Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

REMAJA TUNAGRAHITA
DI SLB N UNGARAN

Ni Putu Juliani 1), Eti Salafas2), Kartika Sari 3)


1) Peneliti email : putujuli83@gmail.com
2) Staf pengajar dan pembimbing email : Etisalafas@yahoo.com
3) Staf pengajar dan pembimbing email : Kartikanaka@gmail.com

ABSTRAK

Ni Putu Juliani. 2015; Hubungan Antara Self efficacy dengan perilaku seksual pranikah pada remaja
tunagrahita di SLB N Ungaran. Karya Tulis Ilmiah. DIII Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Ungaran. Pembimbing I: Eti Salafas, S. SiT.,II. Kartika Sari, S.SiT,M.Keb.
xvi + 77 halaman + 2 gambar+ 7 tabel + 12 lampiran

Masa remaja merupakan masa yang khusus dan penting. Masa ini merupakan periode
kematangan organ reproduksi manusia atau periode peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja.
Remaja tunagrahita merupakan bagian dari individu yang memiliki kebutuhan khusus. Salah satu
cirinya adalah memiliki kecerdasan di bawah rata-rata. Perkembangan seksual pada remaja
tunagrahita dan remaja normal adalah sama. Self efficacy yaitu kepercayaan pada kemampuan diri
dalam mengatur dan melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam rangka pencapaian hasil
merupakan salah satu faktor penyebab perilaku seksual pranikah remaja. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan antara self efficacy dengan perilaku seksual pranikah pada
remaja tunagrahita di SLB N Ungaran.
Desain penelitian menggunakan deskriptif korelatif dan menggunakan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian adalah remaja tunagrahita ringan di SLB N Ungaran yang
berusia 12-21 tahun, dengan menggunakan teknik sampling sampel jenuh, sampel sebanyak 45
responden dan alat ukur menggunakan kuesioner. Berdasarkan uji Chi Square didapatkan p-value =
0,001< α (0,05) yang menunjukkan adanya korelasi yang positif. Kesimpulan penelitian
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara Self efficacy dengan perilaku seksual
pranikah pada remaja tunagrahita di SLB N Ungaran tahun 2015.
Dengan demikian Guru dan pengelola SLB diharapkan bekerja sama dengan tenaga kesehatan
untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi dan bimbingan psikologis secara rutin kepada
remaja tunagrahita.
Kata Kunci : Self efficacy, Perilaku seksual pranikah remaja, tunagrahita

ABSTRACT
1
Hubungan Antara Self Efficacy dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Tunagrahita
di SLB N Ungaran
Juliani, Ni Putu. 2015; The Correlation Between Self Efficacy With Prematial Sexual Behavior in
Mental Retardation Adolescents at SLB N Ungaran. Scientific Writing. Midwifery Academy of
Ngudi Waluyo Ungaran. First Advisor : Eti Salafas, S. SIT., Second Advisor. Kartika Sari, S.SiT,.
M.Keb.

Adolescence is a time of special and important. This period is the period of maturity of the
human reproductive organs or the period of transition from childhood to adolescence. Adolescents
with mental retardation are part of individuals who have special needs. One character is having
intelligence below average. Sexual development in retarded adolescents and normal young people
are the same. Self-efficacy is the belief in the ability to self-regulate and implement the necessary
actions in order to achieve the result is one of the factors causing adolescent premarital sexual
behavior. The purpose of this study is to determine the correlation between self-efficacy with mental
retardation adolescent premarital sexual behavior at SLB N Ungaran.
The design of this study was descriptive correlative study and cross sectional approach. The
population in the study were adolescents with mild mental retardation at SLB N Ungaran aged 12-
21 years, by using saturated sample sampling techniques, sample of 45 respondents and measuring
devices use a questionnaire. Based on Chi Square test was obtained p-value = 0.001 <α (0.05)
which shows a positive correlation. Conclusion This study showed a significant correlation between
self-efficacy with mental retardation adolescent premarital sexual behavior in SLB N Ungaran
2015.
Thus SLB teachers and administrators are expected to cooperate with health workers to provide
regular reproductive health education and psychological counseling to adolescents with mental
retardation.

Keywords : Self efficacy, prematial sexual behavior of adolescent,mental retardation

PENDAHULUAN antara umur 12 tahun sampai dengan 21


tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai
Latar Belakang dengan 22 tahun bagi pria.
Masa remaja merupakan masa yang Remaja pada tahap perkembangan
khusus dan penting. Masa ini merupakan awal (early adolescence) adalah seorang
periode kematangan organ reproduksi remaja yang masih terheran akan
manusia atau periode peralihan dari masa perubahan yang terjadi pada tubuhnya
anak-anak ke masa remaja. Masa remaja sendiri dan dorongan yang menyertai pada
merupakan masa transisi yang unik dan perubahan tersebut. Perubahan pada organ
ditandai oleh perubahan bahan fisik, emosi, reproduksi dan hormon yang
dan psikis. Menurut ciri perkembangannya mempengaruhinya juga akan
masa remaja dibagi menjadi tiga tahap mempengaruhi remaja termasuk dalam
yaitu masa remaja awal (10-12 tahun), seksualitas. Setiap orang pasti
masa remaja tengah (13-15 tahun), masa menginginkan kenormalan dalam dirinya,
remaja akhir (16-19 tahun) namun karena beberapa faktor dari lahir
(Kusmiran,2011). atau kecelakaan menyebabkan beberapa
Sedangkan menurut Sri Rumini & Siti orang mengalami kecacatan atau
Sundari (2004: h. 53) masa remaja adalah disabilitas. Perkembangan seksual pada
peralihan dari masa anak dengan masa remaja disabilitas dan remaja normal
dewasa yang mengalami perkembangan adalah sama (Sarwono, 2004,h.8).
semua aspek / fungsi untuk memasuki Remaja tunagrahita merupakan bagian
masa dewasa. Masa remaja berlangsung dari individu yang memiliki kebutuhan
2
Hubungan Antara Self Efficacy dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Tunagrahita
di SLB N Ungaran
khusus. Salah satu cirinya adalah memiliki jenisnya maupun sesama jenis
kecerdasan di bawah rata-rata, sehingga (Sarwono,2011).
kemampuan akademik mereka mengalami Perilaku seksual remaja tergambar
keterlambatan jika dibandingkan dengan dari survei yang dilakukan oleh Youth
individu normal yang seusianya. Mereka Center Pilar PKBI Jawa Tengah tahun
kurang dapat menyesuaikan diri terhadap 2010 dengan 99 responden siswa SMA di
lingkungan sosial dan miskin dalam Semarang. Didapatkan data berpegangan
pembendaharaan kata, namun mereka tangan 82,8%,berpelukan 68,7%, mencium
memiliki perkembangan fisik dan ciri pipi 64,6%, berciuman bibir 62,6%, saling
perkembangan seksual yang sama dengan meraba badan dan kelamin 32,3%,
remaja normal (Farisa ,2013 : h.18) melakukan petting 20,2%, melakukan oral
Penelitian dari Praptiningrum (dalam seks 8,1%, melakukan hubungan seks
Retnaningtyas dan Setyaningsih h. 57-72) vagina 14,1% (PKBI, 2010).
menyatakan bahwa melihat keterbatasan Efikasi diri (self efficacy) yaitu
kemampuan remaja retardasi mental, maka kepercayaan pada kemampuan diri dalam
sulit untuk mengontrol dan mengendalikan mengatur dan melaksanakan suatu tindakan
diri untuk menyalurkan hasrat seksualnya yang diperlukan dalam rangka pencapaian
yang muncul dari dalam dirinya. Dalam hasil merupakan salah satu faktor
penelitian tersebut dikatakan bahwa penyebab perilaku seksual pranikah remaja
perilaku seksual remaja retardasi mental ( Reivich dan Shatté ,2002). Perkembangan
dipengaruhi keadaan fisiologisnya, yaitu Self efficacy remaja yang mendekati
adanya kelenjar-kelenjar hormon tuntutan dewasa, mereka harus belajar
pendorong, meningkatnya hasrat seksual untuk memikul tanggung jawab terhadap
remaja yang bersifat laten dan peningkatan diri mereka sendiri dalam setiap dimensi
hasrat seksual ini memerlukan penyaluran. kehidupan. Hal ini memerlukan
Remaja retardasi mental juga mudah penguasaan benyak keahlian dan cara
terpengaruh dan meniru perbuatan orang untuk berintegrasi dalam masyarakat
lain yang tidak baik khususnya perilaku dewasa. Belajar bagaimana menghadapi
seksual. perubahan pubertas, menjalin hubungan
Banyak perbedaan perilaku seksual secara emosional, dan persoalan seksual
remaja normal dengan remaja tunagrahita. menjadi masalah yang sangat penting
Remaja tunagrahita sering mengungkapkan (Bandura 1997, hal 164-211, dalam
perasaan cintanya dengan orang yang baru Mustaqim, 2011, hal. 29)
di kenalnya. Pada remaja tunagrahita yang Penundaan maupun penolakan
sudah mempunyai pacar, mereka tanpa rasa hubungan seksual pada remaja juga terkait
malu memegang tangan dan memeluk dengan keyakinan diri (self efficacy) pada
pasanganya di tempat umum dan berjanji remaja untuk mengevaluasi terhadap
bertemu di tempat yang sepi secara kemampuan atau kompetensinya untuk
sembunyi-sembunyi setelah pulang melakukan suatu perilaku dan atau
sekolah. Bagi remaja yang memiliki mengatasi hambatan. Self efficacy
intelegensi normal hal tersebut tidak mempunyai dampak untuk menegosiasikan
mungkin dilakukan karena hal tersebut keamanan seks , menghambat tekanan
dianggap melanggar norma di masyarakat untuk melakukan hubungan seks, menunda
(Farisa, 2013 :h.21). intercourse, menolak aktivitas seks
Perilaku adalah sebagai respon atau maupun seks yang beresiko (E.R. Buhi dan
reaksi seseorang terhadap stimulus P. Goodson, 2007: h.8)
menurut Skinner (1938) dalam Perilaku seksual Pranikah remaja
Notoadmodjo (2005) .Perilaku seksual Tunagrahita dapat terjadi karena faktor
adalah segala tingkah laku yang di dorong personal dan lingkungan. Salah satu faktor
oleh hasrat seksual, baik dengan lawan personal adalah efikasi diri (self
efficacy) .Menurut penelitian yang

3
Hubungan Antara Self Efficacy dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Tunagrahita
di SLB N Ungaran
dilakukan oleh Apriyani, Heni (2009) Penelitian lain dari Tarnai (2006 : h. 151-
terdapat perbedaan perilaku seksual pada 168) menunjukkan kurangnya intervensi
remaja yang memiliki self efficacy tinggi pada penyandang cacat kognitif untuk
dan self efficacy rendah. mengontrol masturbasi yang tidak pantas
Pernyataan ini sesuai pula dengan dilakukannya.
hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti Penelitian lain dari farisa (2013) di
(2007) yang menyatakan bahwa efikasi diri SLB N Semarang ada 2 remaja tunagrahita
merupakan prediktor penting bagi perilaku yang mengalami penyimpangan perilaku
remaja awal, dan hasil penelitian oleh seksual menyimpang. Pada kasus pertama,
Verawati, dkk (2003) yang menunjukkan dia termasuk siswa remaja down syndrom
bahwa adanya hubungan yang signifikan kategori C1 (tunagrahita sedang) yang
antara efikasi diri dan intensi. Efikasi diri sedang mengalami masa pubertas. Dia
(self efficacy) yang di maksud dalam pernah mempunyai pasangan (pacar),
penelitian ini adalah persepsi individu namun pasangannya tersebut sesama jenis.
bahwa dirinya mampu untuk tidak Sedangkan pada kasus Kedua, dia
melakukan aktivitas seksual sebelum termasuk remaja dalam kategori kelas C1
menikah. Remaja dapat menghindari (tunagrahita berat). Dia adalah remaja laki-
perilaku seksual pranikah apabila dalam laki tunagrahita yang juga sedang
diri remaja tersebut tertanam efikasi diri mengalami masa pubertas. Dia hampir
tinggi untuk mencegah perilaku seksual setiap hari melakukan onani dan apabila di
pranikah. Efikasi yang tinggi pada remaja sekolah dia juga sering menggesekkan
menjadikan remaja memiliki keyakinan badannya di matras. dia pernah
personal untuk tetap mencegah perilaku menempelkan alat kelaminnya dibadan
seksual sebelum menikah meskipun bagian belakang gurunya dan melakukan
tantangan berat. Efikasi diri tinngi gerakan maju mundur. Pernyataan dari
menjadikan remaja juga memiliki salah satu dosen fakultas psikologi
keyakinan untuk mampu mempelajari serta Universitas Katolik soegijapranata
kemampuan menghindari perilaku seksual Semarang dalam penelitian Handoko
pranikah (Bandura,1997). (2008) yang sedang melakukan bimbingan
Remaja tunagrahita paling banyak di salah satu SLB yang berada di
menjadi korban kekerasan seksual, hal ini Temanggung, yaitu beliau di sana melihat
disebabkan karena kurangnya keyakinan anak laki-laki yang sedang berlomba
diri untuk mampu menolak karena terpanjang dalam ejakulasi, sedang anak
perempuan tuna grahita secara mental dan perempuan disana cenderung mengejar-
intelektual sulit membedakan antara ngejar untuk berpacaran dan mengajak
eksploitasi dan kekerasan seksual dengan ‘kawin’.
cinta. Kekurangan dalam diri seseorang, Dari hasil wawancara dengan guru
sering menyebabkan rendahnya efikasi diri pembimbing di SLB N Ungaran pada tahun
(self efficacy) pada seseorang (frislidia 2013, 2 orang Remaja tunagrahita
dalam Antara News, 2014). Contoh mengalami kehamilan di luar nikah
kasusnya adalah kasus pemerkosaan sedangkan di tahun 2014 seorang remaja
tunagrahita usia dewasa di Kulonprogo perempuan di SLB N ungaran
baru-baru ini. Korban pulang ke rumah dimanfaatkan oleh salah seorang bibi dari
dengan ekspresi biasa meskipun alat temannya yang juga merupakan
kelaminnya luka parah (Eko dalam suara Tunagrahita di SLB N Ungaran, mula-mula
kawan ,2014) korban di ajak ke salon dan di belikan
Penelitian dari Katalinic dkk (2012 : pakaian yang bagus kemudian korban di
h.38-43) menemukan bahwa seseorang jual pada pelanganya, korban menyatakan
dengan retardasi mental ,sama seperti beberapa kali berhubungan seksual dengan
orang normal lainnya, memiliki seksualitas orang yang tidak dikenalnya kemudian
bawaan, kebutuhan dan perilaku seksual. diberikan bayaran yang nantinya diambil

4
Hubungan Antara Self Efficacy dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Tunagrahita
di SLB N Ungaran
oleh yang menjual tersebut dan korban Pranikah pada Remaja Tunagrahita di
hanya diberikan ¼ dari bayaran yang di SLB N Ungaran.
dapat, korban sempat berhenti menerima 2. Tujuan Khusus
tawaran dikarenakan menderita PMS. a. Mengetahui gambaran Self
Korban menyatakan tidak mampu menolak Efficacy pada remaja Tunagrahita
karena terus dicari oleh ‘bibi’ dan di SLB N Ungaran.
dijanjikan imbalan berupa uang. Kasus lain b. Mengetahui gambaran Perilaku
salah seorang siswa pernah dilecehkan oleh seksual pranikah pada remaja
supir bus dan kernetnya ketika akan pulang Tunagrahita di SLB N Ungaran.
dari sekolah. Namun ketika ditanya korban c. Mengetahui hubungan antara Self
tidak menyatakan yang sebenarnya. Efficacy dengan Perilaku Seksual
Dari observasi yang dilakukan peneliti Pranikah pada Remaja
perilaku seksual yang tergambar dari Tunagrahita di SLB N Ungaran.
remaja laki-laki tunagrahita di SLB N Manfaat Penelitian
Ungaran adalah senang memanggil- 1. Bagi remaja
manggil lawan jenis dan tanpa malu Penelitian ini dapat
meminta nomor handphone peneliti selain menjadikan masukan bagi remaja
itu ada 2 remaja laki-laki yang senang untuk meningkatkan self efficacy
memegang bagian tubuh remaja untuk menolak perilaku seksual
perempuan dan remaja perempuan pranikah.
memberikan respon positif terhadap 2. Bagi Peneliti
perilaku remaja laki-laki tersebut. Peneliti dapat mengetahui
Sedangkan gambaran perilaku remaja seberapa jauh hubungan antara Self
perempuannya adalah tanpa rasa malu Efficacy dengan Perilaku Seksual
menyatakan perasaanya pada laki-laki yang Pranikah pada Remaja Tunagrahita.
di sukainya dan diam-diam menyelipkan Menambah pengalaman dalam
surat cinta di meja remaja laki-laki. melakukan penelitian
Berdasarkan studi pendahuluan yang 3. Bagi Institusi
dilakukan Peneliti pada awal bulan Penelitian ini dapat menambah
Oktober 2014 di SLB N Ungaran melalui wacana kepustakaan Akademi
wawancara pada 10 orang Remaja Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran.
tunagrahita ada beberapa siswa yang 4. Bagi SLB N Ungaran
memiliki perilaku seksual pranikah. di Memberikan informasi pada
dapatkan 10 orang pernah melakukan guru SLB dan pengelola sehingga
hubungan seksual, berpegangan tangan 3 dapat memberikan pendidikan
(30%) orang, berpelukan 2 (20%) orang, kesehatan reproduksi dan bimbingan
mencium pipi 1 (10%) orang, berciuman psikologis pada remaja tunagrahita
bibir 1 (10%) orang, saling meraba badan 2 bekerjasama dengan tenaga kesehatan.
20% orang, melakukan petting tidak ada.
Dari 10 orang 4 (40%) orang mampu METODE PENELITIAN
menolak ketika ketika pasangan atau lawan Penelitian ini menggunakan desain
jenis mengajak berperilaku seksual deskriptif korelasi tentang hubungan antara
pranikah, dan 6 (60%) orang tidak mampu Self efficay dengan perilaku seksual pranikah
menolak.Berdasarkan uraian di atas, pada Remaja Tunagrahita dengan
peneliti ingin mengetahui hubungan antara menggunakan metode pendekatan cross
Self efficacy dengan perilaku seksual sectional yaitu merupakan rancangan
pranikah pada remaja Tunagrahita. penelitian dengan melakukan pengukuran
Tujuan Penelitian atau pengamatan sekali waktu dan pada saat
1. Tujuan Umum yang bersamaan (Setiawan dan Penelitian
Mengetahui hubungan antara Self sudah dilaksanakan pada bulan Mei 2015
Efficacy dengan Perilaku Seksual dengan jumlah populasi berjumlah 45 remaja

5
Hubungan Antara Self Efficacy dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Tunagrahita
di SLB N Ungaran
tunagrahita ringan di SLB N Ungaran.. (53,3 %) dan remaja perempuan berjumlah
Penelitian ini menggunakan teknik Sampel 21 (46,7%)
Jenuh yaitu semua sampel digunakan dalam Tabel 3 Distribusi frekuensi responden
penelitian, sampel dalam penelitian ini adalah berdasarkan self efficacy pada
45 remaja tunagrahita ringan di SLB N Remaja Tunagrahita di SLB N
Ungaran. Ungaran
Instrumen penelitian yang digunakan Self
dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan F Persentase (%)
Efficacy
11 item mengenai self efficacy meliputi Tinggi 19 42,2
Pengaruh positif, Situasional Cues, Testing Rendah 26 57,8
Personal Control,Tekanan sosial,dan 7 item Jumlah 45 100
mengenai perilaku seksual pranikah meliputi
penetratif dan non penetratif.
Pengumpulan data pada penelitian ini
dilakukan dengan pengsian kuesioner.
Sebelum melakukan pengisian kuesioner,
responden mengisi lembar informed consent Tabel 3 menunjukkan bahwa
terlebih dahulu. berdasarkan Self Efficacy dari 45 responden
Analisis data penelitian ini menggunakan yaitu didapatkan sebanyak 19 responden
analisis univariat untuk mengetahui gambaran ( 42,2 % ) termasuk dalam ketegori Self
self efficacy dan perilaku seksual pranikah , efficacy Tinggi , sebanyak 26 responden
dan analisi bivariat untuk mengetahui ( 57,8 % ) termasuk dalam kategori Self
hubungan antara self efficacy dengan perilaku Efficacy Rendah.
seksual pranikah di SLB N Ungaran Tabel 4 Distribusi frekuensi
HASIL DAN PEMBAHASAN responden berdasarkan
Hasil perilaku seksual pranikah
Analisa Univariat Remaja Tunagrahita di SLB
Tabel 1 Distribusi Frekuensi N Ungaran
Responden Berdasarkan Perilaku seksual Persentase
F
Umur Responden pranikah (%)
Melakukan 25 55,6
Umur Frekuensi Presentase (%) Tidak melakukan 20 44,4
12-15 13 28,9 Jumlah 45 100
16-18 20 44,4
19-21 12 26,7
Jumlah 45 100 Tabel 4 menunjukkan bahwa perilaku seksual
Tabel 1 menunjukkan didapatkan bahwa pranikah pada remaja tunagrahita dari 45
berdasarkan umur dari 45 responden yaitu responden didapatkan 25 responden (55,6%)
didapatkan remaja tunagrahita yang paling termasuk dalam kategori melakukan perilaku
banyak adalah remaja pertengahan (16-18 seksual pranikah dan 20 responden (44,4 %)
tahun) yaitu sebanyak 20 orang (44,4 %) termasuk dalam kategori tidak melakukan
Tabel 2 Distribusi Frekuensi perilaku seksual.
Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Persentase Jenis Perilaku Seksual Pada
Jenis kelamin F Remaja Tunagrahita di SLB N
(%)
Laki-laki 24 53,3 Ungaran
Perempuan 21 46,7
Jumlah 45 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa berdasarkan


jenis kelamin dari 45 responden yaitu
didapatkan remaja laki-laki berjumlah 24
6
Hubungan Antara Self Efficacy dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Tunagrahita
di SLB N Ungaran
Persentase
Tabel 5 dapat menunjukkan perilaku seksual Jenis F
(%)
pranikah pada remaja tunagrahita dari 45 Tidak
responden didapatkan 22 responden (48,9%) 20 44,4
Melakukan
termasuk dalam kategori melakukan perilaku Non
22 48,9
seksual non penetratif dan 3 responden (6,7 penetrtatif
Penetratif 3 6,7
%) melakukan perilaku seksual penetratif.
Jumlah 45 100
Tabel 6 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Tabel 7 diatas dapat diketahui
Berdasarkan Bentuk
bahwa remaja tunagrahita yang memiliki self
Perilaku Seksual Pranikah
efficacy tinggi dan melakukan perilaku
Pada Remaja Tunagrahita Di
seksual sejumlah 5 remaja tunagrahita
SLB N Ungaran
( 26.3% ), lebih rendah daripada remaja
Perilaku seksual tunagrahita yang memiliki self efficacy tinggi
pranikah Table
Total dan tidak melakukan perilaku seksual
Bentuk Tidak 6
Melakukan sebanyak 14 (73,7%). Remaja tunagrahita
Melakukan
yang memiliki self efficacy rendah dan
F % F % F %
Berpeluka
melakukan hubungan seksual pranikah
20 44,4 25 55,6 45 100 sejumlah 20 (77,0 %) remaja tunagrahita lebih
n
Ciuman tinggi daripada remaja yang meiliki self
20 44,4 25 55,6 45 100
Pipi efficacy rendah dan tidak melakukan
Ciuman hubungan seksual pranikah sejumlah 6 (23.0
14 31,3 31 68,9 45 100
bibir
Ciuman
%) remaja tunagrahita. Berdasarkan uji Chi-
bibir ,leher, Squere didapatkan p-value = 0,001<0,05
9 20,0 36 80,0 45 100 maka Ho ditolak dan disimpulkan bahwa ada
daerah
sensitive hubungan yang signifikan antara self efficacy
Memegang dengan perilaku seksual pranikah remaja
bagian 8 17,8 37 82,2 45 100
tunagrahita di SLB N Ungaran
sensitive
Petting 6 13,7 39 86,7 45 100
Hubungan Pembahasan
3 6,7 42 93,3 45 100 a. Self Efficacy
seksual
Jumlah 25 55,6 20 44.4 45 100 Efficacy adalah persepsi mengenai seberapa
Menunjukkan perilaku seksual pranikah bagus diri dapat berfungsi dalam situasi
remaja tunagrahita di SLB N Ungaran bentuk tertentu. Self efficacy berhubungan dengan
yang paling sering dilakukan adalah keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan
berpelukan dan ciuman pipi 20 (44,4%) tindakan yang diharapkan.Self efficacy dalam
responden dan yang paling rendah adalah penelitian ini merupakan persepsi responden
hubungan seksual 3 (6,7%) responden. bahwa dirinya mampu untuk tidak melakukan
Analisis Bivariat aktivitas seksual sebelum menikah , berarti
Tabel 7 Hubungan Antara Self Efficacy individu memiliki keyakinan bahwa dirinya
Dengan Perilaku Seksual mampu menunda melakukan hubungan seks
Pranikah Pada sampai menikah nanti.
Remaja Tunagrahita di SLB N Berdasarkan data yang diperoleh dari
Ungaran penelitian terhadap Self Efficacy diketahui
dari 45 responden remaja tunagrahita ringan,
Perilaku seksual pranikah didapatkan didapatkan sebanyak 19
Tidak Total
Self Efficacy Melakukan
Melakukan
responden ( 42,2 % ) termasuk dalam ketegori
F % F % F % Self efficacy Tinggi , sebanyak 26 responden (
1 57,8 %) termasuk dalam kategori Self
Tinggi 5 26,3 14 73,7 100
9 Efficacy Rendah Dari uraian tentang hasil
2 penelitian yang telah dilakukan peneliti, hal
Rendah 20 77,0 6 23,0 100
6 ini berarti sebagian besar responden di SLB N
4
Jumlah 25 55,6 20 44,4 100
7 5
Hubungan Antara Self Efficacy dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Tunagrahita
di SLB N Ungaran
Ungaran merasa tidak yakin bahwa dirinya masalah ini perlu dilakukan peningkatan self
mampu untuk tidak melakukan hubungan efficacy pada remaja tunagrahita melalui
seksual sebelum menikah. Self efficacy pada pelatihan self efficacy . karena self efficacy
remaja tunagrahita lebih banyak rendah dapat dirubah atau ditingkatkan dengan
diakibatkan oleh perbedaan sumber self sumber dari pembentuk self efficacy.
efficacy. Melalui hasil wawancara persuasi
verbal mempengaruhi remaja tunagrahita Sebagian besar remaja normal mampu
untuk berperilaku. Remaja tunagrahita yang mengendalikan perilaku seksualnya berbeda
bersedia untuk melakukan hubungan seksual dengan remaja tunagrahita yang memiliki
sebelum menikah meskipun sangat beresiko tingkat intelektual di bawah rata-rata remaja
terhadap kesehatan reproduksi setelah normal. Remaja tunagrahita tidak memiliki
diberikan persuasi terus menerus, bahwa hal kemampuan yang cukup untuk memahami
tersebut tidak masalah. Pengalaman akan seksualitas, kurangnya informasi dari buku
keberhasilan di masa lalu juga memiliki dan internet serta kurangnya teman untuk
dampak akan perilaku seksual pranikah berbagi cerita menyebabkan remaja
remaja tunagrahita. Ketika dia merasa mampu tunagrahita mengalami kebingungan saat
untuk menolak perilaku seksual maka memasuki usia pubertas, mereka sulit
selanjutnya akan mampu menolak ketika membedakan hal yang boleh dilakukan dan
dihadapkan dengan kejadian serupa, namun tidak. Sehingga timbulah perilaku seksual
sebaliknya ketika gagal, maka akan sulit pranikah dikalangan remaja tunagrahita.
menolak perilaku seksual pranikah
mendatang. c. Hubungan antara Self efficacy dengan
b. Perilaku seksual pranikah perilaku seksual pranikah remaja tungrahita
Perilaku seksual pranikah adalah di SLB N ungaran
melakukan hubungan seksual sebelum adanya
ikatan perkawinan yang sah, baik hubungan Berdasarkan analisis bivariat di SLB
seksual yang penetratif (penis dimasukkan ke N Ungaran diketahui p=0,001 berarti ada
dalam vagina, anus, dan mulut ) maupun yang hubungan yang signifikan antara self efficacy
non penetratif (penis tidak dimasukkan ke dengan perilaku seksual pranikah, jumlah
dalam vagina). Oral dan anal seks termasuk remaja tunagrahita yang memiliki self
dalam hubungan seksual yang penetratif. efficacy tinggi dan melakukan perilaku
(BKKBN Prov Bali 2008 : h. 35 ). Bentuk seksual sejumlah 5 remaja tunagrahita
perilaku seksual pranikah paling banyak yang (26.3% ), lebih rendah daripada remaja
dilakukan remaja tunagrahita di SLB N tunagrahita yang memiliki self efficacy tinggi
Ungaran adalah berpelukan dan ciuman pipi dan tidak melakukan perilaku seksual
masing-masing sebanyak 20 (44,4%) sebanyak 14 (73,7%). Remaja tunagrahita
responden dan yang paling rendah adalah yang memiliki self efficacy rendah dan
hubungan seksual sebanyak 3 (6,7%) melakukan hubungan seksual pranikah
responden. Perilaku seksual pranikah remaja sejumlah 20 (77,0 %) remaja tunagrahita lebih
tunagrahita d SLB N Ungaran bervariasi dari tinggi daripada remaja yang meiliki self
berpelukan sampai dengan perilaku seksual efficacy rendah dan tidak melakukan
penetratif. Perilaku seksual yang penetratif hubungan seksual pranikah sejumlah 6 (23.0
merupakan perilaku seksual yang dapat %) remaja tunagrahita.
beresiko pada kesehatan reproduksi seperti Self efficacy akan mempengaruhi kontrol diri
PMS dan KTD, hasil ini serupa dengan hasil seseorang untuk melakukan perilaku seksual
study pendahuluan yang menyatakan adanya pranikah dari penelitian di SLB N Ungaran
perilaku seksual yang menyebabkan salah ditemukan remaja tunagrahita yang memiliki
satu Remaja terkena PMS. Perilaku seksual sefl efficacy rendah dan tidak mampu
yang beresiko ini dapat terjadi karena menolak perilaku seksual pranikah sejumlah
rendahnya self efficacy pada remaja 20 (42,9%) responden.
tunagrahita, sehingga untuk menyelesaikan Penundaan maupun penolakan
hubungan seksual pada remaja terkait dengan
8
Hubungan Antara Self Efficacy dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Tunagrahita
di SLB N Ungaran
keyakinan diri (self efficacy) pada remaja perilaku seksual pranikah remaja
untuk mengevaluasi terhadap kemampuan tunagrahita.
atau kompetensinya untuk melakukan suatu
perilaku dan atau mengatasi hambatan. Self Saran
efficacy mempunyai dampak untuk 1. Bagi remaja
menegosiasikan keamanan seks , Untuk masukan bagi remaja
menghambat tekanan untuk melakukan khususnya remaja tunagrahita untuk
hubungan seks, menunda intercourse, meningkatkan self efficacy sehingga
menolak aktivitas seks maupun seks yang mampu untuk menolak perilaku
beresiko (E.R. Buhi dan P. Goodson, 2007: seksual sebelum menikah. Cara untuk
h.8). Self efficacy remaja tunagrahita di SLB meningkatkan self efficacy antara lain
N Ungaran lebih banyak rendah sehingga dengan menambah pengetahuan
lebih banyak yang kurang mampu untuk tentang kesehatan reproduksi, belajar
menolak perilaku seksual pranikah. Self dari pengalaman keberhasilan orang
efficacy pada remaja tunagrahita perlu dalam menolak perilaku seksual, dan
ditingkatkan dengan cara kerjasama guru dan memperdalam ajaran agama.
dinas kesehatan dalam pemberian informasi 2. Bagi Peneliti
kesehatan reproduksi dan seksualitas. Selain Agar dapat meningkatkan
itu dalam diri remaja tunagrahita juga perlu kemampuan pengetahuan dan wawasan
ditanamkan nilai-nilai agama untuk tentang metodologi penelitian dan
memperkuat self efficacy melalui persuasi pengolahan data sehingga dapat
sosial. menghasilkan penelitian yang baik dan
terinci dan bagi peneliti selanjutnya
PENUTUP agar dapat mengembangkan penelitian
Kesimpulan dengan menggunakan metode kualitatif
1. Self Efficacy pada remaja tunagraita di sehingga dapat digali lebih dalam
SLB N Ungaran adalah sebanyak 19 mengenai hubungan antara self efficacy
responden ( 42,2 % ) termasuk dalam dengan perilaku seksual pranikah
ketegori Self efficacy Tinggi , sebanyak remaja tunagrahita.
26 responden ( 57,8 % ) termasuk dalam 3. Bagi Institusi
kategori Self Efficacy Rendah. Diharapkan dapat menyediakan
2. Perilaku seksual pranikah pada remaja referensi yang terbaru mengenai
tunagrahita di SLB N Ungaran adalah kesehatan reproduksi, psikologi
sebanyak 25 responden (55,6%) kepribadian dan perkembangan serta
termasuk dalam kategori melakukan diharapkan pula berpartisipasi dan
perilaku seksual pranikah dan 20 berperan aktif dalam kegiatan
responden (44,4 %) termasuk dalam sosialisasi khususnya tentang
kategori tidak melakukan perilaku pentingnya kesehatan reproduksi
seksual. terhadap remaja tunagrahita.
3. Hasil penelitian menunjukan bahwa
remaja tunagrahita dengan self efficacy
tinggi yang melakukan perilaku seksual
pranikah sebanyak 5 (26,3 %) orang, DAFTAR PUSTAKA
sedangkan remaja dengan self efficacy
rendah melakukan perilaku seksual Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian.
pranikah sebanyak 20 0rang (77,0 %) Malang : Universitas Muhammadiyah
Terdapat hubungan yang signifikan Malang
anatara self efficacy dengan perilaku Apriyani, Heni.2009.Efektifitas Pelatihan
seksual pranikah remaja tunagrahita Efikasi Diri Terhadap Intensitas
dengan p-value = 0,001<0,05 berarti ada Masturbasi Pada Remaja (Studi
hubungan anatara self efficacy dengan Eksperimental Di SMA Negeri 5
Semarang).Skipsi.Semarang.Undip
9
Hubungan Antara Self Efficacy dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Tunagrahita
di SLB N Ungaran
Arikunto, S. 2010.Prosedur Penelitian Suatu tikel/teoribelajarsosial.html. Diakses
pendekatan prakti. Jakarta: PT Rineka pada tanggal 31 Desember 2014
Cipta Handoko, Rastri Mustikaning.2008.Perilaku
Astuti K. Mencari Prediktor Perilaku Seksual Anak Tunagrahita Perempuan
Merokok pada Remaja Awal. Jurnal pada Masa Pubertas. Skripsi.
Riset Daerah-Kabupaten Bantul, Semarang.UKSW
Desember 2007
Bandura, Albert. 1977. Social Learning Hulton, LJ. 2006. Self-Efficacy for Sexual
Theory. New Jersey : Prentice Hall. Inc Abstinence and Gender Differences in
BKKBN Provinsi Bali.2008. Tanya Jawab a Rural Adolescent Population (Serial
Seputar Seksualitas Remaja. Bali : Online). www.ent-st.
BKKBN com/ESTOPA/presentations/Hulton.pd
Boeree, C.G. Personalities Theory : Albert f. Diakses pada tanggal 12 Desember
Bandura (Serial Online). 2014
http://webspace.ship.edu/cgboer/band Katalinic,S., Sendula,JV., Sendula,PM.,
ura.html. Diakses pada tanggal 8 ZudenigoS. 2012. Reproductive
Desember 2014 Rights of Mentally Retarded Persons.
Buhi, E. R., & Goodson, P. 2007. Predictors Journal Psychiatria Danubina. Volume
of adolescent sexual behavior and 24, Number 1, Page 38-43
intention: A theoryguided systematic Kholid,Ahmad.2012.Promosi
review. Journal of Adolescent Health Kesehatan.Jakarta : PT RajaGrafindo
Desmita.2013. Psikologi perkembangan. Persada
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi
Eko.2014. Difabel Kerap Jadi Korban Remaja Dan Wanita. Jakarta: Salemba
Diskriminasi Seksualital. Medika
TEMPO.CO, Yogyakarta Mangunsong, Frieda. 2009. Psikologi dan
http://www.tempo.co/read/news/2014/ Pendidikan Anak Berkebutuhan
02/19/079555622/Difabel-Kerap-Jadi- Khusus (Jilid Kesatu). Depok :
Korban-Diskriminasi-Seksualitas. Lembaga Pengembangan Sarana
diakses tanggal 14 Desember 2014 Pengukuran dan Pendidikan Psikologi
Farisa, Tiara Devi.2013.Faktor-Faktor (LPSP3) Fakultas Psikologi
Penyebab Perilaku Seksual Universitas Indonesia
Menyimpang Pada Remaja Mearns, Jack. The Social Learning Theory of
Tunagrahita Di SLB N Julian B. Rotter (Serial Online).
Semarang.Skripsi.Semarang.Unnes http://psych.fullerton.edu/jmearns/rott
Frislidia.2014. Perempuan disabilitas rawan er.htm. Diakses pada tanggal 11
kekerasan seksual. Antara news. Desember 2014
http://www.antaranews.com/berita/452 Monk, FJ.,Knoers, A.M.P., Hadinoto, S.R.
216/perempuan-disabilitas-rawan- 2006. Psikologi Perkembangan:
kekerasan-seksual. diakses tanggal 1 Pengantar Dalam Berbagai
Desember 2014 Bagiannya.Yogyakarta : Gadjah Mada
Grizzel, jim.Behavior Change Theories And University Press
Models .(Serial Online). Mustaqim,A.W.2011.Psikologi
http://www.csupomona.edu/~jvgrizzel Pendidikan.Jakarta : Rineka Cipta
l/best_practices/bctheory.html. Neill, James. What is Locus of Control?
Diakses pada tanggal 20 Desember (Serial Online).
2014 http://wilderdom.com/psychology/loc/
Gumilar, Gumgum. Teori Belajar Sosial LocusOfControlWhatIs.html. Diakses
(Social Learning Theory) dari Albert pada tanggal 17 Desember 2014
Bandura (serial online).
http:://www.gumilarcenter.com/arsipar

10
Hubungan Antara Self Efficacy dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Tunagrahita
di SLB N Ungaran
Nevid, Rathus., Greene. 2003. Psikologi Tarnai, Balazs. Review of Effective
Abnormal (Edisi Kelima Jilid 2). Interventions for Socially
Jakarta : Erlangga Inappropriate Masturbation in Person
Notoatmodjo,Soekidjo.2007. Kesehatan with Cognitive Disabilities. Sexuality
Masyarakat Ilmu dan and Disability, vol.24, no.3,
Seni.Jakarta:Rineka Cipta September 2006
. 2010. Metodologi U.S. Department Of Health and Human
Penelitian Kesehatan. Service National Institutes of Health.
Jakarta:Rineka Cipta Theory at a Glance: A Guide for
Nur Ika, C.T.D.2009. Pengaruh Faktor Health Promotion Practice. (Serial
Personal Dan Lingkungan Terhadap Online). www.cancer.gov/theory.
Perilaku Seksual Remaja Di SMA 1997. diakses pada tangal 8 Desember
Negeri 1 Baturraden SMA Negeri 1 2014
Purwokerto. Tesis. Semarang. Undip Verawati H., dkk. Peranan Sikap Terhadap
PILAR PKBI. 2010. Penelitian Perilaku Bahaya Rokok Dan Efikasi Diri
Seksual Remaja. PKBI Jawa Tengah Terhadap Intensi Berhenti Merokok.
Reivick, K & Shatte, A. (2002). The Insight, Thn.I, No.1, Februari 2003
Resilience Factor: 7 Essential Skills
for Overcoming Life’s Inevitable
Obstacles. New york: Broadway
Books
Resource Center for Adolescent Pregnancy
Prevention. Social Learning Theory
and Sexuality Education (serial
online)
http://www.etr.org/recapp/theories/slt/
SLTandSexEd.htm – 23k. Diakses
pada tanggal 8 Desember 2014
Retnaningtias.,Setyaningsih. Perilaku Seksual
Remaja Retardasi Mental. Jurnal
Psikologi Proyeksi. Vol.4 (2), halaman
57-72
Santrock. 2007. Remaja (Edisi Kesebelas Jilid
1). Jakarta : Erlangga
Sarwono, Sarlito W. 2011. Psikologi Remaja.
(Edisi Revisi). Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
. 2004. Psikologi
Remaja. Jakarta : PT.Radja Grafindo
Persada
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang
Remaja dan Permasalahannya. Jakarta
: CV Sagung Seto

Somantri,T.S.2012.Psikologi Anak Luar


Biasa. Bandung : PT Refika Aditama

Sri Rumini & Siti Sundari. (2004).


Perkembangan Anak & Remaja.
Jakarta : Rineka Cipta

11
Hubungan Antara Self Efficacy dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Tunagrahita
di SLB N Ungaran
12
Hubungan Antara Self Efficacy dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Tunagrahita
di SLB N Ungaran

Anda mungkin juga menyukai