Anda di halaman 1dari 1

Lembah-lembah IMM

IMM yang berupakan gerakan eksponen dari muhammadiyah sudah sejatinya memberikan
sumbangsih terhadap perkembangan serta kondisi yang terjadi di lingkungan kampus bahkan
tidak dapat menutup kemungkinan, keluar dapat (delimit) yang termanivestasi dalam ghirah
islamiah, Yaitu gerakan muhammadiyah.
Pada perkembangannya torehan dedikasi terhadap agama dan Negara tidak perlu di
sangsikan lagi, mulai dari awal berdirinya hingga tulisan ini di publikasikan gerakan ini
masih eksis di kancah local maupun nasional (meski gaungnya kurang kentara), bahkan
merambah pada limitas manca Negara (tapi masih diragukan).
Kalau kita kembali mengingat background berdirinya IMM sangatlah cukup membanggakan
kita sebagai kader muhammadiyah khususnya mahasiswa yang berideologi gerakan
muhammadiyah, pasalnya, pada saat itu mahasiswa muhammadiyah tidak memiliki wadah
tersendiri yang berorientasi pada gerakan. Sehingga kader-kader muhammadiyah tadi
bergabung dengan HMI. Bisa dikatakan orientasi gerakan tersebut kurang kompatable dengan
kemuhammadiyahan, dengan adanya kesadaran inilah para founding father IMM mulai
memikirkan suatu gerakan khsus kader muhammadiyah agar mahasiswa muhammadiyah
terakomodasi dengan maksimal, serta klop dengan ideology gerakan muhammadiyah.

Deskripsi Singkat Kesalahan Berbahasa


Pada alenia pertama kata muhammadiyah seharusnya kapitalisasi, karena menurut EYD
(Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan) huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
semua unsur nagara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Kata Muhammadiyah yang dimaksud penulis adalah nama lembaga atau organisasi Islam
yang ada di Indonesia. Masih pada alenia pertama, kata ghirah seharusnya ditulis dengan
huruf miring, kerena menurut EYD pemakaian huruf miring digunakan pada ungkapan ilmiah
atau ungkapan asing. Kata ghiran yang dmaksud penulis, adalah kata dari bahasa arab yang
artnya semangat.
Pada alenia kedua, penulisan di sangsikan dan di publikasikan, seharusnya tidak demikian
melainkan penulisannya harus digabung atau dirangkai, karena kata di yang dimaksud penulis
bukanah kata depan tetapi kata turunan atau imbuhan, jadi penulisanya harus serangkai
dengan yang mengikutinya. Begitupun dengan kata manca Negara seharusnya juga dirangkai.
Pada alenia ketiga, banyak terdapat pengulangan subjek jadi kalimatnya menjadi kurang
efektif. Padahal satu dari beberapa syarat kalimat efektif adalah meninggalkan pengulangan
subjek. Dalam hal ini penulis sering mengulang kata muhammadiya. Kata background dan
founding father seharusnya ditulis dengan huruf miring.
Selain kesalahan di atas ada beberapa kesalahan yang sangat substantive sehubungan dengan
pembahasan dari bab sebelumnya. Yaitu cara penyusunan kaliamat dangan pola ekspossisi.
Penulis bermaksud memaparkan dengan eksposisi akan tetapi karangan tersebut lebih
mendekati karangan argumentasi karena lebih menekankan subjektifitas penulis.

Anda mungkin juga menyukai