dalam aktivitas perbankan untuk menciptakan nilai bagi
perusahaan. Penerapan tersebut tidak hanya karena adanya ketentuan
regulator, namun karena adanya kebutuhan dari bank untuk mengelola
risiko dalam mencapai sasaran perusahaan. Bagian ini akan memberi
kan gambaran besar mengenai pentingnya penerapan proses manaje
men risiko, meliputi proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian risiko, peranan bank sentral, dan organisasi manajemen
risiko di dalam bank. Informasi dalam latar belakang ini akan menjadi re
ferensi yang penting untuk memahami uraian pada bagian selanjutnya.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah selesai melakukan pembahasan pada bab ini, para pembaca
akan:
• Memahami peran manajemen risiko dalam mencapai tujuan per
usahaan.
• Memahami berbagai konsep mengenai risiko dan delapan jenis ri
siko.
• Memahami Arsitektur Perbankan Indonesia (API), yaitu sebuah pro
gram yang disusun oleh Bank Indonesia dalam upaya menciptakan
industri perbankan yang sehat.
• Memahami konsep proses manajemen risiko mulai dari identifikasi,
pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko.
www.facebook.com/indonesiapustaka
1.1 PENDAHULUAN
1.1.1 tujuan Perusahaan
dalam proses kredit maka risiko kredit dapat terjaga, namun proses kre
dit cenderung menjadi lama dan nasabah dapat berpindah ke bank lain
sehingga target pertumbuhan bisnis terganggu.
MANAJEMEN RISIKO 1
Latar Belakang Manajemen Risiko
6
1
PBI nomor 5/8/PBI/2003
2
Pendapat lain yang lebih umum mengatakan bahwa risiko adalah risiko yang tidak dapat
diprediksi (unanticipated, unexpected loss), sedangkan risiko yang dapat diprediksi (ex-
pected loss) merupakan komponen biaya untuk melakukan bisnis.
MANAJEMEN RISIKO 1
7 Latar Belakang Manajemen Risiko
3
Jenis risiko dapat juga dikelompokkan menjadi: 1) risiko kredit 2) risiko pasar (termasuk
risiko likuiditas), 3) risiko operasional (plus didalamnya risiko hukum, reputasi, kepa
tuhan, strategik)
MANAJEMEN RISIKO 1
Latar Belakang Manajemen Risiko
8
1. risiko kredit
Risiko kredit adalah risiko kerugian akibat kegagalan pihak lawan (coun-
terparty) untuk memenuhi kewajibannya. Risiko kredit mencakup risiko
kredit akibat kegagalan debitur membayar kewajiban pada bank, risiko
kredit akibat kegagalan pihak lawan (counterparty credit risk) untuk
memenuhi kewajiban misalnya dalam perjanjian kontrak derivatif, dan
risiko kredit akibat kegagalan proses pembayaran (settlement risk)
misalnya dalam perjanjian jual beli valuta asing.
Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional
bank, seperti aktivitas perkreditan dan aktivitas treasury. Pada aktivitas
treasury, misalnya bank membeli obligasi korporasi, melakukan in
vestasi dengan membeli surat berharga, melakukan pembiayaan per
dagangan (trade finance), baik yang tercatat dalam banking book mau
pun dalam trading book.
Sebagai contoh, risiko kredit dapat timbul apabila: (1) bank mem
berikan kredit pada nasabah; (2) bank menempatkan dana pada bank
lain sebagai penempatan antar bank (lihat artikel bank Indover pada box
berikut; (3) bank melakukan transaksi derivatif seperti kontrak berjang
ka forward atau swap dengan nasabah atau dengan bank lain; (4) bank
membeli surat berharga korporasi.
www.facebook.com/indonesiapustaka
MANAJEMEN RISIKO 1
9 Latar Belakang Manajemen Risiko
risiko kredit
Bank Indover merupakan bank komersial, didirikan di Negeri Belanda.
Pada 7 Oktober 2008 Pengadilan Belanda menutup Bank Indover. Pada
awal kejadian, bank tersebut gagal membayar kewajiban jangka pen
dek yang jatuh tempo setara US$ 92 juta, dengan rincian US$ 67,5 juta
plus € 18 juta.
Bank tersebut mengalami kesulitan likuiditas karena mengalami
masalah kredit macet sehingga memerlukan suntikan likuiditas se
besar ekuivalen Rp7 triliun. Pada 1 Desember 2008, administrator
Bank Indover yang ditunjuk bank sentral Belanda telah mengajukan
permohonan pailit ke pengadilan di Negeri Tulip itu. Sejumlah bank
nasional pada saat itu memiliki eksposur berupa penempatan dana di
Bank Indover dalam berbagai bentuk, antara lain interbank placement,
nostro dll.
Beberapa bank nasional diberitakan oleh berbagai media memiliki
eksposur pada bank tersebut dengan jumlah yang bervariasi. Karena
Bank Indover dipailitkan oleh otoritas moneter Belanda maka bank ter
sebut tidak beroperasi lagi. Meskipun kasus tersebut belum selesai,
namun bankbank yang memiliki eksposur pada Bank Indover meng
hadapi risiko kredit.
Sumber:http://www.tempo.co/read/flashgrafis/2008/10/09/22/JalanPanjang
IndoverBank; 9 Oktober 2008;
2. risiko Pasar
Risiko Pasar adalah risiko perubahan harga pasar pada posisi portofolio
dan rekening administratif, termasuk transaksi derivatif. Perubahan har
ga terjadi akibat perubahan dari faktor pasar, termasuk risiko perubahan
www.facebook.com/indonesiapustaka
harga option.
Yang dimaksud dengan faktor pasar adalah nilai tukar, suku bunga,
harga saham, dan harga komoditas.
MANAJEMEN RISIKO 1
Latar Belakang Manajemen Risiko
10
Sebagai contoh, risiko pasar dapat timbul apabila (1) bank membeli
obligasi negara dengan kupon tetap, ketika harga pasar obligasi akan tu
run apabila suku bunga pasar meningkat; (2) bank membeli valuta USD,
yang nilai dalam valuta Rupiah akan menurun apabila nilai tukar USD
melemah terhadap Rupiah; (3) bank melakukan transaksi derivatif inte-
rest rate swap yang dapat menimbulkan kewajiban derivatif bagi pihak
counterparty; (4) bank melakukan aktivitas trading atau jual beli surat
berharga (lihat artikel pada box berikut).
risiko Pasar
neW York, koMPAS.com
Terlalu berani menaruh risiko tinggi dalam derivatif hingga bank be
sar di Amerika Serikat (AS) rugi miliaran dollar AS, harus menyalahkan
siapa? Pasti, yang pertama kena tunjuk jari adalah trader JP Morgan
Chase & Co.
Tetapi, yang harus dicermati adalah motivasi apa yang mendorong
mereka mengambil ekstra risiko? Dalam hal ini, Fortune mengulas
bahwa biang kerok utama adalah kebijakan suku bunga rendah yang
dipertahankan The Federal Reserve (The Fed/bank sentral Amerika).
Kebijakan bank sentral yang dikawal Ben S Bernanke ini diyakini
membuat industri perbankan berlombalomba menebus pendapatan
yang hilang akibat kecilnya imbal hasil karena mengacu pada bunga
The Fed.
Jadi, mengizinkan para eksekutif mundur seperti yang dilakukan
JP Morgan pada pagi ini tak cukup adil dalam kasus ini. Toh, yang di
lakukan bankir ini bertujuan terus mengembangkan jutaan dollar demi
keuntungan JP Morgan.
www.facebook.com/indonesiapustaka
3. risiko Likuiditas
Risiko Likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau
dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa meng
ganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.
www.facebook.com/indonesiapustaka
risiko Likuiditas
Beberapa nasabah Bank Century di kantor pusat Gedung Sentral Se
nayan Jalan Asia Afrika No. 8 Jakarta Pusat, sempat panik. Kepanikan
dipicu kegagalan saat hendak menarik dananya dari ATM. Kalau ingin
menarik simpanan, nasabah harus melalui teller atau kasir, namun
jumlahnya pun dibatasi maksimal Rp 1 juta.
Bahkan perdagangan saham bank hasil merger tiga bank yakni
Bank Danpac, Bank Pikko, Bank CIC Internasional itu juga dihentikan
(suspensi), Kamis (13/11). “Narik dari ATM sama sekali nggak bisa.
Dari ATM bersama juga nggak bisa. Kalau narik dari kantor masih bisa
kalau di bawah Rp 1 juta,” kata seorang nasabah Bank Century seperti
dilansir detik.com.
Nasabah tersebut mengaku semula akan mengambil dana depo
sito yang telah jatuh tempo hari ini. Namun setibanya di kantor Bank
Century dirinya gagal menarik dananya. “Petugasnya bilang besok saja
datang lagi, tapi dia juga nggak bisa menjamin apakah besok (hari ini,
Red) itu bisa ditarik atau tidak,” ujarnya.
Dalam waktu singkat beredar isu Bank Century kalah kliring antar
bank di Bank Indonesia, karena kesulitan likuiditas. Kliring adalah per
tukaran warkat atau data keuangan elektronik (DKE) antara peserta kli
www.facebook.com/indonesiapustaka
ring baik atas nama bank peserta maupun atas nama nasabah peserta
yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.
MANAJEMEN RISIKO 1
13 Latar Belakang Manajemen Risiko
4. risiko operasional
Risiko operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan/atau ti
dak berfungsinya proses internal akibat tidak adanya atau tidak ber
fungsinya prosedur kerja, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/
atau adanya kejadiankejadian eksternal yang memengaruhi opera
sional Bank.
Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian keuangan secara
langsung maupun tidak langsung dan menimbulkan potensi kesem
patan yang hilang untuk memperoleh keuntungan.
Sebagai contoh: (1) pemalsuan bilyet deposito oleh karyawan bank
yang kemudian dijadikan agunan kredit; (2) kesalahan posting uang
masuk karena pegawai yang ditunjuk kurang berpengalaman; (3) ter
www.facebook.com/indonesiapustaka
jadi bencana alam berupa banjir besar sehingga bank tidak dapat ber
operasi secara normal; (4) kejahatan keuangan seperti fraud yang
sering dilakukan pihak luar bekerjasama dengan pegawai bank (lihat
artikel pada box berikut).
MANAJEMEN RISIKO 1
Latar Belakang Manajemen Risiko
14
5. risiko Hukum
Risiko Hukum adalah risiko akibat kelalaian bank yang dapat menimbul
www.facebook.com/indonesiapustaka
risiko Hukum
Perseteruan PT Esa Kertas Nusantara (EKN) dengan PT Bank
Danamon Indonesia Tbk mungkin berhenti sejenak untuk meregang
kan urat saraf. Selanjutnya, Danamon akan memberikan perlawanan di
meja banding.
Sekitar setahun lalu, Danamon digugat oleh EKN, perusahaan na
sional yang memproduksi coated and uncoated paper untuk tujuan
ekspor. EKN menilai bahwa pihak Danamon lalai dalam memberikan
informasi yang akurat tentang produk derivatif yang mereka tawar
kan kepada nasabah. Akibatnya, EKN merasa dirugikan dan menuntut
Danamon agar mau melunasi kerugian itu.
Sebenarnya, permasalahan tersebut berawal ketika kedua pihak
menandatangani perjanjian untuk tujuh belas structured financial pro-
duct. Perjanjian itu terdiri dari tiga transaksi Forward with Knock Out,
delapan transaksi Target Redemption Forward, empat transaksi Can-
www.facebook.com/indonesiapustaka
celable Forward, dan satu transaksi American Knock Out, sejak Oktober
2007 hingga September 2008. Kedua pihak juga menandatangani per
janjian cross currency swap (CCS). Total nominal transaksi structured
MANAJEMEN RISIKO 1
17 Latar Belakang Manajemen Risiko
6. risiko reputasi
Risiko Reputasi adalah risiko suatu kejadian yang menimbulkan per
sepsi negatif terhadap Bank, yang dapat mengakibatkan tingkat keper
cayaan stakeholder pada bank menurun.
Sebagai contoh: (1) penagihan kartu kredit bank dilakukan oleh
pihak ketiga yang tidak memerhatikan etika cara penagihan sehingga
menurunkan reputasi bank secara umum di mata masyarakat; (2) terja
di kerugian besar pada bank akibat perbuatan fraud oleh pegawai bank
sehingga nasabah meragukan keamanan menyimpan dana di bank
tersebut; (3) produk kartu kredit banyak menjadi sasaran kejahatan ke
uangan sehingga reputasi bank sebagai bank yang aman menjadi me
nurun, dan berpotensi memberikan dampak menurunnya bisnis kartu
kredit (lihat artikel pada box berikut).
www.facebook.com/indonesiapustaka
MANAJEMEN RISIKO 1
Latar Belakang Manajemen Risiko
18
risiko reputasi
Reputasi Citibank Cederai Perbankan Indonesia; Jumat, 11/05/2012
Kredibilitas perbankan di negeri ini kembali tercoreng garagara mana
jemen Citibank belum menyelesaikan kewajibannya, yaitu mengem
balikan dana simpanan nasabahnya sebesar Rp 22 miliar. Sementara
Bank Indonesia (BI) selaku lembaga pengawas perbankan yang ber
tindak tegas terhadap bank tersebut, membeli nasabah yang menjadi
ketidakadilan bank asing tersebut.
Pemilik dana, Mirta Kartohadiprodjo, yang merupakan pendiri Grup
Femina menyayangkan sikap Citibank Indonesia yang tidak merespon
tuntutannya dan hanya mengumbar janji tanpa ada penyelesaian
hingga saat ini. Hal ini terkait kasus penipuan Rp22 miliar yang dilaku
kan oleh oknum karyawan Citibank Malinda Dee beberapa waktu lalu.
“Terus terang, sampai hari ini, saya tidak mendapatkan kontak atau
pun respon sama sekali dari pihak Citibank. Saya hanya membaca di
media yang menyebutkan bahwa Citibank akan mengganti pokok yang
hilang ditambah dengan bunga,” ujar Mirta kepada pers di Jakarta,
Kamis (10/5).
Menurut dia, apa yang digembargemborkan tentang penggantian
yang akan diberikan Citibank dianggap tidak adil dan fair. Karena itu,
Mirta menilai hal tersebut hanyalah sebagai wacana saja, di mana
Citibank menawarkan penggantian bunga berdasarkan indikasi bunga
tabungan yaitu maxi save yang hanya sebesar 5%.
Sebelumnya Mirta diketahui menyimpan dananya melalui reksada
na saham Fortis Ekuitas di Citibank. Maksudnya, dengan menempatkan
dana di reksadana tersebut, perhitungan Return on Investment (ROI)
seharusnya mengacu pada pertumbuhan aset reksadana itu, dalam hal
ini perkembangan nilai aset bersih (NAB) –nya.
www.facebook.com/indonesiapustaka
ganti uang nasabah, walau kejahatan perbankan itu dilakukan oleh pe
gawainya.
“Nasabah hanya mengetahui bahwa menyimpan uang itu kepada
institusi bank, bukan individu. Oleh karena itu, pihak bank harus ikut
bertanggung jawab dengan mengganti uang nasabah yang bersangkut
an,” katanya kepada Neraca, Kamis (10/5).
Yenti menjelaskan, pihak bank itu sendiri mempunyai perjanjian
tersendiri dengan nasabah. Salah satu isi perjanjian tersebut bahwa
semua kerugian yang diterima oleh nasabah, maka pihak bank harus
mengganti rugi. “Jika hal ini tidak dilakukan pihak bank, maka akan me
nimbulkan ketidakpercayaan nasabah terhadap bank,” ujarnya.
Lebih lanjut lagi, menurut Yenti, adanya kelemahan peradilan da
lam menangani kejahatan dalam dunia perbankan, dimana tidak dike
tahui batasannya kejahatan yang dilakukan oleh individu atau institusi.
Kejahatan yang dilakukan pegawai bank merupakan kejahatan pidana
walaupun demikian bank harus ikut tanggung jawab atas kejahatan
yang dilakukan pegawainya.
Perlindungan nasabah
Mirta berharap pada BI untuk memberikan perlindungan kepada na
sabah yang menjadi korban ketidakadilan bank. Sebab, bila tidak ada
campur tangan BI sebagai otoritas perbankan, posisi nasabah hanya
akan selalu dikorbankan ketika bank melakukan kesalahan. “Ketika na
sabah berbuat keliru, misalnya menunggak kredit, betapa agresifnya
pihak bank dalam menekan nasabah untuk menyelesaikan kewajiban
nya. Bahkan, nasabah juga dikenakan denda dan biaya yang berma
cammacam,” ujarnya.
Dia mengungkapkan kekecewaannya menjadi nasabah Citibank.
www.facebook.com/indonesiapustaka
7. risiko Strategik
Risiko strategik adalah risiko yang terjadi akibat ketidaktepatan dalam
pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik, serta
kegagalan dalam menyesuaikan dengan perubahan lingkungan bisnis.
Sebagai contoh: (1) bank mengikuti arus mengembangkan bisnis
mikro, padahal bank tersebut belum berpengalaman dalam bidang
tersebut sehingga bank mengalami banyak permasalahan; (2) bank
memutuskan bersaing dengan bank asing dengan meluncurkan bisnis
produk terstruktur yang kompleks, padahal bank belum memiliki infra
struktur yang memadai sehingga bank mengalami kerugian; (3) bank
memutuskan melakukan bisnis tertentu yang ternyata kemudian men
datangkan kerugian besar pada bank (lihat artikel pada box berikut).
www.facebook.com/indonesiapustaka
MANAJEMEN RISIKO 1
Latar Belakang Manajemen Risiko
22
risiko Strategik
Wall Street kembali dilanda ”badai” keuangan. Setelah dihantam kredit
perumahan berisiko tinggi (subprime mortgage), perusahaan sekuritas
terbesar keempat di AS, Lehman Brothers, tidak dapat memikul kerugi
an besar akibat subprime mortgage dan menderita kebangkrutan.
Krisis subprime mortgage AS kembali menelan korban. Setelah
Bear Stearns, Northern Rock, Fannie Mae, dan Freddie Mac, kini giliran
Lehman Brothers yang terpaksa meminta perlindungan kebangkrutan
menurut Pasal 11 (Chapter 11), yang diajukan pada Senin (15/9).
Keadaan yang dihadapi Lehman saat ini agak berbeda dari enam
bulan lalu saat Bear Stearns kolaps. Pada kasus Lehman sekarang ini,
pasar finansial telah bersiap menghadapi masa krisis yang lebih pan
jang dan persiapan yang lebih matang pula.
Bank investasi juga telah diizinkan mendapatkan pinjaman darurat
langsung dari The Fed. Bank sentral memberikan akses yang sama ke
perusahaan sekuritas seperti akses yang diterima oleh perbankan. Du
kungan khusus seperti itu tidak didapatkan pada Maret lalu ketika Bear
Stearns terlilit kesulitan.
Lehman memiliki sejarah 150 tahun sebelum terjadi Perang Sauda
ra. Agustus 2007, Lehman menutup pemberi pinjaman subprimenya,
BNC Mortgage. Tahun 2008, Lehman terus mengalami kerugian karena
surat utang berisiko tinggi yang sudah merebak pada 2007.
Kerugian Lehman tampaknya berasal dari terlalu banyaknya sub-
prime dan surat utang berisiko tinggi yang beragun aset (disekuriti
sasi). Belum jelas apakah Lehman menyatakan bangkrut karena tidak
dapat dengan mudah menjual obligasi berperingkat rendah atau meru
pakan keputusan internal perusahaan.
Kerugian besar akibat efek beragun aset yang berperingkat rendah
www.facebook.com/indonesiapustaka
itu, mereka harus menjual paksa aset bernilai 6 miliar dollar AS. Harga
saham Lehman terus menurun karena kerugian beruntun itu.
Pada 10 September, Lehman melaporkan kerugian kuartal ketiga
sebesar 3,9 miliar dollar AS. Mereka juga berniat menjual saham di unit
manajemen investasi. Saham mereka turun 95 persen dalam tahun ini
dan menjadi saham terburuk pada indeks 11 perusahaan sekuritas AS.
Agustus 2008, Lehman mengumumkan akan memecat sekitar 5
persen dari jumlah pekerjanya atau sekitar 1.500 orang. Langkah ini
diambil beberapa hari sebelum laporan keuangan kuartal ketiga di
umumkan.
Pada akhir Agustus tahun 2008 lalu, Perusahaan itu mengalami ke
rugian sebesar USD 3,9 miliar (sekitar Rp 36,6 triliun dengan kurs Rp
9.400 per USD), menyusul kerugian USD 2,8 miliar (sekitar Rp 26,32
triliun) yang terjadi pada triwulan II 2008 yang lalu. Kerugian ini akibat
krisis subprime mortgage di AS, di mana mereka terpaksa menghapus
bukukan kredit macet USD 13,8 miliar (sekitar Rp 129,7 triliun).
Strategi membesarkan aset dengan terlalu banyak konsentrasi
dalam portofolio subprime mortgage ternyata menimbulkan kerugian
yang sulit untuk ditanggulangi bank.
Bank investasi terbesar keempat di AS sekaligus salah satu per
usahaan finansial ternama di dunia, Lehman Brothers, menyatakan
pailit atau bangkrut tanggal 15 September 2008.
Sumber: http://entertainment.kompas.com/read/2008/09/16/00345387/lehman.
brothers.bangkrut
8. risiko kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko yang terjadi akibat bank tidak mematuhi
www.facebook.com/indonesiapustaka
Kesimpulan
• Kesehatan bank tidak hanya berpatokan pada aset (modal) se
mata, tetapi juga harus memperhitungkan faktor manajemen
risiko yang meliputi delapan faktor, yakni risiko kredit, risiko pa
sar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stra
tegi, risiko kepatuhan dan risiko reputasi. Tidak sedikit para ban
kir yang tidak bisa mengelola manajemen risiko dengan baik,
sehingga terjadi pelanggaran prinsip kehatihatian bank. Yang
terpenting dari kasuskasus pembekuan bank adalah pembela
www.facebook.com/indonesiapustaka
permodalan bank. Modal merupakan faktor penting bagi bank untuk me
lindungi kepentingan deposan, dan menjaga kepercayaan masyarakat
terhadap industri perbankan.
portofolio bank.
2) Seluruh risiko yang melekat pada seluruh transaksi serta produk
perbankan, termasuk produk dan aktivitas baru. Sebagai contoh,
risiko kredit, risiko suku bunga, risiko nilai tukar dsb.
MANAJEMEN RISIKO 1
33 Latar Belakang Manajemen Risiko
akan diambil dan toleransi risiko bank. Pengendalian risiko dapat dila
kukan antara lain dengan cara mekanisme lindung nilai, meminta ga
ransi, melakukan sekuritisasi aset, menggunakan credit derivatives,
serta penambahan modal bank untuk menyerap potensi kerugian.
Tata kelola sistem manajemen risiko akan berjalan baik apabila bank
sudah menerapkan batas risiko yang direncanakan diambil (risk appe-
tite) dan toleransi risiko (risk tolerance), dan menerapkan pengawasan
aktif dari Dewan Komisaris, Dewan Direksi dan manajemen senior bank
lainnya.
Bank perlu menetapkan tujuan strategis dan kode etik perusahaan yang
jelas, dan mengomunikasikan kebijakan tersebut kepada seluruh jajar
an organisasi di bank, dan memastikan bahwa seluruh jajaran organi
sasi sudah memahami tujuan yang ingin dicapai bank, dan mendukung
rencana tersebut. Bank yang tidak memiliki tujuan strategis akan me
nemui kesulitan dalam mengelola aktivitas secara baik akibat adanya
penggunaan sumber daya yang tidak fokus.
Dengan menetapkan dan menerapkan kode etik perusahaan, bank
akan mampu menjalankan bisnis sesuai dengan nilai yang sudah di
tetapkan secara jelas. Nilainilai perusahaan harus diterapkan di selu
ruh unit yang ada di bank termasuk Direksi. Sebagai contoh, larangan
melakukan korupsi dan praktik suap baik dalam lingkungan internal
maupun eksternal. Nilainilai tersebut harus mendorong terciptanya pe
laporan permasalahan secara tepat waktu. Nilainilai itu harus ditunjang
oleh kebijakan untuk mencegah situasi yang dapat memengaruhi ke
berhasilan pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik.
Kebijakan yang jelas akan memperkuat nilainilai bank dalam me
ngatasi situasi seperti ini. Direksi harus memastikan bahwa perusahaan
memiliki sistem dan proses untuk memonitor dan melaporkan kepatuh
an terhadap kebijakan tersebut.
Organisasi manajemen risiko wajib dibentuk pada level direksi dan pada
level komisaris yang disesuaikan dengan kompleksitas masingmasing
bank.
2) Komite Audit
Komite Audit mengawasi kualitas kerja audit internal dan ekster
nal, serta memastikan bahwa manajemen bank telah mengambil
tindakan perbaikan secara disiplin dan tepat waktu untuk mem
perbaiki kelemahan pengendalian, ketidakpatuhan terhadap ke
bijakan, hukum dan regulasi yang berlaku.
3) Komite Remunerasi
Komite remunerasi mengawasi pengaturan pemberian insentif
dan kompensasi bagi direksi, komisaris, dan pejabat eksekutif.
Selain itu, komite remunerasi juga wajib mengupayakan agar sis
tem remunerasi tidak mendorong perilaku pegawai untuk meng
abaikan risiko.
Dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik, selain peran aktif
dari Dewan Komisaris dan Direksi, bank juga memerlukan peran auditor
internal dan eksternal.
Untuk memastikan seluruh jajaran organisasi melaksanakan ke
www.facebook.com/indonesiapustaka
ERM menjadi dasar untuk mengukur kinerja bank sesuai risiko yang
diambil. Ukuran penilaian kinerja bank secara tradisional menggunakan
pencapaian laba bank atau ROE *Return on Equity). Dalam rangka ERM,
MANAJEMEN RISIKO 1
45 Latar Belakang Manajemen Risiko
Dengan nilai RORAC atau EVA, bank dapat mengetahui unit bisnis yang
paling memberikan nilai tambah bagi bank. Selain itu, apabila ditelusuri
lebih jauh, bank juga dapat mengidentifikasi produk atau jasa mana
yang paling banyak memberikan nilai tambah bagi bank. Selanjutnya
bank juga dapat merinci, daerah kerja mana yang memberikan nilai tam
bah paling besar bagi bank.
www.facebook.com/indonesiapustaka
3. Yang tidak termasuk dalam definisi risiko sesuai Peraturan Bank In
donesia adalah:
a. Risiko Pasar
b. Risiko Kredit
c. Risiko Bisnis
d. Risiko Reputasi
GAMBARAN UMUM
Regulasi perbankan terkait manajemen risiko memberikan informasi
mengenai ketentuan yang perlu dipatuhi oleh perbankan dalam melak
sanakan aktivitas perbankan. Kebutuhan Penyediaan Modal Minimum
(KPMM) merupakan ketentuan yang sentral pada industri perbankan,
dalam rangka memelihara kestabilan industri perbankan.
Peraturan perbankan di Indonesia, seperti juga perbankan pada ne
gara lainnya mengacu pada ketentuan yang ditetapkan oleh Basel Com
mittee, yang secara periodik mengeluarkan dan memperbaharui keten
tuan yang perlu dipahami oleh industri perbankan.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah selesai melakukan pembahasan pada bab ini, maka para pem
baca akan:
• Memahami fungsi utama modal pada perbankan.
• Memahami kerangka dasar dari Basel I, Basel II dan Basel III.
• Memahami peraturan Bank Indonesia khususnya menyangkut
manajemen risiko untuk Bank Umum.
www.facebook.com/indonesiapustaka
MANAJEMEN RISIKO 1
51 Regulasi Perbankan Terkait Manajemen Risiko
Apabila kredit bank yang macet bertambah lagi sehingga bank meng
alami kerugian lagi sebesar Rp 7 miliar, maka modal bank yang sebesar
Rp 5 miliar tidak akan mencukupi untuk menutup kerugian, sehingga
dana masyarakat yang tidak dapat dibayar bank sebesar Rp 2 miliar,
dan neraca bank akan menjadi sebagai berikut:
Neraca (Rp milyar)
Akva Passiva
Kredit 88 DPK 88
Modal -
Total Akva 88 Total Passiva 88
2.2.3.1 Pilar 1
tup risiko pasar hanya mencakup portofolio trading book, dengan cara
perhitungan tetap sama dengan Basel I Market Risk Amendment tahun
1996 (Basel 1.5).
2.2.3.2 Pilar 2
Pilar 2 dari Basel II berisi proses review dari pengawas bank atau regulator
atas metode pengukuran internal yang dilaksanakan oleh bank, untuk
menentukan kecukupan modal bank menutup risiko kredit, pasar, dan
operasional. Di samping itu, Pilar 2 juga mengatur risiko dan kebutuhan
modal yang tidak termasuk dalam pilar 1 seperti risiko suku bunga pada
portofolio banking book, risiko konsentrasi kredit, implementasi mana
jemen risiko bank atas pengelolaan risiko likuiditas, risiko reputasi dan
risiko lainnya, serta ketentuan mengenai pelaksanaan stress test agar
bank mempersiapkan diri untuk menghadapi kondisi krisis.
Review dari pengawas bank tersebut dimaksudkan agar bank lebih
fokus pada kebutuhan modal di atas kebutuhan minimal yang dibu
tuhkan sesuai dengan ketentuan Basel I, serta agar bank melakukan
tindakan awal yang diperlukan untuk mencegah agar modal bank tidak
jatuh di bawah kebutuhan minimal.
2.2.3.3 Pilar 3
1. Basel I
• Fokus pada pengukuran risiko kredit dan risiko pasar trading book.
• Pendekatan perhitungan kebutuhan modal untuk menutup risiko
kredit relatif sederhana, dan dinilai kurang sensitif terhadap risiko.
Sebagai contoh, bobot risiko untuk semua kredit komersial akan
sama walaupun mempunyai eksposur berbeda, dan mempunyai
kualitas kredit yang berbeda.
• Menggunakan satu ukuran untuk semua risiko yang dihadapi bank,
dan kebutuhan modal yang sama digunakan untuk berbagai jenis
dan ukuran bank.
2. Basel II
• Fokus diperluas menjadi risiko kredit, risiko pasar, dan risiko ope
rasional.
• Fokus pada metode internal pada pengukuran risiko, walau
pun tetap menyediakan metode perhitungan dengan metode
standar.
• Pendekatan internal memang lebih kompleks, namun memiliki
tingkat sensitivitas yang lebih tinggi terhadap risiko.
• Penggunaan metode internal bersifat fleksibel dan dilakukan se
suai dengan kebutuhan bank.
hingga lebih mencerminkan potensi risiko pasar pada saat terjadi krisis
keuangan global.
Selain itu, Basel juga menilai stress testing yang dilakukan bank se
lama ini dipandang belum memadai sehingga banyak bank mengalami
permasalahan dalam menghadapi kondisi krisis. Oleh karena itu, BCBS
memutuskan untuk memperbarui Basel II dalam sejumlah ketentuan
baru yang disebut dengan Basel II.5.
Pada Basel III, sistem tiga pilar pada Basel II tetap berlaku, ditambah de
ngan sejumlah peraturan baru yang pada umumnya untuk menghadapi
kondisi krisis.
Sebagai langkah perbaikan setelah terjadi krisis keuangan global ta
hun 2008, Basel III diterbitkan dengan fokus pada:
1) Perubahan pada permodalan, yaitu:
a. perubahan definisi modal yang lebih fokus pada modal inti
(core capital);
b. kewajiban menyediakan tambahan modal inti sebagai buffer
atau cadangan modal;
c. ketentuan baru mengenai Leverage Ratio;
2) Memperluas cakupan risiko pasar, yaitu mengubah/menambah
kan metode perhitungan kebutuhan modal untuk menutup risiko
pasar trading book secara internal, dan
3) Ketentuan mengenai pengendalian risiko likuiditas bank, yai
tu Liquidity Coverage Ratio (LCR) dan Net Stable Funding Ratio
(NSFR).
www.facebook.com/indonesiapustaka
kan tambahan modal sebagai buffer atau cadangan modal bank. Selan
jutnya, OJK akan menerbitkan ketentuan mengenai ketentuan Basel III
lainnya seperti leverage ratio, LCR dan NSFR.
Pada Basel II, yang dapat diperhitungkan sebagai modal bank pada per
hitungan KPMM adalah modal Tier 1, modal Tier 2 dan modal Tier 3, di
mana modal Tier 2 dapat digunakan maksimum 50% dari total modal Tier
1 dan Tier 2.
Pada Basel 3, Tier 3 tidak lagi diakui sebagai komponen modal, dan
modal Tier 2 menjadi maksimum 25% dari total modal Tier 1 dan Tier 2.
Dengan peraturan baru ini maka jumlah modal yang dapat diguna
kan pada umumnya lebih kecil apabila dibandingkan dengan jumlah
modal yang dapat digunakan pada Basel II.
Pada Basel II, Kebutuhan modal minimum adalah 8% dari ATMR. Pada
Basel III, bank diwajibkan menambah modal dengan modal Tier 1 yang
disebut dengan capital conservation buffer sebesar 2.5%, sehingga to
MANAJEMEN RISIKO 1
Regulasi Perbankan Terkait Manajemen Risiko
60
tal modal minimum menjadi 10.5%. Buffer ini diperlukan agar pada saat
terjadi krisis, bank diharapkan dapat bertahan sekitar 3 bulan. Sesuai
ketentuan Bank Indonesia, ketentuan ini hanya diberlakukan bagi bank
dengan modal diatas Rp 5 triliun.
Selain itu, pada saat kondisi ekonomi sedang dalam keadaan baik
dan kredit tumbuh pesat, bank diwajibkan menambah modal yang di
sebut: counter cyclical buffer dari modal tier 1 sebesar 0% 2.5% untuk
digunakan pada saat ekonomi sedang dalam kondisi buruk. Sesuai ke
tentuan Bank Indonesia, ketentuan ini diberlakukan bagi semua bank.
Sebagai tambahan, untuk bank yang ditetapkan sebagai bank sis
temik (DSIB: Domestic systemic Important banks), maka bank harus
menambah modal tier 1 sebesar 1% 2.5%.
Leverage Ratio merupakan rasio yang baru pada Basel III. Untuk me
nentukan Leverage Ratio, bank membagi modal Tier 1 dengan Jumlah
total aset bank baik on balance sheet maupun off balance sheet (tidak
diberikan bobot risiko). Leverage Ratio ditetapkan minimal 3%.
Liquidity ratio yang terdiri dari LCR (Liquidity Coverage Ratio), atau rasio
jangka pendek; dan NSFR (Net stable funding ratio) yang merupakan ca
dangan likuiditas Jangka panjang. Kedua rasio tersebut minimal 100%.
LCR adalah jumlah aset likuid dibagi dengan net cash out flow sela
ma 30 hari pada saat terjadi krisis. NSFR adalah jumlah dana yang di
www.facebook.com/indonesiapustaka
nilai stabil dibagi dengan kebutuhan dana stabil. Basel III memberikan
secara rinci definisi dari parameter yang digunakan pada formula LCR
dan NSFR.
MANAJEMEN RISIKO 1
61 Regulasi Perbankan Terkait Manajemen Risiko
4
BUKU adalah bank umum berdasarkan kegiatan usaha sesuai BI nomor 14/26/PBI/2012
MANAJEMEN RISIKO 1
63 Regulasi Perbankan Terkait Manajemen Risiko
5. Salah satu ketentuan yang diatur pada Basel III adalah bahwa bank
harus:
www.facebook.com/indonesiapustaka
3
RISIKO KREDIT
MANAJEMEN RISIKO 1
Risiko Kredit
66
GAMBARAN UMUM
Pada umumnya, bisnis kredit masih menjadi sumber utama pendapatan
bankbank di Indonesia. Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai ba
gaimana mengidentifikasi risiko kredit dan dilanjutkan dengan pengen
dalian risiko kredit mulai dari proses pencarian nasabah sampai dengan
kredit dilunasi. Dijelaskan bagaimana para analisis kredit mengelola ri
siko sesuai dengan peran mereka dalam mencapai tujuan bank sampai
dengan peran para petugas restrukturisasi kredit bermasalah.
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Dengan selesainya pembahasan bab ini, pembaca diharapkan:
• Memahami risiko kredit dan mengidentifikasi risiko tersebut.
• Memahami jenisjenis risiko kredit.
• Memahami berbagai kebijakan dan prosedur perkreditan.
• Memahami proses kredit dan peran berbagai fungsi bidang per
kreditan.
• Mengetahui peran rating kredit.
• Memahami langkahlangkah di dalam menganalisis pemberian kre
dit sesuai kaidah 5C dan analisis kredit sebagai salah satu langkah
pengelolaan risiko kredit.
• Memahami penyebab kredit bermasalah dan strategi penanganan
nya.
• Mengetahui ketentuan Basel tentang berbagai perhitungan ke
butuhan modal untuk menutup risiko kredit dengan pendekatan
standar.
www.facebook.com/indonesiapustaka
ini harus dibiayai dengan dana jangka panjang. Salah satu contoh ak
tiva lancar permanen adalah kebutuhan modal kerja berupa persediaan
minimum yang harus dipelihara agar proses produksi dapat berjalan
dengan lancar.
MANAJEMEN RISIKO 1
69 Risiko Kredit
Aktiva lancar yang bersifat fluktuatif adalah aktiva lancar dengan ke
butuhan yang naik turun sesuai dengan perkembangan permintaan. Ka
rena sifatnya yang fluktuatif dan bersifat jangka pendek, pembiayaan
dapat dilakukan dengan pinjaman jangka pendek misalnya pinjaman
rekening koran atau pembiayaan atas piutang.
Dalam memberikan pinjaman berdasarkan jenis aset dapat dilaku
kan dengan berbagai cara, antara lain:
untuk membiayai persediaan dan piutang pada suatu usaha toko besi,
yang kreditnya digunakan untuk membiayai persediaan besi dan ba
han bangunan, dan membiayai piutang dengan tingkat perputaran yang
wajar.
Sumber pengembalian pinjaman berasal dari tingkat penurunan
komponen pinjaman dari permanent current assets yang berasal dari
laba kumulatif yang diperoleh perusahaan dalam menjalankan usaha
nya. Sumber pelunasan lain yang dapat digunakan untuk menurunkan
tingkat pinjaman adalah yang berasal dari fresh money dari pemilik usa
ha, misalnya dengan tambahan penyetoran modal.
1. kredit investasi
Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang digunakan un
tuk keperluan investasi. Sebagai contoh, kredit ini digunakan untuk
www.facebook.com/indonesiapustaka
1. kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk meningkatkan volume usaha (penjualan)
atau produksi, dan menghasilkan arus kas untuk keuntungan pemilik
usaha, dan untuk membayar kewajiban kredit. Contoh: Kredit untuk
membuka usaha salon, kredit untuk usaha restoran dsb.
2. kredit konsumtif
Kredit yang digunakan untuk konsumsi dan tidak bersifat produktif. Se
bagai contoh, kredit pembelian mobil, kredit pegawai, kredit untuk mem
beli barang elektronik, kredit kepemilikan rumah, dsb.
www.facebook.com/indonesiapustaka
MANAJEMEN RISIKO 1
Risiko Kredit
72
2. Non-cash Loan
Adalah kredit yang tidak secara langsung ditarik dalam bentuk tunai,
tetapi di dalamnya telah terkandung adanya suatu kesanggupan untuk
www.facebook.com/indonesiapustaka
an kredit secara bersama antara unit bisnis dan risk management, tata
cara penarikan kredit dan sistem administrasi kredit, dan alat analisis
seperti sistem rating dan scoring, prosedur baku analisis kredit dan
analisis early warning signal (EWS).
SKMR memelihara portofolio kredit agar senantiasa terkendali dari
risiko konsentrasi pada sektor industri tertentu maupun konsentrasi
secara geografis, dan memantau perkembangan kualitas kredit dalam
portofolio sehingga dapat diambil langkah strategi perkreditan yang di
perlukan apabila terjadi permasalahan dalam kualitas kredit.
Analis kredit melakukan proses analisis kelayakan kredit, dengan
menggunakan data yang sudah dikumpulkan oleh bagian unit bisnis.
Pada proses menganalisis kelayakan kredit berdasarkan informasi
yang sudah diperoleh, kesalahan dapat terjadi apabila analisis kredit
tidak berpengalaman dalam melakukan analisis kredit secara baik,
atau melakukan fraud, bekerja sama dengan calon debitur agar dapat
meloloskan kredit dengan kualitas yang kurang baik. Dalam hal pro
ses menggunakan sistem rating internal, apabila model rating dibuat
dengan sumber data yang tidak akurat, maka keputusan berdasarkan
sistem rating tersebut juga menjadi tidak akurat.
Risiko kredit diukur dengan mengukur risiko inheren, yaitu risiko yang
melekat pada aktivitas perkreditan. Pengukuran risiko inheren kredit di
lakukan dengan menetapkan potensi kerugian akibat risiko kredit, yaitu
mengukur berapa besar kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pro
ses kredit, selanjutnya menetapkan dampak yang dapat ditimbulkan
apabila potensi risiko tersebut menjadi kenyataan.
www.facebook.com/indonesiapustaka
Credit risk rating atau sistem rating perkreditan adalah alat untuk meng
ukur klasifikasi kualitas debitur dilihat dari sisi risiko kredit.
Sistem credit risk rating atau pemeringkatan dapat didasarkan pada
analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil akhir dari proses pemeringkatan
ini merupakan peringkat rating yang dihasilkan dari pengolahan bebe
rapa parameter yang telah diberikan bobot tertentu. Rating dari nasa
bah merupakan indikasi kualitas dari nasabah tersebut.
Permasalahan utama yang dihadapi oleh bank adalah ketersediaan
data sebagai bahan yang diperlukan untuk melakukan analisis pemilih
an parameter rating, dan bobot dari parameter tersebut. Data keuangan
www.facebook.com/indonesiapustaka
Pengelolaan atau mitigasi risiko kredit dilakukan agar risiko kredit ti
dak melewati tingkat limit yang sudah ditetapkan sesuai dengan risk
appetite bank. Mitigasi risiko dilaksanakan dengan mengacu pada ke
bijakan perkreditan, sebagai dasar bank melakukan pengelolaan kredit.
Analisis kredit dilakukan untuk mengidentifikasi seluruh aspek ri
siko yang melekat pada setiap aktivitas fungsional yang berpotensi me
rugikan bank. Halhal yang perlu diperhatikan dalam melakukan anali
www.facebook.com/indonesiapustaka
5
Peraturan Bank Indonesia saat ini hanya mengatur perhitungan KPMM untuk menutup
risiko kredit dengan standar model, dan tidak menguraikan ketentuan mengenai sistem
rating internal.
MANAJEMEN RISIKO 1
Risiko Kredit
78
Delima Jaya. Hal itu tertuang dalam akta jaminan pribadi, dimana Akta
jaminan menentukan Wiyanta membayar utang CV Delima Jaya seke
tika dan sekaligus kepada UOB Buana tanpa syarat.
MANAJEMEN RISIKO 1
79 Risiko Kredit
operasi.
Sumber: http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol22979/bankuobbuana
ajukanpailitnasabahnya
MANAJEMEN RISIKO 1
Risiko Kredit
80
Kualitas kredit dapat dijaga apabila pada tahapan awal proses inisiasi
www.facebook.com/indonesiapustaka
Pemasaran kredit pada masa ini lebih baik dilakukan atas dasar target
nasabah, tidak hanya menunggu walk-in customer meminta kredit ke
bank. Kelebihan sistem target nasabah adalah membuat upaya pe
masaran produk kredit menjadi lebih terstruktur, dan dapat berpeluang
mendapatkan calon debitur yang lebih berkualitas. Selain itu, risiko kre
dit akan lebih mudah dilakukan mitigasi, potensi di wilayah kerja bank
dapat lebih tergarap dengan baik, dan bank dapat fokus pada sektor
usaha yang lebih menguntungkan bagi bank.
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam penetapan tar-
get market di masingmasing wilayah, antara lain kondisi wilayah se
tempat dengan karakteristik masingmasing dan kondisi persaingan.
usaha yang pada saat tertentu tidak menjadi prioritas bank, atau dise
but dengan negative list. Sebagai contoh, bank tidak berniat membiayai
kredit pada sektor pertambangan karena sektor tersebut sekarang se
dang mengalami tekanan harga jual yang rendah.
MANAJEMEN RISIKO 1
Risiko Kredit
82
rasio Leverage
Adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan meng
gunakan utang sebagai sumber modal (dana pihak luar). Rasio
ini juga menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari bank se
bagai kreditor. Bagi bank, semakin kecil Debt Equity Ratio (DER),
kondisi perusahaan semakin baik dengan risiko yang lebih kecil.
rasio Aktivitas
Adalah rasio yang menunjukkan kemampuan dan efektivitas ma
najemen dalam mengelola sumbersumber yang dimilikinya.
Penilaian perputaran dilakukan dengan menilai trend, dan
perbandingan dengan industri sejenis. Perputaran yang semakin
tinggi (atau jumlah hari yang lebih kecil) akan semakin baik bagi
perusahaan. Sebaliknya, perputaran piutang atau persediaan
www.facebook.com/indonesiapustaka
rasio Profitabilitas
Adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan men
cetak laba. Untuk pemegang saham, rasio ini menunjukkan ting
kat penghasilan yang menentukan tingkat pengembalian modal
yang ditanamkan pemegang saham dalam melakukan investasi.
Penilaian rasio profitabilitas dilakukan dengan melihat trend
dan perbandingan dengan industri sejenis.
Analisis Vertikal
Analisis ini juga dikenal dengan istilah Common Size Analysis
yaitu analisis laporan keuangan dalam satu periode tertentu de
ngan cara membandingbandingkan pos yang satu dengan pos
yang lainnya. Perbandingan tersebut dilakukan dengan meng
gunakan persentase dimana salah satu pos ditetapkan dengan
patokan 100%.
Pada neraca, analisis vertikal sering dikaitkan sebagai pro
sentase dari total aset. Pada rugi laba, komponen laba dan biaya
dibandingkan dengan nilai penjualan.
Analisis Horisontal
Analisis ini dilakukan dengan membandingkan pospos laporan
keuangan untuk dua periode atau lebih. Tujuan perbandingan
ini adalah untuk mengetahui perubahan dan tren dari waktu ke
waktu. Selain itu, analisis ini juga melihat tren perkembangan
masingmasing pos selama jangka waktu tertentu.
3.4.2.2 Prinsip 5C
a) Character
Character atau watak calon debitur merupakan faktor penting. Bank
secara rasional hanya ingin membina hubungan dengan debitur
yang dapat dipercaya. Sifat dan watak calon debitur dapat dilihat dari
latar belakang pekerjaan maupun pribadi, seperti gaya hidup dan ke
www.facebook.com/indonesiapustaka
b) Capacity
Analisis capacity bertujuan menilai kemampuan calon debitur dalam
membayar kewajiban. Kemampuan debitur tercermin dari kemam
puan menghasilkan arus kas dari usaha atau operating cash flow.
Usaha yang berhasil memenangkan persaingan akan mempunyai
peluang lebih baik untuk dapat menghasilkan arus kas yang lebih
besar.
Yang perlu diwaspadai dalam penilaian kemampuan membayar
debitur adalah pengalaman analisis dalam menentukan asumsi pro
www.facebook.com/indonesiapustaka
c) Capital
Analisis capital melihat aspek kecukupan permodalan debitur. Kon
disi keuangan akan sehat apabila jumlah modal dinilai cukup me
madai dibandingkan dengan jumlah pinjaman. Analisis capital ha
rus menganalisis persentase modal sendiri yang digunakan untuk
membiayai proyek. Bagi bank, semakin besar porsi modal, maka
kondisi keuangan nasabah akan semakin baik.
Yang perlu diwaspadai dalam penilaian kecukupan modal usa
ha debitur adalah pengalaman analisis dalam menentukan asumsi
proyeksi keuangan, baik asumsi pendapatan maupun asumsi bi
ayabiaya. Asumsi yang tidak cermat akan menghasilkan laba ope
rasional yang tidak akurat sehingga bank dapat salah dalam menilai
peningkatan modal yang berasal dari laba, dan kebijakan debitur
dalam menggunakan laba untuk ditanamkan kembali dalam usaha,
atau ditarik dalam bentuk dividen. Semakin lama pengalaman anali
sis, akan semakin baik kualitas analisis dalam menilai kemampuan
debitur dalam meningkatkan kemampuan permodalan.
d) Condition
Penilaian kredit juga dinilai berdasarkan kondisi ekonomi, sosial,
dan politik yang ada saat ini dan prediksi di masa mendatang. Kon
disi ekonomi dalam keadaan resesi kurang baik untuk usaha yang
memroduksi barang mewah, tapi relatif tidak menjadi masalah se
rius bagi usaha yang memproduksi kebutuhan pokok seperti far
www.facebook.com/indonesiapustaka
e) Collateral
Collateral atau agunan kredit merupakan jaminan yang diberikan
calon debitur baik berbentuk agunan di dalam proyek maupun agun
an di luar proyek. Agunan juga dapat berupa jaminan pelunasan dari
misalnya induk perusahaan.
Jaminan seharusnya melebihi jumlah kredit yang diberikan serta
harus diteliti aspek keabsahan dan dapat diikat secara legal.
Yang perlu diwaspadai dalam penilaian agunan adalah pe
ngalaman analisis dalam menentukan nilai agunan. Penilaian nilai
agunan yang tidak cermat akan menyebabkan kredit bank tidak ter
lindungi apabila suatu waktu terjadi permasalahan. Selain itu, perlu
diwaspadai juga potensi terjadi kolusi antara analisis dan debitur da
lam melakukan manipulasi nilai agunan yang sebenarnya. Semakin
lama pengalaman analisis, dan semakin tinggi integritas analisis,
maka kualitas penilaian agunan akan semakin baik.
Aplikasi 5C:
Pengajuan kredit harus dilengkapi analisis antara lain dengan 5C (cha-
www.facebook.com/indonesiapustaka
Sumber pelunasan kredit yang utama adalah arus kas atau cash flow
dari aktivitas usaha. Bank juga berkepentingan melihat adanya sumber
pelunasan lain sebagai cadangan atau sumber kedua apabila sumber
pelunasan utama kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan. Sumber
pelunasan lainnya: refinancing dari bank lain, atau melalui upaya likui
www.facebook.com/indonesiapustaka
jumlah pembiayaan harus dibiayai oleh debitur sendiri dari modal, dan
berapa bagian akan dibiayai dari kredit bank.
Semakin besar porsi kredit, untuk bank semakin mempunyai risiko
yang lebih tinggi. Seluruh biaya investasi dan modal kerja merupakan
MANAJEMEN RISIKO 1
91 Risiko Kredit
1. Hak tanggungan
Beberapa unsur pokok hak tanggungan, yaitu hak jaminan untuk pe
lunasan utang. Obyek hak tanggungan adalah hak atas tanah sesuai
UUPA (UndangUndang Pokok Agraria). Hak tanggungan dapat dibe
MANAJEMEN RISIKO 1
Risiko Kredit
92
2. Gadai
Gadai merupakan hak yang diperoleh seorang kreditur atas suatu
benda bergerak yang diserahkan oleh debitur, dan memberi kekua
saan kepada kreditur untuk mengambil benda tersebut, dan menjual
sebagai upaya pelunasan dari kewajiban debitur.
3. Fidusia
Fidusia merupakan bentuk lain bagi jaminan atas benda bergerak
selain gadai. Jaminan fidusia memberikan jaminan bagi penerima
fidusia (kreditur) apabila suatu saat debitur tidak dapat melaksana
kan semua kewajibannya maka kreditur mempunyai hak langsung
untuk menyita dan mengeksekusi obyek yang dijadikan agunan
(parate eksekusi).
Untuk menjamin kepastian hukum bagi kreditur, akta jaminan
fidusia harus dilakukan secara notarial. Setelah itu, permohonan
diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia oleh penerima fi
dusia, kuasa atau wakilnya kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia melalui kantor pendaftaran fidusia di
tempat kedudukan pemberi fidusia (debitur).
4. Cessie Piutang
Pada dasarnya cessie bukan merupakan lembaga jaminan. Dalam
www.facebook.com/indonesiapustaka
Penetapan suku bunga kredit (loan pricing) secara praktik terbaik dila
kukan dengan berdasarkan risiko (risk based pricing/RBP). Penetapan
bunga kredit atas dasar RBP mempertimbangkan unsur: (1) biaya dana
masyarakat; (2) biaya regulasi (GWM, LPS, OJK); (3) biaya overhead
baik untuk maksud penghimpunan dana maupun biaya proses kredit;
(4) biaya premi risiko; (5) biaya modal; dan (6) marjin keuntungan bank.
Terdapat dua jenis suku bunga kredit yang umumnya dapat diberikan
www.facebook.com/indonesiapustaka
1. Rescheduling
Suatu tindakan untuk memperpanjang jadwal cicilan pokok kredit.
Penjadwalan kembali dilakukan dengan memperpanjang jangka
waktu kredit atau jangka waktu angsuran kredit.
2. Reconditioning
Reconditioning merupakan metode penyehatan kredit, yaitu bank
melakukan perubahan beberapa persyaratan yang berlaku seperti
tercantum pada perjanjian kredit seperti:
• Kapitalisasi bunga, yaitu kewajiban dan tunggakan bunga dijadi
kan utang pokok.
• Penundaan pembayaran bunga sampai jangka waktu tertentu.
• Penurunan suku bunga kredit.
• Pembebasan tunggakan bunga dsb.
3. Restructuring
Merupakan tindakan bank kepada nasabah, antara lain dengan cara
memberikan kredit tambahan pada nasabah, dengan pertimbangan
misalnya nasabah memang membutuhkan tambahan dana agar da
pat mengatasi permasalahan, dan usaha yang dibiayai masih dinilai
layak untuk dilanjutkan.
4. kombinasi
Merupakan kombinasi dari upaya rescheduling, reconditioning, dan
www.facebook.com/indonesiapustaka
restructuring.
MANAJEMEN RISIKO 1
99 Risiko Kredit
5. Likuidasi jaminan
Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah su
dah benarbenar tidak mempunyai iktikad baik ataupun sudah tidak
mampu lagi untuk membayar semua kewajibannya.
Alternatif penyelamatan kredit dipilih yang paling memberikan
kerugian minimal bagi bank. Dengan kata lain yang memberikan NPV
maksimum bagi bank.
Tagihan bersih eksposur aset dalam neraca adalah nilai tercatat aset
ditambah dengan tagihan bunga yang belum diterima (jika ada) setelah
dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN).
3.6.2.1 Parameter
Dengan formula yang ditetapkan oleh BCBS atau regulator maka ke
butuhan modal dapat ditentukan.
4
RISIKO PASAR
MANAJEMEN RISIKO 1
Risiko Pasar
106
GAMBARAN UMUM
Risiko pasar adalah risiko perubahan harga pasar pada trading book
akibat perubahan faktor pasar, atau risiko pasar pada banking book se
perti perubahan NII (Net Interest Income) dan EVE (Economic Value of
Equity). Faktor pasar antara lain suku bunga dan nilai tukar. Bab ini
membahas mengenai posisi bank yang terekspos risiko pasar, bagai
mana melakukan identifikasi risiko pasar, dan mengukur risiko pasar
dan kebutuhan modal untuk menutup risiko pasar.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Dengan selesainya pembahasan bab ini, pembaca diharapkan:
• Memahami risiko pasar dan proses identifikasi risiko pasar.
• Memahami perbedaan trading book dan banking book.
• Memahami berbagai posisi trading book dan valuasi nilai pasar.
• Memahami langkahlangkah di dalam menghitung besarnya risiko
pasar dengan metode Value at Risk (VaR).
• Memahami proses stress testing dan penentuan skenario.
• Memahami pengendalian risiko pasar dan penentuan limit.
• Mengetahui ketentuan Basel tentang berbagai perhitungan kebutuh
an modal untuk menutup risiko pasar.
• Memahami risiko atas komponen banking book, rate sensitive
assets, dan rate sensitive liabilities.
• Mengetahui prinsip perhitungan repricing gap dan pengendalian ri
siko suku bunga.
• Dapat mengidentifikasi langkahlangkah dalam mengukur, menge
www.facebook.com/indonesiapustaka
Secara umum, jenis risiko pasar dapat dibagi menjadi empat kategori ri
siko pasar atau disebut juga dengan risiko pasar umum (general market
www.facebook.com/indonesiapustaka
risk), yaitu:
MANAJEMEN RISIKO 1
Risiko Pasar
108
Pada umumnya posisi trading book dapat dibagi menjadi posisi in
strument tunai (cash instrument) dan posisi derivatif (derivatif instru-
ment).
Posisi tunai terdiri dari surat berharga jangka pendek dan jangka pan
jang.
SPN adalah surat utang negara yang berjangka waktu sampai de
ngan 12 bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto, dengan
maksimal sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.
Produk derivatif adalah suatu produk dengan nilai tergantung dari pro
www.facebook.com/indonesiapustaka
Untuk mengukur besar risiko pasar trading book, perlu ditetapkan terle
www.facebook.com/indonesiapustaka
bih dahulu:
1) Nilai pasar dari posisi portofolio trading.
2) Sensitivitas dari nilai pasar portofolio trading terhadap perubahan
faktor pasar.
MANAJEMEN RISIKO 1
115 Risiko Pasar
3) Volatilitas dari nilai pasar yang dapat mempengaruhi nilai pasar dari
portofolio trading.
Sensitivitas dari posisi trading book adalah perubahan harga pasar dari
posisi trading book akibat perubahan satu satuan perubahan faktor pa
sar. Faktor pasar dari posisi valuta asing adalah nilai tukar yang berlaku
di pasar. Faktor pasar dari posisi obligasi adalah suku bunga pasar.
Sebagai contoh, apabila bank membeli valuta asing USD sebesar
USD 10 juta dengan nilai tukar Rp10.000 per USD = Rp100 miliar. Apa
bila nilai tukar USD melemah 1%, artinya nilai tukar USD/IDR sekarang
menjadi Rp9.900/USD atau Rp99 miliar maka kerugian posisi tersebut
adalah sebesar 1% atau Rp1 miliar. Jadi, apabila bank membeli USD se
nilai Rp1 miliar, apabila nilai tukar USD melemah 1% maka kerugian bank
adalah 1% x Rp100 miliar = Rp1 miliar.
Untuk posisi obligasi, penurunan harga obligasi akibat penurunan
suku bunga tidak dapat dihitung secara langsung seperti di atas, me
lainkan dengan menggunakan Modified Duration (MD). Apabila MD dari
suatu posisi obligasi = 5; apabila suku bunga naik sebesar 1 bp atau ba-
www.facebook.com/indonesiapustaka
sis point (1% = 100 bp) maka nilai pasar obligasi akan turun sebesar 5
bp. Sebagai contoh, suatu obligasi mempunyai nilai pasar Rp100 miliar;
obligasi tersebut mempunyai MD = 5. Apabila suku bunga pasar naik se
MANAJEMEN RISIKO 1
117 Risiko Pasar
besar 1 bp maka nilai pasar obligasi akan turun sebesar 5 bp atau turun
sebesar Rp10 juta.
Seluruh aktivitas dan posisi trading book yang mengandung risiko pa
sar dikendalikan dengan sistem limit. Limit risiko merupakan batasan
MANAJEMEN RISIKO 1
119 Risiko Pasar
Contoh:
Bank memperkirakan harga akan naik dari 1.2000 ke 1.3000.
Untuk memperoleh keuntungan, bank memutuskan membeli
(buy) sekarang di harga 1.2000 dengan harapan harga akan
naik sehingga nanti bisa menjual dengan harga yang lebih tinggi
dan mendapat keuntungan, tapi ternyata harga malah turun ke
1.1700.
Setelah melakukan analisis ulang, bank menyimpulkan bah
wa kemungkinan besar harga akan turun lebih jauh, yang dapat
mengakibatkan kerugian yang lebih besar lagi. Kemudian bank
memutuskan untuk melakukan tutup posisi (melikuidasi), yang
disebut cut loss atau stop loss, yang mengakibatkan kerugian
sebesar 300 point.
Ilustrasi Limit Cut-Loss (Limit Stop Loss):
Pada saat harga jatuh di bawah 100 maka bank akan melikui
dasi posisi untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
untuk seluruh jenis risiko pasar menjadi ekuivalen dengan ATMR (dika
likan dengan angka 12,5, yaitu 100/8). Selanjutnya, perhitungan KPMM
dengan memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar dilakukan de
ngan formula sebagai berikut:
(Tier 1 + Tier 2 + Tier 3) - penyertaan
KPMM = = min 8%
ATMR (risiko kredit) + 12.5 x modal risiko pasar
Modal bank dapat dilihat pada neraca dan dicatat pada nilai buku se
bagai nilai Aset dikurangi dengan liabilities. Nilai pasar dari modal dise
but dengan Economic Value of Equity (EVE), biasanya berbeda dengan
nilai buku. Perbedaan nilai buku dari modal dan nilai pasarnya dapat
dilihat dari PBV (Price to Book Value). Suatu bank (yang sudah tercatat
pada pasar modal) dengan PBV = 2, artinya mempunyai nilai pasar dua
kali nilai bukunya.
Risiko pasar pada posisi banking book adalah potensi kerugian dari
posisi banking book terutama akibat:
• Perubahan suku bunga pasar menimbulkan potensi risiko penu
runan pendapatan bunga bersih dan penurunan nilai ekonomis
dari modal. Perubahan nilai tukar dapat memicu potensi kerugian
akibat bank memiliki posisi terbuka dalam valuta asing, baik po
sisi long atau posisi short.
www.facebook.com/indonesiapustaka
Salah satu pendekatan untuk mengukur risiko suku bunga pada bank-
ing book adalah repricing gap. Repricing gap merupakan metode dasar
dan sederhana untuk menghitung perubahan pendapatan bunga ber
sih (net interest income – NII) terhadap perubahan suku bunga pasar.
NII dapat berubah karena pada neraca terdapat komponen aktiva yang
sensitif terhadap perubahan suku bunga pasar (Rate Sensitive Assets =
RSA); dan terdapat komponen pasiva yang sensitif terhadap perubahan
suku bunga pasar (Rate Sensitive Liabilities = RSL).
Repricing gap adalah selisih antara jumlah RSA dan RSL yang jatuh tem
po, atau bunga dapat berubah (reprice), dalam periode tertentu.
Gap positif berarti RSA lebih besar dari RSL pada periode repricing
www.facebook.com/indonesiapustaka
adalah akumulasi nilai gap pada periode tersebut dan periode sebelum
nya.
Gap yang dihasilkan dari perhitungan di atas apabila dikalikan de
ngan perubahan suku bunga yang diasumsikan, menghasilkan nilai
estimasi perubahan pendapatan suku bunga bersih, NII (net interest in-
come). Dampak dari risiko suku bunga terhadap aktivitas banking book
diukur dari penurunan pendapatan suku bunga bersih, NII.
Sebagai contoh sederhana, bank hanya memiliki satu aset KPR bu
nga tetap selama 5 tahun dengan baki debet Rp 100 miliar, dengan bu
nga 9%, satu posisi sumber dana pada sisi pasiva berupa dana pihak ke
tiga sebesar Rp 90 miliar dengan ratarata biaya bunga = 6%, dan modal
bank sebesar Rp 10 miliar sebagai berikut:
Assets Liabilities
KPR Fixed rate 5 tahun @ 9% 100 DPK, biaya bunga 6% 90
Modal 10
Total 100 100
Pada contoh ini, apabila bunga pasar naik 1% maka bunga pada posi
si KPR tidak dapat disesuaikan karena sifat bunga tetap selama 5 tahun.
Namun demikian, dana pihak ketiga karena bersifat floating, perlu dise
suaikan sesuai harga pasar, misalnya menjadi 7%.
Dengan demikian, NIM baru menjadi 9% 7% = 2%
Terlihat bahwa karena bank mempunyai repricing gap negatif maka
apabila bunga pasar naik, NIM akan menurun dari 3% menjadi 2%.
www.facebook.com/indonesiapustaka
MANAJEMEN RISIKO 1
Risiko Pasar
130
Pada unsur neraca dapat dihitung satu atribut yang disebut dengan mo-
dified duration (MD). MD merupakan sensitivitas dari nilai pasar posisi
aktiva pasiva terhadap perubahan satu satuan suku bunga pasar. Se
bagai contoh, apabila posisi KPR mempunyai MD = 5 maka apabila bu
nga pasar naik 1%, nilai pasar dari KPR akan turun kurang lebih sebesar
5%. Apabila posisi dana pihak ketiga mempunyai MD = 2 maka apabila
bunga pasar naik 1%, nilai pasar dari KPR akan turun kurang lebih sebe
sar 2%.
Dengan demikian, apabila suku bunga pasar naik 1%, maka nilai pa
sar KPR akan turun 5% atau Rp 5 miliar sehingga nilai pasar KPR menjadi
Rp 95 miliar. Demikian juga nilai DPK akan turun 2% atau Rp. 1,8 miliar
sehingga nilai pasar KPR menjadi Rp88,2 miliar.
Neraca bank akan menjadi sebagai berikut:
Assets Liabilities
KPR fixed rate 5 tahun @ 9%; MD = 5 95 DPK, biaya bunga 6%, MD = 2 88,2
Modal 6,8
Total 95 95,0
Berikut ini beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh bank untuk
mengurangi risiko.
4.3.3.3 Hedging
2. Produk KPR dengan bunga tetap selama 5 tahun sesuai pada kon
disi:
a. Bunga pasar akan naik
b. Bunga pasar akan turun
c. Bunga pasar akan stabil
d. Bunga pasar akan naik lalu turun
5. Apabila diketahui suku bunga pasar akan naik, dan posisi repricing
gap bank dalam kondisi negatif maka langkah yang sebaiknya diam
bil bank adalah:
a. Tidak perlu melakukan langkah apa pun.
b. Mempromosikan KPR fixed rate jangka panjang 5 tahun.
c. Mempromosikan deposit rate jangka panjang dengan hadiah.
d. Mempromosikan deposit rate jangka pendek dengan hadiah.
www.facebook.com/indonesiapustaka
www.facebook.com/indonesiapustaka
5
RISIKO
LIKUIDITAS
MANAJEMEN RISIKO 1
Risiko Likuiditas
136
1.
Rasio ini mengukur besar aset likuid dibandingkan dengan total aset
bank.
Aset likuid primer adalah aset sangat likuid yang terdiri dari kas,
surat berharga Bank Indonesia, obligasi pemerintah jangka pendek
dan likuid.
Aset likuid sekunder adalah aset yang kurang likuid seperti:
• obligasi pemerintah kategori AFS jangka panjang 1 – 5 tahun
dan likuid, atau kategori HTM jangka pendek dibawah satu ta
hun.
• obligasi pemerintah kategori trading dengan jangka waktu le
bih dari 5 tahun, dengan haircut 25%.
2.
3.
www.facebook.com/indonesiapustaka
Pendanaan non inti adalah pendanaan yang dinilai tidak stabil se
perti: dana relatif besar di atas Rp2 miliar, transaksi antarbank, dan
pinjaman dari bank lain.
MANAJEMEN RISIKO 1
Risiko Likuiditas
138
4.
5.
6.
peroleh dari beberapa sumber, yaitu neraca akunting, data proyeksi li
kuiditas dari unit bisnis berikut perkiraan pendapatan, dan biaya bunga.
Liquidity gap positif berarti jumlah aset lebih besar dari kewajiban
pada periode maturity tersebut. Liquidity gap negatif berarti kewajiban
MANAJEMEN RISIKO 1
139 Risiko Likuiditas
lebih besar dari aset pada periode maturity tersebut. Gap negatif adalah
keadaan yang menimbulkan risiko bagi bank dan membutuhkan penge
lolaan lebih lanjut.
Gap kumulatif adalah akumulasi nilai gap pada periode tersebut dan
periode sebelumnya.
Contoh:
Tabel Liquidity Gap Bank ABC (dalam miliar rupiah)
03
Maturity Buckets 36 bulan 69 bulan 912 bulan >1 tahun totAL
bulan
Kas dan setara 50 50
Penempatan
200 200
antarbank
Kredit Komersial 200 200 200 200 200 1.000
Kredit Konsumer 200 200 200 200 200 1.000
SBI/SUN 1.000 1.000
Aktiva tetap 750 750
Total Aset 1.650 400 400 400 1.150 4.000
03
Maturity buckets 36 bulan 69 bulan 912 bulan >1 tahun TOTAL
bulan
Tabungan 800 800
Giro 500 500
Deposito
1200 300 1500
Berjangka
Pinjaman
300 300
antarbank
Obligasi yang
300 300
diterbitkan
Modal 600 600
Total Kewajiban 2800 300 0 0 900 4000
Gap (1150) 100 400 400 250
Gap Kumulatif (1150) (1050) (650) (250) 0
www.facebook.com/indonesiapustaka
Dari tabel di atas terlihat terjadi risiko likuiditas yang sangat besar
pada periode 03 bulan ke depan, sebesar Rp1,15 triliun.
MANAJEMEN RISIKO 1
Risiko Likuiditas
140
a. Dana stabil
b. Dana tidak stabil
c. Sumber dana yang baik untuk keperluan perkreditan
d. Dana murah
MANAJEMEN RISIKO 1
141 Risiko Likuiditas
3. Pada suatu periode, apabila jumlah aset lebih besar dari posisi pa
siva maka dari sisi pengukuran risiko likuiditas, kondisi ini disebut
dengan:
a. Liquidity gap positif
b. Liquidity gap negatif
c. Gap kumulatif positif
d. Bank kekurangan likuiditas
6
RISIKO
OPERASIONAL
MANAJEMEN RISIKO 1
Risiko Operasional
144
GAMBARAN UMUM
Risiko operasional dihadapi oleh semua bank dan menjadi akar penye
bab potensi risiko lainnya seperti risiko kredit dan risiko pasar. Oleh ka
rena itu, sangat penting untuk mengetahui faktor penyebab risiko ope
rasional sehingga bank dapat membuat rencana kerja untuk mengelola
risiko tersebut. Kerugian yang timbul akibat risiko operasional yang
sudah diperkirakan pada umumnya dibebankan dalam proses pricing
aktiva produktif, sedangkan potensi kerugian akibat risiko operasional
yang belum diperhitungkan (unexpected loss) harus dicover dengan
modal. Basel menetapkan beberapa cara yang dapat dipergunakan
bank dalam menghitung kebutuhan modal untuk mengantisipasi risiko
operasional.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Dengan selesainya pembahasan bab ini, pembaca diharapkan:
• Mengetahui apa yang dimaksud dengan risiko operasional.
• Mengetahui berbagai penyebab risiko operasional.
• Mengetahui karakteristik risiko operasional.
• Memahami proses manajemen risiko operasional: identifikasi, peni
laian (assessment), pengukuran, monitoring/mitigasi dan pengen
dalian.
• Mengenal perangkat pengendalian risiko operasional dengan RCSA,
LED dan KRI.
• Pengenalan metode perhitungan kebutuhan modal risiko operasio
nal bank dengan pendekatan indikator dasar (PID), dan mengetahui
www.facebook.com/indonesiapustaka
sikorisiko lainnya. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh beberapa kecen
derungan seperti:
• Peningkatan perhatian dan kesadaran para kepala unit kerja ter
hadap berbagai isu risiko operasional.
• Bank sudah mengembangkan berbagai pendekatan untuk miti
gasi risiko operasional.
• Perhatian bank yang semakin besar untuk mengarahkan ke
mampuan mitigasi profil risiko bank sebagai upaya peningkatan
daya saing.
• Tekanan regulasi agar bank mengalokasikan sebagian modal un
tuk menutup kerugian risiko operasional. Tekanan ini mendorong
bank untuk mengalokasikan sumber daya yang ada secara efi
sien dan efektif.
Beberapa alasan yang relevan bahwa bank saat ini sudah menerap
kan manajemen risiko yang lebih komprehensif antara lain adalah:
• Bank dituntut menerapkan manajemen risiko operasional yang
lebih sensitif terhadap risiko. Dengan demikian, bank mampu
secara dini mendeteksi berbagai risiko operasional yang berpo
tensi menimbulkan kerugian.
• Regulator menuntut bank mengelola risiko operasional bank dari
waktu ke waktu secara proaktif.
• Para pemegang saham bank berekspektasi agar bank mampu
meningkatkan nilai secara kontinyu. Untuk ini, bank dituntut
mampu mengelola risiko operasional dengan baik.
frekuensi rendah atau jarang terjadi, namun dampak kerugian dari risiko
operasional tersebut tinggi atau yang sering disebut risiko operasional
kategori low frequency - high impact. Kelompok high frequency – high
impact untuk bank-wide tidak mungkin terjadi, karena tidak ada bank
yang akan bertahan apabila sering mengalami kejadian terkait risiko
operasional, dan memberikan dampak yang besar. Adapun untuk risiko
operasional yang jarang terjadi dan berdampak rendah, biaya penge
lolaan akan lebih tinggi dibandingkan dengan penghematan yang akan
dihasilkan.
Identifikasi risiko operasional perlu dilakukan untuk setiap produk,
aktivitas, proses, dan sistem yang ada dan akan digunakan bank.
• Identifikasi dimulai dari memahami bagaimana proses bisnis di
lakukan, berdasarkan proses pemetaan proses operasional uta
ma dari bisnis tersebut (mapping process).
• Selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap faktor penyebab tim
bulnya risiko operasional yang melekat pada seluruh aktivitas
fungsional, produk, proses dan sistem informasi yang berdam
pak negatif terhadap pencapaian sasaran organisasi bank.
• Manajemen dan kontrol proses operasional yang tepat di setiap
proses utama tersebut akan dapat mengendalikan dan mengu
rangi terjadinya risiko operasional.
6.1.2 deinisi
Sesuai definisi BCBS, risiko operasional adalah risiko yang terjadi akibat
kesalahan faktor manusia, kegagalan atau tidak berfungsinya sistem,
kesalahan dalam prosedur kerja, dan akibat faktor eksternal, yang se
muanya merupakan penyebab terjadinya event risiko operasional.
Meskipun bank cenderung memiliki kontrol yang kecil atau bahkan ti
dak mampu mengontrol sama sekali terhadap kejadian eksternal, keja
dian eksternal tetap perlu dikelola.
Risiko operasional yang disebabkan oleh faktor eksternal dapat
terjadi karena perubahan perundangundangan yang tidak terduga, se
perti perubahan undangundang hak konsumen. Contoh lain adanya an
camanancaman fisik, seperti perampokan bank, serangan teroris, dan
bencana alam. Contoh, efek serangan teroris 11 September 2001 yang
menimpa Bank of New York.
Kejadian eksternal lainnya yang menyebabkan risiko operasional
dengan dampak luar biasa adalah kejadian tsunami di Aceh pada 26 De
sember 2004 dan gempa bumi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta,
khususnya di Bantul dan sekitarnya pada 27 Mei 2006.
Mengingat bank memiliki kemampuan kecil untuk mengelola kejadi
an eksternal atau bahkan sama sekali tidak mampu mengelola kejadian
eksternal tersebut maka satusatunya tindakan yang dapat dilakukan
bank adalah dengan memperkuat infrastruktur dan kesiapan sumber
daya manusia yang dimiliki untuk meminimalisasi dampak kerugian
risiko operasional. Untuk ini bank perlu mengembangkan Manajemen
Kelangsungan Usaha (Business Continuity Management).
www.facebook.com/indonesiapustaka
MANAJEMEN RISIKO 1
155 Risiko Operasional
risiko operasional
Prioritas mengatasi risiko atas risiko di atas dapat dilihat pada heat
map sebagai berikut (warna hijau [garis horizontal] adalah daerah
aman, warna merah [garis vertical] daerah prioritas):
Almost
certain
5
Likely
4
Likelihood (frekwensi)
Possible
3
Unikely
2
Rare
4
Likelihood (frekwensi)
Possible
3
Unikely
2
www.facebook.com/indonesiapustaka
Rare
baikan situasi. Dengan demikian, potensi risiko yang ada memang harus
diterima sebagai konsekuensi bank dalam memanfaatkan kesempatan
bisnis. Namun, bukan berarti risk acceptance adalah strategi “do-
nothing”. Kontrol yang ketat harus dijalankan apabila risk acceptance
akan diterapkan.
Sebagai contoh, suatu bank menempatkan server sistem informasi
di basement dengan alasan efisiensi ruangan. Dengan kebijakan ini, ri
siko banjir atau over heating tidak dapat dihindari. Dalam hal ini, kontrol
terhadap suhu ruangan dan antisipasi kemungkinan terjadinya banjir
harus dilaksanakan dengan ketat.
fasilitas back up, seperti genset atau alternatif operator jaringan teleko
munikasi.
MANAJEMEN RISIKO 1
161 Risiko Operasional
dimana: K PID =
[ ∑ GI 1....n *α ]
n
GI = Gross Income yang positif selama 3 (tiga) tahun terakhir.
n = Jumlah tahun yang memiliki gross income yang positif.
α = 15% (ditetapkan oleh Basel sesuai kebutuhan modal pada
skala industri).
KPID = beban modal risiko operasional menggunakan PID.
Contoh:
Bank menghitung ATMR untuk risiko operasional selama bulan Januari
dan Februari 2011 berdasarkan pendapatan bruto tahun 2008, 2009,
dan 2010 (unaudited). Pada awal Maret 2011, Laporan keuangan 2010
yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) telah disampaikan
kepada bank.
Berdasarkan laporan tersebut bank menghitung ATMR untuk risiko
operasional bulan Maret 2011 berdasarkan pendapatan bruto tahun
2008, 2009, dan 2010 (audited).
Apabila dalam menghitung ratarata pendapatan bruto selama tiga
tahun terakhir terdapat satu atau dua tahun bank mengalami penda
patan bruto negatif atau nihil, maka untuk perhitungan ratarata penda
patan bruto tahunan, bank harus mengeluarkan nilai pendapatan bruto
negatif tersebut dari pembilang dan penyebut pada saat menghitung
ratarata pendapatan bruto.
Bagi bank yang baru berdiri atau bank hasil merger atau konsolidasi
maka bank tidak diwajibkan untuk menghitung ATMR untuk risiko ope
rasional sampai dengan akhir bulan Desember tahun pendiriannya atau
tahun bank dimaksud melakukan merger atau konsolidasi. Untuk tahun
berikutnya, bank wajib menghitung beban modal untuk risiko operasio
www.facebook.com/indonesiapustaka
Contoh:
Beberapa bank melakukan merger menjadi Bank C yang efektif berope
rasi sejak 15 April 2010. Pada akhir Desember 2010 total pendapatan
bruto Bank C sebesar Rp750 juta. Berdasarkan pengaturan di atas, Bank
C tidak diwajibkan untuk menghitung ATMR untuk risiko operasional
sampai dengan akhir tahun pendiriannya (2010). Selama 2011, sejak
bulan Januari 2011 Bank A menghitung ATMR untuk risiko operasional
sebagai berikut.
ATMR risiko operasional = 12,5 x beban modal risiko operasional
= 12,5 x [15%x{750x12/9}]
= Rp.1.875 juta
Pendekatan PSA memberikan hasil yang lebih detail dari pada PID. Re
gulator menentukan delapan standar lini bisnis. Gross Income dibagi
sesuai delapan lini bisnis tersebut. Kebutuhan modal minimum harus
dihitung berdasarkan suatu persentase tetap dari gross income setiap
lini bisnis. Persentase tersebut ditentukan oleh Basel (regulator) dan
berbeda bagi lini bisnis tergantung dari eksposur risiko operasional su
atu lini bisnis. Basel Committee menyebut persentase setiap lini bisnis
sebagai faktor Beta (β) yang berkisar dari 12% sampai 18%.
www.facebook.com/indonesiapustaka
MANAJEMEN RISIKO 1
Risiko Operasional
168
Bank dianjurkan untuk menggunakan cara yang lebih baik atas da
sar profil risiko dari bank dan kemampuan melaksanakan manajemen
risiko dari bank.
Untuk modul level 1 hanya akan dibahas perhitungan modal dengan
BIA atau PID.
www.facebook.com/indonesiapustaka
MANAJEMEN RISIKO 1
169 Risiko Operasional
5. Pada 2011, bank UBS mengalami kerugian besar akibat ulah seorang
trader yang melakukan fraud, sehingga dia dapat melakukan trans
aksi fiktif tanpa diketahui oleh pihak bank dalam jangka waktu lama.
Penyebab terjadinya risiko operasional seperti ini tergolong dalam:
a. Faktor manusia dan kegagalan prosedur
b. Faktor manusia dan faktor eksternal
c. Faktor kegagalan prosedur dan faktor eksternal
d. Faktor manusia dan kegagalan sistem
www.facebook.com/indonesiapustaka
www.facebook.com/indonesiapustaka
LAMPIRAN
MANAJEMEN RISIKO 1
Lampiran
172
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/8/PBI/2003 TEN
TANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/
PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum
www.facebook.com/indonesiapustaka
Pasal 1
Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:
1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Un
dangUndang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan seba
gaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 10 Tahun
1998, termasuk kantor cabang bank asing, dan Bank Umum
Syariah sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor
21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
2. Bank Umum Konvensional adalah Bank Umum Konvensional
sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 21 Ta
hun 2008 tentang Perbankan Syariah.
3. Bank Umum Syariah adalah Bank Umum Syariah sebagaimana
dimaksud dalam UndangUndang Nomor 21 Tahun 2008 ten
tang Perbankan Syariah.
4. Risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peris
tiwa (events) tertentu.
5. Manajemen Risiko adalah serangkaian metodologi dan prose
dur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, me
mantau, dan mengendalikan Risiko yang timbul dari seluruh
kegiatan usaha Bank.
6. Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau
pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank.
7. Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening ad
ministratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan se
cara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk Risiko perubah
an harga option.
8. Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank
untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber
pendanaan arus kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi
www.facebook.com/indonesiapustaka
Pasal 2
(1) Bank wajib menerapkan Manajemen Risiko secara efektif,
www.facebook.com/indonesiapustaka
Pasal 4
Pasal 20
(1) Bank wajib memiliki kebijakan dan prosedur secara tertulis un
tuk mengelola risiko yang melekat pada produk atau aktivitas
baru Bank.
(2) Kebijakan dan prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling kurang mencakup:
a. sistem dan prosedur (standard operating procedures) dan
kewenangan dalam pengelolaan produk atau aktivitas baru;
b. identifikasi seluruh Risiko yang melekat pada produk atau
aktivitas baru baik yang terkait dengan Bank maupun nasa
bah;
c. masa uji coba metode pengukuran dan pemantauan Risiko
terhadap produk atau aktivitas baru;
d. sistem informasi akuntansi untuk produk atau aktivitas
baru;
e. analisa aspek hukum untuk produk atau aktivitas baru; dan
f. transparansi informasi kepada nasabah.
(3) Produk atau aktivitas Bank merupakan suatu produk baru atau
aktivitas baru apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. tidak pernah diterbitkan atau dilakukan sebelumnya oleh
Bank; atau
b. telah diterbitkan atau dilaksanakan sebelumnya oleh Bank
namun dilakukan pengembangan yang mengubah atau
meningkatkan eksposur Risiko tertentu pada Bank.
Pasal 20 A
www.facebook.com/indonesiapustaka
Pasal 21
Bank wajib menerapkan transparansi informasi produk atau aktivi
tas Bank kepada nasabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
ayat (2) huruf f, baik secara tertulis maupun lisan.
Pasal 24
(1) Bank wajib menyampaikan laporan profil Risiko kepada Bank
Indonesia.
(2) Laporan profil Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang disampaikan oleh satuan kerja Manajemen Risiko, wa
jib memuat substansi yang sama dengan laporan profil Risiko
yang disampaikan oleh satuan kerja Manajemen Risiko kepada
Direktur Utama dan Komite Manajemen Risiko.
(3) Laporan profil Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di
sampaikan secara triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni,
September, dan Desember.
(4) Laporan profil Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan paling lambat 15 (lima belas) hari kerja setelah
akhir bulan laporan.
(5) Dalam hal diperlukan, Bank Indonesia dapat meminta Bank me
nyampaikan laporan profil Risiko sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diluar jangka waktu yang ditetapkan.
Pasal 25
(1) Bank wajib menyampaikan laporan produk atau aktivitas baru
kepada Bank Indonesia, yang terdiri dari:
MANAJEMEN RISIKO 1
Lampiran
180
Pasal 26
(1) Bank wajib menyampaikan laporan lain kepada Bank Indonesia
selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, dalam hal terda
pat kondisi yang berpotensi menimbulkan kerugian yang signi
fikan terhadap kondisi keuangan Bank.
(2) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia laporan lain
yang terkait dengan penerapan Manajemen Risiko dan/atau
terkait dengan penerbitan produk atau pelaksanaan aktivitas
tertentu secara berkala atau sewaktuwaktu apabila diperlukan.
(3) Format dan tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diatur tersendiri dalam Surat Edaran.
Pasal 29
Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24,
Pasal 25, dan Pasal 26 wajib disampaikan kepada Bank Indonesia
dengan alamat:
a. Direktorat Pengawasan Bank terkait, Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta
10350 bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor
Pusat Bank Indonesia.
b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor pu
sat di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia.
Pasal 33
www.facebook.com/indonesiapustaka
Pasal 34
Bank yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana ditetapkan
dalam Peraturan Bank Indonesia ini dan ketentuan pelaksanaan
terkait lainnya dapat dikenakan sanksi administratif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 Undangundang Nomor 7 Tahun 1992 ten
tang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undangundang
Nomor 10 Tahun 1998 dan Pasal 58 Undangundang Nomor 21 Ta
hun 2008 tentang Perbankan Syariah, antara lain berupa:
a. teguran tertulis;
b. penurunan tingkat kesehatan Bank;
c. pembekuan kegiatan usaha tertentu;
d. pencantuman anggota pengurus, pegawai Bank, dan/atau pe
megang saham dalam daftar pihakpihak yang mendapat predi
kat tidak lulus dalam penilaian kemampuan dan kepatutan atau
dalam catatan administrasi Bank Indonesia sebagaimana diatur
dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku; dan/atau
e. pemberhentian pengurus Bank.
Pasal 35
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan Manajemen Risiko
bagi Bank diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.
(2) Dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini, Bank wajib
menyesuaikan pedoman operasional yang terkait dengan pe
nerapan Manajemen Risiko.
(3) Pengaturan mengenai Manajemen Risiko untuk seluruh Risiko
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dan penetapan
penilaian peringkat Risiko bagi Bank Umum Konvensional yang
www.facebook.com/indonesiapustaka
Pasal 35A
(1) Ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 20, Pasal 21, Pasal
25, dan Pasal 26 ayat (2) dan ayat (3) tidak berlaku bagi Bank
Umum Syariah.
(2) Dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini, pengaturan
dalam ketentuan pelaksanaan yang terkait dengan Manajemen
Risiko yang bertentangan dengan pengaturan dalam Peraturan
Bank Indonesia ini dinyatakan tidak berlaku dan wajib mengi
kuti pengaturan dalam Peraturan Bank Indonesia ini.
Pasal II
Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
www.facebook.com/indonesiapustaka
MANAJEMEN RISIKO 1
185 Lampiran
MIRANDA S. GOELTOM
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Juli 2009
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
ANDI MATTALATTA
SURAT EDARAN
Kepada
SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL
DI INDONESIA
Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal 25 Ok
www.facebook.com/indonesiapustaka
tober 2011.
MANAJEMEN RISIKO 1
193 Lampiran
BANK INDONESIA,
MuLiAMAn d. HAdAd
DEPUTI GUBERNUR
www.facebook.com/indonesiapustaka
MANAJEMEN RISIKO 1
Lampiran
194
normal;
b) penyempurnaan proses Manajemen Risiko secara
berkala maupun bersifat insidentil sebagai akibat
dari suatu perubahan kondisi eksternal dan internal
MANAJEMEN RISIKO 1
201 Lampiran
yang tepat;
c) tersedianya sistem yang dapat menghasilkan data
Risiko pada seluruh posisi Bank;
MANAJEMEN RISIKO 1
Lampiran
212
kontinjensi.
c. Risiko Kredit dapat meningkat karena terkonsentrasinya
penyediaan dana, antara lain pada debitur, wilayah geo
MANAJEMEN RISIKO 1
221 Lampiran
akan datang.
f) Kebijakan Bank memuat pula faktor yang perlu di
perhatikan dalam proses persetujuan kredit, antara
lain:
MANAJEMEN RISIKO 1
225 Lampiran
B. RISIKO PASAR
1. Definisi
a. Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan reke
ning administratif termasuk transaksi derivatif, akibat pe
rubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk
Risiko perubahan harga option.
b. Risiko Pasar meliputi antara lain Risiko suku bunga, Ri
siko nilai tukar, Risiko ekuitas, dan Risiko komoditas. Ri
siko suku bunga, Risiko nilai tukar, dan Risiko komoditas
dapat berasal baik dari posisi trading book maupun posisi
banking book. Sedangkan Risiko ekuitas berasal dari po
sisi trading book.
c. Penerapan Manajemen Risiko untuk Risiko ekuitas dan ko
moditas hanya wajib diterapkan oleh Bank yang melaku
kan konsolidasi dengan Perusahaan Anak.
www.facebook.com/indonesiapustaka
2. Tujuan
Tujuan utama Manajemen Risiko untuk Risiko Pasar adalah
untuk meminimalkan kemungkinan dampak negatif akibat
perubahan kondisi pasar terhadap aset dan permodalan
Bank.
3. Penerapan Manajemen Risiko
Penerapan Manajemen Risiko untuk Risiko Pasar bagi Bank
secara individual maupun bagi Bank secara konsolidasi de
ngan Perusahaan Anak paling kurang mencakup:
a. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi
Dalam melakukan penerapan Manajemen Risiko melalui
pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi untuk Ri
siko Pasar, maka selain melaksanakan pengawasan aktif
sebagaimana dimaksud dalam butir I.A, Bank perlu me
nambahkan penerapan beberapa hal dalam tiap aspek
pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi, sebagai
berikut:
1) Kewenangan dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris
dan Direksi
a) Wewenang dan tanggung jawab Direksi, paling ku
rang meliputi:
(1) memastikan bahwa dalam kebijakan dan pro
sedur mengenai Manajemen Risiko untuk Ri
siko Pasar telah mencakup untuk aktivitas tra-
ding baik harian, jangka menengah, maupun
jangka panjang. Tanggung jawab ini termasuk
memastikan kejelasan wewenang dan tang
gung jawab pengelolaan Risiko Pasar, kecu
kupan sistem untuk mengukur Risiko Pasar,
www.facebook.com/indonesiapustaka
4) Limit
a) Bank harus memastikan konsistensi antara ber
bagai jenis limit yang berbeda.
b) Penetapan limit dapat ditetapkan secara berjenjang
atas setiap level organisasi Bank, misalnya limit se
cara keseluruhan, limit portofolio, dan limit dealer.
c) Bank dapat menetapkan limit sebagai trigger inter
nal untuk antisipasi pencapaian maksimum limit,
seperti menetapkan limit internal Posisi Devisa
Neto (PDN) dalam rangka mencegah terjadinya pe
lampauan batasan yang ditetapkan oleh ketentuan
yang berlaku terutama dalam hal seluruh limit in
ternal yang ditetapkan telah digunakan.
c. Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, dan Pe
ngendalian Risiko, serta Sistem Informasi Manajemen Ri
siko Pasar
Dalam melakukan penerapan Manajemen Risiko melalui
proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pe
ngendalian Risiko, serta sistem informasi Manajemen Ri
siko untuk Risiko Pasar, maka selain melaksanakan pro
ses sebagaimana dimaksud dalam butir I.C, Bank perlu
menambahkan penerapan beberapa hal dalam tiap pro
ses dimaksud, sebagai berikut:
1) Identifikasi Risiko Pasar
Bank harus memiliki proses identifikasi Risiko yang
disesuaikan dengan Risiko Pasar yang melekat pada
aktivitas bisnis Bank yang meliputi Risiko suku bunga,
nilai tukar, ekuitas, dan komoditas. Khusus untuk Risi
ko suku bunga pada banking book (Interest Rate Risk
www.facebook.com/indonesiapustaka
konsisten.
f) Bank harus mendokumentasikan data dengan baik
dan terinformasi mengenai permasalahan terkait
dengan data, antara lain data tidak lengkap, infor
MANAJEMEN RISIKO 1
243 Lampiran
C. RISIKO LIKUIDITAS
1. Definisi
a. Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan
Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari
sumber pendanaan arus kas dan/ atau dari aset likuid ber
kualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu
aktivitas dan kondisi keuangan Bank.
b. Ketidakmampuan memperoleh sumber pendanaan arus
kas sehingga menimbulkan Risiko Likuiditas dapat dise
babkan antara lain oleh:
1) ketidakmampuan menghasilkan arus kas yang berasal
dari aset produktif maupun yang berasal dari penjual
an aset termasuk aset likuid; dan/atau
2) ketidakmampuan menghasilkan arus kas yang berasal
dari penghimpunan dana, transaksi antar Bank, dan
pinjaman yang diterima.
2. Tujuan
Tujuan utama Manajemen Risiko untuk Risiko Likuiditas ada
lah untuk meminimalkan kemungkinan ketidakmampuan
Bank dalam memperoleh sumber pendanaan arus kas.
3. Penerapan Manajemen Risiko
Penerapan Manajemen Risiko untuk Risiko Likuiditas bagi
Bank secara individual maupun bagi Bank secara konsolidasi
dengan Perusahaan Anak paling kurang mencakup:
a. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi
Dalam melakukan penerapan Manajemen Risiko melalui
pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi untuk Ri
siko Likuiditas, maka selain melaksanakan pengawasan
aktif sebagaimana dimaksud dalam butir I.A, perlu me
www.facebook.com/indonesiapustaka
b) Strategi Pendanaan
(1) Strategi pendanaan mencakup strategi diver
sifikasi sumber dan jangka waktu pendanaan
yang dikaitkan dengan karakteristik dan ren
cana bisnis Bank.
(2) Bank harus mengidentifikasi dan memantau
faktorfaktor utama yang mempengaruhi ke
mampuannya untuk memperoleh dana, ter
masuk mengidentifikasi dan memantau alter
natif sumber pendanaan serta akses pasar
yang dapat memperkuat kapasitasnya untuk
bertahan pada kondisi krisis.
c) Pengelolaan Posisi Likuiditas dan Risiko Likuditas
Harian
(1) Pengelolaan secara aktif atas posisi likuiditas
dan Risiko Likuiditas harian bertujuan untuk
memenuhi kewajiban setiap saat sepanjang
hari (intrahari) secara tepat waktu baik pada
kondisi normal maupun kondisi krisis dengan
memprioritaskan kewajiban yang kritikal.
(2) Bank harus menganalisis perubahan posisi li
kuiditas yang terjadi akibat pembayaran dan/
atau penerimaan dana sepanjang hari. Analisis
perubahan posisi likuiditas dilakukan antara
lain berdasarkan proyeksi arus kas yang harus
disusun setiap hari baik dalam rupiah maupun
valuta asing yang paling kurang mencakup
proyeksi untuk jangka waktu satu minggu
yang akan datang dan disajikan secara hari
www.facebook.com/indonesiapustaka
Likuiditas.
3) Kaji ulang independen yang dilakukan oleh SKMR an
tara lain mencakup:
MANAJEMEN RISIKO 1
Lampiran
266
D. RISIKO OPERASIONAL
1. Definisi
a. Risiko Operasional adalah Risiko akibat ketidakcukupan
dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan
manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian
kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank.
b. Risiko Operasional dapat bersumber antara lain dari Sum
ber Daya Manusia (SDM), proses internal, sistem dan in
frastruktur, serta kejadian eksternal.
c. Sumbersumber Risiko tersebut di atas dapat menye
babkan kejadiankejadian yang berdampak negatif pada
operasional Bank sehingga kemunculan dari jenisjenis
kejadian Risiko Operasional merupakan salah satu ukuran
keberhasilan atau kegagalan Manajemen Risiko untuk
Risiko Operasional. Adapun jenisjenis kejadian Risiko
www.facebook.com/indonesiapustaka
volume transaksi;
(3) Desain dan implementasi dari sistem dan pro
ses yang digunakan;
MANAJEMEN RISIKO 1
275 Lampiran
transaksi.
f) Bank harus melakukan kaji ulang secara berkala
terhadap prosedur, dokumentasi, sistem pemrose
san data, rencana kontijensi, dan praktek operasio
MANAJEMEN RISIKO 1
277 Lampiran
E. RISIKO HUKUM
1. Definisi
a. Risiko Hukum adalah Risiko akibat tuntutan hukum dan/
atau kelemahan aspek yuridis.
b. Risiko Hukum dapat bersumber antara lain dari kelemah
an aspek yuridis yang disebabkan oleh lemahnya perikat
an yang dilakukan oleh Bank, ketiadaan dan/atau peruba
han peraturan perundangundangan yang menyebabkan
suatu transaksi yang telah dilakukan Bank menjadi tidak
sesuai dengan ketentuan yang akan ada, dan proses liti
gasi baik yang timbul dari gugatan pihak ketiga terhadap
Bank maupun Bank terhadap pihak ketiga.
2. Tujuan Tujuan utama Manajemen Risiko untuk Risiko Hukum
adalah untuk memastikan bahwa proses Manajemen Risiko
dapat meminimalkan kemungkinan dampak negatif dari ke
lemahan aspek yuridis, ketiadaan dan/atau perubahan per
aturan perundangundangan, dan proses litigasi.
3. Penerapan Manajemen Risiko Penerapan Manajemen Risiko
untuk Risiko Hukum bagi Bank secara individual maupun bagi
Bank secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak paling ku
rang mencakup:
a. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi
Dalam melakukan penerapan Manajemen Risiko mela
lui pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi untuk
Risiko Hukum, maka selain melaksanakan pengawasan
aktif sebagaimana dimaksud dalam butir I.A, Bank perlu
menambahkan penerapan beberapa hal dalam tiap aspek
pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi, sebagai
berikut:
www.facebook.com/indonesiapustaka
F. RISIKO STRATEJIK
1. Definisi
a. Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan da
lam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan
stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubah
an lingkungan bisnis.
b. Risiko Stratejik dapat bersumber antara lain dari kelemah
an dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan
dalam perumusan strategi, sistem informasi manajemen
yang kurang memadai, hasil analisa lingkungan internal
dan eksternal yang kurang memadai, penetapan tujuan
stratejik yang terlalu agresif, ketidaktepatan dalam imple
mentasi stategi, dan kegagalan mengantisipasi peruba
han lingkungan bisnis.
2. Tujuan
Tujuan utama Manajemen Risiko untuk Risiko Stratejik adalah
untuk memastikan bahwa proses Manajemen Risiko dapat
meminimalkan kemungkinan dampak negatif dari ketidak
tepatan pengambilan keputusan stratejik dan kegagalan da
lam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
www.facebook.com/indonesiapustaka
G. RISIKO KEPATUHAN
1. Definisi
a. Risiko Kepatuhan adalah Risiko akibat Bank tidak mema
tuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang
undangan dan ketentuan yang berlaku.
b. Risiko Kepatuhan dapat bersumber antara lain dari peri
laku hukum yakni perilaku/aktivitas Bank yang menyim
pang atau melanggar dari ketentuan atau peraturan per
undangundangan yang berlaku dan perilaku organisasi
yakni perilaku/aktivitas Bank yang menyimpang atau ber
tentangan dari standar yang berlaku secara umum.
2. Tujuan
Tujuan utama Manajemen Risiko untuk Risiko Kepatuhan
adalah untuk memastikan bahwa proses Manajemen Risiko
dapat meminimalkan kemungkinan dampak negatif dari pe
rilaku Bank yang menyimpang atau melanggar standar yang
www.facebook.com/indonesiapustaka
H. RISIKO REPUTASI
1. Definisi
a. Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan pemangku kepentingan (stakeholder) yang
bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank.
b. Risiko Reputasi dapat bersumber dari berbagai aktivitas
bisnis Bank sebagai berikut:
1) kejadiankejadian yang telah merugikan reputasi
Bank, misalnya pemberitaan negatif di media massa,
pelanggaran etika bisnis, dan keluhan nasabah; atau
2) halhal lain yang dapat menyebabkan Risiko Reputasi,
misalnya kelemahankelemahan pada tata kelola, bu
daya perusahaan, dan praktik bisnis Bank.
2. Tujuan Tujuan utama Manajemen Risiko untuk Risiko Reputa
si adalah untuk mengantisipasi dan meminimalkan dampak
kerugian dari Risiko Reputasi Bank.
3. Penerapan Manajemen Risiko Penerapan Manajemen Risiko
untuk Risiko Reputasi bagi Bank secara individual maupun
bagi Bank secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak paling
kurang mencakup:
a. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi
Dalam melakukan penerapan Manajemen Risiko melalui
pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi untuk Ri
siko Reputasi, maka selain melaksanakan pengawasan
aktif sebagaimana dimaksud dalam butir I.A, Bank perlu
menambahkan penerapan beberapa hal dalam tiap aspek
pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi, sebagai
berikut:
1) Kewenangan dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris
www.facebook.com/indonesiapustaka
dan Direksi
a) Dewan Komisaris dan Direksi harus memberikan
perhatian terhadap pelaksanaan Manajemen Risiko
MANAJEMEN RISIKO 1
299 Lampiran
MULIAMAN D. HADAD
www.facebook.com/indonesiapustaka
MANAJEMEN RISIKO 1
Glosarium
306
GLOSARIUM
Asset Protection Lending adalah kredit usaha yang diajukan untuk me
lindungi kas agar tidak terkikis oleh perkembangan usaha Anda sendiri.
Available For Sale (AFS) adalah penyertaan dengan kriteria metode pe
nyertaan diukur pada nilai wajar melalui ekuitas, tujuan penyertaan da
lam rangka restrukturisasi dan lainnya, golongan emiten selain perusa
haan asuransi, dan bagian penyertaan kurang dari 50 %
Banking book adalah posisi seluruh neraca diluar Trading book, terma
suk posisi yang disimpan sampai jatuh tempo (investment account)
dan posisi tersedia untuk dijual (Available For Sale/AFS)
derung besar. PID cocok digunakan oleh bankbank yang lebih kecil
dengan aktivitas bisnis yang sederhana. Untuk bankbank yang aktif
secara internasional, dan bankbank yang memiliki risiko operasional
tinggi didorong untuk menggunakan pendekatan yang lebih mendekati
risiko sebenarnya
Batas Maksimum Pemberian kredit (BMPk) atau legal leading limit ya
itu batas maksimum penyediaan dana yang diperkenankan untuk dila
kukan oleh bank kepada peminjam atau kelompok peminjam tertentu.
pada bank penerbit pada tanggal jatuh tempo. Diterbitkan dengan sis
tem diskonto atau bunga diterima di muka pada saat penempatannya.
CoSt oF goodS SoLd ( CogS) adalah harga pokok barang yang dijual
(Harga Pokok Penjualan)
dana Pihak ketiga (dPk) adalah dana yang diperoleh oleh bank yang
berasal dari masyarakat. Dana pihak ketiga tersebut berupa Giro (De
mand Deposit) dan Deposito (Time Deposit).
early Warning Signals (eWS) adalah suatu mekanisme atau sistem de
teksi atau pengenalan terhadap tandatanda atau gejala awal yang di
perkirakan dapat mempengaruhi perkembangan atas maju mundurnya
suatu perusahaan. Tujuan dilakukan EWS adalah untuk memberikan
tanda atau peringatan atas kondisi berbagai hal, yang dapat berdampak
pada kelancaran perusahaan.
expected Loss (eL) adalah taksiran kerugian atau kerugian yang di
www.facebook.com/indonesiapustaka
Fto (Fine tune operation) adalah transaksi dalam rangka OPT (Operasi
Pasar Terbuka) yang dilakukan Bank Indonesia sewaktuwaktu jika di
perlukan untuk mempengaruhi likuiditas perbankan secara jangka pen
dek pada waktu, jumlah dan harga transaksi yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
Fte (Fine tune ekspansi) adalah kegiatan operasi pasar terbuka (OPT)
dalam rangka penambahan likuiditas perbankan secara jangka pendek.
Ftk (Fine tune kontraksi) adalah kegiatan operasi pasar terbuka (OPT)
dalam rangka penyerapan/pengurangan likuiditas perbankan secara
jangka pendek.
good Corporate governance (gCg) adalah suatu tata kelola Bank yang
menerapkan prinsipprinsip keterbukaan (transparancy), akuntabilitas
www.facebook.com/indonesiapustaka
gWM (giro Wajib Minimum) adalah jumlah dana minimum yang wajib
dipelihara oleh Bank yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia se
besar persentase tertentu dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Bank wajib me
menuhi GWM dalam rupiah. Bank Devisa selain wajib memenuhi keten
tuan GWM dalam Rupiah juga wajib memenuhi GWM dalam valuta asing.
interest rate Swap (irS) adalah kontrak antara 2 pihak untuk mem
pertukarkan hak atas dana yang memiliki tingkat bunga atau dasar per
hitungan bunga yang berbeda, dalam jumlah pokok dana yang sama,
waktu yang disepakati, dan balas jasa (swap income) yang disepakati,
yang dipertukarkan adalah hak, sehingga tidak mengakibatkan ‘liqui
dity notional amount’, jadi tergolong sebagai ‘interest rate derivatives‘
jiBor (jakarta inter Bank offered rate) adalah suku bunga indikasi
penawaran dalam transaksi PUAB di Indonesia yang berasal dari kon
tributor JIBOR. (1) Bank Indonesia menetapkan Data JIBOR berdasar
www.facebook.com/indonesiapustaka
kan data suku bunga penawaran pada setiap Hari Kerja pada tanggal
laporan. (2) Bank Indonesia menetapkan BankBank Pelapor yang da
tanya digunakan dalam perhitungan data JIBOR. (3) Penetapan Bank
MANAJEMEN RISIKO 1
315 Glosarium
Loss given default (Lgd) adalah besarnya tingkat kerugian yang diaki
batkan kegagalan debitur memenuhi kewajiban, yang dapat diukur ber
dasarkan beberapa pendekatan, antara lain Expected Recoveries, Colla
teral Shortfall, dan Loss on Disposal. Lihat juga → Expected Loss (EL).
kualitas Aktiva Produktif (kAP) adalah earnings asset quality yaitu to
lok ukur untuk menilai tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana
yang ditanamkan dalam aktiva produktif (pokok termasuk bunga) ber
dasarkan kriteria tertentu; di Indonesia, kualitas aktiva produktif dinilai
berdasarkan tingkat ketertagihannya, yaitu lancar, dalam perhatian
www.facebook.com/indonesiapustaka
key risk indicator, juga dikenal sebagai kri, adalah ukuran yang di
gunakan dalam manajemen untuk menunjukkan bagaimana berisiko
kegiatan ini. Ini berbeda dari Key Performance Indicator (KPI) di bahwa
yang terakhir ini dimaksudkan sebagai ukuran seberapa baik sesuatu
yang sedang dilakukan sementara mantan merupakan indikator ke
mungkinan dampak buruk di masa depan. KRI memberikan peringatan
dini untuk mengidentifikasi kejadian potensial yang dapat membahaya
kan kelangsungan kegiatan/proyek.
Letter of credit, atau sering disingkat menjadi L/C, LC, atau LOC, adalah
sebuah cara pembayaran internasional yang memungkinkan eksportir
menerima pembayaran tanpa menunggu berita dari luar negeri sete
lah barang dan berkas dokumen dikirimkan keluar negeri (kepada pe
mesan).
www.facebook.com/indonesiapustaka
LCr atau Liquidity Coverage ratio adalah ketentuan Basel III agar bank
mempersiapkan aset likuid untuk menghadapi kebutuhan likuiditas
pada saat terjadi krisis.
Loan to deposit ratio adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang
diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank.
London interbank offered rate atau lebih dikenal juga dengan singkat
an LiBor adalah kurs referensi harian dari suku bunga yang ditawar
kan dalam pemberian pinjaman tanpa jaminan oleh suatu bank kepada
bank lainnya di pasar uang London (atau pasar uang antar bank).
rugi pada setiap akhir hari perdagangan untuk setiap posisi kontrak aki
bat dari fluktuasi harga.
net interest Margin /Marjin bunga bersih (niM) adalah ukuran perbe
daan antara bunga pendapatan yang dihasilkan oleh bank atau lem
baga keuangan lain dan nilai bunga yang dibayarkan kepada pemberi
pinjaman mereka (misalnya, deposito), relatif terhadap jumlah mereka
(bunga produktif) aset. Hal ini mirip dengan margin kotor perusahaan
nonfinansial.
net Present Value (nPV)/Nilai Tunai sekarang netto) adalah aliran man
faat dan biaya masa depan yang dikonversi menjadi nilai setara hari ini.
Hal ini dilakukan dengan menentukan nilai finansial untuk manfaat dan
biaya, mendiskontokan manfaat dan biaya masa depan dengan meng
gunakan tingkat diskonto yang sesuai, dan mengurangi jumlah total bia
ya yang didiskontokan dari jumlah total manfaat yang didiskonto.
net Stable Funding ratio (nSFr) adalah suatu jumlah minimum pen
danaan yang stabil yang didasarkan karakteristik dari aset institusi ke
uangan dan aktivitas pada horizon satu tahun.
sifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi sebagaimana yang disyarat
kan dalam SAK lainnya.
MANAJEMEN RISIKO 1
319 Glosarium