Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, bahwa jumlah
penduduk Indonesia terus meningkat. Julah penduduk Indonesia pada tahun 2010
sebanyak 238.518.800 jiwa, sedangkan pada tahun 2017 sebanyak 261.890.900
jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,34% per tahun. Hal tersebut
menjadikan Indonesia sebagai Negara dengan konsumsi energi terbesar di kawasan
Asia Tenggara dan urutan kelima di Asia Pasifik dalam konsumsi energi primer,
setelah Negara China, India, Jepang, dan Korea Selatan (OIE, 2018).
Kebutuhan energi Indonesia akan terus meningkat seiring meningkatnya
kebutuhan ekonomi, penduduk, harga energi dan kebijakan pemerintah. Menurut
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam Outlook Energi
Indonesia tahun 2018, dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar
6,04% per tahun selama tahun 2016-2050 mengakibatkan laju pertumbuhan
kebutuhan energi fnal sebesar 5,3% per tahun. kebutuhan energi meningkat dari 795
juta SBM (Setara Barel Minyak) pada tahun 2016 menjadi 4.569 juta SBM pada
tahun 2050. Pangsa kebutuhan energi fnal pada tahun 2050 terbesar adalah bahan
bakar minyak (BBM) yakni sebesar 40,1%, diikuti oleh listrik (21,3%), gas
(17,7%), batubara (11,0%), dan sisanya LPG, bahan bakar nabati (BBN) dan
biomassa masing-masing di bawah 4%.
Kebutuhan batubara juga terus meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata
6,3% per tahun. Hal ini terjadi karena perkembangan industri berbasis batubara
yang cukup pesat dan pemakaian batubara untuk bahan bakar pembangkit listrik
“beban dasar” juga terus meningkat. Produksi batubara untuk kebutuhan dalam
negeri dan ekspor terus meningkat membuat cadangan batubara mengalami
penurunan sebesar 11,8% terhadap tahun 2015. Dengan tingkat produksi batubara
saat ini sekitar 417 juta ton, semua jenis cadangan batubara (lignit, subbituminus,
bituminus) akan habis dalam kurun waktu 68 tahun (OIE, 2018).
Penurunan cadangan energi fosil nasional menjadi salah satu faktor
dilaksanakannya program diversifkasi bahan bakar. Potensi energi baru dan

1
terbarukan (EBT) Indonesia cukup besar, dengan variasi jenis energi yang beragam,
salah satu potensi energi baru terbarukan adalah biomassa.
Menurut Demirel (2016), biomassa adalah bahan organik yang terbuat dari
tanaman termasuk mikroorganisme dan hewan. Tumbuhan menyerap energi
matahari dalam fotosintesis dan menyimpan energi sebagai biomassa. Biomassa
dapat dikonversi menjadi biofuel lain, seperti etanol dan biodiesel, selain itu
terdapat biofuel padat yaitu briket. Salah satu bahan organik yang berpotensi
sebagai briket adalah ampas kopi.
Kopi merupakan tanaman yang produksinya terus meningkat setiah tahunnya
di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017, produksi kopi di
Indonesia pada tahun 2015 sekitar 602,37 ribu ton, pada tahun 2016 menjadi 632
ribu ton atau meningkat 4,92 persen. Pada tahun 2017 mencapai 636,7 ribu ton atau
meningkat 0,74 persen dibandingkan dengan tahun 2016. Produksi kopi yang besar
dan diproses oleh industri menghasilkan generasi berbagai limbah dan produk
sampingan yang menyebabkan kontaminasi air dan tanah di sekitar unit produksi,
yang merupakan masalah lingkungan yang serius bagi negara-negara produsen
(Hichiki, dkk. 2017). Padahal ampas kopi memiliki nilai Higher heating value yang
mendekati batu bara yaitu sebesar 25 kJ/kg (Sousa, 2018).
Berdasarkan pemaparan tersebut perlu adanya upaya untuk memaksimalkan
limbah ampas kopi terutama dari sisi potensinya sebagai sumber energi baru
terbarukan. Sumber energi baru terbarukan dari ampas kopi yang melimpah
tersebut diharapkan dapat dijadikan pilihan alternatif untuk mengatasi krisis energi
di Indonesia yang selama ini masih mengandalkan sumber energi fosil sebagai
sumber energi utama.

1.2 Tujuan Penelitian


Berdasarkan pemamaparan tersebut, tujuan dilakukannya penelitian tentang
ampas kopi adalah sebagai berikut.
a. mengetahui laju pembakaran biobriket dari berbahan dasar ampas kopi (spent
coffe grounds)
b. mengetahui karakteristik dari biobriket berbahan dasar ampas kopi (spent coffe
grounds) menggunkan uji SEM

2
c. mengetahui daya tahan (durability) dari biobriket berbahan dasar ampas kopi
(spent coffe grounds)
1.3 Manfaat
a. Bagi institusi perguruan tinggi/mahasiswa.
Hasil penelitian tersebut dapat digunakan untuk menambah pengetahuan
mengenai manfaat ampas kopi (spent coffe grounds) sebagai sumber energi
alternatif baru dan terbarukan.
b. Bagi industri/masyarakat.
Hasil penelitian tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk membuat
bahan bakar alternatif baru dan terbarukan yang bersumber dari ampas kopi (spent
coffe grounds) untuk menggantikan sumber energi fosil sekaligus mengatasi
pertumbuhan eceng gondok sebagai gulma yang merugikan.
c. Bagi peneliti selanjutnya.
Hasil penelitian tersebut dapat digunakan sebagai sumber referensi/rujukan
peneliti selanjutnya dalam penelitian yang berkaitan dengan ampas kopi (spent
coffe grounds) sebagai bahan bakar alternatif baru dan terbaru

Anda mungkin juga menyukai