Anda di halaman 1dari 33

Sejarah Perang Dunia II (Versi Lengkap - Volume II : "Bintang Dan

Kegelapan")

Perang Dunia II bermula dari sekelompok ultranasionalis yang lahir di tiga negara. Di
Jerman, Adolf Hitler lahir sebagai pemimpin Partai Nazi, partai antisemit yang
menginginkan kekuasaan ras Arya. Adolf Hitler menggunakan kekuatannya untuk
melengserkan Republik Weimar yang membuat Jerman mengalami krisis moneter luar
biasa.

Setelah Hitler berkuasa pada 1933, dia segera memperkuat militer untuk bersiap-siap
memulai pertempuran demi kekuasaan. Dengan semangat Lebensraum (ruang tinggal),
dia menginginkan tanah kekuasaan yang lebih luas untuk ras Arya.
Benito Mussolini (kiri) dan Adolf Hitler (kanan)

Di Italia, diktator Benito Mussolini meraih tampuk kekuasaan setelah paham fasisme
yang ia anut berhasil mengalahkan komunisme dan sosialisme. Mussolini menginginkan
Italia berkuasa sebagaimana pada masa Kekaisaran Romawi Suci dahulu.

Dia mendapat kepercayaan dari Raja Italia untuk membangun pemerintahan, dan
Mussolini segera membangun pemerintahan keras dan fasis, yaitu paham dimana
kepentingan negara berada di atas segala-galanya. Dia juga kawan akrab Hitler, yang
kemudian mengadakan Aliansi Berlin-Roma.

Kaisar Hirohito
Kaisar Hirohito memang secara de facto menjadi kaisar sah di Jepang. Akan tetapi,
sadarkah sang kaisar, bahwa yang berkuasa dan menjalankan roda pemerintahan
sesungguhnya ialah Jenderal Hideki Tojo. Dengan demikian, militer dalam hal ini secara
jelas telah mengambil alih pemerintahan sipil di Jepang.

Awal Perang

Jenderal Franco, Diktator Spanyol

Sebelum perang meletus, Spanyol telah jatuh dalam perang saudara antara sayap kiri
(sosialis, komunis, dan rakyat biasa yang mendukung republik) dan sayap kanan (tuan
tanah kaya raya, perwira, gereja katholik, dan Partai Fasis Falange yang menginginkan
raja untuk kembali berkuasa). Sayap kiri didukung oleh Uni Soviet, sementara sayap
kanan dipimpin Jerman dan Italia.

Ketika perang meletus, sayap kiri sempat berkuasa ketika datang sayap liberal dari
negara lain, yakni Laurie Lee. Sayap kiri jatuh dan loyalis liberal menguasai sejumlah
kota besar. Hingga akhirnya sayap kanan yang di dukung Jenderal Franco, berhasil
menghancurkan pertahanan loyalis di Madrid dan menduduki kursi kekuasaan hingga
1975.

Uni Soviet adalah negara besar yang terletak di Eropa Timur, membentang jauh hingga
Siberia dan Asia Tengah. Uni Soviet didirikan oleh Vladimir Lenin yang berhasil
menggulingkan Tsar Rusia, Nicholas II, dalam Revolusi Oktober 1917. Negara ini
dipimpin oleh seorang diktator komunis Joseph Stalin sejak 1924, yang mengambil
kekuasaan setelah Lenin meninggal.

Meskipun Jerman dan Uni Soviet merupakan sesama negara sosialis, tetapi Uni Soviet
bukan antisemit. Yahudi adalah agama terbesar ketiga di Uni Soviet setelah Gereja
Ortodoks Rusia dan Islam, itulah yang membuat Poros tak bisa bersekutu dengan
negara ini.

Ketiga negara mulai menunjukkan keagresifannya sejak tahun 1930-an. Kebangkitan


ekonomi dan militer Jerman meresahkan Inggris dan Perancis, yang trauma akan Perang
Dunia I (PD I) yang berakhir pada 1919 dengan ditandatanganinya Perjanjian Versailles
yang sangat merugikan Jerman dan sekutunya. Perjanjian itu diharapkan dapat
mengakhiri perang secara permanen, akan tetapi justru menjadi 20 tahun menuju
perang baru.

Jepang menyerbu Manchuria dan dengan mudah menduduki Korea. China yang masih
dikuasai oleh Partai Kuomintang yang lemah, harus mengakui, bahwa Jepang menguasai
separuh negaranya di bagian utara.

Italia, yang masih menjajah Libya, mengikuti pada 1935, menyerbu Abessynia
(sekarang Ethiopia) sebagai tanda berdirinya 'Kekaisaran Roma Baru'. Sebelumnya pada
tahun 1896, Italia pernah dikalahkan Abessynia saat negara itu mencoba mendapatkan
ibukota Addis Ababa.

Benito Mussolini dalam parade kemenangan di Roma atas Abessynia

16 Maret di tahun yang sama, wajib militer diterapkan di Jerman. Setahun kemudian,
pasukan Jerman menduduki Rhineland. Italia mengalahkan Abessynia dan mendapatkan
Addis Ababa pada 1936. Pasukan China dan Jepang bentrok di dekat Beijing, dan insiden
itu disebut "Insiden Jembatan Marco Polo" yang terjadi pada 7 Juli 1937. Setahun
kemudian, tepatnya 15 Oktober 1938, tentara Jerman memasuki Sudetenland.

Jerman adalah negara yang paling banyak mengambil andil dalam setiap langkah Poros.
Pada 1938, ia merebut Wina, menduduki Austria dan kemudian mengambil Cekoslovakia
pada 16 Maret 1939. Setelah kedua negara tersebut jatuh, Jerman mengalihkan
perhatiannya pada Polandia.

Inggris dan Perancis berjanji akan membantu, jika Polandia akan menjadi korban
selanjutnya. Akan tetapi, Hitler tak pernah mengira janji ini akan dipenuhi. Musim panas
1 September 1939, tentara Jerman menyerbu masuk ke dalam Polandia melalui rawa-
rawa yang telah kering. Dua hari kemudian Inggris, Perancis, Australia, dan Selandia
Baru menyatakan perang terhadap Jerman.

Sebelum menyerang Polandia, Hitler telah menandatangani Pakta Non-Agresi dengan


Stalin. Hitler tak pernah berniat untuk memenuhi pakta ini. Dia hanya tak ingin Soviet
mengganggu, sementara dia sedang sibuk melumat Polandia dan menggilas Eropa Barat.
Swedia, Spanyol, Switzerland, dan Portugal segera menyatakan kenetralannya.
Penandatanganan Pakta Non-Agres Soviet-Jerman.
Pakta ini disebut Pakta Agustus 1939

Italia tak mau kalah dengan keberhasilan sekutunya, Jerman. Dengan semangat Italia
Irridenta (Italia yang belum dibebaskan), Mussolini memutuskan menyerbu Albania pada
7 April 1939. Setelah berhasil menguasai Kekaisaran Abessynia pada Mei 1936, Italia
merasa dirinya cukup kuat untuk terjun lebih jauh lagi ke dalam ranah pertempuran.

Albania dikejutkan dengan serangan Italia melalui Laut Adriatik, laut yang memisahkan
Semenanjung balkan dengan Semenanjung Italia. Tentara Italia dengan agresif
menyerbu masuk ke dalam Albania yang berhasil dilumpuhkan secara total.

Albania jatuh jauh lebih cepat daripada Abessynia ataupun negara-negara lain yang
ditaklukkan Italia. Albania adalah negara paling cepat lengser nomor dua dalam Perang
Dunia II (PD II). Italia hanya perlu waktu 5 hari saja untuk merampas Tirana dan
menguasai seluruh Albania.

Tentara Italia merayakan kemenangan atas Albania

Belum puas dengan Polandia, Uni Soviet mencoba membentangkan sayapnya ke timur,
dan menoleh pada Finlandia. Invasi Uni Soviet terhadap Finlandia ini dimulai pada 30
November 1939. Tentara Merah Uni Soviet menyerbu ke dalam Finlandia, dan mencoba
menguasainya meski gagal.

Serbuan kedua kalinya kembali dijalankan, tetapi Soviet harus menerima, bahwa
pasukan Finlandia, yang dibantu Spanyol, Swedia, Hungaria, dan militan Estonia,
mampu memukul mundur pasukan Soviet, hingga ke perbatasan.

Taktik gerilya yang diterapkan tentara Finlandia dalam Winter War tak sanggup
menghentikan langkah Tentara Merah

Melihat keadaan seperti ini, Stalin mulai merasa geram. Dia segera melancarkan 3 juta
tentara sekaligus, untuk membungkam Finlandia. Alhasil, Stalin dapat duduk kembali
dengan tenang di kursinya. Tentara Merah dengan cepat mampu mendorong tentara
Finlandia, yang semakin terdesak ke dalam negaranya.

Dibantu dengan bantuan logistik, serta persenjataan yang lebih memadai, kota-kota
penting di Finlandia berhasil direbut, dan Stalin serta para jenderalnya, mulai
memandang ibukota Helsinki sebagai tambang emas yang menggiurkan.

Viipuri, kota terbesar kedua di Finlandia yang diberikan pada Uni Soviet seusai Winter
War

Melihat keadaannya yang semakin terdesak, pemerintah Finlandia segera menawarkan


perundingan dengan Uni Soviet. Tawaran ini diterima, dan perundingan diadakan di
Moskow. Ditandatangani pada 12 Maret 1940, Finlandia menyerahkan sebagian Karelia,
termasuk tanah genting Karelia, serta lahan besar di utara Danau Ladoga.
Daerah ini termasuk kota Viipuri, kota terbesar kedua di Finlandia yang diserahkan pada
Uni Soviet. Viipuri adalah kota industri dan wilayah signifikan di Finlandia yang masih
dipegang oleh tentara Finlandia. Penyerahan kota Viipuri mendapat protes keras dari
banyak rakyat Finlandia yang merasa pemerintah mereka terlalu 'loyo', tetapi
pemerintah Finlandia menganggap Viipuri adalah bayaran murah sebagai pengganti
Helsinki dan seluruh Finlandia.

Wilayah Finlandia yang diserahkan pada Uni Soviet

Perang Yang Sesungguhnya

Tentara Jerman berbaris memasuki Polandia, 1 September 1939

Pasukan Jerman, dengan taktik blitzkrieg (langkah kilat), melaju dengan cepat
menghajar pertahanan Polandia, dan mendekati ibukota Warsawa dalam waktu satu
minggu. Dalih Hitler untuk menyerang Polandia saat itu adalah untuk merebut kota
Danzig yang banyak ras Arya-nya. Tapi dalih itu hanyalah dalih palsu belaka.

Polandia yang melihat dirinya tidak siap akan serangan Jerman ini, saking putus asanya,
Polandia mengerahkan pasukan kavaleri berkudanya untuk melawan tank-tank dan
pesawat Jerman, yang kemudian dibantai habis oleh Jerman tak bersisa.

Belum selesai mengurus Jerman, Polandia dikejutkan kembali dengan serangan Uni
Soviet dari timur. Pasukan Soviet menyapu bersih dari timur, sementara Jerman dari
barat.

Kemudian, akhirnya bertemulah kedua pasukan tersebut di Warsawa dan membuat garis
demarkasi. 20 September 1939, seluruh Polandia sudah jatuh ke tangan Jerman dan Uni
Soviet, dan para pemimpin negaranya dipaksa untuk menyelamatkan diri ke Rumania.

Jatuhnya ibukota Warsawa, 1939

Setelah Polandia jatuh, tak ada lagi perang untuk sementara waktu. Secara resmi,
Jerman telah berada dalam status perang dengan Inggris, Perancis, Australia, dan
Selandia Baru, tetapi kenyataannya tidak ada pertempuran sama sekali.

Situasi ini disebut Phoney War (Perang Palsu). Situasi ini dimanfaatkan oleh para
seniman untuk menggambarkan era perang. Bahkan, ada beberapa yang mengolok-olok
Hitler, seperti komedian pantomim "Charlie Chaplin". Sehingga, Hitler pun sangat benci
dengan orang itu.
Charlie Chaplin dengan kumis ala Hitler-nya

Di Polandia, orang-orang Yahudi, termasuk anak-anak, wanita, dan lansia, ditangkapi.


Mereka untuk sementara ditampung di Ghetto (tempat terkumuh) Warsawa, sebelum
akhirnya dibawa ke kamp tahanan di Auschwitz untuk disiksa. Orang-orang Yahudi yang
disiksa dan dibunuh ini disebut korban holocaust, salah satu kejadian paling mengerikan
dalam sejarah umat manusia yang akan terus berlanjut, hingga kejatuhan Nazi pada
1945. Phoney War ini lantas oleh para seniman disebut juga sitzkrieg.

Phoney War berakhir pada 9 April 1940, ketika sitzkrieg kembali lagi menjadi blitzkrieg.
Jerman mengejutkan Sekutu dengan menyerbu negara-negara Eropa Utara, Denmark
dan Norwegia.

Denmark menyerah dengan cepat, sementara Norwegia mencoba bertahan. Inggris dan
Perancis segera datang untuk membantu Norwegia yang semakin terdesak. Tujuan
utama Hitler menduduki Skandinavia ialah untuk mengambil alih kendali atas Lautan
Atlantik, yang bisa memblokir jalur perdagangan Inggris ke Eropa Utara.

Inggris dan Perancis tampak tergesa-gesa dalam menyelamatkan Norwegia, akan tetapi
hasilnya sama saja. Norwegia ambruk beberapa bulan kemudian. Ini telah merubah
pandangan Perancis terhadap Jerman, karena sebelumnya angkatan perang Perancis
cukup percaya diri, mengingat negaranya pernah mengalahkan Jerman pada Perang
Dunia I.
Serdadu Jerman meremukkan pertahanan Norwegia

Tapi kali ini berbeda, Jerman yang dulu tidak seperti yang Perancis kira. Jerman dalam 3
dasawarsa telah bangkit dengan jumlah rakyat 3 kali lebih besar daripada Perancis, dan
memiliki teknologi tempur yang tinggi serta armada perang yang kuat.

Oleh karenanya, Perancis merasa terancam setelah Norwegia dan Denmark ambruk
seketika. Ternyata benar, Hitler telah meminta para jenderalnya untuk menyusun taktik
mencaplok Eropa Barat. Hitler memandang Perancis sebagai tempat yang "pas" sebagai
tempat tinggal ras Arya.

Hitler tak ingin seperti Uni Soviet yang hanya mendapatkan 11% wilayah Finlandia. Dia
ingin menaklukkan Perancis secara utuh, dan kemudian daratan Britania Raya, serta
selanjutnya Irlandia.

Perancis segera membuat pertahanan. Berdasarkan pengalaman pada Perang Dunia I,


Perancis mengira Jerman akan menyerbu wilayahnya melalui Belgia. Karena itulah
Perancis mempersiapkan pasukan yang hebat di perbatasan Belgia.

Hanya ada satu jalur lagi yang bisa digunakan Jerman untuk menyerbu Perancis, yaitu
melalui sebuah hutan lebat, dataran tak menentu di Ardennes, sebelah selatan
Luksemburg. Perancis tak pernah mengira Hitler akan menyerang lewat jalur ini, sebab
mereka yakin, bahwa Hitler bukan seorang yang segila itu dan akan mampu berbuat hal
semacam itu.
Pasukan Jerman menembus hutan Ardennes, Luksemburg

Dan benar, ternyata mereka salah. Hitler memang orang gila yang memiliki strategi gila
untuk melewati Ardennes. Dia membabat hutan Ardennes dan memaksa tank,
kendaraan lapis baja, dan para tentaranya untuk menyeberangi hutan tersebut.

Sempat terjadi kemacetan saat Hitler menggunakan trik ini. Tetapi hasilnya sama saja,
Perancis dikejutkan oleh serangan gila ini. Pada 10 Mei 1940, Perancis dan Inggris
dikejutkan oleh serangan mendadak yang tak pernah diperkirakan selama ini. Dengan
cepat pasukan Jerman melindas Luksemburg, sebuah negara kecil yang menurutnya
hanyalah menjadi penghalang tak berarti bagi dirinya untuk menuju Paris.

Luksemburg yang sudah dilindas dan sekarat, tak bisa berbuat apa-apa selain menyerah
hari itu juga, menjadi satu-satunya negara dalam Perang Dunia II yang bisa
dilumpuhkan hanya dalam waktu kurang dari 24 jam, dan membiarkan Jerman
memasuki Perancis melalui wilayahnya.

Pada hari yang sama itu pula, pasukan parasut Jerman berhasil mendarat di Belanda dan
Belgia. Angkatan perang Belanda menyerah pada 15 Mei, selang beberapa jam setelah
pengeboman berat di kota Rotterdam.
Belanda menyerah setelah kota Rotterdam luluh lantak

Pasukan gabungan Inggris-Perancis sudah berusaha mati-matian, tetapi pasukan Jerman


terlalu perkasa dan berhasil mengepung mereka di sebuah tempat bernama Dunkirk,
pesisir utara Perancis, pada 26 Mei 1940.

Belgia mencoba bertahan hingga titik darah penghabisan, akan tetapi hasilnya sama
saja. Perjuangan mempertahankan tanah air di Belgia akhirnya terhenti. Belgia telah
runtuh pada 28 Mei, ketika raja-nya mengumumkan, bahwa angkatan perangnya sudah
berada di ambang batas.

Selama dua bulan berikutnya, tentara yang terkepung di Dunkirk mulai dievakuasi ke
Inggris. Tak ada lagi serangan terhadap Perancis hingga 6 Juni. Perancis kini dalam
kondisi sendirian. Inggris tak mampu membantu lebih lanjut, karena dirinya pun harus
mempersiapkan diri akan kemungkinan terburuk yang sewaktu-waktu bisa terjadi.

Austria, Belgia, Belanda, dan Luksemburg yang menjadi tameng pembatasnya, telah
tergilas oleh pasukan Jerman. Semenanjung Hispanik, yaitu Spanyol dan Portugal,
netral, dan tak mungkin dia menaruh harapan pada negara kecil seperti Andorra,
Liechtenstein, atau Monako yang lebih memilih netral daripada digilas seperti Benelux.

Meskipun akhirnya tentara Perancis mampu mematahkan bala bantuan untuk Jerman
yang datang dari Italia, tetapi sesungguhnya Jerman tak membutuhkan bantuan sama
sekali dari sekutu lemahnya itu untuk menumpas Perancis.

Setelah itu, tentara Perancis tak dapat berbuat banyak, ketika tentara Jerman menyerbu
dengan ganasnya ke negara mereka. Hanya perlu waktu sebelas hari saja bagi Jerman
untuk menundukkan Perancis.
Serdadu Jerman memasuki Paris setelah kejatuhan Perancis, 1940

Pada 17 Juni 1940, pemimpin Perancis, Marsekal Petain, menawarkan perundingan


dengan Jerman ketika negara itu berhasil menduduki Paris. Perundingan itu akhirnya
ditandatangani pada 22 Juni.

Jerman diberikan hak untuk mengendalikan pesisir utara dan perairan Atlantik. Seluruh
Perancis takluk pada kekuasaan Jerman. Pemerintahan Perancis yang baru disebut
Perancis Vichy, sementara Charles de Gaulle membangun pemerintahan Perancis darurat
di London.

Hitler menyempatkan diri berpose di depan Menara Eiffel, setelah tentaranya berhasil
kota menduduki Paris
Read more: http://siradel.blogspot.com/2012/08/sejarah-perang-dunia-ii-versi-
lengkap_30.html#ixzz3Q1ewmWSn
Sejarah Perang Dunia II (Versi Lengkap - Volume III : "Akhir Dari Sebuah
Tirani")

Sejak Juni 1940, Inggris harus bertahan sendirian dalam menghadapi keperkasaan
angkatan perang Jerman. Inggris menyaksikan sendiri, bagaimana angkatan bersenjata
Jerman yang perkasa itu mencaplok Austria, merobohkan Cekoslovakia, kemudian
menghancurkan Polandia, meruntuhkan Denmark dan Norwegia, melindas Belanda,
Belgia, dan Luksemburg, serta bagaimana cara Jerman memberangus sekutu karibnya
dengan sangat tragis, Perancis.

Ditambah lagi, pada 10 Juni 1940, Italia menyatakan perang terhadap Inggris dan
Perancis. Ini bukan masalah besar, hanya tinggal menunggu waktu hingga Italia runtuh
dengan sendirinya.
Charles de Gaulle, pahlawan Perancis

Pada 5 Juli, pemerintah Perancis Vichy memutuskan hubungan diplomatik dengan


Britania Raya dan Irlandia Utara (United Kingdom). Masalah besarnya adalah,
bagaimana kalau Jerman sampai berpikir untuk menyerang Kepulauan Inggris. Hanya
Selat Inggris yang memisahkan Inggris dengan Eropa Daratan, yang mana hampir
seluruhnya telah dikendalikan Nazi Jerman yang tengah menjalankan holocaust.

Lagi-lagi, Inggris masih sendirian, bahkan Amerika Serikat dan Uni Soviet masih belum
terlibat. Australia, Selandia Baru, dan India yang menjadi sekutu Inggris pun, masih
sibuk menghadapi ekspansi Jepang. Irlandia yang masih meributkan sengketa wilayah di
Irlandia Utara, tak akan sudi membantu, dan Semenanjung Hispanik telah netral.

Pada 10 Juli 1940, ketakutan Inggris terbukti. Jerman dengan angkatan lautnya
mencoba menyeberangi Selat Inggris. Usaha Jerman ini selalu gagal, karena angkatan
laut Inggris terlalu kuat. Meskipun Jerman mengerahkan hampir semua kapal selamnya,
namun semua seperti percuma.

Inggris menyadari kapal-kapal perang yang ia buat bersama Perancis, yang kini telah
takluk, akan menjadi ancaman bagi dirinya. Sebab kapal perang itu kini ada di tangan
Perancis, tepatnya di salah satu tanah jajahan Perancis yaitu di Algiers, Aljazair.

Sebelum Jerman menyadari keberadaan kapal tersebut, dan sebelum pemerintah


Perancis Vichy benar-benar berkhianat, Inggris bersama Royal Air Force (RAF), angkatan
udara Kerajaan Inggris, menyerbu pangkalan angkatan laut kolonial Perancis di Algiers,
Aljazair.

Serangan tersebut sukses menenggelamkan seluruh kapal yang dianggap berbahaya


bagi Inggris, hal itu jelas menggambarkan bagaimana suksesnya dan betapa kejamnya
Inggris membantai mantan sekutu karibnya itu.

Merasa terkhianati, Perancis Vichy merencanakan untuk bergabung bersama Jerman


untuk mencaplok Inggris, tetapi Petain menolak. Dia mengatakan, "Sudah cukup satu
kekalahan dan tak akan ada lagi hal serupa."

Luftwaffe dalam Battle of Britain, 7 September 1940


Keinginan untuk menjajah Inggris akhirnya ditunda oleh Hitler. Dia merasa Inggris akan
jatuh dengan sendirinya, apabila dia berhasil membombardir daratannya. Dengan
angkatan udara-nya yang kuat, Luftwaffe, Jerman memulai aksinya mengebom kota-
kota penting di Inggris, yaitu London, Portsmouth, serta kota-kota lainnya.

Seketika Inggris menderita kehancuran besar, tetapi masih berani dengan nyali yang
tersisa untuk membalas dengan membombardir Bremen dan Dresden. RAF yang selama
ini menjadi rival abadi Luftwaffe, mau tak mau harus mengakui, bahwa mereka memang
benar-benar imbang.

Pertempuran di Selat dan daratan Inggris ini disebut Battle of Britain (Pertempuran
Britania). Blitzkrieg di daratan Inggris berlangsung pada 7 September 1940 dan
menghancurkan sebagian besar London, termasuk daerah East End. Kehancuran juga
terjadi di Glasgow, Coventry, dan Portsmouth.

London 1940, kerusakan akibat pengeboman oleh Luftwaffe

Sehari sebelum Battle of Britain, Italia yang masih menjajah Libya mencoba menginvasi
Mesir yang dikuasai Inggris. Melalui pesisir utara, tentara Italia menyeberangi
perbatasan dan mulai mengadakan penyerangan menuju Kairo. Tujuannya adalah
mengambil alih Terusan Suez yang vital, yang bisa melumpuhkan ekonomi Inggris.

Namun, Italia justru mengalami kemalangan. Pasukan Inggris yang dibantu tentara
pelarian Perancis di bawah pemerintahan darurat di London, malah menyerang balik dan
Italia terpukul mundur kembali ke Libya.

Invasi Italia atas Mesir gagal pada 16 September 1940. Di saat bersamaa, Inggris dan
Perancis berhasil mengambil sebagian wilayah utara Libya dan Italia mulai terdesak
mundur.

Ini merupakan kekalahan Italia yang untuk kali pertamanya, setelah sebelumnya
berhasil menang atas Abessynia dan Albania. Italia segera membuat Front Sidi Barrani
Timur yang diharapkan mampu membendung kekuatan Inggris di Libya. Tapi sekali lagi,
ini tak berfungsi sama sekali.
Tentara Italia memasuki Mesir pada 1940

Melihat kesuksesan Jerman, Italia jadi semakin termotivasi dan tak pantang menyerah,
meski sudah mengalami kekalahan di Afrika Utara. Dengan semangat membara,
Mussolini memutuskan untuk menyerbu Semenanjung Balkan lebih dalam lagi, yaitu dua
negara besar, Yugoslavia dan Yunani.

Italia menyerbu masuk ke dalam Yunani pada 28 Oktober 1940. Meski begitu, tentara
Italia harus menerima, bahwa dirinya dihabisi oleh pasukan gabungan Yunani dan
Yugoslavia yang disokong oleh Inggris. Italia bahkan lari terbirit-birit kembali ke Albania,
karena dikejar-kejar calon mangsanya sendiri.

Pasukan Yunani, Yugoslavia, dan Inggris bahkan bisa menyerang balik dan mendesak
pertahanan Italia di Albania. Italia benar-benar gagal total dalam menginvasi seluruh
Balkan pada Maret 1941. Melihat sekutunya dipermalukan dengan sangat tak terhormat,
Jerman dengan baik hati mengirim bala bantuan yang langsung mendapat kemenangan
kembali atas Albania.

Di Afrika Utara, perang terus berlanjut antara Italia yang lemah melawan Inggris,
Perancis, Australia, Mesir, Selandia Baru, dan, kemudian Amerika Serikat sejak
Desember 1941.

Pasukan Sekutu menyerang dari timur, merebut Tobruk pada 22 Januari, setelah
sebelumnya berhasil mengambil Bardia. Pada 6 Februari, kota Benghazi direbut oleh
Sekutu dan Italia mulai kewalahan menghadapi pemberontakan rakyat Libya yang mulai
merasa kolonial Italia sudah semakin lemah.
Jenderal Erwin Rommel

Tripoli yang dijadikan ibukota kolonial pun, mengalami kerusuhan yang hebat. Melihat
hal ini, lagi-lagi Jerman berbaik hati dan segera datang membantu di bawah komando
Jenderal Erwin Rommel yang dijuluki "serigala padang pasir".

Setelah menduduki Albania kembali dengan sukses, Jerman dan Italia berencana
mendapatkan Yugoslavia, negara terbesar di Semenanjung Balkan. Invasi atas
Yugoslavia diberi nama Operasi 25 (Operation 25), yang dimulai pada 6 April 1941.
Bersamaan dengan itu, Operasi Marita (Operation Marita) juga dilancarkan, yaitu
serangan Jerman terhadap Yunani. Yugoslavia jatuh pada 17 April 1941 dan Yunani
menyusul sepuluh hari setelahnya.

Dengan dikalahkannya Yugoslavia, Jerman dan Italia memecah-mecah negara tersebut


menjadi tiga, yaitu negara independen Kroasia, negara boneka Serbia yang dikendalikan
oleh Jerman, dan Montenegro yang menjadi negara protektorat Italia.

Di Yunani, bendera swastika Nazi mulai berkibar sejak Athena dirampas pada 27 April
1941. Tentara Inggris yang beroperasi di Yunani mencoba melarikan diri ke Pulau Kreta.
Melalui Operasi Merkur (Operation Merkur), pasukan Jerman membersihkan Pulau Kreta
dari sisa-sisa tentara Inggris dan memaksanya lari tunggang langgang menyelamatkan
diri ke Pulau Malta di Laut Mediterania.
Bendera Swastika Nazi dikibarkan di Athena setelah jatuhnya Yunani

Turki, bekas sekutu Jerman dalam Perang Dunia I (PD I), yang juga memiliki wilayah
kecil di Semenanjung Balkan, segera mengerahkan pasukannya agar Jerman dan Italia
tidak bergerak lebih jauh lagi menuju Istanbul.

Operasi Merkur dijalankan begitu Hitler menghentikan Battle of Britain pada Mei 1941,
ketika Jerman merasa perang tersebut tak menghasilkan apa-apa, akan tetapi Inggris
diuntungkan berkat keputusan Hitler itu.

RAF, meski kuat, tetapi benar-benar sudah habis-habisan saat itu. Jika seandainya
Jerman bersabar sedikit saja dan meneruskan perang, maka tak akan ada lagi masa
depan bagi Kerajaan Inggris.

Pada Juni 1941, Angkatan Darat Australia dan Sekutu, menginvasi Suriah dan Lebanon,
merebut Damaskus pada 17 Juni 1941. Di Irak, terjadi penggulingan kekuasaan atas
pemerintah yang pro-Inggris oleh kelompok Rashid Ali yang pro-Nazi.

Pemberontakan di dukung oleh Mufti Besar Jerusalem, Haji Amin al-Husseini. Karena
garis belakangnya terancam, Inggris mengirimkan bala bantuan dari India dan
menduduki Irak. Pemerintahan pro-Inggris kembali berkuasa, sementara Rashid Ali dan
Haji Amin al-Husseini melarikan diri ke Iran.
Husseini terlihat akrab dengan serdadu Jerman

Tetapi kemudian pasukan Inggris yang dibantu Uni Soviet, menyerbu Iran dan
menggulingkan rezim shah Iran yang pro-Nazi. kedua tokoh itu kemudian
menyelamatkan diri ke Eropa melalui Turki, di mana mereka lalu bekerja sama dengan
Hitler untuk menyingkirkan orang Inggris dan Yahudi.

Uni Soviet sudah tak ingin lagi terlibat lebih jauh dalam perang. Setelah puas melumat
Finlandia, Stalin kini bisa duduk-duduk dengan santai di kursi kekuasaannya. Ia masih
saja bermimpi membagi Eropa bersama Jerman, tetapi mimpinya itu pupus di tengah
jalan, ketika Operasi Barbarossa dimulai pada 22 Juni 1941, tiga minggu setelah Operasi
Markur berakhir.

Sipil yang dieksekusi di Pulau Kreta selama Operasi Markur

Tetapi pada kenyataannya, kedua belah pihak sama sekali tak berniat memenuhi pakta
yang telah mereka tanda tangani pra-jatuhnya Polandia. Hitler hanya ingin Stalin diam,
sementara dia menggilas Eropa Barat, dan sebaliknya Stalin ingin Hitler bungkam
sementara, dia membangun tentara untuk mempertahankan wilayahnya yang paling
barat, yakni Polandia bagian timur dan Ukraina.

Stalin tahu pasti, cepat atau lambat Hitler akan tergoda untuk menyerang Uni Soviet
yang begitu luas, yang dianggap tambang emas sebenarnya oleh Nazi Jerman. Akan
tetapi dia tak mengira Hitler akan sudi terlibat dalam banyak pertempuran untuk waktu
yang relatif dekat.

Tentara Jerman memasuki Uni Soviet pada 1940

Akibat kelalaian Stalin yang belum juga menempatkan pasukan di perbatasan barat,
lebih dari 3 juta serdadu Jerman menyeberangi perbatasan menuju wilayah Uni Soviet.
Serangan tersebut hanya mengalami sedikit perlawanan. Hitler bahkan berhasil
menduduki Ukraina dan merebut Kiev.

Banyak warga Ukraina yang menuntut kemerdekaan dari Uni Soviet, sehingga banyak
yang membangkang dan bergabung dengan Jerman. Sasaran utama Hitler ada dua,
menguasai kota Leningrad dan Moskow. Taktik Blitzkrieg digunakan lagi dalam
pertempuran ini, dengan harapan mampu meraih kemenangan gemilang seperti yang
sudah-sudah.

Tentara Jerman amat akrab dengan wanita Ukraina di Kiev

Tetapi kali ini berbeda. Jerman semakin terdesak, ketika mencoba memasuki Uni Soviet
lebih dalam. Perlawanan besar terjadi beberapa mil di luar pintu gerbang ibukota
Moskow. Pasukan Soviet yang kuat, yang sukses mengalahkan Finlandia, kini
berhadapan langsung dengan pasukan negara yang telah menaklukkan Eropa Barat.
Pertempuran habis-habisan akan dimulai, yang menjadi pertempuran paling berdarah di
sepanjang sejarah.

Di Asia, Jepang berhasil menguasai sejumlah negara-negara di Kepulauan Pasifik. Hanya


ada tiga musuh besar bagi Jepang, yakni Australia, India yang dikendalikan Inggris, dan
Selandia Baru.
Pada 16 September 1940, RUU yang diajukan Presiden Amerika Serikat, Franklin Delano
Roosevelt, tentang mobilisasi pasukan disetujui, dan ini membuat Jepang merasa
terancam. Hanya ada dua pilihan bagi Jepang, menyerang terlebih dahulu dan menang
atau menunggu hingga Amerika Serikat datang dan menentangnya.

Maka pada 7 Desember 1941, pangkalan militer Amerika Serikat di Hawaii, Pearl Harbor,
dibombardir dan menenggelamkan empat ratus kapal Amerika Serikat. Anehnya, kapal-
kapal penting dan kuat tidak ada di sana. Yang ada hanyalah kapal-kapal tua yang
lemah, yang mungkin bisa tenggelam kapan saja tanpa diserang.

2403 orang meninggal, termasuk 68 warga sipil. Mereka seperti korban yang sudah
disiapkan Roosevelt, agar memiliki alasan untuk ikut dalam pertempuran dalam Perang
Dunia II (PD II) ini. Maka sehari setelahnya, Amerika Serikat dan Inggris menyatakan
perang terhadap Jepang.

USS Arizona tenggelam pada serangan di Pearl Harbor

Sehari setelah menyerang Pearl Harbor, Jepang segera menyerbu Filipina yang juga
dikuasai Amerika Serikat. Serangan bom menjadi awal penyerangan, dan berubah
menjadi serangan darat dua minggu kemudian.

Pasukan Amerika Serikat dan Filipina mencoba mempertahankan wilayah, tetapi Jepang
lebih kuat. Amerika Serikat yang dipimpin Jenderal Douglas McArthur tergusur. Langkah
Jepang sangat gemilang, yang dapat disamakan dengan blitzkrieg Jerman.

Jerman melihat Jepang sebagai sebuah kekuatan besar di Asia yang dapat diandalkan.
Angkatan perang Jepang berhasil dengan sukses menghajar pertahanan negara-negara
kolonial Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat di Asia-Pasifik.

Hitler mencoba merangkul Jepang, dengan harapan dengan itu Jepang akan sudi
membantunya dengan menyerang Uni Soviet dari timur, hal yang sebelumnya tak
pernah dilakukan Tokyo. Hitler menggambarkan keinginannya bersekutu dengan Jepang
melalui pernyataan perang dengan Amerika Serikat, hal yang ditentang banyak anggota
Nazi.

Para jenderal memohon agar Hitler tidak melakukan hal tersebut. Mereka tak ingin
berhadapan dengan dua legenda sekaligus, Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Pertempuran front timur sudah melelahkan, dan menambah-nambah front hanya akan
mengukir nisan Nazi saja.

Akan tetapi Hitler ingin menjadi orang yang memutuskan. Akhirnya, pada 11 September
1941, Jerman dan Italia menyatakan perang terhadap Amerika Serikat dalam waktu
hampir bersamaan.
Afrika Utara menjadi medan pertempuran yang panas. Jerman dan Italia berhasil
mengembalikan wilayah yang semula direbut oleh Sekutu. Maroko, Tunisia, Aljazair, dan
Sahara Barat yang menrupakan jajahan Perancis yang sudah runtuh, otomatis telah
berada di bawah kontrol Jerman.

Dengan bala bantuan dari Jerman, Poros berhasil memasuki Mesir dan membuat Sekutu
terdesak. Jepang di Asia berhasil merebut pulau-pulau Pasifik, seperti Pulau Guam dan
Wake yang dikuasai Amerika Serikat.

Pada Maret 1941, ketika pertempuran di Rusia dan Afrika Utara semakin memanas,
Jepang menyerbu Birma dan menguasainya. Jepang kemudian mulai terfokus pada Port
Moresby di Papua Nugini, yang menjadi koloni Inggris.

Sekali lagi, Poros di Afrika Utara terjepit, karena Hitler tengah terfokus pada Uni Soviet
dan tidak terlalu memperhatikan pertahanan di Afrika.

Kapal Italia yang berpatroli di Laut Mediterania

Jerman menyerahkan keamanan Laut Mediterania pada angkatan laut Italia yang
berjaga-jaga di sepanjang perairan, dari Perancis hingga Tripoli, Libya. Italia berjaga-
jaga dengan jumlah pasukan yang banyak, yang diyakini Mussolini tak akan berhasil
ditembus Sekutu dengan usaha sekeras apapun.

Namun, kenyataannya lain. Kesalahan justru terjadi akibat kelengahan tentaranya.


Angkatan Udara Kerajaan Inggris menyerbu Laut Mediterania dan menenggelamkan
sebagian besar kapal-kapal Italia yang berpatroli di lautan. Serangan ini tak mampu
ditahan Italia, karena tidak siaga.

Meski mendapat teguran dari Hitler, Mussolini dan Italia-nya memang tak bisa
diandalkan sejak awal. Kemudian tak lama setelah itu gabungan angkatan udara
Amerika Serikat dan Inggris menyerang angkatan laut Italia lagi, dan sekali lagi,
angkatan laut Italia dapat dilumpuhkan secara total akibat ketidaksiagaan pasukannya.

Dalam keadaan putus asa dan semakin terdesak, Rommel meminta pengunduran dirinya
pada Hitler, tetapi ditolak. Dia dipaksa melanjutkan pertempuran, bahkan hingga
sebagian besar angkatan perang Italia telah lumpuh dan bantuan logistik telah diblokir,
karena Laut Mediterania telah berhasil direbut Sekutu. Hitler lebih fokus pada Uni Soviet
yang bertempur habis-habisan dengan persenjataan yang lebih hebat.
Tentara Kanada datang membantu Inggris dalam perang di Hongkong

Di tahun yang sama, Jepang menyerbu Hongkong, koloni utama Inggris di China.
Pasukan Inggris mencoba mempertahankan Pulau Hongkong, tetapi hasilnya sama saja.
Pada 25 Desember 1941, bertepatan dengan hari Natal, seluruh Hongkong sudah jatuh
ke tangan Jepang.

Hari Natal yang seharusnya disambut dengan bahagia, justru menjadi duka di pihak
Inggris. Poros di Afrika Utara semakin babak belur. Kota Benghazi di Libya berhasil
dikuasai oleh Inggris, dan Ajdabiya juga jatuh sehari setelahnya. Rommel mendapat
pukulan hebat ketika harus menelan kekalahan di front El Agheila, Libya.

Pada 1 Januari 1942, bertepatan dengan tahun baru Masehi, Deklarasi Persatuan
Bangsa-Bangsa ditandatangani oleh 26 negara. Sembilan belas hari kemudian,
Konferensi Wannsee diadakan Nazi untuk membahas 'Solusi Akhir Pertanyaan Yahudi'.

Anne Frank, korban holocaust


Berdasarkan hasil konferensi itu, jutaan orang Yahudi mulai dieksekusi di kamp-kamp
tahanan, holocaust sudah semakin merajalela di seluruh Jerman. Salah satu korban
holocaust paling terkenal adalah Anne Frank, seorang Yahudi Belanda yang kemudian
menulis buku harian pengalamannya selama di kamp. Bahkan, satu hal yang nyaris
dilakukan Hitler, dia hampir mengubah nama Berlin menjadi Germania.

Rommel tetap bertahan setelah permintaan mundurnya ditolak Hitler. Dengan sukses dia
mendapatkan kembali Ajdabiya pada 23 Januari dan Benghazi enam hari kemudian.
Pasukan Jerman di tanah Rusia semakin terdesak. Jerman, yang berperan sebagai
pasukan garis depan, mengandalkan Italia, Rumania, Hungaria, dan Bulgaria sebagai
pasukan garis belakang.

Tapi itulah kesalahan paling fatal Hitler. Tanpa disadarinya, pasukan garis belakang yang
dipimpin Italia mengalami kehancuran setelah diserang mendadak oleh Tentara Merah
Soviet. Jerman mendapati dirinya terjebak tanpa perlindungan belakang, dan mereka
tidak siap menghadapi musim dingin Rusia yang sangat kejam.

Pada Februari 1942, segelintir pasukan Jepang berhasil meluluhlantakkan pasukan


Inggris yang berjumlah jauh lebih banyak di Singapura. Pulau Singapura dan sekitarnya
jatuh ke tangan Jepang pada hari itu juga, yang menjadi kekalahan paling memalukan
dalam sejarah angkatan bersenjata Inggris.

Kuala Lumpur, Februari 1942

Pada bulan dan tahun yang sama, Jepang mulai mengincar Semenanjung Malaya.
Angkatan udara Jepang membombardir Kuala Lumpur, Malaysia, yang dikendalikan
Inggris. Pasukan Inggris segera mempertahankan Brunei Darussalam, yang merupakan
tambang minyak incaran Jepang.

1 Maret 1942, Jawa yang dikendalikan Belanda, menyerah tanpa syarat setelah Jepang
mendarat di Tarakan dan mulai mengancam akan mengebom Bandung. Seluruh wilayah
Hindia Belanda (sekarang menjadi Indonesia) telah jatuh ke tangan Jepang. Sekitar 100
ribu tentara Belanda, Australia, Amerika Serikat, dan Inggris ditawan di Indonesia.

Setelah menguasai hampir sebagian Asia Tenggara, Jepang kembali fokus pada Filipina
yang menyerah pada 9 April 1942 di Tanjung Bataan, dan kemudian seluruh Filipina
jatuh pada kendali Jepang pada 6 Mei di Pulau Corregidor. Jenderal Douglas McArthur
yang dievakuasi ke Australia berkata "Aku akan kembali", sebelum dia dibawa ke
Australia.
Jenderal Douglas McArthur

Meski Jerman menggunakan serangan yang menyasar ke sipil, sebenarnya Amerika


Serikat dan Inggrislah yang memulainya. Kedua negara memasuki Jerman daratan dan
mengebom kota-kota penting, membunuh rata-rata 100 sipil dalam waktu sehari. Kota
Hamburg dan Dresden nyaris hancur total.

Jepang lebih menderita lagi, karena sebagian besar rumah-rumahnya berdekatan dan
terbuat dari kayu. Serangan udara Amerika Serikat ke daratan Jepang pada 10 Maret
1942, membuat badai api di angkasa Jepang, dan banyak warga sipil yang tewas akibat
serangan ini.

Dua hari sebelum menyerahnya Amerika Serikat di Filipina, sebuah pertempuran di Coral
Sea telah dimulai dan dimenangkan Sekutu pada 8 Mei 1942. Kota Tobruk di Libya
bagian timur berhasil diambil lagi oleh Poros. Operasi Barbarossa mengalami kebuntuan.

Pasukan Jerman semakin terjepit, meski sudah mengepung Leningrad. Akhirnya Hitler
merubah tujuannya. Dari semula menggilas Uni Soviet, menjadi mendapatkan Rusia
Selatan. Namun, Stalin tak akan membiarkan hal itu terjadi.
Joseph Stalin, pemimpin Uni Soviet

Jepang dan Amerika Serikat bertempur di Midway, sebuah pertempuran laut dimana
pesawat-pesawat Amerika Serikat berhasil menenggelamkan tiga kapal induk Jepang
dalam waktu yang begitu singkat, satu menit. Jepang tak pernah pulih sejak
kekalahannya disini.

Pada akhir bulan Juni, pertempuran El Alamien I berlangsung dan dimenangkan Poros.
Perlawanan Soviet di Crimea berakhir pada 5 Juli 1942 dan kini Stalin bisa lebih leluasa
memfokuskan diri pada kecoa-kecoa Hitler di negaranya. Melihat kekuatan yang sudah
tak memungkinkan, Jerman menarik diri dari Rusia Utara, menuju selatan.

Meski telah mengepung Leningrad selama 900 hari, tetapi Perlawanan kuat dari Uni
Soviet membuat Jerman tak bisa menguasainya. Front Moskow mengalami kekalahan
telak, dan Hitler mencoba mengulur kekalahan dengan berusaha mendapatkan sebuah
kota di selatan, Stalingrad.

Langkah Jerman menuju Stalingrad bermula pada 9 Juli 1942. Ketika Jepang mulai
melancarkan bombardir terhadap Australia Utara, Jenderal Alexander dan Montgomery
mengambil alih komando Sekutu atas front di Timur Tengah pada 13 Agustus 1942.
Jenderal Bernard Law Montgomery

Kedua jenderal ternyata berhasil memusingkan Rommel. Hitler, semakin pusing


mendapat laporan hasil pertempuran dimana-mana. Jepang harus mempertahankan
wilayah yang begitu luas dengan persenjataan yang semakin tipis. Pada 23 Agustus,
pesawat-pesawat Jerman menyerang Stalingrad.

Di Afrika Utara, Rommel gagal melancarkan aksi di Alam el Halfa. Pertempuran pecah di
kota Stalingrad pada 13 September 1942. Kali ini Tentara Merah Soviet muncul dengan
kekuatan yang baru.

Georgy Zhukov, seorang jenderal cemerlang di pihak Uni Soviet, merasa Jepang tak
akan menyerang wilayahnya di Timur Jauh, karena negara tersebut sedang sibuk
mengurus musuh utamanya, Amerika Serikat.

Zhukov mengerahkan pasukannya dari Siberia yang dibantu persenjataan dan dukungan
Tentara Merah. Orang-orang Siberia adalah rakyat mahir berburu dan tidak takut dingin.
Kini mereka akan memulai perburuan lagi. Tapi sasarannya bukan rusa ataupun
beruang, melainkan tentara Jerman.
Marshal Georgy Konstantinovich Zhukov

Pertempuran Stalingrad adalah pertempuran paling berdarah sepanjang sejarah umat


manusia. Kurang lebih tujuh serdadu tewas setiap lima menitnya. Tentara Soviet mati-
matian mempertahankan kota dan Jerman yang semakin terdesak dipaksa Hitler untuk
tidak menyerah.

Hitler lupa kemampuan istimewa Soviet dalam memobilisasi pasukan. Bantuan yang
terus berdatangan membuat Jerman benar-benar dihancurkan. Musim dingin Rusia
dimanfaatkan dengan sangat baik oleh pasukan Soviet. Banyak tentara Jerman yang
mati akibat penyakit dan kelaparan.

Satu-satunya tujuan mereka merebut Stalingrad bukan karena paksaan dari Hitler,
melainkan untuk mempertahankan hidup. Pasukan Jerman yang kedinginan bisa saling
bunuh, hanya karena berebut gubuk dan jerami untuk menghangatkan diri. Tapi Soviet
berbeda, mereka bekerja sebagai seorang profesional di medan perang dingin dan
bersalju.

Perang Stalingrad berlangsung penuh darah. Soviet berada di puncak pertempuran sejak
19 November 1942. Jerman kebingungan menghadapi dua front sekaligus, di Eropa dan
Afrika Utara. Italia sudah tak bisa diandalkan dan Jepang terlalu jauh dari jangkauan.
Tentara Sekutu selama Operasi Obor di pantai Algiers, Aljazair

Montgomery melancarkan Operation Lightfoot di El Alamien yang membuat pertahanan


Poros di kota itu kocar-kacir dan berhasil beralih kendali ke tangan Sekutu. Tiga hari
kemudian, yaitu pada 8 November 1942, Jenderal Dwight Eisenhower dari Amerika
Serikat melancarkan Operasi Obor (Operation Torch) guna merebut Maroko dan Aljazair
yang dikendalikan pemerintah Perancis Vichy.

Hanya dalam waktu sehari, Sidi Barrani diambil alih lagi oleh Sekutu, begitu juga dengan
Tobruk empat hari kemudian. Pada 15 Desember, Inggris merebut Derna, sementara
Amerika Serikat berhasil mendarat di Maroko dan Aljazair setelah mengalahkan
gabungan tentara Jerman dan Perancis Vichy pada 16 November 1942. Jerman dan
Amerika Serikat lalu bertemu di kota Djebel Abiod, Tunisia, sehari setelahnya.

Rommel kesulitan menghadapi dua jenderal jenius sekaligus. Serdadu Sekutu yang
dinamai Eighth Army, berhasil menduduki Benghazi pada 20 November. Tentara Amerika
Serikat berjalan dan dalam waktu seminggu berhasil mencapai kota Terbourba dan
Djedeida, 12 mil dari Tunis, pusat pertahanan Poros.

Akan tetapi Rommel berhasil mendorong mundur pasukan tersebut di Medjez el Bab, dan
memaksanya bertahan di Terbourba yang kemudian gagal dipertahankan oleh Amerika
Serikat. Sementara itu, di timur, Eighth Army berhasil merebut Sirte.

Jepang tak pernah memulai aksi dan terus bertahan sejak Pertempuran Midway. Negara
kecil itu harus mempertahankan wilayah luasnya dari gempuran Amerika Serikat,
Australia, Selandia Baru, dan Inggris.

Ibukota kolonial Italia di Tripoli dirampas oleh Inggris pada 23 Januari 1943. Rommel
dan tentaranya terseok-seok menyelamatkan diri ke Garis Mareth, perbatasan selatan
Tunisia dengan Libya. Dari Jalan Faid di pusat Tunis, Poros melangkah menuju
pertempuran Zizi Bouzid, dan tiba di Sbeteila dua hari kemudian. Poros benar-benar
semakin terdesak di Afrika Utara.

Di Stalingrad, Jerman sudah tak punya harapan untuk menang, tetapi Hitler tetap
bersikeras untuk menguasai kota. Stalin menganggap Hitler melakukan aksi yang sia-
sia, dan dia tetap menolak menyerahkan Stalingrad sebagaimana Finlandia
menyerahkan Viipuri.

Serdadu Jerman akhirnya terkepung di kota, tanpa makanan, tanpa bantuan logistik,
tanpa persenjataan, dan Soviet sudah siap melakukan strategi 'sapu habis', hingga
akhirnya serdadu Jerman menyerah pada 2 Februari 1943. Sisa-sisa tentara Jerman
ditawan, tapi perlakuan sebagai tawanan masih lebih baik daripada kedinginan dan
melanjutkan pertarungan yang sia-sia di Stalingrad.
Serdadu Soviet mengibarkan bendera kemenangan di Stalingrad

Stalingrad, sebuah kota di daratan Rusia, akhirnya menjadi awal dari akhir para pasukan
Nazi, yang dengan tak sengaja telah mengukir batu nisannya sendiri. Pertempuran itu
adalah kekalahan pertama Jerman, sekaligus patokan dari kekalahan-kekalahan Jerman
pada pertempuran berikutnya.

Operation Vulcan yang dilancarkan Sekutu pada 7 Mei 1943 berhasil menyelesaikan
Front Timur Tengah. Mereka menyerbu masuk ke dalam Tunisia, satu-satunya wilayah
kekuasaan Poros yang tersisa di Afrika Utara. Bantuan tak bisa lagi dikirim, karena Laut
Mediterania yang tadinya diberikan pada Italia, justru jatuh ke tangan Inggris, Australia,
dan Selandia Baru.

Rommel hanya tinggal menanti kekalahannya yang pertama. Meski begitu, Nazi Jerman
tetap mati-matian mempertahankan Tunisia dengan percuma. Pertempuran besar terjadi
di Sfax, Sidi Bouzid, Terbourba, dan Djedeida. Garis Mareth berhasil dikuasai Sekutu
terlebih dahulu pada 23 Maret 1943.

Akhirnya Amerika Serikat dapat melaju kembali ke Tunisia, setelah mendapat kebuntuan
di Terbourba, setelah Inggris berhasil menerobos pertahanan timur dan selatan Jerman
di Tunisia.

Pada 7 Mei 1943, pasukan Inggris memasuki ibukota Tunis, Amerika Serikat mengambil
kendali atas kota Bizerte, dan Rommel dievakuasi kembali ke negaranya. Sisa-sisa
serdadu Jerman dan Italia menyerah di Tunis, Tunisia, pada 13 Mei 1943. Front Afrika
dan Timur Tengahpun berakhir di sini.
Serdadu Jerman dan Italia yang ditawan setelah jatuhnya Tunis, Tunisia

Jatuhnya Tunis dan kekalahan Poros di Afrika Utara dan Stalingrad, adalah awal dari
kekalahan beruntun Italia dan Jerman, sementara kekalahan Jepang atas Midway adalah
titik balik yang signifikan.

Setelah kekalahan Poros di Afrika Utara, Uni Soviet dan Amerika Serikat mulai
mengambil andil dalam pembebasan Asia dan Eropa. Pakta Non-Agresi telah gagal
disepakati dan Soviet kini mulai tergiur melihat Jerman yang sudah lemah, setelah
kegagalan atas Stalingrad.

Read more: http://siradel.blogspot.com/2012/09/sejarah-perang-dunia-ii-versi-


lengkap.html#ixzz3Q1fpXueZ

Anda mungkin juga menyukai