Gladys Kurniawan; H. Sjazili S. Muhibat, drg., MS; Gilang Yubiliana, drg., M.Kes
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
Jl. Sekeloa Selatan I, Bandung, Jawa Barat, Indonesia 40132
Diterima 2 Agustus 2012. Disetujui 31 Juli 2012. Alamat Korespondensi: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran (Gladys Kurniawan - gladyskurniawan@gmail.com; H. Sjazili S. Muhibat, drg., MS -
drgsjazili@yahoo.com; Gilang Yubiliana, drg., M.Kes - gilang.drg@unpad.ac.id)
Singkatan: SMA: Sekolah Menengah Atas, RSGM FKG Unpad: Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas
Kedokteran Gigi Unpad.
ABSTRAK
Perilaku berperan penting dalam menentukan status kesehatan gigi dan mulut seseorang.
Pembentukan perilaku seseorang diawali dari individu tahu terlebih dahulu mengenai
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sehingga menghasilkan pengetahuan baru, kemudian
dilanjutkan dengan munculnya respon dalam bentuk sikap, dan diakhiri dengan tindakan.
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan perilaku
masyarakat Kelurahan Lebakgede, Kecamatan Coblong, Kota Bandung.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan teknik survei dengan
metode Cross-Sectional. Sampel diambil dengan cara Multi-Stage Random Sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 65 orang berusia 15-49 tahun.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa masyarakat Kelurahan Lebakgede, Kecamatan
Coblong, Kota Bandung memiliki pengetahuan yang baik sebesar 78,5%, sikap yang baik
sebesar 98,5%, tindakan yang baik sebesar 72,3%, dan perilaku yang baik sebesar 90,8%
terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
Simpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, tindakan, dan perilaku
masyarakat Kelurahan Lebakgede, Kecamatan Coblong, Kota Bandung terhadap
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah baik.
Kata kunci: pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, pengetahuan, perilaku, sikap, tindakan
Gladys Kurniawan: Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
ABSTRACT
Behavior has an important role to determine the status of oral health. To form a
behavior, we should have knowledge followed by a response in the attitude and ended by an
action towards it. The aim of this study was to determine the society’s knowledge, attitude,
and action to form society’s behavior towards the maintenance of oral health in Lebakgede
Village Coblong Sub District, Bandung.
This study was a descriptive study with approach a Cross-Sectional method and survey
technique. The samples were taken by Multi-Stage Cluster Random Sampling with a sample
size of 65 people between 15 and 49 years old.
The result shows that society’s knowledge was 78,5%, attitude was 98,5%, action was
72,3%, and behavior towards the maintenance of oral health in Lebakgede Village Coblong
Sub District, Bandung was 90,8%.
Concluding that all society’s knowledge, attitude, action, and behavior towards the
maintenance of oral health in Lebakgede Village Coblong Sub District, Bandung was good.
PENDAHULUAN
Kesehatan untuk menunjang kesejahteraan hidup seseorang berkaitan dengan
keseluruhan anggota tubuh manusia, dari ujung rambut sampai ujung kaki, termasuk gigi dan
rongga mulut. Namun, seringkali kesehatan gigi dan rongga mulut menjadi hal yang dianak-
tirikan oleh masyarakat Indonesia dibandingkan dengan kesehatan bagian tubuh lainnya.
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2011 yang dilakukan oleh Departemen
Kesehatan RI menyatakan bahwa penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi
keenam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia, seperti karies dan penyakit periodontal
(Departemen Kesehatan, 2011). The World Oral Health Report pada tahun 2003 menyatakan
bahwa Indonesia menempati peringkat keempat penyakit termahal dalam pengobatan
(Petersen, 2003). Dalam kurung waktu 5 tahun, 1999-2004, ditemukan hampir 95% rakyat
Indonesia mengalami penyakit gigi dan mulut, khususnya karies gigi, penyakit gusi
(periodontitis), maloklusi, dan kanker mulut. Ironisnya, setiap tahun insidensi penyakit gigi
dan mulut ini tidak membaik, bahkan terus meningkat (Moeis, 2004).
Beberapa penelitian menemukan bahwa tingginya insidensi penyakit gigi dan mulut di
Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah kurangnya kesadaran,
kepedulian, dan motivasi yang dilatarbelakangi oleh rendahnya pengetahuan masyarakat
Gladys Kurniawan: Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
mengenai kesehatan gigi dan rendahnya tingkat hidup masyarakat di Indonesia (Eriwati and
Etsuro, 2007).
Permasalahan yang sudah dijabarkan di atas membuat peneliti merasa tertarik untuk
melakukan suatu bentuk penelitian untuk melihat gambaran perilaku masyarakat Indonesia
dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Perilaku yang terdiri dari tiga domain, yaitu
pengetahuan, sikap, dan tindakan, dapat menentukan bagaimanakah status kesehatan
seseorang. Kebiasaan perilaku yang sehat akan memberi pengaruh positif pada kesehatannya,
sedangkan sebaliknya kebiasaan yang salah cenderung memberi dampak negatif. Akibatnya,
individu mudah terserang penyakit.
Peneliti memilih penelitian pada masyarakat Kelurahan Lebakgede, Kecamatan
Coblong, Kota Bandung dengan alasan akses lokasi penelitian yang cukup mudah dan
berdekatan dengan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran (RSGM FKG Unpad). Diharapkan masyarakat pada lokasi tersebut memiliki
pemahaman yang lebih mengenai kesehatan gigi dan mulut.
TEORI
Menurut Henrik L. Blum (1974), ada empat faktor yang mempengaruhi status kesehatan
umum ataupun kesehatan gigi dan mulut seseorang, yaitu lingkungan (45%), perilaku (30%),
pelayanan kesehatan (20%), dan keturunan (5%) (Notoatmodjo, 2003). Keempat faktor
tersebut berhubungan langsung dan saling berpengaruh antara satu dengan yang lainnya.
Status kesehatan seseorang akan menjadi optimal apabila keempat unsur tersebut terpenuhi
semua (Notoamodjo, 2007). Melalui Teori Blum, perilaku dan lingkungan merupakan faktor
yang sangat besar dalam mendukung derajat kesehatan manusia.
Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang atau individu yang berasal dari luar
maupun dari dalam dirinya, sedangkan perilaku kesehatan menurut Skinner merupakan suatu
respon seseorang terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan (Sarwono, 1993;
Notoatmodjo, 2007). Respon ini dapat bersifat pasif dan aktif. Respon aktif memiliki tindakan
yang dapat diamati langsung oleh pihak luar, sedangkan respon pasif tidak memiliki tindakan
yang dapat diaamati langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). Respon pasif dapat juga
disebut dengan internal activities seperti persepsi, emosi, pikiran, dan motivasi (Efendi dan
Makhfudli, 2009). Terdapat beberapa determinan atau faktor dalam pembentukan suatu
perilaku. Salah satu determinan paling dominan adalah lingkungan sebagai determinan
eksternal (Notoatmodjo, 2007).
Gladys Kurniawan: Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pembentukan perilaku diawali dari adanya domain kognitif dimana individu tahu
terlebih dahulu terhadap stimulus berupa obyek sehingga menimbulkan pengetahuan baru
terhadap individu, dilanjutkan domain afektif yaitu timbul respon batin dalam bentuk sikap
dari individu terhadap obyek yang diketahuinya, berakhir pada domain psikomotor yaitu
obyek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya yang akhirnya menimbulkan respon
berupa tindakan (Sunaryo, 2004). Berdasarkan proses tersebut, perilaku manusia terbagi
menjadi tiga domain, yaitu pengetahuan atau kognitif, sikap atau afektif, dan tindakan atau
psikomotor (Notoatmodjo, 2007). Perilaku dapat diukur dengan memisahkan ketiga domain
secara sendiri-sendiri, lalu dilakukan pengukuran terhadap masing-masingnya. Hasil akhir
perilaku dapat diperoleh dengan mengakumulasikan hasil dari ketiganya.
Gambar 1 Rumus Jumlah Skor Domain Gambar 2 Rumus Jumlah Skor Perilaku
Perilaku
Terdapat beberapa tahapan untuk membentuk perilaku. Tahapan tersebut diawali dari
domain kognitif yaitu individu tahu terlebih dahulu terhadap stimulus berupa obyek sehingga
menimbulkan pengetahuan baru terhadap individu, kemudian dilanjutkan dengan domain
afektif, yaitu timbulnya respon batin dalam bentuk sikap dari individu terhadap obyek yang
diketahuinya, dan berakhir pada domain psikomotor yaitu obyek yang telah diketahui dan
disadari sepenuhnya yang akhirnya menimbulkan respon berupa tindakan.
Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang benar mengenai sikat gigi yang
baik untuk digunakan, yaitu sebanyak 63 orang (96,92%). Selain itu sebagi besar dari
responden memiliki pengetahuan yang salah mengenai minimal menggosok gigi dalam sehari,
yaitu 24 orang (36,92%). Secara keseluruhan, mayoritas responden memiliki pengetahuan
yang baik mengenai kesehatan gigi dan mulut, yakni sebanyak 51 orang (78,5%), memiliki
pengetahuan cukup sebanyak 12 orang (18,4%) dan memiliki pengetahuan kurang sebanyak 2
orang (3,1%).
swasta yang ada di Kelurahan Lebakgede. Melalui pendidikan, seseorang dapat memperoleh
informasi dengan cepat dan tingkat pendidikan juga menentukan mudah tidaknya seseorang
memahami pengetahuan yang diperolehnya. Sumber informasi juga akan mempengaruhi
bertambahnya pengetahuan seseorang terhadap suatu hal, sehingga informasi yang
diperolehnya dapat diadopsi secara keseluruhan atau hanya sebagian (Nurhayati, 2010).
Sebagian besar dari responden menyatakan sangat setuju (nilai 5) terhadap pentingnya
menjaga kesehatan badan, yaitu sebanyak 57 orang (87,7%). Sangat sedikit responden yang
menyatakan sangat tidak setuju (nilai 1) terhadap pernyataan perlunya menggosok gigi secara
teratur, yaitu 1 orang (1,5%). Secara keseluruhan, mayoritas responden memiliki sikap yang
baik terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, yakni sebanyak 64 orang (98,5%) dan
memiliki sikap yang cukup hanya 1 orang (1,5%).
Tabel 2 Pendapat Responden untuk Pertanyaan Sikap Diagram 6 Sikap Responden terhadap
Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
orang (60%). Secara keseluruhan, mayoritas responden memiliki tindakan yang baik terhadap
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, yaitu sebanyak 47 orang (72,3%), memiliki tindakan
cukup sebanyak 13 orang (20,0%) dan tindakan kurang sebanyak 5 orang (7,7%).
yang menunjukkan bahwa mayoritas perilaku masyarakat Bandung terhadap kesehatan gigi
dan mulut menunjukkan hasil yang baik. Sikap positif yang disertai dengan tindakan yang
positif pula dapat diperoleh seseorang yang memiliki pengetahuan positif yang cukup,
sehingga dapat diharapkan terciptanya perilaku yang baik.
Perilaku yang baik diperkirakan dapat diakibatkan oleh faktor lingkungan tempat tinggal
responden yang berdekatan dengan RSGM FKG Unpad dan 5 dokter gigi swasta, sehingga
responden lebih bersahabat dan memiliki pemahaman yang baik mengenai pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut yang baik dan benar. Hal tersebut sejalan dengan teori yang
menyatakan bahwa salah satu faktor dominan yang dapat mempengaruhi perilaku adalah
faktor eksternal berupa lingkungan (Notoatmodjo, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan. 2011. Survei Kesehatan Rumah Tangga 2011. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Petersen, P. E. 2003. The World Health Report 2003. Switzerland: World Health
Organization.
Moeis, E. F. 2004. Menuju sehat gigi dan mulut indonesia 2020. Dentamedia No.4 Vol.8.
Available online at http://dentamediaopini.blogspot. com/2009/12/menuju-sehat-gigi-
dan-mulut-indonesia.html.
Eriwati, Y. K. and H. Etsuro. 2007. The new paradigm in preventive dentistry: tissue repair
strategy using LSTR method in public health center. Available online at
http://www.ui.ac.id/en/directories/ scholar/archive/20.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal.
44, 146.
Gladys Kurniawan: Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
_______ 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 11-14,
133-149.
Sarwono, S. 1993. Sosiologi Kesehatan. Cetakan I. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. Hal. 23.
Efendi, F. dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hal. 101-104.
Sunaryo, S. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nurhayati. 2010. Pengetahuan ibu PKK tentang kanker payudara di desa arapayung
kecamatan pantai cermin Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2010. Medan: Universitas
Sumatera Utara. Available online at http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/
19173.
Gultom, M. 2009. Pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu-ibu rumah tangga terhadap
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balitanya di Kecamatan Balige, Kabupaten
Toba Samosir, Sumatera Utara tahun 2009. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Available online at http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7903/1/10E00470.
pdf.
Khairani, W. P. 2010. Perilaku dan tingkat kebersihan mulut sebelum dan sesudah
penyuluhan. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Kristiani, A. 1989. Sikap dan pengetahuan penghuni panti asuhan di Kotamadya Bandung
terhadap kesehatan gigi dan mulut. Bandung: Universitas Padjadjaran. Hal. 47.