u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
PUTUSAN
Nomor 21 P/HUM/2017
si
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
MAHKAMAH AGUNG
ne
ng
Memeriksa dan mengadili perkara permohonan keberatan hak uji materiil
terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
do
gu Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Penyertaan
dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan
In
Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
A
325, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6006), pada
tingkat pertama dan terakhir telah memutuskan sebagai berikut, dalam perkara:
ah
lik
I. MAJELIS NASIONAL KORPS ALUMNI HIMPUNAN
MAHASISWA ISLAM (KAHMI), badan hukum perkumpulan
am
ub
yang telah disahkan berdasarkan Keputusan Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor C-321.HT.01.03.TH 2003, berkedudukan di Jl. Turi 1
ep
k
dalam hal ini diwakili oleh Prof. Dr. Moh Mahfud, MD.,
R
si
jabatan Koordinator Presidium Majelis Nasional KAHMI;
Selanjutnya disebut sebagai Pemohon I;
ne
ng
do
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
gu
hal ini diwakili oleh Budi Retno Minulyo, S.IP., M.E., jabatan
Ketua Pengurus Yayasan;
ah
lik
pekerjaan dosen;
ep
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
V. Dr. M. ALFAN ALFIAN, M., kewarganegaraan Indonesia,
si
tempat tinggal di Jl. Matahari No. 76 RT.005/RW.011,
Jatibening, Kecamatan Pondokgede, Kota Bekasi, Jawa
ne
ng
Barat, pekerjaan Dosen;
Selanjutnya disebut sebagai Pemohon V;
Selanjutnya memberi kuasa kepada :
do
gu 1. Bisman Bhaktiar, S.H., M.H., M.M.;
2. Veri Junaidi, S.H., M.H.;
In
A
3. Jamil B., S.H.;
4. Ikhwan Fahrojih, S.H.;
ah
lik
5. Wahyu Iswantoro, S.H.;
Kesemuanya Para Advokat dan Konsultan Hukum yang
tergabung dalam “Tim Hukum KAHMI Penyelamat Aset
am
ub
Negara”, beralamat di Jl. Turi 1 Nomor 14 Senopati
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, berdasarkan surat kuasa
ep
khusus tanggal 2 Maret 2017;
k
R
Para Pemohon;
si
melawan:
ne
ng
do
gu
DUDUK PERKARA
Menimbang, bahwa Para Pemohon dengan surat permohonannya
ah
ub
ep
ng
on
gu
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
A. Kewenangan Mahkamah Agung;
si
1. Bahwa berdasarkan Pasal 24A ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Mahkamah Agung
ne
ng
mempunyai kewenangan konstitusional untuk menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-
undang, sebagaimana dinyatakan “Mahkamah Agung berwenang
do
gu mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan
In
A
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang”;
2. Bahwa kewenangan untuk menguji peraturan perundang-undangan di
ah
lik
bawah undang-undang tersebut diatur dalam Pasal 31 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung juncto
am
ub
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
ep
Agung yang menyebutkan:
k
si
undang;
b. Mahkamah Agung menyatakan tidak sah peraturan perundang-
ne
ng
do
gu
lik
ub
hukum mengikat;
3. Bahwa kewenangan tersebut juga diatur dalam Pasal 20 ayat (2)
ka
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Pembentukan PUU, ditentukan sebagai berikut:
R
“Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan terdiri atas:
si
a. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
ne
ng
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang;
do
gu d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
In
A
f. Peraturan Daerah Provinsi, dan;
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota”;
ah
lik
perundang-undangan sesuai dengan hierarki sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)”;
am
ub
Dalam bagian penjelasan dari Pasal 7 ayat (2) UU Pembentukan
PUU dinyatakan bahwa “Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan
ep
“hierarki” adalah penjenjangan setiap jenis Peraturan Perundang-
k
si
Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi”;
Dengan demikian, sesuai dengan asas hukum lex superior derogat
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di atasnya,
si
maka dapat dimohonkan untuk diuji melalui uji materiil kepada
Mahkamah Agung sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku;
ne
ng
7. Bahwa kewenangan untuk melakukan uji materi terhadap peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang secara teknis telah
diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia
do
gu Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil (selanjutnya disebut
“Perma 1/2011”), yang juga menegaskan dalam Pasal 1 butir ke-1
In
A
sebagai berikut “Hak Uji Materiil adalah hak Mahkamah Agung untuk
menilai materi muatan peraturan perundang-undangan di bawah
ah
lik
undang-undang terhadap peraturan perundang-undangan tingkat
lebih tinggi;
8. Bahwa Permohonan uji materiil yang diajukan dalam permohonan ini
am
ub
adalah pengujian PP 72/2016, dengan alasan dan keberatan karena
beberapa pasal/ayat dan ketentuan dalam PP 72/2016 bertentangan
ep
dengan Undang-Undang yang kedudukannya lebih tinggi, yakni:
k
si
b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (UU Keuangan Negara) (Bukti P-3);
ne
ng
do
gu
P-4);
9. Bahwa yang dimohonkan untuk diuji dalam permohonan ini adalah
Peraturan Pemerintah yang secara hierarkhis berada di bawah
In
A
lik
ub
Indonesia;
M
ng
on
gu
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
B. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Para Pemohon;
si
1. Berdasarkan ketentuan Pasal 31 A ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat
(4), Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
ne
ng
atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung,
menyatakan sebagai berikut:
1) Permohonan pengujian peraturan perundang-undangan di bawah
do
gu undang-undang dilakukan langsung oleh Pemohon atau kuasanya
kepada Mahkamah Agung dan dibuat secara tertulis dalam Bahasa
In
A
Indonesia;
2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
ah
lik
dilakukan oleh pihak yang menganggap haknya dirugikan oleh
berlakunya peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
yaitu:
am
ub
a. Perorangan Warga Negara Indonesia;
b. Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan
ep
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
k
si
3) Permohonan sekurang-kurangnya harus memuat:
a. Nama dan alamat Pemohon;
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
termasuk dalam kualifikasi yang telah ditentukan dalam Perma 1/2011
si
sehingga dapat dinyatakan mempunyai kedudukan hukum (legal
standing) dalam pengajuan perkara ini;
ne
ng
3. Bahwa Pemohon I dan Pemohon II adalah subjek hukum yang telah
berbadan hukum di Indonesia yang mempunyai maksud dan tujuan di
bidang sosial untuk memantapkan visi keislaman, kebangsaan dan
do
gu kecendikiaan yang dalam kegiatannya dapat dilakukan melalui berbagai
usaha-usaha pembinaan, pengembangan, advokasi, pemberdayaan
In
A
masyarakat, peran politik kebangsaan, dan sebagainya. Pengajuan
permohonan pengujian terhadap PP 72/2016 merupakan mandat
ah
lik
organisasi dalam melakukan peran kebangsaan sebagai upaya
perwujudan masyarakat masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh
Allah SWT melalui penegakan hukum dan keadilan. Hal ini tercermin di
am
ub
dalam Anggaran Dasar dan/atau akta pendirian organisasi. (Bukti P-6
dan P-7);
ep
4. Bahwa organisasi dapat bertindak mewakili kepentingan publik/umum
k
si
berbentuk badan hukum atau kelompok masyarakat dan organisasi
tersebut telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran
ne
ng
dasarnya;
5. Bahwa Pemohon III, Pemohon IV dan Pemohon V merupakan warga
do
gu
a. Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 ”Setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
ah
lik
ub
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
BUMN atau Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud dalam
si
Pasal 2 ayat (2) huruf d kepada BUMN atau Perseroan Terbatas lain,
dilakukan oleh Pemerintah Pusat tanpa melalui mekanisme
ne
ng
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara”;
c. Pasal 2A ayat (2) PP 72/2016: “Dalam hal kekayaan negara berupa
saham milik negara pada BUMN sebagaimana dimaksud dalam
do
gu Pasal 2 ayat (2) huruf d dijadikan penyertaan modal negara pada
BUMN lain sehingga sebagian besar saham dimiliki oleh BUMN lain,
In
A
maka BUMN tersebut menjadi anak perusahaan BUMN dengan
ketentuan negara wajib memiliki saham dengan hak istimewa yang
ah
lik
d. Pasal 2A ayat (6) PP 72/2016: “anak perusahaan BUMN
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kepemilikan sebagian besar
am
ub
saham tetap dimiliki oleh BUMN lain tersebut”;
e. Pasal 2A ayat (7) PP 72/2016: “Anak perusahaan BUMN
ep
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperlakukan sama dengan
k
si
pelayanan umum, dan/atau;
b. mendapatkan kebijakan khusus negara dan/atau Pemerintah,
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dan Perma 1/2011.
si
Oleh karena itu, jelas pula keseluruhan para Pemohon memiliki hak
dan kepentingan hukum mewakili kepentingan publik untuk mengajukan
ne
ng
permohonan pengujian PP 72/2016 a quo terhadap UU BUMN, UU
Keungan Negara, dan UU Pembentukan PUU;
C. Alasan Dan Pokok Permohonan;
do
gu Pendahuluan;
Bahwa keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam sistem
In
A
perekonomian nasional merupakan implementasi dari amanat konstitusi
UUD Negara RI Tahun 1945 khususnya Pasal 33 ayat (2) yang menyatakan
ah
lik
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara” dan ayat (3) yang
menyatakan “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
am
ub
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat”. Hubungan antara BUMN dengan konsep penguasaan
ep
negara juga tercantum dalam beberapa Putusan Mahkamah Konstitusi,
k
si
makna penguasaan oleh negara dalam arti luas yang bersumber dan
diturunkan dari konsep kedaulatan rakyat Indonesia atas segala
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Negara, c.q. Pemerintah, mendayagunakan penguasaannya atas
si
sumber-sumber kekayaan itu untuk digunakan bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”;
ne
ng
Penguasaan negara melalui penyertaan modal dan dalam bentuk
perusahaan negara juga ditegaskan oleh Prof. Bagir Manan (dalam Bagir
Manan, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara, 1995,
do
gu hal. 12.) yang merumuskan cakupan pengertian dikuasai oleh negara atau
hak penguasaan negara sebagaimana tercantum dalam Pasal 33 ayat (2)
In
A
dan (3) termasuk di dalamnya melalui penyertaan modal dan dalam bentuk
perusahaan negara;
ah
lik
Maksud dan tujuan keberadaan BUMN sebagaimana ditegaskan
dalam UU BUMN adalah memberikan sumbangan bagi perkembangan
perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada
am
ub
khususnya, mengejar keuntungan yang dapat menjadi sumber pendapatan
bagi negara, menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan
ep
barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan
k
belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi, dan turut aktif
R
si
memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi
lemah, koperasi, dan masyarakat;
ne
ng
do
gu
lik
ub
konstruksi;
Melihat peran penting, maksud dan tujuan keberadaan BUMN yang
ka
dijaga agar tetap menjadi milik negara. Dengan tetap menjadi milik negara,
R
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
agar BUMN tersebut tetap berjalan sesuai dengan tujuan pembentukkannya
si
dan tetap berorientasi untuk kepentingan negara dan masyarakat. Oleh
karena itu, perlu ada upaya menghindarkan BUMN dari tindakan-tindakan
ne
ng
pengeksploitasian di luar asas tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance). Lebih dari itu perlu jaminan agar peran pemerintah
(negara) sebagai pemegang saham/pemilik modal BUMN tidak dihilangkan
do
gu atau direduksi dengan privatisasi yang bertentangan dengan undang-
undang;
In
A
BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang
ah
lik
berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Berdasarkan hal tersebut,
maka kekayaan/keuangan BUMN merupakan keuangan negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf g UU Keuangan Negara, yang
am
ub
menyatakan bahwa keuangan negara meliputi “kekayaan negara/kekayaan
daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
ep
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan
k
si
keuangan negara juga telah ditegaskan dalam Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 48/PUU-XI/2013 (Bukti P-9) dan Nomor 62/PUU-XI/2013
ne
ng
do
gu
penyertaan modal negara pada BUMN harus melalui mekanisme yang diatur
dalam Undang-undang tentang Keuangan Negara serta berdasarkan
ah
lik
ub
modal negara pada BUMN yang tidak melalui mekanisme APBN dan
ep
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha
si
Milik Negara dan Perseroan Terbatas (PP 72/2016), maka dengan hormat
bersama ini kami menyampaikan pokok-pokok permohonan dan alasan
ne
ng
sebagai berikut:
I. Pasal 2 ayat (2) huruf b PP 72/2016 bertentangan dengan UU BUMN
1. Bahwa Pasal 2 ayat (2) huruf b PP 72/2016 berbunyi “barang milik
do
gu negara” (Bukti P-1);
2. Bahwa Pasal 2 ayat (2) huruf b tersebut di atas tidak dapat
In
A
dipisahkan dengan keseluruhan isi dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat
(2) PP 72/2016 secara lengkap berbunyi sebagai berikut:
ah
lik
(1) Penyertaan Modal Negara ke dalam BUMN dan Perseroan
Terbatas bersumber dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
am
ub
b. kapitalisasi cadangan, dan/atau;
c. sumber lainnya;
ep
(2) Sumber Penyertaan Modal Negara yang berasal dari Anggaran
k
si
a. dana segar;
b. barang milik negara;
ne
ng
do
gu
dan/atau;
e. aset negara lainnya;
3. Bahwa jika dijelaskan lebih lanjut Pasal 2 ayat (2) PP 72/2016 a quo
In
A
lik
sebagai berikut:
Sumber yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
m
ub
Belanja Negara;
ah
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Pasal 2 ayat (2) PP 44/2005 Pasal 2 ayat (2) PP 72/2016
si
Sumber yang berasal dari Anggaran Sumber Penyertaan Modal
Pendapatan dan Belanja Negara Negara yang berasal dari
ne
ng
sebagaimana dimaksud pada ayat Anggaran pendapatan dan
(1) huruf a adalah: Belanja Negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a
do
a. dana segar;
gu b. proyek-proyek yang dibiayai oleh
meliputi kekayaan negara berupa
In
A
Belanja Negara; b. barang milik negara;
c. piutang negara pada BUMN atau c. piutang negara pada BUMN
Perseroan Terbatas; dan/atau atau Perseroan Terbatas;
ah
lik
d. aset-aset negara lainnya. d. saham milik negara pada
BUMN atau Perseroan
am
ub
Terbatas; dan/atau
ep e. aset negara lainnya.
k
si
“proyek-proyek yang dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara” dihapus dan diubah menjadi berbunyi “barang milik negara”;
ne
ng
do
Belanja Negara” dan mengganti dengan “barang milik negara”
gu
lik
c. sumber lainnya;
ub
Penjelasan huruf a;
ka
on
gu
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
merupakan bagian dari APBN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
si
ayat (2) UU BUMN, namun dalam PP 72/2016 dihapus dan
digantikan dengan frasa “barang milik negara”. Hal ini merupakan
ne
ng
pelanggaran berupa penghapusan dan perubahan norma yang ada
di UU BUMN melalui PP 72/2016, sehingga jelas ketentuan Pasal 2
ayat (2) huruf b PP 72/2016 bertentangan dengan UU BUMN
do
gu sepajang tidak dimaknai “Proyek-proyek yang dibiayai oleh Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara”;
In
A
8. Bahwa dengan dihapusnya ketentuan huruf b atau tidak
dicantumkannya ketentuan “proyek-proyek yang dibiayai oleh
ah
lik
frasa “Barang Milik Negara” akan memiliki risiko terbukanya
mekanisme pencucian aset negara menjadi aset badan usaha lain
am
ub
karena terdapat degradasi dalam proses maupun pengawasannya.
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
ep
Pada saat suatu barang masih berstatus sebagai Barang Milik
k
si
(vide Pasal 4 ayat (2) huruf d dan g Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Bukti
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
dan DPR RI, namun saat sudah berubah menjadi “Barang Milik
on
gu
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
BUMN” pemindahtanganannya cukup melalui RUPS atau
si
persetujuan Dewan Komisaris BUMN tersebut;
10. Bahwa karena terjadi degradasi dalam proses persetujuan
ne
ng
pemindahtangan atau pelepasan “barang Milik Negara”, akibat dari
transformasi Barang Milik Negara menjadi aktiva/aset BUMN karena
penyertaan modal negara, maka memiliki risiko dan berpotensi
do
gu terbukanya mekanisme pencucian aset negara tanpa mekanisme
pengawasan DPR RI atau Menteri Keuangan (sesuai dengan
In
A
batasan yang menjadi kewenangannya);
11. Bahwa dengan perubahan isi Pasal 2 ayat (2) huruf b PP 72/206 a
ah
lik
oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara”, maka perjanjian
penerusan pinjaman yang diperoleh negara/pemerintah dari
am
ub
lembaga-lembaga donor (skema konversi two step loan atau
subsidiary loan agreement) yang selama ini kerap dilakukan untuk
ep
pembangunan infrastruktur (seperti dari Japan Bank for International
k
si
memberikan pinjaman lunak dan dengan bunga rendah tidak dapat
lagi dilakukan;
ne
ng
do
gu
lik
frasa “Barang Milik Negara” tidak sesuai dengan norma yang ada di
UU BUMN, karena pengaturan dalam Peraturan Pemerintah tidak
m
ub
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
72/2016 bertentangan dengan Pasal 4 ayat (2) UU BUMN;
si
II. Pasal 2A ayat (1) dan ayat (2) PP 72/2016 bertentangan dengan UU
Pembentukan PUU, UU Keuangan Negara, dan UU BUMN;
ne
ng
1. Bahwa Pasal 2A ayat (1) PP 72/2016 berbunyi sebagai berikut:
“Penyertaan Modal Negara yang berasal dari kekayaan negara
berupa saham milik negara pada BUMN atau Perseroan Terbatas
do
gu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf d kepada
BUMN atau Perseroan Terbatas lain, dilakukan oleh Pemerintah
In
A
Pusat tanpa melalui mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara”;
ah
lik
Bagian Penjelasan:
Saham milik negara pada BUMN atau Perseroan Terbatas pada
hakekatnya merupakan kekayaan negara yang sudah dipisahkan
am
ub
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, sehingga
pengalihan saham dimaksud untuk dijadikan penyertaan pada BUMN
ep
atau Perseroan Terbatas tidak dilakukan melalui mekanisme
k
si
Bertentangan dengan Pasal 2 Ayat (2));
2. Bahwa Pasal 2A ayat (1) PP 72/2016 a quo merujuk atau merupakan
ne
ng
penjabaran lebih lanjut dari pasal sebelumnya, yaitu Pasal 2 ayat (2)
PP yang sama yang berbunyi sebagai berikut:
do
gu
a. dana segar;
b. barang milik negara;
ah
lik
ub
dan/atau;
e. aset negara lainnya”;
ka
pada Pasal 2 ayat (2) huruf d “saham milik negara pada BUMN atau
ah
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Jadi jelas bahwa apabila menurut Pasal 2 ayat (2) “saham milik
R
negara pada BUMN atau Perseroan Terbatas” merupakan bagian
si
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
ne
ng
Namun, dalam Pasal 2A ayat (1) di PP yang sama diatur tanpa
melalui mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Jadi
dengan sendirinya ketentuan dalam Pasal 2A ayat (1) PP 72/2016
do
gu bertentangan dengan Pasal 2 ayat (2) di PP yang sama;
Bagaimana mungkin sesuatu yang merupakan bagian atau rincian
In
A
dari APBN, tetapi di pasal berikutnya diatur tidak melalui mekanisme
APBN? Dari uraian di atas telah jelas terdapat pertentangan antar
ah
lik
pasal/ketentuan dalam PP 72/2016;
3. Bahwa pertentangan isi atau ketidaksesuaian pasal satu dengan
yang lainnya dalam sebuah peraturan perundang-undangan akan
am
ub
mengakibatkan ketidakpastian hukum dan bertentangan dengan UU
Pembentukan PUU (Bukti P-4) karena melanggar “Asas
ep
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik”, yaitu:
k
si
ketidaksesuaian/pertentangan antara Pasal 2A ayat (1) PP 72/2016
dengan Pasal 2 ayat (2) di PP yang sama merupakan pelanggaran
ne
ng
do
gu
Negara;
4. Bahwa Pasal 2A ayat (1) PP 72/2016 yang lengkapnya berbunyi
“Penyertaan Modal Negara yang berasal dari kekayaan negara
In
A
lik
ub
(Bukti P-3);
5. Bahwa ketentuan Pasal 2A ayat (1) PP 72/2016 tersebut di atas
ka
ng
dalam APBN/APBD”;
on
gu
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Berdasarkan ketentuan tersebut, penyertaan modal negara kepada
si
BUMN mensyaratkan ditetapkan terlebih dahulu dalam APBN.
Dengan ditetapkan dalam APBN, maka melalui proses pembahasan
ne
ng
dan memerlukan persetujuan DPR sesuai tahapan pembahasan
RAPBN. Hal ini juga telah pernah ditegaskan oleh Pemerintah sesuai
dengan Keterangan Pemerintah dalam Putusan Mahkamah
do
gu Konstitusi Nomor 48/PUU-XI/2013 (hal. 112) [Bukti P-9] yang
menyatakan “…tujuan negara melakukan pemisahan kekayaan
In
A
negara adalah untuk menempatkan kekayaan negara sehingga
dapat dikelola secara korporasi yang nantinya menjadi salah satu
ah
lik
upaya yang dapat menjaga potensi penerimaan yang telah menjadi
hak negara sehingga menghasilkan manfaat bagi peningkatan
perekonomian negara serta meningkatkan kesejahteraan dan
am
ub
kecerdasan masyarakat. Proses terhadap pelaksanaan hal tersebut
harus mendapat persetujuan dari seluruh rakyat Indonesia yang
ep
terwakili melalui persetujuan DPR, sehingga pemisahan kekayaan
k
si
distribusi keuangan negara yang efisien sehingga dapat digunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”;
ne
ng
do
gu
yang berlaku, begitu pula dengan divestasi yang akan dilakukan oleh
Pemerintah;
ah
lik
ub
negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik
ep
ng
sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang,
on
gu
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
si
kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan
daerah”. Jadi berdasarkan ketentuan dalam UU Keuangan Negara
ne
ng
kekayaan negara yang dipisahkan dalam BUMN merupakan
keuangan negara, sehingga kebijakan dan perlakuanya harus
melalui mekanisme APBN;
do
gu 7. Bahwa penyertaan modal negara yang berasal dari kekayaan
negara berupa saham milik negara pada BUMN atau perseroan
In
A
terbatas harus melalui mekanisme Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara. Hal ini juga telah dijelaskan oleh Pemerintah sesuai
ah
lik
dengan Keterangan Pemerintah dalam Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 62/PUU-XI/2013 (hal. 88-89 dan 108) (Bukti P-10)
yang menyatakan “Pada saat Pemerintah melakukan investasi
am
ub
berupa Penyertaan Modal Negara kepada perusahaan negara,
keputusan investasi tersebut harus melalui persetujuan DPR RI yang
ep
merupakan representasi dari rakyat dan alokasinya tercantum dalam
k
si
dilakukan oleh Pemerintah”;
Masih dalam Putusan yang sama di bagian yang berbeda (hal. 105),
ne
ng
do
gu
lik
ub
Negara;
ah
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
milik negara pada BUMN atau Perseroan Terbatas kepada BUMN
si
atau Perseroan Terbatas lain, dilakukan oleh Pemerintah Pusat
tanpa melalui mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja
ne
ng
Negara”, maka dengan sendirinya proses penyertaan modal negara
yang berasal dari kekayaan negara berupa saham milik negara pada
BUMN tidak melalui proses pembahasan dan persetujuan DPR RI
do
gu sebagai lembaga representasi rakyat;
Jadi ketentuan a quo yang menyatakan “…tanpa melalui mekanisme
In
A
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara” telah dengan jelas
menghilangkan peran dan fungsi DPR RI;
ah
lik
9. Bahwa dengan adanya Pasal 2A ayat (1) PP 72/2016, secara nyata
telah mengkerdilkan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia (DPR RI) sebagai lembaga representasi rakyat in casu
am
ub
para Pemohon dan rakyat Indonesia, baik pada tataran pelaksanaan
fungsi legislasi, fungsi anggaran maupun fungsi pengawasan;
ep
10. Bahwa terkait dengan penyertaan modal negara di BUMN a quo,
k
si
sebagaimana surat Nomor No.AG/09727/DPR RI/IX/2014 tanggal 30
September 2014 (Bukti P-13) yang berisi sebagai berikut:
ne
ng
do
gu
lik
ub
Terbatas;
b. Panja Aset BUMN Komisi VI DPR RI merekomendasikan kepada
ka
Dari hasil Panja Aset BUMN Komisi VI DPR RI tersebut, jelas bahwa
M
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
dan juga telah tidak mengindahkan rekomendasi DPR RI;
si
Pasal 2A ayat (2) PP 72/2016 Bertentangan dengan UU BUMN;
11. Bahwa Pasal 2A ayat (2) PP 72/2016 yang lengkapnya berbunyi
ne
ng
“Dalam hal kekayaan negara berupa saham milik negara pada
BUMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf d
dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN lain sehingga
do
gu sebagian besar saham dimiliki oleh BUMN lain, maka BUMN tersebut
menjadi anak perusahaan BUMN dengan ketentuan negara wajib
In
A
memiliki saham dengan hak istimewa yang diatur dalam anggaran
dasar”. Ketentuan dalam ayat ini melanggar Pasal 1 angka 1 UU
ah
lik
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
am
ub
kekayaan negara yang dipisahkan”. Oleh karena menjadi anak
perusahaan dan sahamnya tidak dimiliki oleh negara, sebuah BUMN
ep
yang sebelumnya “berstatus BUMN” menjadi “tidak berstatus BUMN”
k
si
sebagai BUMN namun berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT)
biasa yang tunduk sepenuhnya pada Undang-Undang Nomor 40
ne
ng
do
gu
lik
ub
BUMN;
R
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
saham tetap dimiliki oleh BUMN lain tersebut”. Ketentuan ini
R
menunjukkan bahwa definisi dari “sebagian besar” adalah 50% + 1
si
sampai dengan 100%. Pada saat saham tersebut masih dimiliki oleh
ne
ng
negara, maka pengalihan 1 lembar saham negara harus dengan
persetujuan DPR. Namun, apabila saham yang semula dimiliki oleh
negara tersebut bertransformasi menjadi saham milik BUMN
do
gu induknya, maka pengalihan atas sisa saham dapat dilakukan dengan
menggunakan mekanisme korporasi sesuai Undang-Undang Nomor
In
A
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan/atau Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal apabila dilakukan
ah
lik
diluar mekanisme pasar modal sepanjang masih memenuhi
klasifikasi sebagian besar dimiliki oleh BUMN induknya;
Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:
am
ub
ep
k
ah
si
ne
ng
do
gu
lik
ub
Gambar Kanan:
es
-
M
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
minimal 51%), yang selanjutnya PT C akan menjadi pemegang
si
saham PT B (d/h BUMN B - Privatisasi Jilid II);
Dari Gambar Kanan di atas, Pasal 2A ayat (6) PP 72/2016
ne
ng
memperbolehkan BUMN A untuk melepas atau menjual saham PT B
kepada PT C sampai paling banyak 19 % karena BUMN A masih
memiliki sisa sebagian besar/mayoritas saham pada anak
do
gu perusahaan BUMN (PT B) yaitu sebesar 51%;
2. Bahwa dari gambaran dan penjelasan tersebut di atas, tampak
In
A
dengan jelas ketentuan Pasal 2A ayat (6) PP 72/2016 menimbulkan
konsekuensi dapat dilakukannya Privatisasi Jilid II atau penjualan
ah
lik
kembali saham BUMN yang telah menjadi anak perusahaan yang
prosedurnya cukup melalui mekanisme RUPS dan tanpa
memerlukan persetujuan DPR, dengan demikian cukup beralasan
am
ub
apabila Pasal 2A ayat (6) PP 72/2016 dinyatakan bertentangan
dengan UU BUMN;
ep
IV. Pasal 2A ayat (7) PP 72/2016 bertentangan dengan UU BUMN;
k
si
diperlakukan sama dengan BUMN untuk hal sebagai berikut:
a. mendapatkan penugasan Pemerintah atau melaksanakan
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
keistimewaan tertentu misalkan saja dapat melakukan kegiatan
si
Public Service Obligation (PSO), mendukung Pemerintah melakukan
tugas umum Pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan rakyat dan
ne
ng
layanan publik, atau distribusi barang penting secara monopoli
seperti diatur dalam Pasal 51 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
do
gu Sehat dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Perdagangan. Selain itu, juga dapat melakukan pengelolaan sektor
In
A
strategis seperti pengelolaan sumber daya alam, karena sesuai
konstitusi harus dikelola oleh negara sebagai bentuk penguasaan
ah
lik
negara dalam aspek pengelolaan dan dilakukan melalui BUMN.
Pengaturan dalam Pasal 2A ayat (7) PP 72/2016 yang menyebutkan
bahwa pengelolaan aset strategis dapat dilakukan oleh Perseroan
am
ub
Terbatas biasa (bukan Persero/BUMN), maka bertentangan dengan
konstitusi Pasal 33 UUD 1945 (Bukti P-14) karena penguasaan
ep
negara dalam aspek pengelolaan harus dilakukan oleh BUMN;
k
si
maka pengelolaan aset strategis oleh anak perusahaan BUMN yang
berstatus bukan BUMN tidak dibenarkan. Pengelolaan aset strategis
ne
ng
do
gu
lik
ub
dan UU BUMN;
es
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
permohonan tersebut di atas (Bukti P-1) ditujukan sebagai payung
si
hukum dari pelaksanaan pembentukan holding BUMN di berbagai
sektor yang dilakukan melalui mekanisme inbreng saham milik
ne
ng
Pemerintah di suatu BUMN kepada BUMN lainnya. Inbreng dalam
hal ini adalah penyertaan modal dalam bentuk pengalihan saham
milik Pemerintah di suatu BUMN yang dialihkan kepada BUMN lain
do
gu yang akan menjadi holding BUMN. Selanjutnya, holding BUMN
menggantikan posisi Pemerintah sebagai pemegang saham pada
In
A
BUMN yang sahamnya telah dialihkan tersebut;
2. Bahwa tindakan pembentukan holding BUMN dapat diartikan
ah
lik
sebagai tindakan peralihan/perubahan kepemilikan saham yang
semula saham atas suatu BUMN dimiliki oleh Pemerintah menjadi
beralih kepemilikannya kepada BUMN lainnya (holding BUMN).
am
ub
Dengan beralihnya saham milik pemerintah menjadi milik BUMN
lainnya tersebut, maka BUMN yang “diinbrengkan” akan menjadi
ep
anak perusahaan BUMN yang ditunjuk sebagai induk perusahaan
k
si
badan usaha biasa atau perseroan terbatas sebagaimana umumnya
yang tunduk pada undang-undang perseroan terbatas. Selanjutnya,
ne
ng
do
gu
lik
ub
negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
ah
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
berikut (Bukti P-8):
R
“Penguasaan negara dimaknai, rakyat secara kolektif dikonstruksikan
si
oleh UUD 1945 memberikan mandat kepada negara untuk
ne
ng
mengadakan kebijakan (beleid) dan tindakan pengurusan
(bestuursdaad), pengaturan (regelendaad), pengelolaan
(beheersdaad), dan pengawasan (toezichthoudensdaad) untuk
do
gu tujuan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Fungsi pengurusan
(bestuursdaad) oleh negara dilakukan oleh Pemerintah dengan
In
A
kewenangannya untuk mengeluarkan dan mencabut fasilitas
perijinan (vergunning), lisensi (licentie), dan konsesi (consessie).
ah
lik
Fungsi pengaturan oleh negara (regelendaad) dilakukan melalui
kewenangan legislasi oleh DPR bersama Pemerintah, dan regulasi
oleh Pemerintah. Fungsi pengelolaan (beheersdaad) dilakukan
am
ub
melalui mekanisme pemilikan saham (share-holding) dan/atau
sebagai instrumen kelembagaan, yang melaluinya negara, c.q.
ep
Pemerintah, mendayagunakan penguasaannya atas sumber-sumber
k
si
(toezichthoudensdaad) dilakukan oleh Negara, c.q. Pemerintah,
dalam rangka mengawasi dan mengendalikan agar pelaksanaan
ne
ng
do
gu
rakyat”;
4. Bahwa dengan peralihan saham Pemerintah kepada BUMN holding
sebagaimana dikehendaki Pasal 2A PP 72/2016, maka segala
In
A
lik
ub
cara dijadikan dulu anak perusahaan BUMN holding dan setelah itu
ah
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
5. Bahwa Privatisasi adalah apabila:
si
a. Terjadi pengalihan saham negara kepada badan usaha/person
lain;
ne
ng
b. Berkurangnya penyertaan modal negara secara langsung pada
Badan Usaha Milik Negara yang diprivatisasi tersebut;
c. Terdapat badan usaha/person yang menggantikan kedudukan
do
gu negara sebagai pemegang saham pada Badan Usaha Milik
Negara yang diprivatisasi tersebut;
In
A
Hal ini juga diperkuat dengan pendapat Prof. Dr. Sri Edi Swasono
dalam kapasitasnya sebagai ahli dalam Putusan Mahkamah
ah
lik
Konstitusi Nomor 48/PUU-XI/2013 (hal.188) (Bukti P-9), menyatakan
privatisasi itu sendiri dapat terjadi dalam “bentuk” atau minimal dalam
pengambilan keputusan (decision making). Sehingga apabila terjadi
am
ub
perubahan dalam pengambilan keputusan (decision making) pada
suatu BUMN sebagai akibat pelaksanaan pengaliham saham milik
ep
negara tersebut, maka sejatinya sudah terjadi privatisasi. Dengan
k
si
tersebut, sehingga dengan demikian pengalihan saham pemerintah
tersebut merupakan privatisasi;
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
72/2016 (Bukti P-16);
si
c. Keterangan Ahli Dr. Dian Puji N. Simatupang, S.H., M.H. (Ahli
Hukum Keuangan Negara) tentang Status Hukum Keuangan Dan
ne
ng
Kekayaan Negara Yang Dipisahkan Dalam Badan Usaha Milik
Negara Menurut Perspektif Hukum Anggaran Negara Dan
Keuangan Publik (Bukti P-17);
do
gu d. Keterangan Ahli Iqbal Tawakal Pasaribu, SH. (Staf Ahli Anggota
DPR RI) tentang PP 72/2016 Menghilangkan Kuasa Negara atas
In
A
BUMN (Bukti P-18);
e. Keterangan Ahli Apung Widadi, SE. (Koordinator Forum
ah
lik
72/2016 bertentangan dengan Peraturan yang Lebih Tinggi (Bukti
P-19);
am
ub
VI. Kesimpulan;
Berdasarkan uraian dan alasan yang telah disampaikan tersebut di atas,
ep
maka sampai pada kesimpulan bahwa telah jelas dan nyata-nyata bahwa
k
si
BUMN sehingga berpotensi menjadi legitimasi dalam privatisasi atau
penghilangan BUMN tanpa melalui ketentuan dalam UU BUMN dan UU
ne
ng
do
gu
lik
ub
Mulia Majelis Hakim Agung yang memeriksa dan mengadili perkara ini
menerbitkan Putusan Sela yang memerintahkan Presiden Republik
ka
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
hukum acara pengujian peraturan perundang-undangan di bawah
si
undang-undang sebagaimana diatur dalam Perma 1/2011 tidak mengatur
putusan sela, namun demi keadilan, para Pemohon berpendapat bahwa
ne
ng
Majelis Hakim Agung yang memeriksa dan mengadili perkara ini
berwenang untuk menjatuhkan putusan provisi dalam perkara a quo;
Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka selanjutnya Pemohon
do
gu mohon kepada Ketua Mahkamah Agung berkenan memeriksa permohonan
keberatan dan memutuskan sebagai berikut:
In
A
DALAM PROVISI:
1. Menerima permohonan Provisi para Pemohon;
ah
lik
2. Memerintahkan kepada Presiden Republik Indonesia untuk menunda atau
tidak melaksanakan PP 72/2016 sampai adanya putusan Mahkamah
Agung dalam perkara ini yang berkekuatan hukum tetap;
am
ub
3. Memerintahkan kepada Presiden Republik Indonesia dan pejabat di
bawahnya untuk tidak membuat kebijakan, menerbitkan keputusan
ep
dan/atau peraturan terkait dengan pelaksanaan PP 72/2016 sampai
k
hukum tetap;
R
si
DALAM POKOK PERKARA:
1. Menerima dan mengabulkan Permohonan para Pemohon untuk
ne
ng
seluruhnya;
2. Menyatakan Pasal 2 ayat (2) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 72
do
gu
lik
ub
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, serta tidak sah dan tidak
si
mempunyai kekuatan hukum mengikat, atau;
Menyatakan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2016 tentang
ne
ng
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 Tentang
Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan
Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas bertentangan dengan
do
gu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
In
A
Negara, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dan oleh karenanya tidak
ah
lik
sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat secara keseluruhan;
4. Memerintahkan Termohon untuk mencabut Peraturan Pemerintah Nomor
72 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 44
am
ub
Tahun 2005 Tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal
Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas;
ep
5. Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara;
k
si
1. Fotokopi Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2016 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 Tentang Tata Cara
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
8. Fotokopi Putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor 002/PUU-I/2003 (Bukti P-
si
8);
9. Fotokopi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 48/PUU-XI/2013 (Bukti P-9);
ne
ng
10. Fotokopi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 62/PUU-XI/2013 (Bukti P-
10);
11. Fotokopi Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
do
gu Barang Milik Negara/Daerah (Bukti P-11);
12. Fotokopi Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-02/MBU/2010
In
A
tentang Tata Cara Penghapusbukuan dan Pemindahtanganan Aktiva Tetap
BUMN (Bukti P-12);
ah
lik
13. Fotokopi Surat Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor
S-645/MBU/WK/10/2014 tanggal 9 Oktober 2014 tentang Penyampaian
Hasil Panja Aset Badan Usaha Milik Negara dan Putusan Mahkamah
am
ub
Konstitusi (Bukti P-13);
14. Fotokopi Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 (Bukti P-14);
ep
15. Fotokopi Keterangan Ahli Faisal Basri, SE., MA. (Ahli Ekonomi) tentang
k
16. Fotokopi Keterangan Ahli Ir. Agus Pambagyo, MEA., CPN. (Ahli Kebijakan
R
si
Publik) tentang Legalisasi Penghancuran BUMN Melalui PP No. 72/2016
(Bukti P-16);
ne
ng
17. Fotokopi Keterangan Ahli Dr. Dian Puji N. Simatupang, S.H., M.H. (Ahli
Hukum Keuangan Negara) tentang Status Hukum Keuangan Dan Kekayaan
do
gu
lik
19. Fotokopi Keterangan Ahli Apung Widadi, SE. (Koordinator Forum Indonesia
untuk Transparansi Anggaran – FITRA) tentang PP 72/2016 bertentangan
m
ub
Surat Panitera Muda Tata Usaha Negara Mahkamah Agung Nomor 21/PER-
ah
ng
on
gu
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
jawaban telah terlewati, sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (4) Peraturan
si
Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil;
PERTIMBANGAN HUKUM
ne
ng
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan keberatan hak uji
materiil dari Para Pemohon adalah sebagaimana tersebut di atas;
Menimbang, bahwa yang menjadi obyek permohonan keberatan hak uji
do
gu materiil Para Pemohon adalah Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2016
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 Tentang
In
A
Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha
Milik Negara dan Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia
ah
lik
Tahun 2016 Nomor 325, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6006)(vide Bukti P-1);
Menimbang, bahwa sebelum Mahkamah Agung mempertimbangkan
am
ub
tentang substansi permohonan yang diajukan Para Pemohon, maka terlebih
dahulu akan dipertimbangkan apakah permohonan a quo memenuhi
ep
persyaratan formal, yaitu apakah Para Pemohon mempunyai kepentingan untuk
k
si
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun
ne
ng
1985 tentang Mahkamah Agung dan Pasal 1 ayat (4) dan Pasal 2 ayat (4)
Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil;
do
gu
lik
ub
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
d. Peraturan Pemerintah;
si
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Propinsi; dan
ne
ng
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota;
Menimbang, bahwa objek permohonan keberatan Hak Uji Materiil
berupa Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
do
gu Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Penyertaan
dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan
In
A
Perseroan Terbatas berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah
ah
lik
merupakan jenis peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang dan
oleh karenanya Mahkamah Agung berwenang untuk mengadili permohonan a
quo;
am
ub
Kedudukan Hukum (Legal Standing):
Menimbang, bahwa Pasal 31 A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3
ep
Tahun 2009 menyatakan bahwa permohonan Pengujian peraturan perundang-
k
si
a. Perorangan Warga Negara Indonesia;
b. Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai
ne
ng
do
gu
yang sama;
Bahwa lebih lanjut Pasal 1 angka 4 Peraturan Mahkamah Agung
ah
lik
ub
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
b. Kerugian hak yang diakibatkan oleh berlakunya peraturan perundang-
si
undangan yang dimohonkan pengujian;
Menimbang, bahwa Pemohon I adalah badan hukum perkumpulan in
ne
ng
casu Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI)
didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perkumpulan KAHMI Nomor 13 Tahun
2002 oleh Notaris Muchlis Patahna, S.H., dan mendapatkan pengesahan
do
gu sebagai badan hukum sesuai Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor C-321.HT.01.03.TH.2003 (bukti P-6), yaitu
In
A
perkumpulan yang bergerak di bidang Sosial, Kebudayaan dan Idiil/Profesi,
dengan melaksanakan kegiatan memantapkan visi ke-Islaman, kebangsaan,
ah
lik
dan kecendikiaan, mengembangkan budaya bangsa untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia;
Menimbang, bahwa Pemohon II adalah badan hukum yayasan in casu
am
ub
Yayasan Re-ide Indonesia didirikan berdasarkan Akta Pendirian Yayasan Re-
ide Indonesia Nomor 02 Tahun 2009 oleh Notaris Indah Prastiti Extensia, S.H.,
ep
dan mendapatkan pengesahan sebagai badan hukum sesuai Keputusan
k
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-
ah
si
Sosial khususnya mengenai permasalahan energi dan ketahanan pangan serta
lainnya yang relevan dalam konteks pembangunan berkelanjutan;
ne
ng
do
gu
lik
modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas, telah
menimbulkan ketidakpastian hukum dan mereduksi hak hukum Para Pemohon
m
ub
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
1. Bahwa Pasal 33 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Dasar Negara R.I. Tahun
si
1945 mengatur:
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
ne
ng
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara;
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
do
gu rakyat;
2. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 33 ayat (2) dan (3) UUD Tahun 1945
In
A
tersebut diatas, rakyat secara kolektif memberikan mandat kepada Negara
melalui penyertaan modal dan dalam bentuk Badan Usaha Milik Negara
ah
lik
(BUMN) guna mendayagunakan penguasaan Negara terhadap bumi, air
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, sehingga Para
Pemohon, baik Pemohon I dan II yang melakukan mandat organisasi dalam
am
ub
melaksanakan peran kebangsaan, untuk memastikan penguasaan Negara
dalam tata kelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dapat berjalan
ep
menurut UUD 1945 maupun Undang-Undang;
k
si
penyertaan modal Negara dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bersifat profesional, terbuka, dan bertanggungjawab sesuai dengan aturan
ne
ng
pokok yang diatur dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar R.I. Tahun 1945,
yang bertujuan mensejahterakan seluruh warga Negara Indonesia,
do
gu
sehingga Para Pemohon sebagai subjek hukum yang memiliki hak atas
keuangan Negara serta akses terhadap keterbukaan pengelolaan keuangan
Negara yang diserahkan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
In
A
lik
ub
objek Hak Uji Materi, oleh karenanya Para Pemohon mempunyai legal standing
ah
ng
Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan
on
gu
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Terbatas, dengan demikian merujuk ketentuan Pasal 31 A ayat (2) Undang-
si
undang Nomor 3 Tahun 2009 dan Pasal 1 ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 1 Tahun 2011, maka permohonan a quo secara formal dapat diterima;
ne
ng
Menimbang, bahwa oleh karena Mahkamah Agung berwenang menguji
permohonan keberatan hak uji materiil dan Para Pemohon memiliki kedudukan
hukum (legal standing) untuk mengajukan Permohonan a quo, maka
do
gu Permohonan a quo secara formal dapat diterima;
Menimbang, bahwa selanjutnya Mahkamah Agung akan
In
A
mempertimbangkan pokok permohonan, yaitu apakah ketentuan yang
dimohonkan uji materiil a quo bertentangan dengan peraturan perundang-
ah
lik
undangan yang lebih tinggi atau tidak;
POKOK PERMOHONAN;
Menimbang, bahwa pokok permohonan keberatan hak uji materiil adalah
am
ub
pengujian Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Penyertaan
ep
dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan
k
si
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4297);
ne
ng
do
gu
lik
mengajukan alat bukti Surat/Tulisan yang diberi tanda Bukti P-1 sampai dengan
Bukti P-19;
m
ub
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
“barang milik negara (BMN)” dalam ketentuan Pasal 2 ayat (2) Peraturan
si
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan
ne
ng
Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan
Perseroan Terbatas sehingga telah bertentangan dengan Pasal 4 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik
do
gu Negara;
- Bahwa frasa “proyek-proyek yang dibiayai oleh APBN” secara khusus tidak
In
A
diatur dalam batang tubuh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang
Badan Usaha Milik Negara melainkan ditemukan dalam penjelasan Pasal 4
ah
lik
ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik
Negara yang menjelaskan bahwa proyek-proyek yang dibiayai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan salah satu bagian dari
am
ub
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari beberapa bagian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dapat dikelola oleh
ep
Badan Usaha Milik Negara (BUMN);
k
si
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dapat dijadikan sebagai
Penyertaan Modal Negara adalah yang bersumber dari kekayaan negara,
ne
ng
do
gu
lik
ub
yang menjadi objek hak uji materiil dan secara a contrario tidak dapat pula
ah
dibawahnya;
es
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
g Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
si
diketahui bahwa Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang
dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ne
ng
(APBN) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah maka dalam
pengertian tersebut, proyek-proyek yang dibiayai oleh Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan bagian dari Barang
do
gu Milik Negara (BMN), dan bukan satu jenis kekayaan negara tersendiri;
- Bahwa lebih khusus dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
In
A
2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun
2016 mengatur:
ah
lik
(1) Barang Milik Negara (BMN) yang berasal dari Daftar Isian Kegiatan
(DIK)/Daftar Isian Proyek (DIP)/Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) Kementerian Negara/Lembaga yang dipergunakan dan/atau
am
ub
dioperasikan oleh BUMN dan telah tercatat pada laporan posisi
keuangan BUMN sebagai BPYBDS atau akun yang sejenis, ditetapkan
ep
untuk dijadikan PMN pada BUMN tersebut;
k
(2) BMN yang dihasilkan dari belanja modal pada DIPA Kementerian
ah
si
pengadaan BMN dimaksud, ditetapkan menjadi PMN pada BUMN
yang menggunakan BMN tersebut;
ne
ng
do
gu
lik
(4) Pelaksanaan PMN pada BUMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
m
ub
(BMN) pada pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2016
es
ng
on
gu
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
- Bahwa dengan demikian hilangnya frasa proyek-proyek yang dibiayai oleh
si
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta masuknya frasa Barang
Milik Negara dalam objek HUM a quo tidak bertentangan dengan Undang-
ne
ng
Undang yang lebih tinggi khususnya Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara;
- Bahwa Para Pemohon mendalilkan Pasal 2A ayat (1) Peraturan Pemerintah
do
gu Nomor 72 Tahun 2016 bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara;
In
A
- Bahwa ketentuan pasal 2A ayat (1) mengatur “Penyertaan Modal Negara
yang berasal dari kekayaan negara berupa saham milik negara pada BUMN
ah
lik
atau perseroan terbatas kepada BUMN atau perseroan terbatas lain,
dilakukan oleh Pemerintah Pusat tanpa melalui mekanisme Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara”,
am
ub
- Bahwa menurut Para Pemohon frasa “tanpa melalui mekanisme APBN”
bertentangan dengan Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun
ep
2003 Tentang Keuangan Negara yang mengatur “Pemberian
k
si
dalam APBN/APBD”;
- Bahwa menurut Para Pemohon ketentuan a quo juga telah menghilangkan
ne
ng
peran dan fungsi DPR RI baik dalam tataran fungsi legislasi, fungsi
anggaran dan fungsi pengawasan;
do
gu
lik
ub
Perseroan;
ep
ng
saham Negara yang dikelola secara korporasi yang sehat (good corporate
on
gu
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
governance) yang juga berarti ada perubahan bentuk pengelolaan bukan
si
lagi dalam lingkup hukum publik tapi menjadi hukum privat dan negara
berperan sebagai pemilik saham dalam lapangan hukum privat (vide pasal 4
ne
ng
ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN beserta
penjelasannya);
- Bahwa ketentuan pasal 2A ayat 1 objek HUM a quo muatan materinya
do
gu adalah mengenai Penyertaan Modal Negara (PMN) yang telah berbentuk
saham milik negara pada BUMN yang akan ditempatkan sebagai
In
A
Penyertaan Modal Negara (PMN) pada BUMN atau Perseroan Terbatas
lainnya maka tidak perlu lagi melalui mekanisme APBN, dapat dibenarkan
ah
lik
karena pada prinsipnya saham negara merupakan kekayaan negara yang
dipisahkan dalam bentuk saham negara di BUMN dan telah berada di
lapangan hukum privat yang dikelola secara korporasi yang sehat, dan
am
ub
sejak semula telah melalui mekanisme APBN dan mendapat persetujuan
DPR. Hal ini tentu masih sejalan dengan maksud pasal 24 ayat (1) Undang-
ep
Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, namun karena
k
si
Terbatas lain dalam bentuk PMN (jual beli saham atau pengambilalihan)
berada di lapangan hukum privat, maka tidak perlu lagi persetujuan lebih
ne
ng
do
gu
harus ditolak;
- Bahwa demikian pula dalil Para Pemohon yang menyatakan objek HUM a
ah
lik
quo mengkerdilkan peran DPR tidak beralasan dan harus ditolak, karena
menurut pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang
m
ub
hukum privat;
R
ng
on
gu
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
si
(BUMN);
- Pada prinsipnya suatu BUMN dapat digabung, dilebur dengan BUMN
ne
ng
lainnya maupun diambil alih oleh BUMN lainnya (vide Pasal 63 ayat (1) dan
(2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN);
- Bahwa PMN saham BUMN ke BUMN lainnya yang mengakibatkan BUMN
do
gu menjadi anak perusahaan dari BUMN induk (Holding) dimungkinkan karena
tidak ada ketentuan yang menyatakan bahwa terhadap BUMN yang menjadi
In
A
anak perusahaan dari BUMN induk berubah menjadi Perseroan Terbatas,
karena kepemilikan negara melalui perusahaan induk tetap diakui dengan
ah
lik
memberikan hak istimewa sehingga kontrol (pengawasan) atas BUMN anak
tetap dapat dilakukan oleh negara melalui BUMN induk dan tidak mereduksi
maksud dari penguasaan negara dalam pasal 33 ayat (2) UUD 1945
am
ub
sebagaimana makna penguasaan negara yang ditunjuk dalam Putusan MK
Nomor 002/PUU-I/2003 yang merinci bentuk penguasaan negara dalam hal
ep
(1) mengadakan kebijakan (beleid), (2) melakukan pengurusan
k
si
(toezichthoudensdaad);
- Bahwa holdingisasi tidaklah sama dengan privatisasi karena privatisasi
ne
ng
do
gu
- Bahwa dengan demikian pasal 2A ayat (2) tidak bertentangan dengan pasal
1 angka 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN;
ah
lik
ub
biasa, namun tetap menjadi BUMN maka ketentuan pasal 2A ayat (6) dan
M
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Nomor 19 Tahun 2003, sehingga berdasarkan hal tersebut, anak usaha
si
BUMN dapat memperoleh penugasan khusus;
- Bahwa Para Pemohon mendalilkan Pasal 2A objek HUM a quo
ne
ng
bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangn, Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 19
do
gu Tahun 2003 Tentang BUMN;
- Bahwa pembentukan Holding Induk (holdingisasi) tidak sama dengan
In
A
privatisasi karena privatisasi salah satu tujuannya adalah memperluas
kepemilikan masyarakat, namun dalam pembentukan perusahaan BUMN
ah
lik
induk (holdingisasi) sebagaimana dimaksud Pasal 2A ayat (2) objek HUM a
quo kepemilikan saham mayoritas masih di tangan Negara melalui BUMN
induk;
am
ub
Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, dalil permohonan Para
Pemohon tidak beralasan hukum;
ep
Konklusi:
k
si
- Mahkamah Agung berwenang untuk mengadili permohonan keberatan
hak uji materiil;
ne
ng
do
gu
biaya perkara;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
ah
lik
ub
MENGADILI,
ah
ng
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Menghukum Para Pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar
si
Rp1.000.000,00 (satu juta Rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
ne
ng
Agung pada hari Kamis, tanggal 8 Juni 2017, oleh Dr. H. Supandi, S.H.,
M.Hum., Ketua Muda Mahkamah Agung Urusan Lingkungan Peradilan Tata
Usaha Negara yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua
do
gu Majelis, Is Sudaryono, S.H., M.H., dan Dr. H.M. Hary Djatmiko, S.H., M.S.,
Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota Majelis, dan diucapkan dalam sidang
In
A
terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim
Anggota Majelis tersebut dan dibantu oleh Adi Irawan, S.H., M.H., Panitera
ah
lik
Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak.
ub
ttd./Is Sudaryono, S.H., M.H. ttd./Dr. H. Supandi, S.H., M.Hum.
ttd./ Dr. H.M. Hary Djatmiko, S.H., M.S.
ep
Panitera Pengganti,
k
Biaya-biaya:
R
si
1. Meterai ……..…….... Rp 6.000,00
2. Redaksi ……….….... Rp 5.000,00
3. Administrasi …......... Rp 989.000,00
ne
ng
do
gu
Untuk Salinan
MAHKAMAH AGUNG RI.
a.n. Panitera
In
A
lik
m
H. Ashadi, SH.
ub
ep
ah
es
M
ng
on
gu
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43