Anda di halaman 1dari 19

Pengaruh Perbedaan Tekanan Akibat Gravitasi

Lutfi Karimah

102011359

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jalan Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat. Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Lutfi_karimah@yahoo.com

Pendahuluan

Sistem peredaran darah adalah kesatuan organ yang berperan dalam proses transfortasi
yang terjadi dalam tubuh manusia. Tentunya apabila kita mendengar hal tersebut, secara otomatis
fikiran kita akan langsung teringat pada darah, pembuluh darah, jantung dan lain sebagainya
yang berkaitan dengan sistem peredaran darah. Dimana darah bertindak sebagai penyalur zat-zat
yang terkandung dalam darah, pembuluh darah sebagai media penyalurnya dan jantung bertindak
sebagai mesin yang membantu proses peredaran darah melalui pembuluh darah. Namun apabila
terjadi ketidaksetimbangan pada proses tersebut, akan terjadi gangguan-gangguan yang dapat
mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan terutama jika terjadi pada pembuluh darah.

Dalam kehidupan sehari–hari, selalu saja ada kemungkinan rusak kesinambungan


dinding pembuluh darah. Kecelakaan seperti luka tertusuk benda runcing, tersayat pisau dan
sebagainya, dengan jelas memperlihatkan keluarnya darah sehingga selalu ada reaksi untuk
menghentikannya. Apabila tidak diatasi, ada kemungkinan akan menyebabkan kehilangan darah
dan terjadinya infeksi. Tetapi untuk luka yang kecil yang terkadang bahkan tidak kita sadari,
jarang sekali dilakukan upaya untuk menegndalikan luka itu. Misalnya pada kasus luka kecil di
saluran cerna akibat memakan sesuatu yang keras dan runcing, misalnya tertelan duri ikan. Bisa
saja hal ini akan menimbulkan infeksi bila tidak ada kesadaran dari individu itu sendiri untuk
mengatasinya. Untunglah di dalam tubuh setiap manusia mempunyai suatu mekanisme
pengendalian pendarahan atau hemostasis dan pembekuan darah atau koagulasi.

Hemostasis dan koagulasi merupakan serangkaian kompleks reaksi yang menyebabkan


pengendalian pendarahan melalui pembentukan trombosit dan bekuan fibrin pada tempat cedera.

Isi

Pembuluh nadi extremitas inferior1,2,3

Extemitas inferior diperdarahi oleh A. femoralis yang merupakan lanjutan dari A.


iliaca externa. Setelah melewati canalis adductorius, A. femoralis selanjutnya disebut sebagai A.
poplitea. Cabang-cabang yang terdapat pada A.femoralis ada dua macam yaitu cabang
superficial dan cabang profunda.

Cabang superficial dari A. femoralis antara lain A. epigastrica superficialis dan A.


circumflexa ilium superficialis, dan Aa. pudendae externae. Pada A. epigastrica superficialis
akan berjalan ke arah kranial ke dinding perut. Dan pada A. circumflexa ilium superficialis akan
menuju ke arah lateralis sejajar dengan ligamentum inguinale. Sedangkan Aa. pudendae externae
akan mengurus genitalia externa.

Cabang profunda dari A. femoralis antara lain A. profunda femoris, A. geus suprema.
Pada A. profunda femoris juga memiliki cabang-cabang. Cabang-cabang terbesarnya yang akan
memberi darah pada sebagaian besar tungkai atas. Cabang-cabang dari A. profunda femoris
antara lain A. circumflexa femoris medialis, A. circumflexa femoris lateralis, Aa. perforantes.
Dimana pada A. circumflexa femoris medialis akan menuju ke otot-otot adductor (R.
superficialis dan R. profundus) dan ke articulatio coxae (R. articularis). Pada R.
profundus akan mengadakan anastomosis dengan cabang-cabang A. glutea superior dan inferior.
Sedangkan pada A. circumflexa femoris lateralis akan berjalan ke arah lateral dan bercabang
menjadi ramus ascendens dan descendens. Pada R. ascendens mengadakan anastomosis dengan
A. glutea superior dan A. circumflexa ilium profunda. Ramus descendens berhubungan dengan
A. genus superior lateralis dan A. circumflexa femoris medialis. Dan yang terakhir pada Aa.
perforantes dimana pada pembuluh-pembuluh ini membelok ke arah femoris medial dan
menembus otot-otot adduktor untuk mencapai bagian posterior tungkai atas.
Cabang profunda adari A. femoralis yaitu A. genus suprema akan dipercabangkan
dalam canalis adduktorius, kemudian menembus membrana vasto-adductoria bagian distal,
bersama n. saphenus, dan akhirnya ikut membentuk rete articulare genu (dengan beranastomosis
dengan a. genus superior medialis).

Lanjutan dari A. femoralis yaitu A. poplitea, dimana A. poplitea nantinya akan


mempercabangkan A. genus superior medialis, A. genus superior lateralis, A. genus superior
media, Aa. surales, A. genus inferior medialis, A. genus inferior lateralis. Kemudian pembuluh
tersebut yaitu A. poplitea akan bercabang menjadi dua yaitu A. tibialis anterior dan A. tibialis
posterior. Dimana A. tibialis anterior melalui lobang di dalam membrana interossea dan
mencapai bagian anterior tungkai bawah dimana dipercabangkan A. recurrens tibialis
anetrior dan posterior. Sedangkan pada A. tibialis posteror akan mempercabangkan ramus
fibularis untuk rete articularis genus dan A. peronea.

A. obturatoria merupakan cabang dari A. iliaca interna (A. glutea superior) melalui
foramen obturatorium akan mencapai otot-otot adduktor dan bercabang menjadi ramus
superficialis dan ramus profundus.

A. glutea superior mengambil jalan melalui foramen suprapriforme. Cabang-cabangnya


mengadakan anastomosis dengan A. circumflexa ilium profunda ramus ascendens a. circumflexa
femoris lateralis dan ramus profundus a. circumflexa femoris lateralis.
Gambar1. Pembuluh nadi extremitas inferior.

Pembuluh balik extremitas inferior1,2,3

Di jaringa subkutan di bagian anterior dapat diketemukan V. saphena magna, yang pada
fossa ovalis menembus fascia cribosa dan bermuara ke dalam V. femoralis.

Selain pembuluh ini terdapat pula pembuluh lain, yang membelok ke dalam pada fossa
ovalis, yakni V. epigastrica superficialis, V. circumflexa ilium superficialis, Vv. pudendae
externae. Masing-masing pembuluh balik ini mengikuti perjalanan pembuluh nadi yang sesuai
dengan namanya. Biasanya tiap pembuluh nadi diikuti oleh 2 pembuluh balik, kecuali A.
profunda femoris dan A. femoralis. Dimana A. profunda femoris yang hanya mempunyai satu V.
profunda femoris.

Gambar 2. Pembuluh nadi dan pembuluh


balik extremitas inferior.
Vaskularisasi pada kaki1,2,3

Secara topografik, pada kaki dapat dibedakan dorsum pedis dan planta pedis.
Perdarahan darah arterialis (pembuluh nadi) di kaki biasanya diurus oleh A. tibialis anterior dan
A. tibialis posterior. Dimana A. tibialis anterior di dorsum pedis disebut A. dorsalis pedis. Di sisi
medial kaki dipercabangkan Aa. tarseae mediales dan untuk sisi lateral kaki dipercabangkan A.
tarsea lateralis. Di bagian distal dipercabangkan A. acuarta yang berjalan di bawah otot-otot kaki
ke arah lateral dan berhubungan dengan A. tarsea lateralis untuk membentuk rete dorsalis pedis.

Dari rete dorsalis pedis berasal cabang-cabang yang terkenal sebagai Aa. metatarseae
dorsales. Tiap A. metatarsae dorsalis memberi satu ramus perforans yang berhubungan dengan
pembuluh-pembuluh di planta pedis, lalu tiap A. metatarsea dorsalis bercabang dua menjadi Aa.
digitales dorsalis.

A. dorsalis pedis sendiri menembus septus interosseum I sebagai ramus plantaris


profundus. Dan juga pada A. tibialis posterior bercabang menjadi A. plantaris medialis dan A.
plantaris lateralis. Pada A. plantaris medialis adalah lebih kecil dan berjalan ke arah distal di sisi
medialis kaki.

A. plantaris medialis mengikuti otot-otot jari I ke arah distal, lalu bercabang menjadai
ramus superficialis dan ramus profundus. Ramus profundus a. plantaris medialis mengadakan
anatomosis dengan ramus plantaris profundus. Sedangkan A. dorsalis pedis melakukan
anastomosis dengan ramus profundus a. plantaris lateralis. Dan dengan demikian membentuk
arcus plantaris. Dari arcus plantaris dipercabangkan Aa. meatarsea plantares. Tiap
A. metatarsea plantaris mempercabangkan ramus perforans anteterior yang berhubungan dengan
pembuluh nadi di permukaan dorsalis jari, lalu bercabang dua membentuk Aa. digitales
plantares.

Sedangkan pada perdarahan darah vena di kaki (pembuluh balik) di tiap pasang V.
digitalis dorsalis pedis pada setiap jari akan bersatu menjadi V. metatarsea dorsalis, yang
menyalurkan darahnya ke dalam arcus venosus dorsalis pedis. Arcus venosus dorsalis pedis
berhubungan dengan rete venosum dorsale pedis, yang terletak sub kutan dan menyalurkan
darahnya melalui V. saphena magna V. saphena parva.
Di planta pedis tiap-tiap Vv. digitales plantaris pedis bersatu menjadi satu V. metatarsea
plantaris yang bermuara ke dalam arcus venosus plantaris. Lengkung ini terletak berdekatan pada
arcus plantaris arteriousum.

Systema venosum di dorsum pedis dan di planta pedis dihubungkan satu dengan yang
lain oleh Vv. intercapitulariae. Selain itu untuk diketahui dalam jaringan subkutan pedis terletak
satu rete venosum plantare.

Pada pembahasan selanjutnya yaitu topografi dorsum pedis, batas proximal dorsum
pedis adalah garis yang terletak tepat proximal dari malleoli. Pada dorsum pedis pembuluh-
pembuluh getah bening membentuk anyaman yang rapat. Juga pembuluh-pembuluh balik
dangkal membentuk anyaman demikian dan berhubungan dengan venae superficialis dan venae
dangkal di planta pedis.

Dari bagian lateral anayaman ini keluar ke V. saphena parva, sedangkan dari bagian
medial berasal V. saphena magna. Pada tempat dimana A. dorsalis pedis tiba di dorsum pedis
pembuluh ini terletak lateral terhadap urat M. extensor hallucis longus. Lalu A. dorsalis pedis
mengikuti urat ini sampai pada spatium interosseum I dimana pembuluh tadi membelok ke arah
plantaris, menembus spatium interosseum I sebagai A. plantaris profundus.

Tepat proximal terhadap ligamentum crucriatum cruris dipercabangkan Aa.


malleolares anteriores medialis dan lateralis. Diatal dari ligamentum tersebut dipercabangkan Aa.
tarseae lateralis dan medialis. Dimana A. tarseae lateralis biasanya lebih besar, dipercanbangkan
proximal dari garis sendi Chopart, tertutup oleh urat-urat otot ekstensor panjang dan otot
ekstensor pendek, lalu berjalan ke arah lateral bersama-sama dengan ramus muscularis n.
peroneus otot-otot ekstensor pendek, mengadakan anastomosis dengan A. arcuata.

Dari A. arcuata keluar A. metatarseae dorsalis. Cabang-cabang ini menuju ke arah distal
sampai setinggi capituli ossa metatarsalia dimana masing-masing bercabang menjadi Aa.
digitales dorsales.

Pada topografi regio planta pedis, dimulai dari canalis malleolaris A. plantaris medialis
dan A. plantaris lateralis serta saraf-saraf yang bersenama masuk ke dalam ruangan plantaris
tengah. Pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf ini mengikuti perjalanan urat-urat dari otot-otot
flexor panjang dorsal dari M. abductor hallucis.

A. plantaris medialis biasanya adalah kecil dan merupakan lanjutan A. tibialis posterior.
Pembuluh ini berjalan bersama-sama dengan N. plantaris diantara M. flexor digitorum brevis dan
M. abductor hallucis dalam sulcus plantaris medialis. Setinggi os metatarsea I pembuluh tadi
mengadakan anastomosis dengan A. plantaris lateralis dan juga dengan A. plantaris profundus
sehingga dengan demikian membentuk arcus plantaris.

A. plantaris lateralis berjalan ke arah lateral anatara M. flexor digitorum brevis dan M.
quadratus plantae, lalu membelok ke arah distal dan berjalan antar otot-otot jari V dan M.
quadratus plantae sampai setinggi garis Lisfranc. Pada tempat ini pembuluh tadi membelok ke
arah medial dan masuk lagi ke ruangan plantaris tengah, lalu berjalan ke dorsal sampai pada
fascia interossea plantaris. Dalam bidang ini A. plantaris lateralis menuju ke spatium interosseum
I, dimana pembuluh ini mengadakan anastomosis dengan A. plantaris medialis dan dengan
demikian membentuk arcus plantaris, dari arcus plantaris dipercabangkan Aa. metatarseae
plantares. Maing-masing A. metatarsea plantaris kemudian bercabang dua menjadi Aa. digitales
plantares untuk jari-jari.

Tiap pembuluh nadi diikuti oleh 2 pembuluh balik yang senama. Kedua pembuluh balik
mengadakan hubungan dengan Vv. plantares dangkal dan juga dengan pembuluh-pembuluh
balik di dorsum pedis melalui spatia interosseae.

Gambar 3. Vaskularisasi pada kaki.


Struktur mikroskopik pembuluh darah4

1) Arteri

Darah diangkut dari jantung ke jalinan kapiler dalam jaringan oleh arteri. Arteri
memiliki tiga lapis konsentris antara lain, tunika intima (lapis dalam), tunika media (lapis
tengah), dan tunika adventisia (lapis luar).

Di arteri terdapat gradasi dalam diameter dinding pembuluh, dari arteri paling besar
sampai ke kapiler, namun arteri biasanya digolongkan sebagai, arteri elastic (arteri konduksi),
arteri muscular (arteri distribusi), arteriol, berdasarkan ukuran, unsur utama dari tunika media,
dan fungsi utamanya.

2) Arteri Elastis

Arteri elastic besar, seperti arteri pulmoner dan aorta, subklavia, karotis komunis, dan
iliaka komunis, memiliki dinding dengan banyak lapis elastin pada tunika medianya. Pembuluh
konduksi utama ini diregangkan selama jantung berkontraksi (sistole), dan penguncupan
kelenturan dindingnya selama diastole.

Pada lapisan tunika intima arteri ini terdiri atas endotel, epitel gepeng, dipisahkan dari
elastika interna oleh jaringan ikat longgar dengan sedikit fibroblast, kadang-kadang sel-sel otot
polos, dan serat kolagen halus.

Tunika media arteri elastic terdiri atas banyak lamel elastin konsentris dengan fenestra
yang berselang-seling dengan lapis tipis terdiri atas sel-sel otot polos terorientasi melingkar, dan
serat-serat kolagen dan elastin dalam proteoglikan matriks ekstrasel. Pada Tunika adventisianya
terdiri atas fibroblast, berkas memanjang serat kolagen dan anyaman longgar serat elastin halus.

3) Arteri Muscular

Arteri muscular ini mencakup arteri brankial, femoral, radial, dan poplitea. Dalam
kategori ini termasuk kebanyakan pembuluh dari sistem arteri, dengan diameter sampai sekecil
0,5mm.
Pada lapisan tunika intima, terdapat elastika interna jelas yang sering tampak pada
bagian potongan melintang. Kemudian pada lapisan tunika media ini terdapat tiga atau empat
lapis sel otot polos pada erteri kecil sampai sebanyak 40 dalam arteri besar, pada lapisan ini juga
mengandung serat elastin halus yang terutama terorientasi melingkar. Dan pada lapisan tunika
adventisianya, terdiri dari fibroblast, serat elastin dan kolagen.

4) Arteriol

Arteri kecil dan arteriol merupakan segmen sirkulasi yang secara fisiologis
penting karena mereka merupakan unsure utama bagi tahanan perifer terhadap aliran yang
mengatur tekanan darah. Arteriol mempunyai diameter antara 200 µm sampai 40 µm.

Tunika intimanya terdiri atas endotel utuh dan lapis subendotel yang sangat tipis teridiri
atas serat retikulin dan elastin. Pada lapisan tunika medianya terdiri atas dua lapis sel otot polos.
Sedangkan pada lapisan tunika adventisianya disusun serat kolagen dan sedikit fibroblast.

5) Vena

Dari kapiler, darah dikembalikan kejantung dalam Vena. Mereka ini biasanya menyertai
arteri terkait, dan selama menuju ke jantung, diameter vena bertambah besar diameternya serta
dindingnya makin tebal, namun dinding vena lebih tipis, lebih lemas dan tidak se-elastis arteri.
Lalu, sama seperti arteri, vena dibedakan menjadi tiga lapisan dindingnya antara lain tunika
intima, tunika media, dan tunika adventisia. Serta, vena dibedakan menjadi tiga kategori: ada
vena kecil, sedang dan besar.

6) Venula dan Vena Kecil

Venula memiliki diameter sekitar 50 µm, sel-sel otot polos melingkarinya tersusun agak
terpisah, namun celah pemisah ini makin kecil dengan membesarnya pembuluh itu. Pada venul
yang lebih besar dan vena kecilm otot polos ini membentuk lapis yang dapat dikatakan utuh,
namun sel-selnya berbentuk kurang teratur dan terpisah lebih jauh dari pada di arteriol.

7) Vena Sedang

Vena sedang ini berukuran sekita 2-9 mm mencakup vena kutan dan yang lebih dalam
dari ekstremitas distal dari vena brakial dan poplitea, vena kepala, dan banyak vena dari visera.
Pada lapisan tunika intimanya terdiri atas endotel, lamina basalnya, dan serat-serat
retikulin. Kemudian pada tunika medianya terdiri atas selapis otot polos melingkar namun lebih
tipis dan longgar dari pada artero. Selanjutnya, tunika adventisianya terdiri atas berkas kolagen
dan anyaman serat-serat elastin.

8) Vena Besar

Vena besar mencakup vena cava inferior, vena portal, iliaka eksterna, renal, dan vena
azygos. Tunika intimanya mempunyai struktur hampir sama seperti vena sedang, namun dalam
pembuluh yang lebih besar ini, jaringan ikat subendotelnya dapat jauh lebih tebal, selain itu
lapisan ini mengandung sebaran fibroblast dan diluarnya dibatasi jalinan serat elastin. Kemudian
pada kebanyakan vena besar, tidak ada tunika media dan adventisia tebal yang membentuk
sebagian besar ketebalan dinding.

Gambar 4. Mikroskopik sistem pembuluh darah.

Katup Vena
Vasokontriksi vena dan kompresi vena eksternal mendorong darah menuju jantung.
Darah hanya dapat terdorong maju karena vena-vena besar dilengkapi oleh katup-katup satu arah
yang berjarak 2 sampai 4 cm satu sama lain; katup ini memungkinkan darah mengalir maju
menuju jantung tetapi menghambatnya mengalir balik ke jaringan. Katup-katup vena ini juga
berperan melawan efek gravitasi pada posisi tegak dengan membantu meminimalkan aliran balik
darah yang cenderung terjadi ketika seseorang berdiri dan secara temporer menunjang bagian-
bagian dari kolom darah ketika otot rangka melemas.5

Bila tidak ada katup dalam vena, efek tekanan hidrostatik akan menyebabkan tekanan
vena di kaki selalu sebesar kira-kira +90mmHg pada seorang dewasa yang berdiri. Akan tetapi,
setiap kali seseorang menggerakan tungkai, ia menegangkan ototnya dan menekan vena di
bagian otot atau sekitarnya, dan ini memeras darah keluar keluar dari vena. Katup vena diatur
begitu rupa sehingga arah aliran darah hanya ke jantung. Akibatnya, setiap kali seseorang
menggerakkan tungkai atau menegangkan otot, sejumlah darah didorong ke arah jantung dan
tekanan di vena diturunkan. Sistem pemompaan ini dikenal sebagai “pompa vena” atau “pompa
otot”, dan hal ini cukup efisien dalam keadaan biasa, tekanan vena di kaki seorang dewasa yang
sedang berjalan kurang lebih 25mmHg.6

Mekanisme Aliran darah5

Sistem vaskuler memiliki peranan penting pada mekanisme aliran darah. Mekanisme aliran
darah tersebut tidak terlepas dari peranan bagian-bagian pembuluh darah. Yang secara umum
adalah arteri dan vena.
Bagian- bagian yang berperan dalam sirkulasi:
1. Arteri mentranspor darah di bawah tekanan tinggi ke jaringan.
2. Arteriola, cabang kecil dari sistem arteri yang berfungsi sebagai kendali ketika darah
yang dikeluarkan ke dalam kapiler.
3. Kapiler , tempat pertukaran cairan, zat makanan dan elektrolit, hormone dan bahan
lainnya antara darah dan cairan interstitial.
4. Venula yaitu mengumpulkan darah dari kapiler secara bertahap
5. Vena yaitu saluran penampung pengangkut darah dari jaringan kembali ke jantung.

Mekanisme aliran darah atau sirkulasi darah ini sangat bergantung pada gradient tekanan
dan resistensi vascular. Sebab Laju aliran darah melalui suatu pembuluh berbanding lurus
dengan gradien tekanan dan berbanding terbalik dengan resistensi vaskular:
𝚫𝐏
F= 𝑅

Dimana

F = laju aliran melalui suatu pembuluh

ΔP = gradien tekanan

R = resistensi pembuluh darah

Gradien tekanan adalah perbedaan tekanan antara awal dan akhir suatu pembuluh. Darah
mengalir dari daerah dengan tekanan lebih tinggi ke daerah dengan tekanan lebih rendah
mengikuti penurunan gradien tekanan. Kontraksi jantung menimbulkan tekanan pada darah,
yaitu gaya dorong utama bagi aliran melalui suatu pembuluh. Karena gesekan (resistensi),
tekanan turun sewaktu darah menyusuri panjang pembuluh. Karena itu, tekanan lebih tinggi
diawal daripada di akhir pembuluh, membentuk gradien tekanan untuk aliran maju darah melalui
pembuluh.

Faktor lain yang mempengaruhi laju aliran melalui suatu pembuluh adalah resistensi,
yaitu ukuran tahanan atau oposisi terhadap aliran darah yang melalui suatu pembuluh, akibat
gesekan (friksi) antara cairan yang bergerak dan dinding vaskular yang diam. Jika resistensi
meningkat maka gradien tekanan harus meningkat secara proporsional agar laju aliran tetap.
Karenaitu, jika pembuluh membentuk resistensi yang lebih besar maka jantung harus bekerja
lebih keras untuk mempertahankan sirkulasi adekuat.3

Resistensi terhadap aliran darah bergantung pada tiga faktor : (1) kekentalan
darah(viskositas) darah, (2) Panjang pembuluh, (3) Jari jari pembuluh. Jadi semangkin besar
viskositas darah maka semakin besar resistensi terhadap aliran darah. Begitu juga semakin besar
luas permukaan pembuluh darah dan semakin besar jari-jari pembuluh darah maka semakin besar
resistensi terhadap aliran darah. Karena darah “bergesekan” dengan lapisan dalam pembuluh
sewaktu mengalir. Gesekan tersebut membuat kecepatan aliran darah berkurang.
Mekanisme aliran darah arteri7,8

Arteri dibentuk khusus berfungsi sebagai saluran transit cepat bagi darah dari jantung ke
berbagai organ (karena jari-jarinya yang besar, arteri tidak hanya menimbulkan resistensi
terhadap aliran darah) dan berfungsi sebagai reservoir (penampung) tekanan untuk menghasilkan
gaya pendorong bagi darah ketika jantung dalam keadaan relaksasi. Sewaktu jantung memompa
darah ke dalam arteri sewaktu sistol ventrikel, lebih banyak darah yang masuk ke arteri dari
jantung daripada yang keluar ke pembuluh-pembuluh yang lebih kecil di hilir karena pembuluh-
pembuluh kecil ini memiliki resistensi yang lebih besar terhadap aliran. Elastisitas arteri
memungkinkan pembuluh ini mengebang untuk secara temporer menampung kelebihan volume
darah yang disemprotkan oleh jantung, menyimpan sebagian energy tekanan yang ditimbulkan
oleh kontraksi jantung di dindingnya yang teregang seperti balon yang mengembang untuk
mengakomodasi tambahan volume udara yang di hembukan ke dalamnya. Saat jantung melemas
dan berhenti memompa darah ke dalam arteri, dinding arteri yang teregang secara pasif mengecil
(recoil), seperti balon yang dikempiskan. Recoil ini mendorong kelebihan darah di arteri masuk
kedalam pembuluh-pembuluh di hilir, memastikan aliran darah yang kontinyu ke organ-organ
saat jantung melemas dan tidak memompa darah kedalam sistem.

Mekanisme Aliran darah vena7,8

Sistem vena menuntaskan sirkuit sirkulasi. Darah yang meninggalkan jaringan kapiler
masuk ke sistem vena untuk dikembalikan ke jantung.Vena memiliki jari-jari besar sehingga
resistensinya terhadap aliran darah rendah. Selain itu karena luas potongan melintang total sistem
vena secara bertahap berkurang seiring dengan menyatunya vena-vena kecil menjadi pembuluh
yang semakin besar tetapi semakin sedikit, aliran darah menjadi lebih cepat ketika mendekati
jantung. Selain berfungsi sebagai saluran beresistensi rendah untuk mengembalikan daarah dari
jaringan ke jantung, vena sistemik jga berfungsi sebagai reservoir darah. Karena kapasitas
penyimpanannya, vena sering disebut pembuluh darah penyimpan. Vena memiliki dinding yang
jauh lebih tipis dan lebih sedikit otot polos dibandingkan dengan arteri. Juga berbeda dari arteri,
vena memiliki elastisitas yang rendah karena jaringan ikat vena lebih banyak mengandung serat
kolagen daripada elastin. Otot polos vena juga tidak memiliki banyak tonus miogenik inheren,
karena sifat-sifat inilah maka vena sangat mudah teregang dan banyak tidak banyak
memperlihatkan recoil elastic. Pembuluh ini mudah melebar untuk menampung tambahan
volume darah dengan hanya sedikit penambahan tekanan vena. Arteri yang teregang oleh
kelebihan volume darah akan kembali mengecil karena adanya serat-serat elastic di dindingnya,
mendorong darah bergerak maju. Vena yang mengandung tambahan volume darah hanya
mengalami peregangan untuk menampung tambahan tersebut tanpa cenderung mengecil
kembali. Dengan cara ini vena berfungsi sebagai reservoir (penampung) darah; yaitu ketika
kebutuhan darah rendah, vena dapat menyimpan kelebihan darah sebagai cadangan karena
sifatnya yang mudah teregang secara pasif ini. Ketika simpanan darah tersebut dibutuhkan,
misalnya saat berolahraga, faktor ekstrinsik mengurangi kapasitas reservoir vena dan mendorong
tambahan darah dari vena kembali ke jantung untuk dipompa ke jaringan. Peningkatan aliran
balik vena meningkatkan volume isi sekuncup, sesuai hukum Frank-Starling jantung.
Sebaliknya, jika terlalu banyak darah terkumpul di vena dan tidak dikembalikan ke jantung maka
curah jantung akan berkurang secara abnormal. Karena itu terdapat keseimbangan antara
kapasitas vena, tingkat aliran balik vena, dan curah jantung. Gaya yang menyeabkan aliran vena
adalah gradient tekanan antara vena dan atrium. Aliran balik vena ditingkatkan oleh
vasokonstriksi vena yang diinduksi oleh aktivitas simpatis dan oleh kompresi eksternal vena
karena kontraksi otot rangka sekitar. Kedua hal ini mendorong darah keluar dari vena. Efek-efek
ini membantu tubuh melawan efek gravitasi pada sistem vena.

Tekanan Darah Arterial9

Tekanan darah arterial ialah kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang
menampungnya. Tekanan ini berubah-ubah pada setiap tahap siklus jantung.

Selama systole ventrikuler, pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk aorta,
tekanan naik sampai kepuncak, yang disebut tekanan sistolik. Selama diastole tekanan turun.
Nilai terendah yang dicapai disebut tekanan diastolik.

Tekanan darah sistolik dihasilkan oleh otot jantung yang mendorong isi ventrikel masuk
kedalam arteri yang telah teregang. Selama diastole arteri masih tetap menggembung karena
tahanan perifer dari arteriole-arteriole menghalangi semua darah mengalir kedalam jaringan.
Demikianlah maka tekanan darah sebagian tergantung pada kekuatan dan volume darah yang
dipompa oleh jantung, dan sebagian lagi kepada kontraksi otot dalam dinding arteriole.
Kontraksi ini dipertahankan oleh saraf vasokonstriksi, dan ini dikendalikan oleh pusat
vasomotorik dalam medulla oblongata. Pusat ini mengatur tahanan perifer untuk
mempertahankan agar tekanan darah relatif konstan.

Tekanan Darah Vena9

Besarnya aliran balik darah menuju jantung dipengaruhi oleh besarnya tekanan vena.
Meningkat atau menurunnya tekanan vena disebabkan adanya kapasitansi dari arteri dan vena.
Kapasitansi adalah kemampuan pembuluh darah berdilatasi saat menerima sejumlah besar
volume darah. Sistem vena mempunyai daya kapasitansi yang sangat besar dan berpengaruh
terhadap perubahan tekanan yang kecil. Kemampuan kapasitansi sistem vena ini disebabkan oleh
adanya pengaturan saraf simpatis. Adanya kapasitansi dan banyaknya sistem saraf simpatis ini
akan mengubah tekanan vena dalam mengatur airan balik ke jantung. Konstriksi vena yang
disebabkan oleh stimulasi saraf simpatis akan mengurangi kapasitansi dan meningkatkan tekanan
vena, sehingga meningkatkan aliran balik ke jantung. Dan sebaliknya, dilatasi vena akan
meningkatkan kapasitansi dan tekanan vena akan berkurang yang selanjutnya akan mengurangi
aliran balik.

Perbedaan Sifat Aliran Darah pada Arteri dan Vena11

Fungsi arteri adalah untuk mentranspor darah di bawah tekanan tinggi ke jaringan.
Karena alasan ini, arteri mempunyai dinding vaskular yang kuat, dan darah mengalir dengan
cepat di arteri.

Sedangkan vena berfungsi sebagai saluran penampung guna pengangkutan darah dari
jaringan kembali ke jantung, tetapi sama pentingnya, vena bertindak sebagai penampung utama
darah. Karena tekanan di sistem vena sangan rendah, dinding vena sangat tipis. Meskipun
demikian, dindingnya mempunyai otot dan ini menyebabkan vena dapat berkontraksi atau
meluas dan dengan demikian bertindak sebagai penampung darah ekstra yang dapat
dikendalikan, bergantung pada kebutuhan tubuh. Sejauh ini bagian darah terbesar di sirkulasi
berada di vena sistemik. 84% dari seluruh volume darah tubuh terdapat di sirkulasi sistemik,
dengan 64% di vena, 13% di arteri, dan 7% di arteriol sistemik dan kapiler. luas penampang vena
jauh lebih besar daripada arteri, rata-rata sekitar empat kali arteri yang sepadan. Ini menerangkan
mengenai penyimpanan darah yang lebih banyak di sistem vena dibandingkan dengan di sistem
arteri. Karena volume darah yang sama mengalir melalui setiap segmen sirkulasi setiap
menitnya, kecepatan aliran darah berbanding terbalik dengan luas penampang. Dapat
disimpulkan bahwa, kecepatan aliran arteri lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan darah
ketika berada di vena.

Faktor – faktor yang mempengaruhi aliran balik vena

Istilah aliran balik vena dilihat dari volume darah yang masuk ke masing – masing atrium
dari vena per menit. Ada dua faktor yang mempengaruhi aliran balik vena. Pertama, oleh efek
aktivitas simpatis pada aliran balik vena yang menyebabkan vasokontriksi yang dapat
meningkatkan gradien tekanan untuk mendorong lebih banyak darah yang tersimpan di vena
kedalam atrium kanan sehingga aliran akan meningkat.5 Dalam keadaan normal vena memiliki
jari – jari yang yang sedemikian besar sehingga vasokontriksi yang terjadi akibat stimulasi
simpatis tidak banyak berefek pada resistensi terhadap aliran. Bahkan jika kontraksi, vena masih
tetap memiliki jari – jari yang relative besar sehingga tetap merupakan pembuluh dengan
resistensi yang rendah. Meningkatnya aliran balik vena yang ditimbulkan oleh rangsangan
simpatis menyebabkan peningkatan curah jantung karena bertambahnya volume diastolic akhir.

Kedua, dipengaruhi oleh aktivitas otot rangka pada aliran balik vena sehingga saat
kontraksi akan menekan vena.5 Kompresi vena eksternal ini mengurangi kapasitas vena dan
meningkatkan tekanan vena, sehingga memeras cairan di vena agar mengalir ke jantung. Efek
pompa tersebut yang dikenal sebagai pompa otot rangka yaitu salah satu cara pengembalian
darah tambahan dari vena ke jantung selama berolahraga. Meningkatnya aktivitas otot
mendorong lebih banyak darah keluar vena dan masuk ke jantung. Meningkatnya aktivitas
simpatis dari vasokontriksi vena yang ditimbulkannya pada saat berolahraga, semakin
meningkatkan aliran balik vena.
Melawan efek gravitasi

Ketika seseorang berdiri efek gravitasi tidaklah seragam. Selain tekanan biasa akibat
kontraksi jantung, pembuluh – pembuluh yang ada di bawah jantung mengalami tekanan dari
berat kolom darah yang terbentang dari jantung ke ketinggian pembuluh yang bersangkutan.

Terdapat dua konsekuensi penting peningkatan tekanan ini. Pertama, vena – vena yang
dapat meregang akan melebar akibat meningkatnya tekanan hidrostatik sehingga kapasitasnya
bertambah. Meskipun mendapat efek gravitasi yang sama, namun arteri tidak mudah teregang
dan tidak mengambang seperti vena, banyak darah yang masuk dari kapiler cenderung
berkumpul di vena – vena tungkai bawah yang mengembang dan tidak kembali ke jantung.
Karena aliran balik vena berkurang maka curah jantung menurun dan volume sirkulasi efektif
menciut.5

Kedua peningkatan, mencolok tekanan darah kapiler yang terjadi karena efek gravitasi
menyebabkan banyak cairan yang keluar dari anyaman kapiler di ekstremitas bawah yang dapat
menimbulkan edema local (yaitu kaki dan pergelangan kaki membengkak).5

Dalam keadaan normal terdapat dua mekanisme kompensasi yang melawan efek gravitasi
ini. Pertama, penurunan tekanan arteri rerata yang terjadi ketika seseorang berpindah dari posisi
berbaring berpindah menjadi tegak memicu fase kontraksi vena melalui saraf simpatis yang
mendorong maju sebagian dari darah yang menumpuk. Kedua otot rangka menginterupsi kolom
darah dengan mengosongkan secara total segmen – segmen tertentu vena secara inteminten
sehingga bagian tertentu dari suatu vena tidak mengalami beban dari seluruh kolom vena dari
jantung kebagian vena tersebut.

Refleks vasokontriksi vena tidak dapat mengkompensasi secara lengkap efek gravitasi
tanpa efektasi otot rangka. Karenannya, ketika seseorang berdiri diam dalam waktu lama maka
aliran darah ke otal berkurang. Hal ini disebabkan karena berkurangnya volume sirkulasi efektif,
meskipun terjadi refleks untuk mempertahankan tekanan arteri rerata. Berkurangnya aliran darah
ke otak menyebabkan pingsan, yang mengembalikan orang tersebut ke posisi horizontal,
sehingga menghilangnya efek gravitasi pada sistem vaskular dan mengaktifkan sirkulasi efektif.
Peranan Enzim Jantung

Enzim jantung dalam plasma merupakan bagian dari profil diagnostic, yang meliputi
riwayat, gejala, dan elektrokardiogram untuk mendiagnosa infark miokard. Enzim dilepaskan
dari sel bila sel mengalami cedera dan membrannya pecah. Kebanyakan enzim tidak spesifik
dalam hubungannya dengan organ tertentu yang rusak. Namun berbagai isoenzim hanya
dihasilkan oleh sel miokardium dan dilepaskan bila sel mengalami kerusakan akibat hipoksia
lama dan mengakibatkan infark. Isoenzim bocor ke rongga interstitial miokardium dan kemudian
diangkat ke peredaran darah umum oleh system limfa dan peredaran koronaria, yang
mengakibatkan peningkatan kadar dalam darah.

Karena enzim yang berbeda dilepaskan kedalam darah pada periode yang berbeda setelah
infark miokard, maka sangat penting mengevaluasi kadar enzim yang dihubungkan dengan nyeri
dada atau gejala lain. Kreatin Kinase (CK) dan isoenzimnya (CKMB) adalah enzim yang spesifik
yang dianalisa untuk mendiagnosa infark jantung akut, dan merupakan enzim pertama yang
meningkat. Laktat dehidrogenase (LH) dan isoenzimnya juga perlu diperiksa pada pasien yang
terlambat berobat karena kadarnya baru meningkat dan mencapai puncaknya pada 2-3 hari jauh
lebih lambat dibandingkan CK. 13

Penutup

Jadi dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa refleks vasokontriksi vena tidak
dapat mengkompensasi secara lengkap efek gravitasi tanpa efektasi otot rangka. Karenannya,
ketika seseorang berdiri diam dalam waktu lama maka aliran darah ke otal berkurang. Hal ini
disebabkan karena berkurangnya volume sirkulasi efektif, meskipun terjadi refleks untuk
mempertahankan tekanan arteri rerata. Berkurangnya aliran darah ke otak menyebabkan pingsan,
yang mengembalikan orang tersebut ke posisi horizontal, sehingga menghilangnya efek gravitasi
pada sistem vaskular dan mengaktifkan sirkulasi efektif.
Daftar Pustaka

1. Watson R. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: EGC; 2002. h. 274-6.


2. Winami W, Kindangen K, Listiawati E. Buku ajar anatomi: sistem kardiovaskular 1.
Jakarta: FK UKRIDA; 2010.h.50-7.
3. Faiz O, Moffat D. At a glance series anatomi. Jakarta: Erlangga; 2003. h. 93.
4. Fawcett DW. Buku ajar histology. Jakarta: EGC; 2002. h. 330-356.
5. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Dalam: Pendit BU, Yesdelita N,
penyunting. Pembuluh darah dan tekanan darah. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011.h.369-
419.
6. Craigmyle MBL. Atlas berwarna histology. Jakarta: EGC; 1987.h.359-72.
7. Ethel S. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: EGC; 2004.
8. Robbins dan Cotran. Dasar patologis penyakit. Edisi ke-7. Jakarta: EGC; 2009.
9. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: EGC; 2006. h. 141.
10. Murraqin A. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskular. Jakarta:
Salemba Medika; 2009. h. 13.
11. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Dalam: Setiawan I, Tengadi KLA,
Santoso A. Tinjauan sirkulasi; fisik medis dari tekanan, aliran, dan tahanan. Edisi ke-9.
Jakarta: EGC; 1997.h. 205-15.
12. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi ke- 27. Jakarta: EGC;
2006.
13. Marks DB. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC; 2000.

Anda mungkin juga menyukai