Anda di halaman 1dari 1

Gaya Kepemimpinan SBY dan Jokowi

SBY dan Jokowi sama-sama pemimpin. Yang satu pemimpin negara alias presiden, satu lagi
pemimpin provinsi atau gubernur. Dua-duanya punya kewenangan untuk mengatur lembaga dan
institusi yang dibawahinya.

Namun ada perbedaan mencolok terkait gaya kepemimpinan keduanya. SBY cenderung
mengandalkan kemampuan bawahannya, mendorong mereka agar bekerja secara maksimal.
Sementara Jokowi tipe pejuang (fighter) yang langsung turun ke lapangan menyelesaikan
persoalan. Namun sebelum terjun ke lapangan, yang biasanya ditemani bawahannya, ia
memegang data ihwal persoalan daerah yang dikunjunginya.

Gaya kepemimpinan SBY nyatanya tidak efektif. Bawahannya malah kadang berseteru
antarinstansi. Misalnya kasus yang melibatkan Polri dan KPK, yaitu “Cicak Vs Buaya” dan
kasus korupsi simulator SIM. Atau antara Polri dan TNI. SBY selalu berdalih tidak ingin
melakukan intervensi hukum.

SBY berharap para pucuk pimpinan lembaga tersebut bersikap profesional, dewasa dalam
bertindak. Namun nyatanya lembaga-lembaga tersebut belum mampu melakukannya. Mereka
masih butuh instruksi dari atasan untuk bergerak.

Sebaliknya Jokowi, yang sangat mengerti watak birokrasi korup Jakarta (juga di mana-mana),
tanpa kompromi melakukan hal-hal yang dianggapnya melakukan perubahan. Ia mengungkap
kebusukan birokrasi dan layanan publik yang diperdagangkan. Wakilnya, Ahok, juga tanpa
tedeng aling-aling membabat orang dan kelompok yang berani menghambat kerja-kerjanya—
misalnya calo-calo di Rumah Susun Marunda.

Sebaiknya SBY mencontoh gaya kepemimpinan Jokowi. Ia tak perlu sungkan turun ke lapangan
dan memberikan solusi persoalan yang tengah merundung lembaga bawahannya. Persoalan
korupsi, kolusi, dan nepotisme yang akut di negeri ini tak bisa diselesaikan dengan gaya
kepemimpinan seperti itu.

Anda mungkin juga menyukai