Anda di halaman 1dari 21

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN OBAT

TERDEGRADASI

Kapita Selekta II

Dosen Penguji : Dra. Lestari Rahayu., M.Si., Apt

Kelompok 3 :

Nama Anggota : Chyntia (2018001154)


Clarisa Isakh (2018001155)
Debi Rose Siti M (2018001156)
Dessy Aulia Rachma (2018001157)
Dhimas Khalis (2018001158)
Kelas : A

Program Studi Profesi Apoteker


Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila Jakarta
2019
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. STABILITAS OBAT ........................................................ 4
B. MACAM-MACAM STABILITAS ...................................... 5
C. DEGRADASI .................................................................. 7
D. JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) .............................. 8

BAB III PEMBAHASAN


A. DEGRADASI . ................................................................ 10
B. LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENGHINDARI
DEGRADASI OBAT........................................................ 12
C. CONTOH KASUS JKN (Jaminan Kesehatan Nasional). 13

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan ........................................................................ 17
B. Saran.............................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ................................ ................................................. 18

i
ABSTRAK

(A) Chyntia; Clarisa Isakh; Debi Rose Siti Masturoh; Dessy Aulia
Rachma; Dhimas Khalis Nul Hakim.
(B) Faktor - Faktor yang Menyebabkan Obat Terdegradasi.
(C) ii + 18 halaman
(D) Kata Kunci : Pelayanan Kefarmasian, Stabilitas Obat, Degradasi
Obat.
(E) Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien. Suatu pelayanan
kefarmasian yang baik harus menyelenggarakan suatu jaminan
mutu sehingga obat yang didistribusikan terjamin mutu, khasiat,
keamanan dan keabsahannya sampai ke tangan pasien. Dalam
pelayanan kefarmasian penyimpanan obat merupakan salah satu
hal penting yang berperan dalam menjaga mutu obat. Sistem
penyimpanan sediaan obat yang tepat dan baik akan menjadi
salah satu faktor penentu mutu obat yang didistribusikan.
Ketidaksesuaian sistem penyimpanan produk atau obat dapat
mengakibatkan ketidakstabilan suatu sediaan obat yang mana
dapat terjadi penurunan sampai hilangnya khasiat obat, bahkan
dapat menyebabkan terjadinya efek yang merugikan bagi
pengguna atau pasien.
(F) Daftar Rujukan: 8 buah (2013-2018)
(G) Dra. Lestari Rahayu., M.Si., Apt
(H) 2019

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
mutu kehidupan pasien. Suatu pelayanan kefarmasian yang baik harus
menyelenggarakan suatu jaminan mutu sehingga obat yang
didistribusikan terjamin mutu, khasiat, keamanan dan keabsahannya
sampai ke tangan pasien.

Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian


mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan atau
perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat
tradisional (1).

Salah satu hal yang penting bagi terselenggaranya kegiatan


pekerjaan kefarmasian adalah pengelolaan obat. Kegiatan pengelolan
obat dipelayanan kefarmasian merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang menyangkut lima fungsi pokok yaitu perencanaan, pengadaan,
pendistribusian,penyimpanan serta penggunaan obat

Dalam pelayanan kefarmasian penyimpanan obat merupakan


salah satu hal penting yang berperan dalam menjaga mutu obat (2).
Penyimpanan obat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
keseluruhan kegiatan kefarmasian baik farmasi rumah sakit maupun
farmasi komunitas.

Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan menyimpan dan


memelihara dengan cara menempatkan obat yang diterima pada tempat
yang dinilai aman dari pencurian serta dapat menjaga mutu obat. Sistem

1
2

penyimpanan yang tepat dan baik akan menjadi salah satu faktor
penentu mutu obat yang didistribusikan (2).

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam hal penyimpanan


sediaan obat antara lain persyaratan ruang penyimpanan obat,
pengaturan penyimpanan, kondisi penyimpanan obat, tata cara
penyimpanan obat dan mutu sediaan obat agar tidak mempengaruhi
mutu obat selama dalam penyimpanan (3).

Ketidaksesuaian sistem penyimpanan produk atau obat dapat


mengakibatkan ketidakstabilan suatu sediaan obat yang mana dapat
terjadi penurunan sampai hilangnya khasiat obat. Obat dapat berubah
menjadi toksis atau terjadi perubahan penampilan sediaan yang dapat
menyebabkan terjadinya efek yang merugikan bagi pengguna (3).

Penyebab ketidakstabilan sediaan obat, pertama adalah labilitas


dari bahan obat dan bahan pembantu yang terdapat pada sediaan obat
itu sendiri, penyebab lain terjadinya ketidakstabilan obat adalah
terjadinya degradasi akibat reaksi hidrolisis atau solvolisis, hal tersebut
umumnya terjadi karena kelembapan atau pelarut yang digunakan,
Penyebab lain yang dapat menyebabkan terjadinya degradasi adalah
reaksi oksidasi, dan reaksi fotolisis (4).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap laju degradasi antara lain


pH (pH dapat mempengaruhi laju oksidasi), kompleksasi (pembentukan
kompleks akan menurunkan laju hidrolisis dan oksidasi), adanya bahan
tambahan seperti adanya surfaktan, keberadaan logam berat pada obat,
substrat, sumber nitrogen, cahaya, udara, kelembapan dan suhu pada
tempat produk obat disimpan.
3

B. Tujuan
 Untuk mengetahui cara penyimpanan obat yang tepat dan baik serta
mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan suatu
obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. STABILITAS OBAT
Stabilitas obat adalah kemampuan suatu produk untuk
mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang
dimilikinya pada saat diproduksi (identitas, kekuatan, kualitas,
kemurnian) dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode
penyimpanan dan penggunaan (shelf-life).
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat
untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang
periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas,
kekuatan, kualitas dan kemurnian produk tersebut. Sediaan obat yang
stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang
dapat diterima selama periode penyimpanan dan penggunaan, dimana
sifat dan karakterisiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat
diproduksi.
Uji stabilitas merupakan bagian penting dalam program uji bahan
obat karena ketidakstabilan produk ditentukan oleh tiga syarat utama
yaitu kualitas, efikasi, dan keamanan.
Tujuan dari pengujian stabilitas adalah untuk memberikan bukti
tentang bagaimana kualitas zat aktif atau produk farmasi dengan
waktu yang bervariasi juga dibawah pengaruh berbagai faktor
lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan cahaya. Selain itu faktor
yang terkait dalam stabilitas suatu produk misalnya sifat kimia dan fisik
dari zat aktif maupun zat tambahan atau eksipien, bentuk sediaan dan
komposisi, proses manufaktur, sifat wadah dan penutup, dan sifat-sifat
kemasan bahan. Selain itu stabilitas eksipien yang mungkin

4
5

mengandung atau membentuk produk degradasi reaktif, harus


dipertimbangkan.
Beberapa efek tidak diinginkan yang potensial dari
ketidakstabilan produk farmasi, yaitu :
 Hilangnya zat aktif
 Konsentrasi zat aktif meningkat
 Bioavailability berubah
 Hilangnya keseragaman kandungan
 Menurunnya status mikrobiologis
 Hilangnya elegansi produk dan patient acceptability
 Pembentukkan hasil urai yang toksik
 Hilangnya kekedapan kemasan
 Menurunnya kualitas label
 Modifikasi faktor hubungan fungsional

Stabilitas obat perlu diperhatikan untuk mengurangi terjadinya


penguraian pada zat yang terkandung dalam obat, sehingga tidak
mencapai efek terapi atau memberikan efek lainnya. (6)

B. MACAM - MACAM STABILITAS


a. Stabilitas Kimia
Stabilitas kimia suatu obat adalah lamanya waktu suatu obat untuk
mempertahanakan integritas kimia dan potensinya seperti yang
tercantum pada etiket dalam batas waktu yang ditentukan.
b. Stabilitas Fisika
Stabilitas fisika adalah mengevaluasi perubahan sifat fisika dari
suatu produk yang tergantung waktu (periode penyimpanan). contoh
dari perubahan fisika antara lain : migrasi (perubahan) warna,
perubahan rasa, perubahan bau, perubahan tekstur atau
penampilan. Evaluasi dari uji stabilitas fisika meliputi : pemeriksaan
organoleptik, homogenitas, ph, bobot jenis.

5
6

c. Aktivitas Farmakologi
Aktivitas senyawa bioaktif disebabkan oleh interaksi antara molekul
obat dengan bagian molekul dari obyek biologis yaitu resptor
spesifik. Untuk dapat berinteraksi dengan reseptor spesifik dan
menimbulkan aktivitas spesifik, senyawa bioaktif harus mempunyai
stuktur sterik dan distribusi muatan yang spesifi pula. Dasar dari
aktivitas bioogis adalah proses-proses kimia yang kompleks mulai
dari saat obat diberikan sampai terjadinya respons biologis.
d. Stabilitas Mikrobiologi
Stabilitas mikrobiologi suatu sediaan adalah keadaan di mana tetap
sediaan bebas dari mikroorganisme atau memenuhi syarat batas
miroorganisme hingga batas waktu tertentu.5 Terdapat berbagai
macam zat aktif obat, zat tambahan serta berbagai bentuk sediaan
dan cara pemberian obat. Tiap zat, cara pemberian dan bentuk
sediaan memiliki karakteristik fisika-kimia tersendiri dan umumnya
rentan terhadap kontaminasi mikroorganisme dan/atau memang
sudah mengandung mikroorganisme yang dapat mempengaruhi
mutu sediaan karena berpotensi menyebabkan penyakit, efek yang
tidak diharapkan pada terapi atau penggunaan obat dan kosmetik.
Oleh karena itu farmakope telah mengatur ketentuan mengenai
kandungan mikroorganisme pada sediaan obat maupun kosmetik
dalam rangka memberikan hasil akhir berupa obat dan kosmetika
yang efektif dan aman untuk digunakan atau dikonsumsi manusia.
Stabilitas mikrobiologi diperlukan oleh suatu sediaan farmasi untuk
menjaga atau mempertahankan jumlah dan menekan pertumbuhan
mikroorgansme yang terdapat dalam sediaan tersebut hingga jangka
waktu tertentu yang diinginkan.
e. Stabilitas Toksikologi.
Stabilitas toksikologi adalah ukuran yang menujukkan ketahanan
suatu senyawa/bahan akan adanya pengaruh kimia, fisika,

6
7

mikrobiologi dan farmakologi yang tidak menyebabkan peningkatan


toksisitas secara signifikan. Efek toksik dapat dibedakan, menjadi :
1. Efek toksik akut, mempunyai korelasi langsung dengan absorpsi
zat toksik.
2. Efek toksik kronis, zat toksik dalam jumlah kecil diabsorpsi
sepanjang jangka waktu lama, terakumulasi, mencapai
konsentrasi toksik akhirnya timbul keracunan. (7)

C. DEGRADASI
Degradasi adalah suatu reaksi perubahan kimia atau peruraian
suatu senyawa atau molekul menjadi senyawa atau molekul yang lebih
sederhana. Terdapat beberapa jenis degradasi, yaitu;
1. Degradasi Kimia
Zat aktif yang digunakan sebagai obat-obatan memiliki
struktur molekul yang beragam, oleh karena itu rentan terhadap
banyak variabel dan jalur degradasi. Kemungkinan jalur degradasi
meliputi hidrolisis, dehidrasi, isomerisasi, eliminasi, oksidasi,
fotofegradasi, dan interaksi yang kompleks dengan eksipien dan
obat-obatan lainnya. Hal ini akan sangat berguna jika dapat
memprediksi ketidakstabilan kimia obat berdasarkan struktur
molekul.
Salah satu dari jalur degradasi kimia adalah hidrolisis. Pada
sebagian besar produk parenteral, zat aktif dapat kontak dengan
air dan bahkan sediaan dalam bentuk padat mengalami
kelembaban, meskipun dalam jumlah yang rendah. Dengan
demikian hidrolisis salah satu reaksi yang paling umum terlihat
pada obat. Hidrolisis merupakan jalur utama degradasi suatu
obat, terutama pada zat aktif yang memiliki gugus fungsional
ester dan amida.

7
8

2. Degradasi Fisika
Komponen obat-obatan (zat aktif dan eksipien) yang ada di
berbagai keadaan fisik mikroskopik dengan derajat yang berbeda
dari pemerian. Contohnya adalah amorf dan berbagai kristal,
terhdrasi, dan bagian terlarut. Dengan waktu zat aktif atau
eksipien mungkin berubah dari satu kondisi, dari yang tidak stabil
atau metastabil menjadi kondisi stabil secara termodinamika.
Tingkat konversi tergantung pada potensi kimia sesuai dengan
perbedaan energi bebas antara kondisi dan hambatan energi
yang harus diatasi untuk konversi berlangsung. Hal ini mengatasi
perubahan fisik yang dapat terjadi pada zat aktif dan eksipien dan
menjelaskan faktor yang mempengaruhi perubahan fisik serta
metode untuk menstabilkan obat. (7)

D. JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)


Di dalam Undang-undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional, menyebutkan bahwa Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN), merupakan program jaminan yang memberikan
perlindungan kesehatan kepada peserta. Adapun manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang
membayar iuran atau yang iurannya dibayar oleh pemerintah. Dalam
program JKN, peserta diberikan jaminan dalam bentuk pelayanan
kesehatan perorangan secara komprehensif, meliputi promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk obat dan alat kesehatan.
Salah satu subsistem dalam JKN adalah sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan, tentunya obat merupakan komponen penting
dalam upaya pelayanan kesehatan. Subsistem farmasi, alat kesehatan,
dan makanan meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin aspek
keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan yang beredar; ketersediaan, pemerataan,

8
9

dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial; perlindungan


masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat;
penggunaan obat yang rasional; serta upaya kemandirian di bidang
kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya dalam negeri.

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi


yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi
atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi, untuk manusia. (8)

9
BAB III
PEMBAHASAN

A. DEGRADASI
Degradasi adalah suatu reaksi perubahan kimia atau peruraian
suatu senyawa atau molekul menjadi senyawa atau molekul yang lebih
sederhana.
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat
untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang
periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas,
kekuatan, kualitas dan kemurnian produk tersebut. Sediaan obat yang
stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang
dapat diterima selama periode penyimpanan dan penggunaan, dimana
sifat dan karakterisiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat
diproduksi.
Kualitas mutu suatu obat dapat berkurang atau hilang
dikarenakan adanya degradasi pada obat tersebut, degradasi adalah
suatu reaksi perubahan kimia atau peruraian suatu senyawa atau
molekul menjadi senyawa atau molekul yang lebih sederhana.
Misalnya, penguraian polisakarida selulosa menjadi monosakarida
(glukosa). Degradasi polimer dasarnya berkaitan dengan terjadinya
perubahan sifat karena ikatan rantai utama makromolekul. Pada
polimer linear, reaksi tersebut mengurangi massa molekul atau
panjang rantainya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi antara lain :
1. Substrat
Ukuran dan komponen senyawa yang menyusun substrat
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi degradasi.
Degradasi akan berlangsung lebih cepat bila ukuran subtrat lebih
kecil dan senyawa penyusunnya lebih sederhana. Sebaliknya, jika

10
11

ukuran substrat lebih besar dan senyawa penyusunnya lebih


kompleks dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk
mendegradasinya.

2. Sumber nitrogen
Nitrogen diperlukan karena dapat mempengaruhi aktivitas fungi
untuk menghasilkan enzim ekstraseluler. Bahan yang banyak
digunakan sebagai sumber nitrogen adalah ammonium nitrat,
ammonium sulfat, dan urea. Jika ezim ekstraseluler yang
dihasilkan oleh fungi banyak, maka degradasi akan berlangsung
lebih cepat. Sebaliknya, jika enzim ekstraseluler yang dihasilkan
oleh fungi sedikit, maka degradasi akan berlangsung lebih lama.

3. pH
pH aktivitas enzim sangat penting untuk proses degradasi, karena
enzim-enzim tertentu hanya akan mengurai suatu substrat sesuai
dengan aktivitasnya pada pH tertentu.

4. Suhu
Selain pH, suhu juga mempenguruhi kerja enzim untuk
mendegrdasi substrat. Peningkatan suhu menyebabkan energi
kinetik pada molekul substrat dan enzim meningkat, sehingga
degradasi juga meningkat. Namun suhu yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan rusaknya enzim yang disebut denaturasi,
sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat menghambat kerja
enzim. Bila kerja terhambat atau struktur enzim rusak maka
degradasi tidak dapat berlangsung dengan baik.
12

5. Kelembapan
Kelembaban merupakan faktor penting yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan fungi, biosintesis, dan sekresi
enzim. Kelembaban yang rendah menyebabkan berkurangnya
kelarutan nutrisi di dalam substrat, derajat pertumbuhan rendah,
dan tegangan air tinggi. Sedangkan level kelembaban yang lebih
tinggi dapat menyebabkan berkurangnya enzim yang dihasilkan
karena dapat mereduksi porositas (jarak interpartikel) pada
matriks padatan, sehingga menghalangi transfer oksigen. Jika
jumlah enzim berkurang, maka proses degradasi akan
berlangsung lebih lama.

B. LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENGHINDARI DEGRADASI OBAT

a. Substrat
Mengubah ukuran substrat menjadi lebih besar dan senyawa
penyusunnya lebih kompleks.

b. Sumber nitrogen
Nitrogen diperlukan karena dapat mempengaruhi aktivitas fungi untuk
menghasilkan enzim ekstraseluler. Jika ezim ekstraseluler yang
dihasilkan oleh fungi banyak, maka degradasi akan berlangsung lebih
cepat. Sebaliknya, jika enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh fungi
sedikit, maka degradasi akan berlangsung lebih lama.

c. pH
Jika pH sesuai dengan aktivitas enzim, maka kerja enzim ekstraseluler
untuk mendegradasi substrat akan optimal.
13

d. Suhu
Menstabilkan suhu sesuai dengan kebutuhan dan sifat dari obat, suhu
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan degradasi meningkat dan
menyebabkan rusaknya enzim yang disebut denaturasi, sedangkan
suhu yang terlalu rendah dapat menghambat kerja enzim. Bila kerja
terhambat atau struktur enzim rusak maka degradasi tidak dapat
berlangsung dengan baik.

e. Kelembaban
Jika kelembaban tinggi, maka jumlah enzim berkurang, maka proses
degradasi akan berlangsung lebih lama.

C. Contoh Kasus JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)


Seorang mahasiswa melakukan penelitian terhadap beberapa
puskesmas di kabupaten Korem, Papua. Sumber yang digunakan
antara lain LPLPO, pencatatan obat tahun 2012-2015, DOEN 2014,
dan pola penyakit terbanyak di daerah tersebut. Parameter yang di ukur
antara lain tingkat ketersediaan dan kecukupan obat di puskesmas,
kesesuaian obat dengan DOEN/ Fornas di puskesmas, kesesuaian
obat dengan pola penyakit, presentase obat kadaluarsa, dan
presentase obat rusak.
14

Parameter Era Rata-Rata ± SD

Tingkat ketersediaan obat Sebelum JKN 13,9 ± 1,6 %


Sesudah JKN 14,8 ± 3,1 %

Tingkat kecukupan obat Sebelum JKN 72,9 ± 6,1 %


Sesudah JKN 70,9 ± 6,1 %

Kesesuaian obat dengan


Sebelum JKN 79 ± 0,8%
DOEN/Fornas
Sesudah JKN 80 ± 2,11%

Kesesuaian obat dengan


Sebelum JKN 93 ± 2,3%
pola penyakit
Sesudah JKN 89 ± 4,8%

Presentase obat kadaluarsa Sebelum JKN 8,4 ± 3%


Sesudah JKN 7,0 ± 2,2%

Presentase obat yang rusak Sebelum JKN 0,3 ± 0,05%


Sesudah JKN 0,7 ±

Dampak terhadap JKN :

1. Ketersediaan obat
Ketersediaan obat di beberapa puskesmas saat sesudah JKN
lebih tinggi daripada sebelum era JKN, hal ini dikarenakan
adanya dana dari program JKN pembelian obat-obat baru yang
masuk dalam program JKN.
15

2. Kecukupan obat
Walaupun ketersediaan semua jenis obat ada, namun kuantitas
atau kecukupan saat sesudah era JKN lebih rendah sebelum era
JKN. Hal ini dikarenakan banyak puskesmas yang hanya
membeli beberapa jenis obat dalam jumlah terbatas dan kontinu.
Dalam hal ini, puskesmas mencoba untuk mengefesiensikan
biaya dalam rangka pemenuhan daftar obat dalam program JKN.

3. Kesesuaian obat dengan DOEN


Kesesuaian obat dengan DOEN/Fornas sebelum dan sesudah
JKN belum mencapai standar yang telah ditetapkan diakibatkan
karena masih tersedianya obat-obat yang termasuk dalam DOEN
2008 yang belum habis digunakan, dan masih termasuk dalam
DOEN 2014.

4. Kesesuaian obat dengan pola penyakit


Kesesuaian obat dengan pola penyakit atau epidemiologi di
daerah tersebut saat sesudah JKN lebih rendah dari pada
sebelum JKN. Hal ini dikarenakan daftar obat yang ada di DOEN
atau Fornas terbaru tidak cocok dengan pola penyakit yang ada
di papua dan kuantitas pembelian obat yang sedikit, sehingga
efisiensi pembelian tidak tercapai dan biaya pasien untuk
membeli obat ke tempat yang lebih jauh lebih mahal.

5. Presentase kadaluarsa obat


Karena adanya daftar obat baru dan dana untuk pembelian obat
baru, maka data presentase obat kadaluarsa sesudah JKN lebih
rendah daripada sebelum JKN. Hal ini dikarenakan puskesmas
menerapkan sistem FEFO terhadap obat kadaluarsa yang akan
mendekati tanggal expired.
16

6. Presentase obat rusak


Presentase obat rusak saat sebelum era JKN lebih rendah
daripada sesudah era JKN hal ini dikarenakan datangnya produk
obat baru yang masuk program nasional, sehingga membuat
penyimpanan obat lama tidak teratur, padahal obat tersebut
belum memasuki masa expired date sehingga kemungkinan
terjadi degradasi pada obat lama dan kemungkinan rusak.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Faktor yang mempengaruhi stabilitas obat tergantung pada profil


sifat fisika dan kimia obat. Faktor utama lingkungan dapat menurunkan
stabilitas diantaranya temperatur yang tidak sesuai, cahaya,
kelembapan,oksigen atau udara dan mikroorganisme. Beberapa faktor
yang juga mempengaruhi degradasi suatu obat adalah substrat,
sumber nitrogen, pH, kompleksasi, keberadaan logam berat, adanya
bahan tambahan seperti adanya surfaktan, dan kelembapan.

B. SARAN

Stabilitas farmasi harus diketahui untuk memastikan bahwa pasien


menerima dosis obat yang diresepkan dan bukan hasil ditemukan
degradasi efek terapi aktif. farmasi bertanggung jawab untuk
memastikan mutu obat tetap baik atau produk tetap stabil setelah
dipasarkan dalam jangka waktu tertentu sampai tanggal kedaluwarsa.
Apoteker komunitas memerlukan pengetahuan tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi stabilitas seperti penyimpanan obat-obatan,
pemilihan wadah yang tepat untuk mengeluarkan obat tersebut,
mengantisipasi interaksi ketika pencampuran beberapa bahan obat,
persiapan, dan menginformasikan kepada pasien setiap perubahan
yang mungkin terjadi setelah obat telah diberikan.

17
DAFTAR PUSTAKA
1. Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian. Lembaran Negara RI Tahun 2009 ,
No. 1,4.Sekretariat Negara.Jakarta
2. Asykin HA. Studi Implementasi Sistem Penyimpanan Obat
Berdasarkan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Sejati Farma
Makassar. Media Farmasi Vol.XIV. No1, Makassar: Fakultas Farmasi
Poltekkes Kemenkes Makassar; 2018.
3. Anggraini C. Kajian Kesesuaian Penyimpanan Sediaan Obat Pada
Dua Puskesmas Yang Berada Di Kota Palangka Raya. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2, Surabaya: Fakultas
Farmasi Universitas Surabaya. 2013.
4. Rosita N, Martodihardjo S. Pengaruh Dapar Fosfat Terhadap
Stabilitas Astemizol. Majalah Farmasi Indonesia 9(4), Surabaya dan
Yogyakarta:: Fakultas Farmasi Universitas Airlangga dan Fakultas
Farmasi Universitas Gajah Mada; 1998.
5. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2012.
Pedoman cara pembuatan obat yang baik. Jakarta: Badan POM RI.
6. Carstensen, J.T, dan Rhodes, C.T. 2000. Drug Stability Principles and
Practices, Third Edition. NewYork.
7. Yoshioka, Sumie dan Valentino J.Stella. 2002. Stability of Drugs and
Dosage Forms. Kluwer Academic Publishers.
8. Raharni, Sudibyo Supardi, dan Ida Diana Sari. 2018. Kemandirian dan
Ketersediaan Obat Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN):
Kebijakan, Harga, dan Produksi Obat. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan
RI.

18

Anda mungkin juga menyukai