Anda di halaman 1dari 5

Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik

Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu manajer publik untuk menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial
dan nonfinansial.

Maksud pelaksanaan pengukuran kinerja sektor publik:

 Membantu memperbaiki kinerja pemerintah.


 Membantu pengalokasian sumberdaya dan pembuatan keputusan.
 Mewujudkan pertanggungjawaban sektor publik dan memperbaiki komunikasi
kelembagaan.

Kinerja sektor publik bersifat multi-dimensional, sehingga tidak ada indikator tunggal
yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif.

Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja:


 Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up);
 Untuk mengukur kinerja finansial dan nonfinansial secara berimbang sehingga dapat
ditelusur perkembangan pencapaian strategi;
 Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah
serta memotivasi untuk mencapai goal congruence; dan
 Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan
kemampuan kolektif yang rasional.

Manfaat Pengukuran Kinerja:


 Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja
manajemen;
 Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan;
 Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya
dengan target kinerja serta melakukan tindakan kolektif untuk memperbaiki kinerja;
 Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and
punishment) secara obyektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan
sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati;
 Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki
organisasi;
 Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi;
 Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah; dan
 Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

Informasi Yang Digunakan Untuk Pengukuran Kinerja

A. Informasi Finansial
Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah
dibuat. Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau perbedaan)
antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan.
Fokus analisis varians:
1) Varians Pendapatan (Revenue Variance)
2) Varians Pengeluaran (Expenditure Variance)
- Varians Belanja Rutin (Recurrent Expendture Variance)
- Varians Belanja Investasi/Modal (Capital Expenditure Variance)
Analisis varians dilakukan sampai pada unit paling bawah untuk mengetahui
secara spesifik sumber dari terjadinya varians.
Keterbatasan analisis varians diantaranya terkait sulitnya menentukan
signifikansi besarnya varians.
B. Informasi Non-Finansial
Informasi ini dapat dijadikan tolak ukur lainnya dalam pengukuran kinerja.
Balance Scorecard merupakan sebuah teknik baru yang masih dikembangkan untuk
melakukan pengukuran kinerja secara komprehensif. Balance Scorecard tidak hanya
mengukur aspek finansial tetapi juga aspek non-finansial.
Metode Balance Scorecard melibatkan empat aspek, diantaranya:
1) Perspektif Finansial (Financial Perspective);
2) Perspektif Kepuasan Pelanggan (Customer Perspective);
3) Perspektif Efisiensi Proses Internal (Internal Process Efficiency);dan
4) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth
Perspective).
Jenis informasi nonfinasial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci (Key
Variable) atau sering disamakan dengan Key succes factor, key result factor, atau pulse
point.

Variabel Kunci adalah variabel yang mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi


sebab kesuksesan organisasi. Jika terjadi perubahan yang tidak diinginkan maka variabel
ini harus segera disesuaikan.

Karakteristik suatu variabel kunci diantaranya adalah:

- Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi;


- Sangat Volatile dan dapat berubah dengan cepat;
- Perubahannya tidak dapat diprediksi;
- Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera;
- Variabel tersebut dapat diukur baik secara langsung maupun melalui ukuran
antara (Surrogate).
CONTOH VARIABEL KUNCI
Dinas/Unit Variabel Kunci
Kerja
Rumah sakit Tingkat hunian kamar (kamar yang dipakai : jumlah total kamar yang
dan hotel tersedia)
Klinik Jumlah pelanggan (masyarakat) yang dilayani per hari
Kesehatan
PLN KWH terjual

Perusahaan Pulsa terjual, jumlah tagihan pelanggan


Komunikasi
DLLAJ Jumlah alat angkutan umum, Jumlah pengguna (penumpang)

Pekerjaan Panjang jalan yang dibangun/diperbaiki


Umum
Kepolisian Jumlah kriminalitas yang tertangani, Kecelakaan/Pelanggaran Lalin,
pengaduan masy. yang tertangani
DPR/DPRD Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang tertangani, Jumlah
rapat yang dilakukan, Jumlah UU/Perda yang dihasilkan, Jumlah
peserta rapat:total anggota
Dipenda Jumlah pendapatan terkumpul
Peranan Indikator Kinerja Dalam Pengukuran Kinerja

Indikator kinerja merupakan hasil pengembangan dari variabel kunci yang sudah
terdeteksi sebelumnya dari unit tertentu. Selanjutnya indikator kinerja tersebut dibandingkan
dengan target kinerja atau standar kinerja. Tahap akhir adalah evaluasi kinerja yang hasilnya
berupa feedback, reward, dan punishment kepada manajer setiap pusat pertanggungjawaban.

Variabel Indikator
Evaluasi
Kunci Kinerja

Indikator kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang telah


ditetapkan. Indikator kinerja dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama organisasi
(critical success factor) dan indikator kinerja kunci (key performance indicator).

critical success factor adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja unit kerja
organisasi.

key performance indicator adalah sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran
kinerja kunci bersifat finansial dan nonfinansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit
bisnis.

Penggunaan indikator kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah suatu aktivitas
atau program telah dilakukan secara efisien dan efektif. Tiap unit organisasi memiliki
indikator yang berbeda teragntung pada jenis pelayanannya.

Pertimbangan penentuan indikator kinerja harus mempertimbangkan beberapa


komponen, diantaranya:
1. Biaya pelayanan (cost of services);
2. Penggunaan (utilization);
3. Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards);
4. Cakupan pelayanan (coverage); dan
5. Kepuasan (satisfaction).
• Biaya pelayanan (cost of services);
Indikator ini biasanya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost). Namum ada beberapa
pelayanan yang tidak dapat ditentukan biaya unit nya karena output yang dihasilkan tidak
dapat dikuantifikasi. Sebagai pengganti dibuat indikator kinerja proksi.

• Penggunaan (utilization); Membandingkan antara jumlah pelayanan dengan


permintaan publik. Pengukurannya menggunakan volume absolut atau presentase
tertentu.
• Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards); Indikator ini merupakan
indikator yang sulit untuk diukur karena menyangkut pertimbangan subyektif
• Cakupan pelayanan (coverage); Indikator ini ... ?
• Kepuasan (satisfaction). Indikator ini diukur dengan metode jajak pendapat secara
langusng, penjaringan aspirasi masyarakat. Namun juga bisa menggunakan indikator
proksi seperti komponen biaya.
Pembuatan indikator kinerja memerlukan kerjasama antar unit kerja.

Contoh Pengembangan Indikator Kinerja

Dinas/Unit Kerja Indikator Kinerja


Rumah Sakit - Biaya total rata-rata per pasien yang masuk
- Biaya rata-rata rawat jalan per pasien yang masuk
- Penggunaan fasilitas
- Rasio antara pasien baru dan pasien lama
Pekerjaan Umum - Panjan jalan yang dibangun atau diperbaiki/total pajang
jalan
- Kondisi jalan
- Keamanan jalan
Kepolisian - Penurunan jumlah kecelakaan atau pelanggaran lalu lintas
- Jumlah kriminalitas tertangani/jumlah kriminalitas
terdeteksi
DPR/DPRD - % Jumlah pengaduan dan tuntutan masy./jumlah total
aspirasi yang masuk

Anda mungkin juga menyukai