Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm.

25-44 Vol 5 No 1

TRANSFORMASI STRUKTURAL: FAKTOR-FAKTOR DAN PENGARUHNYA


TERHADAP DISPARITAS PENDAPATAN DI MADURA
(Structural transformation: factors and its impact on income disparity in Madura)

Mohammad Saedy Romli1, Manuntun Parulian Hutagaol2, Dominicus Savio


Priyarsono2
1
Mahasiswa Pascasarjana Ekonomi Pertanian, FEM IPB
2
Staff Pengajar FEM IPB

ABSTRACT
Structural transformation is responsible for income disparity as transformation
of economical structure is not supported by structural transformation of labor. This
unbalanced transformation divides labour into two groups, unskilled and skilled labour.
Increased income disparity is a consequence of different opportunity and intensive. This
study investigated factors that account for structural transformation and its impact on
disparity of income distribution in Madura using regression model of panel data. The
results showed that population and income per capita significantly influenced structural
transformation in Madura. Both factors significantly changed added value in
agriculture and industry sector, meanwhile population was a single factor that
significantly influenced service sector. Agriculture was a share sector that was effective
in lowering income disparity. However, share sector of industry and service was
observed to increase income disparity.

Keywords: Income disparity Structural transformation

ABSTRAK
Transformasi struktur ekonomi yang tidak diikuti oleh transformasi struktur
tenaga kerja akan berpengaruh pada disparitas income. Kondisi unbalnced
transformation tersebut akan membagi tenaga kerja menjadi 2 kelompok: unskilled
labor dan skilled labor. Peningkatan disparitas pendapatan disebabkan oleh intensif dan
peluang yang berbeda antar tenaga kerja. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi transformasi struktural dan pengaruhnya terhadap disparitas
pendapatan di Madura menggunakan model regresi data panel. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa populasi dan pendapatan per kapita berpengaruh secara signifikan
terhadap terjadinya transformasi struktural di Madura. Populasi dan pendapatan per
kapita menjadi faktor yang berpengaruh secara nyata dalam perubahan nilai tambah
sektor pertanian dan industri, sementara pada sektor jasa, hanya populasi yang
berpengaruh signifikan dalam perubahan nilai tambah sektor tersebut. Pangsa sektor
pertanian berpengaruh secara signifikan dalam mengurangi disparitas pendapatan
sementara pangsa sektor industri dan jasa justru meningkatkan disparitas pendapatan.

Kata Kunci: Disparitas pendapatan, Transformasi struktural

25 | Edisi Juli 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 25-44 Vol 5 No 1

PENDAHULUAN Peningkatan investasi dimungkin-


kan oleh adanya kelebihan keuntungan
Pembangunan ekonomi selalu sektor modern dari selisih upah dengan
ditandai dengan transformasi struktural asumsi bahwa para pemilik modal yang
dimana pada periode ini beberapa sektor berkecimpung di sektor modern
tumbuh lebih cepat dibandingkan menanamkan kembali seluruh ke-
dengan sektor yang lain (Mecik, 2014). untungannya. Asumsi selanjutnya
Transformasi struktural didefinisikan adalah tingkat upah pada sektor modern
sebagai perubahan struktur ekonomi diasumsikan konstan dan berdasarkan
dari sektor tradisonal yang memiliki suatu premis tertentu jumlahnya
produktivitas rendah menuju sektor ditetapkan melebihi tingkat rata-rata
ekonomi dengan produktivitas tinggi upah di sektor pertanian subsiten
(Szirmai et al., 2012). tradisional. Tingkat upah di daerah
Bedasarkan model pembangunan perkotaan sekurang-kurangnya harus
dua sektor Arthur Lewis, perekonomian 30% lebih tinggi dari pada rata-rata
yang terbelakang terdiri dari dua sektor, pendapatan di daerah pedesaan untuk
yakni: (1) sektor tradisonal, yaitu sektor memaksa para pekerja pindah dari desa-
perdesaan subsisten yang kelebihan desa asalnya ke kota (Todaro dan Smith,
penduduk dan ditandai dengan 2006)
produktivitas marjinal tenaga kerja sama Perubahan struktur ekonomi
dengan nol, kondisi ini merupakan tersebut ditandai dengan menurunnya
situasi yang memungkinkan Lewis kontribusi sektor pertanian dan
untuk mendefinisikan kondisi surplus meningkatnya kontribusi sektor industri
tenaga kerja (surplus labor) sebagai dan jasa, baik dalam produk domestik
suatu fakta bahwa jika sebagian tenaga bruto (PDB) maupun dalam penyerapan
kerja tersebut ditarik dari sektor tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi dan
pertanian maka sektor itu tidak akan peningkatan pendapatan akan merubah
kehilangan outputnya dan (2) sektor pola konsumsi masyarakat terhadap
industri perkotaan modern yang tingkat barang-barang pertanian. Peningkatan
produktivitasnya tinggi dan menjadi pendapatan masyarakat akan menggeser
tempat penampungan tenaga kerja yang permintaan masyarakat dari barang-
di transfer sedikit demi sedikit dari barang makanan (pertanian) ke barang-
sektor subsisten. baranng non makanan (industri dan
Model dua sektor Arthur Lewis jasa). Hal ini sejalan dengan hukum
memusatkan perhatian utamanya pada Engel yang menyatakan elastisitas
terjadinya proses pengalihan tenaga pendapatan terhadap permintaan barang-
kerja, pertumbuhan output dan barang pertanian menurun seiring
peningkatan penyerapan tenaga kerja meningkatnya pendapatan.
pada sektor modern. Pengalihan tenaga Penurunan ini terutama
kerja dan pertumbuhan kesempatan disebabkan oleh peningkatan konsumsi
kerja dimungkinkan oleh adanya barang-barang bernilai tinggi dan
perluasan output sektor modern. keterbatasan fisik masyarakat dalam
Kecepatan perluasan penyerapan tenaga mengonsumsi makanan. Negara dengan
kerja pada sektor industri sangat penghasilan yang rendah memiliki
tergantung pada tingkat investasi di elastisitas pendapatan terhadap
bidang industri dan akumulasi modal permintaan barang-barang makanan
secara keseluruhan di sektor modern. berkisar 0,6-0,9, sementara negara maju
memiliki elastisitas berkisar 0,2-0,3.

26 | Edisi Juli 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 25-44 Vol 5 No 1

Sementara elastisitas pendapatan Kedua, asumsi terjadinya surplus


terhadap barang-barang industri diatas 1 tenaga kerja di pedesaan dan terjadinya
yakni berkisar antara 1,11 sampai 1,90 kondisi full employment di perkotaan
(Budiharsono, 1996). tidak terbukti pada sebagian negara-
Perubahan pola konsumsi tersebut negara berkembang. Faktanya jumlah
akan meningkatkan output sektor pengangguran di perkotaan cukup besar
industri (modern) sehingga menyerap sebaliknya surplus tenaga kerja di
tenaga kerja dengan produktivitas pedesaan relatif sedikit.
marginal nol yang ada di sektor Ketiga, dugaan tentang adanya
tradisional (Todaro dan Smith, 2006). pasar tenaga kerja yang kompetitif di
Oleh karenanya, sektor industri sektor modern akan menjamin
seringkali dijadikan tolok ukur keberlangsungan upah riil di perkotaan
kemajuan pembangunan ekonomi suatu tetap konstan sampai surplus tenaga
negara; semakin tinggi kontribusi sektor kerja habis terpakai. Pada kenyataannya
industri dalam perekonomian, semakin tingkat upah dan pasar tenaga kerja
maju pula perkembangan pembangunan perkotaan di hampir semua negara
ekonominya (Sastrosoenarto, 2006). sedang berkembang cenderung
Pada banyak negara berkembang, meningkat sangat besar dari waktu ke
laju transformasi struktur tenaga kerja waktu baik secara absolut maupun
relatif lebih lambat dibandingkan secara relatif, yakni apabila
dengan laju transformasi struktur dibandingkan dengan rata-rata
output. Fenomena tersebut berkaitan pendapatan di daerah pedesaan.
erat dengan kritikan terhadap model dua Keempat, ketidaktepatan asumsi
sektor Arthur Lewis yang dianggap yang mengatakan bahwa tingkat hasil
gagal menjelaskan fenomena tersebut. akan semakin menurun pada sektor
Ada beberapa asumsi yang ternyata industri modern. Banyak fakta
sama sekali tidak cocok dengan membuktikan bahwa sektor industri
kenyataan institusional dan ekonomis di modern mengalami peningkatan.
sebagian negara berkembang (dunia Kekurangan pada model dua
ketiga). sektor Arthur Lewis disempurnakan
Pertama, model ini secara implisit oleh model perubahan struktural. Model
mengasumsikan bahwa tingkat tersebut disusun berdasarkan penelitian
pengalihan tenaga kerja dan penciptaan empiris Hollis B. Chenery yang meneliti
kesempatan kerja di sektor modern pola-pola pembangunan di sejumlah
sebanding dengan tingkat akumulasi negara Dunia Ketiga selama kurun
modal sektor modern. Semakin cepat waktu pasca perang dunia kedua.
tingkat akumolasi modalnya, semakin Bahan-bahan studi meliputi transisi dari
tinggi tingkat pertumbuhan sektor pola perekonomian agraris ke
modern dan semakin cepat pula perekonomian industri, kesinambungan
penciptaan lapangan kerja baru. Akan akumolasi modal fisik dan manusia,
tetapi pada kenyataannya keuntungan perubahan jenis permintaan konsumen
yang didapat oleh para pemilik modal dari produk kebutuhan pokok dan
justru diinvestasikan kembali dalam pangan ke berbagai barang dan jasa
bentuk barang-barang modal yang lebih manufaktur, perkembangan daerah
canggih dan dan lebih hemat tenaga perkotaan terutama pusat-pusat industri
kerja bukan pada barang modal yang berkat migrasi para pencari kerja dari
hanya merupakan duplikasi dari modal daerah pertanian pedesaan dan kota-kota
yang sudah ada sebelumnya. kecil serta pengurangan jumlah anggota

27 | Edisi Juli 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 25-44 Vol 5 No 1

setiap keluarga. Dalam proses mengalami transformasi struktural akan


pembangunan, pertama-tama tetapi tidak diikuti oleh transformasi
pertumbuhan populasi akan meningkat struktur ketenagakerjaan. Kesimpulan
sebelum akhirnya menurun. yang hampir sama berdasarkan
Hipotesis utama dari model penelitian Erikasari (2005) yang
perubahan struktural adalah mengkaji transformasi struktural di
pembangunan merupakan suatu proses Daerah Istimewa Yogyakarta
pertumbuhan dan perubahan yang dapat menyimpulkan transformasi tenaga
diamati yang ciri-ciri pokoknya sama di kerja dari sektor pertanian ke sektor non
semua negara. Perbedaan dapat terjadi pertanian inelastis terhadap perubahan
di antara satu negara berkembang kesempatan kerja sektor pertanian dan
dengan yang lain dalam hal langkah – elastis terhadap kesempatan kerja sektor
langkah yang ditempuhnya serta pola non pertanian. Amir dan Nazara (2005)
umum pembangunannya yang mengkaji transformasi ekonomi
semuanya ditentukan oleh sejumlah Provinsi Jawa Timur; selama kurun
faktor. Faktor-faktor tersebut adalah waktu tahun 1994-2000 telah terjadi
jumlah dan jenis sumber daya yang perubahan struktur perekonomian, yang
dimiliki masing-masing negara, ditunjukkan oleh perubahan dalam
ketepatan rangkaian kebijakan dan visualisasi economic landscape.
sasaran yang ditetapkan oleh pemerintah Perubahan ini meng-indikasikan adanya
setempat, tersedianya modal dan perubahan pengaruh sektoral terhadap
teknologi dari luar, serta kondisi-kondisi perekonomian atau perubahan peranan
lingkungan perdagangan internasional. sektor-sektor penting bagi
Transformasi struktur produksi perekonomian namun tidak demikian
yang terjadi di Indonesia diikuti oleh yang terjadi pada struktur tenaga kerja.
transformasi struktur tenaga kerja Kondisi Unbalanced trans-
meskipun laju transformasinya sangat formation tersebut menyebabkan titik
lambat dan masih didominasi oleh balik aktivitas ekonomi (economic
sektor pertanian. Budiharsono (1996) turning point) tercapai lebih dahulu
mengkaji proses transformasi struktur dibanding titik balik penggunaan tenaga
ekonomi antar daerah di Indonesia, kerja (labor turning point) (Suhartini,
mendapati Indonesia telah mengalami 2001). Masalah unbalanced trans-
transformasi struktural yang dibuktikan formation ini seringkali menimbulkan
dengan penurunan pangsa sektor perdebatan, diantaranya: (1) apakah
pertanian dan meningkatnya pangsa penurunan angka PDB sebanding
sektor industri terhadap total PDB dengan penurunan pangsa serapan
selama kurun waktu 1969-1987 akan tenaga kerja sektoral, dan (2) industri
tetapi transformasi struktural yang mana yang berkembang lebih cepat,
terjadi merupakan unbalanced agroindustri atau industri manukfaktur.
transformation karena tidak diikuti oleh Karena jika transformasi kurang
transformasi struktur tenaga kerja yang seimbang maka dikhwatirkan akan
seimbang. terjadi proses pemiskinan dan
Pada tingkat regional, trans- eksploitasi sumber daya manusia pada
formasi yang terjadi juga merupakan sektor pertanian (Ediana, 2006).
unbalanced transformation, Kagami Fenomena ini lah yang sedang terjadi
(2000) me-lakukan penelitian di hingga ke daerah, dimana nilai tukar
Propinsi Sumatera Selatan mendapati pekerja di sektor pertanian sangatlah
kesimpulan bahwa perekonomian telah kecil, hal ini tercermin dari pendapatan

28 | Edisi Juli 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 25-44 Vol 5 No 1

yang rendah, kesehatan yang relative pendapatan dapat ditinjau dari tiga segi,
kurang baik serta tingkat pendidikan yaitu:
rendah membuat para pekerja sektor 1. Pembagian pendapatan antara
primer kesulitan untuk keluar dari golongan pendapatan (size
lingkaran kemiskinan (Alfarabi et al., distribution of income) atau
2014). ketimpangan relatif, ketimpangan
Unbalanced transformation juga yang terjadi antar golongan ini
berdampak pada ketimpangan distribusi sering kali diukur dengan
pendapatan. Kurangnya keterkaitan menggunakan koefisien Gini.
antara sektor pertanian dengan sektor Kendati koefisien Gini bukan
industri dan jasa akan menyebabkan merupakan indikator yang ideal
peran sektor pertanian sebagai penyedia mengenai ketimpangan pendapatan
bahan baku dan modal tenaga kerja antar berbagai golongan
industri tidak begitu maksimal (Jhingan, masayarakat, namun sedikitnya
1999). Tenaga kerja akan terbagi angka ini dapat memberikan
menjadi unskilled labour dan skilled gambaran mengenai kecenderungan
labour (Aizenman et al., 2012). umum dalam pola distribusi
Peningkatan ketimpangan distribusi pendapatan.
pendapatan disebabkan oleh peluang 2. Pembagian pendapatan antara
dan intensif yang berbeda antara skilled daerah perkotaan dan daerah
labour dengan unskilled labour (Goh et pedesaan (urban-rural income
al., 2009). disparities), ketimpangan dalan
Menurut Dumairy (1999) distribusi pendapatan dapat juga
Distribusi pendapatan merupakan ditinjau dari segi perbedaan
pembagian hasil pembangunan suatu pendapatan antara masyarakat desa
negara yang mencerminkan tingkat dengan masyarakat perkotaan
kemerataan atau ketimpangan (urban-rural income disparities).
dikalangan penduduknya. Para ekonom Untuk membedakan hal ini,
umumnya membedakan dua ukuran digunakan dua indikator: (1)
pokok distribusi pendapatan, yang perbandingan antara tingkat
keduanya digunakan untuk tujuan pendapatan per kapita di daerah
analitis dan kuantitatif: (1) Distribusi perkotaan dan pedesaan, dan (2)
pendapatan perorangan (2) Distribusi disparitas pendapatan daerah
pendapatan fungsional (Todaro & Smith perkotaan dan daerah pedesaan
2006). (perbedaan pendapatan rata-rata
Berdasarkan laporan World Bank antara kedua daerah sebagai
(2015), Ada empat pendorong utama persentase dari pendapatan nasional
ketimpangan di Indonesia: (1) rata- rata). Menurut Bank Dunia,
Ketimpangan peluang, (2) Pekerjaan pola pembangunan Indonesia
yang tidak merata, (3) Tingginya memang memperlihatkan suatu
konsentrasi kekayaan, (4) Ketahanan urban bias dengan tekanan berat
ekonomi rendah (Indonesia’s rising pada sektor industri, yang
divide 2015). Salah satu penyebab merupakan landasan bagi
ketimpangan adalah pekerjaan yang ketimpangan distribusi pendapatan
tidak merata, sangat berkaitan erat di kemudian hari.
dengan transformasi struktural. 3. Pembagian pendapatan antara
Menurut Wie (1983), masalah daerah (regional income
ketimpangan dalam pembagian disparities), satu lagi sisi lain dalam

29 | Edisi Juli 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 25-44 Vol 5 No 1

melihat ketimpangan distribusi tersebut diikuti dengan meluasnya


pendapatan nasional, adalah ketimpangan distribusi pendapatan.
ketimpangan dalam perkembangan Fenomena unbalanced trans-
ekonomi antar berbagai daerah di formation terjadi pada perekonomian
Indonesia, yang mengakibatkan Madura, kontribusi sektor pertanian
pula terjadinya ketimpangan terhadap pembentukan PDRB pada
pendapatan per kapita antar daerah perekonomian Bangkalan, pada tahun
(regional income disparities). 1998 berkontribusi sebesar 44,12%
Ketimpangan pendapatan seperti ini menurun menjadi hanya 19,59% pada
disebabkan oleh karena penyebaran tahun 2014, sementara di Sampang pada
sumber daya alam yang tidak tahun 1998 sektor pertanian
merata serta perbedaan dalam laju menyumbang 53,68% menurun menjadi
pertumbuhan antar daerah, dan 30,60%, demikian juga yang terjadi
belum berhasilnya usaha-usaha pada perekonomian Pamekasan dan
pembangunan yang merata antar Sumenep. Di Pamekasan sektor jasa
daerah di Indonesia. menjadi leading sector pada akhir tahun
Hipotesis Kuznet, menyatakan 2014 dengan kontribusi sektoral sebesar
adanya hubungan antara tingkat 46,88%. Sementara di Kabupaten
pembangunan ekonomi dengan Sumenep, pada tahun 1998 share sektor
distribusi pendapatan. Hubungan antara pertanian Sumenep terhadap
tingkat pendapatan dan ketimpangan pembentukan PDRB sebesar 41,11%
distribusi pendapatan dihipotesiskan menurun menjadi 32,06% pada akhir
berupa bentuk hubungan dengan pola tahun 2014 (BPS Jawa Timur 2015a).
U-terbalik (inverted U shaped pattern). Kondisi yang berbeda terjadi pada
Artinya, distribusi pendapatan transformasi struktur tenaga kerja
cenderung semakin timpang pada tahap dimana sektor pertanian masih menjadi
awal pembangunan dan kemudian sektor dengan serapan tenaga kerja
cenderung lebih merata pada tahap terbesar di Madura. Tercatat sektor
selanjutnya sejalan dengan perbaikan pertanian masih menjadi sektor dengan
tingkat pendapatan. Distribusi serapan tenaga kerja terbesar
pendapatan cenderung membaik pada dibandingkan sektor ekonomi yang lain.
kasus pertumbuhan ekonomi yang Pada akhir tahun 2014 sektor pertanian
terjadi sebagai akibat peningkatan menyerap tenaga kerja sebesar 60,60%
pendapatan secara signifikan pada di Bangkalan, di Sampang pada tahun
sektor tradisonal (traditonal sector yang sama sektor pertanian menyerap
enrichment), sebaliknya distribusi tenaga kerja sebesar 56,67%. Hal yang
pendapatan semakin memburuk karena serupa terjadi di Pamekasan, sektor
peningkatan pendapatan sektor modern. pertanian menyerap tenaga kerja sebesar
Korelasi antara transformasi struktur 65,54% pada tahun 2014. Demikian
ekonomi dengan distribusi pendapatan juga di Kabupaten Sumenep, pada akhir
dibuktikan oleh Cheong dan WU (2014) tahun 2014, sektor pertanian bahkan
yang melakukan penelitian di China menyerap tenaga kerja sebesar 76,54%
mendapati fakta bahwa transformasi (BPS Jawa Timur 2015b).
struktural dan peningkatan Industri Kondisi perekonomian Madura
sangat membantu dalam meningkatkan tersebut menjadi latar belakang tujuan
standar hidup masyarakat serta penelitian ini, diantaranya: (1)
meningkatkan pertumbuhan ekonomi menganalisis faktor-faktor yang
China meskipun pertumbuhan ekonomi mempengaruhi terjadinya transformasi

30 | Edisi Juli 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 25-44 Vol 5 No 1

struktural di Madura (2) menganalisis sembilan sektor yang meliputi: (1)


pengaruh transformasi struktural Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan
terhadap ketimpangan distribusi Perikanan, (2) Per-tambangan &
pendapatan di Madura. Penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4)
Pengadaan Listrik dan Gas, (5)
METODOLOGI PENELITIAN Pengadaan air, pengelolaan sampah,
limbah, dan daur ulang, (6) Kontruksi,
Jenis dan Sumber Data (7) Perdagangan besar dan eceran, (8)
Transportasi dan pergudangan, (9)
Data yang digunakan dalam
Penyediaan akomodasi dan makan
penelitian ini adalah data sekunder
minum, (10) Informasi dan komunikasi,
berupa data panel (pooled data), yaitu
(11) Jasa keuangan dan asuransi, (12)
kombinasi antara data time series dan
Real estate, (13) Jasa perusahaan, (14)
data cross section. Data yang
Administrasi pemerintahan, pertahanan
digunakan adalah data 4 Kabupaten di
dan jaminan sosial wajib, (15) Jasa
Pulau Madura dari tahun 1998 sampai
pendidikan, (16) Jasa kesehatan dan
dengan tahun 2014.
kegiatan sosial, (17) Jasa lainnya.
Data-data tersebut dikumpulkan
Tujuh belas sektor diatas
dengan metode kepustakaan bersumber
selanjutnya dikelompokkan menjadi tiga
dari berbagai publikasi Badan Pusat
sektor sesuai dengan pengelompokkan
Statistik (BPS) Republik Indonesia,
yang dilakukan oleh Chenery-Syrquin
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
yang terdiri dari: (1) Sektor Pertanian,
Jawa Timur, Badan Pusat Statistik
(2) Sektor Industri, (3) Sektor Jasa.
(BPS) Kabupaten Bangkalan, Badan
Pengelompokkan ini bertujuan untuk
Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
memudahkan dalam menganalisa
Sampang, Badan Pusat Statistik (BPS)
kondisi struktur ekonomi di Madura.
Kabupaten Pamekasan dan Badan Pusat
Sektor pertanian terdiri dari pertanian,
Statistik (BPS) Kabupaten Sumenep.
kehutanan, perburuan dan perikanan,
Data dasar yang digunakan dalam
sementara sektor industri terdiri dari
penelitian ini adalah data populasi,
pertambangan & penggalian, industri
pendapatan regional menurut lapangan
pengolahan, listrik, gas dan air bersih,
usaha dan data tenaga kerja menurut
bangunan dan kontruksi. Sektor jasa
lapangan usaha. Data pendapatan
terdiri dari perdagangan besar dan
regional adalah Pendapatan Domestik
eceran, transportasi dan pergudangan,
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten-
penyediaan akomodasi dan makan
Kabupaten di Pulau Madura yang
minum, informasi dan komunikasi, jasa
dirinci menurut lapangan usaha. Untuk
keuangan dan asuransi, real estate, jasa
menghilangkan pengaruh harga,
perusahaan, administrasi pemerintahan,
digunakan PDRB harga konstan 2000.
pertahanan dan jaminan sosial wajib,
Data tenaga kerja menurut lapangan
jasa pendidikan, jasa kesehatan dan
usaha merupakan data jumlah
kegiatan sosial, jasa lainnya.
penduduk yang berusia 15 tahun ke atas
yang bekerja selama seminggu yang lalu
Metode Analisis
menurut Kabupaten-Kabupaten di
Pulau Madura dan dirinci menurut Model Chenery-Syrquin diadopsi
lapangan usaha. Lapangan usaha untuk menjawab tujuan penelitian
sebagai rincian data PDRB maupun faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah tenaga kerja dirinci menjadi

31 | Edisi Juli 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 25-44 Vol 5 No 1

terjadinya transformasi struktural di Kpit = α0 + β1 LN_PSPit + β2 LN_PSIit


Madura. + β3 LN_PSJit+ ε
LnXit = α + β1LnPOPit + Keterangan:
β2LnKAPITAit + ε KP = Disparitas Pendapatan
PSP = Pangsa sektor pertanian
Keterangan:
PSI = Pangsa sektor industri
X = Nilai tambah struktur output
PSJ = Pangsa sektor jasa
Kapita = Pendapatan perkapita
i = 1, 2,....,n (Data Cross-section
POP = Jumlah penduduk
Kabupaten-Kabupaten di
i = 1, 2,....,n (Data Cross-
Pulau Madura)
section 4 Kabupaten di
t = 1, 2,.....,t (Data Time Series
Pulau Madura)
tahun 2008-2014)
t = 1, 2,.....,t (Data Time Series
ε = Error term
tahun 1998-2014)
ε = Error term
Pemilihan variabel didasarkan
pada tujuan penelitian. Pangsa sektor
Tabel 1 Variabel transformasi struktural
pertanian (PSP), Pangsa sektor industri
Variabel Dependen Symbol
(PSI) dan Pangsa sektor jasa mewakili
a. PDRB Sektor Pertanian PDRBP transformasi struktural dimana
b. PDRB sektor Industri PDRBI transformasi struktural didefinisikan
c. PDRB Sektor Jasa PDRBJ sebagai perubahan kontribusi sektoral
terhadap pembentukan PDRB.
Pemilihan variabel didasarkan Sementara indeks GINI digunakan
pada kajian empiris Chenery-Syrquin sebagai proksi untuk mengukur
bahwa nilai tambah sektoral sangat ketimpangan distribusi pendapatan.
dipengaruhi oleh pendapatan perkapita
dan tingkat populasi masyarakat. Model Regresi Data Panel
Populasi masyarakat mewakili tingkat Regresi data panel (pooled data)
kuantitas permintaan (market size) yang merupakan metode atau teknik regresi
akan mempengaruhi struktur produksi, yang menggabungkan antara data time
sementara tingkat pendapatan perkapita series dengan data cross section.
mewakili perubahan pola konsumsi Penggunaan data panel yang
masyarakat dari barang-barang merupakan data yang dikumpulkan
pertanian menuju barang-barang secara cross section dan diikuti pada
manufaktur dan jasa. Kedua variabel periode waktu tertentu akan mem-
tersebut akan mempengaruhi tingkat berikan hasil yang lebih menyeluruh
permintaan yang akan berimplikasi pada dibandingkan hasil estimasi cross
perubahan pola produksi, selanjutnya section maupun time series saja.
juga akan diikuti oleh pergeseran tenaga Penggunaan data panel berarti juga
kerja. menambah jumlah observasi sehingga
Sedangkan untuk menganalisis akan memperbesar derajat kebebasan
dampak transformasi struktur ekonomi (degree of freedom) dan menurunkan
terhadap ketimpangan distribusi kemungkinan terjadinya kolinieritas
pendapatan di Pulau Madura, (hubungan linier yang signifikan) antar
digunakanlah model regresi data panel variabel bebas. Oleh karenanya, hasil
dengan Indeks gini sebagai variabel estimasi dengan data panel akan lebih
terikat.

32 | Edisi Juli 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 25-44 Vol 5 No 1

baik dibandingkan dengan penggunaan dikenal dengan sebutan least square


data cross section maupun time series. dummy variabel atau disebut juga
Keuntungan penggunaan data covariance model. Pada metode fixed
panel menurut Baltagi (2008) effect, estimasi dapat dilakukan dengan
diantaranya: (1) data panel mampu tanpa pembobotan (no weight) atau least
mengakomodasi tingkat heterogenitas square dummy variabel (LSDV) dan
variabel-variabel yang tidak dimasukkan dengan pembobotan (Cross section
dalam model (unobserved individual weight) atau General Least Square
heterogeneity), (2) data panel mampu (GLS). Tujuan dilakukan pembobotan
mengurangi kolinearitas antar variabel, adalah untuk mengurangi heterogenitas
(3) data panel dapat meminimalkan bias antar unit cross section (Gujarati 2004).
yang dihasilkan oleh agregasi individu Penggunaan model ini tepat untuk
karena unit data lebih banyak. Adapun melihat perubahan perilaku data dari
bentuk umum dari persamaan data masing-masing variabel sehingga data
panel diperlihatkan pada persamaan lebih dinamis dalam mengintepretasikan
berikut. data.
Secara matematis model fixed
Yit = α+βXit+εit ;
effectdinyatakan dengan persamaan
i = 1,2,...,N; t = 1,2,....,T berikut.
Dimana : Yit = α + βXit + γ2W2t + ...+ γNWNt +
N = jumlah unit cross section δ2Zi2 + ... + δTZiT + ɛit
(individu)
Dimana :
T = jumlah periode waktu
Yit = Variabel terikat untuk individu
N x T = jumlah data panel
ke-i dan waktu ke-t
Xit = Variabel bebas untuk individu
Menurut Juanda dan Junaidi
ke-i dan waktu ke-t
(2012), terdapat tiga metode estimasi
model regresi data panel, yaitu (1)
Wit dan Zit merupakan variabel
Common-Constant Model (Pooled
dummy yang didefinisikan sebagai
Ordinary Least Square = PLS); (2)
berikut :
Fixed Effect Model (FEM); dan (3)
Wit = 1 ; untuk individu i; i = 1,2,....,
Random Effect Model (REM). Pada
N = 0 ; untuk lainnya
beberapa penelitian data panel, metode
Zit = 1 ; untuk periode i; i = 1,2,....,
common-constan model jarang
T = 0 ; untuk lainnya
digunakan sebagai estimasi utama
karena sifat model ini yang tidak
Dari model di atas terlihat bahwa
membedakan perilaku data. Metode ini
sesungguhnya model fixed effect adalah
hanya mengkombinasikan data time
sama dengan regresi yang menggunakan
series dan cross section tanpa melihat
dummy variable sebagai variabel bebas,
perbedaan antar waktu dan individu
sehingga dapat diestimasi dengan model
sehingga dapat dikatakan bahwa model
OLS. Oleh karenanya, model ini sering
ini sama dengan metode OLS karena
disebut sebagai model Least Square
menggunakan kuadrat kecil biasa.
Dummy Variable. Model ini telah
menambahkan sebanyak (N-1) variabel
Fixed Effect Model
dummy ke dalam model dan meng-
Pendekatan fixed effect model hilangkan satu sisanya untuk
menggunakan variabel boneka yang menghindari kolinieritas sempurna antar

33 | Edisi Juli 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 25-44 Vol 5 No 1

variabel penjelas. Dengan menggunakan Signifikansi Model


model ini derajat bebas sebesar NT-N-k. Keputusan pemakaian model fixed
effect ataupun random effect ditentukan
Random Effect Model dengan Uji Hausman. Uji Hausman
Sementara itu, model efek acak dilakukan untuk memilih model yang
(Random Effect) memasukkan paling baik antara model fixed effect
parameter-parameter yang berbeda antar atau random effect. Hausman telah
daerah maupun antar waktu ke dalam mengembangkan suatu uji statistik
error. Karena hal inilah, model effect untuk memilih apakah menggunakan
acak juga disebut model komponen fixed effect atau random effect, uji
error (error component model). Hausman menggunakan statistik uji H
perbedaan karakteristik individu dan yang mengikuti distribusi chi-square
waktu dicerminkan pada error dari dengan derajat bebas (db) sebesar
model. Dengan demikian, maka random jumlah variabel independen.
error diurai menjadi error untuk Kesimpulan yang diambil adalah: jika
komponen individu, error komponen H0 ditolak, maka model regresi fixed
waktu dan error gabungan. Modelnya effect lebih baik daripada random effect,
dinyatakan dalam bentuk persamaan tetapi jika H0 diterima, berarti model
sebagai berikut. regresi random effect lebih baik
daripada fixed effect.
Yit = β0 + βXit + ɛit
Secara lebih terperinci, pengujian
ɛit= ui + Vt + Wit Hausman dilakukan untuk melihat ada
tidaknya korelasi antara regresor dan
Dimana : efek individu. Uji Hausman
ui = komponen error cross section merumuskan hipotesis sebagai berikut.
Vt = komponen error time series
Wit = komponen error gabungan H0 : E(τi|xit)= 0 - menggunakan REM
H1: E(τi|xit)= 0 - menggunakan FEM
Berdasarkan persamaan diatas,
maka dapat dinyatakan bahwa model Sebagai dasar penolakan H0
random effect menganggap efek rata- maka digunakan statistik Hausman
rata dari data cross section dan time dan membandingkannya dengan Chi
series direpresentasikan dalam intercept. square. Statistik Hausman di-
Sedangkan deviasi efek secara acak rumuskan dengan:
untuk data time series direpresentasikan H = (βREM– βfEM) (MFEM–MREM)-1
dalam Vt dan deviasi untuk data cross (βREM– βfEM) - χ2 (k)
section dinyatakan dalam ui. Dalam
model random effect ini diasumsikan Dimana:
bahwa error secara individual tidak M = matriks kovarians untuk
saling berkorelasi begitu juga dengan parameter β
error kombinasinya. Dengan k = degrees of freedom
menggunakan model random effect ini,
maka dapat menghemat pemakaian Jika nilai H hasil pengujian lebih
derajat bebas dan tidak mengurangi besar dari χ2 tabel, maka cukup bukti
jumlahnya seperti pada model fixed untuk melakukan penolakan terhadap
effect. Hal ini berimplikasi pada tingkat H0 sehingga model yang digunakan
efisiensi parameter hasil estimasi yang adalah model fixed effects, begitu juga
akan menjadi lebih efisien. sebaliknya.

34 | Edisi Juli 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 25-44 Vol 5 No 1

Pada pengujian Hausman (Auxilary Regression) dengan cara


menggunakn software Eviews, meregresi masing-masing variabel
pemilihan fixed effect dan random bebas pada variabel bebas lainnya.
effect bisa dengan melihat nilai Chi- Apabila nilai R2 nya tinggi maka ada
square ataupun nilai probabilitasnya. indikasi ketergantungan linier yang
Apabila nilai probabilitasnya lebih kecil hampir pasti diantara variabel-variabel
dari 0,05 makan menggunakan fixed bebas.
efecct model, namun jika nilai Autokorelasi adalah suatu keadaan
probabilitasnya lebih besar dari 0,05 dimana terdapat hubungan antar galat
maka penggunaan random effect model pada suatu periode tertentu dengan
lebih tepat. galat lainnya. Autokorelasi biasanya
terjadi pada data time series, dan tidak
Asumsi Klasik muncul pada data cross section karena
hanya menunjukkan satu titik waktu
Model ekonometrik yang bagus
saja. Autokorelasi ini menjadi masalah
adalah model yang fesibel dan
karena akan menghasilkan koefisien dan
konsisten, untuk menghasilkan model
varians yang bukan sebenarnya
tersebut, diperlukan pendeteksian
(Gujarati, 2007). Keberadaan auto-
pelanggaran asumsi klasik pada model
korelasi dapat dideteksi melalui nilai
yaitu gangguan antar waktu (time-
Durbin Watson Test yang
related disturbance), gangguan antar
membandingkan DW hitung dengan
individu (cross sectional distubance),
nilai batas bawah (dL) dan batas atas
dan gangguan akibat keduanya. Jika
(du) dari tabel Durbin Watson
terdapat pelanggaran tersebut, maka
berdasarkan jumlah observasi dan
hasil pendugaan parameter akan tidak
variabel bebas.
bersifat BLUE (Best Linier Unbiased
Sementara itu, heteroskedastisitas
Estimator). Adapun pelanggaran-
terjadi karena varians dari setiap galat
pelanggaran tersebut adalah
tidak konstan, sehingga tidak dapat
multikolinearitas, autokorelasi, dan
menghasilkan estimasi yang efisien
heteroskedastisitas.
meskipun hasil estimasi tetap konsisten
Multikolinearitas adalah suatu
keadaan dimana satu atau lebih dua dan tidak bias. Masalah heteros-
kedastisitas umumnya terjadi pada data
variabel bebas dapat dinyatakan sebagai
cross section yang mengakibatkan hasil
kombinasi linier dari variabel bebas
uji t dan uji F menjadi bias (Gujarati
lainnya. Untuk mendeteksi ada atau
2007). Keberadaan heteroskedastisitas
tidaknya multikolinearitas dapat dilihat
dapat diuji dengan Park Test,
dari nilai R2, F hitung serta t hitung.
GoldfeltQuandt Test, Breusch-Pagan-
Adapun indikasi-indikasi terjadinya
Godfrey Test dan White General
multikolinearitas menurut Gujarati
Heteroscedasticity. Masalah
(2007) adalah sebagai berikut: (1) nilai
heteroskedastisitas dapat diatasi dengan
R2 yang tinggi dan nilai F statistik yang
cara melakukan transformasi variabel
signifikan tetapi sebagian besar nilai t
model OLS menjadi GLS dengan cara
statistik tidak signifikan, (2) korelasi
membobot seluruh variabel pada model
sederhana yang relatif tinggi (0,8 atau
OLS dengan nilai Sum Square of
lebih) antara satu atau lebih pasang
Residual (SSR).
variabel bebas. Jika koefisien korelasi
kurang dari 0,8 berarti tidak terjadi
multikolinearitas, (3) regreasi bantuan

35 | Edisi Juli 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 25-44 Vol 5 No 1

Uji Statistik Pengujian dilakukan terhadap koefisien


regresi secara individual, dengan
Sebuah pengujian ekonometrik
menggunakan statistik uji t yang
harus melalui tahapan uji statistik yang
mengikuti distribusi student dengan
terdiri dari: (1) koefisiien determinasi
derajat bebas (n-k) dengan n adalah
(R2), (2) Uji overall (uji F), (3) uji
jumlah observasi dan k adalah
parsial (uji t). Pengamatan terhadap
banyaknya variabel independen
koefisien determinasi dilakukan untuk
ditambah dengan konstanta.
melihat seberapa besar kemampuan
variabel independen secara bersama-
sama memberi penjelasan terhadap HASIL DAN PEMBAHASAN
variabel dependen. Nilai R2 berkisar
antara 0 sampai 1 (0<R2<1). Koefisien Faktor-Faktor Transformasi
determinasi berguna untuk menguji Struktur Ekonomi
kekuatan variabel-variabel independen Terjadinya transformasi struktural
dalam menjelaskan variabel dependen. dalam sebuah perekonomian bisa dilihat
Uji F-statistik adalah pengujian dari kontribusi sektoral masing-masing
yang bertujuan untuk mengetahui sektor terhadap pembentukan PDRB
pengaruh semua variabel independen dan serapan tenaga kerja, disamping itu,
secara bersama-sama terhadap variabel untuk mempertajam analisis dan
dependen dengan statistik uji F. Statistik menyempurnakan informasi maka
uji F mengikuti distribusi F dengan diperlukan analisa terhadap faktor-
derajat bebas sebanyak (k-1) untuk faktor yang menyebabkan terjadinya
numerator dan (n-k) untuk denumerator, transformasi struktural.
dimana k merupakan banyaknya Persamaan Chenery-Syrquin
parameter termasuk intersep/konstanta, digunakan untuk menganalisis faktor-
sedangkan n adalah banyaknya faktor yang mempengaruhi perubahan
observasi. kontribusi sektor pertanian, sektor
Kriteria uji F tersebut adalah industri dan sektor jasa terhadap
sebagai berikut: pada taraf uji α, jika pembentukan PDRB. Dengan
nilai statistik uji F (F hitung) lebih besar menggunakan data panel dari 4
dari nilai F kritis (Fα;(k-1),(n-k)) maka H0 Kabupaten selama periode 1998-2014.
ditolak dan H1diterima, sebaliknya jika Estimasi model dilakukan dengan model
nilai statistik uji F (F hitung) lebih kecil efek tetap (fixed effect model) dan
dari nilai F kritis (Fα;(k-1),(n-k)) maka H0 model efek acak (random effect model).
diterima dan H1 ditolak. Kesimpulan Untuk memilih estimasi terbaik dari
yang diambil adalah: jika H0 ditolak, kedua model, dilakukan uji Hausman
maka variabel independen secara (Hausman Test). Berikut hasil estimasi
bersama-sama berpengaruh terhadap dari ke 3 variabel transformasi yang
variabel dependen, sebaliknya jika H0 struktural yang dianalisis.
diterima, berarti variabel independen
secara bersama-sama tidak berpengaruh 1. Perubahan Nilai Tambah Sektor
terhadap variabel dependen. Pertanian
Tujuan uji t adalah untuk Setelah melakukan uji Hausman,
mengetahui ada atau tidak pengaruh didapatkan nilai probabilitas Chi Square
setiap variabel independen secara yang lebih kecil dari 0.05, artinya
individual (parsial) terhadap perubahan metode estimasi model dilakukan
variasi dari variabel dependen.

36 | Edisi Juli 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 25-44 Vol 5 No 1

menggunakan Model Efek Tetap (Fixed (LN_POP) dan 0,0035 pada variabel
Effect Model). pendapatan perkapita (LN_Kapita).
Tabel 2 Hasil estimasi model analisis Variabel populasi memiliki
faktor yang mempengaruhi parameter yang positif dan siginifikan
nilai tambah sektor pertanian terhadap nilai tambah sektor pertanian.
dengan model efek tetap Artinya, semakin tinggi populasi
(fixed effect model) masyarakat semakin tinggi pula nilai
Variabel
Variabel Dependen tambah sektor pertanian. Hal ini
Koefisien Std. Error Prob tampaknya berhubungan dengan tingkat
C 4,517554 3,535479 0,2061
konsumsi produksi hasil-hasil pertanian
LN_POP 0,725353 0,266312 0,0084*
terutama bahan pangan dimana tingkat
LN_KAPITA 0,445082 0,146403 0,0035*
R Square 0,883030
populasi masyarakat menggambarkan
market size dan tingkat skala ekonomi
Prob (F-Stat)
0,000000
(Tarp et al. 2002).
Number Of Observation
Sementara itu, variabel
68
pendapatan perkapita memiliki
parameter yang negatif dan signifikan
Hausman Test
Probability
terhadap perubahan nilai tambah sektor
pertanian. Artinya peningkatan
0,0012
pendapatan perkapita akan
Keterangan: * berbeda nyata pada taraf 5% menyebabkan penurunan nilai tambah
(P<0,05) sektor pertanian terhadap PDRB. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Clark
Berdasarkan tabel diatas dapat (1951) yang menyatakan bahwa
dilihat bahwa model faktor yang semakin tinggi pendapatan perkapita
mempengaruhi nilai tambah sektor suatu negara semakin kecil peranan
pertanian terhadap pembentukan PDRB sektor pertaniannya. Kesimpulan yang
memiliki koefisien determinasi (R2) sama juga didapatkan dari hasil
sebesar 0,88. artinya variabel bebas penelitian yang dilakukan oleh Tarp et
dalam model mampu menjelaskan 88% al. (2002) pada Negara Mozambique
variasi variabel terikat dan sisanya 12% yang menyimpulkan bahwa peningkatan
dijelaskan oleh variabel lain diluar pendapatan perkapita berpengaruh
model. Hasil estimasi menunjukkan negatif terhadap nilai tambah sektor
bahwa uji F siginifkan pada taraf nyata pertanian. Demikian juga dengan
5% (0,05) dengan probabilitas F statistic penelitian Budiharsono (1996) yang
sebesar 0.000 yang lebih kecil dari 0.05. menyimpulkan bahwa kontribusi sektor
Hal ini menunjukkan bahwa variabel- pertanian mengalami penurunan seiring
variabel bebas dalam model secara dengan peningkatan pendapatan
bersama-sama memberikan pengaruh perkapita.
nyata terhadap perubahan nilai tambah
sektor pertanian terhadap PDRB. 2. Perubahan Nilai Tambah Sektor
Tabel diatas juga menunjukkan Industri
bahwa seluruh variabel bebas pada Setelah melakukan uji Hausman,
model secara parsial berpengaruh didapatkan nilai probabilitas Chi Square
siginifikan terhadap perubahan nilai yang lebih kecil dari 0,05, artinya
tambah sektor pertanian pada taraf nyata metode estimasi model dilakukan
5% (α = 0,05) dengan nilai probabilitas menggunakan Model Efek Tetap (Fixed
sebesar 0,0084 pada variabel populasi Effect Model).

37 | Edisi Juli 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 25-44 Vol 5 No 1

(LN_POP) dan 0,0000 pada variabel


Tabel 3 Hasil estimasi model analisis pendapatan perkapita (LN_Kapita).
faktor yang mempengaruhi Variabel populasi memiliki
nilai tambah sektor industri parameter yang positif dan siginifikan
dengan model efek tetap terhadap nilai tambah sektor industri.
(fixed effect model) Artinya, semakin tinggi populasi
Variabel Dependen masyarakat semakin tinggi pula nilai
Variabel Koefisie Std. Prob tambah sektor industri terhadap
n Error
pembentukan PDRB. Secara tersirat
C 23,39416 10,62019 0,0313
LN_POP 2,292899 0,793849 0,0053*
populasi menggambarkan tingkat tenaga
LN_KAPIT 4,258186 0,410396 0,0000*
kerja pada sebuah sektor ekonomi
A dimana berdasarkan model dua sektor
R Square 0,911958 Arthur Lewis sektor industri merupakan
Prob (F- 0,000000 sektor yang masih membutuhkan tenaga
Stat)
Number Of 68
kerja sehingga tingkat populasi akan
Observation berpengaruh positif terhadap nilai
tambah sektor industri. Hasil penelitian
Hausman 0,0000
Test ini sama dengan hasil penelitian yang
Probability dilakukan oleh Tarp et al. (2002) yang
Keterangan: * berbeda nyata pada taraf 5% melakukan penelitian di Negara
(P<0,05)
Mozambique bahwa populasi
berpengaruh positif terhadap nilai
Berdasarkan tabel diatas dapat tambah sektor industri.
dilihat bahwa model faktor yang Variabel pendapatan perkapita
mempengaruhi nilai tambah sektor memiliki parameter yang positif dan
industri terhadap pembentukan PDRB signifikan terhadap perubahan nilai
memiliki koefisien determinasi (R2) tambah sektor industri. Artinya
sebesar 0,91. Artinya variabel bebas peningkatan pendapatan perkapita akan
dalam model mampu menjelaskan 91% meningkatkan nilai tambah sektor
variasi variabel terikat dan sisanya 9% industri. Hasil penelitian ini sesuai
dijelaskan oleh variabel lain diluar dengan analisis pola pembangunan
model. Hasil estimasi menunjukkan Chenery-Syrquin; peningkatan
bahwa uji F siginifkan pada taraf nyata pendapatan perkapita akan
5% (0,05) dengan probabilitas F statistic meningkatkan nilai tambah sektor
sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. industri. Peningkatan tersebut
Hal ini menunjukkan bahwa variabel- disebabkan oleh adanya perubahan pola
variabel bebas dalam model secara konsumsi masyarakat dimana ada
bersama-sama memberikan pengaruh pergeseran pola konsumsi dari barang-
nyata terhadap perubahan nilai tambah barang pangan ke barang-barang
sektor industri terhadap PDRB. manufaktur bernilai tinggi sebagai
Tabel diatas juga menunjukkan akibat keterbatasan manusia dalam
bahwa seluruh variabel bebas pada mengkonsumsi barang-barang pangan.
model secara parsial berpengaruh Kenyataan tersebut juga didukung oleh
siginifikan terhadap perubahan nilai hukum Engels yang menyatakan bahwa
tambah sektor industri pada taraf nyata elastisitas permintaan sebagai akibat
5% (α = 0,05) dengan nilai probabilitas peningkatan pendapatan adalah inelastis
sebesar 0,0053 pada variabel populasi untuk barang-barang pangan (pertanian)

38 | Edisi Juli 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 25-44 Vol 5 No 1

dan elastis untuk barang-barang Keterangan: * berbeda nyata pada taraf 5%


manufaktur dan jasa. (P<0,05)
Identik dengan hasil penelitian
diatas, penelitian Haraguchi dan Hasil estimasi menunjukkan
Rezonja (2011), yang meneliti struktur bahwa uji F siginifkan pada taraf nyata
ekonomi negara-negara di dunia 5% (0,05) dengan probabilitas F statistic
mendapatkan kesimpulan bahwa sebesar 0,0002 yang lebih kecil dari
pendapatan perkapita berkorelasi positif 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
terhadap nilai tambah sektor industri. variabel-variabel bebas dalam model
Hasil yang sama juga didapat dari secara bersama-sama memberikan
penelitian Tarp et al. (2002). pengaruh nyata terhadap perubahan nilai
tambah sektor jasa terhadap PDRB.
3. Perubahan Nilai Tambah Sektor Tabel diatas juga menunjukkan
Jasa hanya variabel populasi yang
Setelah melakukan uji Hausman, berpengaruh siginifikan terhadap
didapatkan nilai probabilitas Chi Square perubahan nilai tambah sektor jasa pada
yang lebih besar dari 0,05, artinya taraf nyata 5% (α = 0,05) dengan nilai
metode estimasi model dilakukan probabilitas sebesar 0,0033 pada
menggunakan Model Efek Acak variabel populasi (LN_POP), sementara
(Random Effect Model). itu variabel pendapatan perkapita
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat (LN_Kapita) tidak siginifkan dengan
bahwa model faktor yang probabilitas sebesar 0,3061.
mempengaruhi nilai tambah sektor jasa Variabel populasi memiliki
terhadap pembentukan PDRB memiliki parameter yang positif dan siginifikan
koefisien determinasi (R2) sebesar 0,32. terhadap nilai tambah sektor jasa.
Artinya variabel bebas dalam model Artinya, semakin tinggi populasi
menjelaskan 32% variasi variabel terikat masyarakat semakin tinggi pula nilai
dan sisanya 68% dijelaskan oleh tambah sektor jasa terhadap
variabel lain diluar model. pembentukan PDRB. Tingkat populasi
menggambarkan market size; semakin
Tabel 4 Hasil estimasi model analisis tinggi tingkat populasi masyarakat
faktor yang mempengaruhi semakin besar nilai tambah yang bisa
nilai tambah sektor jasa dengan dihasilkan oleh sektor jasa. Hasil
model acak (random effect estimasi ini sejalan dengan hasil
model) penelitian Fransiskus et al. (2015)
Variabel Variabel Dependen dimana populasi memiliki pengaruh
Koefisie Std. Prob yang signifikan terhadap peningkatan
n Error nilai tambah sektor jasa.
C 6,543272 6,561816 0,3224 Sementara itu, variabel pendapatan
LN_POP 1,478234 0,483803 0,0033* perkapita meiliki parameter yang positif
LN_KAPITA 0,170578 0,165349 0,3061 meskipun tidak signifikan. Artinya
R Square 0,329162 peningkatan pendapatan perkapita akan
Prob (F-Stat) 0,000002 meningkatkan nilai tambah sektor jasa
Number Of 68 secara tidak signifikan. Hal ini agak
Observation berbeda dengan pola pembangunan
Hausman Test 0,6900 Chenery-Syrquin yang menyatakan
Probability peningkatan pendapatan perkapita akan
meningkatkan nilai tambah sektor

39 | Edisi Juli 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 25-44 Vol 5 No 1

industri dan jasa secara signifikan. Hal metode estimasi model dilakukan
ini tampaknya berhubungan erat dengan menggunakan Model Efek Acak
pola konsumsi masyarakat Madura yang (Random Effect Model).
masih mengalokasikan peningkatan Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat
pendapatannya ke barang-barang bahwa model dampak transformasi
industri dan belum banyak dialokasikan struktural terhadap ketimpangan
untuk sektor jasa. distribusi pendapatan memiliki
2
Korelasi positif antara pendapatan koefisien determinasi (R ) sebesar 0,43.
perkapita dengan nilai tambah sektor Artinya variabel bebas dalam model
jasa juga ditemukan pada penelitian menjelaskan 43% variasi variabel terikat
Tarp et al. (2002). Hasil penelitian dan sisanya 57% dijelaskan oleh
Fransiskus et al. (2015) juga variabel lain diluar model. Hasil
mendapatkan hasil yang berbeda dimana estimasi menunjukkan bahwa uji F
pendapatan per kapita hanya siginifkan pada taraf nyata 5% (0,05)
berpengaruh secara siginifikan terhadap dengan probabilitas F statistic sebesar
peningkatan nilai tambah sub sektor 0,003 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini
perdagangan, perhotelan dan restoran. menunjukkan bahwa variabel-variabel
Hasil tersebut mempertegas kenapa bebas dalam model secara bersama-
anomali terjadi pada hasil estimasi sama memberikan pengaruh nyata
penelitian ini, dimana nilai tambah sub terhadap variabel terikat.
sektor jasa tidak semuanya dipengaruhi
oleh peningkatan pendapatan perkapita, Tabel 5 Hasil estimasi model analisis
hanya sektor perdagangan, perhotelan pengaruh transformasi
dan restauran. Ketiga sub sektor jasa struktural terhadap ketimpang-
tersebut masih jarang di akses oleh an distribusi pendapatan
mayoritas masyarakat madura. dengan model efect acak
(random effect model)
Pengaruh Transformasi Struktur Variabel Variabel Dependen
Ekonomi terhadap Ketimpangan Koefisien Std. Prob
Distribusi Pendapatan Error
C 0,370632 0,192633 0,0663
Secara teoritis, transformasi LN_PDRBP 0,057529 0,015205 0,0009*
struktural akan menggeser tenaga kerja LN_PDRBI 0,014785 0,003619 0,0004*
dari sektor dengan produktivitas rendah LN_PDRBJ 0,088390 0,019380 0,0001*
menuju sektor dengan produktivitas R Square 0,431208
Prob (F- 0,003182
tinggi. Namun penelitian empiris Stat)
banyak yang membuktikan bahwa Number Of 28
transformasi struktur output seringkali Observation
relatif lebih cepat dibandingkan dengan Hausman 1,0000
transformasi struktur tenaga kerja. Test
Probability
Unbalanced transformaton ini akan
Keterangan: * berbeda nyata pada taraf 5%
menimbulkan perbedaan pendapatan (P<0,05)
yang diterima oleh tenaga kerja sektoral
yang selanjutnya akan berakibat pada Tabel 5 menunjukkan variabel
disparitas income. PDRB sektor pertanian (LN_PDRBP)
Setelah melakukan uji Hausman, berpengaruh signifikan terhadap
didapatkan nilai probabilitas Chi Square ketimpangan distribusi pendapatan pada
yang lebih besar dari 0,05, artinya taraf nyata 5% (α = 0,05) dengan nilai

40 | Edisi Juli 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 25-44 Vol 5 No 1

probabilitas sebesar 0,0009. Variabel meningggalkan pendapatan sektor


PDRB sektor industri (LN_PDRBI) dan pertanian, sehingga akan berimplikasi
PDRB sektor jasa (LN_PDRBJ) juga pada melebarnya jurang pemisah antara
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pada sektor pertanian
ketimpangan dengan probabilitas dengan sektor industri dan jasa. Hasil
berturut-turut sebesar 0,0004 dan penelitian ini sesuai dengan hasil
0,0001. penelitian Cheong dan WU (2014) dan
Variabel PDRB sektor pertanian Pinem (1990). Selain itu, ketimpangan
memiliki parameter yang negatif dan juga diperparah dengan adanya
signifikan terhadap ketimpangan perbedaan akses dan kesempatan antara
distribusi pendapatan. Artinya, semakin skilled labor dengan unskilled labor
tinggi kontribusi sektor pertanian akan (Ariyo et al. 2014).
semakin rendah ketimpangan distribusi
pendapatan. Sebagaimana diketahui
bahwa mayoritas masyarakat Madura KESIMPULAN DAN SARAN
berprofesi sebagai petani dengan
pendapatan rendah sehingga menjadi Kesimpulan
sangat logis ketika angka statistik Berdasarkan hasil analisis yang
menunjukkan bahwa peningkatan telah dilakukan, kesimpulan yang dapat
kontribusi PDRB sektor pertanian akan diperoleh dari penelitian ini adalah :
menguragi ketimpangan distribusi 1. Populasi dan pendapatan perkapita
pendapatan. Peningkatan kontribusi menjadi faktor yang berpengaruh
sektor pertanian berarti meningkatkan terhadap terjadinya transformasi
produktivitas sektoral yang selanjutnya struktural di Madura. Tingkat
akan berimplikasi pada tingkat populasi dan pendapatan perkapita
pendapatan yang diterima oleh tenaga berpengaruh secara signifikan
kerja yang ada di sektor tersebut. terhadap perubahan nilai tambah
Peningkatan pendapatan tersebut akan sektor pertanian dan industri
mempersempit jurang pemisah antar sementara pada sektor jasa hanya
sektor ekonomi sehingga ketimpangan variabel populasi yang berpengaruh
distribusi pendapatan secara otomatis secara signifikan.
akan berukurang. Berdasarkan hasil 2. Pada pengujian dampak
penelitian Tarp et al. (2002) ekspansi transformasi struktural terhadap
pada sektor pertanian merupakan cara ketimpangan distribusi pen-dapatan
paling tepat dalam mengurangi didapatkan kesimpulan bahwa
ketimpangan distribusi pendapatan di variabel PDRB sektor pertanian
pedesaan dan perkotaan. berpengaruh secara signifikan dan
Sebaliknya, variabel PDRB sektor memiliki parameter yang negatif,
industri dan jasa memiliki parameter artinya, peningkatan kontribusi
yang positif dan signifikan terhadap PDRB sektor pertanian akan efektif
ketimpangan distribusi pendapatan. dalam mengurangi ketimpangan
Artinya, peningkatan kontribusi sektor distribusi pen-dapatan. Sebaliknya,
industri dan jasa akan meningkatkan variabel PDRB sektor industri dan
ketimpangan distribusi pendapatan. jasa berpengaruh secara signifikan
Peningkatan kontribusi sektor industri dan memiliki parameter yang
dan jasa akan meningkatkan pendapatan positif, artinya, peningkatan
tenaga kerja yang ada di kedua sektor kontribusi PDRB sektor industri
tersebut dengan demikian akan semakin

41 | Edisi Juli 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 25-44 Vol 5 No 1

dan jasa akan meningkatkan Amir H, Suahasil N. 2005. Analisis


ketimpangan distribusi pendapatan. perubahan struktur ekonomi
(economic landscape) dan
kebijakan strategi pembangunan
Saran Jawa Timur tahun 1994-2000:
1. Pemerintah Pusat dan Daerah Analisis input-output. Jurnal
perlu menyikapi unbalanced Ekonomi dan Pembangunan
trans-formation dengan mem- Indonesia, Vol 5, No 2 2005.
industrialisasi di Madura terutama Ariyo A, Olanrewaju O. 2014.
dengan mempercepat
Inequalities in the Context of
pembangunan industri padat karya
yang berbasis pertanian serta Structural Transformation:
memiliki keterkaitan sektoral yang Evidence from Nigeria. University
kuat. of Ibadan, Nigeria
2. Pemerintah Pusat maupun Daerah Badan Pusat Statistik Jawa Timura.
hendaknya melakukan upaya 2015. Statistik Jawa Timur. BPS
peningkatan produktivitas sektor Jatim, Surabaya.
pertanian dengan mempercepat
Badan Pusat Statistik Jawa Timurb.
terjadinya transformasi pertanian
(agricultural transformation) 2015. Laporan Eksekutif Keadaan
karena secara statistik terbukti Angkatan Kerja Di Jawa Timur.
bahwa sektor pertanian menjadi BPS Jatim, Surabaya
sektor yang efektif dalam Baltagi, Badi H. 2008. Econometrics
mengurangi disparitas income. (4th). Springer, USA
Upaya tersebut bisa dilakukan Budiharsono S. 1996. Transformasi
dengan Modernisasi, memperkuat
kelembagaan pertanian serta struktural dan pertumbuhan
merubah pola pertanian menjadi ekonomi antar daerah di
lebih market oriented. Indonesia, 1969-1987. Disertasi.
Program Pascasarjana Institut
DAFTAR PUSTAKA Pertanian Bogor, Bogor
Cheong TS, Yanrui WU. 2014. The
Aizenman J, Minsoo Lee, Donghyun
impacts of structural
Park. 2012. The Relationship
transformation and industrial
between Structural Change and
upgrading on regional inequality
Inequality: A Conceptual
in China. China Economic Review
Overview with Special Reference
31 (2014) 339–350
to Developing Asia. Asian
Clark C. 1951. The Condition of
Development Bank Institute.
Economic Progress. Macmillan &
Alfarabi M, Surya H, Slamet R. 2014.
Co Ltd, London
Perubahan Struktur Ekonomi dan
Dumairy. 1999. Perekonomian
Dampaknya Terhadap
Indonesia. Erlangga, Jakarta
Kemiskinan di Provinsi Jambi.
Ediana IW. 2006. Struktur ekonomi dan
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan
kesempatan kerja sektor pertanian
Pembangunan Daerah 1 (3).
dan non pertanian serta kualitas

42 | Edisi Juli 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 25-44 Vol 5 No 1

sumberdaya manusia di indonesia. Kagami, H. 2000. Perubahan struktur


Tesis. Bogor: Program ekonomi dan kesempatan kerja
Pascasarjana. Institut Pertanian serta transformasi tenaga kerja
Bogor. dari sektor pertanian ke sektor non
Erikasari, Silvia Eveline. 2005. pertanian di propinsi Sumatera
Kesempatan kerja, migrasi dan Selatan. Tesis. Bogor: Program
transformasi tenaga kerja dari Pascasarjana, Institut Pertanian
sektor pertanian ke sektor non Bogor.
pertanian di Daerah Istimewa Mecik, Oytun. 2014. The Effects of
Yogyakarta. Tesis. Program Structural Transformations in
Pascasarjana Institut Pertanian Economy on Labor Markets: the
Case of OECD Countries.
Bogor, Bogor.
International Journal of Business
Fransiskus X, Aba L, Osman Y, and Social Science.
Saidatul A. 2015. Analysis Of Pinem B. 1990. Dampak industri
Economic Structure In Poverty kerajinan rumah tangga terhadap
Eradication In The Province Of tingkat pendapatan dan
East Nusa Tenggara Indonesia. penyerapan tenaga kerla wilayah
Procedia - Social and Behavioral serta upaya untuk meningkatkan
Sciences 211 ( 2015 ) 81 – 88 produk-tivitasmya di Kabupaten
Gujarati, Damodar. 2007. “Dasar-dasar Deli Serdang. Tesis. Bogor:
Ekonometrika”. Erlangga, Jakarta Program Pascasarjana Institut
GOH CC, Xubei LUO dan, Nong ZHU. Pertanian Bogor.
2008. Income growth, inequality Sastrosoenarto H. 2006. Industrialisasi
and poverty reduction: A case serta pembangunan sektor
study of eight provinces in China: pertanian dan Jasa. Jakarta:
China Economic Review: 20 Gramedia
(2009) 485–496 Suhartini, S.H. 2001. Transformasi
Haraguchi N dan Rezonja, Gorazd. Struktur Kesempatan Kerja Sektor
2011. Emerging Patterns of Pertanian ke Non Pertanian di
Manufacturing Structural Change. Indonesia. Jumal Agro Ekonomi,
United Nations Industrial 2(4) : 17-19.
Development Organization, Szirmai A, Wim N , Nobuya H 2012.
Vienna. Structural Change, Poverty
Herrick, B, Kindleberger. 1983.
Reduction And Industrial policy
Ekonomi Pembangunan. Bina
Aksara, Jakarta In The Brics. Viena. United
Jhingan, M. L. 1999. Ekonomi Nations Industrial Development
Pembangunan dan perencanaan. Organization (UNIDO)
PT. Raja Grafindo Persada, Tarp F, Channing A, Henning T,
Jakarta Sherman R, Rasmus H. 2002.
Juanda, Junaidi.2012. Ekonometrika
Facing the Development
deret waktu: teori dan aplikasi.
Challenge in Mozambique; An
Bogor: IPB Press.
Economywide Perspective.

43 | Edisi Juli 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 25-44 Vol 5 No 1

Washington. International food


policy research institute.
Todaro MP, Smith SC. 2006.
Pembangunan Ekonomi. Edisi
Kesembilan. Erlangga, Jakarta
Wie, T.K. 1983. Pembangunan
Ekonomi dan Pemerataan,
Beberapa Pendekatan Alternatif.
Jakarta: LP3ES,.
World Bank. 2015. Indonesia’s rising
divide. World Bank, Jakarta.

44 | Edisi Juli 2016

Anda mungkin juga menyukai