Anda di halaman 1dari 7

RAHMAT FADHIL

180802049

1.Pengkajian ilmu-ilmu sosal dasar

Yang terbaik, ilmu sosial terpisah dari kenyataan yang dikajinya, atau membangkitkan teori-teori yang salah
dan keliru. Dalam keadaan yang terburuk, ia membahayakan masyarakatnyasendiri sebagai akibat, secara
langsung atau tidak, keterlibatannya dalam paksaan dan pengawasan atas golongangolongan tertindas. Ilmu
sosial yang sedemikian ini, apakah pada pelayanan dalam pertentangan dan pembunuhan ataupun praktik
otoritarianisme halus, berfungsi untuk memajukan kepentingan kelas penguasa, pemodal dan sekutu asingnya,
serta merusakkan kehidupan yang lain.Semakin sistematik dan tepat hal yang menyangkut konsep ketepatan dan
ketidaktepatan, semakin besar kemungkinan proyek mencari ketepatan akan menjadi suatu gerakan
cendekiawan yang membawa faedah kepada masyarakat. Namun demikian, ada beberapa masalah yang
berkaitan dengan usaha ini yang seharusnya diperhatikan
Sejauhmana pencarian untuk ketepatan dalam ilmu-ilmu sosial, dalam percobaannya mengoreksi wacana
Eropasentrik, berkesudahan dengan suatu bentuk nativisme atau pembalikan Orientalisme,10 merupakansuatu
perkara yang seharusnya dipertimbangkan secara sungguh-sungguh. Menjadi asli atau going native di kalangan
kedua ilmuwan sosial Barat maupun asli merupakan elevasi dari sudut asli agar menjadi ukuran untuk menilai
gambaran dan uraian ilmiah (Amin 1989; Abaza dan Stauth 1990; Moghadam 1989). Seharusnya ditegaskan
bahwa rencana-rencana seperti pengaslian, pascakolonial, dekolonisasi, dan sebagainya,berpihak kepada
pensejagatan ilmu-ilmu sosial. Ini dilakukan di pelbagai tingkat yang bertaraf universal. Di tingkat yang paling
rendah, ilmu sosial yang relevan akan menerapkan secara hati-hati teori-teori dari Barat terhadap situasi lokal.
Di tingkat keuniversalan yang lebih tinggi, kedua teori Barat dan asli diterapkan pada konteks setempat. Di
tingkat keuniversalan yang lebih tinggi lagi, teori-teori setempat, Barat, dan teori asli yang lain (yaitu, asli dalam
konteks masyarakat bukan Barat lainnya) diterapkan kepada keadaan setempat. Contohnya adalah penerapan
teori Khalduni kepada penaklukan Cina oleh orang Mongol.Tingkat kesejagatan yang paling tinggi ialah
penerapan teori asli dari dalam dan luar diri seorang sarjana kepada masyarakat di luar masyarakatnya sendiri.
Apa pun tingkat kesejagatan, kebanyakan yang mengkritik ilmu-ilmu sosial Barat tidak menolak samasekali
ilmu dari Barat. Sumber teori dan konsep adalah universal dan sejauh mana gagasan-gagasan dari luar tersebut
dikemukakan dan diaslikan berdasarkan pada ukuran ketepatan.
Pertimbangkanlah alasan estetik. Ilmu-ilmu sosial terkini terdiri dari beberapa kehampaan budaya. Praktik
ilmu-ilmu sosial di semua tingkat berarti mengisi kehampaan itu dengan merujuk kepada pelbagai filsafat,
budaya, dan pengalaman sejarah bukan-Barat sebagai sumber ilham, wawasan, konsep-konsep, dan teori-teori.
Asumsi dalam kaitan ini ialah bahwa ilmu mempunyai segi kebudayaan dan retorika dan, oleh karena itu, tidak
sepatutnya dibatasi sumbernya kepada hanya satu peradaban saja.
Semua ilmu itu dikonstruksi dari suatu sudut pandang tertentu dan metaforis (Brown 1977:77). Metafora-
metafora inti merupakan gambaran dasar dari kenyataan yang darinya model-model dihasilkan. Lima metafor
inti yang utama dalam bidang sosiologi adalah organisme, jentera (machine), bahasa, drama, dan permainan
(Brown 1977:78). Oleh karena metafora itu tertanam dalam tradisi sejarah dan filsafat tertentu, lebih menarik
jika kita memperluas horison kebudayaan kita untuk menceburkan diri dalam pencarian metafora
baru dan mempertimbangkan kemungkinan diperolehnya teori-teori baru.
Jika diberi kesempatan, ilmu-ilmu sosial akan Pembalikan Orientalisme adalah satu tanggapan yang
memainkan peranan yang penting dalam wacana umum sejauh perbincangan ilmiah mendahului, sejajar dengan,
atau mengikuti keputusan dasar (Wingens dan Weyman 1988). Ilmu-ilmu sosial seringkali menentukan standar
yang mengikuti pengambilan keputusan dan pelaksanaan dasar untuk dinilai dan dipertahankan. Gagasan-
gagasan Marx, Weber, Durkheim dan Freud menemukan jalan ke wacana umum, kadang-kadang setelah
diputar- simpangkan. Begitu juga dengan gagasangagasan dari Barat yang diterapkan di arena bukan-Barat. Jadi,
seruan untuk ilmu-ilmu sosial yang relevan adalah sama dengan pencarian ilmu sosial yang benar, yaitu, yang
memperlihatkan kenyataan sosial dengan mempergunakan teori dan konsep yang tepat dari sebanyak-banyaknya
segi kebudayaan dan peradaban.
2.ILMU SOSIAL DASAR
Pengenalan Ilmu Sosial Dasar

Ilmu Sosial Dasar (ISD) merupakan studi analisis atas aneka fenomena sosial masyarakat dengan segala
dinamika dan implikasinya dari sudut pandang kajian dasar falsafah keilmuan. Manusia sebagai makhluk sosial
tentu tidak mungkin bisa memisahkan hidupnya dengan manusia lain. Sudah bukan rahasia lagi bahwa segala
bentuk kebudayaan, tatanan hidup, dan sistem kemasyarakatan terbentuk karena interaksi dan benturan
kepentingan antara satu manusia dengan manusia lainnya. Sejak zaman prasejarah hingga sejarah, manusia telah
disibukkan dengan terciptanya berbagai aturan dan norma dalam kehidupan berkelompok mereka. Dalam
berbagai keterciptaan itulah ilmu pengetahuan terbukti memainkan peranan signifikan.

Ilmu Sosial Dasar (ISD) membicarakan hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya.
Hubungan ini dapat diwujudkan melalui kenyataan sosial dan kenyataan sosial inilah yang menjadi titik
perhatiannya. Dengan demikian Ilmu Sosial Dasar memberikan pengetahuan umum dan pengetahuan dasar
tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk melengkapi gejala-gejala sosial agar daya tanggap, persepsi,
dan penalaran kita dalam menghadapi lingkungan sosial dapat ditingkatkan. Ilmu sosial bukanlah suatu bidang
keahlian ilmu-ilmu sosial tertentu, seperti politik, antropologi dan sebagainya, tetapi menggunakan pengertian-
pengertian yang berasal dari berbagai bidang ilmu sosial seperti ilmu politik, sosiologi, sejarah dan sebagainya.
llmu Sosial Dasar bukan merupakan gabungan dari ilmu-ilmu sosial yang dipadukan, karena masing-masing
sebagai disiplin ilmu memiliki obyek dan metode ilmiahnya sendiri-sendiri yang tidak mungkin dipadukan.
Ilmu Sosial Dasar juga bukan merupakan disiplin ilmu tersendiri, karena Ilmu Sosial Dasar tidak mempunyai
obyek dan metode ilmiah tersendiri dan juga tidak mengembangkan suatu penelitian sebagaimana suatu disiplin
ilmu, seperti ilmu-ilmu sosial di atas.
Sebelumnya perlu diketahui bahwasanya sumber dari segala ilmu pengetahuan adalah Philoshopia
(filsafat). Dari filsafat tersebut lahir 3 cabang ilmu pengetahuan, yaitu :
1. Ilmu alamiah, yaitu ilmu yang mempelajari tentang alam, yang berhubungan lingkungan alam seperti fisika,
kimia, biologi, astronomi, botani dll. Ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang
terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan
menentukan hukum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan
suatu kualitas.

2. Ilmu Sosial, yaitu ilmu yang mempelajari sosial manusia di lingkungan sekitar seperti sosiologi, ekonomi,
politik, antropologi sejarah, psikologi, geogrofi dll. Ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-
keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah
sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah.

3. Ilmu budaya, yaitu ilmu yang mempelajari adat istiadat atau kebiasaan hidup manusia di suatu wilayah
seperti bahasa, agama, kesusastraan, kesenian dll. Ilmu budaya bertujuan untuk memahami dan mencari arti
kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode pengungkapan
peristiwa-peristiwa dan kenyataan-kenyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti.

Latar Belakang Ilmu Sosial Dasar


Latar belakang diberikannya mata kuliah ISD di perguruan tinggi yaitu banyaknya kritik yang ditujukan
pada sistem pendidikan Indonesia oleh sejumlah cendekiawan, terutama sarjana pendidikan, sosial, dan
kebudayaan. Mereka menganggap sistem pendidikan kita berbau kolonial, dan masih merupakan warisan
sistem pendidikan Pemerintah Belanda, yaitu kelanjutan dari politik balas budi yang dianjurkan oleh Conrad
Theodhore van Deventer. Sistem ini bertujuan menghasilkan tenaga-tenaga terampil untuk menjadi "tukang-
tukang" yang mengisi birokrasi mereka di bidang administrasi, perdagangan, teknik, dan keahlian lain, dengan
tujuan mengeksploitasi kekayaan negara. Ternyata sekarang masih dirasakan banyaknya tenaga ahli yang
berpengetahuan keahlian khusus dan mendalam sehingga wawasannya sempit. Padahal sumbangan pemikiran
dan adanya komunikasi ilmiah antar disiplin ilmu diperlukan dalam memecahkan berbagai masalah sosial
masyarakat yang demikian kompleks.

Sedangkan tenaga ahli yang dihasilkan oleh perguruan tinggi diharapkan mempunyai tiga kemampuan,
yaitu personal, akademis dan profesional.
1. Kemampuan personal
Tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga menunjukkan sikap yang mencerminkan kepribadian
Indonesia, mengenal dan memahami nilai agama, masyarakat, pancasila serta pandangan luas terhadap berbagai
masalah masyarakat Indonesia.
2. Kemampuan akademik
Kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah baik lisan maupun tulisan dan mampu berpikir logis,
kritis, sistematis dan analitis. Memiliki kemampuan untuk mengedintifikasi dan merumuskan masalah yang
sedang dihadapi. 9
3. Kemampuan profesional
Kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan. Dan mereka diharapkan memiliki
kemampuan dan keterampilan yang tinggi dalam profesiny

Masalah Sosial
Dalam kehidupan manusia yang berstatus sebagai makhluk sosial, manusia selalu dihadapkan
pada berbagai masalah sosial. Masalah sosial pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia karena masalah sosial telah terwujud sebagai hasil kebudayaan
manusia itu sendiri, sebagai akibat dari hubungan-hubungannya dengan sesama manusia lainnya.

Masalah-masalah sosial pada setiap masyarakat berbeda satu sama lain karena adanya tingkat
perkembangan kebudayaan dan masyarakatnya yang berbeda serta lingkungan alamnya. Masalah-
masalah tersebut terwujud sebagai: masalah sosial, masalah moral, masalah politik, masalah agama
dan masalah lainnya.
3. KONTRAK SOSIAL

Pengertian Kontrak Sosial

Teori kontrak sosial adalah teori yang paling relevan dan cocok, jika kita kaitkan dengan terbentuknya
negara. Teori ini adalah teori yang paling rasional karena memiliki asumsi bahwa terbentuknya suatu negara
adalah atas dasar kesepakatan dari masyarakatnya. Teori kontrak sosial berkembang dan sangat dipengaruhi
oleh pemikiran pada zaman Pencerahan (Enlightenment age) yang ditandai dengan rasionalisme, realisme, dan
humanisme, yang menempatkan manusia sebagai pengatur sebuah negara dan juga sebagai pusat gerak dunia.

Munculnya pemikiran bahwa manusia adalah sebagai sumber kewenangan secara jelas menunjukkan
kepada kita bahwa pada jaman dahulu kepercayaan terhadap manusia untuk mengelola dan mengatasi kehidupan
politik dan bernegara sudah sangat kuat, dan itu masih dipelihara hingga saat ini. Jika kita melihat pada
perkembangan sejarah yang berlangsung, pada Jaman Pencerahan ini merupakan kritik, koreksi atau reaksi atas
jaman sebelumnya, yaitu Jaman Pertengahan (the dark age). Walaupun dalam pandangan sejarah seperti itu,
tetapi pemikiran-pemikiran yang muncul pada Jaman Pencerahan tidaklah semuanya baru. Seperti teori yang
akan kita bahas tuntas pada makalah ini adalah salah satu contoh dari teori yang memang tidak benar-benar
murni muncul pada era pencerahan. Teori kontrak sosial yang berkembang pada Jaman Pencerahan ternyata
secara samar-samar telah diisyaratkan oleh pemikir-pemikir jaman-jaman sebelumnya seperti Kongfucu dan
Aquinas. Yang jelas adalah bahwa pada Jaman Pencerahan ini unsur-unsur pemikiran liberal kemanusiaan
dijadikan dasar utama alur pemikiran.

Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean J.Rousseau sama-sama berangkat dari membahas tentang kontrak
sosial dalam analisis politik mereka, yaitu melandaskannya pada anggapan dasar bahwa manusialah sumber
kewenangan. Namun, tentang bagaimana, siapa yang mengambil kewenangan itu, dan pengoperasian
kewenangan selanjutnya, mereka berbeda satu sama lain. Perbedaan yang hadir merupakan poin mendasar, baik
dalam konsep maupun dalam praktiknya.

Salah satu faktor penyebab perbedaan itu adalah latar belakang pribadi dan kepentingan masing-masing.
Secara singkat bisa disebutkan bahwa Hobbes hidup pada kondisi negara yang sedang kacau balau karena
Perang Saudara, maka Hobbes menginginkan negara yang stabil. Ia mempunyai ikatan karier dan politik
kalangan kerajaan, sehingga dalam persaingan kerajaan versus parlemen, Hobbes cenderung memihak kerajaan.
Lock hidup di masa kekuasaan kerajaan yang despot. Ia mendapat pengaruh isu liberalisme yang sedang hangat
di Eropa ketika itu. Demikian pula dengan Lock, terdapat ikatan karier dan politik yang dimilikinya dengan
kalangan parlemen yang sedang bersaing dengan kerajaan, sehingga pandangan yang muncul terlihat berpihak
kepada parlemen dan menentang kekuasaan raja.

Kemunculan teori kontrak sosial ini ditandai dengan munculnya rasionalisme, realisme dan humanisme
dimana manusia menjadi pusatnya (Susilo,1988). Jika ditelaah kemudian maka dalam teori kontrak sosial,
manusia menjadi pusat teori dan pihak yang berwenang dalam membuat keteraturan yang disepakati bersama
guna menjaga kestabilan keamanan negara. Kemunculan teori ini dipengaruhi oleh pemikiran jaman pencerahan
atau Renaissance. Terdapat tiga macam teori kontrak sosial yang dirumuskan oleh tiga tokoh teorisi politik
jaman pencerahan yang hidup di era yang hampir sama, yakni Thomas Hobbes dan John Locke. Tokoh-tokoh
tersebut memiliki pemikiran sama, yakni mendasarkan adanya kesepakatan atas adanya sifat manusia.
4.NASIONALISME NEGARA MODERN
Makna nasionalisme

Nation berasal dari bahasa latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka
pada awalnya nation(bangsa)dimakanai sebagai sekelompok orang yang dilahirkan di suatu daerah yang sama,
kata nasionalisme menurut abbe barruel untuk pertama kali di pakai di german pada abad ke 15 yang di
peruntukkan bagi para mahiswa yang datang dari daerah yang sama atau berbahasa sama sehingga mereka
itu(dikampus yang baru dan daerah baru) tetap menunjukkan cinta mereka terhahadap bangsa atau suku asal
mereka.

Peran Nasionalisme
Jika nasionalisme dipahami dalam kerangka ideologi maka didalamnya terkandung aspek: (1)
coginitiver, (2) goal/value orientation, (3)strategic, Aspek cognitif mengandalkan perlunya pengetahuan atau
pemahaman akan situasi congkred sosial ekonomi politik dan budaya bangsanya, jadi nasionalisme adalah
abstrak dari keadaan kehidupan kongkret suatu bangsa.
Aspek goal menunjuk akan adanya cita – cita tujuan ataupun harapan ideal bersama di masa datang
yang ingin diwujudkan atau diperjuangkan di dalam masyarakat dan negara cita – cita itu menyangkut seluruh
aspek kehidupan manusia baik sosial ekonomi politik ideologi budaya dan lain – lain yang disepakati bersama
Aspek strategic menuntut adanya kiat perjuangan kaum nasionalis dalam perjuangan mereka untuk
mewujudkan cita – cita bersama dapat berupa perjuangan fisik atau diplomasi , moril atau spirituil dapat bersifat
moderat atau radikal dapat secara sembunyi – sembunyi atau terang terangan dan lain – lain

Perkembangan dan Corak nasionalisme


Perkembangan nasionalisme menurut organ sky dapat dibedan menjadi 4 tahap yaitu: tahap 1 dari
tahap perkembangan politik kesetauan nasional primitif , tahap 2 nasionalisme dari tahap perkembangan politik
industrialisasi , tahap 3 dari tahap politik kesejahtraan nasional , tahap 4 dari tahap perkembangan politik
kemakmuran

Nasionalisme pada hakikatnya merupakan suatu ideologi negara modern seperti halnya demokrasi dan
komunisme. Bahkan kolonialisme dan imperialisme merupakan bentuk dari nasionalismeyang bersifat ekspansif,
masalah kebangsaan yang paing pokok, menurut aliran marxis, adalah titik pertemuan antara politik, teknologi
dan transformasi sosial

Konsep mengenai bangsa yang baru dikenal pada abad ke 19 mengalami beberapa kali perubahan
makna sebelum tahun 1884, nacion atau nation diartikan sebagai kumpulan produk dari suatu provinsi negeri
atau kerajaan dan orang asing menurut hobawn(1992), makna tersebut berkembang menjadi suatu pemerintah
bersama yang tertinggi yang diakui oleh suatu negara atau badan politik yang wilayah dan penduduknya
merupakan suatu kebulatan

Komonitas warganegara dari suatu negara, hidup dibawah rezim atau pemerintah yang sama dan
mempunyai suatu kepentingan kepentingan bersama; kolektivitas dari penduduk suatu wilayah dengan tradisi,
aspirasi dan kepentingan bersama, dan tunduk di bawah suatu kekuatan pusat yang bertugas mempertahankan
kesatuan dari kelompok tersebut.

Oleh sebab itu nasionalisme dapat bermakna sebagai berikut:


1. Nasionalisme adalah cinta pada tanah air, ras bahasa atau budaya yang sama, maka
dalam hal ini nasionalisme sama dengan patriolisme
2. Nasionalisme adalah suatu keinginan akan kemerdekaan politik keselamatan dan
pretise bangsa
3. Nasionalisme adalah suatu kebaktian mistis terhadap organisme sosial yang kabur,
kadang – kadang bahkan odikkrodati yang disebut sebagai bangsa atau volk yang
kesetauannya lebih unggul daripada bagian – bagiannya
4. Nasionalisme adalah dokma yang mengajarkan bahwa individu hanya hidup untuk
bangsa dan bangsa demi bangsa itu sendiri
5. Nasionalisme adalah dokrin yang menyatakan bahwa bangsanya sendiri harus
dominan atau tertinggi diantara bangsa- bangsa lain dan harus bertindak agresif
5.TEORI NEGARA

Negara adalah alat masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan antara manusia
dalam masyarakat tersebut. Pengertian ini dikemukakan oleh Logemann dan Harold J. Laski. Logemann
menyatakan bahwa negara adalah organisasi kekuasaan yang bertujuan mengatur masyarakatnya dengan
kekuasaannya itu. Negara sebagai organisasi kekuasaan pada hakekatnya merupakan suatu tata kerja sama
untuk membuat suatu kelompok manusia berbuat atau bersikap sesuai dengan kehendak negara itu.
Negara sebagai kesatuan bangsa, individu dianggap sebagai bagian integral negara yang memiliki
kedudukan dan fungsi untuk menjalankan negara. Menurut Prof. Soepomo, ada 3 teori tentang pengertian
negara:

1) Teori Perseorangan (Individualistik)


Negara adalah merupakan sauatu masyarakat hukum yang disusun berdasarkan perjanjian antar individu yang
menjadi anggota masyarakat. Kegiatan negara diarahkan untuk mewujudkan kepentingan dan kebebasan
pribadi. Penganjur teori ini antara lain : Thomas Hobbes, John Locke, Jean Jacques Rousseau, Herbert Spencer,
Harold J Laski.

2) Teori Golongan (Kelas)


Negara adalah merupakan alat dari suatu golongan (kelas) yang mempunyai kedudukan ekonomi yang paling
kuat untuk menindas golongan lain yang kedudukan ekonominya lebih lemah. Teori golongan diajarkan oleh :
Karl Marx, Frederich Engels, Lenin

3) Teori Intergralistik (Persatuan)


Negara adalah susunan masyarakat yang integral, yang erat antara semua golongan, semua bagian dari seluruh
anggota masyarakat merupakan persatuan masyarakat yang organis. Negara integralistik merupakan negara
yang hendak mengatasi paham perseorangan dan paham golongan dan negara mengutamakan kepentingan
umum sebagai satu kesatuan. Teori persatuan diajarkan oleh : Bendictus de Spinosa, F. Hegel, Adam Muller

FUNGSI NEGARA

 Fungsi Pertahanan dan Keamanan

Negara wajib melindungi unsur negara(rakyat, wilayah, dan pemerintahan) dari segala
ancaman, hambatan, dan gangguan, serta tantangan lain yang berasal dari internal atau
eksternal. Contoh: TNI menjaga perbatasan negara

 Fungsi Keadilan

Negara wajib berlaku adil dimuka hukum tanpa ada diskriminasi atau kepentingan tertentu.
Contoh: Setiap orang yang melakukan tinfakan kriminal dihukum tanpa melihat kedudukan
dan jabatan.

 Fungsi Pengaturan dan Keadilan

Negara membuat peraturan-perundang-undangan untuk melaksanakan kebijakan dengan ada


landasan yang kuat untuk membentuk tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsan dan juga
bernegara.

 Fungsi Kesejahteraan dan Kemakmuran

Negara bisa mengeksplorasi sumber daya alam yang dimiliki untuk meningkatkan kehidupan
masyarakat agar lebih makmur dan sejahtera.
Tujuan Negara
Miriam Budiharjo(2010) menyatakan bahwa Negara dapat dipandang sebagai asosiasi manusia yang hidup dan
bekerjasama untuk mengejar beberapa tujuan bersama. Dapat dikatakan bahwa tujuan akhir setiap negara adalah
menciptaka kebahagiaan bagi rakyatnya.

Sedangkan tujuan Negara Indonesia adalah yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke empat;

 Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia


 Memajukan kesejahteraan umum
 Mencerdaskan kehidupan bangsa
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia

Asal Mula Terjadinya Negara


Berdasarkan kenyataan, negara terjadi karena sebab-sebab :

 Ocupatie - Pendudukan yaitu suatu wilayah yang diduduki oleh sekelompok manusia
 Separatie - Pelepasan, yaitu suatu daerah yang semual menjadi wilayah daerah tertentu kemudaia
melepaskan diri
 Peleburan, yaitu bebrapa negara meleburkan diri menjadi satu
 Pemecahan, yaitu lenyapnya suatu negara dan munculnya negara baru

Berdasarkan teori, negara terjadi karena

 Teori Ketuhanan, yaitu negara ada karena adanya kehendak Tuhan


 Teori Perjanjian masyarakat, yaitu negara ada karena adanya perjanjian individu-individu (contrac
social)
 Teori Kekuasaan, yaitu negara terbentuk karena adanya kekuasaan / kekuatan
 Teori Hukum Alam, yaitu negara ada karena adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan manusia
yang bermacam-macam.

Anda mungkin juga menyukai