Askep Rheumatoid Arthritis 3
Askep Rheumatoid Arthritis 3
1. Definisi
Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon, fasia, bursae
dan persendian.
a. Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang berasal
dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses “osteogenesis” menjadi
tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses
mengerasnya tulang akibat menimbunya garam kalsium.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut:
• Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.
• Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan lunak.
• Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan )
• Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema topoiesis).
• Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, fosfor.
Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya:
• Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epifisis.
Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh spongi bone
(Cacellous atau trabecular )
• Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy) dengan
suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
• Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan
lapisan luar adalah tulang cancellous.
• Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
• Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon danjaringan fasial,missal
patella (kap lutut)
b. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan untuk
menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot
terdiri dari:
• Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi untuk
memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan sikap dan menghasilkan
panas
• Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran
perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf otonom dan
kontraksinya tidak dibawah control keinginan.
• Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah
control keinginan.
c. Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat. Kartilago
sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi mencapai kesel-sel
kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di
perichondrium (fibros yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen
didapatkan pada kartilago.
d. Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan
ahir dari suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu tulang.
e. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus
setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang
mengelilingi tendon tertentu, khususnya pada pergelangan tangan dan tumit.
Pembungkus ini dibatasi oleh membrane synofial yang memberikan lumbrikasi
untuk memudahkan pergerakan tendon.
f. Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan
langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus tebal,
jaringan penyambung yang membungkus fibrous yang membungkus otot, saraf dan
pembuluh darah.bagian ahair diketahui sebagai fasia dalam.
g. Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat,
dimana digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi pada kulit dan
tulang, antara tendon dan tulang antara otot. Bursae bertindak sebagai penampang
antara bagian yang bergerak sepaerti pada olecranon bursae, terletak antara
presesus dan kulit.
h. Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak
ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, tatu letah dimana tulang
berada bersama-sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah
dan tipe pergerakan yang memungkinkan dan klasifikasi didasarkan pada jumlah
pergerakan yang dilakukan.
Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu:
• Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak)
• Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)
• Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya)
Perubahan fisiologis pada proses menjadi tua
Ada jangka periode waktu tertentu dimana individu paling mudah mengalami
perubahan musculoskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa kanak-kanak atau
remaja karena pertumbuhan atau perkembangan yang cepat atau timbulnya terjadi
pada usia tua. Perubahan struktur system muskuloskeletal dan fungsinya sangat
bervariasi diantara individu selama proses menjadi tua.
Perubahan yang terjadi pada proses menjadi tua merupakan suatu kelanjutan dari
kemunduran yang dimulai dari usia pertengahan. Jumlah total dari sel-sel
bertumbuh berkurang akibat perubahan jaringan prnyambung, penurunan pada
jumlah dan elasitas dari jaringan subkutan dan hilangnya serat otot, tonus dan
kekuatan.
Perubahan fisiologis yang umum adalah:
• Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm. pada maturasi
usia tua.
• Lebar bahu menurun.
• Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha
3. Etiologi
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
a. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
Rematoid
b. Gangguan Metabolisme
c. Genetik
d. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
4. Patofisiologi
Cidera mikro vascular dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium
merupakan lesi paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang
menimbulkan respon ini masih belum diketahui. Kemudian, tampak peningkatan
jumlah sel yang membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleus
privaskular. Seiring dengan perkembangan proses sinovium edematosa dan
menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolon vilosa.
Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :
a. Stadium Sinovisis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak,
bengkak dan kekakuan.
b. Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c. Stadium Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap.
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
a. Gerakan menjadi terbatas
b. Adanya nyeri tekan
c. Deformitas bertambah pembengkakan
d. Kelemahan
e. Depresi
Gejala Extraartikular :
a. pada jantung :
Rheumatoid heard diseasure
Valvula lesion (gangguan katub)
Pericarditis
Myocarditis
b. pada mata :
Keratokonjungtivitis
Scleritis
c. pada lympa : Lhymphadenopathy
d. pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
e. pada otot : Mycsitis
6. Pemeriksaan Diagnostik
• Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.
• Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
• Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
• LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal
sewaktu gejala-gejala meningkat
• Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
• SDP: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.
JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
• Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
penyebab AR.
• Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
• Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
• Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
• Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas
dan komplemen ( C3 dan C4 ).
• Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-
kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi
peri-artikuler pada foto rontgen.
7. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
a) Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan prognosis
penyakit ini
b) Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
c) Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini
bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien
d) Termoterapi
e) Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
f) Pemberian Obat-obatan :
• Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan pada dosis
yang telah ditentukan.
• Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :
• Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty
Inflamatory)
• Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)
• Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)
• Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)
• Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)
• Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)
• Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)
8. Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses
granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot
c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli
d. Terjadi splenomegali
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan, berfokus pada
diri sendiri, Perilaku distraksi/ respons autonomic
Perilaku yang bersifat hati-hati/ melindungi.
Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:
• Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
• Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
• Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
• Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program
kontrol nyeri.
Referensi :
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee,
Papadakis MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton
& Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-32.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC. 2002.