Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MODUL 1
AKIDAH DAN RUKUN IMAN
Penulis:
Dr. Zainal Arifin, M.S.I
Dr. Sangkot Sirait,
Hafidh ‘Aziz, M.Pd.I
DAFTAR ISI
Table of Contents
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
Rasional dan Deskripsi Singkat.......................................................................................... 4
Relevansi ............................................................................................................................... 4
Petunjuk Belajar ................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN
Relevansi
Dalam kajian Akidah Akhlak, mempelajari Akidah merupakan perkara yang sangat
penting, karena ini berkaitan dengan Usul atau dasar dari agama islam. Kajian Akidah bertujuan
untuk memberikan bagaimana agama islam itu dibangun berdasarkan konsep keyakinan yang
benar dan sejalan dengan fitrah manusia, Akidah sebagai dasar dan substansi ajaran islam
menjadi dasar sekaligus menjadi ruanglingkup aktifitas seorang muslim baik dalam aktifitas
ibadah maupun sosialnya.
Kajian tentang Akidah Islam ini didasarkan pada dalil-dalil Naqli yang bersumberkan
pada Al-Qur’an dan Hadis serta didukung dengan dalil Aqli yang bersumberkan pada
rasionalistas akal manusia. Kedua sumber ini penting agar kajian Akidah Islam tidak hanya
terjebak pada kajian normatif tanpa dibuktikan dengan bukti-bukti rasional.
Petunjuk Belajar
Agar Anda dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan, Anda dapat mengikuti petunjuk berikut.
1. Bacalah secara cermat tujuan belajar yang hendak dicapai.
2. Pelajari contoh yang tersedia.
3. Cermati materi sifat-sifat wajib bagi Allah, dengan beri tanda-tanda khusus pada bagian
yang menurut Anda sangat penting.
Pokok-Pokok Materi
Uraian Materi
A. AKIDAH ISLAM
1. Definisi Akidah
Dalam satu riwayat diceritakan bahwa Malaikat Jibril pernah dating kepada
Rasulullah dengan menyerupai manusia dan bertanya tentang tiga hal yaitu Iman, Islam
dan Ihsan.
Tiga hal yang merupakan dimensi ajaran (syariat) islam, Keimanan merupakan
konsepsi akidah islam yang menjadi Usul (Dasar) dari agama Islam, sedangkan Islam
dalam penjelasan hadits tersebut menjelaskan domain Syariah dan atau Ibadah
Amaliyah yang didasarkan pada akidah, kemudian dari akidah dan ibadah tersebut bila
dilakukan dengan benar akan melahirkan Ihsan dan akhlak mulia yang merupakan misi
besar Rasulullah “ Innama Bu’itstu liutammima makarimal akhlak”.
Tiga hal tersebut bila dianalogikan maka ibarat pohon akidah (Iman) sebagai
akarnya, Islam (fiqih dan Ibadah) sebagaai batangnya dan ihsan sebagai bunga dan
buahnya.
Berdasarkan riwayat diatas Syariah dapat dibagi menjadi dua yaitu: I’tiqodiyah
dan ‘amaliyah.
Maka dari itu keimanan dalam pembahasan ini merupakan dimensi akidah.
Akidah secara Bahasa Akidah diambil dari kata al ‘aqdu yang merupakan bentuk
infinitive (masdar) darai kata ‘aqoda ya’qidu yang berarti mengikat sesuatu. Akidah
merupakan “amalun qolbiyun” atau keyakinan dalam hati tentang sesuatu dan dia
membenarkan hal tersebut. Akidah mengikat hati seseorang dengan yang diyakininya
sebagai Tuhan yang Maha Esa yang ada yang wajib disembah yang merupakan pencipta
dan pengatur alam semesta beserta isinya. Ikatan yang kuat tanpa ada keraguan
sedikitpun.
Sedangkan secara istilah aqidah adalah sesuatu yang pertama kali harus diimani
dengan yakin oleh seorang mukmin dengan keyakinan yang pasti, ridho dan menerima
sepenuh hati serta merasa tenang dengan keyakinannya tersebut. Atau secara sederhana
aqidah islam adalah iman kepada Allah, malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul
Allah, Hari akhir serta qada’ dan qadar, yang kemudian dikenal dengan rukun Iman.
Akidah sebagai hal pertama yang harus diyakini seorang muslim ini menjadikannya
sebagai dasar atas praktek beragama seorang muslim juga menjadi dasar dari sahnya
amal seorang muslim, dalam kata lain benar atau sahnya suatu amal didasarkan juga
pada benarnya akidah.
berpendapat stelahnya meneliti seluruh ayat al-Qur an dan al-Hadits beliau berpendapat
bahwa jumlah rukun iman itu ada 79. . Oleh karena itu keimanan dalam agama Islam
merupakan dasar atau pondasi yang di atasnya dibangun syariat Islam. Antara keimanan
dan perbuatan atau akidah dan syariat keduanya saling berkaitan erat, tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya seperti dua sisi mata uang. apabila akidah
dan syariat islamnya dilaksanakan secara sempurna maka akan melahirkan akhlaq yang
terpuji
2. Sumber Akidah Islam
Akidah Islam bersumber dari al-Qur’an, al-Hadis dan ijtihad (dengan kemampuan akal
yang sehat), sehingga mayoritas ulama pada zaman kemunduran dan perpecahan umat
isiam berpendapat bahwa rukun Iman berjumlah enam; Lima dijelaskan oleh Allah
dalam al-Qur’an sebagaimana firmanNya dalam Surah al-Baqarah: 177
Artinya: Bukanlah menghadapkan wajah kamu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi……
Adapun rukun yang ke enam yaitu iman kepada qadar didasarkan kepada hadis
nabi, ketika beliau ditanya oleh Jibril tentang iman, maka Nabi menjawab
أأن تؤمن ابهلل ومالئكته وكتبه ورسهل واليوم ا ألخر وتؤمن ابلقدر خريه ورشه
Artinya:
Hendaklah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-
rasulNya, hari kemudian dan hendaknya pula kamu beriman kepada qadar baik
maupun buruk.
Adapun dasar hadits yang dijadikan pedoman para Tabiin adalah sabda Rasulullah yang
diriwayatka oleh Bukhari dan Muslim “bDari Au Huraerah r.a dari Nabi saw bahwa
beliau bersabda: iman mempunyai 60 rukun atau/dan/kali70 rukun lebih mendzikirkan
kalimat “lailaha illallah sampai mengenal Allah adalah rukun iman yang paling awal/
tinggi,/utama dan rukun iman yang paling rendah adalah menghilangkan gangguan
yang terdapat di jalan atau di saluran air, malu berbuat dosa sehingga ia
meninggalkannya adalah bagian dari rukun iman “
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, membawa dan mengandung misi
keimanan kepada Allah yang wajib dipatuhi. Dalam rangka mengubah kehidupan
manusia.dari yang belum sholeh menjadi shaleh dari yang belum madani menjadi
madani Nabi Muhammad saw. terus menerus menyeru manusia agar mempercayai
dengan sepenuh hati dan mengamalkannya denagn tulus ikhlash bahkan nikmat
mengamalkan rukun rukun iman tersebut sehingga melahirkan amal shaleh amal yang
berkwalitas dan berguna baik untuk diri seseorang atau untuk orang lain oleh karena itu
nabi Muhambad dan ummatnya bertugas dibumi ini untuk menyebarkan rahmat/kasih
sayang keseluruh alam baik yang lahir maupun yang batin, umat islam mengemban
amanah untuk menjadi umat teladan( wasatha ) dan harus ikut berpartisipasi mengawal
peradaban duni ini adalah merupakan tujuan iman umat islam secara sosial adapun butir
butir rukun iman selain yang enam, adalah; percaya sepenuh hati tanpa ragu terhadap
;7. Bangkit di alam kubur 8.padang mahsyar. 9. Surga dan neraka.10.mencintai Allah
11,hormat dan takut kepada Allah. 12 tawakkal kepada Allah setelahnya maksimal
berusaha dan doa 13 menghaujuarp ridla Allah 14, mencitai Nabi Muhammad15
menghormati Nabi16 setia pada Islam 17 menuntut ilmu 18 menyebarkan ajaran islam
19 memuliakan dan mencintai Al Qur an seperti nabi dan shahabatnya 20 suci jasmani
dari najis,suci ruhani dari sifat tercela, suci pebuatan dari dosa 21 iman dan amal sholeh
dilakukan karena Allah 22 jujur dll, mengikuti dan mentaati agama yang diturunkan
Allah merupakan tujuan utama beriman . adapun tujuan tujuan perinciannya secara
individu adalah ;
2. Akidah islam mengoreksi dan memperbaiki akidah akidah yang terdahulu yang
telah menyimpang
3. Akidah islam selaras dengan fitrah manusia, karena manusia diciptakan Allah
dengan membawa Fitrah (diniyah) yaitu meyakini dan beribadah kepada Allah QS.
Al-A’raf: 172
حوا ْذ َأخ ححذ حرب ُّ حك ِّم ۢن ب ح ِّ ِٓن حءا حد حم ِّمن ُظه ُِّور ِّ ِْه ُذ ذِّرياَتح ُ ْم حو َأ ْشهحدح ُ ِْه عح ح ى ٓل َأن ُف ِّسه ِّْم َأل ح ْس ُت ِّب ح ِّبرذ ُ ْك ۖ قحالُو ۟ا ب ح ح ىل ۛ حشهِّدْ َّنح ٓ ۛ َأن تح ُقولُو ۟ا
ِ
ِّ ُ ِّ ِّ ْ
ي ح ْو حم ألق حي َٰ حمة اَّنا كناا حع ْن حه َٰ حذا غح َٰ ِّفل حي
ِ
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar
di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"
4. Akidah Islam sejalan dengan akal sehat manusia, sehingga tidak ditemukan
pertentangan di dalamnya.
1. Memurnikan niat dan ibadah hanya kepada Allah semata, karena Allah itu satu dan
tiada sekutu bagiNya
2. Memberikan Batasan kepada akal dan fikiran dari tindakan diluar petunjuk yang
menyebabkan kerusakan
3. Keteangan jiwa dan pikiran, sehingga jiwa tidak gundah dan pikiran tidak kacau
4. Selamatnya tujuan dan perbuatan manusia dari penyimpangan didalam beribadah
kepada Allah maupun dalam pergaulan dengan makluk
5. Keteguhan hati dan kesungguhan dalam segala urusan amal sholih
Akidah dan akhlak adalah bagian penting dalam syariat islam, keduanya
merupakan kesatuan dan memiliki hubungan timbal balik. Pola hubungan akidah dan
akhlak dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama, Akidah melahirkan Akhlak,
sebagaimana dijelaskan dalam kaitan Iman Islam dan Ihsan, akidah merupakan Usul
(dasar) yang menjadi Pondasi Amaliyah Ibadah maupun akhlak, oleh kerenanya Akidah
yang benar akan melahirkan akhlak yang baik. Terlebih lagi akidah sebagai konsepsi
keimanan tidak hanya berupa keyakinan dalam hati, melainkan juga harus diikrarkan
dengan lisan serta diwujudkan dalam tindakan, maka ketika seorang muslim meyakini
bahwa Allah dan RasulNya harus lebih dicintai melebihi yang lainnya maka keyakinan
ini tidak cukup hanya di dalam hati tetapi harus diwujudkan dalam ucapan dan
perbuatannya. Oleh kerena itu seringkali Allah dalam al-qur’an selalu menghubungkan
antara iman dan amal sholeh.
Kedua, akhlak karimah menambah keimanan kepada Allah. Karena iman bisa
berkurang dan bisa bertambah, berkurangnya karena maksiat dan bertambahnya dengan
ketaatan, maka sudah seharusnya manusia meningkatkan keimanannya dengan
senantiasa taat kepada Allah, menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah yang
salah satunya adalah akhlakul karimah, oleh karenanya dengan membiasakan kahlakul
karimah akan menambah keimanan kita karena kita taat dengan perintah Allah.
Iman kepada Allah adalah bagian terpenting dalam akidah islam. Iman kepada
Allah ini merupakan pesan dakwah Rasul yang pertama kali didakwahkan Rasulullah,
rasulullah datang menyampaikan wahyu menyeru manusia untuk beribadah
menyembah Allah semata, melarang segala penyekutuan Allah dengan suatu apapun
maka tradisi arab jahiliyah yang menyembah berhala ditolak oleh Islam.
Iman kepada Allah meliputi pengakuan bahwa Allah adalah Tuhan yang wajib
disembah yang menciptakan dan mengatur alam semesta beserta isinya, tiada sekutu
dan bandingannya. Allah adalah satu satunya Tuhan yang berhak disembah, satu
satunya Tuhan yang mengatur alam semesta beserta isinya, tiada yang menyerupaiNya
suatu apapun termasuk dalam sifat dan asma’Nya inilah tauhid yang merupakan pokok
dari keimanan kepada Allah.
2. Tauhid
Asli makna tauhid adalah: keyainan bahwa Allah itu satu dan tiada sekutu
bagiNya,
Secara Bahasa tauhid bentuk infinitif dari kata wahhada yuwahhidu tauhiidan
yang berarti mengesakan. lebih rinci lagi tauhid adalah ilmu yang membahas tentang
wujud Allah, sifat-sifat Wajib Allah, sifat yang Jaiz bagi Allah dan sifat sifat mustahil
bagi Allah yang harus dinafikan, serta membahas tentang Rasul dan ketetapan
risalahnya apa yang wajib bagi rasul, Jaiz dan apa yang tidak boleh ada pada Rasul.
Tauhid atau keesaan Allah adalah bentuk puncak dari pengenalan hamba
kepada Allah bahkan ketika Allah mengenalkan dirinya kepada makhlukNya adalah
mengenalkan bahwa Allah maha esa. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah di
dalam surat al-ikhlas ayat 1 - 4.
ْ لح ْم ي ح ِّ ِْل حول ح ْم يُ ح، ُأ ا َُّلل أ الص حمد، قُ ْل ه حُو أ ا َُّلل َأ ححد
ول ح ْم يح ُكن اَلُۥ ُك ُف ًوا َأ ححد،وَل ح
Katakanlah (wahai Muhammad)!: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. 1, Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 2., Dia tiada beranak dan tidak
pula diperanakkan,3. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". 4.
Dalam surat al-ikhlas Allah mengenalkan dirinya sebagai dzat yang Maha Esa
(ahad). Kata Ahad yang digunakan dalam surat Al Ikhlas memiliki makna yang berbeda
dengan kata Wahid. Jika seseorang mendengar kata Wahid maka akan terlintas dalam
pikirannya 2 dan seterusnya atau terlintas dalam benaknya ketiadaan. Tetapi jika kata
Ahad yang dialami yang dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan Yang Maha Esag Maha
Esa. Tidak akan terbayang kecuali yang “satu ini” (Shihab, 2018: 34-35)
Karena pentingnya tauhid dalam syariat islam maka ilmu akidah disebut juga
dengan ilmu tauhid. Penamaan ilmu akidah dengan ilmu tauhid ini mengingat Tauhid
adalah bagian paling penting dalam akidah, karena membahas ke-Esaan Allah di dalam
Dzat maupun sifat Nya dalam menciptakan Alam semesta, dan Allah adalah satu
satunya tempat kembali dan akhir segala tujuan. Inilah tujuan besar diutusnya Nabi
Muhammad SAW.
Tauhid atau meng-Esakan Allah adalah misi dari para Rasul, setiap rasul diutus
untuk menyeru kaumnya kepada tauhid. Hingga nabi Muhammad saw diutuspun esensi
dari ajaran islam yang dibawa Nabi Muhammad adalah tauhid. Tauhid sebagai esensi
dari islam mengandung arti bahwa setiap aktifitas manusia senantiasa berorientasikan
transcendental, mengharap ridho Allah semata. Dan sebagai pengalam keagamaan maka
tauhid menjadi inti dari aqidah islam (iman)
Di terangkan di atas bahwa tauhid adalah misi dari para Rasul, sehingga tauhid
juga merupakan landasan dari agama agama samawi, al-qur’an menjelaskan bahwa para
nabi dan rasul menyeru untuk meng-Esakan Allah, missal nya salam Q.S. al-A’raf (7):
59,65,73 dan 85. Serta masih banayak lagi lainnya. Al-qur’an dalam menerangkan
tentang tauhid dengan beberapa bentuk antara lain: Al-Qur’an mengabarkan tentang ke
Esaan Allah; al-qur’an menyeru untuk menyembah dan beribahadah hanya kepada
Allah semata; dalam al-Qur’an menerangka Perintah Allah (yang harus ditaati) juga
larangan-larangan Allah (yang harus dijauhi) serta kewajiban taat kepada Allah yang
hal ini adalah manifestasi dari nilai tauhid; serta dijelaskan didalam al-Qur’an balasan
bagi Ahli Tauhid maupun orang yang melenceng dari tauhid.
ilmu tauhid disebut juga dengan ilmu kalam, hal ini karena masalah yang paling
masyhur yang menjadi perbedaan pendapat di antara para ulama adalah permasalahan
tentang kallamullah apakah baru atau Kodim. Atau karena ilmu ini membangun
argumentasinya dengan dalil rasional akal.
Tujuan akhir dari ilmu tauhid adalah makrifatulloh dengan segala sifat-sifatnya
yang wajib dan mensucikan dari sifat-sifat yang mustahil bagi Allah serta membenarkan
para Utusan utusan Allah dengan penuh keyakinan yang dapat menentramkan jiwa yang
bersandar pada dalil tidak hanya sekedar taqlid.
Arti kata Rabb, merupakan bentuk infinitive (Masdar) dari kata Rabba
Yarubbu yang berarti, sesuatu yang tumbuh dari satu kedaan menuju keadaan yang
sempurna. Jadi pengertian Rabb adalah Allah menciptakan makhluk dengan Fitrah
Tauhid dan mengenal Tuhannya. QS. Ar-Rum: 30,
فحأَ ِّق ْم حو ْ حْج حك ِّل ذِِّل ِّين حح ِّني ًفا ۚ ِّف ْط حر حت أ ا َِّّلل أل ا ِِّت فح حط حر ألنا حاس عحلحْيْ حا ۚ حَل تح ْب ِّدي حل ِّل حخلْ ِّق أ ا َِّّلل ۚ حذَٰ ِّ حِل أ ذ َِّل ُين ألْقح ِّ ذ ُّي حول ح َٰ ِّك ان
َأ ْك ح حَث ألنا ِّاس حَل ي ح ْعلح ُم ح
ون
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui,
حوا ْذ َأخ ححذ حرب ُّ حك ِّم ۢن ب ح ِّ ِٓن حءا حد حم ِّمن ُظه ُِّور ِّ ِْه ُذ ذِّرياَتح ُ ْم حو َأ ْشهحدح ُ ِْه عح ح ى ٓل َأن ُف ِّسه ِّْم َأل ح ْس ُت ِّب ح ِّبرذ ُ ْك ۖ قحالُو ۟ا ب ح ح ىل ۛ حشهِّدْ َّنح ٓ ۛ َأن تح ُقولُو ۟ا
ِ
ِّ ُ ِّ ْ
ي ح ْو حم أل ِّق حي َٰ حمة اَّنا كناا حع ْن حه َٰ حذا غح َٰ ِّفل حي
ِ
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar
di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"
Pengakuan atas ke Esaan dan Rububiyah Allah adalah Fitrah manusia, dan
sebaliknya Syirik merupakan sesuatu yang baru (bukan fitrah Manusia). Jadi
seandainya Fitrah manusia ini tidak terpengaruh hal-hal yang menyimpang pasti
akan mengarah pada Tauhid sebagaimana ajaran yang dibawa Rasulullah, akan
tetapi karena Pendidikan dan lingkungan yang menyimpang dari ajaran islam
sehingga merubah arah fitrah manusia mengikuti Pendidikan atau lingkungannya.
Demikian disampaikan oleh Rasulullah SAW:
Allah juga pemberi rizki kepada setiap makhluk manusia atau lainnya QS
Hud 6,
ٌّ ُ ۚ حو حما ِّمن حدآب ا ٍة ِِّف أ ْ َل ْر ِّض ا اَل عح حل أ ا َِّّلل ِّر ْزقُهحا حوي ح ْع ح َُل ُم ْس حتقح ارهحا حو ُم ْس حت ْو حد حعهحا
ٍُك ِِّف ِّك حت َٰ ٍب ُّمبِّي
ِ
Artinya: Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan
serta meyakini bahwa Allah adalah raja dari segala raja yang mengatur alam
seluruhnya, maha kuasa atas segala sesuatu QS. Ali Imran 26-27.
b. Tauhid Uluhiyah
Arti kata ilah,yang terdiri dari tiga huruf Hamzah, lam dan ha’ dalam
mu’jam al-lughoh memiliki arti antara lain:
Dalam kaidah Bahasa arab kata yang memiliki materi (huruf yang
membentuknya) yang sama maka memiliki keterkaitan diantaranya. Begitu juga
dengan kata-kata di atas jika diamati memiliki keterikatan makna bahwa tuhan
adalah tempat kita merasa aman dan tentram untuk meminta pertolongan dan
perlindungan kepadaNya yang kita cintai, rindukan dan disembah. Maka makna
laailaha illallahu menganduk makna tersebut.
4. Sifat Allah
Salah satu bentuk perwujudan dari iman kepada Allah adalah percaya akan ke-
Esaan Allah dalam Asma’ dan SifatNya, yaitu bahwa tidak ada suatu apapun yang
menyerupai Allah baik dalam Wujud, Dzat maupun SifatNya.
Tabel.1
Sifat Wajib dan Mustahil bagi Allah Swt.
Sedangkan Sifat jaiz Allah Swt. berarti sifat kebebasan Allah Swt untuk berbuat
sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai kehendak-Nya yang mutlak dan tidak terikat
oleh apapun dan siapapun. Setiap orang beriman wajib mengimani sifat jaiz bagi Allah
Swt. Sifat jaiz bagi Allah Swt hanya satu, yaitu:
ُك ُم ْم ِّك ٍن حا ْو تح ْر ُك ُه
ِّف ْع ُل ُ ِّذ
(Allah Swt memiliki kuasa penuh) untuk melakukan (berbuat) segala sesuatu yang
mungkin dilakukan dan juga (memiliki kuasa penuh) untuk meninggalkannya.
Sifat jaiz bagi Allah Swt dijelaskan dalam salah satu firman-Nya, Q.S. al-
Qashash [28]: 68
ِّ ۡ حو حرب ُّ حك ح َۡيلُ ُق حما يحشح ا ٓ ُء حو ح َۡي حت ُ ُۗار حما حَك حن لحهُ ُم ألۡ ِّخ ح حري ُ ۚة ُس ۡب حح َٰ حن أ ا َِّّلل حوتح حع َٰ ح ىل ح اَعا ي
ُۡش ُك ح
٦٨ ون
“Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka
(manusia) tidak ada pilihan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka
persekutukan.”
Rangkuman
1. Akidah merupakan konsep keimanan yang menjadi dasar akidah islam, yang terkait
dengan dua aspek lainya yaitu Islam dan Ihsan, membentuk satu kesatuan utuh ajaran
agama islam. Maka makna Akidah adalah: sesuatu yang pertama kali harus diimani
dengan yakin oleh seorang mukmin dengan keyakinan yang pasti, ridho dan menerima
sepenuh hati serta merasa tenang dengan keyakinannya tersebut. Atau secara sederhana
aqidah islam adalah iman kepada Allah, malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul
Allah, Hari akhir serta qada’ dan qadar, yang kemudian dikenal dengan rukun Iman
2. Antara akidah dan akhlak memiliki hubungan yang saling terkait, yaitu bahawa akidah
sebagai dasar ajaran islam menjadi dasar sekaligus melahirkan akhlak islam, sebaliknya
menghiasi diri dengan akhlak islam akan mempertebal keimanan sebagai unsur akidah.
3. Iman kepada Allah meliputi pengakuan bahwa Allah adalah Tuhan yang wajib
disembah yang menciptakan dan mengatur alam semesta beserta isinya, tiada sekutu
dan bandingannya. Allah adalah satu satunya Tuhan yang berhak disembah, satu
satunya Tuhan yang mengatur alam semesta beserta isinya, tiada yang menyerupaiNya
suatu apapun termasuk dalam sifat dan asma’Nya inilah tauhid yang merupakan pokok
dari keimanan kepada Allah
Tugas
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 tentang Akidah dan Iman Kepada
Allah. agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 1,
buatlah peta konsep (mind map) ringkasan dari materi Kegiatan Belajar 1 sehingga lebih
mudah dipahami.
Tes Formatif
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
a. Menyatukan
b. Menunggalkan
c. Menetapkan
d. Menentukan
b. diterima hati
c. diikuti hati
d. diragukan hati
5. )180 وهلل األسماء الحسنى فادعوه بها وذروا الذين يلحدون في أسمائه سيجزون ماكانوا يعملون (األعراف
a. Rububiyah
b. Uluhiyah
c. Mulkiyah
d. Asma wa sifat
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Tingkat penguasaan materi = jumlah jawaban yang benar x 100%
jumlah soal
Arti tingkat penguasaan: 90 – 100% = baik sekali
80 – 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang
Jika telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul
selanjutnya. Namun jika masih kurang dari 80%, Anda dipersilakan mempelajari kembali
Kegiatan Belajar 1, terutama pada bagian yang kurang Anda kuasai.
Pokok-Pokok Materi
Uraian Materi
A. IMAN KEPADA MALAIKAT
1. Pengertian malaikat Allah
Kata ‘malaikat’ berasal dari kata malak, bentuk jamaknya adalah malaikah.
Kata malak memiliki arti ‘risalah’ atau ‘mengemban amanat’. Dari makna tersebut
malaikat berarti utusan Allah yang dengan patuh dan tunduk mengemban semua amanat
Allah yang diberikan kepadanya. Malaikat termasuk makhluk Allah yang bersifat ghaib
yang tercipta dari substansi cahaya dan ruh yang berfungsi dan bertugas sebagai
perantara antara Tuhan dan alam nyata. (sirait, 2013: 69) Hanya Allah yang dapat
mengetahui hakikat malaikat (QS. an-Naml (27): 65).
قُل اَل ي ح ْع ح َُل حمن ِِّف أ الس حم َٰ ح َٰو ِّت حوأ ْ َل ْر ِّض ألْغح ْي حب ا اَل أ ا َُّلل ۚ حو حما ي ْحش ُع ُر ح
ون َأ اَّي حن يُ ْب حعث ح
ُون
ِ
Artinya: Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui
perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan
dibangkitkan.
Dalam beberapa ayat Al Quran menggambarkan sifat dan tugas malaikat antara
lain: a. malaikat senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah, b. diantara Malaikat ada
yang bertugas menyampaikan wahyu, c. disebutkan juga bahwasanya malaikat
membantu dalam pertempuran, d. ada di antara malaikat yang menyampaikan berita
gembira terhadap orang beriman bahwasannya dia akan masuk surga, e. Malaikat akan
dating membantu orang yang sabar dan bertakwa, f. Malaikat Juga digambarkan
sebagai tantara yang tidak terlihat, g. Malaikat Juga disebutkan sebagai pengiring
manusia, dan lain sebagainya (Sirait, 2013:70-71)
Iman kepada malaikat adalah keyakinan yang kokoh bahwa Allah memiliki
malaikat yang diciptakan dari cahaya, tidak pernah berma’siat kepada Allah dan
senantiasa menjalankan perintah Allah, senantiasa bertasbih kepada Allah siang dan
malam tanpa berhenti. Tidak ada yang mengetahui jumlah pastinya kecuali Allah, yang
mengemban tugas yang berbeda beda.
Dari jumlah malaikat yang banyak tersebut ada sepuluh yang hendaknya
diketahui oleh seorang muslim beserta dengan tugas tugasnya. Adapun di antara tugas-
tugas malaikat adalah membagi rizki, menyampaikan wahyu, mencabut nyawa, dan lain
sebagainya. Ada sepuluh malaikat yang wajib kita ketahui dengan tugas-tugas
khususnya, yaitu:
1. Malaikat Jibril, tugasnya adalah menyampaikan wahyu kepada para Nabi.
2. Malaikat Mikail, tugasnya membagikan rezki.
3. Malaikat Israfil, tugasnya meniup terompet pada hari akhir sebagai tanda datangnya
qiyamat.
4. Malaikat Izrail, tugasnya mencabut nyawa.
5. Malaikat Raqib, tugasnya mencatat amal baik manusia.
6. Malaikat Atid, tugasnya mencatat amal buruk manusia.
7. Malaikat Munkar, tugasnya menanyai manusia di alam kubur.
8. Malaikat Nakir, tugasnya menanyai manusia di alam kubur.
9. Malaikat Malik atau Zabaniyah, tugasnya menjaga neraka.
10. Malaikat Ridwan, tugasnya menjaga surga.
ُك أ ٓ حم حن ِّاب ا َِّّلل حو حمال ِّئ حك ِّت ِّه حو ُك ُت ِّب ِّه حو ُر ُس ِّ ِّهل َل ن ُ حف ذ ِّر ُق ب ح ْ حي
ٌّ ُ ون ول ِّب حما ُأ ْن ِّز حل ال ح ْي ِّه ِّم ْن ح ِّرب ذ ِّه حوالْ ُم ْؤ ِّمنُ ح
ُ " أ ٓ حم حن االر ُس:وقال تعاىل
ِ
"َأ حح ٍد ِّم ْن ُر ُس ِّ ِّهل حوقحالُوا ح َِّس ْعنحا حو َأ حط ْعنحا غُ ْف حران ححك حربانحا حوال ح ْي حك الْ حم ِّص ُري
ِ
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami
tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-
Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa):
"Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali"
Karena iman kepada malaikat adalah kewajiban manusia maka barang siapa yang
mengingkarinya maka orang tersebut telah dholim bahkan bias menjadi kafir. Allah
berfirman dalam QS. An-Nisa (4) : 136
Ada dua bentuk iman kita kepada malaikat, yaitu iman kepada malaikat secara global
dan iman kepada malaikat secara terperinci.
Pertama, Iman kepada Malaikat secara global meliputi dua hal:
1. Mengakui wujud (adanya) malaikat, malaikat adalah salah satu makhluk dari
makhluk-makhluk Allah, Allah menciptakan malaikat untuk beribadah kepadaNya,
wujudnya adalah hakiki, ketidak mampuan kita melihatnya bukan berarti malaikat
tidak ada.
2. Posisi yang ditempati malaikat adalah semata-mata karena (kehendak) Allah,
malaikat memahami perintah Allah, Allah memuliakan Malaiakat, meninggikan
maqamnya dan mendekatkan malaikat kepadaNya, diantara mereka ada yang diutus
menyampaikan wahyu, mereka tidak memiliki kuasa kecuali atas kehendak allah.
Kedua, Iman kepada malaikat secara rinci, meliputi:
1. Iman kepada malaikat terkait dengan materi penciptaanya, bahwa malaikat
diciptakan dari cahaya.
2. Mengenai jumlahnya, kita percaya bahwa malaikat banyak jumlahnya dan tidak ada
yang mengetahui jumlah pastinya kecuali Allah.
3. Nama-namanya, kita wajib percaya dengan nama nama malaikat yang disebutkan
oleh allah dalam al-Qur’an atau yang dikhabarkan oleh Rasulullah saw.
4. Sifat sifat malaikat, bahwa malaikat diciptakan nyata memiliki jisim, bahwa
malaikat memiliki sayap, bahwa malaikat dapat menyerupai makhluk lain, bahwa
malaikat tidak butuh makan dan minum, malaikat bias meninggal, malaikat
beribadah kepada Allah. Dan diantara sifat ibadahnya adalah: terus menerus tanpa
putus, ikhlas, selalu taat dan tidak pernah maksiat, tawadhu’.
5. Kewajiban manusia kepada malaikat. Yang meliputi, yakin dan percaya kepada
malaikat, mencintai dan memuliakan malaikat, tidak mencaci malaikat, menyukai
apa yang disukai malaikat.
5. Hikmah Beriman kepada Malaikat Allah
Memperhatikan tugas-tugas malaikat seperti diuraikan di atas, ada beberapa
hikmah yang bisa dipetik dari beriman kepada malaikat. Tentunya kalian dapat
mendiskusikan dengan teman-teman kalian atau dengan siapa saja yang lebih tahu
tentang hal ini. Untuk membantu kalian dalam hal ini, akan dikemukakan beberapa
hikmah tersebut, yaitu:
1. Seseorang akan terhindar dari keragu-raguan tentang kitab suci yang diberikan
Allah Swt. kepada para nabi, karena diyakini bahwa semua itu berasal dari Allah
Swt.
2. Seseorang akan terhindar dari keputusasaan, karena para malaikat senantiasa
memberikan semangat dan dorongan kepadanya, baik dalam bentuk pemberian
rizki, rahmat, memohonkan ampunan, dan memberi kabar gembira.
3. Seseorang akan menjadi lebih berhati-hati dalam berbuat, karena ada malaikat yang
mencatat semua perbuatan yang dikerjakan.
B. IMAN KEPADA HARI AKHIR
1. Pengertian Iman Kepada Hari Akhir.
Satu diantara rukun iaman adalah iman kepada hari akhir, iman kepada hari akhir
merupakan aspek akidah dan terkait dengan iman kepaga yang Ghaib.
Yang dimaksud dengan Hari Akhir adalah Hari kiamat, hari dimana manusia
dibangkitkan dari kuburnya untuk dilakukan perhitungan amalnya dan diberikan
balasan perbuatannya, jika perbuatannya baik dibalas baik (pahala) jika perbuatannya
jelek dibalas jelek (dosa dan siksa) yang selanjutnya dari perhitungan amal tadi
ditentukan balasannya apakah surga atau neraka.
Oleh karena itu Iman kepada Hari Akhir ini setidaknya meliputi tiga aspek
penting yaitu: Al-Ba’tsu (Dibangkitkan dari kubur), Al-Hisab wal Jaza’ (Perhitungan
Amal dan Balasannya), serta Al-Jannah wa an-Nar (surge dan neraka). Hari akhir
disebut juga dengan hari kiamat atau Yaumul Ba’ats (hari Kebangkitan) Yaumul
Mahsyar yaitu (hari dikumpulkannya manusia dipadang Mahsyar) disebut juga Yaumul
Mizan (hari pertimbangan Amal) atau disebut juga Yaumul Hisab (hari perhitungan
amal hari akhir) disebut juga dengan Yaumul jaza (Hari pembalasan). (Sirait: 2013)
Orang yang tidak beriman seringkali bertanya adakah kehidupan setelah
kematian? ini adalah pertanyaan yang selalu timbul dalam pikiran manusia bahkan
inilah soal yang telah dicoba dipecahkan oleh manusia sejak dia pandai mempergunakan
akal pikirannya bukan saja dalam pemikiran agama tetapi juga dalam dalam pikiran
filsafat Adakah nyawa yang dipunyai seseorang akan hilang begitu tubuh manusia mati
dan masuk dalam kubur diskusi tentang hilangnya nyawa Bersama hilangnya tubuh atau
ke kanan nyawa adalah diskusi yang sangat tua dan sangat sulit kiranya mengkaji hal
ini Jika seseorang hanya menggunakan kekuatan piker Semata.
Di dalam al-quran ada 2 hal terkait dengan keimanan yang banyak dibahas yang
pertama adalah uraian tentang keesaan Allah serta pembuktian tentang keesaan Allah
tersebut yang kedua adalah uraian dan pembuktian tentang hari akhir bahkan tidak
jarang Alquran dan hadis nabi menyebut kedua hal tersebut untuk mewakili rukun rukun
iman lainnya dari sini Nampak sekali bahwa keimanan kepada Allah berkait kelindan
dengan keimanan kepada hari akhir dan memang keimanan kepada AllAh tidak
sempurna kecuali dengan keimanan kepada hari akhir Hal ini disebabkan keimanan
kepada AllAh menuntut amal perbuatan sedangkan amal perbuatan baru sempurna jika
motivasinya juga didasarkan dengan keyakinan tentang adanya hari kemudian karena
kesempurnaan ganjaran atau pahala dan balasannya hanya ditemukan di hari akhir.
maka dari ayat tersebut dijelaskan menurut Jamaluddin bahwa kehancuran total
Apa yang disebut dengan kiamat dimulai dengan berkontraksinya alam semesta kalimat
apabila matahari digulung menggambarkan saat alam semesta mulai mengerut sehingga
galaksi galaksi saling mendekat termasuk tata surya saling bertumbukan sehingga jatuh
menimpa satu sama lain alam semesta semakin mengecil hingga akhirnya kembali
menjadi satu kesatuan seperti awal penciptaannya yang dalam dunia sains dikenal
dengan sebutan Ikram atau keruntuhan besar sebagai kebalikan dari Big Bang yaitu
ledakan besar yang menjadi awal tercipta terciptanya alam semesta.
Dahsyatnya hari kiamat juga digambarkan dengan gunung-gunung yang
dihancurkan betapa mengerikan menggambarkan gunung dihancurkan sementara kita
melihat gunung Meletus saja sudah membawa akibat yang luar biasa sedangkan di hari
akhir nanti gunung-gunung tidak hanya satu tidak hanya Meletus tetapi dihancurkan
gunung yang menjadi pasak dari bumi dihancurkan sehingga bumi kehilangan
keseimbangan nya yang akhirnya ikut hancur karena ya itulah gambaran dahsyatnya
hari kiamat.
Kiamat yang digambarkan demikian Dahsyat ini berakibat pada musnahnya
seluruh makhluk. Di antara manusia yang ingkar dengan hari akhir mencoba
menyanggah kebenaran hari akhir sebagaimana yang difirmankan oleh Allah di dalam
surat Yasin 36 ayat 78-83
Artinya: Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya;
ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur
luluh?"
ٓ َأ حولحيْ حس أ ا ِّلى حخلح حق أ الس حم َٰ ح َٰو ِّت حوأ ْ َل ْر حض ِّبقح َٰ ِّد ٍر عح ح ى
ل َأن ح َْيلُ حق ِّمثْلحهُم ۚ ب ح ح ىل حوه حُو ألْ حخل ا َٰ ُق ألْ حع ِّل ُّي
Artinya: Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa
menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha
Pencipta lagi Maha Mengetahui.
ُ ان ا حما ٓ َأ ْم ُر ُهۥٓ ا حذا ٓ َأ حرا حد حش ْيـًٔا َأن ي ح ُقو حل حَلُۥ ُكن فح حي ُك
ون
ِ ِ
Artinya: Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah
berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.
Maka iman kepada hari akhir ini menjadi salah satu pembeda antara orang
mukmin dan orang yang tidak mukmin. Orang yang beriman yakin dengan kehidupan
setelah kematian.
Sebagaimana telah dibahas dalam pembahasan iman kepada malaikat, salah astu
malaikat Allah ada yang bertugas meniup sangkakala, tiupan pertama adalah sebagai
tanda kiamat dimana semua makhluk binasa. Sedangkan pada tiupan kedua manusia
yang telah meninggal dunia dibangkitkan dari kuburnya.
Aspek keimanan yang masuk dalam lingkup iman kepada Hari akhir yang
pertama adalah Al-Ba’tsu. dimaksud dengan Al-Ba’tsu adalah dibangkitkannya
manausia dari kematian di hari kiamat kelak.
Kebangkitan dari kematian pada hari kiamat kelak atau yang disebut dengan
Al ba’tsu, adalah benar adanya yang didasarkan dari dalil-dalil Alquran as-sunnah serta
ijma’ para ulama.
Para ulama bersepakat tentang kebenaran hari akhir juga kebangkitan manusia
dari kuburnya di hari akhir kelak.
Hal kedua yang terkait dengan iman kepada hari akhir adalah iman dengan
hisab dan jaza’, yaitu perhitungan amal perbuatan manusia dan pembalasan atas
perbuatan-perbuatan manusia. Hal ini juga benar adanya didasarkan pada dalil-dalil
dari Al-quran sunnah serta ijma’ para ulama.
Hal ketika yang juga berkaitan dengan iman kepada hari akhir adalah percaya
tentang adanya surga dan neraka sebagai tempat kembali yang abadi bagi makhluk.
Surga adalah tempat dari segala kenikmatan yang dijanjikan oleh Allah bagi
hamba-hambanya yang Mukmin yang bertaqwa yang beriman dengan segala sesuatu
yang wajib diimani serta senantiasa taat kepada Allah dan rasulnya ikhlas karena Allah
mengikuti Rasulullah di dalamnya ada bermacam-macam kenikmatan kenikmatan yang
belum pernah dilihat oleh mata belum pernah didengar oleh telinga bahkan belum
pernah terbersit dalam hati manusia.
Sedangkan Neraka adalah tempat yang berisi dengan siksa yang dijanjikan dan
disediakan Allah bagi orang-orang kafir orang-orang obrolin orang-orang yang
mengingkari Allah dan dan menentang Rasul Nya di dalamnya bermacam-macam siksa
siksa yang belum pernah terbesit dalam hati manusia.
Disamping tiga hal yang disebutkan di atas ada beberapa hal yang terkait
dengan iman dengan hari akhir yaitu iman dengan segala sesuatu yang terjadi setelah
mati diantaranya adalah:
1. fitnatul qobri atau fitnah kubur yaitu pertanyaan kepada mayit setelah dikuburkan
tentang siapa Tuhannya Apa agamanya dan siapa nabinya makalah menetapkan
bagi orang-orang yang beriman dapat menjawab pertanyaan tersebut dan
mengatakan Allah Tuhanku Islam agamaku dan Muhammad Shallallahu’alaihi
Wasallam nabiku sementara orang-orang yang dholim dan orang-orang kafir tidak
akan mampu menjawab atau menjawab tidak tahu sedangkan orang-orang munafik
menjawab tidak tahu aku pernah mendengar orang mengatakan sesuatu lalu aku
bunuh.
2. siksa dan nikmat kubur. Adapun siksa kubur diberikan atau untuk orang-orang
yang zalim orang-orang munafik dan orang-orang kafir. Sedangkan nikmat kubur
diberikan kepada orang-orang Mukmin.
Maka sesungguhnya iman kepada hri akhir ini meliputi iman kepada segala hal
yang akan terjadi kelak setelah manusia meninggal, bahwa ada kehudupan setelah
kematian dan ada urut-urutan kejadian di dalamnya. Urutannya dimulai dengan
kematian manusia.
1. Mati.
Kematian adalah fase pemisah antara kehidupan dunia dan akhirat. Kematian
adalah suatu yang pasti dan tidak dapat di hindari:
ْ{ُك ن ح ْف ٍس حذائِّقح ُة الْ حم ْو ِّت حوان ا حما ت حُوف ا ْو حن ُأ ُج حور ُ ُْك ي ح ْو حم الْ ِّق حيا حم ِّة فح حم ْن ُز ْح ِّز حح حع ِّن النا ِّار حو ُأ ْد ِّخ حل الْ حجنا حة فحقحد
ُّ ُ :قال تعاىل
ِ
.]185 :فح حاز حو حما الْ حح حيا ُة اَلُّ نْ حيا ا اَل حمتحا ُع الْغ ُُر ِّور} [أٓل َعران
ِ
Mati adalah berpisahnya Ruh dari raga, berpisahnya anak dari orang tua dan dunia
yang fana ini.
2. Kubur
Setelah manusia meninggal maka dikuburkan, dimpat yang sempit dan gelap gulita.
Di dalam kubur orang yang meninggal akan ditanya sebagaimana telah diterangkan
pada pembahasan sebelumnya, juga didalam kubur ada nikmat qubur bagi orang
mukmin yang beramal sholeh, sebaliknya orang yang kafir akan mendapatkan siksa
qubur.
3. Al-Ba’tsu wal Hasyru (Dibangkitkan dan dikumpulkan)
Telah diterangkan sebelumnya iman kepada hari akhir di dalamnya meliputi pula
kayakinan tentang kebangkitan kembali. Yakni setelah kiamat terjadi maka
manusia akan dibangkitkan (dihidupkan) kembali inilah yang disebut al-Ba’tsu.
Kemudian dikumpulkan di padang mahsyar dalam keadaan seperti ketika
dilahirkan, tanpa pakaian tanpa alas kaki. Inilah al-hasyru.
اَّلل ُ اُث ن ُ ِّفخح ِّفي ِّه ُأخ حْرى
ُ الس حم حاو ِّات حو حم ْن ِِّف ْ َال ْر ِّض ا اَل حم ْن حش حاء ا
الص ِّور فح حص ِّع حق حم ْن ِِّف ا ُّ ح{ون ُ ِّفخح ِِّف:قال تعاىل
ِ
.]68 :ون} [الزمر فحا حذا ُ ِْه ِّق حيام ي ح ْن ُظ ُر ح
ِ
ُك ُم ْر ِّض حع ٍة ح اَعا { حَّي َأُيُّ حا النا ُاس ات ا ُقوا حربا ُ ْك ِا ان حزلْ حز ح حَل ا:قال تعاىل
ْ الساعح ِّة ح
ُّ ُ َشء حع ِّظّي * ي ح ْو حم تح حر ْوَنح حا ت ْحذه ُحل
}اَّلل حش ِّديد ِّ ُك حذ ِّات ح َْح ٍل ح َْحلحهحا حوتح حرى النا حاس ُس حَك حرى حو حما ُ ِْه ب ُِّس حَك حرى حولح ِّك ان عح حذ حاب ا ُّ ُ َأ ْرضح حع ْت حوتحضح ُع
.]2 ،1 :[احلج
4. Al Hisab (Perhitungan Amal)
Setelah dikumpulkan maka dilakukan perhitungan amal dan pembalasan semua
perbuatan manusia selama di dunia, serta diserahkan buku catatan amalnya.
(sebagaimana keyakinan umat islam bahwa ada malaikat yang ditugaskan
mencatat amal perbuatan manusia yaitu rokib dan atit), kemudian ditimbang
perbuatannya mana yang lebih berat pahala atau dosanya (mizan). kemudian
diberikan balasan sesuai dengan perbuatannya jika amalnya sholeh dibalas
demham surga, dan jika amalnya buruk di lemparkan ke neraka.
ون حَّي حويْلح حتنحا حمالِّ ه ححذا الْ ِّكتح ِّاب حَل يُغحا ِّد ُر ُ ح{و ُو ِّض حع ْال ِّكتح:قال تعاىل
اب فح ح حَتى الْ ُم ْج ِّر ِّم حي ُم ْش ِّف ِّق حي ِّم اما ِّفي ِّه حوي ح ُقولُ ح
.]49 :اَضا حو حَل ي ح ْظ ِّ َُل حرب ُّ حك َأ ححدً ا} [الكهف ً ِّ حص ِّغ حري ًة حو حَل حكب حِّري ًة ا اَل َأ ْح حصاهحا حو حو حجدُ وا حما ح َِّعلُوا حح
ِ
ح{ون حضح ُع الْ حم حو ِّاز حين الْ ِّق ْسطح ِّل حي ْو ِّم الْ ِّق حيا حم ِّة فح حال ت ُْظ ح َُل ن ح ْفس حشيْئًا حوا ْن حَك حن ِّمثْقحا حل ححبا ٍة ِّم ْن خ ْحر حدلٍ َأتحيْنحا:قال تعاىل
ِ
.]47 :ِبِّ حا حو حك حفى ِّبنحا حح ِّاس ب حِّي} [ا ألنبياء
{فح حو حرب ذ حِّك لحن ح ْسأَلحَّنا ُ ْم َأ ْ حْج ِّع حي * ح اَعا حَكنُوا ي ح ْع حملُ ح:قال تعاىل
.]93 ،92 :ون} [احلجر
Gambaran alur perjalan hidup manusia hingga kelak sampai di surge atau neraka
dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Gambar.1
Tahapan perjalan hidup manusia
Sumber: https://mentari9.files.wordpress.com/2017/09/kehidupan-dunia_akhirat_agunkzscreamo-blog.jpg
Artinya: Dan mereka berkata: “Apakah bila kami telah menjadi tulang-belulang dan
benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali
sebagai makhluk yang baru?” Katakanlah: “Jadilah kamu sekalian batu atau besi, atau
suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiranmu”. Maka
mereka akan bertanya: “Siapa yang akan menghidupkan kami kembali?” Katakanlah:
“Yang telah menciptakan kamu pada kali yang pertama”. Lalu mereka akan
menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata: “Kapan itu (akan
terjadi)?” Katakanlah: “Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat”,yaitu pada hari
Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhiNya sambil memujiNya dan kamu mengira,
bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja.[al Isra`/17:49-52].
Adapun bantahan secara indrawi kepada orang yang mendustakan kehidupan setelah
kematian adalah apa yang disampaikan oleh Allah di dalam Al-quran Bagaimana Allah
memperlihatkan kepada hamba-hambaNya bagaimana Allah menghidupkan kembal
yang sudah mati di dalam dunia ini. contohnya di dalam surat al-baqarah ada beberapa
ayat yang menunjukkan tentang hal tersebut.
Yang pertama, adalah kisah kaumnya Nabi Musa ketika mereka berkata kepada
Nabi Musa kami tidak percaya kepadamu sehingga kami bisa melihat Allah secara nyata
dengan kasat mata makalah mematikan Mereka kemudian menghidupkannya kembali
hal ini diceritakan oleh Allah di dalam al-quran:
Artinya: “Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu
bersyukur.” (QS:Al-Baqarah : 56).
Dan masih banyak lagi ayat-ayat Alquran yang menjelaskan tentang kebenaran
hari akhir Bahwasanya Allah kuasa untuk menghidupkan yang telah mati seperti kisah
orang yang terbunuh yang menjadi sebab perselisihan Bani Israil yang kemudian Allah
memerintahkan untuk menyembelih seekor sapi maka mereka memukulkan dengan
sebagian dari sapi itu agar orang yang meninggal itu hidup kembali dan mengabarkan
Siapa yang membunuhnya hal ini termuat di dalam al-quran:
نُت تح ْك ُت ُم ح
ون ْ ُ حوا ْذ قحتحلْ ُ ُْت ن ح ْف ًسا فحأ اد َٰ ح َٰ أر ْء ُ ُْت ِّفْيحا ۖ حوأ ا َُّلل ُم ْخ ِّرج اما ُك
ِ
Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh
menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu
sembunyikan.
(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku
kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus.
Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah
dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil,
dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa
burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi
burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) di waktu kamu
menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang
berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan
orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku
menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu
mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang
kafir diantara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata".
Rangkuman
1. Iman Kepada malaikat berarti kalian harus mengakui wujud malaikat, meskipun tidak
dapat melihatnya. Malaikat memiliki wujud, bukan maya (bayangan semu), bukan ilusi
(angan-angan), dan bukan pula sesuatu yang menyatu dalam diri manusia. Mengimani
malaikat juga berarti mengakui keberadaan malaikat yang selalu taat kepada Allah dan
melaksanakan semua perintah-perintah-Nya dan tidak pernah membangkang atau
durhaka kepada Allah. Dengan demikian, mengimani malaikat Allah berarti meyakini
dengan sepenuh hati bahwa Allah telah menciptakan salah satu makhluk-Nya yang
bernama malaikat yang memiliki sifat-sifat tertentu dan tugas-tugas tertentu
2. Iman kepada hari akhir meliputi makna bahwa di suatu saat nanti Allah akan
menciptakan suatu masa yang disebut hari kiamat dan itu menjadi keyakinan yang
dipegang Teguh. Hari kiamat adalah hari dibangkitkannya manusia dari alam kubur
untuk mempertanggung jawabkan seluruh amal perbuatannya di hadapan Allah
Tugas
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 2 tentang Iman Kepada Malaikat allah
dan Iman Kepada Hari Akhir. Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada
Kegiatan Belajar 2, baca ulang dengan cermat serta pahami dengan baik, lalu ambillah poin-
poin pentingnya dan susun dalam bentuk power point yang efektif dan menarik.
Tes Formatif
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Perhatikan nama-nama malaikat dan tugasnya dibawah ini :
1. Jibril 2. Izrail 3. Israfil 4. Mikail
a. mencabut nyawa semua makhluk yang hidup
b. meniup sangkakala pada tiga peristiwa
c. menyampaikan wahyu kepada para rasul-Nya
d. mengatur pembagian rizki kepada semua mahluk-Nya
Hubungan yang benar ditunjukkan oleh nomor :
a. 4a
b. 3a
c. 2a
d. 1a
c. 3
d. 4
3. Berikut ini yang tidak termasuk dalam peristiwa-peristiwa pada hari akhir adalah
a. Wahyu
b. Shirath
c. Mahsyar
d. Neraka
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Tingkat penguasaan materi = jumlah jawaban yang benar x 100%
jumlah soal
Pokok-Pokok Materi
Uraian Materi
A. IMAN KEPADA KITAB ALLAH
1. Pengertian Iman Kepada Kitab Allah
a. Arti Kitab
Kitab dalam Bahasa Arab dengan bentuk Pluralnya Kutub, merupakan bentuk
mustaq dari kata kerja “kataba” yang memiliki arti “ dhomma syaiu ba’duhu ila
ba’din. (menumpulkan sesuatu sebagian dengan bagian yang lain)
Yang dimaksud dengan kitab dalam pembahasan iman kepada Kitab Allah adalah
yang mendekati makna aslinya, sehingga iman kepada kitab diartkan iman dengan
segala sesuatu sesuatu yang dikumpulkan (dihimpun ) dalam Kitab yang diturunkan
Allah kepada para NabiNya. (al-juhny, 1433: 8)
Akan tetapi kadang yang dimaksud dengan kitab adalah segala sesuatu yang
diturunkan Allah berupa wahyu kepada utusannya baik dikumpulkan dalam Kitab
maupun tidak. (Al-Juhny, 1433)
Gaya bahasa Al-Qur’an dalam menerangkan Tentang Kitab Kitan Allah:
1. Allah menyebut dengan Al-Kutub, (maknanya telah kita bahas di atas) seperti
didalam ayat: berikut
ُك أ ٓ حم حن ِّاب ا َِّّلل حو حم حالئِّ حك ِّت ِّه حو ُك ُت ِّب ِّه حو ُر ُس ِّ ِّهل حَل ن ُ حف ذ ِّر ُق ب ح ْ حي َأ حح ٍد ول ِّب حما ُأنْ ِّز حل ال ح ْي ِّه ِّم ْن ح ِّرب ذ ِّه حوالْ ُم ْؤ ِّمنُ ح
ٌّ ُ ۚ ون ُ أ ٓ حم حن االر ُس
ِ
ِّم ْن ُر ُس ِّ ِّهل ۚ حوقحالُوا ح َِّس ْعنحا حو َأ حط ْعنحا ۖ غُ ْف حران ححك حربانحا حوال ح ْي حك الْ حم ِّصري
ِ
2. Allah Menyebutnya juga dengan Al-Kitab, yang memiliki arti sama dengan
kutub,
حول ح َٰ ِّك ان ألْ ِّ اِب حم ْن حءا حم حن بِّأ ا َِّّلل حوألْ حي ْو ِّم أ ْل حءا ِّخ ِّر حوألْ حملح َٰ ٓ ِّئكح ِّة حوألْ ِّكتح َٰ ِّب حوألنا ِّب ِّي ذ حي
3. Disebut juga “Az-Zubur” dan zabur. Az-Zubur merupakan bentuk plural dari
kata zabur, seperti dalam Q.S. As-Syuara ayat 196, dan al-Anbiya 105:
حواناهُۥ ل ح ِّفى ُ بزُ ِّر أ ْ َل او ِّل حي
ِ
حولحقحدْ حك حت ْبنحا ِِّف أ الزبُ ِّور ِّم ۢن ب ح ْع ِّد أ ذِّل ْك ِّر َأ ان أ ْ َل ْر حض يح ِّرُثُ حا ِّع حبا ِّد حى أ الص َٰ ِّل ُح ح
ون
Dalam dua ayat di atas mengandung arti pada kitab kitab terdahulu.
4. Disebut dengan “Suhuf” seperti dalam Q.S. Thaha ayat 133
حوقحالُو ۟ا ل ح ْو حَل يحأْ ِّتينحا ِّبـَاي ح ٍة ِّ ذمن ا ِّرب ذ ِّهۦٓ ۚ َأ حول ح ْم تحأِْتِّ ِّ م ب ح ِّي ذنح ُة حما ِِّف أ ُّلص ُح ِّف أ ْ ُل ح ى
وىل
Iman kepada kitab-kitab Allah maksudnya kita harus yakin dan percaya sepenuh
hati tentang adanya kitab Allah yang diturunkan kepada umat manusia lewat para Rasul.
Ada 4 kitab yang wajib kita percayai, yakni:
1. Kitab Taurat yang diturunkan kepada umat manusia melalui Nabi Musa a.s.
2. Zabur yang diturunkan kepada umat manusia melalui Nabi Daud a.s.
3. Injil yang diturunkan kepada umat manusia melalui Nabi Musa.
4. Qur’an yang diturunkan kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad saw.
Dalam al-Qur’an disebutkan:
ُۗحا ى ذ َُّلل حَل ٓ ِّا ى حَل ِّا اَل ه حُو الْ حح ُّي الْقحيُّ ْو ُم
نح از حل عحلح ْي حك الْ ِّك ىت حب ِّابلْ حح ذ ِّق ُم حص ذِّدقًا ِّل ذ حما ب ح ْ حي يحدح يْ ِّه حو حا ْن حز حل التا ْو ىرى حة حو ْ ِّاَل ْ ِّجن ْي حۙل
Allah, tidak ada Tuhan selain Dia; Yang Maha hidup Yang terus menerus
mengurus makhluk-Nya. Dia menurunkan kitab al-Quran kepadamu Muhammad, yang
mengandung kebenaran, membenarkan kitab-kitab sebelumnya dan menurunkan Taurat
dan Injil. (QS Ali Imran: 2-3)
وَس وب حو ْ َال ْس حب ِّاط حو حما ُأ ِّ ح
وِت ُم ح قُولُوا حأ ٓ حمناا ِّاب ا َِّّلل حو حما ُأنْ ِّز حل ال ح ْينحا حو حما ُأنْ ِّز حل ا حىل ا ْب حرا ِّه حّي حوا ْ حَسا ِّعي حل حوا ِْس ححاق حوي ح ْع ُق ح
ِ ِ ِ ِ ِ
136 :ون (سورة البقرة ون ِّم ْن حر ِّ ذ ِِّب ْم حَل ن ُ حف ذ ِّر ُق ب ح ْ حي َأ حح ٍد ِّمَّنْ ُ ْم حو ح َْن ُن ح َُل ُم ْس ِّل ُم ح حو ِّع حيِس حو حما ُأ ِّ ح
وِت النا ِّبيُّ ح
Katakanlah (Muhammad): “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang
diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma;il, Ishak, Ya’kub
dan anak cucunya dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para Nabi dari Tuhan
mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-
Nya kami berserah diri”. (QS al-Baqarah: 136).
Al-Qur’an adalah kitab Allah yang terakhir diturunkan. Tidak ada lagi wahyu
yang datang kemudian. Ini artinya, semua permasalahan yang terkait dengan kehidupan
manusia sebenarnya bisa dipecahkan dengan mempelajari makna-makna ayat-ayat al-
Qur’an secara mendalam.
Peristiwa turunnya al-Qur’an atau wahyu yang pertama disebut Nuzulul Qur’an.
Peristiwa itu terjadi pada malam 17 ramadhan tahun ke-40 dari kelahian Nabi Muhammad
atau bertepatan dengan 6 Agustus 610 M. Wahyu pertama turun melalui Malaikat Jibril
di Gua Hira yang terletak di Jabal Nur, kota Makkah. Wahyu pertama yang turun adalah
surat al-‘Alaq ayat 1-5,
) الَّ اذي َعلَّ َم اِبلْ َقلَام3( ك ْاْلَ ْكَرُم ) َخلَ َق ْا1( ك الَّ اذي َخلَ َق
َ ُّ) اقْ َرأْ َوَرب2( اْلنْ َسا َن ام ْن َعلَ ٍق َ اقْ َرأْ اِب ْس ام َربا
) َعلَّم ْا4(
)5( اْلنْ َسا َن َما ََلْ يَ ْعلَ ْم َ
artinya: Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Maha
Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.
Wahyu yang terakhir diturunkan adalah ketika nabi Muhammad saw sedang
melaksanakan haji wada’, yakni ayat yang ditemukan dalam surat al-Maidah ayat 3
اْل ْس ٰل َم ادينًا
يت لَ ُكم ْا ا ا
ُ ُ ت َعلَْي ُك ْم ن ْع َم اِت َوَرض
ا
ُ الْيَ ْوَم أَ ْك َم ْل
ُ ت لَ ُك ْم دينَ ُك ْم َوأَْْتَ ْم
Artinya: …pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agama kamu dan
telah Ku-cukupkan kepada mu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridoi Islam itu menjadi agama
bagimu.
Hukum beriman kepada Kitab Allah adalah Wajib, bahkan sangat diwajibkan
karena mengingkarinya bisa merusak keimanan.
Dasar dasar iman kepada kitab Allah dapat kita pahami dari firman Allah dalam
al-Qur’an dengan beberapa bentuknya, antara lain:
1. Allah mengabarkan Bahwa Allah telah menurunkan Kitab kepada UtusanNya. QS. Al
Baqarah (1): 213
ۡش حين حو ُمن ِّذ ِّر حين حو َأ حنز حل حم حعهُ ُم ألْ ِّكتح َٰ حب بِّألْ حح ذ ِّق
ِّ حَك حن ألنا ُاس ُأ ام ًة ح َٰو ِّحدح ًة فح حب حع حث أ ا َُّلل ألنا ِّ ِّ ذِب حۦن ُمبح ِّ ذ
2. Perintah langsung agar beriman kepada Kitab Allah, QS. An-Nisa (4): 136
وَلۦ حوألْ ِّكتح َٰ ِّب أ ا ِّل ٓى َأ حنز حل ِّمن قح ْب ُل
ِّ ِّ وَلۦ حوألْ ِّكتح َٰ ِّب أ ا ِّلى نح از حل عح ح ىل حر ُس
ِّ ِّ ي ح َٰ ٓأَُيُّ حا أ ا ِّل حين حءا حمنُ ٓو ۟ا حءا ِّمنُو ۟ا بِّأ ا َِّّلل حو حر ُس
3. Allah memberitahukan bahwa iman kepada Kitab Allah adalah kebaikan QS. Al-
Baqarah (2): 177
ۡش ِّق حوألْ حم ْغ ِّر ِّب حول ح َٰ ِّك ان ألْ ِّ اِب حم ْن حءا حم حن بِّأ ا َِّّلل حوألْ حي ْو ِّم أل ٓ ِّخ ِّر حوألْ حملح َٰ ٓ ِّئ حك ِّة حوألْ ِّكتح َٰ ِّب
ِّ ْ لايْ حس ألْ ِّ اِب َأن ت حُولُّو ۟ا ُو ُجوه ُ ْحك ِّق حب حل ألْ حم
.....حوألنا ِّب ِّي ذ حي
4. Allah memberitahukan bahwa Nabi dan Orang mukmin beriman kepada Kitab Allah.
QS. Al-Baqarah (2): 285
ُك حءا حم حن بِّأ ا َِّّلل حو حملح َٰ ٓ ِّئ حك ِّت ِّهۦ حو ُك ُت ِّب ِّهۦ حو ُر ُس ِّ ِّهلۦ حَل ن ُ حف ذ ِّر ُق ب ح ْ حي َأ حح ٍد ِّ ذمن ول ِّب حما ٓ ُأن ِّز حل ال ح ْي ِّه ِّمن ا ِّرب ذ ِّهۦ حوألْ ُم ْؤ ِّمنُ ح
ٌّ ُ ۚ ون ُ حءا حم حن أ الر ُس
ِ
ُّر ُس ِّ ِّهلۦ ۚ حوقحالُو ۟ا ح َِّس ْعنحا حو َأ حط ْعنحا ۖ غُ ْف حران ححك حربانحا حوال ح ْي حك ألْ حم ِّص ُري
ِ
5. Allah menegaskan bahwa ingkar kepada Kitab Adalah kesesatan yang Nyata QS. An-
Nisa (4): 136
أ ا ِّل حين حك اذبُو ۟ا بِّألْ ِّكتح َٰ ِّب حو ِّب حما ٓ َأ ْر حسلْنحا ِّب ِّهۦ ُر ُسلحنحا ۖ فح حس ْو حف ي ح ْعلح ُم ح
ون
ا ِّذ أ ْ َلغْلح َٰ ُل ِّ ِٓف َأ ْعنح َٰ ِّقه ِّْم حوأ السلح َٰ ِّس ُل ي ُْس حح ُب ح
ون
ِ
ونِِّف ألْ حح ِّم ِّّي ُ اُث ِِّف ألنا ِّار ي ُْس حج ُر ح
Hikmah Diturunkanya Al-Kitab:
1. Menjadi Hujjah bagi Makhluk
2. Menunjukkan kembali kepada Tauhid bila menyimpang darinya
3. Menghukumi dengan dengan adil berdasar apa yang ada dalam Al-Kitab
4. Meneguhkan dan bukti kebenaran Risalah.
Bagaimana keyakinan seorang muslim terhadap kitab Taurat dan Injil yang ada
sekarang?
Sebagaimana menjadi keyakinan umat islam dan dijelaskan pula dalam al-Qur’an
bahwa orang yahudi dan nashrani telah merubah sebagian dari isi Taurat dan Injil.
Seperti dalam QS. An-Nisa’ (4): 46
ون ح َِّس ْعنحا حو حع حص ْينحا حوأ ْ حَس ْع غح ْ حري ُم ْس حمع ٍ حو ح َٰر ِّعنحا ل ح ۢيًّا ِّبأَلْ ِّسنحَتِّ ِّ ْم حو حط ْعنًا ون ألْ ح ِّك حم حعن ام حو ِّاض ِّع ِّهۦ حوي ح ُقولُ ح ِّ ذم حن أ ا ِّل حين هحا ُدو ۟ا ُ حي ذ ِّرفُ ح
ون ا اَل ِِّف أ ذ َِّل ِّين ۚ حول ح ْو َأَنا ُ ْم قحالُو ۟ا ح َِّس ْعنحا حو َأ حط ْعنحا حوأ ْ حَس ْع حوأ ُنظ ْرَّنح لح حَك حن خ ْ ًحريا ل اه ُْم حو َأ ْق حو حم حول ح َٰ ِّكن ل ا حعَّنح ُ ُم أ ا َُّلل ِّب ُك ْف ِّر ِّ ِْه فح حال يُ ْؤ ِّمنُ ح
ِ
قح ِّل ًيال
Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka
berkata: "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka
mengatakan pula): "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa.
Dan (mereka mengatakan): "Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela
agama. Sekiranya mereka mengatakan: "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah,
dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi
Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman
yang sangat tipis.
حوا ان ِّمَّنْ ُ ْم ل ح حف ِّريقًا يحلْ ُو حۥن َألْ ِّسنحَتح ُم بِّألْ ِّكتح َٰ ِّب ِّلتح ْح حس ُبو ُه ِّم حن ألْ ِّكتح َٰ ِّب حو حما ه حُو ِّم حن ألْ ِّكتح َٰ ِّب حوي ح ُقولُ ح
ون ه حُو ِّم ْن ِّعن ِّد أ ا َِّّلل حو حما
ِ
ون ْ
ون عح حل أ ا َِّّلل أل حك ِّذ حب حو ُ ِْه ي ح ْعلح ُم ح ه حُو ِّم ْن ِّعن ِّد أ ا َِّّلل حوي ح ُقولُ ح
Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca
Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal
ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi
Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang
mereka mengetahui.
Dari ayat ayat di atas dapat kita Tarik kesimpulan bahwa mereka (orang Yahudi
dan Nasrani) telah melakukan perubahan dalam Taurat dan Injil, namun dalam al-
Qur’an tidak dijelaskan dimana perubahannya. Maka sikap kita adalah sebagaimana
diajarkan oleh Rasulullah dalam menanggapi perkataan orang Yahudi dan Nasrani,
yaitu tidak membenarkan dan tidak mendustakan tetapi mengatakan “Aku beriman
kepada Allah dan Apa (Kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan
kepada kalian”
أٓمنا ابهلل وما أأن زل الينا وما: وقولوا،َل تصدقوا أأهل الكتاب وَل تكذبوِه: « قال رسول للا صل للا عليه وسَل
» وهذا احلديث اتفرد به البخاري. وَنن َل مسلمون، والهنا والهك واحد،أأن زل اليك
Rasulullah saw. Bersabda: jangan membenarkan ahli kitab dan jangan mendustakannya
dan ucapkanlah: Kami beriman kepada Allah dan apa (Kitab) yang diturunkan kepada
kami dan apa (kitab) yang diturunkan kepada kalian, dan tuhan kami dan tuhan kalian
satu, dan kami kepadanya berserah diri (HR. Bukhari).
Demikian ini adalah bentuk kehati-hatian untuk menjaga keimanan kita, sehingga
seandainya yang disampaikan oleh ahlul kitab dati kitab mereka itu benar sebagaimana
yang diturunkan Allah kita tidak mendustakannya, dan sebaliknya jika salah dan tidak
sesuai dengan yang diturunkan Allah maka kita tidak termasuk membenarkannya.
2. Mukjizat Nabi Ibrahim a.s. yaitu tidak bisa hangus dalam api ketika dibakar oleh Raja
Namrud.
3. Mukjizat Nabi Musa a.s. yaitu tongkatnya dapat berubah menjadi ular besar dan dapat
membelah Laut Merah menjadi jalan.
4. Mukjizat Nabi ‘Isa a.s. yaitu dapat membuat burung hidup dari tanah, dapat
menghidupkan orang mati walaupun sebentar dan dapat meyembuhkan beberapa
penyakit yang sulit disembuhkan waktu itu.
5. Mukjizat Nabi Muhammad yaitu dapat membelah bulan tampak menjadi dua, jari-jari
tangannya yang bisa memancarkan air untuk menghilangkan haus dahaga sahabat-
sahabatnya, serta al-Qur’an yang merupakan kitab suci yang paling lengkap,
menyeluruh dan asli sepanjang masa.
Ajaran seluruh para nabi itu sama, yakni mengajak manusia untuk beriman kepada
Allah, melakukan kebajikan terhadap makhluk Allah serta punya kewajiban
melindunginya. Kendati kitab-kitab itu bentuk tulisannya berbeda, dan diturukan kepada
nabi dan tempat yang berbeda pula, tetapi isinya sama, karena turun dari Allah, Tuhan
yang satu.
Dan sungguh Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat (untuk
menyerukan) “Sembahlah Allah dan jauhulah taghut Kemudian di antara mereka ada
yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka
berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahn orang yang
mendustakan rasu-rasul itu. (QS an-Nahl: 36).
Ajakan beriman oleh para Rasul itu, pada dasarnya sama dengan ajakan iman secara
umum, yakni diawali dengan peng-esaan Tuhan dan hanya kepada-Nya semua manusia
menyembah dan minta pertolongan. Dalam pembelajaran iman kepada semua rasul
Tuhan, seharusnya seorang guru sedikit banyaknya harus pula mempelajari dan
menyampaikan tentang ajaran pada rasul itu. Pada umumnya, seorang guru yang
mengajarkan mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam misalnya, memulai lakonnya dari
sejarah Nabi Muhammad. Padahal, ajaran yang dibawa Nabi Muhammad itu sebenarnya
kelanjutan dari tradisi atau ajaran yang dibawa nabi sebelumnya. Jadi, dengan demikian
sebaiknya seorang guru tidak langsung meninggalkan untuk mempelajari sejarah agama
atau keimanan terdahulu, setelah itu baru masuk kepada menjelaskan tentang Nabi
Muhammad beserta ajaran yang dibawanya.
Mu’jizat Rasul
Salah satu khususiyah dari Rasul adalah dengan diberikannya Mu’jizat. Mu’jizat
didefinisikan sebagai perkara yang diluar kebiasaan akal sehat manusia yang khusus
diberikan kepada seorang Rasul sebagai bukti risalahnya. Maka percaya kepada rasul juga
berarti percaya adanya mu’jizat yang diberikan Allah kepada UtusanNya.
Daftar nama rasul dan mu’jizatnya:
NO. NAMA RASUL MU’JIZAT
Tugas-Tugas Rasul
Diantara tugas-tugar Rasul adalah:
1. Menyampaikan Risalah (wahyu)
2. Da’wah (menyeru) untuk beribadah dan menyembah kepada Allah
3. Memberi kabar gembira (bagi orang yang beriman) dan memberi peringatan (bagi
orang yang ingkar)
4. Memperbaiki jiwa dan membersihkannya (mensucikannya)
5. Meluruskan pikiran dan akidah yang menyimpang dan sesat
6. Memberikan Hujjah
7. Mengatur dan memimpin umat
Rangkuman
1. Hukum beriman kepada Kitab Allah adalah Wajib, bahkan sangat diwajibkan karena
mengingkarinya bisa merusak keimanan., Iman kepada kitab-kitab Allah maksudnya kita
harus yakin dan percaya sepenuh hati tentang adanya kitab Allah yang diturunkan kepada
umat manusia lewat para Rasul. Seorang mukmin yang beriman dan meyakini kebenaran kitab
Allah hendaknya pada diri mereka ada dua hal: Mengamalkan apa yang ada dalam Kitab Allah.
Dan Mengagungkanya. Dalam hal ini meliputi; khusyu’, khudu’ dan Buka’ (menangis) ketika
membaca dan mendengarkannya.
2. Rasul adalah manusia biasa yang memperoleh wahyu dari Allah SWT dan wajib
menyampaikan kepada ummatnya. Jadi perbedaan antara nabi dengan rasul terletak pada
wajib/tidaknya menyampaikan wahyu yang diterima kepada ummatnya; Iman kepada
Rasul artinya kita wajib percaya bahwa utusan Allah itu ada dan mereka semua adalah
manusia pilihan Allah. Para Rasul tersebut membawa pesan-pesan kebenaran dari Allah
untuk disampaikan kepada umatnya. Kewajiban iman kepada rasul juga dapat dipahami
sebagai
Tugas
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 3 tentang Memahami dan menghayati
Iman Kepada Kitab dan Rasul Allah. Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat
pada Kegiatan Belajar 3, buatlah peta konsep yang menjelaskan tentaang hakikat Iman kepada
Kitab dan Rasul Allah
Tes Formatif
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Orang yang diberi wahyu dan tidak wajib menyampaikan kepada ummatnya disebut ......
a. Nabi
b. Rasul
c. Malaikat
d. Sahabat
2. Salah satu bentuk kita mengagungkan al-qur’an (sebagai Kitab Allah) adalah...
a. Menyimpannya di tempat yang indah
b. Membaca dan mendengarkannya dengan khusyu’ dan khudu’
c. Membawa nya kemanapun kita pergi
d. Melagukan dalam membacanya
3. Suatu kemampuan yang luar biasa yang tidak dapat ditiru oleh manusia dan terjadi atas ijin
Allah SWT, disebut ......
a. karamah
b. maunah
c. mu’jizat
d. hidayah
4. Sedangkan orang yang diberi wahyu dan wajib menyampaikan kepada ummatnya disebut ......
a. Nabi
b. Rasul
c. Malaikat
d. Wali
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.
Tingkat penguasaan materi = jumlah jawaban yang benar x 100%
jumlah soal
KEGIATAN BELAJAR 4:
HAKIKAT IMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR
Pokok-Pokok Materi
Uraian Materi
A. KONSEP IMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR
Iman kepada Qada’ dan Qadar merupakan aspek penting dari Akidah dan merupakan
salah satu dari rukun iman yang enam. Keimanan seorang mukmin tidak akan sempurna
tanpa menimani Qada’ dan Qadar.
1. Makna Qada’ dan Qadar
a. Makna Qadar.
Secara Bahasa Qadar berarti: Taqdiir (Kepastian), Tafkir Fii Taswiyatil
umuur (berfikir/reflesi dalam menyamakan suatu hal), Mablaghu Sayi I
(ukuran/Jumlah sesuatu/benda) dan Hukum.
b. At-Ta’dhim (mengagungkan)
d. At-Tadbir (mengatur)
e. At-Tahdid (membatasi)
.10:[وقَد ََّر فِي َها أ َ ْق َوات َ َها فِي أ َ ْر َب َع ِة أَي ٍَّام] سورة فصلت
َ
f. Al-Iradah (kehendak)
،12:[فَ ْالتَقَى ْال َما ُء َعلَى أَ ْم ٍر قَدْ قُد َِر] سورة القمر
b. Makna Qada’
b. Al-Ikhbar (mengabarkan)
c. Al-Faragh (selesai/menyelesaikan)
َّ ض ْيت ُ ْم ال
.103:صالة َ] سورة النساء َ َ[فَإِذَا ق
d. Al-Fi’lu (melaksanakan)
g. Al-Itmam (menyempurnakan)
h. Al-Fasl (pemisah)
i. Al-Kholqu (penciptaan/menciptakan)
j. Al-qotlu (membunuh)
3. Al-Masyi’ah
Yaitu Percaya Kehendak Allah yang berlaku pada setiap makhlukNya. Yaitu percaya
bahwa kehendak Allah yang menjadi penentu atau pengendali nasib setiap makhluk, apa
yang dikehendaki Allah terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak terjadi. Segala
sesuatu terjadi dengan kehendak Allah.
Firman Allah:
،]29 :اَّلل حر ُّب الْ حعال ح ِّم حي [التكوير
ُ ون ا اَل َأ ْن يحشح حاء ا حو حما تحشح اء ح
ِ ُ
]82 :ون [يس ُ ان ا حما َأ ْم ُر ُه ا حذا َأ حرا حد حشيْئًا َأ ْن ي ح ُقو حل ح َُل ُك ْن فح حي ُك
ِ ِ
[40 :اَّلل ي ح ْف حع ُل حما يحشح ا ُء ]أٓل َعران ُ حك حذ ِّ حِل ا
4. Al-Khalqu (penciptaan)
Yaitu Percaya bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu. Bahwa semua yang ada
di alam semesta ini adalah ciptaan atau makhluk Allah. Yang diciptakan oleh Allah
dari tiada.
Lebih dahulu lahirlah seseorang manusia ke atas dunia ini. Dia lahir
tidaklah atas kehendaknya sendiri. Bahkan orang tua, lingkungan, zaman dan
tempat dia dilahirkanpun tidak bisa diusahakan. Rupa dan bentuk bukanlah
pilihan kita. Demikian tinggi dan rendahnya ukuran badan kita. Orang yang
datang belakangan hanyalah menuruti hukum ”sebab akibat” yang telah berlaku
lebih dahulu pada orang tua yang melahirkannya, dan orang tuapun menerima
hukum ”sebab akibat” yang dahulu daripadanya. Pada diri seseorang, ada yang
disebut pribadi. Kadang-kadang kita ingin serupa dengan pribadi orang lain.
Keinginan tinggal keinginan dan kita masih tetap kita juga. Banyak manusia,
walaupun di tempat dan lingkungan mana dia hidup, ingin hendak berpindah ke
dalam suasana yang lain, tetapi dia tidak dapat mencapai itu. Dia tetap dia, dan
kesan lingkungan tidak dapat dibantah atau dilawannya. Banyak pula pekerjaan
yang dilakukan dengan suatu usaha sengaja, dan tidak disengaja. Tetapi setelah
dilihat dan diperhitungkan, ternyata yang tidak disengaja kadang-kadang lebih
dominan nilainya. Sebab yang tidak disengaja tadilah yang sebenarnya tertulis
buat dilalui.
Oleh sebab itu, sejak zaman purbakala sudah ada kesan pada manusia
tentang adanya yang disebut sebagai ’fatum’ atau karma, sampai-sampai
dikatakan orang bahwasanya manusia ini hanyalah menjalankan suatu lakon
sandiwara, tidak lebih dari itu. Dia memainkan peranannya, menurut yang telah
tertulis lebih dahulu oleh sutradara, yang kekuasaannya lebih daripada kekuasaan
si pemain itu sendiri.
Manusia adalah suatu ”alam kecil” di samping alam yang besar, matahari,
bumi, bulan dan bintang-bintang. Lautan, daratan, gunung-gunung dan lain-lain
sebagainya. Dapatlah kita lihat pada semuanya itu ”taqdir” yang tidak dapat
dilanggarnya. Matahari terbit dan terbenam adalah menurut jangka waktu yang
sudah tertentu. ”Matahari tidak boleh mendahului bulan, dan malam tidak boleh
memotong jalan siang”. Semuanya tidak ada yang bebas. Bagaimana manusia
kecil ini akan dapat menda’wakan kebebasannya? Padahal di kiri kanannya dapat
disaksikannya sendiri, bahwa semuanya tidak ada yang bebas.
Cobalah lihat ketakutan orang kepada maut. Padahal sudah ada ketentuan
yang tidak dapat dibantah, bahwasanya segala yang bernyawa pasti mati. Dan mati
tidak memandang bulu dan tidak menghitung waktu. Kalau sekiranya bolehlah
mati menurut ketentuan manusia, tidaklah akan terdapat bermiliun orang yang
bosan hidup, padahal belum mati juga. Dan tidaklah akan terdapat orang yang
takut akan mati, tetapi mati juga. Kecil mati, muda mati, tuapun mati.
Rezekipun demikian pula. Ada orang yang kerja keras siang malam
mencari rezekinya, rezeki itu tidak juga datang. Ada orang yang hanya goyang
kaki saja, namun rezeki datang mengejar dia. Ada orang yang tidak puas lagi
dengan keadaan hidupnya, kemudian ingin hendak berubah nasib itu kepada yang
lebih baik; tetapi usianya hanya habis dalam angan-angan. Pangkat dan
kedudukanpun demikian pula. Orang yang patut menjabat suatu pangkat, kadang-
kadang tidak disentuh oleh pangkat itu. Sebaliknya, orang yang tidak patut, yang
tidak cakap, yang hanya menimbulkan tertawa orang bila dia naik, namun dia naik
juga. Ada yang payah-payah mengejar, tidak mendapat, dan ada yang hanya
duduk-duduk saja, pangkat itu diberikan kepadanya.
Dalam masyarakat pun telah tampak ketentuan ”taqdir” itu. Ia tampa pada
tingkat akal, budi, kesanggupan dan kepandaian, kepintaran dan kebodohan.
Tidak semuanya orang pintar, tidak semuanya orang bodoh, bertingkat akal,
bertingkat kesanggupan. Ada yang selama hidupnya, hanya dapat posisi di bawah,
dan ada yang setia buat di atas.
Berlainan warna kulit karena berlainan tempat tinggal dan kelahiran. Satu
bangsa sipit matanya dan hitam halus rambutnya, bukan dia yang meminta begitu.
Satu bangsa berwarna hitam dan keriting rambutnya; pun bukan dia yang
menentukan. Satu bangsa berambut putih, rambutnya warna rambut jagung; dia
hanya menerima keadaaan begitu saja. Sekarang terdengarlah kalimat
”demokrasi”. Dalam satu negara demokrasi, semua orang berhak untuk mendapat
kedudukan. Tetapi yang telah ada ketentuan naik lah yang akan naik. Yang lain
walaupun sampai mati menunggu giliran tidaklah akan kesampaian.
Ada orang yang telah berusaha menjadi orang baik-baik. Tiba-tiba dalam
separoh perjalanan hidupnya, berbeloklah langkahnya kepada jalan jahat,
sehingga dia jadi orang jahat. Kadang-kadang teringatlah dia kembali hendak
menjadi orang baik. Namun ingatan tinggal hanya ingatan. Sebab, terjerumusnya
seseorang ke jalan itu kadang-kadang bukanlah karena perkara yang disukainya
atau dipilihnya. Dia sendiri merasa jijik akan perbuatannya itu.
perangainya, semua orang benci kepadanya. Tiba-tiba pada suatu malam, sedang
ia menjalar-jalar mencari-cari perempuan untuk melepaskan hawa nafsu
mudanya, kedengaranlah olehnya seorang perempuan membaca ayat al-Qur’an di
sebelah rumahnya. Bunyi ayat itu: belum jugakah datang masanya bagi orang-
orang yang beriman, untuk menundukkan hatinya mengingat Allah. (Al-Hadiid;
S. 57 : 16) Tertegun dia mendengarkan ayat itu, dan timbul penyesalannya, lalu
terbuka jalan baru, dan terbentanglah Nur Allah di hadapannya, sehingga sejak
malam itu berubahlah jalan hidupnya ke jalan yang baik.
Perdebatan masalah ini akhirnya menjadi salah satu objek penting dalam
aliran ilmu kalam yang memunculkan beberapa kelompok pandangan, antara lain:
kelompok yang mengatakan manusia ini dalam perbuatannya terikat dan hanaya
seperti ”wayang” yang mengikuti dalang yang dikenal dengan Jabariyah,
kelompok kedua, berpendapat sebaliknya bahwa manusia ini punya kebebasan
dan kekuasaan dalam perbuatannya, ini adalah kelompok qodariyah, yang ketiga
adalah kelompok yang mengambil jalan tengah, bahwa manusia punya kehendak
akan tetapi manusia juga terikat dengan ketentuan dan ketetapan ) Qada’ dan
Qadar Allah. Inilah yang dianut oleh Ahlu sunnah Wal Jama’ah
Bila mana hukum ”sebab akibat” itu kita teliti sampai kepada hulunya,
tentu mau tidak mau kita akan bertemu dengan sebab pertama. Itulah yang
bernama ”Yang menyebabkan segala sebab” atau ”Musabbibul Asbab”. Pada
akhirnya kita akan mengakui bahwa masih ada pencipta yang disebut sebagai
Sebab Pertama Yang Maha Berkuasa menentukan pembahagian sebab. Pada-Nya
terhimpun segala qudrat. Kesanggupan kita hanya menelaah saja, tetapi tidak
sanggup turut menentukan sebab pertama itu. Sebab akibat yang dapat kita
ketahuipun hanyalah yang dapat kita lihat. Alangkah kecilnya diri kita, buat
sanggup melihat segala soal didalam alam yang maha luas ini.
Bukan itu saja bahkan berkali-kali, beratus ribu kali manusia berbuat
seakan-akan dia pun berkuasa. Fir’aun justru pernah mengatakan dirinya ”Ana
Rabbukum-ul a’la”, sayalah Tuhanmu yang paling tinggi. Akan tetapi keruntuhan
manusia-manusia seperti itu juga akhirnya sangat menyedihkan. Dengan
demikian jelas bahwa dia sendiri tidak punya kuasa apa-apa menahan perjalanan
takdir yang sudah tertentu. Dia dapat awas buat beberapa waktu, tetapi bilamana
taqdir datang, tidak ada kesanggupannya sedikitpun jua buat menahannya. Apa
yang dikerjakannya serba salah. Apa program yang diaturnya serba tidak tepat.
Memang, apabila kita berpikir sementara atau selintas seakan-akan ada kekuasaan
pada kita, seakan-akan kita mempunyai kebebasan bertindak. Tetapi marilah kita
lepaskan sejenak kehidupan ramai ini, dan pergi ketempat yang lebih luas atau
lebih tinggi. Di sana kita akan mendapat kesan: ”Apalah artinya manusia ini ”.
Ibarat kita naik kepada sebuah kapal besar hendak berlayar, mulanya kita merasa
kagum dan tercengang melihat kepintaran manusia yang membuat kapal itu.
Cukup segala alat-alat kehidupan selama dalam pelayaran dengannya. Kemudian
datang waktunya kitapun berlayar. Kian lama kapal itu kian ketengah lautan.
Mulailah terasa betapa kecilnya tanah daratan, kian lama kian hilang. Dan kitapun
berada dalam lautan besar. Allahu Rabbi besar dan luasnya lautan itu.
Setelah kita perhatikan segala hal itu dengan seksama, niscaya kita akan
mengaku bahwa kita tidak ada kuasa apa-apa. Kebebasan kita sangat terbatas. Kita
bebas hanyalah dalam lingkungan qudrat dan iradat Tuhan Sebagaimana telah
disampaikankan lebih dahulu, soal bebas atau tidaknya manusia di dalam alam ini
sudah lama menjadi bahan diskusi ahli-ahli pikir, baik dalam dunia filsafat
ataupun dalam dunia agama.
Di dalam Islam, ada dua aliran besar yang begitu intens membicarakan hal
tersebut, yakni Qodariyah dengan Jabariyah. Kaum Qadariyah meskipun namanya
kaum Qadar, yang awalnya menolak adanya qadar dalam diri manusia,
belakangan berubah pengertian, yakni berpandangan bahwa manusia bebas
mempergunakan pikiran dan berbuat sendiri. Buruk dan baik nasib kita, janganlah
selalu dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. “Nasib kita adalah di tangan kita
sendiri”. Karena kita tidak belajar dari kecil, lalu setelah dewasa kita menjadi
orang bodoh, janganlah Tuhan disesali. Kita bergaul dengan orang-orang jahat,
lalu kita menjadi penjahat pula. Itu adalah kesalahan kita sendiri. Oleh sebab itu
yang buruk janganlah dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Demikianlah kira-
kira kesimpulan dari kaum Qadariyah.
Adapun kaum Jabariyah, mencabut segala daya dan upaya dari diri
manusia. Kita di dunia ini hanyalah ibarat kapas diterbangkan angin. Angin takdir
yang mutlak dan seragam. Sehingga jika kita baik, adalah baik karena taqdir
Tuhan, bukan karena ikhtiar usaha kita. Jika kita menjadi jahat, adalah karena
ditaqdirkan jahat oleh Tuhan. Miskin dan kaya, naik dan jatuh, mulia dan hina,
semuanya mutlak di bawah kuasa Tuhan Semesta Alam.
Tetapi kalau kita telusuri lebih jauh kitab yang besar-besar dari sejarah
alam pikiran filsafat Islam, sebenarnya tidak ada perbedaan itu. Apalagi, al-
Qur’an sendiri sebagai pedoman hidup seorang Muslim sudah menunjukkan
sudut-sudut daripada kedua jalan pikiran itu. Seluruh kekuasaan itu adalah
ditangan Tuhan: Sesungguhnya Allah, adalah atas tiap-tiap sesuatu maha
berkuasa (Al-Baqarah.S.2: 20). Demikian nyatanya bahwa kekuasaan Tuhan itu
tidak terbatas. Sehingga kita telah mengurangi kekuasaan Tuhan, kalau kita
katakan bahwa Tuhan tidaklah menjadikan yang buruk, tidaklah menjadikan
miskin, dan tidaklah menjadikan bodoh. Tetapi untuk ”ta’adduban”, untuk sopan-
santun kita kepada Ilahi, ada pula caranya sendiri yang harus kita lalui. Banyak
kejadian yang memang Tuhan menjadikan, sekali-kali tidak kuasa orang lain
menjadikannya, tetapi tidaklah sanggup mulut orang yang beradab mengatakan
bahwa itu dijadikan Tuhan. Dan memanglah amat janggal kalau sekiranya seorang
durjana, yang ketika hendak di potong tangannya, menjalankan hukum
pencuriannya, dia mengatakan tak usah hukum dijalankan, sebab dia mencuri ini
adalah atas kehendak qudrat iradat Tuhan.(Hamka, 1978: 304-305)
Siapa sebenarnya yang empunya akal itu? Ibarat barang yang lain yang
ada pada diri manusia, mungkin seseorang akan mengatakan bahwa dialah yang
empunya. Tetapi, kalau dipikirkan lebih dalam, tidak ada yang dipunyai menusia
secara mutlak. Akal itu sendiri, sepintas lalu, boleh dikatakan sebagai alat
seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan barang itu tidak lebih dari
sebuah pinjaman dari Tuhan. Akal adalah kepunyaan Allah yang dipinjamkan-
Nya kepada diri manusia, karena akal itu akan dipergunakan oleh manusia dalam
memahami Allah, yakni qudrat iradat-Nya yang lebih besar, lebih tinggi dan lebih
jauh dalam keseluruhannya.
Ada orang yang telah bersusah payah berusaha, namun dia masih miskin
juga. Ada pula orang jujur, tetapi hidup teraniaya. Ada orang ”pengadu untung”,
dalam segala zaman dia memperoleh kedudukan. Apakah ini adil ?
Jika caranya manusia berpikir hanya menurut ukuran diri sendiri, tidak
dibawa kepada ukuran yang lebih besar, segala sesuatu akan tampak tidak adil.
Ketidakadilan bukanlah terdapat dalam soal itu sendiri, akan tetapi terdapat dalam
jiwa manusia, karena manusia bersangkutan egoistis sendiri. Contoh sederhana,
Kasus serupa bisa dilihat pada berdirinya negara Israel. Bangsa Arab
memandang bahwa berdirinya bangsa Israel adalah suatu hal yang tidak adil.
Tanah Palestina telah mereka terima turun-temurun 2000 tahun lamanya. Tiba-
tiba datang saja sekelompok orang-orang dari seluruh penjuru dunia memancang
atau mematok tanah itu dan mengatakan ini adalah negara mereka. Sebab sebelum
2000 tahun yang lalu nenek moyang mereka telah berdiam di sana.
Manusia diberi akal. Tetapi kebebasan dan kemerdekaan itu amat terbatas.
Kekuasaan tertinggi dan mutlak tetaplah di tangan Tuhan. Kalau Tuhan
berkehendak, ditujukannya akal manusia itu kepada suatu jurusan, atau
dicabutnya dari jurusan lain. Kadang-kadang manusia tidak sadar akan hal itu. Itu
sebabnya Tuhan mendatangkan para Rasul, Nabi dan Kitab-Kitab, buat menuntun
kesadaran manusia tadi. Akal itu adalah pemberian Allah kepada manusia untuk
dijadikan sebagai alat mencapai rahasia Sunnah Allah yang maha besar dan maha
luas. Pergunakanlah akal itu dengan sebaik-baiknya!
Kalau manusia tidak berkekuasaan penuh, bukanlah itu berarti tidak adil.
Sebaliknya, jika berkuasa penuh, maka justru itulah yang lebih tidak adil. Sebab
hal itu akan menimbulkan pecahnya kesatuan ”komando” alam dan timbullah
kekacauan yang lebih-lebih tidak dapat dipikirkan. Ini seandainya jika manusia
itu turut berkuasa semua. Kalau dia berkuasa, berdiri sendirikah kekuasaan itu
Kalau bergabung, itupun mustahil. Tak dapat diterima oleh akal. Sebab,
yang demikian harus terlebih dahulu menolak bahwa akal itu dari Allah. Yakni,
bahwa akal itu adalah ciptaan manusia sendiri. Dan akal itupun sebanyak manusia
itu sendiri dan berbagai ragam pula. Ini juga dapat menimbulkan chaos (kacau-
balau). Jalan pikiran yang sehat adalah kesatuan kekuasaan, kesatuan qudrat dan
iradat, kesatuan qadla dan qadar. Semua, seratus persen, dalam kekuasaan-Nya.
Tetapi, kita tidaklah ibarat kapas diterbangkan angin semau-maunya. Manusia
sudah diberi amanat oleh Tuhan dan diberi bekal, yakni akal. Ini semua sebagai
sarana menggapai sunnah-Nya.
Ada orang yang dinaikkan Tuhan, pada masa lahirnya. Ada yang miskin,
yang bodoh, yang jahat. Ada yang nasibnya dalam lahirnya kelihatan baik.
Padahal pada batinnya hanya sama semuanya. Apa perbedaan antara hamba Allah
yang kaya dengan yang miskin? Apa perbedaan di antara yang bodoh dengan yang
pintar? Kadang-kadang orang kaya lebih banyak keperluannya, sebab itu dia tidak
merasa tenteram dengan kekayaan. Oleh sebab itu, ukuran susahnyapun sama
dengan orang miskin. Kadang-kadang orang pintar sampai ”darah tinggi”, karena
terlalu banyak yang dipikirkan, dan orang bodoh hanya duduk bersiu-siul.
Oleh sebab itu, supaya pikiran sendiri jangan bertele-tele dan tidak ada
ujungnya, maka tidak ada jalan lain lagi kecuali mempergunakan akal pemberian
Allah itu. Karena kalau engkau tidak diberiNya akal, misalnya engkau
ditaqdirkan-Nya gila, tidak pulalah diwajibkan-Nya engkau berpikir lagi.
Pergunakan akal itu. Pergunakan pikiran itu! Lalu serahkan kepada Tuhan,
gantungkan kepada Tuhan, tawakal kepada Tuhan, taqwa kepada Tuhan.(Hamka,
1978: 308)
Engkau adalah makhluk asal dari tanah, bersama dengan yang lain. Tetapi
engkau bukanlah kapas diterbangkan angin. Dan engkau berbeda dengan binatang
lain. Keutamaanmu adalah karena akal itu. Karena akal, engkau sadar bahwa
engkau ada. Engkau sadar bahwa adamu jauh berbeda dengan adanya makhluk
yang lain.
1. Ayat-ayat taqdir:
Telah mengunci Allah atas hati mereka dan atas pendengaran mereka, dan
atas penglihatan mereka telah tertutup, dan bagi mereka azab yang berat (Al-
Baqarah : 7)
Tetapi kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali apabila dikehendaki
Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana (Q.S Ad-Dahr :
30)
2. Ayat-ayat ikhtiar
Sesungguhnya kami, telah menunjukkan kepadanya jalan lurus. Ada yang
bersyukur dan ada pula yang kufur (Q.S Ad-Dahr : 3)
Sungguh, inilah jalanku yang lurus, maka ikutilah oleh kamu akan di. Dan
janganlah mengikut jalan-jalan lain,yang akan menceraiberaikan kamudari
jalanNya. Demikianlah diwasiatkaNya kepadamu supaya kamu bertaqwa
(Q.S al-An’am: 153)
Sesungguhnya Allah tidaklah akan merobah apa yang ada pada suatu kaum,
sebelum mereka merobah apa yang ada pada diri mereka (Q.S Ar-Ra’d : 11)
Kedua pasangan ayat ini, lima ayat taqdir dan lima ayat ikhtiar, adalah
benar. Keduanya dalam al-Qur’an, dan tidak ada perlawanan. Kalau timbul
persangkaan bahwa dia berlawanan, bukanlah seperti yang demikian adanya,
melainkan pikiran kita yang memikirkannya justru yang berlawanan. Janganlah
sebahagian saja dipegang, tetapi peganglah dalam keseluruhannya.
Rangkuman
Iman kepada Qada’ dan Qadar merupakan aspek penting dari Akidah dan merupakan salah satu
dari rukun iman yang enam. Keimanan seorang mukmin tidak akan sempurna tanpa menimani
Qada’ dan Qadar, Iman kepada Qada’ dan qadar mengandung pengertian bahwa Allah maha
kuasa lagi Maha Mengetahui segala sesuatu, Allah telah menentukan ketetapan atas
makhlukNya sejak zaman azali. Manusia tunduk dan patuh atas ketetapan Allah ini, apa yang
dikehendaki manusia jika Allah tidak menghendaki maka tidak akan terjadi.
Tugas
Selamat !, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 4 tentang Iman kepada Qada’ dan Qadar.
Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 4, buatlah Power
point yang efektif tentang materi Iman kepada Qada’ dan Qadar.
Tes Formatif
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Berikut ini adalah rukun dari iaman kepada Qada’ dan Qadar kecuali……
a. yakin
b. ‘Ilmu
c. Masyi’ah
d. Kitabah
2. Pembahasan Qada’ dan Qadar didalamnya membahas tentang kehendak dan perbuatan
manusia, yang dalam perdebatan masalah ini menimbulkan beberapa kelompok dengan
pandangan yang berbeda, salah satunya adalah fatalism, yang mengatakan yang kurang
lebih maknanya adalah bahwa, manusia ini seperti wayang yang hanya mengikuti dalang,
pendapat ini adalah pendapat dari aliran…..
a. Qodariyah
b. Salafiyah
c. Jabariyah
d. Ahlu Sunnah
3. Di dalam Al-qur’an kata Qadar disebut dalam beberapa ayat yang berbeda, dengan arti
dan maksud yang berbeda, berikut ini yang bukan termasuk maksud dari kata Qadar
yang sebut dalam al-Qura’an adalah….
a. Al-Wasiyah wal Amr
b. Al-Ikhbar
c. At-Tadhyiq
d. Al-faragh
4. percaya bahwa kehendak Allah yang menjadi penentu atau pengendali nasib setiap
makhluk, apa yang dikehendaki Allah terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak
terjadi. Segala sesuatu terjadi dengan kehendak Allah.
a. Al-ilmu
b. Al- kitabah
c. Al-khalqu
d. Al-masyi’atu
5. Salah satu hikmah dari iman kepada Qada’ dan Qadar adalah menjadikan manusia memiliki
sifat Tawakkal hal ini dikarenakan……
a. Hal tersebut adalah ketentuan dari Allah
b. Telah dituliskan di lauh mahfudz bahwa manusia tersebut memikili sifat tawakkal
c. Yakin bahwa segala sesuatu terjadi pada hakikatnya karena kehendak allah
d. Tidak menggantungkan pada amal.
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 4 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.
Tingkat penguasaan materi = jumlah jawaban yang benar x 100%
jumlah soal
Jika telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul
selanjutnya. Namun jika masih kurang dari 80%, Anda dipersilakan mempelajari kembali
Kegiatan Belajar 4, terutama pada bagian yang kurang Anda kuasai.
TUGAS AKHIR
Setelah mempelajari materi yang terdapat pada kegiatan belajar 1 s.d. 4, buatlah peta konsep
dari materi Akidah Islam dan Rukun Iman disertai dalil-dalilnya dan Dalil serta hikmahnya
bagi seorang mukmin, lengkapi dengan contoh manifestasi iman dalam perilaku sehari-hari !
TES SUMATIF
Pilihlah Jawaban Yang Tepat dari Pertanyaan Berikut Ini!
1. Menurut bahasa akidah berarti :
a. Ikatan
b. Kuat
c. Percaya
d. Yakin
2. Sinonim kata Akidah adalah :
a. Iman
b. Islam
c. Ihsan
d. Istihsan
3. Sumber akidah Islam adalah :
a. Al-Qur’an
b. Al-Hadis
c. Al-Qur’an , al-Hadis dan akal sehat yang sesuai dengan wahyu.
d. Ijma
4. Al-Qur’an yang berbicara tentang rukun iman adalah :
a. Surat al-Baqarah ayat 1-5
b. Surat al-Nisa ayat 7
c. Surat al-Imran ayat 77
d. Surat al-Baqarah ayat 177
5. Rukun iman yang keberapa yang ditambahkan oleh al-hadis
a. 1
b. 3
c. 5
d. 6
6. Menurut bahasa iman berarti:
a. Pembenaran hati
b. Pembenaran lisan
c. Anggota badan
d. Semuanya benar
7. Islam menurut bahasa berarti :
a. Percaya
b. Yakin
c. Tunduk dan patuh
d. Berbuat baik
8. Seseorang yang mengakui bahwa Allah adalah Maha Pencipta segala sesuatu,
termasuk kategori:
a. Tauhid uluhiyah
b. Tauhid rububiyyah
c. Tauhid Ilmiyah
d. Tauhid Sifat
9. شيْـًٔا أَن يَقُو َل لَ ۥهُ ُكن فَيَ ُكون
َ َ ِإنَّ َما ٓ أ َ ْم ُر ٓۥهُ ِإذَآ أَ َرادdalam kaitan dengan iaman kepada hari akhir ayat
ini mengandung pengertian bahwa..
KUNCI JAWABAN
Tes Formatif
Formatif 1 Formatif 2 Formatif 3 Formatif 4
1 B 1 C 1 A 1 A
2 D 2 D 2 B 2 B
3 A 3 A 3 C 3 C
4 A 4 C 4 B 4 D
5 B 5 B 5 B 5 C
Tes Sumatif
Bagian A
1. Takdir Tuhan tidak akan bertentangan dengan perintah-Nya. Artinya, seseorang yang
ditakdirkan masuk surga, ia akan mudah melaksanakan perintah solat. Jika ia sulit untuk
menerima perintah solat, barangkali ia memang ditakdirkan sebagai ahlu neraka. Namun
demikian, tidak satu pun di antara manusia yang mengerti, dia akan ditakdirkan apa. Di sinilah
fungsinya usaha dan do’a bagi manusia beragama. Solat merupakan salah satu bentuk do’a.
Bahkan lebih jauh dikatakan, bahwa takdir Tuhan tidak bertentangan dengan hukum alam.
Pelaksanaan takdir Tuhan seiring dengan perjalanan hukum alam. Seseorang tidak akan panen,
tanpa ia bersawah; seseorang tidak akan menjadi sarjana tanpa ia kuliah. Masih banyak ibarat
yang lain.
2. Allah menurunkan berbagai macam kitab suci, karena Allah juga menciptakan manusia dengan
berbagai macam karakter dan kulturnya. Misalnya, Allah menurunkan kitab suci masing-masing
sesuai dengan bahasanya. Semua ini bertujuan agar mereka yang membacanya lebih mudah
memahami dan lebih komuniatif. Akan tetapi, yang demikian tidak langsung diartikan bahwa
al-Qur’an itu hanya untuk orang yang berbahasa Arab, sebab isi perintah-Nya diperuntukkan
bagi semua umat manusia.
3. Keyakinan terhadap Qada dan Qadar adalah bagian iman yang tidak boleh diabaikan. Oleh
karenanya taqdir yang merupakan bagian dari iman kepada Qada’ dan Qadar harus diyakini,
yaitu bahwa Allah bisa melakukan sesuatu apa saja terhadap seseorang tanpa diketahui secara
pasti sebelumnya oleh manusia. Namun mengimani takdir yang berakibat seseorang menjadi
malas dan pasrah, adalah sikap keberimanan yang kurang tepat. Beriman kepada takdir
maksudnya ialah seseorang harus terlebih dahulu bekerja dan berusaha semaksimal mungkin,
kemudian baru lah ia menyerahkannya kepada Tuhan.
4. Dengan beriman kepada hari akhir kita akan mendapatkan hikmah yang besar diantaranya
adalah: Pertama, cinta di dalam melakukan ketaatan serta senantiasa menjaga perilaku taat
dengan mengharap pahala untuk bekal di hari akhir, Kedua, takut untuk melakukan perbuatan
maksiat serta Ridho meninggalkan perbuatan tersebut karena takut akan siksa Allah di hari
kiamat kelak. Ketiga, sebagai hiburan bagi orang mukmin atas apa yang telah dilewatkan nya
di dunia bahwasanya kelak di akhirat dia akan mendapatkan nikmat dan pahala.
5. Beberapa keelebihan akidah islam dibandingkan akidah akidah yang lainya antara lain:
Pertama, Akidah islam terjaga keasliannya sebagaimana diturunkan kepada nabi
Muhammad QS. aL-Hijr : 9
Kedua, Akidah islam mengoreksi dan memperbaiki akidah akidah yang terdahulu yang
telah menyimpang
Ketiga, Akidah islam selaras dengan fitrah manusia, karena manusia diciptakan Allah
dengan membawa Fitrah (diniyah) yaitu meyakini dan beribadah kepada Allah QS. Al-
A’raf: 172
حوا ْذ َأخ ححذ حرب ُّ حك ِّم ۢن ب ح ِّ ِٓن حءا حد حم ِّمن ُظه ُِّور ِّ ِْه ُذ ذِّرياَتح ُ ْم حو َأ ْشهحدح ُ ِْه عح ح ى ٓل َأن ُف ِّسه ِّْم َأل ح ْس ُت ِّب ح ِّبرذ ُ ْك ۖ قحالُو ۟ا ب ح ح ىل ۛ حشهِّدْ َّنح ٓ ۛ َأن تح ُقولُو ۟ا
ِ
ُ ِّ ْ
ي ح ْو حم أل ِّق حي َٰ حمة اَّنا كناا حع ْن حه َٰ حذا غح َٰ ِّف ِّل حي
ِ
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar
di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"
Keempat, Akidah Islam sejalan dengan akal sehat manusia, sehingga tidak ditemukan
pertentangan di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali, Imam.. Ringkasan Ihya Ulumuddin terj. Zeid Husein Al-Hamid. Jakarta: Pustaka
Amani 2007
Akbar S. Ahmed, Living Islam, From Samarkand to Stornoway, New York: Fact on File Inc.,
1994.
Isma’il Raji al-Faruqi, Tauhid, terj. Rahmani Astuti, Bandung: Pustaka, 1995.
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII, (Jakarta: Kementerian
Agama, 2014).
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas X, (Jakarta: Kementerian Agama,
2014).
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas XII, (Jakarta: Kementerian
Agama, 2014).
Khatib Ahmad Santhut, Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral dan Spritual Anak dalam Keluarga
Muslim, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998.
Masan AF., Aqidah Akhlak, Kurikulum 2004 Madrasah Tsanawiyah, Kls. 1, Semarang: Toha
Putra, 2004.
Majid, Nurcholish et.al. Nd Khazanah Intelektual Islam Jakaarta: Bulan Bintang.
Mu’ti, Mahyan Imam. Et.al.. Akidah akhlak 1. Jakarta: Departemen gama RI 2001
Rahmad, Jalaluddin et.al,. Petualangan Spiritualitas Meraih Makna Diri Menuju Kehidupan
Abadi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2008
Shihab, quraish,. Islam Yang Saya Pahami, Tanggerang: Lentera Hati 2018
Sirait, Sangkot.. Rukun Iman antara Keyakinan Normatif dan Penalaran Logis. Yogyakarta:
Suka Press 2014
GLOSARIUM
‘amaliyah : sesuatu yang berhubungan dengan bagaimana perbuatan manusia
seperti shalat, zakat, puasa dan haji
Al-Ba’tsu : Dibangkitkan dari kubur kelak di hari kiamat
Al-Hisab wal Jaza’ : Perhitungan Amal dan Balasannya
al-‘ilmu : ‘ilmu (Pengetahuan) Allah yang mendahului segala kejadian
al-Kitabah : Yaitu percaya dan yakin bahwa Allah telah menuliskan segala
sesuatu sebelum segala sesuatu tersebut terjadi.
Al-Khalqu : Yaitu Percaya bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu
Akidah : suatu kepercayaan yang meresap ke dalam hati dengan penuh
keyakinan, tidak bercampur syak dan keraguan serta menjadi alat
kontrol bagi tingkah laku dan perbuatan sehari-hari
aqidatul Khomsuun : Akidah 50, yang terdiri keyakinan atas 20 sifat wajib Allah, 20
sifat mustahil bagi allah, satu sifat jaiz allah, 4 sifat wajib rasul, 4
sifat mustahil rasul, dan 1 sifat jaiz bagi rasul
Fitnatul Qobri : Pertanyaan kepada mayyit saat dalam kubur, tentang siapa
tuhanmu, siapa nabimu, apa agamamu
I’tiqodiyah : sesuatu yang menjadi dasar bagaimana perbuatan manusia, atau
kepadanya didasarkan bagaimana perbuatan manusia, seperti
keyakinan akan Ke-esaan Allah dan kewajiban menyembah allah
Iman : keyakinan yang selaras antara hati, lisan dan perbuatan
Mahsyar : Dikumpulkannya manusia pada satu tempat setelah dibangkitkan
pada hari kiamat
Masyi’ah : Kehendak Allah yang berlaku pada setiap makhlukNya
tauhid : keyainan bahwa Allah itu satu dan tiada sekutu bagiNya
Tauhid Asma’ wa : bahwa tidak ada suatu apapun yang menyerupai Allah baik dalam
Sifat Wujud, Dzat maupun SifatNya
Tauhid Rububiya : meng-Esakan Allah ta’ala dalam segala perbuatanNya, dengan
meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta segala
makhluk
Tauhid uluhiyah : meng-Esakan Allah dalam setiap perbuatan (ibadah) manusia yang
dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah sesuai syariat,
Ulul ‘azmi : para Rasul Allah yane memiliki ketabahan dan keuletan luar biasa
dalam menyampaikan risalah yang diembannya
Qada’ : ketetapan Allah sejak zaman azali
Qadar : kejadian yang menimpa makhluk sesuai dengan ketetapan Allah
MODUL 2
AKHLAK ISLAM
Penulis:
Dr. Zainal Arifin M.S.I
Dr. Sangkot Sirait
Hafidh ‘Aziz, M.Pd.I
DAFTAR ISI
Table of Contents
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
Rasional dan Deskripsi Singkat.......................................................................................... 4
Relevansi ............................................................................................................................... 4
Petunjuk Belajar ................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN
Relevansi
Dalam kajian Akidah Akhlak, mempelajari Akhlak merupakan perkara yang sangat
penting, karena aklak merupakan salah satu aspek dasar dari agama islam. Kajian Akhlak
bertujuan untuk memberikan bagaimana agama islam itu dibangun berdasarkan konsep
keyakinan yang benar dan sejalan dengan fitrah manusia yang pada ujungnya melahirkan
akhlak yang mulia pada diri setiap mukmin. Akhlak merupakan dimensi Ihsan dalam ajaran
islam yang merupakan kesatuan dari tiga aspek islam
Kajian tentang Akhlak Islam ini didasarkan pada dalil-dalil Naqli yang bersumberkan
pada Al-Qur’an dan Hadis serta didukung dengan dalil Aqli yang bersumberkan pada
rasionalistas akal manusia. Kedua sumber ini penting agar kajian Akhlak Islam tidak hanya
terjebak pada kajian normatif tanpa dibuktikan dengan bukti-bukti rasional.
Petunjuk Belajar
Agar Anda dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan, Anda dapat mengikuti petunjuk berikut.
1. Bacalah secara cermat tujuan belajar yang hendak dicapai.
2. Pelajari contoh yang tersedia.
3. Cermati materi Akhlak dalam Islam, dengan beri tanda-tanda khusus pada bagian yang
menurut Anda sangat penting.
4. Kerjakan latihan dengan baik, untuk memperlancar pemahaman Anda.
5. Setelah Anda mempersiapkan segala peralatan yang diperlukan, mulailah membaca modul
ini secara teliti dan berurutan.
KEGIATAN BELAJAR 1:
HAKIKAT AKHLAK ISLAM
Pokok-Pokok Materi
1. Definisi Akhlak
2. Pembagian Akhlak
3. Dalil dalil akhlak menurut islam
Uraian Materi
A. AKHLAK DALAM ISLAM
1. Definisi Ahlak
a. Definisi Akhlak Secara Umum
Perkataan akhlak secara etimologis, berasal dari bahasa Arab jama’ dari
bentuk mufradnya khuluqun ) ( خلقyang menurut logat diartikan: budi pekerti,
perangai, tingkah laku,karakter atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi
persesuaian dengan perkataan”Khalkun” ) ( خلقyang berarti kejadian, serta erat
hubungannya dengan “Khaliq” ) ( خالقyang berarti pencipta dan “Makhluk” (مخلوق
)yang berarti diciptakan.
Pendapat ketiga menjelaskan bahwa akhlak adalah ilmu tentang baik dan
buruk. Akhlak juga diartikan sebagai studi tentang wajib dan kewajiban.
Pengertian ini terlalu ringkas karena mengabaikan Sisi yang terpenting dari aspek
ilmu yaitu nilai-nilai dari perbuatan manusia yang berubah nilai baik dan buruk. (
mu’ti et.al, 2001:34)
dari sifat-sifat buruk dan tercela serta menerangkan contoh-contoh metode untuk
mencapai hal tersebut. ( mu’ti et.al, 2001:33-34)
Akhlak yang jamaknya adalah Huluk secara Bahasa menurut ibnu mundzir:
berarti Ad-diin wa at-tab’u, wa sajiyah. Sementara Azhari mengatakan At-tabi’atu
dan kholiqotu serta saliqotu mempunyai makna yang sama.
Sedang menurut istilah ada beberapa definisi tentang akhlak yang pertama
adalah kemampuan yang menimbulkan pekerjaan pekerjaan dengan mudah tanpa
harus berfikir dan terbebani (al-abd, Nd)
Definisi yang ketiga akhwat adalah perumpamaan dari kondisi jiwa yang
bersih yang memunculkan perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan
pertimbangan pikiran jika keadaan jiwa itu menimbulkan perbuatan yang baik baik
secara akal maupun syariat dengan mudah maka akhlak itu disebut dengan akhlak
yang baik dan jika yang muncul adalah perbuatan yang jelek maka disebut dengan
akhlak yang buruk.
tata karma dan karakter (versi bahasa Indonesia) sedang dalam Bahasa Inggrisnya
disamakan dengan istilah moral atau etic.
Begitupun dalam bahasa Yunani istilah “akhlak” dipergunakan istilah ethos
atau ethikos atau etika (tanpa memakai huruf H) yang mengandung arti “Etika
adalah bahasa indonesia untuk menakai akal budi dan daya pikirnya dalam
memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik”. Dan
etika itu adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran. Dalam sebuah kitab yang ditulis
oleh Abd. Hamid Yunus dinyatakan:
اخللق عبارة عن هيئة ىف النفس راسخة عنها تصدر األفعال بسهولة و يسر من غْي حاجة إىل فكر
و روية
Artinya:
“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan
pertimbanganpikiran (lebih dulu).
3. Ahmad Amin
عرف بعضهم اخللق أبنه عادة اإلرادة يعىن أن اإلرادة إذا اعتادت شيئا فعاندهتا هي املسماة ابخللق
Artinya :
“Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang
dibiasakan( karakter). Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan
itu dinamakan akhlak”.
Menurut Ahmad Amin, kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan
manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-
ulang sehingga mudah melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan
kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari dua kekuatan itu
menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan yang besar inilah yang bernama
akhlak.
“Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan
kehendak yang berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan
pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pilihan yang jahat
(dalam hal akhlak yang jahat)”.
Selanjutnya menurut Abdullah Darroz, berpendapat bahwa; perbuatan-
perbuatan manusia dapat dianggap sebagai menifestasi dari akhlaknya, apabila
memenuhi dua syarat, yaitu:
Oleh karena itu metode yang paling tepat untuk memperbaiki perilaku
manusia adalah dengan memperbaiki jiwa-jiwa nya dan mensucikan Nya serta
menanamkan akhlak akhlak yang utama bahkan agama Islam sudah menjelaskan
bahwa perubahan keadaan seseorang itu mengikuti perubahan jiwanya Allah
berkata dalam Surat Ar Radu ayat 11
ََلُۥ ُم َع ِّق َب َٰ ٌت ِّم ۢن ب َ ْ ِّْي يَدَ يْ ِّه َو ِّم ْن َخلْ ِّف ِّهۦ َ َْي َف ُظونَهُۥ ِّم ْن َأ ْم ِّر أ ه َِّّلل ۗ إ هن أ ه ََّلل ََل يُغ ِّ َُّي َما ِّبقَ ْو ٍم َح ه هَّت يُغ ِّ َُّيو ۟إ َما
ٍِّبأَن ُف ِّسه ِّْم ۗ َوإ َذإ ٓ َأ َرإ َد أ ه َُّلل ِّبقَ ْو ٍم ُس ٓو ًءإ فَ ََل َم َر هد ََلُۥ ۚ َو َما لَهُم ِّمن ُد ِو ِّن ِّهۦ ِّمن َوإل
Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
ِ
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
1. Iman dan percaya kepada Allah (bahwa Allah itu ada dan nyata) yang
menciptakan mati dan hidup, manusia dan alam semesta, Dialah Allah yang
maha mengetahui segala sesuatu, yang telah lalu, saai ini dan yang akan dating.
2. Sesunggguhnya Allah sejak menciptakan manausia di Dunia ini telah
mengenalkannya kepada Diri (jiwa) nya, dan mengenalkannya jalan yang baik
dan buruk, mengenalkan yang haq dan yang batil melalui risalah dan wahyu.
Allah juga memberikan kemampuan kepada manusia untuk memahami hakikat
tersebut, serta memberikan petunjuk kaarah hal tersebut di dalam alam ini yang
barang siapa mau merenungkannya dan mencarinya maka akan dapat
menemukannya.
3. Adanya kehidupan setelah mati, kehidupan setelah mati ini ada yang penuh
kenikmatan namun sebaliknya ada juga yang penuh derita. Kenikmatan setelah
mati dapat diperoleh dengan mengikuti kebenaran. Sedangkan mereka yang
mengikuti kebatilan akan mendapatkan kehidupan setelah mati yang sangat
pedih.sehingga akhlak islam mengarahkan manusia untuk mengikuti yang
benar guna meraih kebahagiaan di dunia dan setelah mati (Yaljin, 1392: 119-
121).
mengarahkan orientasi hidupnya hanya pada kehidupan dunia ini saja dan
mengabaikan (bahkan mengingkari) kehidupan setalah kehidupan di dunia ini.
Kelompok kedua sebaliknya berorientasi pada kehidupan setelah kematian
mengambil jalan kehidupan ruhani dan mengabaiakan kehidupan dunia. Sedangkan
islam mengambil posisi ditengah tengah dengan menyeimbangkan antara
kehidupan dunia dan akhirat.
Hal ini dikarenakan adanya hubungan yang era tantara perilaku (perbuatan)
manusia dengan Tabiat (penrangai) manusia, maka untuk dapat membentuk akhlak
yang baik para ulama menaruh perhatian pada aspek tabiat manusia.
Akhlak manusia secara umum dibagi menjadi tiga, akhlak manusia dengan
Tuhannya, akhlak manusia dengan dirinya, dan akhlak manusia kepada masyarakat
sekitarnya. Oleh karena itu tanggunng jawab akhlak adalah mengarahkan manusia
pada nilai nilai dan usaha usaha dalam perbuatannya baik positif atau negative
untuk dipertanggung jawabkan dihadapan Allah, dirinya sendiri dan dalam
masyarakat sosialnya (yaljin, 1392: 327).
Maka nilai tanggung jawab akhlak ini didasarkan pada tiga dasar:
1. Iman kepada Allah, karena pilihan untuk berpegang pada akhlak yang utama dan
meninggalkan akhlak tercela tidak dapat terwujud kecuali dengan keyakinan
yang mantap yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Begitu juga
pertimbangan untuk melakukan atau tidak melakukan tidak akan muncul kecuali
dengan keyakinan yang bersih, dan keyakinan ini adalah Iman kepada Allah.
2. Dasar Rasional (akal). Hal ini karena akal diciptakan bagi manusia agar dapat
membedakan perkara benar dan salah, baik dan buruk sehingga manusia siap
menerima perintah dan larangan juga manusia dapat akibat akibat dari
perbuatannya (AlMuhasibi, 1420: 252). Akal juga bisa memberikan isyarat dan
menunjukkan pada kebenaran (al-asfahany, 1408: 102). Akal juga menjadi
media untuk membuat pertimbanagan dalam menentukan pilihan.
3. Dasar intuisi (hati), hati bisa menjadi dasar pertimbangan perbuatan manusia,
seseorang yang mau merenungkan perbuatannya dengan bertanya pada hatinya
maka akan menemukan keteangan dalam hatinya jika dia melakukan perbuatan
baik. Atau hatinya menjadi bingung dan takut perbuatannya diketahui orang lain
jika melakukan perbuatan buruk.
menyatakan:
و يشرح الغاية الىت ينبغي،عل م يوضح معىن اخلْي و الشر و يبني معاملة الناس بعضهم بعضا
.أن يقصدها ما ىف أعماهلم و يبني السبيل لعمل ما ينبغي
Artinya:
“ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, dan menerangkan apa yang
harus diperbuat oleh sebagian manusia terhdapap sesamanya dan menjelaskan
tujuan yang hendak dicapai oleh manusia dan perbuatan mereka dan menunjukkan
yang lurus yang harus diperbuat”.
tentang tingkah laku dan sifat manusia. Muhammad Al-Ghazali mengatakan bahwa
daerah pembahasan ilmu akhlak meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, baik
sebagai individu (perseorangan) maupun kelompok (masyarakat).
Untuk jelasnya, bahwa perbuatan-perbuatan manusia itu dapat dibagi dalam
tiga macam perbuatan. Dari yang tiga ini ada yang masuk perbuatan akhlak dan ada
yang tidak masuk perbuatan akhlak.
1. Perbuatan yang dikehendaki atau disadari, pada waktu dia berbuat dan
disengaja. Jelas, perbuatan ini adalah perbuatan akhlak, bisa baik atau buruk,
tergantung pada sifat perbuatannya.
2. Perbuatan yang tidak dilakukan tidak dikehendaki, sadar atau tidak sadar
diwaktu dia berbuat, tetapi perbuatan itu diluar kemampuannya dan dia tidak bisa
mencegahnya. Perbuatan demikian bukan perbuatan akhlak. Perbuatan ini ada dua
macam:
a. Reflex action, al-a’maalu-mun’akiyah
Umpamanya, seseorang keluar dari tempat gelap ketempat terang, matanya
berkedip-kedip. Perbuatan berkedip-kedip ini tidak ada hukumnya, walupun dia
berhadap-hadapan dengan seseorang yang seakan-akan dikedipi. Atau seseorang
karena digigit nyamuk, dia menamparkan pada yang digigit nyamuk tersebut.
b. Automatic action, al-a’maalul’aliyah
Model ini seperti halnya degup jantung, denyut urat nadi dan sebagainya.
Perbuatan-perbuatan reflex actions dan automatic actions adalah perbuatan
diluar kemampuan seseorang, sehingga tidak termasuk perbatan akhlak.
3. Perbuatan yang samar-samar, tengah-tengah, mutasyabihat.
Yang dimaksud samar-samar/tengah-tengah, mungkin suatu perbuatan dapat
dimasukkan perbuatan akhlak tapi bisa juga tidak. Pada lahirnya bukan perbuatan
akhlak, tapi mungkin perbuatan tersebut termasuk perbuatan akhlak, sehingga
berlaku hukum akhlak baginya, yaitu bahwa perbuatan itu baik atau buruk.
Perbuatan-perbuatan yang termasuk samar-samar, umpamanya lupa, khilaf,
dipaksa, perbuatan diwaktu tidur dan sebagainya. Terhadap perbuatan-perbuatan
tersebut ada hadis-hadis rasul yang menerangkan bahwa perbuatan-perbuatan lupa,
khilaf, dipaksa, perbuatan diwaktu tidur dan sebagainya, tidak termasuk perbuatan
akhak.
Selanjutnya, dalam menetapkan suatu perbuatan yang muncul dengan
kehendak dan disengaja hingga dapat dinilai baik apa buruk ada beberapa syarat
yang perlu diperhatikan: (1) situasi dalam keadaan bebas, sehingga tindakan
dilakukan dengan sengaja dan (2) pelaku tahu apa yang dilakukan, yakni mengenai
nilai baik buruknya. Oleh sebab itu, suatu perbuatan dapat dikatakan baik buruknya
manakala memenuhi syarat-syarat diatas. Kesengajaan merupakan dasar penilaian
terhadap tindakan seseorang. Sebagai contoh, seorang prajurit yang membunuh
musuh dimedan perang tidak dikatakan melakukan kejahatan, karena ia dipaksa
oleh situasi perang. Seorang anak kecil yang main api didalam rumah hingga
berakibat rumah itu terbakar, tidak dapat dikatakan bersalah, karena ia tidak tahu
akibat perbuatannya itu. Dalam Islam factor kesengajaan merupakan penentu dalam
penetapan nilai tingkah laku/tindakan seseorang. Seorang muslim tidak berdosa
karena melanggar syariat, jika ia tidak tahu bahwa ia berbuat salah menurut hukum
Islam.
Erat kaitannya dengan permasalahan diatas Rasulullah saw. telah
memberikan penjelasan bahwa kalaulah suatu tindakan itu dilakukan oleh
seseorang yang didasari karena kelalaian (diluar kontrol akal normal) atau karena
dipaksa, betapapun ada ukuran baik/buruknya, tidak dihukumi sebagai berdosa. Ini
berarti diluar objek ilmu akhlak. Dalam hubungannya dengan problem di atas
Rasulullah saw. Telah mengeluarkan sabdanya yang diriwatkan oleh Ahmad, Abu
Daud dan Hukum dari Umar bahwa Rasulullah saw. berdabda:
رفع القلم عن اجملنون املغلوب على عقله حىت يربأ و عن النائم حىت يستيقظ و عن الصيب
.حيت حيتلم
Artinya:
“Tidak berdosa seorang muslim karena tiga perkara: (1) orang gila hingga
sembuh dari gilanya, (2) orang yang tidur hingga terbangun dan (3) seorang anak
hingga ia dewasa”.
Sebagaimana ajaran Islam yang bersumber dari al-qur’an dan Hadits maka
akhlak islam juga demikian bersumber pada dua sumber ajaran islam tersebut yaitu:
Al-Qur’an dan Sunnah.
Artinya: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik (HR.
Muslim)
}أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا وخياركم خياركم لنسائهم {رواه الترميذي
Artinya: oaring mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya, dan yang terbaik diantara kalian adalah yang paling baik
(perlakuannya) kepada wanita (istri)nya. (HR. Tirmidzi)
Akhlak yang diberi penekanan cukup besar dalam agama Islam tentu
memiliki tujuan yang ingin dicapai diantara tujuan dari akhlak adalah:
(syahwat). Kedua, Allah menjadikan bintang dan tidak dilengkapi dengan akal,
tetapi dilengkapi dengan syahwat saja. Ketiga, Allah menciptakan manusia (anak
Adam) lengkap dengan elemen akal dan syahwatn(nafsu). Oleh karena itu, barang
siapa yang nafsunya dapat mengalahkan akalnya, maka hewan melata misalnya
lebih baik dari manusia. Sebaliknya bila manusia dengan akalnya dapat
mengalahkan nafsunya, derajatnya diatas malaikat. Sedangkan menurut Prof. John
Oman, Morality without religion lacks awide heaven to bearth in (moral tanpa
agama kehialangan tempat yang luas untuk bernafas).
Akhlak sangatlah urgen bagi manusia. Urgensi akhlak ini tidak saja dirasakan
oleh manusia dalam kehidupan perseorangan, tetapi juga dalam kehidupan
berkeluarga dan bermasyarakat, bahkan juga dirasakan dalam kehidupan berbangsa
atau bernegara. Akhlak adalah mustika hidup yang membedakan makhluk manusia
dan makhluk hewani. Manusia tanpa akhlak adalah manusia yang telah
“membinatang”, sangat berbahaya. Ia akan lebih jahat dan lebih buas dari pada
binatang buas sendiri.
Jika akhlak telah lenyap dari diri masing-masing manusia, kehidupan ini akan
kacau balau, masyarakat menjadi berantakan. Orang tidak lagi peduli soal baik atau
buruk, halal atau haram. Dalam Al-Qur’an ada peringatan menjadi hukum besi
sejarah (sunnatullah), yaitu firman Allah dalam surat Al-Araf Ayat: 182
َ َوأ ه َِّّل َين َك هذبُو ۟إ ِّبـَاي َ َٰ ِّتنَا َسن َ ْس تَدْ ِّر ُ ُُجم ِّم ْن َح ْي ُث ََل ي َ ْعلَ ُم
ون
Artinya:
“(dan orang-orang yang mendustakan ayat kami, akan kami lalaikan mereka
dengan kesenangan-kesenangan dari jurusan yang mereka tidak sadari dan
mengetahui)”.
Rasulullah saw. pun diutus diantara misinya membawa ummat manusia
kepada akhlakul karimah. Dalam sabdanya disebutkan:
Artinya:
“Bangsa itu hanya bisa bertahan selama mereka memiliki akhlak. Bila akhlak telah
lenyap dari mereka, merekapun akan lenyap pula”.
Berdasarkan definisi ilmu akhlak, faedah mempelajari ilmu akhlak sebagai
berikut:
Dualisme bentuk akhlak yaitu akhlak yang baik dan akhlak yang buruk
membawa konsekwensi yang berbeda bagi pelakunya. Masing masing perbuatan
akhlak manusia akan mendapatkan balasannya baik atau buruk. Sebagaimana
dijelaskan diatas akhlak seseorang dibagi menjadi tiga, akhlak terhadap Allah,
terhadap diri sendiri dan masyarakat. Maka balasan dari akhlak juga dari tiga ini.
Balasan dari Allah untuk akhlak manusia berupa Pahala untuk orang yang
berakhlak baik dan hukuman bagi yang berakhlak buruk, balasannya bisa di dunia
atau kelak di akhirat. Bagi diri sendiri maka balasan dari akhlak seseorang adalah
situasi hatinya setelah melakukan sesuatu perbuatan jika perbuatan dan akhalaknya
baik hatinya merasa tenang dan nyaman, dan sebaliknya keadaan dan perasaan
hatinya buruk dan tidak baik jika perbuatan dan akhlaknya jelek. Sedangkan
balasan dari masyarakat adalah berupa sanksi social sesuai dengan aturan yang
berlaku didalam masyarakat.
a. Akhlak Mahmudah
“Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan
seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-sifat
yang terpuji pula”.
Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara lain: cinta kepada Allah, cinta kepda
rasul, taat beribadah, senantiasa mengharap ridha Allah, tawadhu’, taat dan patuh
kepada Rasulullah, bersyukur atas segala nikmat Allah, bersabar atas segala
musibah dan cobaan, ikhlas karena Allah, jujur, menepati janji, qana’ah, khusyu
dalam beribadah kepada Allah, mampu mengendalikan diri, silaturrahim,
menghargai orang lain, menghormati orang lain, sopan santun, suka
bermusyawarah, suka menolong kaum yang lemah, rajin belajar dan bekerja, hidup
bersih, menyayangi binatang, dan menjaga kelestarian alam. Selain itu terdapat pula
sikap untuk menilai orang lain yang disebut dengan husnuzzan. Husnuzzan artinya
berprasangka baik. Sedangkan huznuzhan kepada Allah SWT mengandung arti
selalu berprasangka baik kepada Allah SWT, karena Allah SWT terhadap
hambanya seperti yang hambanya sangkakan kepadanya, kalau seorang hamba
berprasangka buruk kepada Allah SWT maka buruklah prasangka Allah kepada
orang tersebut, jika baik prasangka hamban kepadanya maka baik pulalah
prasangka Allah kepada orang tersebut.
b. Akhlak Madzmumah
“Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang
merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.”
Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan
dengan akhlak mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad,
takabbur, riya, dengki, bohong, menghasut, kikil, bakhil, boros, dendam, khianat,
tamak, fitnah, qati’urrahim, ujub, mengadu domba, sombong, putus asa, kotor,
mencemari lingkungan, dan merusak alam.
Rangkuman
A. Menurut bahasa akhlak berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Objek
pembahasan adalah semua perbuatan manusia sedangkan objek pembahasan ilmu
akhlak ialah tindakan-tindakan yang dapat diberikan nilai baik/buruk, yaitu perkataan
dan perbuatan yang termasuk kedalam kategori perbuatan akhlak. Ilmu akhlak bukanlah
jaminan seseorang menjadi orang yang berakhlak mulai bersih dari sifat tercela.
B. faedah mempelajari ilmu akhlak sebagai berikut:
1. Dapat menyinari orang dalam memecahkan kesulitan-kesulitan rutin yang
dihadapi manusia dalam hidup sehari-hari yang berkaitan dengan perilaku.
2. Dapat menjelaskan kepada orang sebab atau illat memilih perbuatan yang baik
dan lebih bermanfaat.
3. Dapat membendung dan mencegah kita secara kontinyu untuk tidak terperangkap
kepada keinginan-keinginan nafsu, bahkan mengarahkannya kepada hal yang
positif dengan menguatkan unsure iradah.
4. Manusia atau orang banyak mengerti benar-benar akan sebab-sebab melakukan
atau tidak akan melakukan sesuatu perbuatan, dimana dia akan memilih pekerjaan
atau perbuatan yang nilai kebaikannya lebih besar.
Tugas
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 tentang Akhlak Islam. agar Anda dapat
lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 1, buatlah peta konsep (mind map)
ringkasan dari materi Kegiatan Belajar 1 sehingga lebih mudah dipahami. Serta buatlah table
untuk menidentifikasi akhlak terpuji dan tercela.
Tes Formatif
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Akhlak sebagai ilmu didefinisikan dengan bayak definisi, berikut ini yang bukan definisi
akhlak adalah….
a. Ilmu tentang manusia
b. Ilmu Tentang Kebiasaan
c. Ilmu Tentang baik dan Buruk
d. Ilmu tentang akal
2. Seorang yang berperilaku dengan akhlak yang buruk maka sanksinya atau konsekuensi
yang dia peroleh dalam hatinya adalah
a. Siksa
b. Gundah dan tidak nyaman
c. Sanksi sosial
d. Dosa
4. Maksud dari kata “menghidupkan kamu” dalam surat al-anfal:34 menurut Prof. Quraish
Shihab adalah….
a. bahwa Allah menganugerahi manusia apa yang berpotensi mencapai
kesempurnaannya
b. menghidupkan setelah mati
c. meniupkan Ruh atau nyawa pada maanusia
d. menyelamatkan kamu
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Tingkat penguasaan materi = jumlah jawaban yang benar x 100%
jumlah soal
Pokok-Pokok Materi
1. Akhlak terpuji
2. Akhlak terpuji terkait diri sendiri
3. Adab kepada orang tua
4. Akhlak terpuji dalam kehidupan social, bernegara dan berbaangsa
Uraian Materi
A. AKHLAK MHMUDAH
Masih ingat dalam kegiatan belajar sebelumnya, akhlak dibagi menjadi dua mahmudah dan
madzmumah, sekarang kita akan membahas tentang akhlak mahmudah. “Akhlak mahmudah
adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan seseorang. Akhlak mahmudah
atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-sifat yang terpuji pula”. Diantara akhlak akhlak
terpuji adalah:
1. Hidup Bersih
Hidup bersih adalah menjalani kehidupan dengan selalu menjaga kebersihan. Anjuran untuk
hidup bersih merupakan perintah agama dan perintah sosial. Dalam agama, hidup bersih
merupakan bagian keimanan itu sendiri. Dalam kehidupan social, terutama perintah
kesehatan dan lingkungan, hidup bersih juga sebagai keharusan. Dengan demikian, kita
wajib hidup bersih, karena hal itu merupakan tuntutan keduanya.
Hidup bersih mengandung dua pengertian; yakni bersih dalam pengertian fisik (jasmani)
dan bersih dalam pengertian rohani. Dalam pengertian fisik, bersih mencakup bersih badan,
bersih pakaian, bersih tempat tidur, bersih ruang kelas, bersih tempat tinggal dan lingkungan,
bersih tempat ibadah.
Bersih badan ini bisa dilakukan dengan kegiatan sehari-hari seperti mandi dua kali sehari
dengan bersabun, menyikat gigi setelah bangun tidur, makan dan menjelang tidur, mencuci
tangan sebelum makan, mencuci kaki sebelum tidur dan menghindari tempat-tempat kotor.
Bersih pakaian maksudnya memelihara kebersihan pakaian dari kotoran dan najis. Dari segi
agama dan kesehatan, kita dianjurkan untuk memakai pakaian bersih. Sebab pakaian kotor
dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Bersih pakaian juga mengandung arti bahwa
pakaian itu tidak diwarnai dengan cat, pilok, tulisan, gambar dan lambang-lambang apa pun.
Sebab hal itu akan menjadikan pakaian yang dipakai justru menjadi simbol kenakalan.
Bersih tempat tidur, artinya bantal dan kasur yang kita pakai tidak mengandung debu dan
jenis kotoran lain, penerangan lengkap, udara masuk, dan juga tidak lembab. Bersih tempat
tinggal dan lingkungan artinya memelihara kebersihan dengan menyapu lantai setiap hari,
menyediakan tempat sampah, tidak membuang sampah di sembarang tempat, saluran air
kotoran selalu dibersihkan, tidak mencorat-coret tembok rumah, tembok sekolah, jembatan
dan bahu-bahu jalan.
Termasuk kepada bersih lingkungan dalam wilayah yang lebih luas adalah menjaga dan
memelihara ciptaan Allah yang ada di sekitar kita, seperti tumbuh-tumbuhan, hutan, laut,
binatang-binatang dan sebagainya. Semua ini termasuk akhlak yang terpuji.
Hutan merupakan faktror yang sangat penting untuk menopang kehidupan. di bumi.
Kenyataannya, luas hutan hanya seperempat bagian dari daratan bumi. Hutan memberikan
peerlindungan kepada kestabilan tanah, iklim lokal, dan menyerap pemanasan global. Hutan
juga menjadi habitat berbagi jenis flora dan fauna. Dari sudut pandang ekonomi, hutan
tidak hanya menghasilkan kayu industri dan kayu bakar, akan tetapi juga obat-obatan dan
tanaman bermanfaat lainnya. Bila pengelola tidak baik, maka banyak kawasan hutan yang
rusak. Kayu adalah satu sumber daya alam tertua. Bangunan, perahu, mebel, batang korek
api, dan kertas adalah beberapa benda yang dapat dibuat dari kayu yang berasal dari berbagai
jenis pohon. Dan Dialah Allah yang menjadikan bagimu dari yang diciptakan-Nya
keteduhan, dan dari gunung-gunung Ia menjadikan bagimu tempat berlindung, dan Ia
menjadikan bagimu pakaian yang melindungi dari kekerasan. Demikianlah ia lengkapkan
nikmat –Nya bagimu supaya kamu tunduk pada kehendak-Nya dalam Islam. (QS. an-Nahl:
81)
Selingan:
Seorang kakek tua membuat sebuah kebun buah pada usia delapan
puluh tahun, para tetangga mengira ia sudah gila. Pada suatu hari
para tetangga melihat si kakek tua sedang sibuk menanam pohon di
tanah lapang dekat rumahnya. Orang-orang berkerumun dan mulai
mentertawakannya. Mereka bertanya: Apa yang telah merasukimu
sehingga kau mulai menanam pohon pada usiamu sekarang? Kau tak
akan sempat melihat pohon-pohon itu tumbuh besar dan berubah.
Sang kakek tetap meneruskan pekerjaannya. Setelah beberapa sa’at,
ia menegakkan badannya dan memperhatikan orang-orang itu. “Tak
terpikirkan oleh kalian, bahwa aku sedang menanam pohon untuk
generasi sesudahku?”, lalu ia membungkuk dan meneruskan
pekerjaannya. Orang yang menanam pohon tidak selalu makan
buahnya.
Samudera yang luasnya sekitar 362 juta km2 menutup lebih dari 2/3 permukaan bumi.
Berarti lebih dari dua kali luas daratan. Samudra menyim pan 90% air di dunia. Samudera
sangat berpengaruh kepada system cuaca harian dan iklim jangka panjang bumi. Hampir
75% panas dari matahari yang mencapai bumi tersimpan oleh samudera. Laut merupakan
sumber kehidupan manusia. Di laut orang bisa mengambil ikan, berlayar, mengambil energi,
dan masih banyak lagi kepentingan lain. Oleh karena itu kita wajib melindungi laut dari yang
merusak ekosistemnya. Dialah yang menundukkan lautan, supaya dari situ kamu dapat
memakan daging yang segar dan lembut, dan dapat kamu keluarkan dari dalamnya
perhiasan guna dipakai, dan kamu lihat kapal berlayar melelui ombak supaya kamu
mencari karunia Allah dan kamu bersyukur (QS. An-Nahl: 14).
Sayang, banyak orang memperlakukan laut dan samudera dengan ceroboh. Mereka
merusak habitat laut, maracuni makhluk hidup laut, dan menggunakan laut sebagai mtempat
pembuangan sampah yang mengancam kesehatan orang-rang yang tergantung pada laut.
2. Kasih Sayang
Selain bersih fisik, seperti yang disebutkan di atas, ada pula bersih rohani. Bersih rohani
artinya bersih dalam bersikap seperti menyayangi orang lain, berperilaku bagus dan rukun
dengan tetangga, menasehati teman yang melakukan kejahatan, menghormati kedua orang
tua dan mengikuti perintahnya, dan masih banyak lagi perbuatan-perbuatan terpuji sebagai
indikator seseorang itu dapat disebut memiliki rohani yang bersih.
Ahmad dan Rusli sekarang sama-sama duduk di kelas satu SD. Mereka
adalah dua sahabat yang bertetangga dan akrab sekali. Pada suatu hari,
Rusli, teman sekelas Ahmad tidak bisa hadir di sekolah karena sakit.
Sudah barang tentu, Rusli terpaksa tinggal pelajaran hari itu. Sehari
kemudian, Rusli sudah sembuh. Bahkan esok harinya Rusli sudah bisa
masuk sekolah seperti biasa. Ketika Rusli pulang dari sekolah, tiba-tiba
Ahmad, teman akrabnya, memanggilnya. “Rusli, kamu sudah sehatkan
bukan? O ya, sahut Rusli. Kemudian Ahmad berkata lagi: “syukurlah,
kamu dua hari yang lewat sakit bukan? Jadi, saya ingin bantu kamu untuk
mengulang dan menerangkan kembali pelajaran pada hari dimana kamu
sakit waktu itu, kamu setuju bukan?” O ya, saya sangat setuju, jawab
Rusli. OK, nanti malam selesai sholat magrib kita belajar bersama saja.
Alhamdulillah, kamu Ahmad adalah teman saya yang penyayang sama
temannya, ujar Rusli dengan wajah ceria.
Kasih sayang, seperti tergambar dalam cerita pendek di atas, juga dapat terujud dengan
sikap penolong Ahmad atas temannya Rusli. Demikian memang, manusia adalah sebagai
makhluk sosial. Pada dasarnya, ia tidak bisa hidup sendiri. Ia membutuhkan teman dalam
hidupnya. Si Amad, yang sehat sekalipun tidak bisa hidup ceria tanpa temannya Rusli, yang
pada waktu itu sakit. Ahmad butuh teman bicara, bermain, bercanda dan masih banyak
bentuk kebutuhan lainnya. Siapa pun yang hidup di tengah masyarakat, tidak akan bisa lepas
dari sikap tolong menolong. Seseorang tidak boleh hanya memikirkan dirinya sendiri, untuk
kepentingan dirinya sendiri, apalagi sampai mengorbankan orang lain.
Seorang guru bisa saja mengungkapkan manfaat tolong menolong, seperti: disayang Allah,
disayang orang tua maupun teman, hidup tenang dan bahagia, bisa membantu orang lain
untuk lepas dari suatu kesulitan dan masih banyak manfaat langsung yang bisa dirasakan
para siswa dalam kehidupan realnya. Untuk mengetahui siswa aktif, guru bisa pula
mengajukan pertanyaan seperti:
3. Disiplin
Disiplin dapat diartikan melakukan hal-hal yang sesuai dengan aturan, petunjuk,
kesepakatan atau jadual. Dalam agama Islam, , disiplin merupakan ajaran yang sangat
penting. Pentingnya menghargai waktu misalnya, dapat dibaca dalam al-Qur’an surat al-
‘Ashr, ayat 1-3 yang menyebutkan: Demi waktu, Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk
kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
Ada beberapa hal yang bisa disampaikan di sini terkait dengan hal kedisiplinan, yakni
disiplin belajar atau di sekolah, disiplin bermain, disiplin nonton televisi, disiplin di tempat-
tempat umum dan kenderaan umum.
Disiplin belajar atau disiplin di sekolah merupakan hal yang rutin dilakukan dan bisa diawasi
setiap saat. Hanya saja disiplin belajar di luar sekolah, seperti di rumah, selalu mendapatkan
kendad atau kesulitan. Secara teoritis, orang tua dan lingkungan harus berperan. Akan tetapi
dalam kenyataan, banyak sekali orang tua siswa yang merasa kesulitan untuk membimbing
anak disiplin belajar di rumah. Akhirnya, guru tetap saja sebagai sosok tempat mengadu
orang tua. Oleh karena, ada satu strategi yang bisa dilakukan guru untuk menambah tingkat
disiplin anak di rumah, yakni dengan menekankan kepada anak untuk
membacakan/mempresentasikan kembali isi pelajaran yang didapatkan di sekolah, yakni
membacakan di depan orang tuanya atau kolega lain. Hal ini bisa dilakukan berlangsung
rutin setiap hari. ‘Menekankan’ artinya ada evaluasi, indikator dan sanksi yang jelas dan
tegas dari guru bila hal ini tidak dilakukan. Dalam kenyataan di lapangan, apa yang
dikatakan guru (perintah atau larangan) ‘lebih ampuh’ dari perkataan orang tua.
Dewasa ini, jenis permainan anak cukup berkembang pesat, yakni dari yang paling murah
hingga yang paling mahal. Dari bermain petak umpat di kampung-kampung sampai ke
Time Zone di Super Market. Barangkali, permainan-permainan seperti ini masih dalam
kategori bisa diawasi dan terjadual secara baik. Artinya, masih besar kemungkian untuk
membentuk kedisiplinan anak dalam melakukan permainan itu. Terutama, dewasa ini,
kesempatan untuk bermain anak sudah sangat terbatas oleh jam kesibukan belajar, yang
menurut sebagian ahli pendidikan, sudah melanggar hak anak-anak. Ini juga harus
dimaklumi oleh orang tua dan pengelola pendidikan sendiri.
Berbeda dengan menonton televisi, tampaknya, tidak ada jadual yang jelas kapan seorang
anak menonton televisi, kemudian dalam acara apa misalnya. Sudah barang tentu, ada
beberapa orang tua yang sudah melakukan penjadualan secara ketat tentang kapan seorang
anak nonton televisi di rumah. Namun, kebanyakan belum bisa melakukan itu secara
konsisten. Sudah banyak guru yang menyampaikan himbauan ini di dalam kelas, tetapi
belum secara maksimal dilakukan anak. Satu acara yang cukup menarik seperti Smack
Down, belakangan ini sudah tidak banyak dilihat siswa tertentu, karena ada beberapa sekolah
yang secara tegas mengatakan bahwa permainan itu haram, dan menontonnya pun berarti
berdosa. Memang, pendekatan-pendekatan normatif dalam hal tertentu penting dilakukan
untuk menjadikan anak lebih berhati-hati. Cara seperti ini, juga bisa dilakukan untuk acara-
acara lain, bukan hanya Smack Down
Disiplin tidak hanya di rumah dan di sekolah, tetapi di mana saja pun seseorang harus
mempunyai disiplin. Disiplin pada tempat-tempat umum artinya mengikuti aturan-aturan
atau petunjuk yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kalau berjalan kaki, misalnya, harus
disebelah kiri jalan; jika naik kenderaan harus mematuhi rambu-rambu lalu lintas,
membuang sampah harus pada tempat yang sudah disediakan, tidak saling ngebut di jalan
raya kendati pun naik sepeda biasa beserta teman-teman misalnya.
Dari seluruh ajaran yang terkait dengan aqidah dan akhlak, pedekatan dengan pembiasaan
merupakan strategi yang dianggap lebih tepat. Para siswa tidak harus banyak dituntut untuk
menghafalkan, akan tetapi membiasakan diri untuk melakukan. Yang ingin disampaikan di
sini adalah seharusnya perbuatan-perbuatan baik yang dilakukian itu merupakan hasil
pembiasaan, yang pada gilirannya menjadi budaya masyarakat (peserta didik). Apakah yang
demikian akan mendapat pahala Tuhan, barangkali penekanan aspek normatif ini dijelaskan
di belakang. Demikianlah, strategi ini bisa ditarapkan terhadap perbuatan-perbuatan yang
dilarang (tercela).
Al-Quran pada dasarnya sudah memberikan contoh minimal atas apa yang tidak boleh
dilakukan terhadap orang tua (bapak dan ibu). Di sana disebutkan “janganlah kamu
mengatakan ‘ah’ kepada kedua orang tua kamu, akan tetapi katakanlah kepada mereka kata-
kata yang mulia. Adab kepada orang tua tidak semata dalam bentuk kata seperti itu, akan
tetapi juga terkait dengan tingkah laku maupun sikap. Sebab, sering ditemukan kata-kata
yang kelihatan halus dan hormat, akan tetapi dapat berimplikasi menyakitkan hati orang tua.
Oleh karena itu, faktor budaya dalam masyarakt juga harus mendapat pertimbangan.
Adab kepada orang tua bisa dilakukan dengan bentuk-bentuk sebagai berikut:
Dalam konteks ini, tatakrama terhadap kedua orang tua memilki pengertian:
a. Seorang anak harus dilatih untuk berbakti kepada kedua orang tua. Demi tujuan ini,
hendaknya ia diberi beberapa tugas yang dapat dilaksanakan. Setiap dia mentaati
kedua orang tuanya, hendaknya ia diberi pujian agar nilai semcam ini semakin
tertanam.
b. Berbicara dengan orang tua dengan sopan dan tidak mengeraskan suara. Allah
berfirman dalam surat al-Isra’ ayat 24: Dan rendahkan lah dirimu terhadaop mereka
(dua orang tua) dengan enuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘wahai Tuhanku,
kasihanilah mereka berdua, sebagaimana mereka telah mendidik aku diwaktu kecil’.
c. Anak dibiasakan agar tidak memandang dengan tajam terhadap kedua orang tuanya,
serta duduk dengan sopan di hadapan mereka.
d. Anak dibiasakan agar tidak keluar rumah tanpa seizing orang tuanya, sert atidak boleh
pulang terlambat kecuali mendapatka izinnya.
e. Sejak kecil anak dibiasakan untuk mendo’akn kedua orang tuanya. Metode terbaik
dalam hal ini apabila anak selalu mendengan orang tuanya berdo’a untuk kakek
neneknya. Dengan cara ini, insya Allah, akan tertanam pada diri anak untuk selalu
mendo’akan kedua orang tuanya.
Pada umumnya, tindakan anak sangat dipengaruhi kebiasaan orang tuanya. Oleh karena itu,
aspek keteladanan merupakan hal paling utama dalam pembinaan anak-anak. Keteladanan
merupakan metode terbaik dalam pendidikan moral. Diperingatkan kepada dua orang tua,
bahwa mereka selalu diawasi oleh putra-putrinya dalam keluarga. Bahkan, segala prilaku
mereka akan selalu direkam dalam hati anak yang masih bersih dan suci, hati yang
merupakan amanat Allah yang ada pada diri anak. Pada aspek keteladanan, sikap yang harus
dituntut adalah konsistensi serta kelangsungan, baik dalam perbuatan ataupun budi pekerti
yang luhur dari dua orang tua.
Adab kepada guru sebenarnya tidak jauh berbeda dengan adab kepada dua orang tua. Hanya
saja guru dan anak bertemu di sekolah dengan waktu tertentu, sementara orang tua biasanya
di rumah.
Adab kepada teman, biasanya tampak ketika anak-anak sedang bermain, belajar bersama
dan jalan bersama. Suatu hal penting dalam pendidikan adab kepada sesama teman ialah
etika dalam bergaul. Hal ini penting terutama bagi anak-anak yang dalam kelompok bermain
mereka terdiri dari laki-laki dan perempuan. Etika di sini tidak hanya menyangkut masalah
baik dan buruk, tetapi juga terkait dengan tepat atau tidaknya suatu perbuatan dilakukan
waktu itu. Demikian pula, tindakan apa yang harus dilakukan oleh masing-masing.
Aspek penting yang ditanamkan kepada anak-anak adalah mengucapkan terima kasih, saling
menghormati pendapat temannya, bermusyawarah, saling menolong dan lain sebagainya.
Toleransi berasal dari Bahasa latin tolerare yang berarti berusaha untuk tetap bertahan
hidup tinggal atau berinteraksi dengan sesuatu yang sebenarnya tidak disukai atau
disenangi. Dalam kamus Bahasa Indonesia toleransi berarti kelapangan dada dalam arti
suka rukun kepada siapapun membiarkan orang berpendapat atau berpendirian lain.
Sikap toleransi ini dapat diterapkan dalam berbagai bidang baik social maupun
keagamaan namun dalam pembahasan ini kajian tentang toleransi akan kita fokuskan
dalam masalah agama.
Poin yang dituangkan dalam Piagam Madinah antara lain berisi bahwa umat Islam dan
orang-orang Yahudi harus mempertahankan Yatsrib atau Madinah apabila diserang oleh
musuh serta mengukuhkan kebebasan keluar dari kota Yatsrib bagi yang menghendaki
dan mempersilahkan berdiam diri bagi yang ingin mempertahankan kehormatannya
Toleransi sebagai bentuk kemauan untuk menerima perbedaan berarti sejalan dengan
sunnatullah yang menciptakan manusia bersuku suku berbangsa bangsa agar saling
mengenal saling berinteraksi satu sama lain.
Bahkan ajaran Islam dengan tegas mengatakan bahwasanya di dalam beragama tidak
ada paksaan maka manusia bebas memilih jalannya masing-masing yang tentunya nanti
akan bersedia menerima konsekuensi dari pilihannya. Meskipun manusia berbeda
keyakinan namun Islam mengajarkan untuk saling menghormati saling berbuat baik
dalam kehidupan social bermasyarakat Sedangkan untuk urusan kyakinan
keagamaannya diserahkan kepada masing-masing lakum dinukum waliyadin.
Dewasa ini di tengah hiruk pikuk isu politik nasional yang mulai mengarah pada politik
identitas sehingga sesame bangsa Indonesia terpisah oleh sekat-sekat karena perbedaan
pilihan politik dan tidak jarang Hal ini menimbulkan perselisihan di antara saudara
sebangsa saling mencaci saling menghargai dan saling menjatuhkan.
Dalam situasi seperti ini maka toleransi menjadi penting untuk dikedepankan dalam
akhlak pergaulan hak sesame muslim maupun dengan saudara yang non muslim
sebangsa setanah air demi menjaga kerukunan kedamaian serta persatuan dan kesatuan
bangsa. Karena yang demikian ini sejalan dengan apa yang diajarkan oleh Allah
maupun Rasulullah sebagaimana disebutkan di pembahasan di atas.
Untuk mewujudkan toleransi Ndak nya kita senantiasa memahami bahwa dalam
kehidupan selalu terdapat perbedaan bahkan perbedaan-perbedaan itu adalah
sunnatullah, dan enaknya kita sebagai Muslim mampu menyikapi perbedaan-perbedaan
itu dengan baik sehingga perbedaan bisa menjadi rahmat Bukan sebaliknya karena
perbedaan menyebabkan perpecahan. Hal lain yang bisa kita usahakan untuk
menumbuhkan perilaku toleransi adalah dengan membuka diri untuk menerima saran
dan masukan dari orang lain didasari pada kenyataan bahwa Sanya kita adalah manusia
yang penuh kekurangan dan kelemahan tempatnya salah dan lupa. Dengan menyadari
kelemahan Kita sebagai manusia ini akan mengikis kesombongan Dani goyang apa
yang ada pada diri kita sehingga kita bisa memproses ikan diri di hadapan manusia yang
lain tanpa merendahkan dan memaksakan kehendak.
Maka ketika nilai-nilai dan praktek toleransi ini dapat kita lestarikan dalam relasi social
kita maka kita akan mendapatkan hal-hal positif dari nya diantaranya adalah:
Secara etimologi musawah diartikan sebagai sama tidak kurang dan tidak lebih.
Sedangkan secara istilah musawah berarti persamaan seluruh manusia dalam hak dan
kewajiban tanpa ada pemisahan atau perbedaan yang didasarkan pada kebangsaan
kelas aliran kelompok keturunan pangkat atau harta dan hal-hal lainnya.
Ajaran Islam yang mengedepankan persamaan menjadi daya Tarik pada awal dakwah
dakwah Rasulullah. Mereka orang-orang yang tidak mampu dan para Bunda yang
awalnya sering ditindas setelah mengakui prinsip musawah di dalam Islam maka
mereka tertarik dan berbondong-bondong untuk menyatakan keislamannya. Prinsip
musawah atau persamaan derajat ini salah satunya dikukuhkan oleh Rasulullah dalam
peristiwa Haji Wada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “wahai
segenap manusia Ingatlah bahwa Tuhan kalian sama ayah kalian sama kalian adalah
keturunan Adam dan Adam berasal dari tanah tidak ada perbedaan bagi orang Arab
atau non Arab orang yang berkulit merah dan orang yang berkulit hitam atau
sebaliknya kecuali ketakwaannya Sesungguhnya orang yang paling mulia dari kalian
adalah orang yang paling bertakwa”.
Contoh lain dari prinsip musawah di dalam Islam adalah peristiwa ketika Usamah bin
Zaid ingin membantu untuk meloloskan seorang wanita dari suku Quraisy agar
terbebas dari jeratan hukum maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Apakah engkau wahai Usamah akan membantu meloloskan seseorang dari hukum
Allah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berpidato dan berkata Wahai segenap
Prinsip prinsip musawah di dalam Islam tidak hanya terbatas dalam hubungan social
atau di dalam urusan hukum semata akan tetapi di dalam beribadah juga terkandung
nilai-nilai persamaan nilai-nilai musawah contohnya adalah antara lain di dalam salat
tidak ada perbedaan dalam ibadah salat antara orang yang kaya orang yang miskin
punya hak yang sama berdiri membentuk Sofyan lurus yang sama tanpa membedakan
kaya miskin kuat lemah. Pun demikian di dalam ibadah haji Jamaah Haji
menggunakan pakaian yang sama Tiada Beda antara si kaya dan si miskin. Inilah di
antara prinsip-prinsip musyawarah di dalam ibadah yang diajarkan oleh agama Islam.
c. Ukhuwah
Di samping toleransi dan dan musawah satu hal lagi yang penting untuk senantiasa
kita tanamkan pada diri kita adalah Ukhuwah ukhuwah secara Bahasa artinya adalah
persaudaraan. Ukhuwah adalah persaudaraan kerukunan persatuan dan solidaritas
yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain.
Ukhuwah Islamiyah serta perintah untuk menjaga persatuan dan kesatuan adalah salah
satu aspek yang ditekankan oleh ajaran Islam Allah menjelaskan dalam firmannya
Alquran surat al-hujurat ayat 10 orang-orang yang beriman itu sesungguhnya
bersaudara oleh karena itu damaikanlah atau perbaikilah hubungan antara kedua
saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat.
Dari sini dapat kita garis bawahi bahwasanya ukhuwah atau persaudaraan di dalam
kehidupan manusia secara umum didasari pada dua hal:
Macam-macam Ukhuwah
Di atas dijelaskan bahwa sannya ukhuwah terwujud karena adanya persamaan yang
melatarbelakangi satu orang dengan orang lain untuk saling bersaudara dan bersatu.
Maka persamaan keyakinan dan agama mendorong manusia untuk bersatu dan
bersaudara yang di dalam Islam kemudian melahirkan ukhuwah Islamiyah. Dan di
samping kesamaan agama masih ada factor-faktor yang menjadi latar belakang
manusia untuk saling bersaudara dan bersatu. Dalam konteks agama Islam dan kaitan
nya dengan kehidupan social kemasyarakatan di dalam berbangsa dan bernegara
setidaknya setidaknya ada tiga bentuk ukhuwah yang punya peran besar dalam
kehidupan masyarakat.
1. Yang pertama ukhuwah Islamiyah yang didasarkan pada kesamaan agama Islam
2. Yang kedua ukhuwah Wathoniyah, ukhuwah wathaniyah berarti persaudaraan
kebangsaan. Maka dalam konteks Indonesia seluruh warga negara Indonesia
adalah bersaudara.
3. Yang ketiga Ukhuwah insaniyah, ukhuwah insaniyah diartikan sebagai
persaudaraan sesame manusia atau kadang disebut juga dengan ukhuwah
Tiga hal ini toleransi musawah dan Ukhuwah menjadi pilar untuk membangun tatanan
masyarakat yang adil makmur aman dan damai.
Rangkuman
Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan seseorang.
Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-sifat yang terpuji pula”. Akhlak
terpuji meliputi akhlak terhadap diri sendiri, terhadap allah dan juga terhadap lingkungan dan
social bermasyarakat, bernegara dan berbangsa. Akhlak terpuji dalam Islam banyak sekali
bentuknya, Diantara akhlak terpuji yang hendaknya dibiasakan antara lain: hidup bersih, kasih
sayang, disiplin, dan sebagainya. Termasuk akhlak yang terpuji adalah budi pekerti yang baik
kepada orang tua. Akhlak islam juga mengajarkan untuk membangun komunitas masyarakat
yang adil aman tentram dan damai, maka islam mengajarkan toleransi, tawasut, dan musawah.
Tugas
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 2 tentang Akhlak Terpuji menurut Islam.
Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 2, baca ulang
dengan cermat serta pahami dengan baik, lalu ambillah poin-poin pentingnya dan susun dalam
bentuk power point yang efektif dan menarik.!
Tes Formatif
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Dalam mewujudkan kehidupan bernegara yang aman tentram dan damai hendaknya
manusia menghiasi diri dengan akhlak berikut kecuali…
a. Ukhuwah
b. Musawah
c. Tasamuh
d. Disiplin
c. Ukhuwah Wathaniyah
d. Ukhuwah Insaniyah
3. Hilangnya sifat dengki fitnah Kebencian Dendam dan permusuhan dalam hidup
bermasyarakat adalah salah satu hikmah dari…..
a. Disiplin
b. Toleransi
c. Ukhuwah
d. Ukhuwah wathaniyah
4. Salah satu cara yang baik untuk menanamkan adab yang baik seoarang anak kepada orang
tuanya adalah…..
a. Menuruti semua keinginannya
b. Bersikap santun dan lemah lembut kepada semua orang serta tidak membeda-bedakan
ras, agama, dan suku.
c. Memeberikan tugas tertentu untuk dikerjakan.
d. Memukul jika anak melakukan kesalahan.
5. Disiplin dapat diterapkan dalam banyak hal, yang termasuk disiplin dalam bermain dan
menonton TV adalah…
a. Membuat filter materi tontonan dan mainan anak dan mengatur waktunya
b. Melarang anak menonton TV dan bermain Gawai
c. Mendikte dan memaksa anak menonton tontonan kesukaan orang tua
d. Membebaskan anak memilih tontonannya sendiri
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Tingkat penguasaan materi = jumlah jawaban yang benar x 100%
jumlah soal
Pokok-Pokok Materi
1. Akhlak tercela
2. Macam macaam akhlak tercela: Berjudi,
3. Hikmah dilarangnya akhlak tercela
Uraian Materi
A. AKHLAK MADZMUMAH
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa “Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela
atau perbuatan jahat yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.”
Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan dengan akhlak
mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur, riya, dengki, bohong,
menghasut, kikil, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah, qati’urrahim, ujub, mengadu domba,
sombong, putus asa, kotor, mencemari lingkungan, dan merusak alam.
Akhlak tercela dapat diartikan sebagi sikap dan perbuatan yang buruk menurut
pandangan agama dan buruk menurut masyarakat pada umumnya. Penilaian suatu perbuatan
harus didasarkan dua kekuatan tersebut. Jika, salah satu saja yang dijadikan ukuran, maka
kemungkinan akan muncul sikap dan tingkah laku yang apologis di kalangan anak didik.
Seseorang akan mengatakan, “yang penting baik menurut pandangan Tuhan atau agama”. Jadi
manusia sekitar tidak dipentingkan atau tidak perlu dipertimbangakan. Demikian pula, jika
yang dijadikan ukuran hanya masyarakat semata, kemudian menafikan norma-norma atau
seruan-seruan agama, maka hal ini akan melahirkan sikap maupun tingkah laku yang kosong
dari etika agama dan terasa hampa, khususnya anak-anak.
Dari sekian banyak akhlak tercela, sebaiknya seorang guru harus melakukan observasi
terdahu dulu mengenai akhlak tercela yang paling dominan (reel) yang ditemukan pada siswa.
Tidak semua akhlak tercela ditemukan pada anak-anak yang sedang dihadapi di kelas. Jangan
sampai ada materi-materi yang diajarkan sama sekali tidak terkait dengan perilaku atau
kebiasaan buruk anak di kelas (reel). Jika hal ini dilakukan, maka besar kemungkinan anak-
anak tidak akan merespon dan mengapresiasi proses pembelajaran.
Secara umum, perbuatan yang tercela dan dominan dilakukan anak-anak didik, antara
lain dapat dilihat seperti yang disampaikan di bawah ini:
1. Hidup Kotor
Hidup kotor dapat diartikan secara fisik dan secara rohani. Secara fisik, seseorang
dikatakan kotor bila yang bersangkutan terlihat menjijikkan, bau busuk, lusuh, semraut dan
sebagainya. Hal itu dapat dilihat dari pakaian yang dipakainya maupun dari badannya sendiri.
Hidup kotor seperti itu dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Rugi bagi dirinya,
karena besar kemungkinan, ia akan sakit dan dijauhi orang lain. Rugi bagi orang lain, karena
orang lain itu tidak merasa nyaman atas kehadirannya. Oleh karena itu, jika kita ingin dianggap
sebagai orang yang beriman, maka kita harus hidup bersih. Nabi Muhammad bersabda:
“Kebersihan itu merupakan bagian dari iman.”
Dengan cara penjelasan seperti itu, seorang anak secara tidak langsung dididik peka
terhadap kepentingan lingkungan. Artinya, bukan saja ia harus bersih, akan tetapi ia juga
bertanggung jawab untuk melindungi orang yang berada di sekitarnya agar tidak terganggu
atas kehadirannya yang kotor itu.
Hidup kotor juga dapat dimaknai rohani. Kejahatan yang dilakukan dalam hidup
merupakan salah satu akhlak tercela. Akhlak tercela misalnya kejahatan moral. Kejahatan
moral adalah suatu peristiwa yang berkaitan dengan prilaku manusia yang dianggap tidak sesuai
atau menyimpang dari norma moral yang berlaku, baik yang berakibat langsung maupun tidak
langsung terhadap orang lan. Ituah kejahatan dalam terminologi al-Qur’an yang sering disebut
antar lain dengan kata: syarr, fasad, su’. Setiap kejahatan manusia mempunyai akibat yang
kembali kepada dirinya, baik langsung maupun tidak langsung. Allah akan membalas perbuatan
tersebut. Setiap perbuatan manusia akan mendapat balasan. Perbuatan baik akan dibalas baik
(pahala) dan perbuatan jahat akan dibalas dengan siksa.
“Dari Ibn Umar bin Zubair bin Abdullah diterangkan bahwa Rasulullah saw telah
bersabda: “orang yang mempelopori melakukan perbuatan yang baik dalam Islam, dia akan
akan mendapat pahala dan pahala orang-orang yang mengerjakannya saesudahnya, tanpa
dikurangi sedikitpun dari pahala oraang-orang yang ikut mengerjakannya., dan orang yang
mempelopori melaksanakan perbuatan yang buruk, ia akan menanggung dosa-dosa dan dosa
orang yang ikut mengerjakannya sesudahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa
orang ikut mengerjakannya”. (Hadis Riwayat Muslim).
Dalam buku-buku yang dijadikan sebagai bahan rujukan pembelajaran tentang aqidah
dan akhlak, ada beberapa perbuatan yang dikategorikan sebagai perbuatan buruk atau akhlak
tercela, seperti dusta dan hidup kotor. Hidup kotor dalam buku tersebut mengandung
pengertian kotor dalam arti fisik maupun kotor dalam pengertian rohani. Tetapi yang penting
tampaknya bagaimana sikap kotor ini dapat dijadikan sebagai kebiasaan yang harus dihindari,
seperti halnya akhlak terpuji menjadi budaya anak didik nantinya. Jadi, suatu perbuatan itu
dilakukan atau ditinggalkan atas dasar nurani dan kontrol sosial.
Menceritakan suatu kisah yang nyata dalam masyarakat dapat memberikan dampak
yang lebih positif terhadap anak-anak didik. Kendatipun demikian, tidak berarti cerita-cerita
yang tidak Nyata tidak berpengaruh sama sekali, asal yang demikian dibangun dengan
kerangka logis. Sebagai contoh: “Dadu siswa kelas satu. Ia anak yang malas. Ia sering tidak
masuk sekolah Alasannya sakit, padahal tidak sakit. Ia berbohong kepada ibu dan ayahnya. Ia
berbohong juga kepada guru. Di sekolah Dadu juga sering berbohong, misalnya mengaku
pensilnya hilang. Padahal ia tidak membawa pensil. Ketika teman-temannya sibuk membantu
mencarikan pensilnya, ia tersenyum saja. Ketika jajanpun ia suka berbohong, makan kue dua
potong mengaku hanya sepotong. Akibatnya si Dadu rugi sendiri. Iia tidak naik kelas,
disebabkan sering tidak masuk sekolah, di samping itu pula, ia dijauhi oleh teman-temannya,
tidak dipercaya orang dan dibenci orang.” Cerita ini bagus, logis. Akan tetapi tidak reel, artinya
mana si Badu yang tidak naik kelas itu dsb, dsb.
Di antara akhlak yang tidak terpuji dapat kita temukan bagi seseorang yang tidak pernah
berterima kasih dan bersyukur. Dalam al-Qur’an, Allah telah melukiskan orang yang tidak
pernah berterima kasih, yakni: Dialah yang memungkinkan kamu menjelajahi daratan dan
lautan, sampai bila kamu di dalam kapal dan berlayar dengan tiupan angin yang baik, dan
bergembira karenanya, tiba-tiba datang angin keras dan gelombang pun datng dari
segenap,penjuru, dan mereka mengira sudah terkepung, ketika itu mereka berdo’a kepada
Allah dengan tulus ikhlas sebagai pengabdian kepadaNya sambil berkata, “ kalau Engkau
selamatkan kami dari bencana ini, niscay kami akan sangat berterima kasih. Tetapi ketika
mereka diselamtkanNya, tiba-tiba mereka melanggar peraturan di bumi tanpa alasan yang
benar. Hai manusia! Pelanggaranmu akan menimpa dirimu sendiri, suatu kesenangan hidup
di dunia. Kemudian kepada Kami kamu kembali, dan saat itu Kami berithukan kepadamu apa
yang telah kamu lakukan. (QS Yunus: 22-23)
2. Suka berbohong
Selain hidup kotor, akhlak tercela juga dapat ditemukan pada sikap suka berbohong.
Berbohong artinya mengatakan sesuatu yang tidak sama dengan apa yang ada dalam hatinya.
Berbohong merupakan perbuatan yang dapat merusak kejiwaan seseorang. Berbohong, berarti
memupuk pertentangan dan konflik dalam hati dan nurani seseorang. Semakin banyak
berbohong, semakin banyak pula konflik kejiwaan pada diri seseorang. Padahal konflik
kejiwaan salah satu penyakit yang sangat berbahaya dan bisa membinasakan. Jika suka berkata
bohong, ini artinya, seseorang membunuh dirinya sendiri secara pelan-pelan.
3. Pasif
Pasif dapat diartikan sebagai malas, tidak giat, tidak punya keinginan maju, baik
dalam belajar maupun bekerja. Termasuk juga dalam sifat pasif ini adalah orang-orang yang
tidak memiliki kepedulian terhadap dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya. Ada
seseorang yang ingin pintar, tetapi tidak mau peduli untuk belajar atau hanya bermalas-malas,
ini juga disebut pasif.
Lawan dari pasif adalah aktif. Aktif artinya rajin, punya keinginan untuk maju dan
berlomba dengan temannya. Salah satu contoh murid yang aktif adalah ditandai dengan banyak
membaca, sering bertanya kepada guru, tidak malu-malu dalam kelas, membimbing temannya
di kelas, kemudian melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang ditugaskan oleh guru secara tepat.
Untuk menjadikan siswa aktif dalam kelas, seorang guru pun harus menggunakan
pendekatan belajar aktif (active learning) dalam proses pembelajaran di kelas. Jika tidak
demikian, sulit dibayang akan munculnya siswa yang aktif dan kreatif. Pembelajaran yang aktif
adalah proses pembelajaran di mana siswa lebih banyak terlibat secara langsung dan dalam
suasana pembelajaran yang menyenangkan. Mata pelajaran yang banyak terkait dengan
problem solving, sangat menarik bila disampaikan dengan metode pembelajaran akti tersebut.
Bisa saja setiap mata pelajaran dengan kreativitas masing-masing guru.
Termasuk unsur penting dalam pendidikan nilai adalah menghargai waku. Pepatah
orang Inggris mengatakan, time is money (waktu adalah uang). Orang arab pun punya ungkapan
sendiri yang menunjukkan betapa penting waktu. Yakni, waktu itu ibarat pedang. Jika engkau
tidak memotongkannya, maka ia akan memotongmu. Dalam tradisi bangsa kita, menghormati
waktu ini merupakan pekerjaan yang cukup berat. Menghormati waktu berarti bukan kita diam,
tetapi justru kita harus bekerja untuk mengisinya.
Contoh yang sering ditemukan dalam masyarakat adalah, jika ada rapat atau pertemuan
misalnya, maka biasanya acara pasti ditunda dari waktu yang ditetapkan, karena para undangan
banyak yang pasti datang terlambat. Oleh karena itu, para siswa tidak boleh meniru kebiasan
yang tidak baik tersebut. Seorang siswa harus betul-betul memanfaatkan waktu yang ada,
khususnya, untuk kepentingan belajar dan membaca. Dalam konteks ini, paling tidak, kita bisa
melihat dua surat al-Qur’an yang dimulai dengan ungkapan wal’ashr (demi waktu) dan iqra’
(bacalah). Menghargai waktu dan membaca merupakan kegiatan yang penting dalam
kehidupan. Hanya dengan menggunakan waktu seefektif mungkin dan membaca sebanyak
mungkin, seseorang akan menjadi manusia sukses. Nabi Muhammad sendiri mengajarkan
sebuah do’a kepada umatnya, yakni mengatakan: Ya Allah Tuhanku, aku sungguh berlindung
kepada-Mu dari kesusahan dan kesedihan, kelemahan dan pemalas, dari penakut dan bakhil,
dari lilitan hutang dan penindasan orang lain. (Hadis Riwayat Bukhari).
1. Berjudi
a. Larangan Judi
Pada ayat tersebut kata al maisir yang artinya mudah, yakni mengambil harta orang
lain dengan mudah tanpa susah payah, dan secara spesifik hal ini disebut dengan
berjudi. Atau diambil dari kata al yasaraa yang berarti merampas harta temannya.
Ibnu Abbas berkata : al maisir disebut juga al qimaar artinya taruhan atau judi. Sedang
menurut Imam Syaukani : setiap permainan yang tidak lepas dari merampas harta
orang lain atau merugikan orang lain dinamakan almaisir atau berjudi. Sehingga dari
keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa berjudi adalah suatu aktifitas yang
direncanakan ataupun tidak dengan melakukan spekulasi ataupun rekayasa untuk
mendapatkan kesenangan dengan menggunakan jaminan atau taruhan, sehingga yang
menang akan diuntungkan dan yang kalah akan merasa dirugikan. Dinyatakan oleh
ibnu abbas bahwa “orang laki-laki pada zaman jahiliyyah berjudi dengan taruhan istri
dan hartanya, sehingga bagi yang menang berhak mengambil istri dan harta orang yang
kalah, kemudian turun surat al Baqoroh ayat 12 yang membahas tentang perjudian.
Ibnu menyatakan apabila kita ragu-ragu atas suatu hukum sebuah perkara itu halal atau
haram maka lihatlah aspek mudhorot dan manfaatnya. Jika mudhorotny alebih banyak,
mustahil Allah memerintahkannya atau menghalalkannya.
Selain memberi hukum terhadap perbuatan judi, para ulama juga memberi ketentuan
sanksi bagi penjudi atau pelaku perjudian yakni :
b. Bahaya perjudian :
1. Masuk dalam lingkaran syaiton yang merugikan pribadi dan orang lain
2. Merugikan ekonomi karena ketidak pastian usaha yang dilakukan
3. Menimbulkan permusuhan dan kedengkian.
4. Menyebabkan kelalaian terhadap melaksanakan kewajiban
5. Menutup kepekaan rasa manusiawi
6. Menjadikan orang malas bekerja
7. Menjadi penyebab terjadinya perbuatan yang dilarang agama
8. Menghancurkan kestabilan, kerukunan, dan keharmonisan keluarga
9. Menghilangkan rasa malu dan kasih sayang
1. Orang akan dapat istiqomah menjalankan tanggung jawab yang diemban dalam
kaitannya dengan Allah ataupun sesama manusia
2. Perekonomian keluarga akan dapat distabilkan dengan berbagai usaha yang nyata-
nyata halal dan menghasilkan rizqi yang barokah
3. Melatih diri untuk sabar dan tenang dalam menghadapi berbagai tipuan dunia
4. Mantap dan khusyu’ dalam berdzikir dan beribadah kepada Allah
5. Menyebabkan orang konsisten menjalankan kewajiban terhadap diri, orang lain
dan Penciptanya
6. Menjadikan orang tekun dan bersemangat untuk terus berusaha sesuai dengan
kebenaran yang diyakini
7. Meninggalkan perbuatan berjudi menjadi motivasi untuk mengamalkan agama
atau berkarya bagi nusa dan bangsa
2. Berzina
a. Pengertian
Zina adalah memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan
(dalam persetubuhan) yang haram menurut zat perbuatannya, bukan karena subhat
dan perempuan itu mendatangkan syahwat.
Adapun yang dimaksud dengan persetubuhan yang haram menurut zat perbuatannya
dalam pengertian di atas ialah bercampur dengan perempuan yang bukan istrinya dan
bukan pula budaknya. Dengan demikian persetubuhan antara suami istri atau antara
laki-laki dengan budaknya tidak termasuk zina, walaupun dilakukan apda waktu-
waktu yang haram, seperti dalam keadaan haid, pada siang hari bulan puasa atau
sedang ihram. Dalam waktu-waktu tersebut persetubuhan antara suami istri atau antara
laki-laki dan budak perempuan hukumnya adalah haram, tetapi disini bukan lantaran
zat perbuatannya, melainkan karena sebab lain. Oleh karena itu tidak termasuk
kategori zina, walaupun pelakunya berdosa.
Begitu juga, tidak termasuk kategori zina, persetubuhan yang terjadi karena subhat
(karena khilaf atau dipaksa), sebab persetbuhan demikian itu tidak haram. Adapun
yang dimaksud dengan perempuan yang mendatangkan syahwat adalah manusia yang
masih hidup dan berjenis kelamin perempuan baik yang masih kecil maupun sudah
dewasa. Dengan demikian tidak termasuk kategori zina persetubuhan dengan mayat
atau dengan binatang, walaupun hukumnya haram.
b. Hukuman Berzina
Hukuman bagi orang yag berzina dapat dilanjutkan apabila yang bersangkutan benar-
benar melakukannya. Untuk memastikan yang bersangkutan benar-benar melakukan
perbuatan zina, maka diperlukan penetapan hukum secara syara’. Rasululloh sangat
berhati-hati melaksanakan hukuman bagi pelaku zina. Beliau tidak menjatuhkan
hukuman sebelum yakin bahwa yang dituduh atau yang mengaku berzina itu benar-
benar berbuat.
Secara garis besar, hukuman zina ada dua macam, yaitu : (a) Rajam, jenis hukuman
mati dengan cara dilempari batu sampai terhukum meninggal dunia, (b) Dera atau
taghrib. Dera yang disebut dengan jilidm adalah jenis hukuman yang berupa
pencambukan terhadap pelaku kejahatan, sedangkan taghrib ialah jenis hukuman yang
berupa pengasingan ke suatu tempat terasing yang jauh dari jangkauan. Bentuknya
yang sekarang adalah hukuman penjara.
Menuduh berzina (qadzaf) adalah salah satu kejahatan yang hukumnya haram, bahkan
merupakan salah satu dosa besar. Penegasan bahwa qadzaf adalah dosa besar terdapat
dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasul. Firman Allah SWT : Artinya : “Sesungguhnya
orang-orang yang menuduh wanita-wanita baik-baik, yang lengah (dari perbuatan
keji) lagi beriman (berzina), mereka kena laknat di dunia dan di akhirat, dan bagi
mereka adzab yang besar”(QS An-Nur: 23)
Perbuatan menuduh zina, diancam dengan sangsi hukum berupa jilid (dera) sebanyak
delapan puluh kali jika pelaku penuduh zina itu merdeka dan setengahnya (empat
puluh kali jika pelakunya budak hamba sahaya). Hukuman menuduh berzina dapat
gugur, dalam arti si penuduh dibebaskan dari hukuman qadzaf, jika terjadi tiga
keadaan sebagai berikut : a) penuduh dapat mengemukakan empat orang saksi bahwa
tertuduh betul-betul berzina, b) li’an, jika tertuduh adalah istri penuduh. Jika seseorang
suami menudh istrinya berzina tetapi tidak dapat mengemukakan empat orang saksi,
ia dapat bebas dari had qadzaf dengan jalan meli’ankan istrinya, c) tertuduh
memaafkan.
Zina merupakan sumber kejahatan dan penyebab pokok kerusakan dan termasuk dosa
besar. Hikmah diharamkannya antara lain :
1) Memelihara dan menjaga keturunan dengan baik. Karena adanya anak dari
hasil zina, umumnya tidak dikehendaki dan kurang disenangi.
2) Menjaga dari jatuhnya harga diri dan rusaknya kehormatan keluarga
3) Menjaga tertib dan teraturnya urusan rumah tangga. Biasanya seorang istri,
apabila suaminya cenderung melakukan perbuatan zina timbul rasa benci dan
ketidak harmonisan dalam rumah tangga.
4) Timbulnya rasa kasih sayag terhadap anak yang dilahirkan dari pernikahan
yang sah.
5) Terjaganya akhlak islamiyah yang akan mengangkat harkat dan martabat
manusia dihadapan sesame dan sang Kholik (Roli A. Rahman, dan M.
Khamzah, 2008 : 56-59) .
3. Mabuk-mabukan
Pemberian nama pada bermacam-macam minuman keras , dapat dibagi menjadi beberapa
golongan sesuai dengan bahan baku yang digunakan.
Jika bahan dasarnya dari sari buah-buahan seperti : anggur, nanas, apel d, maka disebut
wine. Jika miras itu dibuat dari pati disebut Bir. Bir yang paling banyak diperdagangkan
adalah bir yang dibuat dari malt (barley). Jenis bir lainnya adalah sake yang dibuat dari
beras kuning.
Nama-nama lain seperti rum, wisky, cognac drai Perancis, gin dari Irlandia, vodka dari
Rusia, merupakan miras yang diperoleh dengan cara distilasi (penyulingan) prodak
fermentasi alkoholik, sehingga kadar alkoholnya tinggi, hingga bisa mencapai 35-40 %.
Secara tradisional, orang telah mengetahui bahwa nira aren atau nira kelapa dapat
dijadikan miras dengan nama tuak, dengan cara membiarkan (inkubasi) selama satu hari
atau lebih. Selama inkubasi terjadilah proses fermentasi nira oleh saccharomycs. Bibit
saccharomycs ini sudah secara alami terdapat dalam nira sendiri, dam bercampur bersama
mikroba-mikroba lain yang turut melakukan fermentasi, sehingga rasanya bisa
bermacam-macam. Sedangkan bibit yang digunakan dalam fermentasi industrial adalah
bibit murni.
Sudah menjadi ijma’ ulama bahwa minuman keras (khamar) itu hukumnya haram,
meminumnya termasuk salah satu dosa besar. Haramnya minuman keras ini didasarkan
kepada dalil nash yang qath’I (pasti) yaitu ayat Al-Qur’an, yang artinya : ”Hai orang-
orang yang beriman, sesungguhnya (minuman) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
syaithan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan
.“(Al-Maidah : 90)
4. Narkoba
Konsumsi narkoba dalam Bahasa Arab disebut dengan kata ( ٌ ُمخذِّرات,“ ) ُمخذِّ ٌرMukhaddirun,
Mukhaddiraatun”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsumsi Narkoba diartikan
: “obat untuk menenangkan saraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa
mengantuk atau merangsang”. Perkataan narkotika berasal dari perkataan Yunani “narke”
yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa. Narkotika dapat dimafaatkan
untuk pengobatan, asal sesuai petunjuk ilmu kedokteran dan dalam keadaan terpaksa,
karena obat halal tidak didapat. Namun, jika digunakan untuk mendatangkan kerusakan
pada mental dan fisik pemakainya, maka hal ini dianggap penyalahgunaan narkotika.
Narkotika sebagai zat perusak jasmani dan rohani manusia. Narkotika dapat merusak akal
dan menghilangkan stabilitas diri. Narkotika dan khamar merupakan saudara kembar
dalam menimbulkan kejahatan dan kerusakan pada masyarakat serta merusak kesehatan
pelakunya. Penyalahgunaan Narkoba merupakan pola penggunaan yang bersifat
Phatologik, yang berlangsung pada jangka waktu tertentu dan menimbulkan gangguan
fungsi moral dan fungsi sosial. Narkoba sangat membahayakan hidup manusia, karena
akan berpengaruh pada kondisi fisik dan mental emosional penderita. Islam terhadap
khamar dan Narkotika atau yang sejenisnya semuanya diharamkan, dan memberi sangsi
hukuman terhadap pemakainya.
Keharaman narkoba ini dikarenakan unsur memabukkan yang ada pada narkoba,
sedangkan segala sesuatu yang memabukkan dalam islam termasuk khamer, dan khamer
hukumnya haram dikonsumsi. Dalam hadits disebutkan:
“setiap yang memabukkan adalah khamer, dan setiap (segala jenis) Khamer adalah
haram)”
Islam telah menetapkan undang-undang yang menghukum orang yang suka minuman
khamar ataupun mengkonsumsi Narkoba, demi untuk menjaga masyarakat dari bahaya
yang ditimbulkan. Undang-undag non-Islam juga menyadari bahaya yang ditimbulkan
akibat terganggunya akal. Oleh karena itu, undang-undang tersebut menghukum siapa
saja yang mengkonsumsi ganja atau Narkotika. Karena bahaya yang ditimbulkan
Narkotika dapat merusak akal dan menghilangkan stabilitas diri. Khamar dan ganja
adalah saudara kemba dalam menimbulkan kejahatan dan kerusakan pada masyarakat di
samping merusak kesehatan pelakunya.
Menurut tinjauan medis, Narkoba akan menimbulkan gangguan fisik manusia mulai dari
gangguan menstruasi, impotensi, kontipasi kronik, mudah terserang infeksi,
memperburuk aliran darah koroner dan dalam jangka panjang akan berakibat pada
anemia, timbulnya komlikasi seperti gangguan lambung, kanker usus, gangguan usus,
gangguan liver, gangguan pada otot jantung dan saraf, cacat janin, gangguan seksual, dan
bisa terjadi pendarahan pada otak. Kesemuanya menjadi penyebab kematian dini.
Na'uzubillahi mindzalik.
Bahaya Narkotika terutama menimpa pada orang yang menyalahgunakan bahkan dapat
pula menimpa keluarga pemakai, masyarakat, bangsa dan negara. Bahaya Nakotika
terhadap pemakainya anatara lain sebagai berikut :
Meninggalkan Minuman Keras dan Narkotika banyak mengandung hikmah antara lain :
5. Mencuri
a. Pengertian Mencuri
Dalam pengertian umum mencuri berarti mengambil sesuatu barang secara sembunyi-
sembunyi, baik yang melakukan itu anak kecil atau orang dewasa, baik yang dicuri itu
sedikit atau banyak, dan yang mengambil harta itu tidak mempunyai andil pemilikan
terhadap orang yang diambil.
Dengan pengertian di atas jelas bahwa mencuri yang diancam dengan syarat sebagai
berikut :
Walaupun perbuatan mencuri yang diancam dengan had mencuri terbatas pada
perbuatan terentu seperti telah dijelaskan di atas, tidak berarti bahwa perbuatan
mengambil harta orang lain selain mencuri, diperbolehkan dalam agama. Baik mencuri,
maupun perbuatan mengambil harta orang lain secara tidak sah lainnya seperti
mencopet, merampas, korupsi, semuanya termasuk perbuatan dosa yang diancam
dengan adzab di akhirat.
1) Seseorang tidak mudah dengan begitu saja mengambil barang milik orang lain,
karena berakibat buruk bagi dirinya. Sanksi moral bagi dirinya adalah rasa malu,
sedangkan sanksi yang merupakan hak adam adalah had.
2) Hak milik seseorang benar-benar dilindungi oleh hukum Islam. Karunia Allah tidak
terbatas bilangannya akan tetapi apabila seseorang telah memilikinya dengan cara
perolehan yang halal, maka haknya dilindungi.
3) Menghindari sifat malas yang cenderung memperbanyak pengangguran. Mencuri
adalah cara singkat untuk memperoleh sesuatu dan memilikinya secara tidak sah.
Perbuatan seperti ini disamping tidak terpuji karena membuat orang lain tidak
aman, juga cenderung pada sikap malas tidak mau berjuang. Sifat ini bertentangan
dengan ajaran Islam.
Rangkuman
Akhlak tercela atau Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat
yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.”
Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan dengan akhlak
mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur, riya, dengki, bohong,
menghasut, kikil, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah, qati’urrahim, ujub, mengadu
domba, sombong, putus asa, kotor, mencemari lingkungan, dan merusak alam.
Tugas
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 3 tentang Akhlak Madzmumah Agar
Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 3, buatlah peta konsep
yang menjelaskan tentaang hakikat akhlak tercela, serta buatlah Tabel akhlak tercela dan dalil
yang menjelaskannya
Tes Formatif
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Permainan judi/mengadu nasib dilarang karena alasan:
a. Semua jawaban benar
b. Larangan agama
c. Merugikan masyarakat
d. Tidak ada kepastian di dalamnya.
2. Berdusta salah satu sikap yang bertentangan dengan akal sehingga orang-orang beriman
sebaiknya:
a. Menjauhi perbuatan dusta karena dapat merusak hati manusia.
b. Menjauhi perbuatan dusta karena telah membohongi pikiran manusia.
c. Menjauhi perbuatan dusta karena mengakibatkan tidak percaya diri.
d. Menjauhi perbuatan dusta kerena telah menipu Tuhan.
3. Tujuan Islam menetapkan undang-undang yang menghukum orang yang suka meminum
khamar ataupun mengkonsumsi narkoba adalah demi….
a. Untuk menjaga diri
b. Untuk mendapatkan kesenangan dan keamanan
c. Untuk mendapatkan kedamaian dalam hidup berumah tangga
d. Untuk menjaga masyarakat dari bahaya yang ditimbulkan
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.
Tingkat penguasaan materi = jumlah jawaban yang benar x 100%
jumlah soal
Pokok-Pokok Materi
Uraian Materi
1. Makna Syirik
Syirik adalah lawan kata dari tauhid, yaitu sikap menyekutukan Allah secara
zat, sifat, perbuatan, dan ibadah. Adapun syirik secara dzat adalah dengan meyakini
bahwa zat Allah seperti zat makhlukNya. Perbuatan syirik dapat merendahkan harkat
& martabat manusia. Syirik dari segi bahasa artinya mempersekutukan, secara istilah
adalah perbuatan yang mempersekutukan Allah dg sesuatu yang lain. Orang yang
melakukan perbuatan syirik disebut musyrik. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
ُْشكْ ِِّب ه َِّّلل فَقَ ِّد إفْ َ ََتى إثْ ًما َع ِّظميًا َ ُْشكَ ِّب ِّه َوي َ ْغ ِّف ُر َما د
ِّ ْ ُون َذ ِّ َِل ِّل َم ْن يَشَ ا ُء َو َم ْن ي َ ْ إَّلل ََل ي َ ْغ ِّف ُر َأ ْن ي
َ إ هن ه
ِ ِ
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala
dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar. (QS. An
Nisa: 48) Nabi Ibrahim alaihissalam pernah mengucapkan berkata:“.. dan
jauhkanlah Aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (QS.
Ibrahim: 35)
Jadi syirik terbagi menjadi dua macam; yaitu syirik akbar (besar): memperlakukan
sesuatu selain Allah sama dengan Allah, dalam hal-hal yang merupakan hak khusus
baginya. Syirik asghor (kecil: perbuatan yang disebutkan didalam Al Qur’an dan
Hadis sebagai suatu kesyirikan tetapi belum sampai ke tingkat syirik akbar.
Surga dan neraka benar-benar ada, dan keduanya merupakan makhluk ciptaan Allah
subhanahu wa ta’ala. Barangsiapa mati dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada
Allah sedikitpun, ia dijanjikan masuk surga. Tetapi barangsiapa meninggal dalam
keadaan menyekutukan Allah, maka ia akan masuk neraka jahannam, sekalipun
banyak sekali peribadatan yang telah ia kerjakan. Masalah penting, yaitu: bahwa Nabi
Ibrohim memohon kepada Allah untuk dirinya dan anak cucunya supaya dijauhkan
dari perbuatan menyembah berhala. Nabi Ibrahim mengambil pelajaran dari keadaan
sebagian besar manusia, yaitu: bahwa mereka itu adalah sebagaimana kata beliau;: “Ya
Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada
manusia…..(QS. Ibrahim: 36)
2. Macam-Macam Syirik
1. Syirik dalam rububiyah, yaitu meyakini ada pencipta dan pengatur alam semesta
selain allah.
2. Syirik dalam uluhiyah, yaitu meyakini ada tuhan lain, selain Allah yang berhak
disembah,
3. Syirik dalam Asma’ dan Sifat, yaitu menyamakan sifat Allah dengan sifat makhluk.
Padahal Allah tidak sama dengan makhluk “laisa kamislihi syaiun”
Berdasarkan bentuknya syirik ada tiga macam, yaitu: pertama, syirik dalam keyakinan
(I’tiqad) yaitu syirik dalam keyakinan. Artinya meyakini adanya tuhan selain Allah
yang mampu mendatangkan manfaat atau madharat. Syirik dalam perkataan, seperti
bersumpah dengan selain nama Allah. Ketiga, syirik dalam perbuatan, melakukan hal-
hal yang mengandung kemusyrikan seperti beribadah dan menyembah kepada selain
Allah, sujud menyembah batu misalnya.
3. Bahaya Syirik.
Allah berfirman: “Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak
dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) di buat orang.
(Berhala-berhala) itu benda mati, tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak
mengetahui bilakah penyembah penyembahnya akan dibangkitkan”. (Al-Hajj: 20-21)
“Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka ia seolah-olah jatuh dari
langit lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ketempat yang jauh”. (Al-
Hajj: 31)
Kedua: syirik adalah sarang khurofat dan kebatilan Dalam sebuah masyarakat
yang akrab dengan perbuatan syirik, “barang dagangan” dukun, tukang nujum, ahli
nujum, ahli sihir dan yang semacamnya menjadi laku keras. Sebab mereka
mendakwahkan (mengklaim) bahwa dirinya mengetahui ilmu ghaib yang
sesungguhnya tak seorangpun mengetahuinya kecuali Allah.
Ketiga: Syirik adalah kedholiman yang paling besar yakni dhalim terhadap
hakikat yang agung yaitu (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah).
Adapun orang musyrik mengambil selain Allah sebagai Tuhan serta mengambil
Keempat: Syirik sumber dari segala ketakutan dan kecemasan Orang yang
akalnya menerima berbagai macam khurofat dan mempercayai kebatilan,
kehidupannya selalu diliputi ketakutan. Sebab dia menyandarkan dirinya pada banyak
obyek yang anggap tuhan. Allah berfirman: “Akan Kami masukkan ke dalam hati
orang-orang yang kafir rasa takut disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan
sesuatu yang Allah sendiri tidak memberikan keterangan tentang itu. Tempat kembali
mereka adalah Neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang dhalim”.
(Ali-Imran: 151)
Ketujuh: Syirik memecah belah umat “Dan janganlah kamu termasuk orang-
orang yang memper-sekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama
mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga
dengan apa yang ada pada golongan mereka”. (Ar Ruum: 31-32) Itulah berbagai
kerusakan dan bahaya yang ditimbulkan perbuatan syirik. Yang jelas Syirik
merupakan penyebab turunnya derajat dan martabat manusia ke tempat paling hina
dan paling rendah.
menipu atau mengelabui orang-orang dg bantuan jin atau setan, peramalan, dukun dan
tenung, bernazar kepada selain Allah. Dalam masyarakat masih dijumpai seseorang
bernazar kepada selain Allah. Misalnya seorang bernazar, "jika aku sembuh dari
penyakit, aku akan mengadakan sesajian ke makam wali". Perbuatan seperti itu adalah
perbuatan yang sesat. Demikian juga riya', yakni beramal bukan karena Allah,
melainkan karena ingin dipuji atau dilihat orang, dan itu adalah perbuatan syirik.
5. Sebab-sebab Syirik
Rangkuman
A. Syirik adalah lawan kata dari tauhid, yaitu sikap menyekutukan Allah secara zat, sifat,
perbuatan, dan ibadah. Adapun syirik secara dzat adalah dengan meyakini bahwa zat Allah
seperti zat makhlukNya. Perbuatan syirik dapat merendahkan harkat & martabat manusia.
Syirik dari segi bahasa artinya mempersekutukan, secara istilah adalah perbuatan yang
mempersekutukan Allah dg sesuatu yang lain. Orang yang melakukan perbuatan syirik
disebut musyrik.
B. Bahaya akibat perbuatan syirik adalah:
1. Pertama: syirik merendahkan eksistensi kemanusiaan
2. Kedua: syirik adalah sarang khurofat dan kebatilan
3. Ketiga: Syirik adalah kedholiman yang paling besar yakni dhalim terhadap hakikat
yang agung yaitu (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah
4. Keempat: Syirik sumber dari segala ketakutan dan kecemasan
5. Kelima Syirik membuat orang malas melakukan pekerjaan yang bermanfaat.
6. Keenam: Syirik menyebabkan pelakunya kekal dalam Neraka
7. Ketujuh: Syirik memecah belah umat
Tugas
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 4 tentang syirik sebagai bentuk perbuatan
dan akhlak yang sangat tercela. Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada
Kegiatan Belajar 4, buatlah peta konsep yang efektif tentang materi syirik sebagai akhlak yang
paling tercela.
Tes Formatif
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. ُْشكْ ِِّب ه َِّّلل فَقَ ِّد إفْ َ ََتى إثْ ًما َع ِّظميًا َ ُْشكَ ِّب ِّه َوي َ ْغ ِّف ُر َما د
ِّ ْ ُون َذ ِّ َِل ِّل َم ْن يَشَ ا ُء َو َم ْن ي َ ْ إَّلل ََل ي َ ْغ ِّف ُر َأ ْن ي
َ إ هن ه
ِ ِ
Ayat di atas mengandung pengertian berikut ini kecuali……..
a. Dosa syirik tidak diampuni jika dibawa mati
b. Syirik adalah perbuatan yang dilarang agama
c. Dosa syirik tidak tidak dapat dihapus
d. Syirik adalah dosa yang sangat besar
2. Orang yang meyakini bahwa yang mendatangkan musibah adalah Bukan Allah
melainkan makhluk tertentu. Maka dalam hal ini orang tersebut masuk dalam kategori
…….
a. Uluhiyah
b. Rububiyah
c. Asma’ wa sifat
d. Perbuatan
3. Syirik harus dihindari karena hal hal berikut kecuali…….
a. Menyebabkan Pelakunya kekal di neraka
b. Merupakan kedholiman dan dosa yang besar
c. Meneguhkan eksistensi manusia
d. Menyebabkan ketakukan dan kecemasan
4. Manusia bisa terjerumus kepada perbuatan syirik disebabkan oleh beberapa hal berikut
kecuali….
a. Kebodohan dan minimnya ilmu
b. Taqlid buta
c. Lemahnya iman
d. Pengaruh budaya
5. Syirik dibagi menjadi dua syirik besar dan syirik kecil, perbedaan diantara keduanya
antara lain adalah rusaknya perbuatan manusia, jika syirik akbar maka sumua
perbuatannya rusak karena syiriknya tersebut, bagaimanakah dengan perbuatan yang
disertai syirik asghar?
a. Syirik asghar menyebabkan semua amal manusia rusak
b. Syirik asghar tidak merusak amal
c. Syirik asghar hanya merusak perbuatan yang disertainya.
d. Semua jawaban benar.
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 4 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.
TUGAS AKHIR
Setelah mempelajari materi yang terdapat pada kegiatan belajar 1 s.d. 4, buatlah peta konsep
dari materi Akhlak Menurut Islam disertai dalil-dalilnya dan identifikasi akhlak akhlak terpuji
dan tercela dalam kehidupan sehari hari.!
TES SUMATIF
Pilihlah Jawaban Yang Tepat dari Pertanyaan Berikut Ini!
1. Suatu perbuatan disebut bernilai akhlak, jika ia dilakukan dengan:
A. Senang
B. Disengaja
C. Spontanitas
D. Refleks
2. Suatu perbuatan disebut baik, jika ia sesuai dengan:
A. Agama, budaya setempat dan nalar sehat
B. Agama dan nalar saja.
C. Agama saja
D. Nalar dan budaya saja, sebab agama hanya Tuhan yang tahu.
3. Munculnya akhlak tidak terpuji di kalangan remaja Muslim disebabkan antara lain:
A. Tidak paham agama
B. Tidak berfungsinya hukum secara baik
C. Karena pengaruh lingkungan
D. Semua jawab benar
4. Baik atau buruk merupakan aspek yang terkait dengan:
A. Siapa yang melakukan
B. Bagaimana cara melakukan
C. Apa hasil perbuatan
D. Bagaiman nilai perbuatan
5. Benar dan salah merupakan aspek yang berhubungan dengan:
A. Norma perbuatan
B. Cara melakukan
C. Siapa yang melakukan
D. Kapan dilakukan.
6. Dalam akhlak, adat-istiadat merupakan yang tidak bisa lepas dari masyarakat. Oleh
sebab itu adat-istiadat:
A. Perlu menjadi pertimbangan dalam menentukan nilai perbuatan
B. Tidak perlu, karena adat ada yang baik dan ada yang buruk
C. Perlu karena, adat bahkan bisa mengalahkan kebenaran agama
D. Semua jawaban benar
7. Surat dalam alqur’an yang terkait dengan dilarangnya permainan judi terdapat pada:
A. Al-Anbiya’, ayat 5.
B. Al-Baqarah, ayat 15
C. Al-Baqarah, ayat 17
D. al Baqarah, ayat 12
8. Bentuk jamak dari Akhlak adalah…
A. Khuluqun
B. Khaliqun
C. Khalaka
D. Khalaqun
13. Syarat untuk menilai perbuatan itu baik atau buruk adalah :
A. Semua perbuatan dapat dinilai baik dan buruk
B. Dilakukan dengan sengaja
C. Pelaku tidak tau apa yang dilakukannya
D. Semua benar
17. Tujuan Islam menetapkan undang-undang yang menghukum orang yang suka
meminum khamar ataupun mengkonsumsi narkoba adalah demi….
A. Untuk menjaga mengatur masyarakat
B. Untuk mendapatkan kesenangan dan keamanan
C. Untuk mendapatkan kedamaian dalam hidup berumah tangga
D. Untuk menjaga masyarakat dari bahaya yang ditimbulkan
19. Salah satu cara yang baik untuk menanamkan adab yang baik seoarang anak kepada
orang tuanya adalah…..
A. Menuruti semua keinginannya
B. Bersikap santun dan lemah lembut kepada semua orang serta tidak membeda-
bedakan ras, agama, dan suku.
C. Memeberikan tugas tertentu untuk dikerjakan.
D. Memukul jika anak melakukan kesalahan.
20. Orang yang meyakini bahwa yang mendatangkan musibah Bukan Allah melainkan
makhluk tertentu. Maka dalam hal ini orang tersebut masuk dalam kategori …….
A. Uluhiyah
B. Rububiyah
C. Asma’ wa sifat
D. Perbuatan
KUNCI JAWABAN
Jawaban tes Formatif
Formatif 1 Formatif 2 Formatif 3 Formatif 4
1 D 1 D 1 A 1 C
2 B 2 D 2 B 2 B
3 B 3 B 3 D 3 C
4 A 4 C 4 C 4 D
5 D 5 A 5 C 5 C
Bagian A
SUMATIF
1 B 6 A 11 D 16 A
2 A 7 D 12 D 17 D
3 D 8 A 13 D 18 C
4 B 9 C 14 C 19 C
5 A 10 D 15 A 20 B
Bagian B
Jawab soal 1:
Menjaga kelestarian hutan dan kelautan. Ayat al-Qur’an yang bicara tentang alam ini
adalah: Dan Dialah Allah yang menjadikan bagimu dari yang diciptakan-Nya keteduhan,
dan dari gunung-gunung Ia menjadikan bagimu tempat berlindung, dan Ia menjadikan
bagimu pakaian yang melindungi dari kekerasan. Demikianlah ia lengkapkan nikmat –
Nya bagimu supaya kamu tunduk pada kehendak-Nya dalam Islam. (QS. an-Nahl: 81).
Contoh ayat yang berkaitan dengan kelautan adalah: Dialah yang menundukkan lautan,
supaya dari situ kamu dapat memakan daging yang segar dan lembut, dan dapat kamu
keluarkan dari dalamnya perhiasan guna dipakai, dan kamu lihat kapal berlayar melelui
ombak supaya kamu mencari karunia Allah dan kamu bersyukur (QS. An-Nahl: 14).
Jawab soal 2:
Al-Qur’an surat al-‘Ashr, ayat 1-3 yang menyebutkan: Demi waktu, Sungguh manusia
dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta
saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
Jawaban Soal 3:
Memberi tugas dan diminta untuk resume; mempresentasikan di hadapan orang tua
tentang mata pelajaran yang ditentukan dengan disertai catatan/laporan singkat; diminta
membuat pertanyaan sebanyak mungkin terkait dengan isi bacaan.
Jawab soal 4:
Biasakan melakukan pembelajaran aktif dengan materi yang terkait dengan kehidupan
riil; biasakan untuk saling mengkritisi pendapat temannya yang lain. Jawab: usahakan
memberikan contoh yang pernah dilakukan orang-orang terkenal, seperti nabi. Misalnya,
ada hadis Nabi Muhammad yang menceritakan bahwa beliau suka menjahit atau
menambal pakaiannya yang sobek. Untuk menjelaskan hadis ini, seorang guru, misalnya,
tidak menjelaskan dari sudut kerendahan hati nabi atau dari kerajinan nabi, akan tetapi
dijelaskan bahwa Nabi tidak suka menyuruh seseorang untuk menolongnya, selama Nabi
masih mampu melakukan pekerjaan itu dengan sendiri.
Jawab soal 5:
Allah berfirman: “Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak
dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) di buat orang.
(Berhala-berhala) itu benda mati, tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak
mengetahui bilakah penyembah penyembahnya akan dibangkitkan”. (Al-Hajj: 20-21)
“Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka ia seolah-olah jatuh dari
langit lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ketempat yang jauh”. (Al-
Hajj: 31)
Kedua: syirik adalah sarang khurofat dan kebatilan Dalam sebuah masyarakat
yang akrab dengan perbuatan syirik, “barang dagangan” dukun, tukang nujum, ahli
nujum, ahli sihir dan yang semacamnya menjadi laku keras. Sebab mereka
mendakwahkan (mengklaim) bahwa dirinya mengetahui ilmu ghaib yang
sesungguhnya tak seorangpun mengetahuinya kecuali Allah.
Ketiga: Syirik adalah kedholiman yang paling besar yakni dhalim terhadap
hakikat yang agung yaitu (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah).
Adapun orang musyrik mengambil selain Allah sebagai Tuhan serta mengambil
selainNya sebagai penguasa. Syirik merupakan kedhaliman dan penganiayaan
terhadap diri sendiri
Keempat: Syirik sumber dari segala ketakutan dan kecemasan Orang yang
akalnya menerima berbagai macam khurofat dan mempercayai kebatilan,
kehidupannya selalu diliputi ketakutan. Sebab dia menyandarkan dirinya pada banyak
obyek yang anggap tuhan. Allah berfirman: “Akan Kami masukkan ke dalam hati
orang-orang yang kafir rasa takut disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan
sesuatu yang Allah sendiri tidak memberikan keterangan tentang itu. Tempat kembali
mereka adalah Neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang dhalim”.
(Ali-Imran: 151)
Ketujuh: Syirik memecah belah umat “Dan janganlah kamu termasuk orang-
orang yang memper-sekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama
mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga
dengan apa yang ada pada golongan mereka”. (Ar Ruum: 31-32) Itulah berbagai
kerusakan dan bahaya yang ditimbulkan perbuatan syirik. Yang jelas Syirik
merupakan penyebab turunnya derajat dan martabat manusia ke tempat paling hina
dan paling rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali, Imam.. Ringkasan Ihya Ulumuddin terj. Zeid Husein Al-Hamid. Jakarta: Pustaka
Amani 2007
Akbar S. Ahmed, Living Islam, From Samarkand to Stornoway, New York: Fact on File Inc.,
1994.
Isma’il Raji al-Faruqi, Tauhid, terj. Rahmani Astuti, Bandung: Pustaka, 1995.
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII, (Jakarta: Kementerian
Agama, 2014).
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas X, (Jakarta: Kementerian Agama,
2014).
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas XII, (Jakarta: Kementerian
Agama, 2014).
Khatib Ahmad Santhut, Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral dan Spritual Anak dalam Keluarga
Muslim, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998.
Masan AF., Aqidah Akhlak, Kurikulum 2004 Madrasah Tsanawiyah, Kls. 1, Semarang: Toha
Putra, 2004.
Mu’ti, Mahyan Imam. Et.al.. Akidah akhlak 1. Jakarta: Departemen gama RI 2001
Rahmad, Jalaluddin et.al,. Petualangan Spiritualitas Meraih Makna Diri Menuju Kehidupan
Abadi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2008
Shihab, quraish,. Islam Yang Saya Pahami, Tanggerang: Lentera Hati 2018
GLOSARIUM
Akhlak : adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang
madzmumah merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia
Akhlak mahmudah : adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan
seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan
dari sifat-sifat yang terpuji pula”.
Disiplin : diartikan melakukan hal-hal yang sesuai dengan aturan, petunjuk,
kesepakatan atau jadual
Hablu minallah : Hubungan manusia dengan Allah
Hablu minannas : Hubungan manusia dengan sesamanya
Hedonisme : sebuah aliran klasik dari Yunani yang menyatakan bahwa ukuran
tindakan kebaikan adalah done, yakni kenikmatan dan kepuasan
rasa
Humanisme, : yaitu aliran yang berpandangan bahwa baik dan buruknya sesuatu
itu adalah sesuai dengan kodrat manusia itu sendiri, atau
kemanusiaannya
Khamer : minuman yang memabukkan dan menghilangkan kesadaran dalam
semua jenisnya.
musawah : persamaan seluruh manusia dalam hak dan kewajiban tanpa ada
pemisahan atau perbedaan yang didasarkan pada kebangsaan kelas
aliran kelompok keturunan pangkat atau harta dan hal-hal lainnya
religiosisme : aliran yang mengatakan bahwa baik dan buruk itu adalah sesuai
dengan kehendak Tuhan
Sosialisme : yaitu aliran yang berpendapat bahwa baik nya sesuatu ditentukan
oleh masyarakat
Syirik : menyekutukan Allah secara zat, sifat, perbuatan, dan ibadah
Toleransi : kelapangan dada dalam arti suka rukun kepada siapapun
membiarkan orang berpendapat atau berpendirian lain
Utilitarisme, : yaitu aliran yang menyatakan bahwa yang baik adalah yang
berguna
Ukhuwah : adalah persaudaraan kerukunan persatuan dan solidaritas yang
dilakukan oleh seseorang kepada orang lain
ukhuwah Islamiyah : Persaudaraan yang didasarkan pada kesamaan agama Islam
ukhuwah : berarti persaudaraan kebangsaan.
wathaniyah
ukhuwah insaniyah : diartikan sebagai persaudaraan sesame manusia atau kadang
disebut juga dengan ukhuwah Basyariyah
Vatalisme : yaitu aliran yang berpandangan bahwa ukuran perbuatan baik itu
adalah kekuatan dan kekuasaan
Zina : adalah memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin
perempuan (dalam persetubuhan) yang haram menurut zat
perbuatannya, bukan karena subhat dan perempuan itu
mendatangkan syahwat
Penulis:
Dr. Zainal Arifin, S.Pd.I., M.S.I.
1
DAFTAR ISI
MODUL 3: SIFAT-SIFAT BAGI ALLAH (AL-ASMA> AL-H}USNA>)
PENDAHULUAN Hal
..……………………………………………………...
Rasional dan Deskripsi Singkat………………………………………. 4
Relevansi ……..………………………………………………………. 4
Petunjuk Belajar………………………………………………………. 5
KEGIATAN BELAJAR 1: Sifat-Sifat Bagi Allah Swt (Wajib, 6
Mustahil, dan Jaiz)
………………………………………………………………….
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………….. 6
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan…………………………… 6
Pokok-Pokok Materi…………………………………………………. 6
Uraian Materi………………………………………………………… 7
Rangkuman…………………………………………………………… 18
Tugas…………………………………………………………………. 18
Tes Formatif 1……………………………………………………….. 19
KEGIATAN BELAJAR 2: Al-Asma> Al-H}usna> (al-‘Azi>z, al- 21
Gaffa>r, al-Ba>sit}, an-Na>fi’, ar-Ra’u>f, al-Barr, al-Fatta>h}, al-
‘Adl, dan al-Qayyu>m)..
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………….. 21
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………. 21
Pokok-Pokok Materi………………………………………………….. 21
Uraian Materi…………………………………………………………. 22
Rangkuman…………………………………………………………… 34
Tugas………………………………………………………………….. 36
Tes Formatif 2……………………………………………………….. 37
KEGIATAN BELAJAR 3: Al-Asma> Al-H}usna> (al-Kari>m, al- 39
Mu’min, al-Waki>l, al-Mati>n, al-Ja>mi‘, al-H}a>fiz|, dan al-
A>khir)…………………
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………….. 39
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan…………………………… 39
Pokok-Pokok Materi…………………………………………………. 39
Uraian Materi………………………………………………………… 40
Rangkuman…………………………………………………………… 48
Tugas…………………………………………………………………. 49
Tes Formatif 3……………………………………………………….. 50
KEGIATAN BELAJAR 4: Al-Asma> Al-H}usna> (ar-Razza>q, al- 53
Ma>lik, al-H}a>sib, al-Ha>di>, al-Kha>liq dan al-
H}aki>m)……………………………….
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………….. 53
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan……………………………. 53
Pokok-Pokok Materi………………………………………………….. 53
Uraian Materi…………………………………………………………. 54
2
Rangkuman…………………………………………………………… 64
Tugas…………………………………………………………………. 66
Tes Formatif 4……………………………………………………….. 67
TUGAS AKHIR 68
…………………………………………………………
TES SUMATIF 69
………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 76
GLOSARIUM………………………………………………………… 78
…
3
PENDAHULUAN
RELEVANSI
Dalam kajian Akidah Akhlak, mempelajari sifat-sifat wajib, mustahil, dan
jaiz bagi Allah merupakan perkara penting, karena ini berkaitan tentang keimanan
dan ketauhidan kepada Allah Swt. Kajian sifat-sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi
Allah bertujuan untuk memberikan gambaran biografi Allah sebagai Pencipta
manusia dan alam semesta. Semakin memahami sifat-sifat Allah diharapkan
meningkatkan keimanan seseorang.
Kajian tentang sifat-sifat Allah perlu didasarkan pada dalil-dalil Naqli yang
bersumberkan pada Al-Qur’an dan Hadis serta dalil Aqli yang bersumberkan pada
rasionalistas akal manusia. Kedua sumber ini penting agar kajian sifat-sifat Allah
4
tidak hanya terjebak pada kajian normatif tanpa dibuktikan dengan bukti-bukti
rasional. Karena itu, penting dalam kajian ini diberikan contoh-contoh kehidupan
yang relevan dengan sifat-sifat Allah sehingga memberikan dampak secara
langsung terhadap peserta didik.
PETUNJUK BELAJAR
Agar Anda dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan, Anda dapat mengikuti petunjuk berikut.
1. Bacalah secara cermat tujuan belajar yang hendak dicapai.
2. Pelajari contoh yang tersedia.
3. Cermati materi sifat-sifat wajib bagi Allah, dengan beri tanda-tanda khusus
pada bagian yang menurut Anda sangat penting.
4. Lihatlah glosarium yang terletak di bagian akhir tulisan ini, apabila
menemukan istilah-istilah khusus yang kurang Anda pahami.
5. Kerjakan latihan dengan baik, untuk memperlancar pemahaman Anda.
6. Setelah Anda mempersiapkan segala peralatan yang diperlukan, mulailah
membaca modul ini secara teliti dan berurutan.
5
KEGIATAN BELAJAR 1: SIFAT-SIFAT BAGI ALLAH
POKOK-POKOK MATERI
6
URAIAN MATERI
A. Sifat-Sifat Wajib bagi Allah Swt.
1. Pengertian
Sifat wajib bagi Allah Swt adalah sifat-sifat yang pasti (wajib) dimiliki oleh
Allah Swt. yang sesuai dengan keagungan-Nya sebagai Pencipta alam
seisinya. Pada dasarnya, Allah memiliki sifat-sifat yang tidak terbatas,
karena DIA Maha Segala-galanya. Akan tetapi, dalam ideologi Ahli Sunnah
Waljamaah (Aswaja) menjelaskan bahwa setiap umat Islam wajib
mengimani 20 sifat wajib bagi Allah, sebagai berikut:
Tabel.1
Sifat Wajib bagi Allah Swt.
7
2. Dalil Naqli Sifat Wajib bagi Allah Swt
Dalil Naqli adalah dalil (hujah) yang bersumberkan pada Al-Qur’an
dan Hadis yang menjelaskan secara normatif tentang sifat-sifat Allah.
Sedangkan dalil Aqli adalah dalil (hujah) yang bersumberkan pada akal
manusia yang mencoba memahami fenomena-fenomena alam semesta
yang berkaitan atau membuktikan sifat-sifat Allah. Akan tetapi, perlu
dicatat di sini bahwa urusan mengimani sifat-sifat Allah adalah wilayah
intuitif (hati) atau keyakinan yang didasarkan pada teks Al-Qur’an dan
Hadis. Sedangkan fungsi dalil Aqli hanya memperkuat keimanan seseorang
tentang sifat-sifat Allah Swt. Berikut ini penjelasan tentang dalil-dalil Naqli
dan Aqli tentang sifat-sifat wajib bagi Allah Swt:
a. Wuju>d berarti “ada”. Firman Allah yang menjelaskan tentang
keberadaan (eksistensi) Allah adalah Q.S. Ali Imran [3]: 2:
٢ ٱ ه َُّلل اَل ٓ إلا َٰ اه إ هَل ه اُو ٱلۡ اح ُّي ٱلۡقايُّو ُم
ِ ِ
Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus-
menerus mengurus (makhluk-Nya)
8
b. Qida>m berarti Terdahulu. Allah adalah Yang Awal dan juga Yang
Akhir. Tiada yang mendahuluinya. Firman Allah Swt yang terkait
dengan sifat wajib Qida>m terdapat dalam Q.S. Al-Hadid [57]: 3
َّٰ
٣ اط ُۖ ُن َوهُ َو بِ ُكلِّ َش أي ٍء َعلِي ٌم
ِ َٱۡل ِخ ُر َوٱلظَّ ِه ُر َو أٱلب
ٓ هُ َو أٱۡلَ َّو ُل َو أ
Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu.
Keberadaan alam semesta ini baru karena ada yang mengatur dan
menciptakan. Sesuatu yang baru pasti ada yang menciptakan dan
mendahului, dan Allah Yang Awal dan Yang Akhir.
c. Baqa>’ berarti kekal. Firman Allah Swt yang menjelaskan tentang
sifat kekal Allah Swt dalam Q.S Ar-Rahman [55]: 27
َّٰ
ِ َويَ أبقَ َّٰى َو أجهُ َربِّكَ ُذو أٱل َجلَ ِل َو أ
٢٧ ٱۡل أك َر ِام
“tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap
kekal”
9
Sifat wajib tentang ke-esa-an Allah Swt dapat dibuktikan dalam
keteraturan alam semesta sebagai wujud ciptaan Allah Swt.
Seandainya Allah Swt tidak esa, maka akan terjadi kerusakan dan
ketidakteraturan alam, karena ada dua pencipta. Hal ini diperkuat oleh
firman Allah dalam Q.S. Al-Anbiya>’ [21]: 22
أ َّ ٱَّللُ لَفَ َس َدتَ ۚٓا فَس أُب َّٰ َح َن
َّ ان فِي ِه َمآ َءالِهَةٌ إِ ََّّل
َ لَ أو َك
ِ ٱَّللِ َربِّ ٱل َع أر
ش َع َّما
٢٢ ون َ ُصفِ َي
« Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan
selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Mahasuci Allah yang
memiliki ‘Arsy, dari apa yang mereka sifatkan »
ُ إِنَّ َمآ أَمأ ُر ٓۥهُ إِ َذ ٓا أَ َرا َد َش أيا أَن يَقُو َل لَ ۥهُ ُكن فَيَ ُك
٨٢ ون
“Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia
hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu”
10
Swt yang menjelaskan tentang sifat Allah Maha Mengetahui dalam
Q.S. al-H|ujura>t [49]: 16
11
Qur’an menjadi mukjizat sepanjang masa atas kerasulan Muhammad
Saw. dan sebagai bukti keberadaan firman Allah Swt. Selain Al-
Qur’an sebagai bukti firman Allah, Allah juga berfirman (berbicara)
secara langsung dengan para rasul dan nabi-Nya, sebagaimana Q.S.
An-Nisa>’ [4]: 164.
12
d. Ma’nawiyah ()معنوية
Sifat Ma’nawiyah merupakan sifat yang selalu tetap ada pada zat
Allah dan tidak mungkin pada suatu ketika Allah tidak bersifat
demikian. Jumlah sifat ma’nawiyah sama dengan jumlah sifat
ma’a>ni, yaitu: Qa>diran, Muri>dan, ‘A>liman, H}ayyan,
Sami>’an, Bas}i>ran, dan Mutakalliman. Sifat-sifat ini sebagai
penguat dari sifat-sifat Ma’a>ni Allah. Sifat Ma’a>ni Allah dan
Ma’nawiyah-Nya tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain, sebab
setiap ada sifat Ma’ani tentu ada sifat Ma’nawiyah. Sifat
Ma’anawiyah Allah menggambarkan keberadaan dan Zat Allah yang
terus menerus memiliki sifat Ma’ani. Jika Allah bersifat Qudrah
(Kuasa), maka secara otomatis Allah adalah Zat Yang Maha Kuasa
dan akan tetap seperti itu tanpa ada batasnya.
Pembagian sifat-sifat wajib bagi Allah Swt di atas, jika disimpulkan
dalam bentuk table berikut ini:
Tabel. 2
Pembagian Sifat Wajib bagi Allah Swt.
13
dari sifat wajib bagi Allah Swt. Berikut ini perbedaan sifat wajib dan
mustahil bagi Allah Swt.
Tabel. 3.
Perbedaan Sifat Wajib dan Mustahil bagi Allah Swt.
Sifat mustahil bagi Allah Swt tidak mungkin dimiliki-Nya, karena Allah
Swt Maha Kuasa. Sifat mustahil hanya dimiliki oleh makhluk-Nya yang
memiliki kelemahan dan kekurangan.
14
C. Sifat Jaiz bagi Allah Swt
Sifat jaiz Allah Swt. berarti sifat kebebasan Allah Swt untuk berbuat
sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai kehendak-Nya yang mutlak dan
tidak terikat oleh apapun dan siapapun. Setiap orang beriman wajib
mengimani sifat jaiz bagi Allah Swt. Sifat jaiz bagi Allah Swt hanya satu,
yaitu:
ك ُم ْم ِك ٍن اإ ْو تا ْر ُك ُه
ِِّ ُ ِف ْع ُل
(Allah Swt memiliki kuasa penuh) untuk melakukan (berbuat) segala
sesuatu yang mungkin dilakukan dan juga (memiliki kuasa penuh) untuk
meninggalkannya.
Sifat jaiz bagi Allah Swt dijelaskan dalam salah satu firman-Nya,
Q.S. al-Qashash [28]: 68
َّ ان لَهُ ُم أٱل ِخيَ َر ۚٓةُ س أُب َّٰ َح َن
ٱَّللِ َوتَ َّٰ َعلَ َّٰى َ ق َما يَ َشآ ُء َويَ أختَا ُۗ ُر َما َكُ ُك يَ أخلَ َو َرب
٦٨ ون َ َع َّما ي أُش ِر ُك
“Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi
mereka (manusia) tidak ada pilihan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia
dari apa yang mereka persekutukan.”
Sifat Jaiz bagi Allah Swt menekankan kebebasan Allah Swt dalam
berkehendak atau tidak berkehendak. DIA bebas dan tidak ada yang bisa
mengatur karena Allah Swt Maha Mengatur (Rabb) alam semesta.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Fatihah [1]: 2
1
Abdurrahman Al-Asy’ari, Al-Qur’an dan Terjemahnya Dilengkapi Metode Tahfidz (QTA),
Terjemah Per Kata, Asbabun Nuzul, Hukum Tajwid, dan Indeks Ayat, (Wonosobo: Yayasan Al-
Asy’ariyah, 2014), hlm. 1.
15
mengutip al-Fara’ dan Abu ‘Ubaid bahwa ‘Alam adalah ungkapan untuk
makhluk yang berakal, yaitu manusia, jin, malaikat, setan, dan tidak
digunakan untuk binatang.” Zaid bin Aslam dan Abu Muhaishin bahwa
‘Alam adalah semua yang memiliki ruh. Az-Zujaj berkata, “’Alam itu
adalah semua yang Allah ciptakan di dunia dan Akhirat.” Hal ini diperkuat
dalam firman Allah, Q.S. Asy-Syu’ara [26]: 23-24 sebagai berikut:2
2
Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir Juz: 1, [terj.] oleh Arif Rahman Hakim, dkk,
(Surakarta: Insan Kamil, 2015), hlm.370-372.
3
Anwar al-Baz, Al-Tafsir al-Tarbawy Lil-Qur’an al-Karim, Jilid 1, (Mesir: Dar al-Nasyr Lil-
Jami’at, 2007), hlm. 1-2.
4
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an Volume 1,
Ed. Revisi, (Tangerang: PT. Lentera Hati, 2017), hlm. 38.
5
John L. Esposito (ed.), “Wahha>biyya>h” on The Oxford Encyclopedia of the Modern
Islamic World, volume 4, (New York: Oxford University Press, 1995), 307 atau John. L. Esposito,
16
Penjelasan bahwa Allah sebagai pengatur alam semesta dapat
dimaknai bahwa alam ini di bawah kendali Allah, baik alam manusia, hewan,
tumbuhan, malaikat, jin, dan lain sebagainya. Allah Maha kuasa atas segala
pengaturan ciptaan-Nya di langit dan bumi. Kuasa Allah Swt tiada terbatas
dan DIA bebas mengaturnya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S Ali
Imran [3]: 26
َ ع أٱل ُم أل
ك ِم َّمن تَ َشآ ُء ِ َك َمن تَ َشآ ُء َوت
ُ نز َ ك تُ أؤتِي أٱل ُم ألِ ك أٱل ُم أل
َ ِقُ ِل ٱللَّهُ َّم َّٰ َمل
ك َعلَ َّٰى ُكلِّ َش أي ٖء قَ ِديرَ َّك أٱل َخ أي ُۖ ُر إِن
َ َوتُ ِعز َمن تَ َشآ ُء َوتُ ِذل َمن تَ َشآ ُۖ ُء بِيَ ِد
٢٦
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau
berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau
cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan
siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang
Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh,
Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.
RANGKUMAN
A. Sifat wajib bagi Allah Swt adalah sifat yang pasti (wajib) dimiliki oleh Allah
Swt. Dalam akidah Ahli Sunnah Waljamaah (Aswaja), setiap muslim minimal
mengimani 20 sifat wajib bagi Allah Swt. Sifat wajib ini dibagi menjadi empat
kategori, yaitu:
1. Nafsiyah, yaitu sifat Wuju>d
2. Salbiyah ada lima sifat, yaitu: Qida>m, Baqa>’, Mukha>lafatu Lil-
H}awa>dis}i, Qiya>muhu bi-Nafsihi, dan Wah}da>niyah.
“Wahabi” dalam Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Jilid 6, (terj.) oleh Eva, Y.N, dkk, (Ed.
Ahmad Baiquni, dkk), cet.ke-2, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 144.
17
3. Ma’ani ada tujuh sifat, yaitu: Qudrat, Ira>dah, ‘Ilmun, Haya>t, Sama’,
Bas{ar, dan Kala>m.
4. Ma’nawiyah ada tujuh sifat, yaitu: Qa>diran, Muri>dan, ‘A>liman,
H}ayyan, Sami>’an, Bas}i>ran, dan Mutakalliman.
B. Sifat-sifat Mustahil bagi Allah Swt adalah sifat yang tidak mungkin dimiliki
oleh Allah Swt. Sifat mustahil bagi Allah Swt ada 20 yang merupakan
kebalikan (antonym) dari sifat wajib bagi Allah Swt, yang meliputi sifat: Adam,
Hudu>s, Fana>’, Muma>s|alatu Lil-Hawa>disi, Ih}tiya>ju Li-Gairihi,
Ta’adud, ‘Ajzun, Kara>hah, Jahlun, Mautun, Shummun, ‘Umyun, Bukmun,
‘A>jizan, Mukrahan, Ja>hilan, Mayyitan, As}ammu, A’ma, Abkam,
C. Sifat-Sifat Jaiz bagi Allah Swt. adalah sifat kebebasan Allah Swt untuk berbuat
sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai kehendak-Nya yang mutlak dan tidak
terikat oleh apapun dan siapapun. Sifat Jaiz bagi Allah Swt ada satu, yaitu:
“(Allah Swt memiliki kuasa penuh) untuk melakukan (berbuat) segala sesuatu
yang mungkin dilakukan dan juga (memiliki kuasa penuh) untuk
meninggalkannya.”
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 tentang sifat-sifat bagi Allah
Swt. agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar
1, buatlah peta konsep (mind map) ringkasan dari materi Kegiatan Belajar 1
sehingga lebih mudah dipahami.
TES FORMATIF 1
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Banyak ilmuwan yang meragukan atas keberadaan Allah sebagai pencipta
alam semesta, padahal Allah Swt memiliki sifat Wujud. Allah itu wujud
merupakan sifat…
a. Salbiyah
b. Nafsiyah
c. Ma’ani
d. Ma’nawiyah
18
2. ك ُم ْم ِك ٍن َٱ ْو تا ْر ُك ُه
ِِّ ُ (“ ِف ْع ُلAllah Swt memiliki kuasa penuh) untuk melakukan
(berbuat) segala sesuatu yang mungkin dilakukan dan juga (memiliki kuasa
penuh) untuk meninggalkannya.”. Hal ini merupakan sifat…
a. Wajib
b. Mustahil
c. Jaiz
d. Ma’nawiyah
3. Allah Swt memiliki sifat yang berbeda dengan makhluk-Nya karena Allah Swt
adalah Pencipta segalanya. Ibarat seorang tukang kayu pembuat kursi, maka
kursi buatannya pasti berbeda sifatnya dengan tukang kayu. Sifat wajib bagi
Allah yang berbeda dengan makhluk-Nya disebut dengan…
a. Qiya>muhu bi-Nafsihi
b. Mukha>lafatu Lil-Hawadis|i
c. Muma>s|alatu Lil-Hawa>disi
d. Ih}tiya>ju Li-Gairihi
4. Allah Maha Mendengar ( )مسيعاatas semua doa yang dipanjatkan oleh hamba-
hamba-Nya. Antonim dari sifat wajib “Allah Maha Mendengar ( ”)مسيعاadalah:
a. مسع
b. معي
c. ص
ِّ
d. ص ِّ ٱ
5. Firman Allah Swt. dalam Q.S Ar-Rahman [55]: 27 yang berbunyi: َُويَ أبقَ َّٰى َو أجه
َّٰ
ِ َربِّكَ ُذو أٱل َجلَ ِل َو أmenjelaskan tentang sifat wajib bagi Allah…
٢٧ ٱۡل أك َر ِام
a. Baqa>’
b. Qudrah
c. Ira>dah
d. Qida>m
19
Tingkat penguasaan materi = jumlah jawaban yang benar x 100%
jumlah soal
20
1. Mengindentifikasi sifat-sifat wajib Allah (al-Asma>’ al-Husna>) yang
meliputi sifat (al-‘Azi>z, al-Gaffa>r, al-Ba>sit}, an-Na>fi’, ar-Ra’u>f, al-
Barr, al-Fatta>h}, al-‘Adl, dan al-Qayyu>m).
2. Menyajikan fakta dan fenomena-fenomena kebenaran sifat-sifat Allah yang
terkandung dalam al-Asma>’ al-H}usna> yang meliputi sifat (al-‘Azi>z, al-
Gaffa>r, al-Ba>sit}, an-Na>fi’, ar-Ra’u>f, al-Barr, al-Fatta>h}, al-‘Adl,
dan al-Qayyu>m).
POKOK-POKOK MATERI
URAIAN MATERI
A. Definisi al-Asma> al-H}usna>.
Secara Bahasa, kata al-Asma> ( )إلسامءbentuk plural dari kata Ismun
(س
)إ مyang berarti “nama-nama”, sedangkan kata H}usna> ( )حس ىنbentuk
plural dari kata H}asan ( )حسنyang berarti “terbaik”. Jadi, arti dari al-Asma>
21
Pada dasarnya, Allah Swt adalah maha segala-Nya, sehingga nama-
nama yang mensifati diri-Nya tidak terbatas, tapi dalam ajaran Islam Ahlu
Sunnah Waljamaah, minimal ada 99 nama-nama terbaik (indah) yang dimiliki
oleh Allah Swt, sebagaimana dalil-dalil di bawah ini:
ِ اح هدثاناا َٱبُو إلْ اي ام ِان َٱخ ا اَْبَنا ُش اع ْي مب اح هدثاناا َٱبُو ِّ ِإلزَنا ِد اع ْن ْ َإلع اْر ِج اع ْن َٱ ِِب ه اُرْي ار اة َٱ هن ار ُسو ال ه
إَّلل
إمسا ِمائ ا ًة إ هَل اوإ ِحدً إ ام ْن َٱ ْح اصاهاا اد اخ ال ً ْ إَّلل عالا ْي ِه او اس ه اَّل قاا ال إ هن ِ ه َِّلل ِت ْس اع ًة او ِت ْس ِع اني
ُ اص هَّل ه
ِ ِ ِْ
إلْ اجنه اة(ٱ َْح اص ْيناا ُه) احفظناا ُه
(BUKHARI - 6843): Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman Telah
mengabarkan kepada kami Syu'aib telah menceritakan kepada kami Abuz
Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang
satu, siapa yang meng-ihsha'nya, maka ia masuk surga." Dan makna meng-
ihsha' adalah menjaga sebagaimana firman Allah: 'Ahshainaa (Kami
menjaganya (Ya>sin [36]: 12) ' (Sumber: Lidwa Pustaka i-software-Kitab 9
Imam Hadist)
َ َب َواب ُْن أَبِي ُع َم َر َج ِميعا َع ْن ُس ْفي
ان ٍ َْح َّدثَنَا َع ْمرٌو النَّاقِ ُد َو ُزهَ ْي ُر ب ُْن َحر
َ ِّ ان ب ُْن ُعيَ ْينَةَ َع ْن أَبِي ُ ََواللَّ ْفظُ لِ َع ْم ٍرو َح َّدثَنَا ُس ْفي
ج َع ْن ِ الزنَا ِد َع ْن ْاۡل ْع َر
ُون اسْما َ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل ِ ََّّللِ تِ ْس َعةٌ َوتِ ْسع
َّ صلَّى َ أَبِي هُ َر ْي َرةَ َع ْن النَّبِ ِّي
َّللاَ ِو ْت ٌر ي ُِحب ْال ِو ْت َر َوفِي ِر َوايَ ِة ا ْب ِن أَبِي َّ َم ْن َحفِظَهَا َد َخ َل ْال َجنَّةَ َوإِ َّن
صاهَا َ ُْع َم َر َم ْن أَح
(MUSLIM - 4835): Telah menceritakan kepada kami 'Amr An Naqid dan
Zuhair bin Harb dan Ibnu Abu 'Umar semuanya dari Sufyan - dan lafadh ini
milik 'Amr-; telah menceritakan kepada kami Sufyan bin 'Uyainah dari Abu Az
Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi
wasallam, beliau telah bersabda: "Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala
memiliki sembilan puluh sembilan nama. Maka barang siapa dapat
22
menjaganya, niscaya ia akan masuk surga. Sesungguhnya Allah itu Ganjil dan
Dia sangat menyukai bilangan yang Ganjil." Di dalam riwayat Ibnu Abu Umar
disebutkan dengan lafazh; 'Barang siapa yang menghitung-hitungnya.'
(Sumber: Lidwa Pustaka i-software-Kitab 9 Imam Hadist)
6
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
11, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 110-111.
7
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>, terj. oleh Syamsuddin TU dan Hasan
Suadi, (Jakarta: Qisthi, 2004), hlm.71
23
ص َّٰ َر ٖط َ ِك لَ ِم َن ٱ أل ُم أر َسل
ِ َعلَ َّٰى٣ ين َ َّ إِن٢ ان ٱ أل َح ِك ِيم
ِ َوٱ ألقُ أر َء١ يس
ٓ
أ
٥ َّح ِيم
ِ يز ٱلر
ِ نزي َل ٱل َع ِز ِ َ ت٤ م أستَقِ ٖيم
Yasi>n (1), Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah (2), sungguh, engkau
(Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul (3), (yang berada) di
atas jalan yang lurus, (4) (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah)
Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang (5). (Q.S. Yasi>n [36]: 1-5)
َُّج أعنَآ إِلَى ٱ أل َم ِدينَ ِة لَي أُخ ِر َج َّن ٱ أۡلَ َعز ِم أنهَا ٱ أۡلَ َذ ۚٓ َّل َو ِ ََّّللِ ٱ أل ِع َّزة َ ون لَئِن ر َ ُيَقُول
٨ ون َ ين َو َّٰلَ ِك َّن ٱ أل ُم َّٰنَفِقِي َن ََّل يَ أعلَ ُم
َ َِولِ َرسُولِ ِهۦ َولِ أل ُم أؤ ِمن
Mereka berkata, “Sungguh, jika kita kembali ke Madinah (kembali dari
perang Bani Mustalik), pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-orang
yang lemah dari sana.” Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-
Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak
mengetahui
2. Al-Gaffa>r ()إلغفِّار
Al-Gaffa>r berarti Allah Maha Pengampun. Kata al-Gaffa>r serta al-
Gaffu>r menunjuk kepada Zat Allah Swt yang sempurna ampunan-Nya
dan banyak mengampuni.9 Al-Ghaffa>r adalah nama Allah Swt yang
menunjukkan sifat-Nya Maha Pengampun yang akan memberikan
ampunan pada hamba-Nya. Allah Swt sangat senang kepada hamba-
8
Ibid., hlm. 71.
9
Ibid., hlm. 94.
24
hamba-Nya yang meminta pengampunan (istigfa>r). Adapun dalil-dalil
yang menunjukkan sifat al-Gaffa>r sebagai berikut:
ي أُر ِس ِل ٱل َّس َمآ َء َعلَ أي ُكم١٠ ان َغفَّا ٗرا َ ُوا َربَّ ُكمأ إِنَّهۥُ َك ُ فَقُ أل
ْ ت ٱ أستَ أغفِر
ت َويَ أج َعل لَّ ُكمأ َّٰ َ ِ َويُمأ ِد أد ُكم بِأَمأ َّٰ َو ٖل َوبَن١١ ِّم أد َر ٗارا
ٖ َّين َويَ أج َعل لَّ ُكمأ َجن
١٢ أَ أن َّٰهَ ٗرا
“maka aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampunan kepada
Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun, (10) niscaya Dia akan
menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, (11) dan Dia
memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun
untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu.” (12) (Q.S. Nuh
[71]:10-12)
Semua hamba dapat meraih ampunan dan maaf dari Allah Swt dengan cara,
yaitu (1) memohon ampunan-Nya dan meraih rahmat-Nya (Q.S. A>li
Imra>n [3]: 135, Q.S. An-Nisa> [4]: 110, (2) beriman kepada Allah Swt
(Q.S. T}a>ha> [20]: 73, Q.S. al-Ah}qa>f [46]: 31, dan (3) beramal saleh
(Q.S. At-Taga>bun [64]: 17). 10
3. Al-Ba>sit} ()إلباسط
10
Ibid., hlm. 95.
25
Al-Ba>sit{ berarti Allah Maha Melapangkan Rezeki. Arti Al-Ba>sit}
adalah yang meluaskan rezeki bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Antonim dari sifat ini adalah al-Qa>bidh ( )إلقابضyang artinya
ٗ ص
يرا ِ َيرا ب َ ان بِ ِعبَا ِد ِهۦ َخبِ اَ ق لِ َمن يَ َشآ ُء َويَ أق ِد ۚٓ ُر إِنَّهۥُ َك إِ َّن َرب ََّك يَ أبسُطُ ٱ أ
َ لرِّز
َ َو ََّل تَ أقتُلُ ٓو ْا أَ أو َّٰلَ َد ُكمأ َخ أشيَةَ إِمأ َّٰلَ ُٖۖق نَّ أح ُن نَ أر ُزقُهُمأ َوإِيَّا ُكمأۚٓ إِ َّن قَ أتلَهُمأ َك٣٠
ان
٣١ يرا ٗ ِِخ أٗطا َكب
Sungguh, Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan
membatasi (menyempitkannya); sungguh, Dia Maha Mengetahui,
Maha Melihat hamba-hamba-Nya, (30) Dan janganlah kamu membunuh
anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada
mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang
besar. (31). (Q.S. Al-Isra>’ [17] : 30-31)
Ayat ini menunjukkan bahwa rezeki yang disediakan oleh Allah Swt untuk
setiap hamba-Nya mencukupi masing-masing yang bersangkutan. Dari satu
sisi, manusia hanya dituntut untuk berusaha maksimal mungkin guna
memerolehnya, kemudian menerimanya dengan rasa puas disertai dengan
keyakinan bahwa itulah yang terbaik untuknya masa kini dan masa
mendatang. Dari sisi lain, dia harus yakin bahwa apa yang gagal
diperolehnya setelah usaha maksimal itu hendaknya dia yakini bahwa hal
tersebut adalah yang terbaik untuk masa kini dan masa mendatang. Karena
itu, dia tidak perlu melakukan kegiatan yang bertentangan dengan tuntunan
Allah Swt untuk memeroleh rezeki karena apa yang diperolehnya melalui
11
Ibid., hlm. 357-358.
26
jalan yang tidak direstui Allah pasti akan merugikannya, kalau bukan
sekarang di dunia ini maka di akhirat kelak.12
4. An-Na>fi’ ()إلنافع
An-Na>fi’ berarti Allah Maha Pemberi Manfaat (Keuntungan). Allah Swt
telah menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini tidaklah sia-sia,
memiliki manfaat, dan tujuan yang jelas. Hal ini sesuai dengan firman
Allah Swt dalam Q.S. A>li Imra>n [3]: 190-191
Dalam ayat َربَّنَا َما خَ لَ أقتَ َّٰهَ َذا َّٰبَ ِط َٗلmengisyaratkan bahwa semua yang
diciptakan oleh Allah Swt tidaklah sia-sia, memiliki manfaat serta tujuan
yang jelas. Untuk memahami kebermanfaatan alam ini maka diperlukan
upaya zikir dan pikir. Menurut M. Quraish Shihab bahwa Q.S. A>li Imra>n
[3]: 191 terlihat objek zikir adalah Allah, sedang objek pikir adalah
makhluk-makhluk Allah berupa fenomena alam. Ini berarti pengenalan
Allah lebih banyak didasarkan pada kalbu, sedang pengenalan alam raya
oleh penggunaan akal, yaitu berpikir. Akal memiliki kebebasan seluas-
luasnya untuk memikirkan fenomena alam, tetapi ia memiliki keterbatas
dalam memikirkan Zat Allah. Karena itu, dapat dipahami sabda Rasulullah
12
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
7, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 76.
27
Saw yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim melalui Ibn ‘Abbas, “Berpikirlah
tentang makhluk Allah dan jangan berpikir tentang Allah”.13
Dalil al-Qur’an yang menjelaskan sifat An-Na>fi’ yaitu Allah Swt dapat
menghendaki keuntungan bahkan bencana bagi orang-orang yang
dikehendaki-Nya adalah Q.S. al-Fath} [48]: 11
5. Ar-Ra’u>f ()إلرؤف
Ar-Ra’u>f berarti Allah Maha Penyantun. Umar Sulaiman al-Asyqar
mengutip pendapat Khatabi bahwa ar-Ra’u>f berarti Yang Maha Pengasih
dan Ramah kepada hamba-hamba-Nya, yang menurut sebagian ulama,
perasaan kasih yang paling dalam. Namun sebagian pendapat mengatakan
bahwa kata ar-Ra’fah (keramahan) lebih kuat tekanannya daripada kata ar-
Rah}mat (kasih). 14
Dalil yang menunjukkan sifat Ar-Ra’u>f Allah Swt adalah Q.S. al-Taubah
[9]: 128
لَقَ أد َجآ َء ُكمأ َرسُول ِّم أن أَنفُ ِس ُكمأ َع ِزي ٌز َعلَ أي ِه َما َعنِتمأ َح ِريصٌ َعلَ أي ُكم
١٢٨ َّحيم ِ ين َر ُءوف ر َ ِبِٱ أل ُم أؤ ِمن
Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap
orang-orang yang beriman.
13
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
2, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 373.
14
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>,…hlm. 286.
28
Menurut M. Quraish Shihab, kata Ra’u>f berkisar maknya pada kelemah-
lembutan dan kasih sayang. Kata ini menurut pakar Bahasa Az-Zajjaj, sama
dengan Rahmat. Namu, menurutnya, apabila rahmat sedemikian besar, ia
dinamai Ra’fah ( )رأفةdan pelakunya, Ra’u>f. Al-Biqa>’I menjelaskan
bahwa Ra’fah adalah rahmat yang dianugerahkan kepada yang
menghubungkan diri dengan Allah melalui amal saleh. Mengutip pendapat
al-Hara>li, Ra’fah adalah kasih sayang Pengasih kepada siapa yang
memiliki hubungan dengannya.15
Salah satu bentuk sifat penyantun (keramahan) Allah Swt adalah
menurunkan al-Qur’an kepada rasul-Nya untuk mengeluarkan dari
kegelapan kufur dan syirik menuju cahaya kebenaran dan agama Islam,
sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S. al-H}adi>d [57]: 9. 16
6. Al-Barr (إلَب
ِّ )
Al-Barr berarti Allah Yang Melimpahkan Kebaikan. Umar Sulaiman al-
Asyqar mengutip pendapat Ibnu Manzhur, Al-Barr berarti yang baik hati,
menyayangi, lembut, dan mulia. Ibnu Atsir mengatakan bahwa Al-Barr
berarti yang baik hati terhadap hamba-hamba-Nya dengan kebaikan dan
kelembutan hati-Nya. Abu Sulaiman Khatabi menjelaskan bahwa Al-Barr
berarti yang baik hati kepada hamba-Nya kepada siapa saja makhluk-Nya
dan tidak pelit untuk memberi rezeki-Nya. 17
Allah Swt melimpahkan kebaikan-Nya kepada semua makhluk-Nya di
alam semesta ini. Kebaikan-Nya nampak dalam hukum-hukum alam
15
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
5, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 302-303.
16
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>,…hlm. 287.
17
Ibi.,…hlm. 271.
29
(sunnatullah) yang teratur dan dinamis yang disedikan untuk kehidupan
para makhluk-Nya. Dalil yang menjelaskan sifat Al-Barr Allah Swt adalah
Q.S. at}-T}u>r [52]: 28:
٢٨ إِنَّا ُكنَّا ِمن قَ أب ُل نَ أد ُعو ُۖهُ إِنَّهۥُ هُ َو ٱ ألبَر ٱل َّر ِحي ُم
Sesungguhnya kami menyembah-Nya sejak dahulu. Dialah Yang Maha
Melimpahkan Kebaikan, Maha Penyayang.”
Kata al-Barr atau Maha Luas Kebijikan-Nya yang diucapkan oleh penghuni
surge itu mengisyaratkan kesadaran mereka tentang betapa anugerah yang
mereka nikmati benar-benar hanyalah kemurahan Allah. Mereka tahu
amal-amal baik mereka sedikit dan tidak pantas diberi ganjaran jika
berdasar amalan tersebut. Namun, Allah al-Barr, mereka memerolehnya.
Penggandengan sifat al-Barr dengan ar-Rahi>m dalam ucapan orang
beriman di atas bertujuan mengisyaratkan bahwa aneka anugerah yang
mereka nikmati itu diberikan oleh Allah semata-mata berkat kasih sayang-
Nya, bukan didorong oleh tujuan apa pun.18
7. Al-Fatta>h} ()إلفتِّاح
18
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
13, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 141-142.
19
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
10, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 612.
30
Katakanlah, “Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia
memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia Yang Maha Pemberi
keputusan, Maha Mengetahui.”
َو ََّل يَ أج ِر َمنَّ ُكمأ ين ِ ََّّللِ ُشهَ َد ٓا َء بِٱ ألقِ أس ُِۖطَ وا قَ َّٰ َّو ِم ْ ُوا ُكون ْ ُين َءا َمن َ َّٰيَٓأَيهَا ٱلَّ ِذ
َّللَ إِ َّن ْ َُوٱتَّق
ٓۚ َّ وا ٱ وا هُ َو أَ أق َربُ لِلتَّ أق َو َُّٰۖى ْ ُوا ٱ أع ِدل ْ ٓۚ ُان قَ أو ٍم َعلَ َّٰ ٓى أَ ََّّل تَ أع ِدل
ُ ََشن
٨ ون َ ُٱ ََّّللَ َخبِي ا ُر بِ َما تَ أع َمل
Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan
karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Mahateliti terhadap apa yang
kamu kerjakan.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa adil lebih dekat dengan takwa, karena
keadilan merupakan substansi ajaran Islam. Adil adalah menempatkan
segala sesuatu pada tempatnya. Jika seseorang memerlukan kasih, dengan
berlaku adil Anda dapat mencurahkan kasih kepadanya. Jika seseorang
melakukan pelanggaran dan wajar mendapat sanksi yang berat, ketika itu
kasih tidak boleh berperananan karena ia dapat menghambat jatuhnya
20
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>,…hlm. 116-117.
31
ketetapan hukum atasnya. Ketika itu, yang dituntut adalah adil, yakni
menjatuhkan hukuman setimpal atasnya.21
9. Al-Qayyu>m ()إلقيِّوم
Al-Qayyu>m berarti Allah Yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya.
Al-Qayyu>m artinya “yang selalu mengelola dan tidak pernah alpa”. Al-
Qayyu>m juga bisa diartikan “yang mengurus diri-Nya sendiri dan yang
lain. Allah mengurus semua makhluk, tanpa Dia membutuhkan mereka,
tapi mereka membutuhkan-Nya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam
Q.S. Adz-Dza>riya>t [51]: 57-58: 22
Dalil yang menunjukkan sifat Al-Qayyu>m Allah Swt terdapat dalam Q.S.
al-Baqarah [2]: 255 atau dikenal dengan ayat al-Kursiy.
ِ َّل إِ َّٰلَهَ إِ ََّّل هُ َو ٱ أل َحي ٱ ألقَيو ۚٓ ُم ََّل تَ أأ ُخ ُذهۥُ ِسنَة َو ََّل نَ أو ۚٓم لَّهۥُ َما فِي ٱل َّس َّٰ َم َّٰ َو
ت ٓ َ ُٱ ََّّلل
ض َمن َذا ٱلَّ ِذي يَ أشفَ ُع ِعن َد ٓهۥُ إِ ََّّل بِإ ِ أذنِ ۚٓ ِهۦ يَ أعلَ ُم َما بَ أي َن أَ أي ِدي ِهمأ أ
ِ ُۗ َو َما فِي ٱۡلَ أر
ُون بِ َش أي ٖء ِّم أن ِع أل ِم ِٓهۦ إِ ََّّل بِ َما َشآ ۚٓ َء َو ِس َع ُك أر ِسيه َ َُو َما َخ ألفَهُمأُۖ َو ََّل يُ ِحيط
٢٥٥ ض َو ََّل يَُو ُدهۥُ ِح أفظُهُ َم ۚٓا َوهُ َو ٱ أل َعلِي ٱ أل َع ِظي ُم َ ُۖ ت َوٱ أۡلَ أر ِ ٱل َّس َّٰ َم َّٰ َو
Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus
mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya
apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat
memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di
hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia
kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa
berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar.
21
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
3, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 50.
22
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>,…hlm. 246-247.
32
M. Quraish Shihab mengartikan “Al-Qayyu>m” yakni yang terus-menerus
mengurus makhluk-Nya, dan untuk lebih menyakinkan sifat Allah ini
dilanjutkan dengan penggalan berikutnya (نَ أو ۚٓم “ ) ََّل تَ أأ ُخ ُذهۥُ ِسنَة َو ََّلDia
tidak dapat dikalahkan oleh kantuk dan tidur”, tidak seperti manusia yang
tidak kuasa menahan kantuk dan tidak dapat mengelak selama-lamanya
dari tidur.23
RANGKUMAN
1. Al-‘Azi>z ( )إلعزيزberarti Allah Mahaperkasa, yang menunjuk kepada
Gaffu>r menunjuk kepada Zat Allah Swt yang sempurna ampunan-Nya dan
banyak mengampuni. Allah Swt Maha Pengampun atas semua dosa hamba-
hamba-Nya, kecuali dosa syirik (menyekutukan Allah) dan kufur. Semua
hamba dapat meraih ampunan dan maaf dari Allah Swt dengan cara, yaitu (a)
memohon ampunan-Nya dan meraih rahmat-Nya (b) beriman kepada Allah
Swt, dan (c) beramal saleh.
3. Al-Ba>sit} ( )إلباسطberarti Allah Maha Melapangkan (meluaskan) Rezeki bagi
siapa saja yang dikehendaki-Nya. Antonim dari sifat ini adalah al-Qa>bidh
( )إلقابضyang artinya Allah Swt menyempitkan rezeki bagi siapa saja yang
Swt telah menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini tidaklah sia-sia,
23
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
1, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm.665.
33
memiliki manfaat, dan tujuan yang jelas. Untuk memahami kebermanfaatan
alam ini maka diperlukan upaya zikir kepada Zat Allah Swt dan pikir terhadap
fenomena-fenomena alam semesta.
5. Ar-Ra’u>f ( )إلرؤفberarti Allah Maha Penyantun, Maha Pengasih dan Ramah
hukum bagi hamba-hamba-Nya, dan Allah adalah Hakim yang paling adil di
Akhirat kelak.
8. Al-‘Adl ( )إلعدلberarti Allah Maha Adil. Adil adalah menempatkan segala
dan tidak pernah alpa. Al-Qayyu>m juga bisa diartikan “yang mengurus diri-
Nya sendiri dan yang lain tanpa Dia membutuhkan bantuan orang lain.
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 2 tentang Mengidentifikasi
sifat-sifat wajib bagi Allah (al-Asma>’ al-H}usna>) meliputi sifat (al-‘Azi>z, al-
Gaffa>r, al-Ba>sit}, an-Na>fi’, ar-Ra’u>f, al-Barr, al-Fatta>h}, al-‘Adl, al-
Qayyu>m). Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan
Belajar 2, buatlah tabel yang membedakan antara beberapa al-Asma>’ al-H}usna
34
tersebut disertai dalil dan contoh sifat Allah Swt dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut ini contoh tabelnya:
TABEL. 4
AL-ASMA>’ AL-H}USNA
No al-Asma>’ al- Dalil Meneladani sifat-sifat Allah Swt
H}usna dalam Kehidupan sehari-hari
1 al-‘Azi>z Q.S. Yasi>n [36]: Allah Swt Mahaperkasa dan Kuasa
(Allah 1-5, dan tidak ada yang mengalahkan-
Mahaperkasa)Q.S.Al-Ma>’idah Nya. Oleh karena itu, hanya kepada-
[5]:118. Nyalah manusia memohon
pertolongan (bantuan).
2 al-Gaffa>r Q.S. Nuh [71]:10- Allah Swt Maha Pengampun atas
(Allah Maha 12 dosa-dosa dan kesalahan manusia,
Pengampun) oleh karena itu, manusia dianjurkan
banyak memohon ampunan kepada
Allah Swt. Tapi, ada dua dosa yang
tidak diampuni oleh Allah Swt
kecuali harus bertobat dengan
sungguh-sungguh, yaitu dosa syirik
dan kufur.
3 dan
seterusnya…
TES FORMATIF 2
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdiri dari beragam suku, ras
agama dan budaya. Dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai muslim
hendaknya mengedepankan sikap lemah lembut dan santun terdadap sesama
35
manusia walaupun beda agama, suku atau ras. Sikap ini mencerminkan bentuk
dari perilaku meneladani salah satu sifat Allah, yaitu…
a. Al-‘Azi>z
b. Ar-Ra’u>f
c. Al-Hafiz}
d. Al-Gaffa>r
2. Allah Swt menciptakan alam semesta ini tidaklah sia-sia dan memiliki manfaat
serta tujuan masing-masing. Manusia ditugaskan untuk memikirkan ciptaan
Allah Swt daripada memikirkan Zat Allah Swt, serta mengambilkan hikmah
setiap ciptaan Allah Swt untuk kehidupan manusia. Hal ini merupakan wujud
dari sifat Allah Swt…
a. An-Na>fi’
b. Al-‘Adl
c. Al-Barr
d. Al-Qayyu>m
3. ...ق لِ َمن يَ َشآ ُء َويَ أق ِد ۚٓ ُر إِ َّن َرب ََّك يَ أبسُطُ أayat ini menjelaskan sifat Allah
َ ٱلرِّز
Swt “Al-Ba>sit}” yang berarti Allah Maha Melapang rezeki bagi siapa saja
yang dikehendaki-Nya. Antonim dari sifat “Al-Ba>sit}” adalah…
a. Al-Qa>bih}
b. Al-Qa>bidh
c. Ar-Razza>q
d. Al-Wa>si’
4. Salah satu bentuk meneladani sifat Allah Swt “Al-Fatta>h}” dalam kehidupan
sehari-hari adalah…
a. Berlaku adil dalam kehidupan sehari-hari
b. Bersikap santun dan lemah lembut kepada semua orang serta tidak
membeda-bedakan ras, agama, dan suku.
c. Seorang hakim ketika memutuskan sebuah perkara berdasarkan pada
keadilan dan hukum yang berlaku.
36
d. Seorang Presiden selalu menjaga keamanan warganya dari ancaman
terorisme dan radikalisme.
5. Firman Allah Swt dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 255 atau dikenal dengan ayat al-
Kursiy menjelaskan al-asma> al-h}usna>…
a. Al-‘Azi>z
b. Al-Ba>sit}
c. Al-Fatta>h}
d. Al-Qayyu>m
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 2.
Tingkat penguasaan materi = jumlah jawaban yang benar x 100%
jumlah soal
37
Mengidentifikasi sifat-sifat wajib bagi Allah (al-Asma>’ al-H}usna>) meliputi sifat
(al-Kari>m, al-Mu’min, al-Waki>l, al-Mati>n, al-Ja>mi‘, al-H}a>fiz|, dan al-
A>khir)
SUBCAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN
1. Mengindentifikasi sifat-sifat wajib Allah (al-Asma>’ al-Husna>) yang
meliputi sifat (al-Kari>m, al-Mu’min, al-Waki>l, al-Mati>n, al-Ja>mi‘, al-
H}a>fiz|, dan al-A>khir)
2. Menyajikan fakta dan fenomena-fenomena kebenaran sifat-sifat Allah yang
terkandung dalam al-Asma>’ al-H}usna> yang meliputi sifat (al-Kari>m, al-
Mu’min, al-Waki>l, al-Mati>n, al-Ja>mi‘, al-H}a>fiz|, dan al-A>khir)
POKOK-POKOK MATERI
URAIAN MATERI
38
A. Memahami Kebesaran Allah Swt. melalui Al-Asma> al-Husna (al-
Kari>m, al-Mu’min, al-Waki>l, al-Mati>n, al-Ja>mi‘, al-H}a>fiz|, dan
al-A>khir)
1. Al-Kari>m ()إلكرمي
Al-Kari>m berarti Allah Yang Maha Mulia. Allah Swt adalah Zat Yang
Maha sempurna dengan kemuliaan-Nya. Dia terbebas dari perbuatan
negatif dari makhluk-makhluk-Nya. Dalil al-Qur’an yang menunjukkan
sifat Al-Kari>m adalah Q.S. al-Mu’minu>n [23]: 116
َ ٱ أق َر أأ َو َرب
٣ ك ٱ أۡلَ أك َر ُم
“Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia”
Umar Sulaiman al-Asyqar mengutip Imam Ghazali bahwa al-Kari>m
adalah bila berkuasa akan mengampuni, yang bila berjanji akan menepati,
yang bila memberi akan memberi lebih dari yang diminta. Yang tidak
pernah berhitung berapa dan kepada siapa yang diberi. 24
Menurut M. Quraish Shihab, kata ( )إلكرمbiasa diterjemahkan dengan “yang
24
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>…, hlm.182-183.
39
sehingga anugerah tersebut dalam kadar dan waktunya selalu berbarengan
serta bertujuan perbaikan dan pemeliharaan.25
2. Al-Mu’min ()إملؤمن
Al-Mu’min berarti Allah Maha Memberi Keamanan. Allah Swt adalah Zat
yang menjadi sumber rasa aman dan keamanan. Mukmin yang sejati adalah
mukmin yang hanya mengharapkan keamanan dari Allah Swt, bukan
dengan yang lainnya. Firman Allah Swt yang menunjukkan sifat Al-
Mu’min adalah Q.S. al-Hasyr [59]: 23
ك ٱ ألقُدوسُ ٱل َّس َّٰلَ ُم ٱ أل ُم أؤ ِم ُن ٱ أل ُمهَ أي ِم ُن ُ َِّل إِ َّٰلَهَ إِ ََّّل هُ َو ٱ أل َمل ٓ َ هُ َو ٱ ََّّللُ ٱلَّ ِذي
٢٣ ون َ ٱ أل َع ِزي ُز ٱ أل َجبَّا ُر ٱ أل ُمتَ َكبِّ ۚٓ ُر س أُب َّٰ َح َن ٱ ََّّللِ َع َّما ي أُش ِر ُك
“Dialah Allah tidak ada tuhan selain Dia. Maharaja, Yang Mahasuci, Yang
Mahasejahtera, Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara Keselamatan, Yang
Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan,
Maha-suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”
25
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
15, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 462.
26
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
13, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 564-565.
40
ِ ُوع َو َءا َمنَهُم ِّم أن َخ أو ا
٤ف ٱلَّ ِذ ٓ َ أ
ٖ ي أط َع َمهُم ِّمن ج
“yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar
dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan.”
27
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>, … hlm.62-67.
28
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
2, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 339-340.
41
Umar Sulaiman al-Asyqar mengutip Ibnu Manzhur, al-Waki>l berarti
penanggungjawab dan penjamin rezeki hamba. Dia sendirilah yang
menjamin urusan hamba-Nya. Allah Swt berfirman dalam Q.S. Al-Isra>
[17]: 2
Atas dasar ini, Allah Swt memerintahkan kepada orang-orang beriman agar
bertawakal hanya kepada Allah Swt, sebagaimana firman-Nya dalam Q.S.
Ibrahim [14]: 12 29
َو َما لَنَآ أَ ََّّل نَتَ َو َّك َل َعلَى ٱ ََّّللِ َوقَ أد هَ َد َّٰىنَا ُسبُلَنَ ۚٓا َولَنَ أ
ٓصبِ َر َّن َعلَ َّٰى َما
١٢ ون َ َُءا َذ أيتُ ُمونَ ۚٓا َو َعلَى ٱ ََّّللِ فَ أليَتَ َو َّك ِل ٱ أل ُمتَ َو ِّكل
Dan mengapa kami tidak akan bertawakal kepada Allah, sedangkan Dia
telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh, akan tetap
bersabar terhadap gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya
kepada Allah saja orang yang bertawakal berserah diri.”
Ucapan para Rasul َٱَّللِ فَ أليَت ََو َّك ِل أٱل ُمت ََو ِّكلُون
َّ َو َعلَىmengandung makna
penyerahan segara urusan kepada Allah Swt. karena demikian sifat orang-
orang mukmin – apalagi pembimbing mereka yang para Rasul. Semua
manusia memiliki keterbatasan dan seringkali pasrah, satu-satunya yang
wajar diandalkan untuk diserahkan kepada-Nya segala urusan hanya Allah
Swt. Karena, hanya Dia Yang Mahakuasa lagi Maha Mengetahui. 30 Dalam
bertawakal kepada Allah, bukan berarti lepas tangan tidak mau berbuat atau
berusaha. Tawakal kepada Allah Swt dilakukan setelah ada usaha maksimal
dari manusia untuk melakukan sesuatu.
4. Al-Mati>n ()إملتني
29
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>, … hlm. 223-224.
30
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
6, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 344.
42
Al-Mati>n berarti Allah Yang Maha Kokoh. Allah Swt adalah Zat yang
mempunyai kekuatan sempurna dan terbebas dari kelemahan. Kekuatan
Allah Swt tidak bisa digoyahkan oleh perbuatan makhluk-Nya dan tidak
ada yang membantu dalam kekuatan Allah Swt. Dalil yang menunjukkan
sifat al-Mati>n adalah Q.S. Az|-Z|a>riya>t [51]: 58
31
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>, … hlm. 231.
43
Katakanlah, “Allah yang menghidupkan kemudian mematikan kamu,
setelah itu mengumpulkan kamu pada hari Kiamat yang tidak diragukan
lagi; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
6. Al-H}a>fiz} ()إحلافظ
32
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
12, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 369.
33
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>, … hlm. 327-328.
44
Di samping itu, Allah adalah sebaik-baik penjaga dan pemelihara makhluk-
Nya. Sebagaimana dalil yang menunjukkan sifat Allah Al-H}a>fiz} adalah
Q.S. Yusuf [12]: 6434 yang menjelaskan tentang peristiwa Nabi Yusuf as
dengan saudara-saudaranya.
ال هَ أل َءا َمنُ ُكمأ َعلَ أي ِه إِ ََّّل َك َمآ أَ ِمنتُ ُكمأ َعلَ َّٰ ٓى أَ ِخي ِه ِمن قَ أب ُل فَٱ ََّّللُ َخ أي ٌر َ َق
٦٤ ين َ َّٰ َحفِ ٗظ ُۖا َوهُ َو أَ أر َح ُم ٱل َّٰ َّر ِح ِم
Dia (Yakub) berkata, “Bagaimana aku akan mempercayakannya
(Bunyamin) kepadamu, seperti aku telah mempercayakan saudaranya
(Yusuf) kepada kamu dahulu?” Maka Allah adalah penjaga yang terbaik
dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.”
ِ َّل إِ َّٰلَهَ إِ ََّّل هُ َو ٱ أل َحي ٱ ألقَيو ۚٓ ُم ََّل تَ أأ ُخ ُذهۥُ ِسنَة َو ََّل نَ أو ۚٓم لَّهۥُ َما فِي ٱل َّس َّٰ َم َّٰ َو
ت ٓ َ ُٱ ََّّلل
ض َمن َذا ٱلَّ ِذي يَ أشفَ ُع ِعن َد ٓهۥُ إِ ََّّل بِإ ِ أذنِ ۚٓ ِهۦ يَ أعلَ ُم َما بَ أي َن أَ أي ِدي ِهمأ أ
ِ ُۗ َو َما فِي ٱۡلَ أر
ُون بِ َش أي ٖء ِّم أن ِع أل ِم ِٓهۦ إِ ََّّل بِ َما َشآ ۚٓ َء َو ِس َع ُك أر ِسيه َ َُو َما َخ ألفَهُمأُۖ َو ََّل يُ ِحيط
٢٥٥ ض َو ََّل يَُو ُدهۥُ ِح أفظُهُ َم ۚٓا َوهُ َو ٱ أل َعلِي ٱ أل َع ِظي ُم َ ُۖ ت َوٱ أۡلَ أر ِ ٱل َّس َّٰ َم َّٰ َو
Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus
mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya
apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat
memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di
hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia
kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa
berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar.
7. Al-A>khir ()إلٓخر
Al-A>khir berarti Allah Maha Akhir (Kekal). Akhir bagi Allah Swt tidak
ada ujung dan tanpa batas. Setelah semua makhluk musnah, Allah Swt tetap
34
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>, … hlm. 173
45
ada dan tidak mengalami kepunahan. Semua makhluk hidup akan
mengalami kematian (kepunahan). Dalil yang menunjukkan sifat Al-
A>khir adalah Q.S. al-H}adi>d [57]: 3
َّٰ
٣ ۡل ِخ ُر َوٱلظَّ ِه ُر َوٱ ألبَا ِط ُۖ ُن َوهُ َو بِ ُكلِّ َش أي ٍء َعلِي ٌم
ٓ هُ َو ٱ أۡلَ َّو ُل َوٱ أ
“Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Al-A>khir berarti yang terakhir yang tidak ada sesuatu pun setelahnya,
karena memang Dia itu sejak zaman azali dan selamanya, tidak akan tiada
dan binasa, sementara yang lain hanyalah makhluk yang diciptakan oleh
Allah Swt dari tiada kemudian menjadi tiada lagi. Antonim dari sifat al-
A>khir adalah al-Awwal yang berarti yang tidak didahului oleh apapun.
Umar Sulaiman al-Asyqar mengutip Khatabi bahwa al-Awwal berarti
mendahului segala sesuatu, yang ada dan sudah ada sebelum adanya
makhluk. Sedangkan al-A<khir berarti sesuatu yang tersisa setelah
kebinasaan makhluk. Menurut Baihaqi, Al-Awwal berarti yang
keberadaanya tidak ada permulaan, sedangkan al-A>khir yang
keberadaanya tidak ada akhirnya. 35
M. Quraish Shihab mengutip pendapat Sayyidina> Ali, beliau pernah
melukiskan makna kedua sifat ini (Awwal-A>khir), yaitu bahwa Dia Yang
Awwal yang bagi-Nya tiada sebelum sehingga mustahil ada sesuatu
sebelum-Nya. Dia Yang A>khir yang bagi-Nya tiada sesudah sehingga
mustahil ada sesuatu sesudah-Nya. Dia tidak berada di satu tempat
sehingga mustahil Dia berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. 36
RANGKUMAN
1. Al-Kari>m ( )إلكرميberarti Allah Yang Maha Mulia. Allah Swt adalah Zat Yang
35
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>, … hlm. 266-267
36
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
13, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 403.
46
Kari>m (Yang Mulia), Allah Swt juga memiliki sifat Al-Akram (Yang Sangat
Mulia) yang tidak ada yang lebih mulia dari-Nya.
2. Al-Mu’min ( )إملؤمنberarti Allah Maha Memberi Keamanan. Allah Swt adalah
Zat yang menjadi sumber rasa aman dan keamanan. Kata al-Mu’min
mengandung dua makna, yaitu: (1) Al-Ama>n (keamanan). Allah al-Mu’min
berarti Allah pemberi rasa aman kepada hamba-Nya yang beriman atau orang
yang merasa aman hanyalah orang yang diberi rasa aman oleh Allah Swt, (2)
pembenaran terhadap Allah, para rasul, nabi, pengikutnya, dan hamba-Nya
yang beriman pada hari Kiamat.
3. Al-Waki>l ( )إلوكيلberarti Allah Maha Mewakili, Pelindung, atau Pemelihara
sempurna dan terbebas dari kelemahan. Al-Mati>n berarti Zat yang Maha Kuat
yang kekuatan-Nya tidak terbendung, yang tindakan-tindakan-Nya tidak
terhalangi, dan tidak pernah merasa lelah.
5. Al-Ja>mi’ ( )إجلامعberarti Allah Maha Mengumpulkan dan Menghimpun
semua makhluk-Nya atas apa yang mereka lakukan, baik maupun buruk. Allah
Swt mengurus, menjaga, dan memelihara semua makhluk-Nya terus menerus
tanpa mengantuk dan tidur.
7. Al-A>khir ( )إلٓخرberarti Allah Maha Akhir (Kekal). Akhir bagi Allah Swt
tidak ada ujung dan tanpa batas. Setelah semua makhluk musnah, Allah Swt
tetap ada dan tidak mengalami kepunahan. Semua makhluk hidup akan
47
mengalami kematian (kepunahan). Antonim dari sifat al-A>khir adalah al-
Awwal yang berarti yang tidak didahului oleh apapun.
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 3 tentang Mengidentifikasi
sifat-sifat wajib bagi Allah (al-Asma>’ al-H}usna>) meliputi sifat (al-Kari>m, al-
Mu’min, al-Waki>l, al-Mati>n, al-Ja>mi‘, al-H}a>fiz|, dan al-A>khir). Agar
Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 3, buatlah
tabel yang menjelaskan bagaimana cara Anda membuktikan keimanan terhadap
sifat-sifat Allah Swt tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini contoh
tabelnya:
TABEL. 5
AL-ASMA>’ AL-H}USNA
No al-Asma>’ al- Dalil Cara mengimani sifat-sifat Allah
H}usna Swt tersebut
1 Al-Kari>m Q.S. al- Menyakini bahwa Allah adalah Zat
(Yang Maha Mu’minu>n [23]: Yang Paling Mulia, sehingga kita
Mulia) 116 tidak boleh terlalu memuliakan
Al-Akram Q.S. Al-‘Alaq manusia melebihi kemuliaan Allah
(Yang Sangat [96]: 3] Swt.
Mulia)
2 Al-Mu’min Q.S. al-Hasyr Menyakini bahwa Allah Swt Yang
(Allah Maha [59]: 23 Maha Memberikan Keamanan,
Memberi Q.S. Quraisy maka hanya kepada Allah Swt kita
Keamanan) [106]: 4 memohon keamanan dari segala
mara bahaya yang ditimbulkan dari
para makhluk-Nya.
3 dan
seterusnya…
TES FORMATIF 3
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Rasulullah Saw telah mengajarkan kepada Abu Musa al-Asy’ari agar selalu
membaca َل حول وَل قوة الا ابهلل. Perilaku ini sebagai bentuk menyakini sifat Allah
48
b. Al-Waki>l
c. Al-Mati>n
d. Al-Ja>mi’
2. Allah Swt akan membangkitkan semua manusia dari alam kubur kemudian
dikumpulkan di hari Kiamat kelak untuk dimintai pertanggungjawaban atas
perbuatan mereka selama hidup di dunia. Hal ini merupakan wujud dari sifat
Allah Swt…
a. Al-Mu’min
b. Al-Waki>l
c. Al-Mati>n
d. Al-Ja>mi’
a. Al-Mu’min
b. Al-Waki>l
c. Al-Mati>n
d. Al-Ja>mi’
4. Salah satu bentuk meneladani sifat Allah Swt “Al-Waki>l” dalam kehidupan
sehari-hari adalah…
a. Beriman kepada Allah, rasul, kitab, malaikat, qadla dan qadar-Nya
b. Bertawakal kepada Allah Swt setelah berusaha semaksimal mungkin agar
dikabulkan keinginan (permohonan).
c. Memperbanyak membaca Laa h}aula wa la> quwwata illa> billa>h.
d. Berdoa kepada Allah Swt agar diberikan rasa aman dan terhindar dari
musibah.
5. Semua makhluk hidup di alam ini akan punah dan hancur, tidak ada yang
kekal. Makhluk diciptakan oleh Allah Swt dari tiada menjadi tiada lagi, hanya
Allah Swt yang memiliki sifat Al-Awwal dan Al-Akhi>r. Berikut ini dalil Al-
Qur’an yang menjelaskan sifat Al-Awwal dan Al-Akhi>r adalah…
a. Q.S. al-H}adi>d [57]: 3
b. Q.S. al-Baqarah [2]: 255
49
c. Q.S. Yusuf [12]: 64
d. Q.S. Saba’ [34]: 26
50
KEGIATAN BELAJAR 4: AL-ASMA>’ AL-H}USNA> > (ar-Razza>q, al-
Malik, al-H}a>sib, al-Ha>di>, al-Kha>liq dan al-H}aki>m)
POKOK-POKOK MATERI
51
A. Sifat-sifat Wajib bagi Allah Swt (al-Asma>’ al-
H}usna>) yang meliputi sifat (ar-Razza>q, al-Malik,
al-H}a>sib, al-Ha>di>, al-Kha>liq dan al-H}aki>m)
B. Contoh fakta dan fenomena-fenomena kebenaran sifat-
sifat Allah yang terkandung dalam al-Asma>’ al-
H}usna> yang meliputi sifat (ar-Razza>q, al-Malik, al-
H}a>sib, al-Ha>di>, al-Kha>liq dan al-H}aki>m)
URAIAN MATERI
Ar-Razza>q berarti Allah Maha Pemberi Rezeki. Rezeki berasal dari kata
rizq yang pada mulanya ditulis oleh Ibn Faris (dikutip oleh M. Quraish
Shihab), berarti pemberian untuk waktu tertentu. Namun demikian, arti asal
ini berkembang sehingga rezeki diartikan sebagai pangan, pemenuhan
kebutuhan, gaji, hujan, dan lain-lain, bahkan anugerah kenabian pun
52
dinamai rezeki. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S. Hu>d [11]: 88
sebagai berikut:37
… نت َعلَ َّٰى بَيِّنَ ٖة ِّمن َّربِّي َو َر َزقَنِي ِم أنهُ ِر أزقا َح َس ٗن ۚٓا
ُ قَا َل َّٰيَقَ أو ِم أَ َر َء أيتُمأ إِن ُك
Dia (Syuaib) berkata, “Wahai kaumku! Terangkan padaku jika aku
mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan aku dianugerahi-Nya rezeki
yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya)?...
M. Quraish Shihab mengutip pendapat Imam Ghazali bahwa sifat Allah Ar-
Razza>q berarti Dia yang menciptakan rezeki dan menciptakan yang
mencari rezeki serta Dia pula yang mengantar rezeki itu kepada mereka dan
menciptakan sebab-sebab perolehannya sehingga makhluk dapat
menikmati rezeki itu.39
Allah Swt telah menjamin rezeki semua makhluk-Nya. Rezeki ini tidak
hanya dalam bentuk materi tapi juga segala nikmat-Nya yang disediakan
untuk kehidupan makhluk-Nya, misalnya air, udara, api, dan lain
37
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
5, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 552.
38
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>…, hlm. 107
39
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
13, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm.114
53
sebagainya. Walaupun Allah Swt telah menjamin rezeki, tapi Allah Swt
juga memerintahkan bagi semua makhluk-Nya untuk berusaha meraihnya,
sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Mulk [67]: 15
ْ ُوا فِي َمنَا ِكبِهَا َو ُكل
وا ِمن ْ وَّل فَٱمأ ُش َ هُ َو ٱلَّ ِذي َج َع َل لَ ُك ُم ٱ أۡلَ أر
ٗ ُض َذل
أ
١٥ رِّزقِ ُۖ ِهۦ َوإِلَ أي ِه ٱلن ُشو ُر
“Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka
jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya.
Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”
Selain itu, manusia juga diperintahkan untuk mencari rezeki yang halal dan
selalu mensyukuri-Nya, karena sebenarnya jika manusia menghitung
nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah Swt kepadanya, maka tak
seorang pun yang mampu menghitung nikmat atau rezeki-Nya. Allah Swt
berfirman dalam Q.S. An-Nah}l [16]: 18
ُۗ ْ َوإِن تَعُد
ِ وا نِ أع َمةَ ٱ ََّّللِ ََّل تُ أحصُوهَآ إِ َّن ٱ ََّّللَ لَ َغفُور ر
١٨ َّحيم
"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu
menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha
Penyayang. »
2. Al-Malik ()إملكل
Al-Malik berarti Allah Maha Pemilik dan Maha Raja. Khairunnas Jamal
dan Kadarusman mengutip Abu al-Qasim al-Qusyairi bahwa kata Malik
( )ملكterdiri dari tiga huruf, yaitu mim, lam, dan kaf yang memiliki arti
kuat dan sehat. Dari akar kata tersebut terbentuk kata kerja malaka-
yamliku yang artinya kewenangan untuk memiliki sesuatu. Jadi, al-Malik
bermakna seseorang yang mempunyai kewenangan untuk memerintahkan
sesuatu dan melarang sesuatu dalam pemerintahan. Al-Malik berarti setiap
orang yang memiliki kemampuan di bidang politik dan pemerintahan.40
40
Khairunnas Jamal dan Kadarusman, “Terminologi Pemimpin Dalam Al-Qur’an (Studi
Analisis Makna Ulil Amri dalam Kajian Tafsir Tematik)” Jurnal Pemikiran Islam UIN Suska Riau,
39 (1) Januari-Juni 2014: 124-125. Alamat website: http://ejournal.uin-suska.ac.id/
index.php/Anida/ article/view/869/825 hlm. 125
54
Dalam Al-Qur’an ada perbedaan makna antara kata Malik dengan Ma>lik.
Contohnya kata Malik dalam Q.S. an-Na>s [114]: 2 dengan kata Ma>lik
dalam Q.S. Al-Fa>tih}ah [1]: 4.
ِ َّك ٱلن
٢ اس ِ َِمل
Raja Manusia (Q.S An-Na>s [114]: 2
ِ َِّٰ َمل
٤ ك يَ أو ِم ٱلدِّي ِن
Pemilik hari pembalasan (Q.S. Al-Fa>tih}ah [1]: 4)
ini tidak dibaca Maalik dengan memanjangkan huruf mim ()م mim,
ك ِم َّمن تَ َشآ ُءَ ع ٱ أل ُم ألُ نزِ َك َمن تَ َشآ ُء َوت َ ك تُ أؤتِي ٱ أل ُم أل
ِ ك ٱ أل ُم أل
َ ِقُ ِل ٱللَّهُ َّم َّٰ َمل
ك َعلَ َّٰى ُك ِّل َش أي ٖء َ َّك ٱ أل َخ أي ُۖ ُر إِن
َ َوتُ ِعز َمن تَ َشآ ُء َوتُ ِذل َمن تَ َشآ ُۖ ُء بِيَ ِد
٢٦ قَ ِدير
Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang Pemilik kerajaan. Engkau berikan
kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut
kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang
yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau
kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau
Mahakuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Ali Imran [3]: 26)
41
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
15, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm.753-754.
42
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
1, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 49-50.
55
3. Al-H}a>sib ()إحلاسب
Kata “H}asi>ban” terdiri dari huruf “h}a”, “sin”, dan “ba” mempunyai
empat kisaran makna,yakni menghitung, mencukupkan, bantal kecil, dan
penyakit yang menimpa kulit sehingga memutih. Tentu saja makna ketiga
dan keempat mustahil disandang oleh Allah Swt. M. Quraish Shihab
pendapat Imam Ghazali bahwa “al-H}a>sib” berarti Dia yang mencukupi
siapa yang mengandalkannya. Sifat ini tidak dapat disandang kecuali Allah
sendiri karena hanya Allah yang dapat mencukupi lagi diandalkan oleh
setiap makhluk. Allah sendiri yang dapat mencukupi semua makhluk,
mewujudkan kebutuhan mereka, melanggengkan bahkan menyempurna-
kannya.44
43
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>…, hlm. 178.
44
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
10, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 490-491.
56
Kalau kata “al-H}a>sib” dipahami dalam arti “menghitung”, artinya Allah
yang melakukan perhitungan menyangkut amal-amal baik dan buruk
manusia secara amat teliti lagi amat cepat. Dalam konteks ini Allah Swt
berfirman dalam Q.S. Al-Anbiya>’ [21]: 47.45
ين ٱ ألقِ أسطَ لِيَ أو ِم ٱ ألقِ َّٰيَ َم ِة فَ ََل تُ أظلَ ُم نَ أفس َش ٗأي ُۖا َوإِن َكا َن َ ض ُع ٱ أل َم َّٰ َو ِزَ ََون
٤٧ ين َ ِال َحب َّٖة ِّم أن َخ أر َد ٍل أَتَ أينَا بِهَ ُۗا َو َكفَ َّٰى بِنَا َّٰ َح ِسب َ َِم أثق
“Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka
tidak seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji
sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang
membuat perhitungan”
4. Al-Ha>di> ()إلهادي
Kedua, hidayah yang hanya diberikan Allah Swt. Hidayah ini hanya Allah
Swt yang mampu memberikan kepada hamba-hamba-Nya yang Dia
kehendaki. Semua manusia tidak mampu memberikan hidayah ini, bahkan
Rasulullah Saw pun tidak mampu memberikan hidayah kepada orang-
orang yang beliau kasihi. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S. Al-
Qas}s}a>s} [28]: 56. 46
45
Ibid., hlm. 491.
46
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>…, hlm. 308-309.
57
ت َو َّٰلَ ِك َّن ٱ ََّّللَ يَ أه ِدي َمن يَ َشآ ۚٓ ُء َوهُ َو أَ أعلَ ُم
َ ك ََّل تَ أه ِدي َم أن أَ أحبَ أب َ َّإِن
٥٦ ين َ بِٱ أل ُم أهتَ ِد
Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada
orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang
yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau
menerima petunjuk.
َ ين أَ أن َعمأ
ت َعلَ أي ِهمأ َغ أي ِر َ ط ٱلَّ ِذ ِ ٦ لصِّرطَ ٱ أل ُم أستَقِي َم
َ ص َّٰ َر َ َّٰ ٱ أه ِدنَا ٱ
َ ِّضآل
٧ ين َّ ب َعلَ أي ِهمأ َو ََّل ٱل ِ ٱ أل َم أغضُو
“Tunjukilah kami jalan yang lurus (6) (yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan
bu-kan (pula jalan) mereka yang sesat. (7)”
M. Quraish Shihab mengutip pendapat Thahir Ibn ‘Asyur bahwa ayat ke-6
di atas dapat dipahami dalam arti sebagai permohonan agar kiranya Allah
Swt menganugerahkan kepada si pemohon – melalui naluri, pancaindera,
akal, dan agama – kemampuan untuk menggapai jalan lurus lagi luas itu.
Sehingga As}-S}ira>t}al al-Mustaqi>m tidak saja dirasakan di dalam
nakuri atau dilihat, dicium, didengar, dan diraba oleh panca indera, tetapi
juga dibenarkan oleh akal, serta dari saat ke saat memeroleh bimbingan dan
pengetahuan yang bersumber dari Allah Swt. kemudian diberi pula
kemampuan untuk melaksanakannya.47
5. Al-Kha>liq ()إخلالق
47
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
10, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 78-79.
58
Ah}sanu al-Kha>liqi>n, al-Fa>t}ir, dan Badi’us Sama>wa>ti wa al-
Ardli. Firman Allah Swt dalam Q.S. al-H}asyr []: 24: 48
ص ِّو ُۖ ُر لَهُ ٱ أۡلَ أس َمآ ُء ٱ ألح أُسنَ َّٰۚٓى يُ َسبِّ ُح لَهۥُ َما فِي
َ ئ ٱ أل ُم
ُ ار هُ َو ٱ ََّّللُ ٱ أل َّٰ َخلِ ُ أ
ِ َق ٱلب
٢٤ ض َوهُ َو ٱ أل َع ِزي ُز ٱ أل َح ِكي ُم ٱل َّس َّٰ َم َّٰ َو ِ أ
ِ ُۖ ت َوٱۡلَ أر
Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk
Rupa, Dia memiliki nama-nama yang indah. Apa yang di langit dan di bumi
bertasbih kepada-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.
48
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>…, hlm. 83.
49
Ibid., hlm. 83-84.
59
yaitu tidak ada Tuhan selain Dia karena Dia yang menciptakan segala
sesuatu dan, jika demikian, tidak ada yang bersekutu dengan-Nya dalam
ketuhanan dan penciptaan dan karena itu pula ibadah dan ketundukan
semata-mata hanya tertuju kepada-Nya, apalagi Dia adalah Waki>l atas
segala sesuatu, yakni Yang mengatur segala sesuatu.50 Oleh karena itu,
Allah Swt senantiasa mengingatkan Jin dan manusia bahwa mereka
diciptakan dengan tujuan beribadah (mengabdi) hanya kepada Allah Swt,
sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. az}-Z}a>riya>t [51]: 56
Berdasarkan ayat di atas, tujuan Allah Swt menciptakan Jin dan manusia
adalah untuk beribadah. Menurut M. Quraish Shihab, hakikat ibadah
mencakup dua hal pokok, yaitu: pertama, kemantapan makna
penghambaan diri kepada Allah dalam hati setiap insan. Kemantapan
perasaan bahwa ada hamba dan ada Tuhan, hamba yang patuh dan Tuhan
yang disembah (dipatuhi). Tidak selainnya. Tidak ada dalam wujud ini
kecuali satu Tuhan dan selain-Nya adalah hamba-hamba-Nya. Kedua,
mengarah kepada Allah dengan setiap gerak pada nurani, pada setiap
anggota badan dan setiap gerak dalam hidup. Semuannya hanya mengarah
kepada Allah secara tulus. Melepaskan diri dari segala perasaan yang lain
dan dari segala makna selain makna pengambaan diri kepada Allah.51
6. Al-H}aki>m ()إحلكمي
50
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
3, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 582.
51
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
13, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 112.
60
sesuatu sesuai dengan tempat dan waktunya yang tepat. Salah satu dalil
yang menunjukkan sifat Allah Swt sebagai al-H}aki>m adalah Q.S. Az}-
Z}a>riya>t [51]: 30
Dia yang menciptakan rezeki dan menciptakan yang mencari rezeki serta Dia
pula yang mengantar rezeki itu kepada mereka dan menciptakan sebab-sebab
perolehannya sehingga makhluk dapat menikmati rezeki itu. Allah Swt telah
52
Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Asma>’ al-H}usna>…, hlm. 141-142.
53
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
15, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 445.
61
menjamin rezeki semua makhluk-Nya. Tapi, manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki yang halal dan selalu mensyukuri-Nya
2. Al-Malik ( )إملكلberarti Allah Maha Pemilik dan Maha Raja. al-Malik
sesuatu yang tidak ada menjadi ada dan menciptakan sesuatu tanpa contoh
terlebih dahulu. Perintah beribadah (menyembah) adalah konsekuensi dari
kepercayaan tentang wujud Allah yang disebutkan sifat-sifat-Nya dalam ayat
62
di atas, yaitu tidak ada Tuhan selain Dia karena Dia yang menciptakan segala
sesuatu dan, jika demikian, tidak ada yang bersekutu dengan-Nya dalam
ketuhanan dan penciptaan dan karena itu pula ibadah dan ketundukan semata-
mata hanya tertuju kepada-Nya.
6. Al-H}aki>m ( )إحلكميberarti Allah Mahabijaksana. Bijaksana dalam
mengambil keputusan hukum secara adil, tidak pilih kasih serta menempatkan
segala sesuatu sesuai dengan tempat dan waktunya yang tepat.
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 4 tentang Mengidentifikasi
sifat-sifat wajib bagi Allah (al-Asma>’ al-H}usna>) meliputi sifat (ar-Razza>q, al-
Malik, al-H}a>sib, al-Ha>di>, al-Kha>liq dan al-H}aki>m). Agar Anda dapat
lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 4, buatlah tabel yang
menjelaskan bagaimana cara Anda meneladani sifat-sifat Allah Swt tersebut dalam
kehidupuan sehari-hari. Berikut ini contoh tabelnya:
63
TABEL. 6
AL-ASMA>’ AL-H}USNA
No al-Asma>’ al- Dalil Cara meneladani sifat-sifat Allah
H}usna Swt dalam kehidupan sehari-hari
1 Ar-Razza>q Q.S. Hu>d [11]: Dalam mencari rezeki harus
(Allah Maha 88 berusaha secara maksimal dan halal.
Pemberi (Q.S. Az}- Kemudian menggunakan rezeki
Rezeki) Z}a>riya>t [51]: tersebut untuk maslahat bukan
58) maksiat kepada Allah Swt.
2 Al-Malik Q.S. an-Naas Ketika mendapatkan jabatan atau
(Allah Maha [114]: 2 kekuasaan tidak boleh sombong dan
Pemilik dan Q.S. Al-Fatihah menyombongkan diri bahwa jabatan
Maha Raja) [1]: 4 tersebut ia peroleh karena usahanya
saja, karena Alllahlah pemilik
kekuasaan dan Maha Raja yang
mampu menaik-turunkan derajat
manusia di dunia maupun Akhirat.
3 dan
seterusnya…
TES FORMATIF 4
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Islam mengajarkan kepada manusia untuk selalu bermuhasabah diri selama
hidup di dunia, apakah hidupnya sudah lurus di jalan yang diridloi oleh Allah
Swt. atau bahkan tersesat karena mengikuti nafsunya. Perilaku ini sebagai
bentuk menyakini sifat Allah Swt (al-Asma> al-H}usna>), yaitu…
a. Ar-Razza>q
b. Al-Ha>di>
c. Al-H}a>sib
64
d. Al-H}aki>m
2. Allah Swt adalah pemberi dan penjamin rezeki semua makhluk-Nya, tak
terkecuali manusia. Di samping itu, Allah juga menganjurkan manusia untuk
berusaha mencari rezeki yang halal dan dengan cara-cara yang diridloi-Nya.
Hal ini merupakan wujud dari sifat Allah Swt…
a. Ar-Razza>q
b. Al-Ha>di
c. Al-H}a>sib
d. Al-H}aki>m
65
beribadah kepada Allah Swt. Berikut ini dalil Al-Qur’an yang menjelaskan
kewajiban ibadah Jin dan manusia adalah…
a. Q.S. Az}-Z}a>riya>t [51]: 30
b. Q.S. az}-Z}a>riya>t [51]: 56
c. Q.S. Al-Qas}s}a>s} [28]: 56.
d. Q.S. al-An’a>m [6]: 102
TUGAS AKHIR
Setelah mempelajari materi yang terdapat pada kegiatan belajar 1 s.d. 4, buatlah
peta konsep dari materi al-Asma> al-H}usna> disertai dalil-dalilnya dan cara
meneladani sifat-sifat Allah Swt tersebut dalam kehidupan sehari-hari!
TES SUMATIF
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
66
1. Allah Swt memiliki sifat-sifat wajib seperti Qida>m, Baqa>’, Mukha>lafatu
Lil-H}awa>dis}i, Qiya>muhu bi-Nafsihi, dan Wah}da>niyah. Sifat-sifat ini
masuk kategori sifat…
a. Salbiyah
b. Nafsiyah
c. Ma’ani
d. Ma’nawiyah
2. Allah Swt pernah berfirman secara langsung dengan salah satu Rasul-Nya,
sehingga dia dijuluki sebagai Kali>mulla>h. Siapa nabi tersebut?
a. Muhammad Saw
b. Musa as
c. Ibrahim as
d. Isa as
3. Allah Swt mempunyai sifat wajib Baqa>’ yang artinya kekal. Sifat mustahil
dari Baqa>’ adalah…
a. Adam
b. Ta’addud
c. ‘Ajzun
d. Fana>’
67
5. Dalam Q.S. Yasin [36]: 82: “Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia
menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah! Maka jadilah
sesuatu itu” Aya ini menjelaskan tentang sifat wajib bagi Allah Swt…
a. Qudrah
b. Wah}da>niyah
c. Qiya>muhu bi-Nafsihi
d. Muri>dan
6. Sifat Allah Swt yang memiliki pengertian kekuatan, hegemoni, ketinggian,
dan mengendalikan adalah…
a. An-Na>fi’
b. Al-‘Adl
c. Al-‘Azi>z
d. Al-Qayyu>m
7. Allah Swt memiliki sifat an-Na>fi’. Untuk meneladani sifat an-Na>fi’ dalam
kehidupan sehari-hari yang dapat dilakukan adalah dengan menjadi…
a. Pemaaf dan tidak mudah dendam
b. Dermawan yang suka berbagi rezeki bagi orang-orang yang
membutuhkan
c. Berlaku adil dalam mengambil keputusan dan bertindak
d. Orang yang bermanfaat bagi orang lain
8. ٢٨ ( …إِنَّ ۥهُ هُ َو أٱلبَر ٱل َّر ِحي ُمDialah Yang Maha Melimpahkan Kebaikan,
Maha Penyayang. Menurut M. Quraish Shihab penggandengan sifat al-Barr
dengan ar-Rahi>m mengisyaratkan…
a. Allah Swt menganugerahkan nikmat kepada manusia semata-mata
karena kasih sayang-Nya.
b. Allah Swt memberikan nikmat kepada hamba-hamba-Nya yang beriman
c. Allah Swt Maha Baik dalam memberikan nikmat-Nya
68
d. Kebaikan Allah Swt kepada hamba-hamba-Nya adalah nikmat iman dan
Islam.
9. Orang Islam wajib memberikan rasa aman bagi orang lain. Bahkan, jangan
sampai lisan dan tangannya membuat orang lain merasa terancam dan tidak
nyaman. Perilaku ini meneladani sifat wajib Allah Swt…
a. Al-H}a>fiz}
b. Al-Waki>l
c. Al-Kari>m
d. Al-Mu’min
10. Allah Swt adalah Maha Menjaga dan Maha Memelihara semua makhluk-Nya
atas apa yang mereka lakukan, baik maupun buruk. Allah Maha Menjaga
disebut…
a. Al-Ja>mi’
b. Al-Waki>l
c. Al-H}a>fiz
d. Al-A>khir
11. Semua makhluk-Nya juga tidak akan mampu menimbulkan mara bahaya jika
tidak dikehendaki oleh Allah, karena Allah Maha Kuasa (Kokoh) atas semua
kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh makhluk-Nya. Hal ini menggambarkan
sifat Allah Swt…
a. Al-Ja>mi’
b. Al-Mati>n
c. Al-H}a>fiz
d. Al-Awwal
12. Allah Swt adalah Maha Pemberi Rezeki kepada semua makhluk-Nya. Dalil
Al-Qur’an yang menjelaskan tentang sifat Ar-Razza>q adalah…
a. Q.S. Al-Mulk [67]: 15
b. (Q.S. A>li Imra>n [3]: 173)
c. Q.S An-Naas [114]: 2
d. Q.S. Al-Fatihah [1]: 4
69
13. Salah satu bentuk meneladani sifat Allah Swt “Al-Malik” adalah berikut ini,
kecuali…
a. Menyakini bahwa Allah Swt adalah Maha Raja Yang Menguasai alam
semesta
b. Menyakini bahwa Allah Swt yang pada dasarnya yang mengangkat
seseorang menjadi penguasa dan Allah Swt juga yang dapat menurunkan
kekuasaan tersebut.
c. Menyakini bahwa Allah Swt adalah pemilik alam semesta.
d. Menyakini bahwa Allah Swt yang mengelola alam semesta dengan
bijaksana untuk memenuhi kebutuhan manusia sebagai kholifah di muka
bumi.
14. Allah Swt Maha Pengampun atas dosa-dosa dan kesalahan manusia, oleh
karena itu, manusia dianjurkan banyak memohon ampunan kepada Allah Swt.
Tetapi ada dosa yang tidak bisa diampuni kecuali dengan Tobat yang
bersungguh-sungguh (Taubatan Nasuha) adalah…
a. Syirik dan menghardik orangtua
b. Syirik dan Kufur
c. Zina dan Kufur
d. Meninggalkan sholat dan Syirik
15. Menyakini bahwa Allah adalah Zat Yang Paling Mulia, sehingga kita tidak
boleh terlalu memuliakan manusia melebihi kemuliaan Allah Swt. Adalah
meneladani sifat Allah Swt…
a. Al-Mu’min
b. Al-Waki>l
c. Al-Mati>n
d. Al-‘Azi>z
70
KUNCI JAWABAN
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
Tes Formatif 1
1. B
2. C
3. B
4. D
5. A
Tes Formatif 2
71
1. B
2. A
3. B
4. C
5. D
Tes Formatif 3
1. C
2. D
3. A
4. B
5. A
Tes Formatif 4
1. C
2. A
3. B
4. D
5. B
72
8. A
9. D
10. C
11. B
12. A
13. D
14. B
15. D
DAFTAR PUSTAKA
Al-Asy’ari, Abdurrahman, Al-Qur’an dan Terjemahnya Dilengkapi Metode
Tahfidz (QTA), Terjemah Per Kata, Asbabun Nuzul, Hukum Tajwid, dan
Indeks Ayat, Wonosobo: Yayasan Al-Asy’ariyah, 2014.
al-Asyqar, Umar Sulaiman, Al-Asma>’ al-H}usna>, terj. oleh Syamsuddin TU dan
Hasan Suadi, (Jakarta: Qisthi, 2004).
al-Baz, Anwar, Al-Tafsir al-Tarbawy Lil-Qur’an al-Karim, Jilid 1, Mesir: Dar al-
Nasyr Lil-Jami’at, 2007.
Esposito, John L, (ed.), “Wahha>biyya>h” on The Oxford Encyclopedia of the
Modern Islamic World, volume 4, (New York: Oxford University Press,
1995), 307 atau John. L. Esposito, “Wahabi” dalam Ensiklopedi Oxford
73
Dunia Islam Modern, Jilid 6, (terj.) oleh Eva, Y.N, dkk, (Ed. Ahmad Baiquni,
dkk), cet.ke-2, Bandung: Mizan, 2002.
Katsir, Imam Ibnu, Tafsir Ibnu Katsir Juz: 1, [terj.] oleh Arif Rahman Hakim, dkk,
Surakarta: Insan Kamil, 2015.
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan
Saintifik Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII, (Jakarta:
Kementerian Agama, 2014).
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan
Saintifik Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas X, (Jakarta:
Kementerian Agama, 2014).
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan
Saintifik Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas XII, (Jakarta:
Kementerian Agama, 2014).
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 1, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017).
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 2, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017).
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 3, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017)
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 5, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017).
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 6, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017).
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 7, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017).
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 10, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017).
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 11, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017).
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 12, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017).
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 13, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017).
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 15, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017).
74
GLOSARIUM
Naqli Dalil yang bersumberkan pada Al-Qur’a>n dan al-
Hadis
Aqli Dalil yang bersumberkan pada akal pikiran manusia
Wajib Sifat-sifat yang pasti (wajib) dimiliki oleh Allah Swt.
yang sesuai dengan keagungan-Nya sebagai Pencipta
alam seisinya
75
Jaiz Sifat kebebasan Allah Swt untuk berbuat sesuatu atau
tidak berbuat sesuatu sesuai kehendak-Nya yang
mutlak dan tidak terikat oleh apapun dan siapapun
Mustahil Sifat-sifat yang mustahil atau tidak mungkin dimiliki
oleh Allah Swt, karena sifat tersebut tidak mungkin
dimiliki oleh Allah Swt, sebagai Tuhan Yang Maha
Segala-galanya.
Nafsiyah Sifat Nafsiyah berkaitan dengan diri (Zat) Allah Swt.
Semata. Sifat Nafsiyah Allah hanya satu, yaitu
Wuju>d (ada).
Salbiyah Sifat yang menolak segala sifat-sifat yang tidak layak
(tidak patut) bagi Allah Swt, sebab Allah Maha
Sempurna dan tidak memiliki kekurangan
Ma’a>ni Sifat yang terdapat dalam zat Allah sesuai dengan
kesempurnaan-Nya.
Ma’nawiyah Sifat yang selalu tetap ada pada zat Allah dan tidak
mungkin pada suatu ketika Allah tidak bersifat
demikian
76
No. Kode: ....../2018
Penulis:
Dr. Zainal Arifin, S.Pd.I., M.S.I.
1
DAFTAR ISI
MODUL 4: KISAH-KISAH TELADAN
2
Tugas……………………………………………………………… 68
Tes Formatif 4………………………………………………………… 69
TUGAS AKHIR 71
…………………………………………………………..
TES SUMATIF …………………………………………………… 71
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 77
GLOSARIUM…………………………………………………………… 78
3
PENDAHULUAN
RELEVANSI
Dalam kajian Akidah Akhlak, mempelajari kisah-kisah teladan (Nabi
Sulaiman as, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus as, Nabi Ayub as, dan kisah Khulafaur
Rosyidin) merupakan perkara penting, karena ini berkaitan tentang akhlak
(perilaku) yang dapat diteladani dalam kehidupan sehari-hari. Tokoh-tokoh yang
dibahas dianalisis kemudian diambil hikmahnya untuk kehidupan saat ini, karena
sejarah akan terulang-ulang. Inti mempelajari sejarah dan kisah teladan adalah
mengambil hikmah dan mencontoh dari perilaku-perilaku yang baik. Apalagi kisah-
kisah tersebut dijelaskan dalam Al-Qur’an maupun Hadis, bukan dongeng belaka.
Kajian tentang kisah-kisah teladan (Nabi Sulaiman as, Ashabul Kahfi, Nabi
Yunus as, Nabi Ayub as, dan kisah Khulafaur Rosyidin) diambil dari sumber-
sumber (referensi) yang dapat dipertanggungjawabkan seperti dalil-dalil Naqli dari
4
Al-Qur’an dan Hadis serta buku-buku yang ditulis oleh orang-orang yang
professional di bidangnya. Sebab, kisah-kisah teladan yang dibahas ini benar-benar
kisah yang terjadi secara nyata, bukan sekedar dongeng belaka. Oleh karena itu,
referensi utama dari Al-Qur’an yang ditafsirkan oleh para mufasir dan tokoh-tokoh
muslim, sehingga kisah ini benar-benar dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
PETUNJUK BELAJAR
Agar Anda dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan, Anda dapat mengikuti petunjuk berikut.
1. Bacalah secara cermat tujuan belajar yang hendak dicapai.
2. Pelajari dan hayati kisah-kisah teladan.
3. Cermati materi kisah-kisah teladan, dengan beri tanda-tanda khusus pada
bagian yang menurut Anda sangat penting.
4. Lihatlah glosarium yang terletak di bagian akhir tulisan ini, apabila
menemukan istilah-istilah khusus yang kurang Anda pahami.
5. Kerjakan latihan dengan baik, untuk memperlancar pemahaman Anda.
6. Setelah Anda mempersiapkan segala peralatan yang diperlukan, mulailah
membaca modul ini secara teliti dan berurutan.
5
KEGIATAN BELAJAR 1: KISAH KETELADANAN NABI SULAIMAN
AS. DAN UMATNYA
POKOK-POKOK MATERI
6
URAIAN MATERI
A. Kisah Nabi Sulaiman a.s dalam Al-Qur’an
Kisah Nabi Sulaiman a.s banyak disebut dalam Al-Qur’an. Kisah Nabi
Sulaiman a.s dikenal dengan kerajaan dan kemampuannya dalam
mengendalikan angin, berbicara dengan binatang, bahkan memiliki bala tentara
dari dari golongan jin dan manusia, serta binatang. Selain itu, kisah Nabi
Sulaiman a.s dan Ratu Bilqis (Negeri Saba’) juga memberikan pengalaman
yang menarik untuk dicontoh agar manusia tidak menyombongkan jabatan
(kekuasaan) yang diberikan oleh Allah Swt dan menggunakan kenikmatan
tersebut untuk menyembah-Nya.
Muhammad Basam Rusydi Az-Zain menjelaskan bahwa kisah Nabi
Sulaiman a.s disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 16 kali yang tersebar dalam
tujuh surat, yaitu (1) Q.S. al-Baqarah [2]: 102, (2) Q.S. an-Nisa> [4]: 163, Q.S.
Al-An’a>m [6]: 84, Q.S. Al-Anbiya>’ [21]: 78-82, Q.S. An-Naml [27]: 15-44,
Q.S. Saba’ [34]: 12, dan Q.S. S}a>d [38]: 30-40.1 Berdasarkan sumber-sumber
Naqli dari al-Qur’an ini dapat disimpulkan bahwa kisah Nabi Sulaiman a.s
adalah benar-benar nyata dari diberitakan secara langsung oleh Allah Swt,
bukan sekedar dongeng.
B. Biografi Nabi Sulaiman a.s
Muhammad Basam Rusydi Az-Zain menceritakan biografi Nabi
Sulaiman a.s berdasarkan dari ayat-ayat al-Qur’an berikut ini: 2
1. Nabi Sulaiman a.s putra Nabi Dawud a.s
Nabi Sulaiman a.s. adalah anak dari nabi Allah Swt. Dawud a.s.
sebagaimana yang dijelaskan Allah Swt. di dalam firman-Nya,
1
Muhammad Basam Rusydi Az-Zain, Sekolah Para Nabi 2 Menabur Kasih Sayang di
Bumi, (terj.) oleh Fadhilah Ulfa & Ismail Jalili, (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2007), hlm. 211.
2
Ibid., hlm. 211-214.
7
2. Nabi Sulaiman a.s seorang Nabi yang disucikan sejarah kehidupannya oleh
Allah Swt.
Allah Swt telah mensucikan sejarah kehidupan Nabi Sulaiman a.s dan
mensucikan namanya. Beliau beriman kepada Allah Swt bukan termasuk
golongan orang kafir yang mengajarkan tentang sihir. Kemampuannya
merupakan anugerah (mukjizat) yang diberikan oleh Allah Swt. kepadanya.
Sebagaimana yang difirmankan Allah Swt.
8
… ث سلَ ۡي َٰ َمن َداوۥ َد
َ َو َو ِر
“Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud…” (Q.S. an-Naml [27]: 16 3
Kerajaan Nabi Sulaiman a.s tidak da seorangpun (setelah dia) yang bisa
menandinginya. Allah berfirman:
ت َ َّال َربِّ ٱ ۡغفِ ۡر لِي َوهَ ۡب لِي م ۡل ٗكا ََّّل يَ ۢنبَ ِغي ِلَ َح ٖد ِّم ۢن بَ ۡع ِدي إِن
َ ك أَن َ َق
٣٥ ٱ ۡل َوهَّاب
Dia berkata, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku
kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun setelahku. Sungguh, Engkaulah
Yang Maha Pemberi.” (QS S}ad: [38]: 35)
Kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah Swt kepada Nabi Sulaiman a.s
tidak membuatnya sombong, tapi beliau mensyukurinya. Sebagaimana doa
yang beliau panjatkan kepada Allah Swt. berikut ini:
3
Nabi Sulaiman a.s. menggantikan kenabian dan kerajaan Nabi Dawud a.s. serta mewarisi
ilmu pengetahuan dan Kitab Zabur yang diturunkan kepadanya. (Abdurrahman Al-Asy’ari, Al-
Qur’an dan Terjemahnya Dilengkapi Metode Tahfidz (QTA), Terjemah Per Kata, Asbabun Nuzul,
Hukum Tajwid, dan Indeks Ayat, Wonosobo: Yayasan Al-Asy’ariyah, 2014), hlm. 378.
9
ض ٱلَّتِي َٰبَ َر ۡكنَا فِيهَ َۚا ۡ
ِ صفَ ٗة تَ ۡج ِري بِأَمۡ ِر ِهۦ إِلَى ٱلَ ۡرِ َولِسلَ ۡي َٰ َم َن ٱلرِّ ي َح َعا
٨١ ين َ َوكنَّا بِك ِّل َش ۡي ٍء َٰ َعلِ ِم
Dan (Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang
tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami beri
berkah padanya. Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.
ة َٰيَأَيُّهَا ٱلنَّمۡ ل ٱ ۡدخلوا َم َٰ َس ِكنَكمۡ ََّلٞ ََحتَّ َٰى إِ َذا أَتَ ۡوا َعلَىَٰ َوا ِد ٱلنَّمۡ ِل قَالَ ۡت نَمۡ ل
اح ٗكا ِّمن ِ ض َ فَتَبَ َّس َم١٨ ون َ يَ ۡح ِط َمنَّكمۡ سلَ ۡي َٰ َمن َوجنودهۥ َوهمۡ ََّل يَ ۡشعر
َٰي َو َعلَى َّ َت َعل َ ۡك ٱلَّتِي أَ ۡن َعمَ َال َربِّ أَ ۡو ِز ۡعنِي أَ ۡن أَ ۡشك َر نِ ۡع َمت َ َقَ ۡولِهَا َوق
ك
َ ك فِي ِعبَا ِد َ ِض َٰىه َوأَ ۡد ِخ ۡلنِي بِ َر ۡح َمت َ صلِ ٗحا تَ ۡر َ َٰ ي َوأَ ۡن أَ ۡع َم َل َّ َٰ َولِ َد
١٩ ين َ صلِ ِح َّ َٰ ٱل
Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut,
“Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu
tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak
menyadari.” (18) Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena
(mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya Tuhanku,
anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah
Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku
mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan
rahmat-Mu ke dalam go-longan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (19)
3. Memiliki tentara dari golongan Jin dan umatnya yang berilmu tinggi
Dari sekian banyak pasukan tentara Sulaiman a.s., ada juga pasukan tentara
yang berasal dari golongan jin. Allah berfirman:
10
… َو ِم َن ٱ ۡل ِجنِّ َمن يَ ۡع َمل بَ ۡي َن يَ َد ۡي ِه بِإ ِ ۡذ ِن َربِّ ِهۦ َو َمن يَ ِز ۡغ ِم ۡنهمۡ َع ۡن أَمۡ ِرنَا
١٢ ير ِ ن ِذ ۡقه ِم ۡن َع َذا
ِ ب ٱل َّس ِع
“…Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah
kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di
antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka
yang apinya menyala-nyala. (Q.S. Saba’ [34]: 12).
Bahkan, ada salah satu umat Nabi Sulaiman a.s yaitu orang yang
mempunyai ilmu dari Kitab dapat membawa singgasana Ratu Bilqis
sebelum mata berkedip. Sebelumnya Jin ‘Ifrit juga menyampaikan kepada
Nabi Sulaiman a.s bahwa dia dapat membawa istana Ratu Bilqis sebelum
Nabi Sulaiman a.s berdiri dari tempat duduk. Kisah ini terekam dalam Q.S.
an-Naml [27]: 38-41.
4
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan
Saintifik Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII, (Jakarta: Kementerian Agama,
2014), hlm. 56
11
mengetahui siapa yang hadir dan yang tidak hadir. Contohnya dalam kisah
Nabi Sulaiman a.s dengan burung Hud-Hud yang terlambat hadir di barisan
karena sedang mencari informasi tentang kondisi kerajaan Ratu Saba’ (Q.S.
An-Naml [27]: 20-30)5
RANGKUMAN
1. Kisah Nabi Sulaiman a.s disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 16 kali yang
tersebar dalam tujuh surat, yaitu (1) Q.S. al-Baqarah [2]: 102, (2) Q.S. an-
Nisa> [4]: 163, Q.S. Al-An’a>m [6]: 84, Q.S. Al-Anbiya>’ [21]: 78-82, Q.S.
An-Naml [27]: 15-44, Q.S. Saba’ [34]: 12, dan Q.S. S}a>d [38]: 30-40.
2. Kisah Nabi Sulaiman a.s dikenal dengan kerajaan dan kemampuannya dalam
mengendalikan angin, berbicara dengan binatang, memiliki bala tentara dari
dari golongan jin dan manusia, serta binatang. Selain itu, kisah Nabi Sulaiman
a.s dan Ratu Bilqis (Negeri Saba’) juga memberikan pengalaman yang
menarik untuk dicontoh agar manusia tidak menyombongkan jabatan
(kekuasaan) yang diberikan oleh Allah Swt dan menggunakan kenikmatan
tersebut untuk menyembah-Nya.
5
Baca Ahmad Djalaluddin, Manajemen Qur’ani Menerjemahkan Idarah Ilahiyah dalam
Kehidupan Insaniyah (Seri Integrasi), (Malang: UIN-Maliki Press, 2014), hlm.42-49.
12
3. Nabi Sulaiman a.s putra Nabi Dawud a.s. Nabi Sulaiman a.s. adalah anak dari
nabi Allah Swt. Dawud a.s. sebagaimana yang dijelaskan Allah Swt. di dalam
firman-Nya, (Q.S. S}a>d [38]: 30)\\
4. Nabi Sulaiman a.s seorang Nabi yang disucikan sejarah kehidupannya oleh
Allah Swt. Beliau beriman kepada Allah Swt dan tidaklah kafir. Kemampuan
yang dimilikinya bagian dari anugerah (mukjizat) yang diberikan oleh Allah
Swt. kepadanya. (Q.S Al-Baqarah: [2]: 102).
5. Nabi Sulaiman a.s adalah Nabi Allah Swt yang diturunkan wahyu kepadanya,
sebagaimana Allah Swt menurunkan wahyu kepada nabi-nabi selain dirinya.
(QS An-Nisa: [4]: 163).
6. Nabi Sulaiman a.s adalah seorang Raja yang mewarisi kerajaan yang megah
dari ayahandanya, Dawud a.s. (Q.S. an-Naml [27]: 16
7. Mukjizat (Kelebihan) Nabi Sulaiman a.s adalah (a) dapat menundukkan angin
kencang (Q.S. al-Anbiya>’ [21]: 81), (b) memahami bahasa hewan (Q.S. an-
Naml [27]: 16, 18, dan 19), (c) memiliki tentara dari golongan Jin dan
umatnya yang berilmu tinggi. (Q.S. Saba’ [34]: 12) dan Q.S. an-Naml [27]:
38-41
8. Hikmah dan keteladanan Nabi Sulaiman as dan umatnya, yaitu: (a) mau
berdialog dengan rakyat kecil. (Q.S. an-Naml [27]: 16, 18, dan 19), (b) beliau
pandai bersyukur atas nikmat Allah Swt. (QS An-Naml: [27]: 19), (c) menjadi
pemimpin yang perhatian dan menerapkan hukum yang jelas terhadap anak
buahnya. (Q.S. An-Naml [27]: 20-30)
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 tentang Kisah Keteladanan
Nabi Sulaiman a.s dan umatnya. Agar Anda dapat lebih memahami materi yang
terdapat pada Kegiatan Belajar 1, buatlah tabel yang menjelaskan tentang hikmah
(pelajaran) dari kisah Nabi Sulaiman a.s disertai dalilnya Sehingga dapat diterapkan
13
dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa minimal memberikan contoh lima hikmah
yang dapat dipetik dari kisah Nabi Sulaiman a.s tersebut. Berikut ini contohnya:
TABEL. 1
HIKMAH KISAH KETELADANAN NABI SULAIMAN A.S DAN
UMATNYA
No Tema Kisah Dalil Hikmah yang dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari
1 Nabi Sulaiman Q.S. An-Naml Tidak menyombongkan jabatan
dengan Ratu [27]: 42-44 (kekuasaan) yang diberikan oleh
Bilqis Allah Swt dan menggunakan
kenikmatan tersebut untuk
menyembah-Nya
2
3
4
5
TES FORMATIF 1
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Nabi Sulaiman a.s. mewarisi kerajaan yang megah dari ayahandanya. Siapakah
nama ayahanda Nabi Sulaiman as tersebut?
a. Nabi Ilyas as
b. Nabi Ilyasa’ as
c. Nabi Musa as
d. Nabi Dawud as
2. Berikut ini beberapa mukjizat (kelebihan) yang diberikan Allah SWT kepada
Nabi Sulaiman as, kecuali…
a. Dapat menundukkan angin kencang
14
b. Dapat memahami bahasa binatang
c. Dapat membelah bulan
d. Memiliki tantara dari golongan jin dan umatnya yang berilmu tinggi
3. Contoh kisah yang menjelaskan sikap tegas Nabi Sulaiman as terhadap
penerapan hukum terhadap anak buahnya adalah…
a. Kisah Nabi Sulaiman a.s dengan burung Hud-Hud yang terlambat hadir di
barisan karena sedang mencari informasi tentang kondisi kerajaan Ratu
Saba’
b. Kisah Nabi Sulaiman as bertemu dengan gerombolan semut
c. Kisah Nabi Sulaiman as dengan Ratu Bilqis
d. Kisah Nabi Sulaiman as yang memerintahkan tentaranya untuk memindah
kerajaan Ratu Bilqis
4. Kisah Nabi Sulaiman a.s dan Ratu Bilqis memberikan hikmah (pelajaran)
kepada para pemimpin (raja/presiden) agar…
a. menyombongkan jabatan kepada masyarakat
b. berbuat semena-mena dengan jabatan yang dimiliki
c. menggunakan jabatannya untuk mendekatkan diri (menyembah) kepada
Allah Swt
d. menggunakan jabatannya untuk berperang
5. َو ِم َن ٱلۡجِ ِن َمن ي َ ۡع َم ُل ب َ ۡ َۡي يَدَ يۡ ِه ِِب ۡذ ِن َ ِرب ِهۦۖ َو َمن يَ ِز ۡغ ِمۡنۡ ُ ۡم َع ۡن َٱ ۡم ِرَنَ ن ُ ِذ ۡق ُه ِم ۡن عَ َذ ِاب ٱ َّلس ِع ِري
ِ
Ayat ini menjelaskan tentang kisah Nabi Sulaiman yang memiliki mukjizat…
a. Dapat menundukkan angin kencang
b. Dapat memahami bahasa binatang
c. Dapat membelah bulan
d. Memiliki tantara dari golongan jin dan umatnya yang berilmu tinggi
15
Tingkat penguasaan materi = jumlah jawaban yang benar x 100%
jumlah soal
POKOK-POKOK MATERI
16
A. Kisah Ashabul Kahfi dalam Al-Qur’an
B. Biografi Ashabul Kahfi
C. Hikmah dan Keteladanan kisah Ashabul Kahfi
URAIAN MATERI
17
awal surah al-Kahfi maka dia terpelihara dari fitnah ad-Dajjal” (HR Muslim
dan Abu Daud melalui Abu ad-Darda’) 6
6
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
7, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 221-223.
7
Ar-Raqi>m berarti tulisan, yakni tulisan-tulisan yang memuat nama-nama pemuda itu.
Al-Biqa’i memahaminya dalam arti desa atau gunung tempat mereka berada. Ada juga yang
memahami nama anjing mereka. Ada lagi yang memahami dalam arti kelompok yang berbeda
dengan Ashabul Kahfi. (Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian
Al-Qur’an, Volume 7, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 224
8
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan
Saintifik Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII, (Jakarta: Kementerian Agama,
2014), hlm. 109.
9
Bangun dan menghadap Raja Dikyanus yang zalim dan sombong. (Abdurrahman Al-
Asy’ari, Al-Qur’an dan Terjemahnya Dilengkapi Metode Tahfidz (QTA), Terjemah Per Kata,
18
kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru tuhan selain Dia.
Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah me-ngucapkan
perkataan yang sangat jauh dari kebenaran.”
Asbabun Nuzul, Hukum Tajwid, dan Indeks Ayat, Wonosobo: Yayasan Al-Asy’ariyah, 2014), hlm.
294.
10
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa…, hlm. 109-111.
19
padam. Martius segera menghindar namun ayahnya menarik ke arah bajunya
dan memarahi anaknya atas kekecewaan terhadap perilakunya sewaktu berada
di istana. Martius kemudian mengurung diri di kamarnya, menangis tersedu-
sedu. Ia merasa diasingkan oleh seluruh penduduk negeri bahkan oleh ayahnya
sendiri yang amat ia sayangi yang bernama Nasthas, salah seorang menteri dari
Dikyanus. Sedangkan, Nairawis ialah anak dari menteri kepercayaan Dikyanus
yaitu Kaludius. Sementara itu, di rumah Maksalmina, seorang pengikut ajaran
Nabi Isa as, yang sangat tidak suka dengan pemerintahan Dikyanus tiba-tiba
rumahnya diketuk. Maksalmina membukakan pintu. Ternyata yang ia temui
ialah Martius, sahabat yang sepaham dengannya. Mereka berdialog dengan
peristiwa yang baru saja menimpa negerinya. Mereka berdua ialah orang-orang
yang kehilangan orang yang mereka sayangi dari peristiwa tragis itu. Tidak
lama mereka bercakap-cakap. Pintu rumah kembali diketuk. Ternyata mereka
adalah Nairawis dan Dainamus. Dainamus ialah seorang pedagang yang selalu
tertindas dalam ketidakadilan oleh para pedagang besar orang-orang Romawi.
Mereka berempat terlibat dalam pembicaraan yang serius. Hingga akhirnya
mereka memutuskan untuk lari dari kota yang penuh dengan kenistaan dan jauh
dari Tuhan.
Keesokan harinya terdengar kabar bahwa putra dari Dikyanus tewas
terbunuh di sungai. Pembunuhnya ialah Hawawi Narthusia seorang pengikut
Nabi Isa As. Ia segera ditangkap dan disiksa di hadapan Dikyanus. Ketika
sedang mengawasi penyiksaan ini. Mata-mata Dikyanus mengatakan kepada
Dikyanus, “Tuan, aku pernah melihat pemuda ini bersama Martius dan
Nairawis beserta para pemuda lainnya. Aku khawatir mereka bersekongkol
menyiapkan rencana licik ini. Mereka menyebarkan bahwa tuan adalah orang
sesat kerena menyembah berhala. Mereka juga mengatakan bahwa Anda kejam
dan sewenang-wenang. Aku khawatir mereka berusaha menggulingkan Tuan
dari jabatan terhormat ini” Mendengar perkataan ini, Dikyanus geram. “Pergi
dan tangkap mereka sekarang juga, jangan kembali jika kau tidak berhasil
menangkapnya! Di antara para pejabat Dikyanus, ada yang simpati terhadap
nasib Martius dan Nairawis. Kabar ini pun tersampaikan ke telinga Martius.
20
Mereka berenam sepakat untuk melarikan diri ke negeri terdekat ar-Raqim. Di
sinilah cikal bakal pelarian pemuda Ashabul Kahfi dalam pelarian mereka
kemudian beristirahat dalam sebuah gua. Mereka tidak henti-hentinya meminta
perlindungan kepada Allah Swt. Allah Swt., menjadikan gua ini tampak
menyeramkan sehingga siapa pun yang medekati gua ini, akan terbesit
ketakutan dan tak berani memasukinya. Ketujuh pemuda dan seeokor anjing ini
akhirnya tertidur selama 309 tahun dengan izin Allah Swt. sebagaimana firman
Allah Swt dalam QS. al-KahfI [18]: 25:
11
Ibid., hlm. 111.
21
176-84 SM). Pada saat penaklukan singgasana Suriah, Antiogos yang juga
dikenal sangat fanatik terhadap kebudayaan dan peradaban Yunani Kuno
mewajibkan kepada seluruh penganut Yahudi di Palestina, yang telah masuk
dalam wilayah kekuasaan Suriah sejak 198 SM., untuk meninggalkan agama
Yahudi dan menganut agama Yunani Kuno. Antiogos mengotori tempat
peribadatan Yahudi dengan meletakkan patung Zeus, tuhan Yunani terbesar, di
atas sebuah altar dan pada waktu-waktu tertentu mempersembahkan kurban
berupa babi bagi Zeus. Terakhir, Antiogos membakar habis naskah Taurat
tanpa ada yang tersisa. Berdasarkan bukti historis ini, dapat disimpulkan bahwa
pemuda-pemuda itu adalah penganut agama Yahudi yang bertempat tinggal di
Palestina, atau tepatnya di kota Yerusalem. Dapat diperkirakan pula bahwa
peristiwa bangunnya mereka dari tidur panjang itu terjadi pada 126 M. setelah
Romawi menguasai wilayah Timur, atau 445 tahun sebelum masa kelahiran
Rasulullah Saw. tahun 571 M.
Peristiwa kedua terjadi pada zaman imperium Romawi saat Kaisar
Hadrianus berkuasa (tahun 117-138 M.) Kaisar itu memperlakukan orang-
orang Yahudi sama persis seperti apa yang pernah dilakukan oleh Antiogos.
Pada 132 M., para pembesar Yahudi mengeluarkan ultimatum bahwa seluruh
rakyat Yahudi akan berontak melawan kekaisaran Romawi. Mereka memukul
mundur garnisun-garnisun Romawi di perbatasan dan berhasil merebut
Yerusalem. Peristiwa bersejarah ini diabadikan oleh orang-orang yahudi dalam
mata uang resmi mereka. Selama tiga tahun penuh mereka dapat bertahan.
Terakhir, Hadrianus bergerak bersama pasukannya menumpas pemberontak-
pemberontak Yahudi. Palestina jatuh dan Yerusalem dapat direbut kembali.
Etnis Yahudi pun dibasmi dan para pemimpin mereka dibunuh. Orang-orang
Yahudi yang masih hidup dijual di pasar-pasar sebagai budak. Simbol-simbol
agama Yahudi dihancurkan, ajaran dan hukum Yahudi dihapus. Dari penuturan
sejarah ini, didapati kesimpulan yang sama bahwa para pemuda itu adalah
penganut ajaran Yahudi. Tempat tinggal mereka bisa jadi berada di kawasan
Timur Kuno atau di Yerusalem sendiri. Masih mengikuti alur sejarah ini,
mereka diperkirakan bangun dari tidur panjang itu kurang lebih pada 435 M.,
22
30 tahun menjelang kelahiran Rasulullah saw. tampaknya, peristiwa pertama
lebih mempunyai kaitan dengan kisah Ashha>b al-Kahf karena penindasan
mereka lebih sadis. Adapun penindasan umat Kristiani tidak sesuai dengan
kelahiran Nabi Muhammad saw. demikian dalam tafsir al-Muntakhab.
Thabathaba’i menyebut lima tempat di mana terdapat gua yang diduga
orang sebagai Gua Ashha>b al-Kahf. Pertama di Episus atau Epsus, satu kota
tua di Turki sekitar 73 km dari kota Izmir dan berapa di suatu gunung di desa
Ayasuluk. Gua ini berukuran sekitar satu kilometre. Ini popular sebagai gua
Ashha>b al-Kahf di kalangan umat Nasrani dan sebagian umat Islam. Tetapi,
tidak ada bekas masjid atau rumah peribadatan sekitarnya, padahal al-Qur’an
menjelaskan bahwa sebuah masjid di bangun di lokasi itu. Arahnya pun tidak
sesuai dengan apa yang dilukiskan oleh al-Qur’an. Al-Qur’an melukiskan
bahwa matahari bersinar pada saat terbitnya di arah kanan gua dan ketika
terbenam di arah kirinya, dan ini berarti pintu gua harus berada di arah selatan,
padahal pintu gua tersebut tidak demikian. Kedua, gua di Qasium dekat kota
ash-Shalihiyyah di Damaskus. Ketiga, Gua al-Batra’ di Palestina. Keempat,
gua yang katanya ditemukan di salah satu wilayah di Skandinavia. Konon,
disana ditemukan tujuh mayat manusia yang tidak rusak bercirikan orang-
orang Romawi dan diduga merekalah Ashha>b al-Kahf. Kelima, Gua Rajib,
yang berlokasi sekitar delapan kilometer dari kota ‘Amman ibu kota dari
kerjaan Jordania, di satu desa bernama Rajib. Gua itu berada di suatu bukit, di
mana ditemukan satu batu besar yang berlubang pada puncak selata bukit itu.
pinggirnya dibagian timur dan barat terbuka sehingga cahaya matahari dapat
masuk ke dalam gua. Pintu gua berhadapan dengan arah selatan. Di dalam gua
terdapat batu sebagai peti mayat yang digunakan orang Nasrani dengan ciri
masa Byantium, jumlahya delapan atau tujuh buah. Juga terdapat gambar
berwarna merah dari seekor anjing serta beberapa gambar lainnya. Di atas gua
itu terdapat runah peribaatan ala Byzantium dan mata uang serta peningglan-
peninggalan yang menunjukan bahwa tempat itu dibajun pada masa Justiunus
(418-427 M.) dan beberapa peninggalan lain. Tempat peribadatan itu diubah
dan dialihkan menjadi masjid dengan menara dan mihrab ketika kaum
23
muslimin menguasai daerah itu. Di lokasi depan pintu gua, ada juga bekas-
bekas bangunan masjid yang kelihatanya dibangun oleh kaum muslimin pada
awal Islam, dan yang terus menerus dipelihara dan direnovasi dari saat ke saat.
Masjid ini dibangun di atas puling-puing gereja Romawi, sebagaimana halnya
masjid yang berada di atas gua.
Gua ini ditemukan pada 1963. Peneliti dan pakar purbakala, Rafi>q
Wafa> ad-Da>ja>ni, menulis hasil penelitiannya dalam sebuah buku yang ia
namai “Iktisya>f Kahf Ashha>b al-Kahf/Penemuan Gua Ashh}a>b al-Kahf”
yang terbit pada 1964, di mana ia menguraikan jerih payah yang dideritanya
dalam rangka penelitian itu serta ciri-ciri gua tersebut dan peninggalan-
peninggalan yang ditemukan di sana. Semua itu mengantar kepada keyakinan
bahwa gua itulah Gua Ashha>b al-Kahf yang disebut dalam al-Qur’an. Gua
itulah yang sesuai dengan ciri-ciri yang disebut dalam al-Qur’an, bukan yang
terdapat di Epsus, atau Skandinavia, atau tempat-tempat lain.
Penindasan yang dilakukan oleh penguasa zaman pemuda-pemuda itu
diperkirakan terjadi pada masa Tarajan (98-117 M), dan penguasa yang
memerintah pada saat pemuda-pemuda itu bangun dari tidurnya adalah
Theodosius (408-450 M) yang disepakati oleh pakar-pakar sejarah, baik
muslim maupun Kristen, sebagai raja yang bijaksana. Nah, kalau kita
menjadikan pertengahan masa pemerintahan Theodosius sebagai akhir masa
tidur Penghuni Gua itu, katakanlah pada 421 M., dan dikurangi 309 tahun, yaitu
masa tertidur pemuda-pemuda itu, itu berarti mereka mulai tertidur sekitar
tahun 112 M., yaitu sekitar pertengahan masa pemerintahan Taraja>n yang
pada tahun yang sama menetapkan bahwa setiap orang Kristen yang menolak
menyembah dewa-dewa, dinilai sebagai penghianat dan diancam hukuman
mati. Demikian kesimpulan Thabathaba>’i.
Sekali lagi, penulis menggarisbawahi tahun dan tempat serta nama-
nama Penghuni Gua tidak sepenting mengetahui serta menarik pelajaran dari
peristiwa ini. Pakar dan sejarahwan dipersilakan mengemukakan aneka
pendapat. Namun yang pasti, peristiwa tersebut pernah terjadi, dan dari
peristiwa itu kita harus mengambil pelajaran berharga, antara lain tentang
24
betapa kuasa Allah menghidupkan yang telah mati. Bukankah “tidur”
saudaranya “mati”? Sayyid Quthub menulis bahwa banyak sekali riwayat dan
banyak pula pendapat menyangkut kisah ini. Dalam buku-buku lama
ditemukan uraian, demikian juga dalam mitos yang beraneka ragam. Kita
hendaknya berhenti pada uraian al-Qur’an karena kitab suci ini yang
merupakan sumber keyakinan. Kita hendaknya mengabaikan riwayat-riwayat
dan mitos-mitos yang masuk dalam aneka tafsir al-Qur’an tanpa di dukung satu
pun sanad dan dalil yang kuat. Lebih-lebih karena al-Qur’an al-Karim telah
melarang untuk bertanya tentang hal ini selain kepada wahyu al-Qur’an dan
juga melarang berdiskusi dan bertengkar atau menerka-nerka.12
RANGKUMAN
1. Kisah Ashabul Kahfi ini diabadikan oleh Allah Swt dalam Q.S. Al-Kahfi.
Menurut M. Quraish Shihab, surah ini dinamakan “al-Kahf” yang berarti
12
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
7, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm.245-247.
25
“Gua”. Surah ini juga dinamakan dengan As}h}a>bul Kahfi artinya
“Penghuni-penghuni Gua”, diambil dari kisah Q.S. Al-Kahfi [18]: 9-26.
2. Kisah Ashabul Kahfi menjelaskan sekelompok pemuda yang beriman kepada
Allah Swt yang telah mengalami penindasan agama sehingga mereka
mengasingkan diri ke dalam gua tersembunyi selama, lalu tertidur di dalam
gua selama tiga ratus tahun lebih. Nama tersebut dikenal sejak masa Rasul
saw, bahkan beliau sendiri menamai demikian. Beliau bersabda, “Siapa yang
menghafal sepuluh ayat dari awal surah al-Kahfi maka dia terpelihara dari
fitnah ad-Dajjal” (HR Muslim dan Abu Daud melalui Abu ad-Darda’)
3. Kisah Ashabul Kahfi mengandung hikmah, antara lain tentang betapa kuasa
Allah menghidupkan yang telah mati. Bukankah “tidur” saudaranya “mati”?
Oleh karena itu, setiap orang beriman wajib menyakini kekuasaan Allah
untuk menghidupkan kembali makhluk-Nya yang telah mati untuk dimintai
pertanggungjawaban kelak di Akhirat.
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 2 tentang Kisah Keteladanan
Ashabul Kahfi. Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada
Kegiatan Belajar 2, buatlah tabel yang menjelaskan tentang hikmah (pelajaran) dari
Keteladanan Ashabul Kahfi disertai dalilnya sehingga dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Mahasiswa minimal memberikan contoh lima hikmah yang
dapat dipetik dari Keteladanan Ashabul Kahfi tersebut. Berikut ini contohnya:
TABEL. 2
HIKMAH KISAH KETELADANAN ASHABUL KAHFI
No Tema Kisah Dalil Hikmah yang dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari
1 Ashabul Kahfi Q.S. Al-Kahfi Menjaga keimanan kepada Allah
[18]: 9-26 Swt dalam kondisi apapun
2
3
4
5
26
TES FORMATIF 2
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Kisah Ashabul Kahfi diabadikan oleh Allah Swt dalam Q.S. Al-Kahfi [18]: 9-
26 yang menjelaskan tentang sekelompok pemuda beriman kepada Allah Swt.
yang tengah mengalami penindasan agama. Apakah makna dari Ashabul Kahfi
itu sendiri?
a. Pemuda yang tinggal di gua
b. Penghuni-penghuni gua
c. Gua Persembunyian
d. Pemuda beriman yang menghuni gua
2. Berapa tahun Ashabul Kahfi tinggal di gua untuk bersembunyi dari Raja yang
zalim dan menindas orang-orang yang tidak taat padanya?
a. 200 tahun
b. 300 tahun
c. 209 tahun
d. 309 tahun
3. Hikmah yang dapat diambil dari kisah Ashabul Kahfi adalah…
27
a. Mengorbankan keimanan kepada Allah Swt karena mengikuti perintah
raja untuk menyembah berhala.
b. Melarikan diri dari tanggungjawab
c. Mempertahankan keimanan kepada Allah Swt walaupun dalam kondisi
pemerintahan yang zalim
d. Bersembunyi dari kejaran raja yang zalim
4. Raja zalim yang memaksa rakyatnya untuk menyembang berhala pada masa
Ashabul Kahfi bernama:
a. Dikyanus
b. Firaun
c. Ramses
d. Namrud
5. Nabi Muhammad saw. bersabda, “Siapa yang menghafal sepuluh ayat dari
awal surah al-Kahfi maka dia terpelihara dari fitnah ad-Dajjal”. Hadis tersebut
diriwayatkan oleh?
a. H.R. Bukhari-Muslim
b. H.R. Bukhari dan Abu Daud
c. HR Muslim dan Abu Daud
d. H.R. Abu Daud dan Nasa’i
28
Jika telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Namun jika masih kurang dari 80%, Anda
dipersilakan mempelajari kembali Kegiatan Belajar 1, terutama pada bagian yang
kurang Anda kuasai.
POKOK-POKOK MATERI
29
A. Kisah Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s dalam Al-
Qur’an
B. Biografi Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s
C. Hikmah dan Keteladanan kisah Nabi Yunus a.s dan
Nabi Ayyub a.s
URAIAN MATERI
A. Kisah Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s dalam Al-Qur’an
Nama Nabi Yunus a.s disebutkan di dalam Al-Qur’an sebanyak empat kali, dan
disebutkan dengan nama gelarnya dua kali. Lihat pada Q.S An-Nisa>’ [4]: 163,
Q.S Al-An’am [6]: 86, Q.S Yunus [10]: 98, Q.S Al-Anbiya>’ [21]: 87-88, Q.S
Ash-S}affa>t [37]: 139-148, dan Q.S Al-Qalam [68]: 48-50. Sedangkan Nabi
Ayyub a.s diceritakan dalam Q.S An-Nisa>’ [4]: 163, Q.S. Al-An’am [6]: 84,
Q.S. Al-Anbiya>’ [21]: 87-88, dan Q.S. S}a>d [38]: 41-44.13
13
Muhammad Basam Rusydi Az-Zain, Sekolah Para Nabi 1 Membuka Pintu Kehadiran
Ilahi, (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2007), hlm. 271 dan hlm. 279
14
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan
Saintifik Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII, (Jakarta: Kementerian Agama,
2014), hlm. 60.
30
Tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa Yunus Ibn Matta lahir di Gats Aifar,
Palestina. Masyarakatnya menolak ajakannya sehingga beliau menuju ke Yafa,
satu pelabuhan di Palestina, dan melaut menuju tempat yang dinamai Tasyisy,
satu kota di sebelah barat Palestina atau selain itu, lalu beliau diturunkan ke
tengah laut sehingga ditelan oleh ikan besar. Beliau diutus sekitar awal abad
VIII SM dan dikuburkan di Jaljun, satu desa yang terletak di antara Qudus di
Palestina dan al-Khalil yang terletek di tepi barat Laut Mati. Kaum Yunus
hidup di kota Nainawa, salah satu kota di kerajaan ‘Asyu>r yang terletak di
tepi sebelah kiri sungai Tigris di Irak dan dibangun pada 2229 SM. Konon,
Nabi Yunus a.s setelah sekian lama mengajak kaumnya ke jalan kebenaran
tetapi terus membangkang, akhirnya meninggalkan mereka sambil mengancam
jatuhnya siksaan Allah setelah empat puluh hari. Namun, beberapa sebelum
berakhirnya masa itu, mereka melihat tanda-tandanya.15
Muhammad Basam Rusydi Az-Zain menceritakan biografi Nabi Yunus
a.s dan Nabi Ayyub a.s didasarkan yang dikisahkan oleh Al-Qur’an sebagai
berikut:
Di dalam hadis, Nabi Yunus a.s disebutkan nama dan nasab (garis
keturunan) melalui sabda Rasulullah Saw., ‘Tidak dibenarkan seorang hamba
mengatakan: ‘Aku lebih baik daripada Yunus bin Matta’. Allah Swt. Telah
menjadikan Nabi Yunus a.s. sebagai salah seorang dari Rasul-rasul-Nya,
sebagaimana yang terdapat di dalam firman Allah Swt., “Sesungguhnya Yunus
benar-benar salah seorang rasul” (Q.S As}-S}affa>t [37]: 139). Al-Qur’an
mengenalkan Yunus a.s dengan dua gelar: Pertama, S}a>hib al-H}u>t, “Maka
bersabarlah engkau (Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah
engkau seperti (Yunus) orang yang berada dalam (perut) ikan ketika dia
berdoa dengan hati sedih.” (QS Al-Qalam [68]: 48). Kedua, Zun Nun, “Dan
(ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu
dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa
dalam keadaan yang sangat gelap,”Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci
15
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
5, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm. 511.
31
Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim. » (Q.S. Al-Anbiya>’
[21]: 87).16
Nabi Ayyub as. adalah putra Ish bin Ishak bin Ibrahim. Nabi Ayyub a.s
adalah seorang yang kaya raya. Istrinya banyak, anaknya banyak, hartanya
melimpah ruah, dan ternaknya tak terbilang jumlahnya. Dia hidup makmur dan
sejahtera. Walau demikian dia tetap tekun beribadah. Segala nikmat dan
kesenangan yang dikaruniakan kepadanya tak sampai melupakannya kepada
Allah. Dia gemar berbuat kebajikan, suka menolong orang yang menderita
terlebih dari golongan fakir miskin.17
Nabi Ayyub a.s berasal dari keturunan Nabi Ibrahim a.s. sebagaimana
yang diisyaratkan Al-Qur’an di dalam firman-Nya yang berbunyi, « …dan
kepada sebagian dari keturunannya (Ibrahim) yaitu Dawud, Sulaiman,
Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun…” (QS Al-An’am: [6]: 84). Makna dari kata
Nabi Ayyub a.s adalah Syadi>d al-U>b yang berarti banyak bertasbih kepada
Allah Swt sebagaimana panggilan Allah Swt pada gunung-gunung “…Ya>
Jiba>lu Awwibi> Ma’ahu… “(Wahai gunung-gunung dan burung-burung!
Bertasbihlah berulang-ulang bersama Dawud…,) (Q.S. As-Saba’ [34]: 10).
Nabi Ayyub a.s termasuk sebaik-baik hamba, firman-Nya “…Sesungguhnya
Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba.
Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).” (Q.S. S}ad [38]: 44.18
C. Kisah Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s serta umatnya
1. Kisah Nabi Yunus a.s
Muhammad Basam Rusydi Az-Zain dalam bukunya Madrasatul
Anbiya’: Ibar wal Adhwa’ kisah Nabi Yunus a.s berikut ini: 19
Allah Swt. Mengutus Nabi Yunus a.s. kepada penduduk Nainawa
yang terletak di bumi Irak. Disebutkan di dalam Sirah Nabawiyah (Sejarah
16
Muhammad Basam Rusydi Az-Zain, Sekolah Para Nabi 1…, hlm. 271-272.
17
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan
Saintifik Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII, (Jakarta: Kementerian Agama,
2014), hlm. 62.
18
Ibid., hlm. 279-280.
19
Ibid. hlm. 273-277.
32
Nabi) bahwa Rasulullah di hari ketika beliau hijrah ke Thaif dan diusir oleh
penduduknya. Beliau berteduh di bawah sebuah pohon milik dua orang
anak Rabi’ah. Keduanya pun mengirim Rasul sepiring anggur, melalui
pekerja mereka berdua yang bernama ‘Udas’. Terjadilah percakapan antara
Rasulullah Saw. dengan Udas, kamu berasal dari negeri mana?” Tanya
Rasul. “Dari Nainawa” jawab Udas. Rasulullah Saw. bertanya kembali,
“Dari negeri seorang laki-laki shaleh yang bernama Yunus bin Matta?”
Udas menjawab, “Apakah engkau mengetahui tentang Yunus bin Matta?”
Rasul menjawab, “Ia adalah seorang Nabi, dan aku pun seorang Nabi.”
Akhirnya Udas pun masuk Islam.
Nabi Yunus a.s bin Matta pergi menemui penduduk Nainawa.
Mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah Swt. dengan hikmah serta
nasihat yang baik. Namun mereka mendustainya, memberontak, dan tetap
bersikeras kepada kekafiran mereka. Beliau mengingatkan mereka akan
neraka yang menyala-nyala, serta mengancam mereka dengan azab jika
mereka tetap tidak mau beriman, lalu beliau pergi meninggalkan kaumnya
dalam keadaan marah, “Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia
pergi dalam keadaan marah…,” (Q.S. Al-Anbiya>’ [21]: 87). Kepergian
beliau dari Nainawa adalah salah satu pelarian dari kewajiban (berdakwah),
putus asa dengan jawaban kaumnya. “(Ingatlah) ketika dia lari,20 ke kapal
yang penuh muatan…,” (Q.S. As}-S}affa>t [37]: 140).
Setelah Nabi Yunus a.s. meninggalkan Nainawa dalam keadaan
marah, Allah Swt. membersitkan di dalam hati kaumnya untuk kembali dan
bertobat kepada Allah Swt. Mereka pun menyesali perbuatan mereka yang
telah mendustai Nabi Yunus a.s. Mereka memakai pakaian karung goni,
memisahkan hewan ternak dengan anaknya, kemudian mereka menjerit-
jerit sambal menangis dan bersujud kepada Allah Swt., Para wanita dan
laki-laki menangis terisak-isak, hewan berlari kocar-kacir dengan suara
20
Pergi meninggalkan kewajiban (Abdurrahman Al-Asy’ari, Al-Qur’an dan
Terjemahnya Dilengkapi Metode Tahfidz (QTA), Terjemah Per Kata, Asbabun Nuzul, Hukum
Tajwid, dan Indeks Ayat, Wonosobo: Yayasan Al-Asy’ariyah, 2014), hlm. 451.
33
yang meninggi. Ini merupakan pemandangan yag menengangkan lagi maha
dahsyat.
Dengan rahmat-Nya Allah Swt. pun menghilangkan azab tersebut
dari mereka, dan memberikan mereka kenikamatan sampai pada batas
waktu tertentu. Allah Swt. berfirman, “Maka mengapa tidak ada
(penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat
kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman,
Kami hilangkan dari mereka azab yang meng-hinakan dalam kehidupan
dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu.”
(Q.S. Yunus [10]: 98).
Tapi, sayangnya Nabi Yunus a.s. tidak mengetahui apa yang terjadi
pada kaumnya, yakni mereka taat dan tunduk kepada Allah Swt., serta
rahmat dan mendapatkan ampunan dari Allah Swt. Nabi Yunus a.s tetap
melanjutkan perjalanannya, menumpang di salah satu kapal, firman Allah
Swt., « Dan sungguh, Yunus benar-benar termasuk salah seorang rasul
(139), (ingatlah) ketika dia lari ke kapal yang penuh muatan.” (140). (Q.S.
As}-S}affa>t [37]: 139-140).
Saat beliau berada di tengah-tengah para penumpang, tiba-tiba
ombak lautan mengganas. Kapal pun menjadi oleh dan terombang ambing
dengan penumpang di dalamnya. Muatan kapal pun menjadi semakin berat.
Para penumpang telah sepakat untuk mengurangi muatan kapal, dengan
melempar sebagian penumpangnya ke dalam air demi keselamatan
penumpang lainnya. Lalu diundilah nama-nama yang akan dilemparkan ke
laut, keluarlah nama lelaki shaleh ini, Nabi Yunus a.s, “kemudian dia ikut
diundi21 ternyata dia termasuk orang-orang yang kalah (dalam undian).”
(Q.S. As}-S}affa>t [37]: 141). Telah menjadi nasib bahwa dia akan
dilempar ke laut. Para penumpang pun merasa heran yang keluar namanya
dari undian tersebut adalah orang shaleh seperti Nabi Yunus a.s.
21
Undian diadakan karena muatan kapal sangat penuh. Kalau tidak dikurangi mungkin
akan tenggelam. Oleh sebab itu diadakan undian. Siapa yang kalah dalam undian itu dilemparkan
ke laut. Nabi Yunus a.s. termasuk orang-orang yang kalah dalam undian tersebut sehingga dia
dilemparkan ke laut. (Abdurrahman Al-Asy’ari, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, hlm. 451.
34
Nabi Yunus a.s. sama sekali tidak merasa ragu dengan hasil undian,
dengan cepat dia melepaskan pakaian, dan menceburkan tubuhnya ke dasar
laut. Allah Swt. mengirimkan seekor ikan Paus yang menelan beliau tanpa
memakan. Allah Swt. mewahyukan kepada ikan Paus untuk tidak memakan
dan tidak meremukan tulang-tulang Nabi Yunus a.s. “Maka dia ditelan
oleh ikan besar dalam keadaan tercela.22 (Q.S. As}-S}affa>t [37]: 142).
Karena kisah inilah Nabi Yunus a.s dikenal dengan gelar S}ahib al-H}ut
(orang yang berada dalam perut ikan Paus).23 “… janganlah engkau seperti
(Yunus) orang yang berada dalam (perut) ikan ketika dia berdoa dengan
hati sedih.” (QS Al-Qalam [68]: 48)
Ikan Paus ini berkeliling menjelajahi dasar lautan dengan Nabi
Yunus a.s di dalam perutnya. Nabi Yunus a.s pun mendengar ikan Paus
bertasbih dan memuji Ar-Rahman (Yang Mahapengasih). Dia juga
mendengar tasbih batu-batu karang untuk sang Pencipta bumi, serta
mendengar tetesan air yang mengagungkan Sang Pencipta Langit. Allah
berfiman, “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya
bertasbih kepa-da Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih
dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh,
Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun. » (Q.S. Al-Isra>’: [17]: 44). Hati
Yunus pun tersentuh, dia pun turut bertasbih dengan mereka yang
bertasbih, “Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berzikir
(bertasbih) kepada Allah.” (Q.S. As}-S}affa>t [37]: 143)
Nabi Yunus a.s menetap di dalam perut ikan beberapa hari lamanya,
beliau berkata: “Wahai Tuhan, aku membuatkan masjid untukmu di tempat
di mana tidak ada seorang pun yang menyembah engkau di tempat seperti
ini.” Dia pun menyeru dalam kegelapan laut dan kedalaman dasarnya,
mengakui bahwa dia telah menzalimi dirinya sendiri. Dia pun meminta
Allah Swt. untuk menyelamatkannya dari kesusahan yang dideritanya,
22
Tercela karena dia lari meninggalkan kaumnya. (Ibid., hlm. 451)
23
M. Quraish Shibab mengartikan “al-H}u>t” dengan “ikan Hiu”( M. Quraish Shihab,
Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume 11, Edisi 2017, (Tangerang:
PT Lentera Hati, 2017), hlm. 304.
35
“Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan
marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka
dia ber-doa dalam keadaan yang sangat gelap,”Tidak ada tuhan selain
Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang
zalim.” (Q.S. Al-Anbiya>’ [21]: 87)
Dengan izin Allah Swt., malaikat pun mendengar suara tasbih
beliau, dan berkata, “Wahai Tuhan. kami mendengar suara yang samar-
samar datang dari sebuah tempat yang asing.” Allah Swt. berfirman, “Ini
adalah hamba-Ku Yunus, dia berlari (meninggalkan kaumnya) maka Aku
pun mengurungnya di dalam kegelapan” Dengan izin Tuhan, Malaikat pun
memberikan syafaatnya kepada Yunus, Allah Swt. pun mengabulkan doa
nabi Yunus a.s.24 Akhirnya, dia diselamatkan dari kesusahan yang
dideritanya, “Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak
berzikir (bertasbih) kepada Allah (143) niscaya dia akan tetap tinggal di
perut (ikan itu) sampai hari Berbangkit.” (144). (Q.S. As}-S}affa>t [37]:
143-144).
Allah Swt. lalu mewahyukan kepada ikan Paus untuk memuntahkan
apa yang ada di dalam perutnya ke daratan tandus, “Kemudian Kami
lemparkan dia ke daratan yang tandus, sedang dia dalam keadaan sakit.”
(Q.S. As}-S}affa>t [37]: 145). Yunus keluar dari perut ikan dalam keadaan
sakit. Allah Swt. menumbuhkan untuknya sebuah pohon dari jenis labu,
agar dia bisa berteduh di bawah kerindangan tangkainya, “Kemudian untuk
dia Kami tumbuhkan sebatang pohon dari jenis labu.” (Q.S. As}-S}affa>t
[37]: 146). Pohon labu memiliki ciri khas yakni daun pohonnya yang sangat
rimbun, banyak, dan sangat lebat. Tidak satu pun lalat atau hewan melata
lainnya yang mendekati atau memakan buahnya sejak dari awal tumbuh
24
Nabi Yunus a.s bertobat meminta ampun dan pertolongan Allah. Dia bertasbih selama
40 hari dengan berkata: “Lāilāha illa Anta, Subhanaka, innī kuntu min aḍ ḍā limīn (Tiada tuhan
melainkan Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah orang yang telah berbuat zalim).
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII, (Jakarta: Kementerian Agama, 2014),
hlm. 61
36
sampai ia masak dan matang di dalam batang pohonnya. Semua sifat dari
pohon ini adalah nikmat dari Allah Swt. di mana Nabi Yunus a.s dapat
berteduh di bawah pohonnya dari sengatan matahari, “Sekiranya dia tidak
segera mendapat nikmat dari Tuhannya, pastilah dia dicampakkan ke tanah
tandus dalam keadaan tercela.” (Q.S. Al-Qalam [69]: 49).
Setelah Allah Swt. menyelamatkannya dari kesulitan. Dia pun
mencobanya dan menjadikannya termasuk diantara orang-orang yang
saleh. Allah Swt. mengutusnya kepada sebuah umat untuk melaksanakan
kewajiban dakwah, “Lalu Tuhannya memilihnya dan menjadikannya
termasuk orang yang saleh.” (Q.S. Al-Qalam [69]: 50). “Dan Kami utus
dia kepada seratus ribu (orang) atau lebih.” (Q.S. As}-S}affa>t [37]: 147).
Nabi Yunus a.s. melaksanakan kewajibannya menyampaikan risalah. Allah
Swt. memuliakannya dengan menjadikan semua umatnya beriman kepada
Allah Swt. “Sehingga mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan
kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu tertentu.” (Q.S. As}-
S}affa>t [37]: 148)
2. Kisah Nabi Ayyub a.s.
Muhammad Basam Rusydi Az-Zain dalam bukunya Madrasatul
Anbiya’: Ibar wal Adhwa’ kisah Nabi Ayyub a.s berikut ini: 25
Nabi Ayyub a.s. adalah sosok laki-laki yang banyak harta. Beliau
memiliki banyak hewan-hewan ternak, menguasai tanah yang luas serta
anak-anak dan keluarga yang besar. Dalam waktu singkat hartanya menjadi
ludes, anak-anaknya meninggal dunia, dan tanamannya rusak. Semua itu
terjadi ketika Allah Swt. memberikan penyakit kepada anak-anaknya
hingga mereka pun meninggal satu demi satu dan mengirimkan hama pada
ladang dan tanamannya hingga rusak semua. Sedangkan Nabi Ayyub a.s.
setiap kali datang musibah, beliau tidak henti-hentinya bertasbih,
bertahmid dan bersabar atas cobaan yang menimpanya.
25
Ibid. hlm. 280-284.
37
Cobaan Nabi Ayyub a.s tidak berhenti sampai disitu, Allah Swt. pun
mendatangkan penyakit ke atas tubuhnya, hingga tubuhnya menjadi lemah.
Tidak da seorang pun yang berada di sampingnya kecuali istrinya yang
salehah. Setelah dia jatuh miskin, mereka pun menjauhinya dan lidah
mereka pun tidak akan pernah lagi menyebutnya.
Penyakit Nabi Ayyub a.s. tidak lekas sembuh, hingga kondisi
keuangan dang istri pun melemah. hartanya pun semakin sedikit, istrinya
datang ke rumah-rumah kaumnya untuk bekerja dan gajinya dia gunakan
untuk memenuhi kebutuhan suami dan dirinya sendiri. Dia sadar dan
menerima keadaan suaminya yang dahulu kaya sekarang miskin, yang
dahulu sehat sekarang sakit, yang dahulu kuat sekarang terbaring lemah.
Dia tidak berkata hal lain selain, inna> lilla>hi wa inna> ilaihi ra>ji’un
(Sesungguhnya kami ini milik Allah Swt. dan kepada-Nya kami kembali)”.
Suatu hari dia berkata kepada suaminya, “Wahai Nabi Ayyub a.s. andai
engkau berdoa kepada Tuhanmu, niscaya Dia akan meringankan bebanmu”
Nabi Ayyub a.s. menjawab, “Aku hidup sehat dan bahagia selama 70 tahun
lamanya, apakah sedikit bagi Allah Swt. jika aku bersabar untuk-Nya
selama 70 tahun?”
Keadaan semakin lama semakin sulit bagi istri Nabi Ayyub a.s.
Orang-orang menutup pintu mereka di hadapannya. Tidak mau
menerimanya bekerja lagi dengan mereka, mereka beranggapan dia akan
menularkan penyakit yang ada pada suaminya ke dalam rumah mereka.
Karena tidak ada lagi yang bisa dilakukan, sang istri pun menggunting
habis rambutnya, dan menjual rambut tersebut dengan beberapa potong
makanan. Namun dia terlambat dari waktu yang dia biasanya memberikan
obat untuk sang suami, sang suami pun marah dan berjanji akan
memukulnya. Sang istri pulang, dengan membawa beberapa potong
makanan, dia bertanya kepadanya, “Dari mana engkau mendapatkan semua
ini” Sang istri pun membuka penutup kepalanya, hati Nabi Ayyub a.s. pun
tersentuh melihat pengorbanan dan kesetiaan sang istri.
38
Nabi Ayyub a.s. pun berdoa kepada Allah Swt. supaya dia
dibebaskan dari bala’nya ini. “Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa
kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit,
padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang
penyayang.” (Q.S. Al-Anbiya>’ [21]:83. Dalam daoanya ini ia
menisbahkan penyakitnya ini kepada setan, sebagaimana firman Allah
Swt., “Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru
Tuhannya, “Sesungguhnya aku diganggu setan engan penderitaan dan
bencana.” (Q.S S}ad [38]: 41)
39
seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan janganlah
engkau melanggar sumpah…” (Q.S S}ad [38]: 44)
Allah Swt. pun menggantikan untuk beliau keluarga yang lebih baik
dari keluarganya telah meninggal dahulu, dan melipatgandakan hartanya,
« …dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat
gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk
menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami. » (Q.S. Al-
Anbiya>’ [21]: 84) «Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan
kembali) keluarganya dan Kami lipatgandakan jumlah mereka, sebagai
rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat. (Q.S
S}ad [38]: 43).
D. Hikmah dan Keteladanan Kisah Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s
1. Bersikap sabar dan tidak mudah putus asa dalam berdakwah untuk
menyampaikan ajaran Islam kepada manusia. (Kisah Nabi Yunus a.s)
2. Menyegerakan tobat dan meminta ampunan kepada Allah Swt ketika
melakukan dosa. (Kisah Nabi Yunus a.s)
3. Bersikap Sabar dalam menghadapi ujian dan musibah dari Allah Swt.
(Kisah Nabi Ayyub a.s)
4. Tetap istikamah taat kepada Allah Swt walaupun dalam kondisi sakit atau
mendapatkan ujian (musibah). (Kisah Nabi Ayyub a.s)
RANGKUMAN
1. Nabi Yunus bin Matta dari keturunan Benyamin bin Ya’qub bin Ishaq bin
Ibrahim. Yunus Ibn Matta lahir di Gats Aifar, Palestina. Allah Swt.
Mengutus Nabi Yunus a.s. kepada penduduk Nainawa yang terletak di bumi
Irak.
2. Nabi Yunus a.s bin Matta pergi menemui penduduk Nainawa untuk
mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah Swt. Namun mereka
mendustainya, memberontak, dan tetap bersikeras kepada kekafiran.
Dengan rahmat-Nya Allah Swt. mereka taat dan tunduk kepada Allah Swt
40
(Q.S. Yunus [10]: 98). Tapi, sayangnya Nabi Yunus a.s. tidak mengetahui
apa yang terjadi pada kaumnya, yakni mereka taat dan tunduk kepada Allah
Swt. (Q.S. As}-S}affa>t [37]: 139-140).
3. Nabi Yunus a.s berada di kapal yang terombang ambing. Para penumpang
telah sepakat untuk mengurangi muatan kapal, dengan melempar sebagian
penumpangnya ke dalam air demi keselamatan penumpang lain. Lalu
diundilah nama-nama yang akan dilemparkan ke laut, keluarlah nama Nabi
Yunus a.s (Q.S. As}-S}affa>t [37]: 141). Allah Swt. mengirimkan ikan Paus
yang menelan beliau tanpa memakannya. (Q.S. As}-S}affa>t [37]: 142),
sehingga Nabi Yunus dikenal dengan S}ahib al-H}ut (orang yang berada
dalam perut ikan Paus).” (QS Al-Qalam [68]: 48)
4. Nabi Yunus a.s bertasbih kepada Allah Swt sebagai bentuk pertobatannya.
(Q.S. As}-S}affa>t [37]: 143) dan (Q.S. Al-Anbiya>’ [21]: 87). Dengan izin
Tuhan, Malaikat pun memberikan syafaatnya kepada Yunus, Allah Swt. pun
mengabulkan doa nabi Yunus a.s. (Q.S. As}-S}affa>t [37]: 143-144).
Kemudian Allah Swt. lalu mewahyukan kepada ikan Paus untuk
memuntahkan Nabi Yunus a.s (Q.S. As}-S}affa>t [37]: 145) dan (Q.S. As}-
S}affa>t [37]: 146). Akhirnya, Nabi Yunus a.s. melaksanakan
kewajibannya menyampaikan risalah dan Allah Swt. memuliakannya
dengan menjadikan semua umatnya beriman kepada Allah Swt. (Q.S. As}-
S}affa>t [37]: 148)
5. Ayyub a.s diceritakan dalam Q.S An-Nisa>’ [4]: 163, Q.S. Al-An’am [6]:
84, Q.S. Al-Anbiya>’ [21]: 87-88, dan Q.S. S}a>d [38]: 41-44. Nabi Ayyub
as. adalah putra Ish bin Ishak bin Ibrahim. Nabi Ayyub a.s. Nabi Ayyub a.s
berasal dari keturunan Nabi Ibrahim a.s. (QS Al-An’am: [6]: 84). Makna
dari kata Nabi Ayyub a.s adalah Syadi>d al-U>b yang berarti banyak
bertasbih kepada Allah dan sebaik-baik hamba-Nya.
6. Nabi Ayyub a.s. adalah nabi yang kaya raya dan memiliki keluarga besar.
Dalam waktu singkat, Allah Swt mengujinya dengan ludes hartanya, anak-
anaknya meninggal dunia, dan tanamannya rusak. Akan tetapi, Nabi Ayyub
a.s. tetap bertasbih kepada Allah Swt setiap kali datang musibah. Cobaan
41
yang lain, Allah Swt. mendatangkan penyakit ke tubuhnya dan tidak
seorang pun yang berada di sampingnya kecuali istrinya yang salehah. Suatu
hari, istrinya berkata, “Wahai Nabi Ayyub a.s. andai engkau berdoa kepada
Tuhanmu, niscaya Dia akan meringankan bebanmu” Nabi Ayyub a.s.
menjawab, “Aku hidup sehat dan bahagia selama 70 tahun lamanya, apakah
sedikit bagi Allah Swt. jika aku bersabar untuk-Nya selama 70 tahun?”
Akhirnya, Nabi Ayyub a.s. pun berdoa kepada Allah Swt. supaya
dibebaskan dari musibah. (Q.S. Al-Anbiya>’ [21]:83. Nabi Ayyub a.s
menisbahkan penyakitnya kepada setan (Q.S S}ad [38]: 41)
7. Allah Swt. mengabulkan doa Nabi Ayyub a.s (Q.S. Al-Anbiya>’ [21]: 84)
dan memberikan kesembuhan padany dengan cara menghentakkan kaki
serta minum dan mandi dengan air yang sejuk (Q.S S}ad [38]: 42).
8. Allah Swt. mengajarkan Nabi Ayyub a.s., untuk membebaskannya sumpah
istrinya dengan memukul tanpa menyakiti. (Q.S S}ad [38]: 44). Kemudian
Allah Swt. mengganti keluarga yang lebih baik dari keluarganya telah
meninggal dulu dan melipatgandakan hartanya. (Q.S. Al-Anbiya>’ [21]: 84)
dan (Q.S S}ad [38]: 43).
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 3 tentang Kisah Keteladanan
Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s serta umatnya. Agar Anda dapat lebih
memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 3, buatlah tabel yang
menjelaskan tentang hikmah (pelajaran) dari Kisah Keteladanan Nabi Yunus a.s
dan Nabi Ayyub a.s serta umatnya sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Mahasiswa minimal memberikan contoh lima hikmah yang dapat
dipetik dari Kisah Keteladanan Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s serta umatnya
tersebut. Berikut ini contohnya:
TABEL. 3
42
HIKMAH KISAH KETELADANAN NABI SULAIMAN A.S DAN
UMATNYA
No Tema Kisah Dalil Hikmah yang dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari
1 Nabi Ayyub a.s Q.S An-Nisa>’ Ketika mendapatkan musibah atau
[4]: 163, Q.S. ujian dari Allah Swt, kita tepat
Al-An’am [6]: bertasbih dan beribadah kepada
84, Q.S. Al- Allah Swt serta memohon kepada-
Anbiya>’ [21]: Nya agar diberikan pertolongan.
87-88, dan Q.S.
S}a>d [38]: 41-
44
2
3
4
5
TES FORMATIF 3
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Nabi Yunus bin Matta adalah keturunan dari Benyamin bin Ya’qub bin Ishaq
bin Ibrahim dan lahir di Gats Aifar. Gats Aifar terletak di negara…
a. Madinah
b. Palestina
c. Turki
d. Mesir
2. Nabi Yunus a.s dijuluki sebagai S}a>hib al-H}u>t yang artinya…
a. Nabi yang marah dan meninggalkan umatnya
b. Nabi yang sabar dalam mendakwahi umatnya
c. Nabi yang berada dalam (perut) ikan
d. Nabi yang banyak bertasbih dan memohon ampunan kepada Allah Swt
3. Nabi Ayyub dijuluki dengan Syadi>d al-U>b yang berarti…
a. Nabi yang banyak memohon ampunan kepada Allah Swt
b. Nabi yang sabar atas cobaan yang diberikan Allah Swt
c. Nabi yang banyak bertasbih kepada Allah Swt
d. Nabi yang banyak bersyukur atas nikmat-nikmat Allah Swt
43
4. Nabi Yunus a.s diutus oleh Allah Swt untuk berdakwah kepada masyarakat…
a. Yahudi
b. Quraisy
c. Nainawa
d. Maenawa
5. Hikmah yang dapat diambil teladan dari kisah Nabi Ayyus a.s adalah…
a. Menyegerakan tobat dan meminta ampunan kepada Allah Swt ketika
melakukan dosa
b. Bersikap sabar dan tidak mudah putus asa dalam berdakwah untuk
menyampaikan ajaran Islam kepada manusia
c. Bertanggungjawab untuk menyampaikan dakwah kepada umat
d. Bersikap sabar dalam menghadapi ujian dan musibah dari Allah Swt
44
KEGIATAN BELAJAR 4: KISAH KETELADANAN
KHULAFAUR ROSYIDIN
45
POKOK-POKOK MATERI
URAIAN MATERI
dua kali, yaitu dalam Al-Baqarah [2]: 30 dan Shad [38]: 26. Ada dua bentuk
plural yang digunakan oleh Al-Qur’an, yaitu (a) Khalaif yang terulang
sebanyak empat kali (Q.S. Al-An’am [6]: 165, Yunus [10]: 14, 73, dan Fathir
26
Abdul Syukur Al-Azizi, Sejarah Terlengkap Peradaban Islam,(Yogyakarta: Noktah,
2017), hlm. 61
27
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), hlm. 361-363.
46
[35]: 39 dan (b) Khulafa’ terulang sebanyak tiga kali (Q.S. Al-A’raf [7]: 69, 74
dan Al-Naml [27]: 62. Keseluruhan kata tersebut berakar dari kata Khulafa’
yang pada mulanya berarti “di belakang”. Dari sini, kata Khali>fah seringkali
diartikan sebagai “pengganti” (karena yang menggantikan selalu berada atau
datang di belakang, sesudah yang digantikannya).28 Khali>fah di sini dalam
arti yang menggantikan Allah dalam menegakkan kehendak-Nya dan
menetapkan ketetapan-ketetapan-Nya, tetapi bukan karena Allah tidak mampu
atau menjadikan manusia berkedudukan sebagai Tuhan, namun karena Allah
bermaksud menguji manusia dan memberinya penghormatan.29
Berikut ini dua ayat Al-Qur’an yang menyebut kata Khali>fah, yaitu:
28
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakarat, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2014), hlm. 243-244.
29
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Volume
1, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017), hlm.173.
47
Makna Khali>fah dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 30 menjelaskan
bahwa manusia itu khalifah di muka bumi. Khali>fah merupakan identitas
manusia yang hidup di permukaan bumi. Semua manusia adalah khalifah
yang mendapatkan amanah dari Allah yang kelak dipertanggungjawabkan.
Sedangkan pada Q.S. Shad [38]: 26 menjelaskan Khali>fah dalam konteks
hukum dan politik, di mana Nabi Daud as mendapatkan amanah Allah
untuk menerapkan hukum-hukum-Nya di tengah kehidupan manusia.30
M. Quraish Shihab menyimpulkan bahwa kata Khali>fah yang
digunakan oleh Allah untuk siapa saja yang diberi kekuasaan mengelola
wilayah, baik luas maupun terbatas. Dalam hal ini, Daud (947-1000 S.M)
mengelola wilayah Palestina, sedangkan Adam secara potensial atau
aktual diberi tugas mengelola bumi keseluruhannya pada awal masa
sejarah kemanusiaan.31
Menurut M. Syafii Antonio, Khali>fah diartikan sebagai pengganti
atau pemegang otoritas Tuhan di muka bumi. Istilah ini dipakai sebagai
sebutan bagi kaum muslim setelah Rasulullah wafat, seperti untuk
Khulafa> ar-Ra>syidi>n. Para Khali>fah ini diyakini memiliki otoritas
duniawi dan keagamaan. Sedangkan dalam paham teokrasi, raja atau
kaisar dianggap sebagai perwujudan (titisan) Tuhan, misalnya Kaisar
Jepang dipercaya sebagai keturunan Dewa Matahari, raja-raja Mesir
sebagai titisan Dewa Ra, dan sebagainya. 32
Kata Khali>fah pada umumnya ditafsirkan sebagai “wakil” Allah di
muka bumi, tetapi sebenarnya tidak semua ahli tafsir sepakat dengannya.
Asal kata Khali>fah adalah Khulafa’ yang artinya “pengganti atau
penerus” yaitu menggantikan posisi yang ditinggalkan orang lain. Dari
kata inilah Khali>fah ditafsirkan sebagai pengganti atau successor. Ada
tiga penafsiran terhadap kata ini oleh para Mufassir awal, yaitu: (a) sebagai
30
A. Djalaluddin, Manajemen Qur’ani Menerjemahkan Idarah Ilahiyah dalam Kehidupan
Insaniyah, (Malang: UIN-Maliki Press, 2014), hlm. 258.
31
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an…,hlm.245-246.
32
Muhammad Syafii Antonio, Muhammad Saw. The Super Leader Super Manager, (Jakarta:
ProLM Centre & Tazkia Publishing, 2009), hlm.17.
48
“penghuni”, (b) “penerus” atau “pengganti”, dan (c) sebagai “wakil” Allah
di bumi.33
M. Quraish Shihab menyimpulkan bahwa kata Khali>fah dalam Al-
Qur’an mengandung arti: (a) siapa saja yang diberi kekuasaan mengelola
wilayah, baik luas maupun terbatas, seperti Nabi Daud as (947-1000 SM)
yang mengelola wilayah Palestina, sedangkan Nabi Adam as diberi tugas
mengelola bumi keseluruhannya pada awal masa sejarah kemanusiaan,
dan (b) seorang Khali>fah berpotensi, bahkan secara aktual dapat
melakukan kesalahan karena mengikuti hawa nafsu. (Baca Q.S Taha [20]:
16 dan Shad [38]: 26).34
Pemilihan Adam as sebagai Khali>fah bukan sekedar dipilih, tapi
memang Adam as sudah disiapkan oleh Allah dengan pelbagai kompetensi
yang siap untuk menjadi Khali>fah di bumi. Toto Tasmara menjelaskan
ayat tentang pemilihan Nabi Adam as menjadi Khali>fah karena manusia
makhluk unggul bahkan melebihi kemampuan pada Malaikat. Adam as
dibekali nama-nama seluruhnya (al-asma>’a kullaha>) yang kemudian
diajarkan kepada para Malaikat. Dalam konteks kepemimpinan, arti nama-
nama yang diajarkan oleh Allah kepada Adam as adalah kepribadian yang
mencakup intelektual (kecerdasan) kognitif, emosional, dan spiritual.35
Sedangkan Khulafaur Rasyidin adalah kekhalifahan pada masa para
sahabat empat, yaitu Abu Bakar ash-Shidiq, Umar bin Khattab, Usman bin
Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Menurut Munawir Sjadzali, pada masa
Khulafaur Rasyidin tidak ada pola baku pengangkatan khalifah. Abu
Bakar ra dipilih menjadi Khalifah dengan cara ditunjuk karena pernah
menjadi imam shalat menggantikan rasul saat sedang sakit, Umar bin
Khattab ra. dipilih karena wasiat tanpa musyawarah terbuka, Ali bin Abi
Thalib ra. ditunjuk, sedangkan Usman bin Affan ra. dipilih dengan cara
33
Mulyadhi Kertanegara, Lentera Kehidupan Panduan Memahami Tuhan, Alam, dan
Manusia, (Bandung: Mizan Pustaka, 2017), hlm. 180.
34
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an…, hlm. 245-246.
35
Toto Tasmara, Spiritual Centered Leadership (Kepemimpinan Berbasis Spiritual),
(Jakarta: Gema Insani Press, 2006), hlm. xiii.
49
tidak langsung melalui dewan formatur. Pergantian khalifah karena
wafat.36
Atas dasar ini, tidak ada sistem baku dalam pemilihan khalifah pada
masa Khulafaur Rosyidin. Menurut Abu Yasid, terjadinya dinamika
pemerintahan pada masa Khulafaur Rosyidin sesungguhnya merupakan
keniscayaan dan dapat dimaklumi. Sebab, sistem pemerintahan dalam
Islam masuk kategori wasilah (sarana), bukan ghayah (tujuan). Setiap
perkara yang masuk ghayah mengharuskan ditegakkannya keadilan di
tengah-tengah rakyat secara merata, sehingga dapat hidup sejahtera. Oleh
karena itu menjadi logis jika dalam teks wahyu, bentuk negara dan sistem
pemerintahan tidak disebutkan secara tersurat dan terperinci.37
36
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara ajaran, sejarah, dan pemikiran, edisi 5,
(Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1993
37
Abu Yasid dalam kata pengantarnya buku Afifuddin Muhajir, Fiqh Tata Negara,
(Yogyakarta: iRCiSod, 2017), hlm. 15
50
beliau dikenal “Al-‘Atiq” (orang yang terbebas) karena beliau adalah orang
pertama yang diberi kabar gembira berupa dibebaskan dari siksa neraka.
Beliau tidak pernah merasa lebih tinggi derajatnya daripada orang
lain baik ketika masa jahiliyyah maupun setelah Islam. Jika ada yang
memujinya, maka pujian itu akan menjadikannya semakin tawadhu’ dan
beliau mengatakan, “Ya Allah, sungguh Engkau adalah lebih mengetahui
tentang diriku daripada diriku sendiri.” (Lihat Tarikh al-Khulafa’ ir-
Rasyidin. Hal.8 Diterbitkan Mamlakah al-Arabiyyah).38
2. Keteladan Abu Bakar Ash-Shidiq
Nama Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. adalah tidak asing lagi bagi
sekalian umat Islam, baik dahulu maupun sekarang. Dialah manusia yang
dianggap paling agung dalam sejarah Islam sesudah Rasulullah Saw.
Kemuliaan akhlaknya, kemurahan hatinya dalam mengorbankan harta
benda dan kekayaannya, kebijaksanaannya dalam menyelesaikan masalah
umat, ketenangannya dalam menghadapi kesukaran, kerendahan hatinya
ketika berkuasa serta tutur bahasanya yang lembut lagi menarik adalah
sukar dicari bandingannya baik dahulu maupun sekarang. Dialah tokoh
sahabat terbilang yang paling akrab dan paling disayangi oleh Rasulullah
Saw. Karena besarnya pengorbanan beliau itulah Rasulullah Saw. pernah
mengatakan: “Islam telah tegak di atas harta Siti Khadijah dan pengorbanan
Abu Bakar.
Berikut ini keteladanan dan Keutamaan Abu Bakar Ash-Shidiq
a. Teguh iman. Rasulullah Saw. bersabda, “Jika ditimbang iman Abu
Bakar Ash-Shiddiq dengan iman sekalian umat maka lebih berat iman
Abu Bakar”. Mengapa demikian, di antara jawabannya adalah karena
beliau tidak mencintai dunia ini, cintanya pada Allah dan rasulnya
melebihi apapun. Dan yang kedua adalah karena rasa takutnya pada
yaumul Hisab atau pengadilan Allah Swt: suatu ketika beliau berkata:
alangkah beruntung jikalau diriku tercipta hanya seperti selembar daun
38
Mubasysyiroh-Al-Atsariyah, Keutamaan Khulafa’ ur Rasyidin, Arief Mustaqim, (ed.),
(Yogyakarta: Maktabah al-Hanif, 2017), hlm. 9-10
51
yang tidak dihisab pada hari kiamat nanti. Dua keadaan inilah yang
menyebabkan Nabi bersabda bahwa imannya adalah paling berat
dibanding iman umat Islam semuanya.
b. Suka berinfaq dan memerdekakan budak. Setelah masuk Islam, Abu
Bakar telah menginfaqkan empat puluh ribu dinar untuk kepentingan
sadaqah dan memerdekakan budak. Dalam perang Tabuk Rasulullah
saw. telah meminta kepada sekalian kaum Muslimin agar
mengorbankan hartanya pada jalan Allah. Tiba-tiba datanglah Abu
Bakar ra. membawa seluruh harta bendanya lalu meletakkannya di
antara dua tangan baginda Rasul. Melihat banyaknya harta yang dibawa
oleh sahabat Abu Bakar ra. bagi tujuan jihad itu, maka Rasulullah saw.
menjadi terkejut lalu berkata kepadanya: “Hai sahabatku yang
budiman, kalau sudah semua harta bendamu kau korbankan apa lagi
yang akan engkau tinggalkan buat anak-anak dan isterimu?”
Pertanyaan Rasulullah saw. itu dijawab oleh Abu Bakar ash-Shiddiq
dengan tenang sambil tersenyum, ujarnya. “Saya tinggalkan buat
mereka Allah dan Rasul-Nya.”
Diriwayatkan oleh at-Turmudzi dari Umar Ibnul Khattab berkata,
“Rasulullah Saw. memerintahkan kita untuk bersedekah, saat itu aku
memiliki harta maka aku berkata, “Pada hari inilah aku akan
mengungguli Abu Bakar, semoga aku mengunggulinya pada hari ini”.
Maka akupun mengambil setengah hartaku, maka Rasulullah Saw.
bersabda, “Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu? Aku
menjawab: Sejumlah yang aku sadaqahkan (50 %)”. Lalu Abu Bakar
datang dengan membawa seluruh hartanya dan Rasulullah Saw.
bersabda: “Wahai Abu Bakar, apa yang kamu tinggalkan untuk
keluargamu? Dia menjawab: Aku meninggalkan Allah dan Rasul-Nya.
Lalu Umar berkata: Demi Allah aku tidak bisa mengungguli Abu Bakar
dalam kebaikan untuk selamanya”. [Sunan At-Tirmdzi No: 3675)
52
menyadari bahwa kehadiran Rasulullah Saw. di tengah-tengah para
sahabat laksana lentera yang menerangi perjalanan hidup mereka.
Nikmat hidayah yang dicurahkan kepada mereka melalui bimbingan
Nabi Saw. adalah di atas segala-galanya.
d. Dijamin masuk surga. Nabi bersabda: ‘Allah mengutusku kepada
kalian kemudian kaliang mengatakan, ‘Engkau (Muhammad) dusta!’
namun Abu Bakar berkata, ‘Ia (Muhammad) benar’. Ia telah
melindungiku dengan diri dan hartanya. Bisakah kalian membiarkan
shabatku ini bersamaku?’ (Maksudnya tidak melukai hatinya). Beliau
mengatkan dua kali. Setelah kejadian tersebut Abu Bakar tidak pernah
disakiti lagi.” (HR. Bukhari, no. 3661).
Siapa saja yang menginfakkan dua barang yang berjenis sama di jalan
Allah akan dipanggil dari beberapa pintu surga, ‘Wahai hamba Allah,
inilah kebaikan (yang dijanjiakan Allah)’. Barangsiapa yang gemar
mengerjakan shalat akan dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa yang
gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah. Barangsiapa yang
gemar berpuasa akan dipanggil dari pintu puasa dan pintu Rayyam.’
Abu Bakar berkata, ‘Tidak terlalu mengherankan jika orang-orang itu
dipanggil dari masing-masing pintu tersebut. Wahai Rasul apakah ada
orang yang dipanggil dari semua pintu itu?’ Beliau menjawab, ‘Ya,
ada? Aku berharap engkau termasuk di antara mereka, wahai Abu
Bakar.” (HR. Bukhari, no. 3666 dan muslim, no. 1027).
e. Setia menemani rasulullah saat hijrah. Abu Bakar bercerita, “Ketika
bersama Nabi Muhammad di gua Tsur aku mengangkat kepalaku.
Ternyata, berada dekat sekali dengan telapak kaki orang-orang Quraisy.
Aku pun berkata, “Wahai utusan Allah, andaikata sebagian mereka
menengok ke bawah, niscaya mereka melihat kita.’Mendengar
kecemasan sahabatnya ini beliau Muhammad menghiburnya,
‘Tenanglah wahai Abu Bakar. Apakah kamu mengira kita hanya berdua
padahal ada Allah yang ketiganya.” (HR. Bukhari, No. 3992 dan
Muslim, No. 2381).
53
f. Paling dicintai oleh rasulullah. ‘Amr bin al-Ash menceritakan bahwa
Nabi Muhammad mengutusnya bersama pasukan (dalam perang
Dzatus Salasi). ‘Amr bertutur, “Aku datang menemui beliau
Muhammad, lalu bertanya ‘Siapakah orang yang paling engkau cintai?’
Beliau menjawab, ‘Aisyah’. Aku bertanya lagi, ‘Yang dari kaum laki-
laki?’ Beliau menjawab, ‘Ayahnya.’ Aku bertanya lagi, Kemudian
siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Abu Bakar.’ Setelah itu beliau
menyebut beberapa nama lain.” (HR. Bukhari, no. 3662 dan Muslim,
no. 2384).
g. Pernah menjadi imam masjid untuk menggantikan Nabi. Abu Musa al-
Asy’ari menuturkan, “Ketika Nabi sakit dan penyakitnya bertambah
parah, beliau berkata,’Perintahkanlah Abu Bakar untuk menjadi imam
shalat berjamaah.’ Aisyah berkata ‘Abu Bakar adalah laki-laki yang
halus perasaanya. Jika dia menggantikan engkau maka dia tidak akan
bisa mengimami shalat berjamaah.’ Beliau berkata lagi,
‘Perintahkanlah Abu Bakar untuk mengimami shalat berjamaah.’
‘Aisyah kembali mengulangi perkataanya. Untuk terakhir kalinya
beliau berkata, ‘Hai Aisyah, Perintahkanlah Abu Bakar untuk menjadi
imam shalat berjamaah. Kalian ini (kaum wanita) seperti perempuan-
perempuan dalam kisah yusuf saja!” Lalu utusan beliau mendatangi
dan menyuruh Abu Bakar untuk menjadi imam shalat berjamaah, dan
dia pun melaksanakanya ketika itu Rasulullah masih hidup.” (HR.
Bukhari, no. 678 dan Muslim, no. 420).
h. Menjadi khalifah pertama yang dikehendaki Allah, rasul, dan umat
Islam. ‘Aisyah bertutur, “Rasulullah berkata kepadaku ketika sedang
sakit, ‘Panggilkan untukku Abu Bakar, ayahmu dan saudara laki-
lakimu, ‘Abdurrahman. Aku ingin menulis sebuah wasiat, khawatir ada
orang yang nanti berharap-harap dan berseru, ‘Aku lebih berhak’,
padahal Allah dan kaum mukminin hanya menghendaki Abu Bakar.’”
(HR. Bukhari, No. 5666 dan Muslim, No. 2387).
54
i. Cepat melakukan kebaikan. Rasulullah Saw. suatu hari seusai shalat
subuh bertanya, “Siapakah yang pagi ini melakukan ibadah puasa?’
Abu Bakar menjawab, ‘Saya wahai Rasulullah, tadi malam saya
membisikan (meniatkan) pada diriku untuk melakukan puasa pada pagi
ini. Lalu aku pun berpuasa.’ Kemudian Rasulullah bertanya, ‘Siapakah
yang pada hari ini telah menjenguk orang sakit?’ Umar menjawab,
‘Sesungguhnya kita baru saja shalat subuh dan belum meninggalkan
(masjid ini), lantas bagaimana kita bisa menjenguk orang sakit? Abu
bakar menjawab, ‘Saya wahai Rasulullah, orang-orang mengabarka
kepadaku bahwa saudaraku ‘Abdurrahman bin’Auf sendang menderita
sakit. Lalu saya sengaja melewati rumahnya dan bertanya tentang
keadaanya, dalam keadaan saya menuju masjid.’ Kemudian Rasulullah
bertanya, ‘Siapakah diantara kalian yang sudah mengeluarkan
sedekah?’ Umar menjawab, ‘Wahai Rasulullah, kami masih bersama
Anda sejak semenjak shalat, lantas bagaimana mungkin kami
bersedekah?’ Abu Bakar menjawab, ‘Saya wahai Rasulullah, ketika
saya masuk masjid ada seorang yang meminta sedekah. Sedangkan
anaknya ‘Abdurrahman bin Abu Bakar (cucu Abu Bakar) membaw
sepotong roti. Lalu saya pun mengambilnya dan kuberikan kepada
pengemis itu.’ Nabi pun kemudia bersabda dalam keadaan wajahnya
berseri-seri karena bahagia, ‘Wahai Abu Bakar bergembiralah dengan
surga!” (HR. Muslim, no. 1027)
Al-Imam asy-Sya’bi berkata, “Allah memberikan kekhususan kepada
Abu Bakar dengan empath al yang tidak dimiliki oleh seorang pun: (a)
Dia ash-Shiddiq dan sebelumnya belum ada orang yang bernama
demikian, (b) Dia adalah sahabat Rasulullah di dalam gua, (c) Dia
adalah teman Rasulullah saat melakukan hijrah, (d) Rasulullah
memerintahkannya untuk menjadi imam shalat saat Rasulullah masih
hidup.”
55
Lahir pada tahun 581 M ayahnya bernama Khattab bin Nufail dan ibunya
bernama Khantamah binti Hasyim. Nama lengkapnya adalah Umar bin
Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Rabbah bin Abdullah bin Qurt bin
Rizzah bin Adi bin Ka’ab. Umar bin Kattab masuk Islam pada tahun 608
M dalam usia 27 tahun. Masa pemerintahan Umar bin Khattab disebut
Futuhut Islamiyah. Umar bin Khattab meninggal pada 1 Muharram 232 H
karena di bunuh oleh Abu Lu’luah (budak dari Persia).
Pada masa jahiliyyah beliau ditunjuk sebagai juru bicara. Bila kaum
Quraisy mendapati adanya sengketa di antara kabilah-kabilah sendiri atau
mendapati peperangan dengan kabilah yang lain, Umar diutus sebagai juru
bicara. Berbicara atas nama mereka dan menyampaikan kehendak mereka.
Perjuangan Umar bin Khattab setelah masuk Islam adalah (a)
mengumumkan keislamannya di hadapan kaum Quraisy, (b) mengajak
Rasulullah Saw. untuk berdakwah secara terang-terangan, (c) mendatangi
56
tokoh-tokoh Quraisy untuk masuk Islam, dan (d) mencurahkan seluruh
hidupnya untuk membela Rasulullah Saw.
2. Keteladanan dan Keutamaan Umar bin Khattab
a. Hidup sederhana. Tatkala Umar bin al-Khaththab ra. diangkat menjadi
Khalifah, ditetapkanlah baginya tunjangan sebagaimana yang pernah
diberikan kepada Khalifah sebelumnya, yaitu Abu Bakar ra. Pada suatu
saat, harga-harga barang di pasar mulai merangkak naik. Tokoh-tokoh
Muhajirin seperti Usman, Ali, Thalhah, dan Zubair berkumpul serta
menyepakati sesuatu. Di antara mereka ada yang berkata, “Alangkah
baiknya jika kita mengusulkan kepada Umar agar tunjangan hidup untuk
beliau dinaikkan. Jika Umar menerima usulan ini, kami akan menaikkan
tunjangan hidup beliau.” Ali kemudian berkata, “Alangkah bagusnya
jika usulan seperti ini diberikan pada waktu-waktu yang telah
lalu.”Setelah itu, mereka berangkat menuju rumah Umar. Namun,
Utsman menyela seraya berkata, “Sebaiknya usulan kita ini jangan
langsung disampaikan kepada ‘Umar. Lebih baik kita memberi isyarat
lebih dulu melalui puteri beliau, Hafshah. Sebab, saya khawatir, Umar
akan murka kepada kita.” Mereka lantas menyampaikan usulan tersebut
kepada Hafshah seraya memintanya untuk bertanya kepada Umar, yakni
tentang bagaimana pendapatnya jika ada seseorang yang mengajukan
usulan mengenai penambahan tunjangan bagi Khalifah Umar. “Apabila
beliau menyetujuinya, barulah kami akan menemuinya untuk
menyampaikan usulan tersebut. Kami meminta kepadamu untuk tidak
menyebutkan nama seorang pun di antara kami,” demikian kata mereka.
Ketika Hafshah menanyakan hal itu kepada Umar, beliau murka seraya
berkata, “Siapa yang mengajari engkau untuk menanyakan usulan ini?”
Hafshah menjawab, “Saya tidak akan memberitahukan nama mereka
sebelum ayah memberitahukan pendapat Ayah tentang usulan itu”.
Umar kemudian berkata lagi, “Demi Allah swt, andaikata aku tahu siapa
orang yang mengajukan usulan tersebut, aku pasti akan memukul wajah
orang itu.” Setelah itu, Umar balik bertanya kepada Hafshah, istri Nabi
57
Saw., “Demi Allah swt, ketika Rasulullah saw. masih hidup,
bagaimanakah pakaian yang dimiliki oleh beliau di rumahnya?”
Hafshah menjawab, “Di rumahnya, beliau hanya mempunyai dua
pakaian. Satu dipakai untuk menghadapi para tamu dan satu lagi untuk
dipakai sehari-hari.” Umar bertanya lagi, “Bagaimana makanan yang
dimiliki oleh Rasulullah?” Hafshah menjawab, “Beliau selalu makan
dengan roti yang kasar dan minyak samin.” Umar kembali bertanya,
“Adakah Rasulullah mempunyai kasur di rumahnya?” Hafshah
menjawab lagi, “Tidak, beliau hanya mempunyai selimut tebal yang
dipakai untuk alas tidur di musim panas. Jika musim dingin tiba,
separuhnya kami selimutkan di tubuh, separuhnya lagi digunakan
sebagai alas tidur.” Umar kemudian melanjutkan perkataannya,
“Hafshah, katakanlah kepada mereka, bahwa Rasulullah Saw. selalu
hidup sederhana. Kelebihan hartanya selalu beliau bagikan kepada
mereka yang berhak. Oleh karena itu, aku gunakan mengikuti jejak
beliau. Perumpamaanku dengan sahabatku—yaitu Rasulullah dan Abu
Bakar—adalah ibarat tiga orang yang sedang berjalan. Salah seorang di
antara ketiganya telah sampai di tempat tujuan, sedangkan yang kedua
menyusul di belakangnya. Setelah keduanya sampai, yang ketiga pun
mengikuti perjalanan keduanya. Ia menggunakan bekal kedua
kawannya yang terdahulu. Jika ia puas dengan bekal yang ditinggalkan
kedua kawannya itu, ia akan sampai di tempat tujuannya, bergabung
dengan kedua kawannya yang telah tiba lebih dahulu. Namun, jika ia
menempuh jalan yang lain, ia tidak akan bertemu dengan kedua
kawannya itu di akhirat.” (Sumber: Tarikh ath-Thabari, jilid I, hlm. 164)
b. Dijamin masuk surga. Rasulullah bersabda, “Abu Bakar di surga, Umar
di surga, Ustman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubai di surga,
Abdur Rahman bin Auf di surga, Said bin Waqqash di surga, Sa’id bin
Zaid di surga, Abu Ubaidah bin Jarrah di surga.” (HR. Abu Dwaud:
4649, Tirmidzi 3748, Ibnu Majah 134, Disahihkan oleh Syaikh al-
Albani di dalam Shahih al-Jami’ ash- Shabhir: 4010)
58
c. Sahabat yang paling dicintai oleh Nabi Muhammad setelah Abu Bakar.
‘Amr bin al-Ash menceritakan bahwa Nabi Muhammad mengutusnya
bersama pasukan (dalam perang Dzatus Salasi). Amr’ bertutur, “Aku
datang menemui beliau, lalu bertanya, ‘Aku datang menemui beliau,
lalu bertanya,’Siapakah orang yang paling engkau cintai?’ beliau
menjawab ‘Aisyah.’ AKu bertanya lagi ‘Yang dari kaum laki-laki?’
Beliau menjawab, ‘Ayahnya’ AKu bertanya lagi, ‘Kemudian siapa
lagi?’ Beliau menjawab, “Umar bin al-Khaththab.’ Setelah itu dia
menyebut nama beberapa orang lagi.” (HR. Bukhari, no. 3662 dan
muslim, no. 2384).
d. Kepemimpinannya dipuji dan diridhai oleh kaum muslimin. Abdullah
bin Umar berkata, “Kami diperintahkan memilih orang-orang di zaman
Rasulullah, lalu kami memilih Abu Bakar, lalu kami mamilih Umar,
kemudian Utsman.” (HR. Bukhari no 3655)
e. Sahabat yang pendapatnya sering disepakati dan disetejui oleh Allah.
Umar bin Khaththab menyarankan, “Ada tiga sikapku yang bertepatan
dengan ketetapan Rabbku. Pertama, aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah
bagaimana jika kita menjadikan Maqam Ibrahim (tempat Nabi Ibrahim
berdiri ketika membangun Ka’bah) sebagai tempat shalat? Maka
turunlah ayat yang artinya, “…Dan jadikanlah Maqam Ibrahim itu
tempat shalat…” (QS. Al-Baqarah: 125). Kedua, ayat hijab. Aku
berkata, ‘Wahai Rasulullah bagaimana jika engkau memerintahkan istri-
istri engkau untuk berhijab? Karea orang yang baik dan orang yang jahat
berbicara dengan mereka. ‘Maka turunlah ayat yang artinya “…Dan
apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri
Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih
suci bagi hatimu dan hati mereka…” (QS. Al-Ahzab: 53). Ketiga, ketika
istri-istri Nabi berkumpul karena cemburu terhadap beliau, aku berkata,
‘Jika Nabi menceraikan kalian, boleh jadi Rabbnya akan memberikan
ganti dengan istr-istri yang lebih baik dari kalian.’ Maka turunlah ayat
yang artinya: “Jika dia (Nabi) menceraikan kamu boleh jadi Rabb akan
59
meberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik dari kamu…”
(QS. At-Tahrim: 5). (HR. Bukhari no. 402 dan Muslim no. 2399).
Selain itu, berikut ini Keteladanan Umar bin Khattab, yaitu: (a) berani
dan rela berkorban dalam membela kebenaran, (b) bersikap adil dalam
memutuskan perkara hukum, (c) berjiwa besar dan dapat menghormati
hak orang lain, (d) tegas dalam menentukan perkara yang hak dan batil,
(e) sayang terhadap semua rakyatnya, dan (f) rendah hati dan
mengutamakan aspek kesederhanaan dalam hidup, dan (g) bersikap
jujur dan amanah
D. Kisah Keteladanan Utsman bin Affan
1. Biografi Ustman bin Affan
Beliau adalah Abu Abdillah Utsman bin Affan bin al-Ash bin Umayyah bin
Abdi Syams bin Abdi Manaf. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi
pada kakek ke empat yaitu Abdu Manaf. Di mana jahiliyyah beliau
dipanggil Abu Amr, namun tatkala dari istri beliau yaitu Ruqayyah binti
Rasulullah terlahir seorang anak laki-laki yang diberi nama Abdullah beliau
pun berganti menjadi Abu Abdillah. Beliau masyur dengan julukan dzun-
nurain (pemilik dua cahaya).
Beliau lahir di kota Thaif lima tahun setelah Rasulullah lahir. Beliau tumbuh
di tengah keluarga yang mendapat kelapangan hidup (kaya raya). Ayah
beliau dalah saudagar besar. Kafilah dagangannya senantiasa pulang dan
pergi dari negeri Arab ke negeri Syam. Ketika ayahnya meninggal Utsman
kemudian mengembangkan peninggalan perdagangan milik ayahnya yang
banyak. Hingga harta itu semakin berkembang dan bertambah banyak, yang
pada suatu saat akan menjadi bekalnya dalam berjihad dan melakukan
sekian amalan kebajikan.
60
menghilangkan kesedihan mereka, rajin menyambung silaturrahim,
memuliakan tamu, memberi pekerjaan kepada orang fakir, membantu
yang lemah dan berusaha menghindarkan kesulitan mereka. Ia dikenal
penyabar, ramah, dan murah hati, selalu memaafkan kesalahan orang
lain. Teladan seluruh tingkah lakunya adalah Rasulullah saw. Ia
mencontoh perkataan, perbuatan dan perilaku Nabi saw. Ada banyak
peristiwa yang menunjukkan kesabaran dan ketabahan jiwanya. Dalam
setiap kesempatan, ia selalu mendahulukan sikap santun dan maaf,
murah hati dan tidak bergantung pada dunia. Alih-alih diperbudak
dunia, ia menjadikan dunia sebagai sarana untuk mengamalkan akhlak
mulia, terutama sikap mengutamakan orang lain di atas kepentingan
sendiri. Ia tidak dikuasai dunia sehingga ia tidak menjadi orang yang
egois yang mengutamakan kepentingan pribadi dan mengorbankan
kepentingan orang lain.
b. Dermawan (suka memberi). Materi dunia yang melimpah tak mampu
mengikat atau membelenggu Usman bin Affan untuk mencintai dunia.
Ia selalu menempatkan Allah swt dan Rasul-Nya di urutan yang paling
tinggi. Hatinya tak pernah terikat kepada dunia sehingga ia dapat setiap
saat melepaskan semua miliknya demi kepentingan Allah swt dan
Rasul-Nya. Karena itu, ia termasuk orang yang paling berhak atas apa
yang Allah swt firmankan dalam Al-Qur’an: “dan barang siapa terjaga
dari sikap kikir, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Q.S. At-
Taghabun).
Tentu saja ia berhak mendapatkan balasan yang mulia itu karena ia
terbiasa membebaskan seorang budak setiap Jumat. Suatu hari Thalhah
menyusul Usman sekeluarnya dari masjid. Thalhah berkata, “Aku sudah
punya lima puluh ribu dirham yang kupinjam darimu. Aku akan
mengutus seseorang untuk menyerahkannya kepadamu.” Usman
menjawab, “Biarlah semua itu kuberikan kepadamu, karena kebaikan
akhlakmu.”
61
Dikisahkan bahwa sebelum Nabi datang ke Madinah, di sana ada sumur
yang disebut sumur Rawmah. Air sumur itu sangat segar. Setiap orang
yang ingin minum dari sumur itu harus membelinya. Sumur itu milik
seorang Yahudi. Ketika umat Islam semakin berat dihimpit kesulitan,
Rasulullah menyerukan tawaran, “Barang siapa membeli sumur
Rawmah, baginya surga.”
Mendengar pernyataan itu, Usman bergegas ingin mendapatkan surga.
Ia memberanikan diri membeli sumur itu seharga 35.000 dirham. Ia
menggratiskan siapa saja untuk memanfaatkan air sumur itu, baik yang
kaya, miskin, atau pun para musafir. Ini terjadi ada masa pemerintahan
Al-Faruq, di mana kaum muslim dilanda paceklik. Karena beratnya
kehidupan yang harus dihadapi, tahun itu disebut tahun kelabu. Ketika
nestapa semakin memuncak, orang-orang menghadap Umar ra. dan
berkata, “Wahai Khalifah, langit tak menurunkan hujan dan enggan
menumbuhkan tanaman. Kita hampir binasa. Apa yang harus kita
lakukan?” Umar memandangi mereka dengan wajah pilu. Ia berkata,
“Sabar dan bertahanlah. Aku berharap Allah swt memberikan jalan
keluar dari keadaan ini sebelum malam tiba.” Sore harinya terdengar
kabar bahwa kafilah dagang Usman bin Affan telah kembali dari Syria
dan akan tiba di Madinah esok pagi. Usai shalat Subuh, orang-orang
menyambut kafilah itu. Seribu unta membawa gandum, minyak samin,
dan kismis. Seluruh rombongan kafilah dan kendaraannya berkumpul di
depan rumah Usman bin Affan ra. Ketika para buruh sibuk menurunkan
barang dagangan, para pedagang bergegas menemui Usman. Mereka
berkata, “Kami akan membeli semua yang engkau bawa, wahai Abu
Amr.” Usman menjawab, “Dengan senang hati dan aku merasa
terhormat. Tetapi, berapa kalian akan memberiku keuntungan?”
Mereka berkata, “Untuk satu dirham yang engkau beli, kami
memberimu dua dirham.” “Aku bisa mendapat lebih dari itu”, jawab
Usman. Lalu mereka kembali menaikkan harga. Usman berkata, “Aku
masih bisa mendapat lebih dari yang kalian tawarkan.” Mereka
62
menaikkan harga lagi. Usman berkata, “Aku masih bisa mendapatkan
lebih dari itu.” Mereka berkata, “Wahai Abu Amr, siapakah yang berani
memberimu keuntungan lebih dari tawaran kami?” Usman menjawab:
“Allah swt. memberiku keuntungan sepuluh kali lipat dari setiap dirham
yang kubelanjakan. Adakah diantara kalian yang berani memberiku
keuntungan lebih dari itu?” “Tidak, wahai Abu Amr.”
“Aku bersaksi kepada Allah swt, semua yang dibawa kafilah ini
kusedekahkan kepada fakir miskin di kalangan umat Islam. Aku tidak
mengharapkan bayaran sepeser pun. Kulakukan semua itu semata-mata
mengharapkan pahala dan keridhoan Allah swt”. Inilah karakter
Usman bin Affan yang termaktub dalam firman Allah swt: “Dan mereka
mendahulukan kepentingan orang lain (rakyat) di atas kepentingan
mereka sendiri. Dan barang siapa yang terjaga dari kekikiran dirinya,
maka dialah orang-orang yang beruntung” (Q.S Al-Hasyr: 9)
c. Dijamin masuk surga. Rasulullah Saw. bersabda (artinya), “Abu Bakar
di surga, Umar di surga, Ustman di surga, Ali di surga, Thalhah di
surga, Zubai di surga, Abdur Rahman bin Auf di surga, Said bin
Waqqash di surga, Sa’id bin Zaid di surga, Abu Ubaidah bin Jarrah di
surga.” (HR. Abu Dwaud: 4649, Tirmidzi 3748, Ibnu Majah 134,
Disahihkan oleh Syaikh al-Albani di dalam Shahih al-Jami’ ash-
Shaghir: 4010)
d. Meninggal dalam keadaan syahid. Anas bin Malik menuturkan
bahwasanya Nabi, Abu Bakar, Umar, Utsman naik ke atas gunung uhud.
Tiba-tiba tanah di gunung Uhud itu bergetar. Kemudian Nabi
Muhammad bersabda (artinya), “Tenanglah wahai Uhud!
Sesungguhnya, diastasmu ada seorang Nabi, seorang Shiddiq, dan dua
orang syahid. “(HR. Bukhari no. 3675 dan Muslim no. 2417).
e. Menggunakan hartanya untuk kepentingan di jalan Allah. Rasulullah
Saw. bersabda (artinya), “Barang siapa memberli sumur dan
menjadikan gayung meiliknya bersama dengan gayung milik kaum
muslimin maka kelak ia disurga.” (HR. Tirmidzi no. 3703). Imam
63
Ahmad berkata, “Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah
Abu Bakar, yang paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah
Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling mengetahui
tentang hala dan haram adalah Mu’adz bin Jabal, yang paling hafal Al-
Qur’an adalah Ubai bin Ka’ab, dan Zaid bin Tsabit adalah yang paling
mengetahui ilmu waris. Setiap umat mempunyai seorang yang
terpercaya, dan orang yang terpercaya di kalangan umatku adalah Abu
Ubaidah al-Jarrah.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya, 3/184).
Ibu beliau adalah Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Abdi manaf al-
Hasyimiyyah. Fathimah adalah putri paman Abu Thalib (berarti Fathimah
adalah sepupu Abu Thalib), baliau meninggal dunia tatkala Nabi masih
hidup.
Beliau lahir sepuluh tahun sebelum kenabian. Ayahnya adalah Abu Thalib,
seorang yang sedikit hartanya sedangkan keluarga yang ditanggungnya
berjumlah besar. Nabi Muhammad berkeinginan meringankan beban yang
ditanggungnya. Nabi Muhammad meminta kepada pamanya untuk
menyerahkan Ali agar dididik dirumahnya. Abu Thalib meluluskan
permintaan Nabi, sehingga Ali semenjak kecil tumbuh di bawah
pengawasan dan perhatian Nabi, Ali senantiasa mengambil contoh, arahan,
dan akhlak Nabi, serta beradab dengan adab-adabnya. Beliau memiliki
kecintaan yang sangat kepada Rasulullah dan senantias mengaguminya.
64
Berkata Urwah, “Ali masuk Islam sedang ia baru berumur delapan tahun.”
(LIhat Siyaru A’lam an-Nubala’). Berkata Imam Syafi’I, “Para sahabat dan
orang-orang yang mengikutinya telah berijma’ tentang keutamaan Abu
Bakar, Umar, Utsman, dan kemudian Ali.” (LIhat Fat-hul Bari 7/17)
65
tempat, mereka berhenti untuk makan siang. Sambil duduk, mulailah
masing-masing membuka bekalnya. Orang yang pertama membawa tiga
potong roti, sedang orang yang kedua membawa lima potong roti.
Ketika keduanya telah siap untuk makan, tiba-tiba datang seorang
musafir yang baru datang dan duduk bersama mereka.
“Mari, silakan, kita sedang bersiap-siap untuk makan siang,” kata salah
seorang dari dua orang tadi. “Aduh…saya tidak membawa bekal,”
jawab musafir itu. Maka mulailah mereka bertiga menyantap roti
bersama-sama. Selesai makan, musafir tadi meletakkan uang delapan
dirham di hadapan dua orang tersebut seraya berkata: “Biarkan uang ini
sebagai pengganti roti yang aku makan tadi.” Belum lagi mendapat
jawaban dari pemilik roti itu, si musafir telah minta diri untuk
melanjutkan perjalanannya lebih dahulu.
Sepeninggal si musafir, dua orang sahabat itu pun mulai akan membagi
uang yang diberikan. “Baiklah, uang ini kita bagi saja,” kata si empunya
lima roti. “Aku setuju” jawab sahabatnya. “Karena aku membawa lima
roti, maka aku mendapat lima dirham, sedang bagianmu adalah tiga
dirham. “Ah, mana bisa begitu. Karena dia tidak meninggalkan pesan
apa-apa, maka kita bagi sama, masing-masing empat dirham.” “Itu tidak
adil. Aku membawa roti lebih banyak, maka aku mendapat bagian lebih
banyak.”
66
membawa lima potong roti.” “Benar”, jawab keduanya. “Kalian makan
roti bertiga, dengan si musafir.” Benar”. “Adakah kalian tahu, siapa
yang makan lebih banyak?”. “Tidak.”. “Kalau begitu, kita anggap
bahwa setiap orang makan dalam jumlah yang sama banyak”. “Setuju”,
jawab keduanya serempak. “Roti kalian yang delapan potong itu,
masingmasingnya kita bagi menjadi tiga bagian. Dengan demikian, kita
mempunyai dua puluh empat potong roti, bukan?” tanya Imam Ali.
“Benar,” jawab keduanya. “Masing-masing dari kalian makan sama
banyak, sehingga setiap orang berarti telah makan sebanyak delapan
potong, karena kalian bertiga.” “Benar.” “Nah… orang yang membawa
lima roti, telah dipotong menjadi tiga bagian mempunyai lima belas
potong roti, sedang yang membawa tiga roti berarti mempunyai
sembilan potong setelah dibagi menjadi tiga bagian, bukankah begitu?”
“Benar, jawab keduanya, lagi-lagi dengan serempak. “Si empunya lima
belas potong roti makan untuk dirinya delapan roti, sehingga ia
mempunyai sisa tujuh potong lagi dan itu dimakan oleh musafir yang
belakangan. Sedang si empunya sembilan potong roti, maka delapan
potong untuk dirinya, sedang yang satu potong dimakan oleh musafir
tersebut. Dengan begitu, si musafir pun tepat makan delapan potong roti
sebagaimana kalian berdua, bukan?”
Kedua orang yang dari tadi menyimak keterangan Imam Ali, tampak
sedang mencerna ucapan Imam Ali tersebut. Sejenak kemudian mereka
berkata: “Benar, kami mengerti.” “Nah, uang yang diberikan oleh di
musafir adalah delapan dirham, berarti tujuh dirham untuk si empunya
lima roti sebab si musafir makan tujuh potong roti miliknya, dan satu
dirham untuk si empunya tiga roti, sebab si musafir hanya makan satu
potong roti dari milik orang itu”. “Alhamdulillah…Allahu Akbar,”
kedua orang itu berucap hampir bersamaan. Mereka sangat mengagumi
cara Imam Ali menyelesaikan masalah tersebut, sekaligus mengagumi
dan mengakui keluasan ilmunya.
“Demi Allah swt, kini aku puas dan rela. Aku tidak akan mengambil
lebih dari hak-ku, yakni satu dirham,” kata orang yang mengadukan hal
tersebut, yakni si empunya tiga roti. Kedua orang yang mengadu itu pun
sama-sama merasa puas. Mereka berbahagia, karena mereka berhasil
mendapatkan pemecahan secara benar, dan mendapat tambahan ilmu
yang sangat berharga dari Imam Ali bin Abi Thalib ra.
67
Demikianlah kecerdasan Ali. Meski demikian, beliau adalah orang yang
mempunyai rasa tawadlu’ yang tinggi. Beliau pernah berucap: “aku
(berkenan) menjadi pelayan pada orang yang mengajarku walaupun
hanya satu huruf”
Abu Sa’id berkata: “Abu Bakar pun menangis. Kami merasa heran
karena tangisannya. Tatkala Rasulullah Saw. memberitakan ada seorang
hamba yang diberikan tawaran. Ternyata yang dimaksud hamba yang
diberikan tawaran itu adalah Rasulullah Saw. Memang, Abu Bakar
adalah orang yang paling berilmu di antara kami.” Kemudian Rasulullah
Saw. bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling berjasa kepadaku
dengan ikatan persahabatan dan dukungan hartanya adalah Abu Bakar.
Seandainya aku boleh mengangkat seorang Khalil (kekasih terdekat)
selain Rabb-ku niscaya akan aku jadikan Abu Bakar sebagai Khalil-ku.
Namun, cukuplah -antara aku dengan Abu Bakar ikatan persaudaraan
dan saling mencintai karena Islam. Dan tidak boleh ada satu pun pintu
yang tersisa di [dinding] masjid ini kecuali pintu Abu Bakar.” Hadis ini
juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, di Kitab
Fadha’il ashShahabah (lihat Syarh Nawawi Juz 8 hal. 7-8).
68
RANGKUMAN
1. Nama asli Abu Bakar adalah Abdullah. Anak dari ‘Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr
bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin
Fihr. Fihr ini tidak lain adalah Quraisyi. Bapak beliau, ‘Utsman bin ‘Amir,
akrab dipanggil Abu Quhafah. Ibu beliau adalah Ummul Khair yaitu Salman
binti Shahr bin ‘Amir. Berarti sang ibu adalah putri pamannya alias sepupu dari
garis bapak. Abu Bakar dikenal sebagai “Al-‘Atiq” (orang yang ganteng)
karena bagusnya wajah beliau di kala jahiliyyah, terambil dari kata “Al-
Itawah” yang artinya bagus pada setiap perkara. Setelah masuk Islam, beliau
dikenal “Al-‘Atiq” (orang yang terbebas) karena beliau adalah orang pertama
yang diberi kabar gembira berupa dibebaskan dari siksa neraka.
2. Keteladanan dan Keutamaan Abu Bakar Ash-Shidiq sebagai berikut: (a) teguh
iman, (b) suka berinfaq dan memerdekakan budak, (c) Ilmu yang mendalam,
(d) Dijamin masuk surge, (e) setia menemani rasulullah saat hijrah, (f) paling
dicintai oleh rasulullah, (g) pernah menjadi imam masjid untuk menggantikan
Nabi, (g) menjadi khalifah pertama yang dikehendaki Allah, rasul, dan umat
Islam, dan (h) cepat melakukan kebaikan.
3. Umar bin Khattab lahir pada tahun 581 M ayahnya bernama Khattab bin Nufail
dan ibunya bernama Khantamah binti Hasyim. Nama lengkapnya adalah Umar
bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Rabbah bin Abdullah bin Qurt bin
Rizzah bin Adi bin Ka’ab. Umar bin Kattab masuk Islam pada tahun 608 M
dalam usia 27 tahun. Masa pemerintahan Umar bin Khattab disebut Futuhut
Islamiyah. Umar bin Khattab meninggal pada 1 Muharram 232 H karena di
bunuh oleh Abu Lu’luah (budak dari Persia). Menjadi khalifah pada tahun 13
H–23 H (634 M-644 M). Julukannya adalah: (a) Abu Faiz (orang yang
memiliki kecerdasan), (b) Abu Hafaas (tegas dalam pendirian), (c) Singa gurun
pasir (The Lion of The Dessert) / Asadullah, dan (d) Al-Faruq (pembeda).
Beliau digelari “Al-Faruq” karena beliaulah yang berani menunjukkan
keislamannya saat masih di Makkah, dan dengannya Allah menampakkan
secara jelas antara kekufuran dan kebathilan. Sahabat Ibnu Abbas mengatakan
Islam di Makkah adalah Umar bin Khaththab.
69
4. Keteladanan dan keutamaan Umar bin Khattab berupa (a) hidup sederhana, (b)
dijamin masuk surge, (c) sahabat yang paling dicintai oleh Nabi Muhammad
setelah Abu Bakar, (d) Kepemimpinannya dipuji dan diridhai oleh kaum
muslimin, (e) sahabat yang pendapatnya sering disepakati dan disetejui oleh
Allah, (e) berani dan rela berkorban dalam membela kebenaran, (f) bersikap
adil dalam memutuskan perkara hukum, (g) berjiwa besar dan dapat
menghormati hak orang lain, (h) tegas dalam menentukan perkara yang hak
dan batil, (i) sayang terhadap semua rakyatnya, dan (j) rendah hati dan
mengutamakan aspek kesederhanaan dalam hidup, dan (k) bersikap jujur dan
amanah.
5. Nama lengkap Ustman bin Affan adalah Abu Abdillah Utsman bin Affan bin
al-Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf. Nasab beliau bertemu
dengan nasab Nabi pada kakek ke empat yaitu Abdu Manaf. Di mana jahiliyyah
beliau dipanggil Abu Amr, namun tatkala dari istri beliau yaitu Ruqayyah binti
Rasulullah terlahir seorang anak laki-laki yang diberi nama Abdullah beliau
pun berganti menjadi Abu Abdillah. Beliau masyur dengan julukan dzun-
nurain (pemilik dua cahaya).
6. Keteladanan dan keutamaan Ustman bin Affan meliputi: (a) berakhlak mulia,
(b) dermawan (suka memberi), (c) Dijamin masuk surga, (d) meninggal dalam
keadaan syahid, dan (e) menggunakan hartanya untuk kepentingan di jalan
Allah.
7. Ali bin Abi Thalib dijuluki Abul Hasan al-Quraisy al-Hasyimi. Namanya
sendiri adalah Ali. Anak dari Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin
Abdi Manaf, Amirul Mukminin penutup khulafa’ur-rasyidin. Ali adalah
sepupu dan sekaligus menantu Nabi, menikahi putri beliau, Fathimah binti
Rasulullah. Beliau adalah salah satu sahabat yang diberi kabar gembira dengan
surge.
8. Keteladanan dan keutamaan Ali bin Abi Thalib meliputi: (a) dijamin masuk
surga, (b) Sahabat yang merupakan bagian dari Nabi Muhammad, dan (c)
Berilmu luas.
70
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 4 tentang Kisah Keteladanan
Khulafaur Rosyidin. Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada
Kegiatan Belajar 4, buatlah tabel yang menjelaskan tentang hikmah (pelajaran) dari
Kisah Keteladanan Khulafaur Rosyidin. a.s disertai dalilnya Sehingga dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa minimal memberikan contoh
lima hikmah yang dapat dipetik dari Keteladanan Khulafaur Rosyidin. tersebut.
Berikut ini contohnya:
TABEL. 4
HIKMAH KISAH KETELADANAN KHULAFAUR ROSYIDIN
No Tema Kisah Hikmah yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari
1 Abu Bakar Ash- Bersikap jujur dan semangat untuk bersedekah
Shidiq untuk memperjuangkan agama Islam di
tengah-tengah masyarakat
2
3
4
5
TES FORMATIF 4
71
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Abu Bakar Ash-Shidiq dijuluki dengan “Al-‘Atiq” (orang yang terbebas)
artinya…
a. Abu Bakar Ash-Shidiq terbebas dari hutang
b. Abu Bakar Ash-Shidiq terbebas dari siksa neraka dan dijamin masuk surga
c. Abu Bakar Ash-Shidiq bebas untuk berbuat apapun
d. Abu Bakar Ash-Shidiq bebas untuk dijadikan khalifah
2. Keteladanan perilaku Abu Bakar ash-Shidiq yang dapat dicontoh dalam
kehidupan sehari-hari adalah…kecuali
a. Kemuliaan akhlaknya
b. Kemurahan hatinya
c. Kehidupannya menjadi mertua Nabi Muhammad Saw
d. Pengorbanan harta bendanya untuk membantu dakwah Nabi Muhammad
Saw
3. Rasulullah saw. bersabda, “Hai sahabatku yang budiman, kalau sudah semua
harta bendamu kau korbankan apa lagi yang akan engkau tinggalkan buat
anak-anak dan isterimu?” Pertanyaan Rasulullah saw. tersebut ditujukan
kepada sahabatnya yang bernama?
a. Abu Bakar ash-Shidiq
b. Umar bin Khattab
c. Ustman bin Affan
d. Ali bin Abi Thalib
4. Salah satu istri Nabi Muhammad Saw adalah bernama Hafshah. Beliau
merupakan anak dari sahabat Nabi Muhammad Saw yang bernama…
a. Abu Bakar ash-Shidiq
b. Umar bin Khattab
c. Ustman bin Affan
d. Ali bin Abi Thalib
5. Salah satu sahabat Nabi Muhammad Saw pernah berkata: “aku (berkenan)
menjadi pelayan pada orang yang mengajarku walaupun hanya satu huruf”.
Siapakah Nabi sahabat Nabi Muhammad Saw tersebut?
72
a. Abu Bakar ash-Shidiq
b. Umar bin Khattab
c. Ustman bin Affan
d. Ali bin Abi Thalib
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 1.
Tingkat penguasaan materi = jumlah jawaban yang benar x 100%
jumlah soal
TUGAS AKHIR
73
Setelah mempelajari materi yang terdapat pada kegiatan belajar 1 s.d. 4, buatlah
peta konsep dari materi Kisah-Kisah Teladan disertai cara meneladani hikmah dari
kisah-kisah teladan tersebut dalam kehidupan sehari-hari!
TES SUMATIF
4. Kisah Ashabul Kahfi ini diabadikan oleh Allah Swt dalam Q.S. Al-Kahfi.
Menurut M. Quraish Shihab, surah ini dinamakan “al-Kahf” yang berarti…
74
a. Penghuni
b. Gua
c. Pemuda
d. Raja
5. « Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah
sembilan tahun. « (QS. al-Kahfi [18]: 25). Siapakah yang dimaksud dalam
ayat tersebut?
a. Nabi Sulaiman as
b. Ashabul Kahfi
c. Nabi Muhammad Saw
d. Nabi Musa as
6. Salah satu hikmah kisah Ashabul Kahfi adalah…
a. Melarikan diri dari tanggungjawab keluarga dan sembunyi di Gua
b. Menentang raja yang zalim yang memaksakan kehendak
c. Tunduk terhadap perintah raja untuk menjalankan misi
d. Mempertahankan keimanan walaupun dalam ancaman penguasa zalim
7. Nabi Yunus bin Matta merupakan keturunan Benyamin bin Ya’qub bin Ishaq
bin Ibrahim. Nabi Yunus lahir di negara…
a. Palestina
b. Mesir
c. Pakistan
d. Madinah
8. Nabi Yunus a.s memiliki dua gelar, yaitu S}a>hib al-H}u>t dan Zun Nun.
Apa arti dari S}a>hib al-H}u>t?
a. Orang yang banyak bertasbih kepada Allah dan sebaik-baik hamba-Nya.
b. Orang yang berada dalam perut ikan Paus
c. Orang yang banyak beribadah
d. Orang yang banyak bersedekah
9. “Dan ambillah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu
dan janganlah engkau melanggar sumpah…” (Q.S S}ad [38]: 44). Ayat ini
menjelaskan kisah tentang?
75
a. Nabi Sulaiman as dengan Ratu Bilqis
b. Nabi Yunus as dengan umatnya
c. Nabi Ayyub as dengan istrinya
d. Nabi Dawud as dengan Nabi Sulaiman As
10. Siapakah Sahabat Nabi yang dipilih menjadi Kholifah dengan cara ditunjuk
karena pernah menggantikan Nabi Muhammad Saw menjadi imam sholat…
a. Abu Bakar Ash-Shidiq ra
b. Umar bin Khattab ra
c. Ali bin Abi Thalib ra
d. Usman bin Affan ra
11. Umar bin Khattan diberikah gelar “Al-Faruq” karena…
a. Berbeda dengan para sahabat lainnya
b. Berani menunjukkan keislamannya saat masih di Makkah
c. Berani dalam melawan musuh-musuh Nabi Muhamad Saw
d. Menjadi mertua Rasulullah
12. Usman bin Affan diberikan gelar sebagai dzun-nurain (pemilik dua cahaya)
dikarenakan…
a. Sahabat Nabi yang terkenal banyak sedekah dan pemalu
b. Sahabat Nabi yang menikah dua putri Rasulullah
c. Sahabat Nabi yang menjadi Khalifah setelah Umar bin Khattab
d. Sahabat Nabi yang banyak melakukan kebaikan dan meninggalkan
keburukan
13. Rasulullah Saw pernah bersabda, “Barang siapa membeli sumur Rawmah,
baginya surga.” Siapakah Sahabat Rasul yang dapat membeli sumur
tersebut?
a. Abu Bakar Ash-Shidiq ra
76
b. Umar bin Khattab ra
c. Ali bin Abi Thalib ra
d. Usman bin Affan ra
14. Sahabat Rasul yang merupakah bagian dari Nabi Muhammad Saw dan
dikenal memiliki ilmu yang luas adalah…
a. Abu Bakar Ash-Shidiq ra
b. Umar bin Khattab ra
c. Ali bin Abi Thalib ra
a. Usman bin Affan ra
15. Apa arti dari Khulafaur Rosyidin?
a. Para khalifah yang sukses
b. Para Khalifah yang arif bijaksana
c. Para Khalifah yang dijamin masuk surga
d. Para Khalifah yang diridloi Allah
KUNCI JAWABAN
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
Tes Formaif 1
1. D
77
2. C
3. A
4. C
5. D
Tes Formatif 2
1. B
2. D
3. C
4. A
5. C
Tes Formatif 3
1. B
2. C
3. C
4. C
5. D
Tes Formatif 4
1. B
2. C
3. A
4. B
5. D
78
3. D
4. B
5. B
6. D
7. A
8. B
9. C
10. A
11. B
12. B
13. D
14. C
15. D
DAFTAR PUSTAKA
79
Al-Asy’ari, Abdurrahman, Al-Qur’an dan Terjemahnya Dilengkapi Metode
Tahfidz (QTA), Terjemah Per Kata, Asbabun Nuzul, Hukum Tajwid, dan
Indeks Ayat, Wonosobo: Yayasan Al-Asy’ariyah, 2014).
Al-Azizi, Abdul Syukur, Sejarah Terlengkap Peradaban Islam,(Yogyakarta:
Noktah, 2017)
Antonio, Muhammad Syafii, Muhammad Saw. The Super Leader Super Manager,
(Jakarta: ProLM Centre & Tazkia Publishing, 2009).
Az-Zain, Muhammad Basam Rusydi, Sekolah Para Nabi 1 Membuka Pintu
Kehadiran Ilahi, (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2007)
Az-Zain, Muhammad Basam Rusydi, Sekolah Para Nabi 2 Menabur Kasih Sayang
di Bumi, (terj.) oleh Fadhilah Ulfa & Ismail Jalili, (Yogyakarta: Pustaka
Marwa, 2007).
Djalaluddin, Ahmad, Manajemen Qur’ani Menerjemahkan Idarah Ilahiyah dalam
Kehidupan Insaniyah (Seri Integrasi), (Malang: UIN-Maliki Press, 2014).
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan
Saintifik Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII, (Jakarta:
Kementerian Agama, 2014)
Kertanegara, Mulyadhi, Lentera Kehidupan Panduan Memahami Tuhan, Alam, dan
Manusia, (Bandung: Mizan Pustaka, 2017).
Mubasysyiroh-Al-Atsariyah, Keutamaan Khulafa’ ur Rasyidin, Arief Mustaqim,
(ed.), (Yogyakarta: Maktabah al-Hanif, 2017)
Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997).
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakarat, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2014)
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 1, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017).
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 5, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017)
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 7, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017).
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 11, Edisi 2017, (Tangerang: PT Lentera Hati, 2017).
Sjadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara ajaran, sejarah, dan pemikiran, edisi 5,
(Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1993
Tasmara, Toto, Spiritual Centered Leadership (Kepemimpinan Berbasis Spiritual),
(Jakarta: Gema Insani Press, 2006).
Yasid, Abu dalam kata pengantarnya buku Afifuddin Muhajir, Fiqh Tata Negara,
(Yogyakarta: iRCiSod, 2017)
80
GLOSARIUM
As}h}a>bul Kahfi Penghuni-penghuni Gua
S}a>hib al-H}u>t Nabi yang berada dalam (perut) ikan
Syadi>d al-U>b Nabi yang banyak bertasbih kepada Allah Swt
81
Al-‘Atiq” Orang yang terbebas dari siksa Neraka
Khulafaur Rosyidin Para Khalifah yang Arif Bijaksana
Dzun-Nurain Pemilik dua cahaya
82
No. Kode: ....../2018
Penulis:
Dr. Sangkot Sirait, M.Ag
1
DAFTAR ISI
MODUL 5: ILMU KALAM
2
PENDAHULUAN
RELEVANSI
Dalam kajian Akidah Akhlak, ilmu kalam merupakan perkara penting,
karena ini berkaitan tentang keimanan dan ketauhidan kepada Allah Swt. Kajian
ilmu kalam dalam modul ini meliputi akidah Islam, tauhid, ilmu kalam, dan aliran-
aliran yang berkembang dalam ilmu kalam.
Kajian tentang ilmu kalam akan memberikan pandangan tentang perbedaan
dalam aliran-aliran ilmu kalam tentang Tuhan, karena pada dasarnya pusat kajian
akidah akhlak adalah Tuhan itu sendiri. Pada modul ini fosus mengkaji konsep
akidah Islam, bertauhid kepada Allah, ilmu kalam, serta aliran-aliran yang
berkembang, seperti Jabariyah, Qadariyah, Mu’tazilah, dan lain sebagainya.
PETUNJUK BELAJAR
Agar Anda dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan, Anda dapat mengikuti petunjuk berikut.
1. Bacalah secara cermat tujuan belajar yang hendak dicapai.
2. Pelajari contoh yang tersedia.
3. Cermati materi ilmu kalam, dengan beri tanda-tanda khusus pada bagian yang
menurut Anda sangat penting.
3
4. Lihatlah glosarium yang terletak di bagian akhir tulisan ini, apabila
menemukan istilah-istilah khusus yang kurang Anda pahami.
5. Kerjakan latihan dengan baik, untuk memperlancar pemahaman Anda.
6. Setelah Anda mempersiapkan segala peralatan yang diperlukan, mulailah
membaca modul ini secara teliti dan berurutan.
4
Mengidentifikasi Akidah Islam meliputi konsep akidah Islam, sumber
akidah Islam, dan perbedaan antara iman (akidah-tauhid), Islam (syari’ah), dan
ihsan (akhlak).
POKOK-POKOK MATERI
A. Akidah Islam
1. Definisi Akidah Islam
2. Sumber Akidah Islam
B. Iman, Islam, dan Ihsan
1. Definisi Iman, Islam, dan Ihsan
2. Perbedaan antara Iman, Islam, dan Ihsan
3. Integrasi Iman (akidah) dan Islam (syari’ah) dengan Ihsan
(akhlak)
URAIAN MATERI
A. AKIDAH ISLAM
1. Pengertian Akidah Islam
5
Akidah secara etimologi berasal dari kata ‘aqd yang berarti ikatan.”
Ungkapan kalimat ”اعتقدت كذاArtinya saya ber-i’tiqad begini. Maksudnya,
saya mempercayai dan meyakini kebenaran ajaran-ajaran agama ini dengan
sepenuh hati saya. Kata ‘aqd menurut Raghib al-Asfahani adalah mengikat
dua ujung dari sesuatu dengan kuat dan tidak mudah lepas. Berbeda dengan
kata ربطyg juga berarti ikatan, karena ربطadalah ikatan yg mudah lepas,
seperti ikatan sepatu sedangkan akidah adalah ikatan yang kuat.
Akidah secara terminologi adalah suatu kepercayaan yang diyakini
kebenarannya oleh seseorang yang mempengaruhi (mengikat) cara ia
berfikir, berucap dan berbuat dan merupakan perbuatan hati. Oleh karena
itu muslim yang berakidah berarti orang Islam yang telah mengikatkan
keyakinan hatinya dengan ajaran-ajaran Islam dengan kuat tanpa ada
keraguan sedikitpun sehingga cara ia berfikir, berucap dan bertindaknya
selalu diwarnai oleh ajaran-ajaran islam sesuai dengan tingkat kedalaman
kepercayaan itu sendiri.
Menurut Yusuf Qardawi, akidah adalah suatu kepercayaan yang
meresap ke dalam hati dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan
keraguan serta menjadi alat kontrol bagi tingkah laku dan perbuatan sehari-
hari. Jika kata Akidah diikuti dengan kata Islam, maka berarti ikatan
keyakinan yang berdasarkan ajaran Islam. Hal tersebut sama dengan kata
iman (keyakinan) yang terpatri kuat dalam hati seseorang muslim.
Akidah Islam mengandung arti ketertundukan hati yang melahirkan
dan merefleksikan, kepatuhan, kerelaan dan keikhlasan dalam menjalankan
perintah Allah swt. Oleh sebab itu, seseorang yang berakidah islamiyah
yang benar adalah seseorang yang keterkaitan antara hati, ucapan dan
perbuatannya secara kuat dan padu terhadap ajaran islam sehingga
melahirkan akhlak yang terpuji baik terhadap Allah atau terhadap sesama
makhluk.
2. Sumber Akidah Islam
Akidah Islam bersumber dari al-Qur’an, al-Hadis dan ijtihad
(dengan kemampuan akal yang sehat), sehingga mayoritas ulama
6
berpendapat bahwa rukun iman berjumlah enam. Lima dijelaskan oleh Allah
dalam QS al-Baqarah [2]: 177
Bukanlah menghadapkan wajah kamu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi…
7
mengatakan: “seandainya Tuhan tidak menciptakan dunia yang kita lihat ini,
apakah Tuhan juga tidak ada?” Ini salah satu contoh saja untuk menunjukkan
bahwa akan ditemukan berbagai kesulitan ketika pendekatan nalar (logika)
digunakan untuk membuktikan adanya Tuhan itu. Kesulitan besar akan
ditemukan lagi, yakni ketika siswa secara kritis melihat dan menemukan bahwa
banyak sekali kejahatan di dunia ciptaan Tuhan ini. Di kepala siswa akan
menumpuk seribu satu pertanyaan tentang fenomena yang demikian. Misalnya
mereka akan bertanya, mengapa hal itu bisa terjadi, mengapa Tuhan
membiarkan hal itu terjadi, mengapa Tuhan tidak menghukum mereka yang
berbuat kejahatan itu. Demikian pula orang-orang yang banyak berbuat
kebajikan, tetapi justru mereka hidup dalam kesulitan atau penindasan.
Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran iman terhadap siswa,
pendekatan kesadaran kehadiran Tuhan dalam diri seseorang mungkin salah
salah satu cara yang lebih tepat daripada hanya menekankan doktrin bahwa
Tuhan itu ada dan wajib kita imani. Penekanan pendekatan ini secara terus
menerus akan menjadikan siswa merasa bahwa Tuhan selalu hadir dan
memperhatikan apa saja yang mereka lakukan, bahkan apa saja yang tergerak
dalam hati dan pikitan mereka. Dengan demikian, seorang guru, secara tidak
langsung telah mengajarkan konsep ihsan 1 kepada siswa bersamaan dengan
konsep iman.
Islam berasal dari kata aslama-yuslimu-isla>m-sala>m atau sala>mah,
yaitu tunduk kepada kehendak Allah Swt. agar mencapai sala>m/sala>mah
(keselamatan atau kedamaian) di dunia dan Akhirat. Prosesnya disebut Islam
dan pelakunya disebut muslim. Jadi, Isla>m adalah proses bukan tujuan. 2
Makna yang sama disampaikan oleh Maulana Muhammad Ali yang dikutip
1
Sembahlah Tuhan seolah-olah engkau melihat Dia (Allah). Jika engkau tidak melihat Dia
(Allah), tetapi Dia (Allah) senantiasa melihatmu.
2
Yudian Wahyudi, Islam dan Nasionalisme Sebuah Pendekatan Maqashid Syari’ah,
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2006), hlm.7. Menurut Yudian Wahyudi, ada tiga kehendak
Allah yang jika diikuti akan menghantarkan manusia pada keselamatan dan kedamaian dari dunia
sampai Akhirat, yaitu pertama, kehendak Allah yang terdapat dalam ayat Qur’aniah (Al-Qur’an dan
Hadis), kedua, kehendak Allah yang terdapat dalam ayat Kauniah, dan ketiga, kehendak Allah yang
terdapat dalam ayat Insaniah. (hlm. 7-10).
8
Abuddin Nata, kata aslama tersebut pada mulanya berasal dari salima, yang
berarti selamat, sentosa, dan damai. Dari pengertian demikian secara harfiah
Isla>m dapat diartikan patuh, tunduk, berserah diri (kepada Allah) untuk
mencapai keselamatan.3Isla>m, menurut Harun Nasution adalah menyerahkan
diri sebulatnya kepada kehendak Tuhan. Dengan menyerahkan diri ini, yaitu
dengan patuh kepada perintah dan larangan-larangan Tuhanlah, orang dalam
monoteisme mencoba mencari keselamatan.4
Kata ihsan berasal dari bahasa Arab, yaitu ahsana, yahsinu, ihasanan,
yang artinya berbuat puncak ke baikan atau puncak berbuat kebajikan. Kata
ihsan dalam al-Qur’an diulang sebanyak 12 kali, dengan arti yang beraneka
ragam. Di antaranya ada yang berarti puncak berbuat baik atau puncak
perbuatan baik (karena itu kata ihsan lebih luas maknanya dari sekedar
“memberi nikmat atau nafkah pada pihak lain” maknanya lebih luas dan lebih
dalam dari pada kandungan makna “adil” karena adil adalah” memperlakukan
orang lain sama dengan mereka memperlakuan mereka kepada anda”
sedang ihsan. Adalah memperlakukan orang lain lebih baik dari pada
perlakuannya kepada anda”. Adil adalah mengambil semua hak anda dan
atau memberi hak semua orang lain, sedangkan ihsan adalah memberi lebih
banyak daripada yang anda berikan dan mengambil lebih sedikit dari pada yang
seharusnya anda ambil”. Terhadap hamba, ihsan tercapai saat seseorang
memandang dirinya pada diri orang lain sehingga dia memberi untuknya apa
yang seharusnya dia beri untuk dirinya; sedang ihsan antara hamba dengan
Allah adalah leburnya diri sehingga dia hanya” melihat” Allah karena itu pula,
ihsan antara hamba dengan sesama manusia wujud, ketika dia tidak melihat
lagi dirinya dan hanya melihat orang lain itu. Siapa yang melihat dirinya pada
posisi kebutuhan orang lain dan tidak melihat dirinya pada saat beribadah
kepada Allah maka dia itulah yang berhak menyandang sifat ihsan dan ketika
3
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), cetakan
keempat, hlm.290. Atau dibaca dalam Maulana Muhammad Ali, Islamologi (Dinul Islam), (terj.) R.
Kaelan dan HM Bachrun, (Jakarta: PT Ikhtiar Baru-Van Hoeve, 1980).
4
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Universitas Indonesia
(UI-Press), 1985, cetakan kelima, hlm.16
9
itu pula dia telah mencapai puncak dalam segala amalnya. Firman Allah dalam
QS. An-Nahl [16]: 90, Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan…” dan Q.S. al-Baqarah [2]: 83 “Dan (ingatlah) ketika kami
mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah Allah,
dan berbuat baiklah kepada ibu bapak…”
Pada ayat-ayat tersebut kata ihsan selalu diartikan berbuat baik dan
dihubungkan dengan berbagai masalah sosial, yaitu berbuat baik dalam bentuk
mau memaafkan kesalahan orang lain, dalam memimpin masyarakat atau
memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan dalam hubungannya dengan
kedua orang tua. Dengan demikian kata ihsan lebih menunjukkan pada akhlak
yang mulia. Sedangkan arti ihsan sebagaimana digunakan dalam arti istilah
Muraqabah adalah merasa diperhatikan oleh Allah, sehingga ia tidak berani
melakukan pelanggaran atau meninggalkan perintah Tuhan.
Menurut M. Quraish Shihab, iman (akidah) dan Islam (Syariah) tidak
boleh pisah dengan ihsan (akhlak). Hal ini didasarkan oleh hadis Rasulullah
sebagai berikut:
َال ي ُ ْؤ ِم ُن َأ َحدُ ُ ُْك َح ىَّت ُ ُِي ىب ِ َل ِخ ْي ِه َما ُ ُِي ُّب ِلنَ ْف ِس ِه
“Tidaklah BERIMAN salah seorang di antara kamu sampai ia MENYUKAI
buat saudaranya apa yang ia sukai buat dirinya. (HR Bukhari dan Muslim)
RANGKUMAN
5
M. Quraish Shihab, Yang Hilang dari Kita: Akhlak, (Tangerang: Lentera Hati, 2016), hlm.
104-106
10
1. Akidah secara bahasa (etimologi) berarti suatu kepercayaan yang diyakini
kebenarannya oleh seseorang yang mempengaruhi (mengikat) cara ia berfikir,
berucap dan berbuat.
2. Akidah Islam berarti ketertundukan hati yang melahirkan dan merefleksikan,
kepatuhan, kerelaan dan keikhlasan dalam menjalankan perintah Allah Swt.
Orang yang berakidah Islam adalah yang terikat hati, ucapan, dan perbuatannya
dengan ajaran Islam sehingga melahirkan akhlak yang terpuji baik terhadap
Allah maupun sesama makhluk.
3. Sumber akidah Islam adalah al-Qur’an, al-Hadis, dan ijtihad dengan benar.
4. Iman artinya percaya dengan sepenuh hati. Rukun iman artinya dasar iman atau
tiang iman.
5. Islam berasal dari kata aslama-yuslimu-isla>m-sala>m atau sala>mah, yaitu
tunduk kepada kehendak Allah Swt. agar mencapai sala>m/sala>mah
(keselamatan atau kedamaian) di dunia dan Akhirat. Prosesnya disebut Islam
dan pelakunya disebut muslim.
6. Ihsan berasal dari bahasa Arab, yaitu ahsana, yahsinu, ihasanan, yang artinya
berbuat puncak ke baikan atau puncak berbuat kebajikan.
7. Iman (akidah-tauhid) dan Islam (syariah) selalu terintegrasi dengan Ihsan
(akhlak), sehingga dapat diartikan bahwa orang yang beriman dan beragama
Islam adalah orang-orang yang memiliki akhlak yang baik kepada Allah,
kepada sesama manusia, maupun makhluk lain. Manusia menjadi rahmatan lil
‘alamin.
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 Akidah Islam. Agar Anda
dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 1, buatlah peta
konsep (mind map) ringkasan dari materi Kegiatan Belajar 1 sehingga lebih mudah
dipahami.
TES FORMATIF 1
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
11
1. Di antara prinsip-prinsip Akidah Islam adalah keyakinan bahwa Allah Swt.
adalah maha adil. Prinsip ini mengandung makna....
a. Keyakinan seperti ini akan menumbuhkan keyakinan bahwa apa yang
dilakukan akan mendapatkan balasan dari Allah swt.
b. Keimanan kepada allah dan kewajiban seorang hanya menyembah
kepada allah
c. Keyakinan bahwa para nabi adalah utusan Allah swt. sangat penting
d. Keyakinan seperti ini memberikan kesadaran bahwa kehidupan dunia
bukanlah akhir dari segalanya
2. Kesadaran manusia bahwa dia selalu diawasi (dilihat) oleh Allah merupakan
bentuk sikap seorang…
a. Muslim
b. Mukmin
c. Muttakin
d. Muhsin
3. Beriman kepada hari kiamat akan melahirkan sifat tidak mudah putus asa.
Tidak mudah putus asa merupakan sifat…
a. Optimisme yang tinggi
b. Kebanggan terhadap diri sendiri
c. Percaya diri yang berlebihan
d. Mengakui kehebatan diri sendiri
4. Kisah teladan yang menceritakan tentang para pemuda yang mempertahankan
keimanan kepada Allah Swt dari pemerintahan yang zalim adalah…
a. Nabi Musa as. dengan Fir’aun
b. Nabi Ibrahim dengan raja Namrud
c. Ashabul Uhud
d. Ashabul Kahfi
12
5. Berikut ini merupakan cerminan perilaku seseorang yang mengimani kitab
Allah adalah …
a. Memahami, menghayati, menjiwai dan mengamalkan Al-Qur’an
b. Mengikuti Musabaqah Tilawatil Qur’an
c. Merenungkan kandungan Al-Qur’an
d. Membaca Al-Qur’an hingga khatam
13
CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN
Menjelaskan tentang konsep tauhid dan mengidentifikasi perilaku syirik yang dapat
membatalkan tauhid (pengesaan) kepada Allah Swt.
SUBCAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN
1. Menjelaskan tentang konsep tauhid (pengesaan) kepada Allah Swt.
2. Menyajikan contoh-contoh perilaku syirik yang dapat membatalkan tauhid
(pengesaan) kepada Allah Swt.
POKOK-POKOK MATERI
URAIAN MATERI
A. Definisi Tauhid
Tauhid artinya mengesakan Tuhan. Tauhid adalah pemurnian ibadah
kepada Allah. Artinya, menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni
dan konsekwen dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala
laranganNya, dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-
Nya. Untuk inilah sebenarnya manusia diciptakan Allah, dan sesungguhnya
misi para Rasul adalah untuk menegakkan tauhid dalam pengertian tersebut di
atas, mulai dari Rasul pertama sampai Rasul terakhir, yaitu Nabi Muhammad
SAW. (Lihat QS. an-Nahl [16]: 36, QS. al-Anbiya’ [21]: 25, QS. al-A’raf [7]:
59, 65, 73, dan 85, dan lain-lain).
14
Tauhid merupakan perintah Allah yang paling utama dan
pertama. Allah berfirman,
َََٰن َإِ ۡح َٰسناَوبِ ِذيَٱ ۡلقُ ۡربى َِ ّلل َوَل َتُ ۡش ِر ُكوا َبِ َِهۦ َش ۡيَ ۖا َوَبِٱ ۡل َٰولِد ۡي
ََ ۞وَٱ ۡعبُدُواَ َٱ
َب
َِ احِ ص َ ب َوَٱل َِ ُين َوَٱ ۡلجا َِر َ ِذي َٱ ۡلقُ ۡربىََٰ َوَٱ ۡلجا َِر َٱ ۡل ُجن َِ وَٱ ۡلي َٰتمىََٰ َوَٱ ۡلم َٰس ِك
َّللََلَيُ ِح ُّبَمنَكانَ ُم ۡختاَل ََ يلَوماَملك ۡتَأ ۡي َٰمنُ َُكمََۡإِنَ َٱ َِ ِسب
َ نَٱل َِ بَوَٱ ۡبَِ َبِٱ ۡلج ۢن
َ َ٣٦َف ُخو ًرا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri.” (An-Nisa: [4]: 36).
Dalam ayat ini Allah menyebutkan hal-hal yang Dia perintahkan. Hal
pertama yang Dia perintahkan adalah untuk menyembahNya dan tidak
menyekutukanNya. Perintah ini didahulukan daripada berbuat baik kepada
orang tua serta manusia-manusia pada umumnya. Maka sangatlah aneh jika
seseorang bersikap sangat baik terhadap sesama manusia, namun dia banyak
menyepelekan hak-hak Tuhannya terutama hak beribadah hanya kepadaNya
semata.
Berdasarkan pada pentingnya peranan tauhid dalam kehidupan
manusia, maka wajib bagi setiap muslim mempelajarinya. Tauhid bukan
sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam semesta ini adalah Allah;
bukan sekedar mengetahui bukti-bukti rasional tentang kebenaran wujud
(keberadaan) Nya, dan wahdaniyah(keesaan) Nya, dan bukan pula sekedar
mengenal Asma’ dan Sifat-Nya. Iblis mempercayai bahwa Tuhannya adalah
Allah; bahkan mengakui keesaan dan kemaha-kuasaan Allah dengan meminta
kepada Allah melalui Asma’ dan Sifat-Nya. Kaum jahiliyah kuno yang
dihadapi Rasulullah juga meyakini bahwa Tuhan Pencipta, Pengatur,
Pemelihara dan Penguasa alam semesta ini adalah Allah. (Lihat Al Qur’an: QS.
Sad [38]: 82, QS. Luqman [31]: 25, QS. Al-Mu’minun [23]: 84-89). Namun,
kepercayaan dan keyakinan mereka itu belumlah menjadikan mereka sebagai
makhluk yang berpredikat muslim, yang beriman kepada Allah.
15
B. Kedudukan Tauhid
Tauhid memiliki kedudukan yang sangat tinggi di dalam agama ini.
Pada bahasan ini akan disampaikan tentang kedudukan Tauhid
Uluhiyah (ibadah), karena hal inilah yang banyak sekali dilanggar oleh
mereka-mereka yang mengaku diri mereka sebagai seorang muslim namun
pada kenyataannya mereka menujukkan sebagian bentuk ibadah mereka
kepada selain Allah.
1. Tauhid adalah Tujuan Penciptaan Manusia
Allah berfirman dalam QS Adz-Dzariyat [51]: 56 tentang tujuan
penciptaan jin dan manusia untuk beribadah kepada-Nya.
َ َ١١٥َس ۡبتُمََۡأنَماَخل ۡق َٰن ُكمۡ َعبثاَوأنَ ُكمۡ َإِل ۡيناََلَتُ ۡرج ُعون
ِ أف ح
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan
kamu secara main-main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada
Kami?” (QS. Al-Mu’minun [23]: 115)
16
2. Tauhid Adalah Tujuan Diutusnya Para Rosul
Allah berfirman dalam QS. an-Nahl [16]: 36 tentang tujuan
diutusanya para rasul kepada umat manusia adalah untuk menyembah
kepada Allah Swt.
َٰ
َۖ ُّلل َوَٱ ۡجتنِبُواَ َٱلطَغ
َوت ََ وَل َأ ِن َٱ ۡعبُدُواَ َٱ
ً س ُ ولق َۡد َبع ۡثنا َفِي َ ُك ِّل َأُ َم ٖة َ َر
ِ ض َٰلل َةُ َف
َسي ُروا َفِي َ ّللُ َو ِم ۡن ُهم َ َم ۡن َحقَ ۡت َعل ۡي ِه َٱل
ََ ف ِم ۡن ُهم َ َم ۡن َهدى َٱ
َ َ٣٦َََعقِبةَُٱ ۡل ُمك ِّذبِين
َٰ ظُ ُرواََك ۡيفَكان َ ضَفَٱنَِ ٱ ۡۡل ۡر
“Dan sungguh Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): ‘Sembahlah Allah, dan jauhilah Thaghut itu’… (QS. an-Nahl
[16]: 36)
Makna dari ayat ini adalah bahwa para Rasul mulai dari Nabi Nuh
sampai Nabi terakhir Nabi kita Muhammad Saw diutus oleh Allah untuk
mengajak kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak
memepersekutukanNya dengan sesuatu apapun.
3. Perilaku Bertauhid
Mengenai perilaku orang bertauhid (mengesakan Tuhan)
diterangkan dengan ringkas dalam ayat berikut ini:
َُ ََولمۡ َي ُكنَلَ َهۥ٣َ ََلمۡ َيلِ ۡد َولمۡ َيُول ۡد٢َ صم َُد ََ قُلَۡ َهُو َٱ
ََ ََٱ١ٌَّللَُأحد
َ ّللَُٱل
َ َ٤َُكفُ ًواَأح ۢ ُد
Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa (1), Allah
tempat meminta segala sesuatu (2), (Allah) tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan, (3) Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (QS Al-
Ikhlash [112]: 1-4).
17
semata. Sebab, Allah-lah pemilik sejati segalanya, termasuk pemilik dirinya
sendiri. Jika Sang Maha Esa memberi, tiada yang sanggup menghalangi.
Jika Sang Maha Esa menghalangi, tiada yang sanggup memberi.
Manusia yang bertauhid tidak terlalu terpengaruh dengan
perubahan-perubahan duniawi yang sifatnya fana, relatif, dan sementara ini.
Sebab, dia bergantung sepenuhnya pada Yang Mahamutlak. Dia yakin
bahwa semua berasal dari Yang Maha Esa dan pada akhirnya akan kembali
kepada-Nya, sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Al-Baqarah [2]: 156
َب َ ِّمن ٖ س ُكمۡ َإِ ََل َفِيَ ِك َٰت َِ صيب ٖة َفِيَٱ ۡۡل ۡر
ِ ُض َوَل َفِ ٓي َأنف ِ مَآ َأصاب َ ِمنَ ُّم
ۡ
َ َۡلِّك ۡيلََتأس ۡواَعلىَٰ َماَفات ُكم٢٢َيرٞ س َٰ
ََ ق ۡب ِلَأنَنَ ۡبرأهآَإِنَ َذلِكَعلىَٱ
ِ ّللَِي
َ٢٣َّللََُلَيُ ِح ُّبَ ُك َلَ ُم ۡخت ٖالَف ُخو ٍر ََ وَلَت ۡفر ُحواَبِمآَءات َٰى ُكمۡ َوَٱ
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri,
semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfudz) sebelum Kami
mewujudkan-nya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah (22) Agar
kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan
pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah
tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri. (23)
18
"Orang Mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik
akhlaknya. Dan, sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap
istrinya" (HR Tirmidzi).
" Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling bermanfaat magi
manusia lainnya” (HR. Thabrani)
َّلل ََل َي ۡغفِ ُر َأنَيُ ۡشرك َبِ َِهۦ َوي ۡغفِ ُر َماَدُون ََٰذلِك َلِمنَيشآ ُء َومنََ إِنََ َٱ
َ َ٤٨َىَإِ ۡث ًماَع ِظي ًما ََٰٓ ّللَِفق ِدَٱ ۡفتر
ََ يُ ۡش ِر ۡكََبِٱ
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka
sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar. (QS. an-Nisa [4]: 48)
19
Diriwayatkan dari shohabat Abdulloh bin Mas’ud rodiAllahu anhu
berkata: bahwa Rosululloh sholAllahu alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa mati dalam menyembah sesembahan selain Allah
sebagai tandingannya, maka masuklah ia kedalam neraka.” (HR.
Bukhori)
Jadi syirik terbagi menjadi dua macam; yaitu syirik akbar (besar):
memperlakukan sesuatu selain Allah sama dengan Allah, dalam hal-hal
yang merupakan hak khusus baginya. Syirik asghor (kecil: perbuatan yang
disebutkan didalam Al Qur’an dan Hadis sebagai suatu kesyirikan tetapi
belum sampai ke tingkat syirik akbar.
Adapun perbedaan di antara keduanya: Syirik akbar (besar(
menghapus semua/seluruh amal kebajikan, sedangkan syirik ashghar (kecil)
hanya menghapuskan amalan yang disertainya saja. Syirik akbar
mengakibatkan pelakunya kekal di dalam Neraka, sedangkan syirik ashghor
tidak sampai demikian. Syirik akbar menjadikan pelakunya keluar dari
Islam, sedangkan syirik ashghor tidak menyebabkan pelakunya keluar dari
Islam. Syirik ashghor ini adalah perbuatan dosa yang paling dikhawatirkan
oleh Rosululloh sholAllahu alaihi wa sallam terhadap para shahabatnya,
padahal mereka itu adalah orang-orang sholih.
Surga dan neraka benar-benar ada, dan keduanya merupakan makhluk
ciptaan Allah Swt. Barangsiapa mati dalam keadaan tidak berbuat syirik
kepada Allah sedikitpun, ia dijanjikan masuk surga. Tetapi barangsiapa
20
meninggal dalam keadaan menyekutukan Allah, maka ia akan masuk neraka
jahannam, sekalipun banyak sekali peribadatan yang telah ia kerjakan.
Masalah penting, yaitu: bahwa Nabi Ibrahim memohon kepada Allah untuk
dirinya dan anak cucunya supaya dijauhkan dari perbuatan menyembah
berhala. Nabi Ibrahim mengambil pelajaran dari keadaan sebagian besar
manusia, yaitu: bahwa mereka itu adalah sebagaimana kata beliau:
2. Bahaya Syirik
Di antara kerusakan dan bahaya akibat perbuatan syirik adalah:
Pertama: syirik merendahkan eksistensi kemanusiaan. Syirik menghinakan
kemuliaan, menurunkan derajat dan martabatnya. Sebab Allah menjadikan
manusia sebagai hamba Allah di muka bumi. Allah memuliakannya,
mengajarkan seluruh nama-nama, lalu menundukkan baginya apa yang ada
di langit dan di bumi semuanya. Allah telah menjadikan manusia sebagai
penguasa di jagad raya ini. Tetapi kemudian ia tidak mengetahui derajat dan
martabat dirinya. Ia lalu menjadikan sebagian dari makhluk Allah sebagai
Tuhan dan sesembahan. Ia tunduk dan menghinakan diri kepadanya. Allah
Swtberfirman:
َ َ٢١َََولهُمَ َم َٰق ِم ُعَ ِم ۡنَح ِد ٖيد٢٠َصه َُرَبِ َِهۦَمَاَفِيَبُطُونِ ِهمۡ َوَٱ ۡل ُجلُو َُد
ۡ ُي
“Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat
sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) di buat orang. (Berhala-
berhala) itu benda mati, tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak
mengetahui bilakah penyembah penyembahnya akan dibangkitkan”. (QS.
Al-Hajj: [22]: 20-21)
ََ ُحنفآءََ ِ َّللَِغ ۡيرَ ُم ۡش ِر ِكينَبِ ِهۦََومنَيُ ۡش ِر ۡكََبِٱ
َ ّللَِفكأنَماَخ َرَ ِمنَٱل
َسمآ َِء
َ َ٣١َيق ٖ انَس ِح ٖ يحَفِيَمك ِّ فت ۡخطفُهَُٱلطَ ۡي َُرَأ َۡوَت ۡه ِويَبِ ِهَٱ
َُ لر
21
Beribadahlah) dengan ikhlas kepada Allah, tanpa mempersekutukan-Nya.
Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka seakan-akan dia jatuh dari
langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang
jauh. (QS. Al-Hajj [22]: 31)
22
Keenam, syirik menyebabkan pelakunya kekal dalam Neraka.
Syirik menyebabkan kesia-siaan dan kehampaan di dunia, sedang di Akhirat
menyebabkan pelakunya kekal di dalam Neraka. Allah berfirman dalam QS.
Al-Maidah [5]: 72
َيح
َُ سِ يح َٱ ۡبنَُ َم ۡري ۖم َوقال َٱ ۡلم
َُ س ِ ّلل َهُو َٱ ۡلم
ََ لق َۡد َكفر َٱلَ ِذينَ َقالُ ٓوا َإِنَ َٱ
ََ َٰيبنِ ٓيَإِ ۡس َٰ ٓر ِءيلَٱ ۡعبُدُواََٱ
ََ ّللَربِّيَوربَ ُكمۡۖ َإِنَ َهۥَُمنَيُ ۡش ِر ۡكََبِٱ
َّللَِفق ۡدَح َرم
َٰ ۖ ۡ
َ َ٧٢َار ٖ ّللَُعل ۡي ِهَٱ ۡلجنَةََومأو َٰىهَُٱلنَا َُرَوماَلِلظَلِ ِمينََ ِم ۡنَأنص ََ ٱ
Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itu
dialah Al-Masih putra Maryam.” Padahal Al-Masih (sendiri) berkata, “Wahai
Bani Israil! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya
barang-siapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh,
Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak
ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu. (QS. Al-Maidah [5]:
72)
Ketujuh, syirik memecah belah umat, sebagaimana firman Allah Swt
dalam (QS. Ar Ruum [30]: 31-32).
23
Ada tiga sebab fundamental munculnya perilaku syirik, yaitu
kebodohan, lemahnya iman, dan taklid (ikut-ikutan secara membabi-buta).
Kebodohan adalah sebab pertama perbuatan syirik. Karenanya masyarakat
sebelum datangnya Islam disebut dengan masyarakat jahiliyah. Sebab,
mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Dalam kondisi
yang penuh dengan kebodohan itu, orang-orang cendrung berbuat syirik.
Karenanya semakin jahiliyah suatu kaum, bisa dipastikan kecendrungan
berbuat syirik semakin kuat.
Penyebab kedua perbuatan syirik adalah lemahnya iman. Seorang
yang imannya lemah cendrung berbuat maksiat. Sebab, rasa takut kepada
Allah tidak kuat. Lemahnya rasa takut kepada Allah ini akan dimanfaatkan
oleh hawa nafsu untuk menguasai diri seseorang. Sebab yang ketiga adalah
taklid. Al-Qur’an selalu menggambarkan bahwa orang-orang yang
menyekutukan Allah selalu memberi alasan mereka melakukan itu karena
mengikuti jejak nenek moyang mereka.
َولَقالُواَح ۡسبُناَما
َِ س ََ وإِذاَقِيلَل ُهمۡ َتعال ۡواَإِل َٰىَمآَأنزلَٱ
ُ ّللَُوإِلىَٱل ََر
َوج ۡدناَعل ۡي ِهَءابآءنآَأول ۡوَكانَءابآ ُؤهُمۡ ََلَي ۡعل ُمونَش ۡيَاَوَلَي ۡهتدُون
َ١٠٤
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (mengikuti) apa yang
diturunkan Allah dan (mengikuti) Rasul.” Mereka menjawab, “Cukuplah
bagi kami apa yang kami dapati nenek moyang kami (mengerjakannya).”
Apakah (mereka akan mengikuti) juga nenek moyang mereka walaupun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula)
mendapat petunjuk? (QS. Al-Maidah [5]: 104).
RANGKUMAN
24
1. Tauhid artinya mengesakan Tuhan (Allah Swt). Tauhid adalah pemurnian
ibadah kepada Allah Swt. menghambakan diri hanya kepada Allah secara
murni dan konsekwen dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi
segala laranganNya, dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut
kepada-Nya.
2. Kedudukan tauhid dalam ajaran Islam, yaitu: (1) tujuan penciptaan manusia
untuk beribadah (bertauhid) hanya kepada Allah Swt, (2) tujuan diutusnya para
rasul untuk mengajak umat manusia beribadah (bertauhid) kepada Allah Swt,
dan (3) perilaku orang bertauhid adalah selalu mengesakan Allah Swt dan tidak
bergantung kecuali kepada Allah Swt.
3. Perilaku syirik merupakan perusak tauhid dan perbuatan yang tidak diampuni
oleh Allah Swt kecuali dengan tobat secara sungguh-sungguh. Syirik berarti
menyekutukan Allah secara zat, sifat, perbuatan, dan ibadah. Adapun syirik
secara dzat adalah dengan meyakini bahwa zat Allah seperti zat makhluk-Nya.
4. Bahaya syirik meliputi: (1) merendahkan eksistensi kemanusiaan, (2) sarang
khurafat dan kebatilan, (3) kedhaliman yang paling besar, (4) sumber dari
segala ketakutan dan kecemasan, (5) membuat orang malas melakukan
pekerjaan yang bermanfaat, dan (6) pelakunya kekal dalam Neraka (kecuali di
dunia sudah tobat dengan sungguh-sungguh), dan (7) syirik dapat memecah
belah umat.
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 2 tentang tauhid dan perusak
tauhid kepada Allah Swt, yaitu perilaku syirik. Agar Anda dapat lebih memahami
materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 2, buatlah tabel yang membedakan
antara perbuatan yang menguatkan tauhid kepada Allah Swt dan perubahan syirik
yang merusak tauhid kepada Allah Swt. Berikut ini contoh tabelnya:
TABEL. 1
Perilaku Bertauhid dan Syirik kepada Allah Swt
25
No Perilaku Bertauhid Perilaku Syirik
1 Berdoa kepada Allah Meminta pertolongan kepada dukun
2 Sholat Menyembah pohon atau patung
3 dan seterusnya…
TES FORMATIF 2
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Hubungan ilmu kalam dengan ilmu tauhid sangat erat, karena kedua disiplin
ilmu tersebut mempunyai kesamaan objek kajian, yaitu masalah ....
a. Pendekatan yang berorientasi pada keyakinan
b. Metodologi dengan dialektika dan rasional
c. Sumber rujukan seperti Al-Qur’an dan Hadis
d. Ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya
2. Seseorang yang mengakui bahwa Allah adalah Maha Pencipta segala sesuatu,
termasuk kategori tauhid…
a. uluhiyah
b. rububiyyah
c. Ilmiyah
d. Sifat
3. Tauhid dapat diartikan…
a. Menyatukan
b. Menduakan
c. Menetapkan
d. Menentuka
4. “Dan sungguh Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): ‘Sembahlah Allah, dan jauhilah Thaghut itu’… (QS. an-Nahl
[16]: 36). Ayat ini menjelaskan bahwa tugas utama diutusnya para rasul
adalah…
a. Menyampaikan wahyu kepada umat manusia
b. Menyerukan agar manusia bertauhid kepada Allah Swt
26
c. Menjadi wakil Tuhan di muka bumi
d. Mengajak manusia agar memperbanyak berbuat baik
27
KEGIATAN BELAJAR 3: ILMU KALAM
28
URAIAN MATERI
A. Ilmu Kalam
Nama lain dari Ilmu Kalam adalah Ilmu ‘Aqa>id (ilmu akidah-akidah),
Ilmu Tauhid (Ilmu tentang Kemaha Esa-an Tuhan), Ilmu Ushuluddin (Ilmu
pokok-pokok agama). Disebut juga 'Teologi Islam'. 'Theos'= Tuhan; 'Logos'=
ilmu. Berarti ilmu tentang keTuhanan yang didasarkan atas prinsip-prinsip dan
ajaran Islam; termasuk di dalamnya persoalan-persoalan ghaib.
Menurut Ibnu Khaldun dalam kitab “Muqadimah” mengatakan ilmu
kalam adalah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan-
keprcayaan iman dengan menggunakan dalil fikiran dan juga berisi tentang
bantahan-bantahan terhadap orang-orang yang mempunyai kepercayaan-
kepercayaan menyimpang. Ilmu berarti “pengetahuan”, sedangkan Kalam
berarti “pembicaraan.” Ilmu Kalam adalah pengetahuan tentang pembicaraan
yang bernalar dengan menggunakan persoalan terpenting yang di bicarakan
pada awal Islam adalah tentang Kalam Allah (Al-Qur'an); apakah azali atau
non azali. Dasar Ilmu Kalam adalah dalil-dalil pikiran (dalil ‘aqli). Dalil Naqli
(Al-Qur'an dan Hadis) baru dipakai sesudah ditetapkan kebenaran persolan
menurut akal fikiran.
Ilmu kalam adalah salah satu dari empat disiplin keilmuan yang telah
tumbuh dan menjadi bagian dari tradisi kajian tentang agama Islam. Tiga
lainnya ialah disiplin-disiplin keilmuan Fikih, Tasawuf, dan Falsafah.
Jika Ilmu Fikih membidangi segi-segi formal peribadatan dan hukum,
sehingga tekanan orientasinya sangat eksoteristik, mengenai hal-hal lahiriah,
dan Ilmu Tasawuf membidangi segi-segi penghayatan dan pengamalan
keagamaan yang lebih bersifat pribadi, sehingga tekanan orientasinya pun
29
sangat esoteristik, mengenai hal-hal batiniah, kemudian Ilmu Falsafah
membidangi hal-hal yang bersifat perenungan spekulatif tentang hidup ini dan
lingkupnya seluas-luasnya, maka Ilmu Kalam mengarahkan pembahasannya
kepada segi-segi mengenai Tuhan dan berbagai derivasinya. Karena itu ia
sering diterjemahkan sebagai Teologia, sekalipun sebenarnya tidak seluruhnya
sama dengan pengertian Teologia dalam agama Kristen, misalnya, karena itu
sebagian kalangan ahli yang menghendaki pengertian yang lebih persis akan
menerjemahkan Ilmu Kalam sebagai Teologia dialektis atau Teologia
Rasional, dan mereka melihatnya sebagai suatu disiplin yang sangat khas
Islam.
Ilmu Kalam mengarahkan pembahasannya kepada segi-segi mengenai
Tuhan dan berbagai derivasinya. Karena itu ia sering diterjemahkan sebagai
Teologia. Sebagai unsur dalam studi klasik pemikiran keislaman. Ilmu
Kalam menempati posisi yang cukup terhormat dalam tradisi keilmuan kaum
Muslim. Ini terbukti dari jenis-jenis penyebutan lain ilmu itu, yaitu sebutan
sebagai Ilmu Aqa>’id (Ilmu Akidah-akidah, yakni, Simpul-simpul
[Kepercayaan]), Ilmu Tauhid (Ilmu tentang Kemaha-Esaan [Tuhan]), dan Ilmu
Ushul al-Din (Ushuluddin, yakni, Ilmu Pokok-pokok Agama).
Di Indonesia, terutama seperti yang terdapat dalam sistem pengajaran
madrasah dan pesantren, kajian tentang Ilmu Kalam merupakan suatu kegiatan
yang tidak mungkin ditinggalkan. Ditunjukkan oleh namanya sendiri dalam
sebutan-sebutan lain tersebut di atas. Ilmu Kalam menjadi tumpuan
pemahaman tentang sendi-sendi paling pokok dalam ajaran agama Islam, yaitu
simpul-simpul kepercayaan, masalah Kemaha-Esaan Tuhan, dan pokok-pokok
ajaran
30
Kebenaran (al-haq). Sedangkan perbedaannya terletak pada cara menemukan
kebenarannya. Kebenaran dalam Tasawuf berupa tersingkapnya (kasyaf)
Kebenaran Sejati (Allah) melalui mata hati. Tasawuf menemukan kebenaran
dengan melewati beberapa jalan yaitu: maqa>ma>t, ha>l (state) kemudian
fana'.
Sedangkan kebenaran dalam Ilmu Kalam berupa diketahuinya
kebenaran ajaran agama melalui penalaran rasio lalu dirujukkan kepada nash
(al-Qur'an & Hadis). Kebenaran dalam Filsafat berupa kebenaran spekulatif
tentang segala yang ada (wujud) yakni tidak dapat dibuktikan dengan riset,
empiris, dan eksperiment. Filsafat menemukan kebenaran dengan menuangkan
akal budi secara radikal, integral, dan universal.
Hubungannya; dilihat dari titik persamaan dan perbedaan antara ilmu
kalam, tasawuf dan filsafat, maka penulis dapat merumuskan hubungan dari
ketiganya adalah saling menguatkan dan membantu dalam mencari kebenaran
yang menjadi tujuan utama ketiganya. Walaupun dengan cara yang berbeda.
Yaitu pencarian segala yang bersifat rahasia (ghaib) yang dianggap sebagai
'kebenaran terjauh' dimana tidak semua orang dapat melakukannya dan
mencari apa yang disebut kebenaran.
Tabel. 2
Perbedaan Penemuan Kebenaran Antara Ilmu Kalam, Tasawuf, dan
Filsafat
31
C. Sejarah Ilmu Kalam (Teologi Islam)
Teologi Islam atau ilmu kalam sebagai disiplin ilmu pengetahuan, baru
muncul sekitar abad ke-3 Hijrah. Hal ini sama sekali bukan berarti aspek
akidah atau teologi tidak mendapat perhatian dalam ajaran Islam atau ilmu-
ilmu keIslaman, bahkan sebaliknya dalam agama Islam aspek akidah
merupakan inti ajarannya.
Pada waktu itu umat Islam masih bersatu dalam segala persolan pokok
akidah, bersatu dalam memahaminya. Umat Islam waktu itu tidak pernah
berkeinginan untuk mengungkit persoalan akidah yang telah tertanam dan
berakar kuat dihati umat Islam karena teladan Rasulullah dan sahabatnya
merupakan model idola umat yang begitu mendarah daging mewarnai akhlak
umat pada saat itu seperti dikatakan oleh sebuah pepatah mengatakan: ”Pada
zaman Rasulullah akhlak terpuji terwujud tanpa ilmu ilmu Akhlak dan tasawuf,
sekarang ada ilmu-ilmu akhlak dan tasawwuf tapi “miskin” akhlak terpuji”
Umat Islam terus mengisi ruang sejarah yang terus berjalan hingga
sejarah itu sendiri melahirkan beberapa persoalan yang muncul kemudian yang
harus dihadapi umat Islam, termasuk dengan munculnya persoalan-persoalan
dalam masalah teologi.
1. Masalah Status dan Nasib Pelaku Dosa Besar
Ketika Nabi Muhammad saw, masih hidup, semua persoalan agama
dapat ditanyakan kepada beliau secara langsung. Jawaban dari persoalan
tersebut dapat diperoleh secara langsung dari Rasulullah saw. Para sahabat
dan kaum muslimin percaya dengan sepenuh hati, bahwa apa yang diterima
dan disampaikan oleh Nabi adalah berdasarkan wahyu Allah. Dengan
demikian, tak ada keraguan sedikitpun mengenai kebenarannya.
32
Dalam masalah akidah atau teologi, umat Islam pada masa Nabi saw,
tidak terjadi perpecahan atau pengelompokan. Mereka semua bersatu dalam
masalah akidah sampai pada masa dua kepemimpinan khulafaur rasyidin,
yakni pada masa pemerintahan khalifah Abu Bakur As-Siddiq dan Khalifah
Umar bin Khattab. Karena pada masa setelahnya umat Islam telah terusik
nafsunya untuk mengambil pemahaman secara sepihak menurut versi
kelompoknya dalam masalah agama termasuk persoalan akidah atau teologi
yang dalam agama Islam merupakan ajaran yang pokok.
Persoalan teologi dalam umat Islam memang bukan merupakan
persoalan yang muncul sebagai persolan teologis. Namun persoalan-pesoalan
teologi dalam umat Islam muncul dikarenakan isu persoalan politik yang
melahirkan persistiwa pembunuhan Usman bin Affan sebagai khalifah umat
Islam yang sah pada watu itu. Dalam peristiwa pembunuhan tersebut yang
terlibat langsung adalah umat Islam. Ternyata, persoalan pertama yang
muncul dalam Islam justru persoalan politik yang kemudian melahirkan
persoalan teologi, jadi persoalan teologi lahirnya dibidani oleh persoalan
politik.
Ketika Nabi saw. wafat, yang terpikir didalam kalangan umat (para
sahabat) adalah siapa pengganti Rasulullah saw.? kemudian berlanjut sampai
khalifah Usman yang terbunuh merupakan titik awal lahirnya permasalahan
teologi yang dipertentangkan. Dari peristiwa pembunuhan Usman yang
menjadi permaslahan adalah dosa apa yang telah diperbuat olehnya, sahabat
usman memimpin umat selama 12 tahun. Pada 6 tahun pertama situasi
ekonomi umat cukup stabil, dan 6 tahun kedua terjadilah instabilitas ekonomi
umat islam pada saat itu sehingga sahabat Usman mengeluarkan kebijakan
untuk mengangkat para pejabat negaranya yang berlatar belakang praktisi
ekonomi (saudagar) dengan harapan agar rekaperi ekonomi umat dapat segera
diwujudkan, ketepatan saja para saudagar yang diangkat Usman tersebut
adalah masih kerabat Usman, beliau berharap (berijtihad) dengan
diangkatnya saudaranya, Usman dengan mudah komunikasi dan kerja sama
untuk mengatasi kemelut ekonomi pada saat itu, namun sayang memang
33
ijtihad yang dilakukan oleh Usman meleset bahkan banyak banyak sekali aset
negara yang dipribadikan sehingga lawan politiknya menuding Usman telah
mengambil kebijakan politik ”Nepotisme” sehingga keadaan ini memicu
munculnya demontrasi yang sangat besar dan masif yang berakhir dengan
terbunuhnya beliau. Kemudian muncul pertanyaan bagaimana dosa bagi
orang-orang yang membunuh beliau? Peristiwa pembunuhan itu sebenarnya
merupakan peristiwa politik, yakni sebagai tanggapan terhadap
kebijaksanaan pemerintahan yang dijalankan pada waktu itu.
Pembicaraan masalah dosa tersebut semakin meningkat ketika terjadi
perebutan kekuasaan antara Ali dan Muawiyah dengan keputusan akhir
adanya arbitrase (tahkim) mereka yang setuju terhadap tahkim
berpendirian bahwa baik kelompok Ali atau kelompok muawiyah
keduanya adalah keluarga besar Islam oleh karena itu mereka menggunakan
ayat tahkim “apabila terjadi perselisihan kedua bela pihak yang sulit
diselesaikan maka kedua belah fihak hendaklah menunjuk juru runding”
sementara Kelompok yang tidak setuju (Khawarij) adanya arbitrase,
berpendirian bahwa orang terlibat dalam persolan arbitrase, seperti Ali bin
Ali Thalib, Muawiyah, Amr bin Ash, Abu Musa al Asy’ary dan lain-lain,
dianggap kafir, karena telah mengambil hukum yang tidak berdasarkan Al-
Qur’an.
Khawarij menyikapi Muawiyah dan kelompoknya adalah kaum
bughat (kelompok pembangkang terhadap otoritas Khalifah). Oleh karena itu
untuk menyikapi kelompok ini harusnya menggunakan dalil QS. al-Hujurat
[49]: 9, jika tidak berarti mereka tidak berhukum dengan menggunakan
hukum Allah, karena Allah berfirman di dalam QS. Al-Maidah [5]: 44,
34
kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan
adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku
adil. (QS. al-Hujurat [49]: 9)
ٓ
٤٤ ُون َ ِنز َل ٱ َّللُ فَأُو ٰلَئ
َ ك هُ ُم ٱ ۡل ٰ َكفِر َ َ… َو َمن لَّمۡ يَ ۡح ُكم بِ َمآ أ
Barang siapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itulah orang-orang kafir. (QS. Al-Maidah [5]: 44)
35
Ketiga, aliran Mu’tazilah tokoh aliran ini adalah Washil bin atho,
kaum ini tidak setuju dengan pendapat-pendapat diatas. Baginya orang yang
berdosa besar bukan kafir tetapi juga bukan mukmin. Orang yang melakukan
dosa besar mengambil posisi antara mukmin dan kafirakan tetapi fasiq.
Dalam teologi Mu’tazilah terkenal dengan paham/istilah Manzilah baina al
Manzilataini. Fasiq adalah gelar yang pantas diberikan kepada pendosa atau
bagi penikmat dosa yang tersebut dalam al Qur an, karena gelar al-Mukmin
adalah salah satu nama-nama indah milik Allah yang pantas hanya diberikan
kepada orang-orang terpuji saja yang sudah benci pada perbuatan dosa seperti
ia benci apabila dimasukkan kedalam neraka, akan tetapi ia juga tidak boleh
diberi gelar kafir karena pendosa itu masih percaya kepada kebenaran ajaran
yang dibawa oleh Rasulullah seperti ia masih bersyahadat atau shalat.
Keempat, aliran ‘Asy’ariah tokoh pendiri aliran ini adalah Abu
Hasan al-‘Asy’ari dan Maturidiyah tokoh pendiri aliran ini adalah Abu
Manshur al-Maturidi, berpendapat apabila perbuatan dosa itu berkaitan
dengan keyakinan seperti mereka berpendapat bahwa Allah tidak ada, atau
malaikat tidak ada, surga tidak ada, shalat tidak wajib dan lain-lain maka
berakibat bagi pelakunya rneyandang gelar kafir, tapi apabila perbuatan dosa
tersebut berkaitan dengan perbuatan seperti meninggalkan solat, zakat dan
lain-lain maka berakibat bagi pelakunya menyandang gelar “Mukmin ‘Ashi”
menurut ‘Asy’ariah dan bergelar “Mukmin Fasiq” bagi Maturidiyah. (lebih
lanjut pembahasan ini lebih detail dikaji dalam aliran-aliran ilmu Kalam)
RANGKUMAN
36
1. Ilmu Kalam disebut juga ilmu ‘Aqa>id (ilmu akidah-akidah), ilmu Tauhid
(Ilmu tentang Kemaha Esa-an Tuhan), Ilmu Ushuluddin (Ilmu pokok-pokok
agama). Ilmu Kalam juga disebut 'Teologi Islam'. 'Theos'= Tuhan; 'Logos'=
ilmu. Berarti ilmu tentang keTuhanan yang didasarkan atas prinsip-prinsip dan
ajaran Islam termasuk di dalamnya persoalan-persoalan ghaib.
2. Kebenaran dalam Tasawuf berupa tersingkapnya (kasyaf) kebenaran sejati
(Allah) melalui mata hati. Tasawuf menemukan kebenaran dengan melewati
beberapa jalan yaitu: maqa>ma>t, ha>l (state) kemudian fana'.
3. Kebenaran dalam Ilmu Kalam berupa kebenaran ajaran agama melalui
penalaran rasio lalu dirujukkan kepada nash (al-Qur'an & Hadis)
4. Kebenaran dalam Filsafat berupa kebenaran spekulatif tentang segala yang ada
(wujud) yakni tidak dapat dibuktikan dengan riset, empiris, dan eksperimen.
Filsafat menemukan kebenaran dengan menuangkan akal budi secara radikal,
integral, dan universal.
5. Teologi Islam atau ilmu kalam sebagai disiplin ilmu pengetahuan, baru muncul
sekitar abad ke-3 Hijrah. Hal ini sama sekali bukan berarti aspek akidah atau
teologi tidak mendapat perhatian dalam ajaran Islam atau ilmu-ilmu keIslaman,
bahkan sebaliknya dalam agama Islam aspek akidah merupakan inti ajarannya
6. Khawarij tokoh utama aliran ini adalah Abdullah al Rasibi atau Abdullah ar
Rasyidi, berpendapat bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir, artinya
keluar dari Islam (murtad) karena itu ia wajib dibunuh
7. Murji’ah tokoh aliran ini adalah Abdullah bin umar, Abu Hurairah dan lain-
lain yang menegaskan bahwa orang yang berdosa besar tetap mukmin, bukan
kafir. Adapun dosa yang dilakukannya diserahkan kepada Allah untuk
diampuni atau tidak.
8. Mu’tazilah tokoh aliran ini adalah Washil bin Atho, berpendapat bahwa orang
yang berdosa besar bukan kafir tetapi juga bukan mukmin. Orang yang
melakukan dosa besar mengambil posisi antara mukmin dan kafir akan tetapi
fasiq (Manzilah baina Manzilatain).
9. Asy’ariah tokoh pendiri adalah Abu Hasan al-‘Asy’ari dan Maturidiyah tokoh
pendiri adalah Abu Manshur al-Maturidi, berpendapat apabila perbuatan dosa
37
itu berkaitan dengan keyakinan maka kafir, tapi apabila perbuatan dosa tersebut
berkaitan dengan perbuatan seperti meninggalkan solat, zakat dan lain-lain
maka berakibat bagi pelakunya menyandang gelar “Mukmin ‘Ashi” menurut
‘Asy’ariah dan bergelar “Mukmin Fasiq” bagi Maturidiyah.
TUGAS
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 3 tentang Ilmu Kalam,
hubungan ilmu kalam dengan ilmu tasawuf, dan filsafat khususnya tentang
penemuan kebenaran, dan sejarah munculnya ilmu kalam. Agar Anda dapat lebih
memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 3, buatlah tabel yang
menjelaskan tentang perbedaan pendapat tentang dosa besar yang disampaikan oleh
Asy’ariyah, Maturidiyah, Mu’tazilah, dan Khawarij.
TABEL. 3
PELAKU DOSA BESAR
TES FORMATIF 3
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
38
1. Ilmu yang membahas masalah ketuhanan dengan menggunakan dalil-dalil
naqli dan dalil-dalil aqli/ logika (filsafat) adalah pengertian....
a. ilmu kalam
b. ilmu tauhid
c. ilmu tasawuf
d. ilmu makrifat
2. Hubungan ilmu kalam dengan ilmu tauhid sangat erat, karena kedua disiplin
ilmu tersebut mempunyai kesamaan objek kajian, yaitu masalah ....
a. Pendekatan yang berorientasi pada keyakinan
b. Metodologi dengan dialektika dan rasional
c. Sumber rujukan seperti Al-Qur’an dan Hadis
d. Ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya
3. Persoalan yang pertama muncul dalam sejarah aliran-aliran dalam ilmu kalam
adalah…
a. Agama
b. Persoalan politik
c. Penafsiran
d. Peperangan
5. Kebenaran yang diperoleh melalui mata hati (intuisi) bahkan sampai pada level
tersingkapnya tirai ketuhanan merupakan kebenaran ilmu…
a. Kalam
39
b. Filsafat
c. Tasawuf
d. Fikih
40
Mengidentifikasi aliran-aliran dalam Ilmu Kalam (Khawarij, Mu’tazilah,
‘Asy’ariyah, Maturudiyah) serta pandangan Jabariyah dan Qadariyah terhadap
perbuatan manusia.
SUBCAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN
1. Mengindentifikasi aliran-aliran dalam Ilmu Kalam (Khawarij, Mu’tazilah,
‘Asy’ariyah, Maturudiyah)
2. Menjelaskan perbedaan pandangan antara Jabariyah dan Qadariyah terhadap
perbuatan manusia
POKOK-POKOK MATERI
URAIAN MATERI
41
munculnya kelompok dari pendukung Ali yang memisahkan diri mereka
karena tidak setuju dengan sikap Ali yang menerima Tahkim dalam
menyelesaikan konfliknya dengan muawiyah bin abi Sofyan, gubernur syam,
pada waktu perang Siffin. Kelompok ini selanjutnya dikenal dengan Kelompok
Khawarij.
Lahirnya kelompok Khawarij ini dengan berbagai pendapatnya
selanjutnya, menjadi dasar kemunculan kelompok baru yang dikenal dengan
nama Murji’ah. lahirnya Aliran teologi inipun mengawali kemunculan
berbagai Aliran-Aliran teologi lainnya. Dan dalam perkembangannya telah
banyak melahirkan berbagai Aliran teologi yang masing-masing mempunyai
latar belakang dan sejarah perkembangan yang berbeda-beda.Berikut ini akan
dibahas tentang pertumbuhan dan perkembangan Aliran tersebut berikut
pokok-pokok pikiran nya masing-masing.
1. Aliran Khawarij
Aliran Khawarij merupakan Aliran teologi tertua yang merupakan
Aliran pertama yang muncul dalam teologi Islam. Menurut ibnu Abi Bakar
Ahmad Al-Syahrastani, bahwa yang disebut Khawarij adalah setiap orang
yang keluar dari imam yang hak dan telah di sepakati para jema’ah, baik ia
keluar pada masa sahabat khulafaur rasyidin, atau pada masa tabi’in secara
baik-baik. Menurut bahasa nama khawarij ini berasal dari kata “kharaja”
yang berarti keluar. Nama itu diberikan kepada mereka yang keluar dari
barisan Ali. Kelompok ini juga kadang kadang menyebut
dirinya Syurah yang berarti “golongan yang mengorbankan dirinya untuk
Allah di samping itu nama lain dari khawarij ini adalah Haruriyah, istilah
ini berasal dari kata harura, nama suatu tempat dekat Kufah, yang
merupakan tempat mereka menumpahkan rasa penyesalannya kapada Ali
bin abi Thalib yang mau berdamai dengan Mu’awiyah.
Kelompok khawarij merupakan bagian dari kelompok pendukung
Ali bin Abi Thalib yang memisahkan diri, karena sikap Ali bin abi Thalib
yang menerima tahkim (arbitrase) dalam upaya untuk menyelesaikan
42
perselisihan dan konfliknya dengan Mu’awiyah bin Abi Sofyan, gubernur
Syam, pada waktu perang Siffin.
Latar belakang ketidak setujuan mereka itu, beralasan bahwa tahkim
itu merupakan penyelesaian masalah yang tidak di dasarkan pada ajaran Al-
Qur’an, tapi ditentukan oleh manusia sendiri, dan orang yang tidak
Memutuskan hukum dengan al-quran adalah kafir. Dengan demikian, orang
yang melakukan tahkim dan merimanya adalah kafir.
Atas dasar ini, kemudian golongan yang semula mendukung Ali ini
selanjutnya berbalik menentang dan memusuhi Ali beserta tiga orang tokoh
pelaku tahkim lainnya yaitu Abu Musa Al-Asyari, Mu’awiyah bin Abi
Sofyan dan Amr Bin Ash.Untuk itu mereka berusaha keras agar dapat
membunuh ke empat tokoh ini, dan menurut fakta sejarah, hanya Ali yang
berhasil terbunuh ditangan mereka.
Diantara tokoh-tokoh khawarij yang terpenting adalah: (1) Abdullah
bin Wahab al-Rasyidi, pimpinan rombongan sewaktu mereka berkumpul di
Harura (pimpinan Khawarij pertama), (2) Urwah bin Hudair, (3) Mustarid
bin sa’ad, (4) Hausarah al-Asadi, (5) Quraib bin Maruah, (6) Nafi’ bin al-
azraq (pimpinan al-Azariqah), (7) Abdullah bin Basyir, (8) Zubair bin Ali,
(9) Qathari bin Fujaah, (10) Abd al-Rabih, (11) Abd al Karim bin ajrad, (12)
Zaid bin Asfar, (13) Abdullah bin ibad. Sedangkan sekte-sekte yang
berkembang pada aliran Khawarij adalah: (1) Al-Muhakkimah, (2) Al-
Azariqah, (3) Al-Najdat, (4) Al-baihasyiah, (5) Al-Ajaridah, (6) Al-
Sa’Alibah, (7) Al-Ibadiah, (8) Al Sufriyah.
43
tahkim—termasuk yang menerima dan mambenarkannya – dihukum
kafir;
c. Khalifah harus dipilih langsung oleh rakyat.
d. Khalifah tidak harus keturunan Arab. Dengan demikian setiap orang
muslim berhak menjadi Khalifah apabila suda memenuhi syarat-syarat.
e. Khalifah di pilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap
adil dan menjalankan syari’at islam, dan di jatuhi hukuman bunuh bila
zhalim.
f. Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ke tujuh dari masa
kekhalifahannya Usman r.a dianggap telah menyeleweng,
g. Khalifah Ali dianggap menyelewang setelah terjadi Tahkim
(Arbitrase).
2. Aliran Murji’ah
Ajaran-ajaran dalam Murji’ah sebagai berikut:
a. Iman hanya membenarkan (pengakuan) di dalam hati
b. Orang islam yang melakukan dosa besar tidak dihukumkan kafir.
c. Muslim tersebut tetap mukmin selama ia mengakui dua kalimat
syahadat.
d. Hukum terhadap perbuatan manusia di tangguhkan hingga hari kiamat.
3. Aliran Mu’tazilah
Perkataan Mu’tazilah berasal dari kata i’tizal” yang artinya
“memisahkan diri”, pada mulanya nama ini di berikan oleh orang dari luar
Mu’tazilah karena pendirinya, Washil bin Atha’, tidak sependapat dan
memisahkan diri dari gurunya, Hasan al-Bashri. Dalam perkembangan
selanjutnya, nama ini kemudian di setujui oleh pengikut Mu’tazilah dan di
gunakan sebagai nama dari bagi aliran teologi mereka.
Aliran mu’tazilah lahir kurang lebih 120 H, pada abad permulaan
kedua hijrah di kota basyrah dan mampu bertahan sampai sekarang, namun
sebenarnya, aliran ini telah muncul pada pertengahan abad pertama hijrah
yakni diisitilahkan pada para sahabat yang memisahkan diri atau besikap
netral dalam peristiwa-peristiwa politik. Yakni pada peristiwa meletusnya
44
perang jamal dan perang siffin, yang kemudian mendasari sejumlah sahabat
yang tidak mau terlibat dalam konflik tersebut dan memilih untuk
menjauhkan diri mereka dan memilih jalan tengah.
Di sisi lain, yang melatarbelakangi munculnya kedua Mu’tazilah di
atas tidaklah sama dan tidak ada hubungannya karena yang pertama lahir
akibat kemelut politik, sedangkan yang kedua muncul karena didorong oleh
persoalan aqidah. Dalam perkembangannya, Mu’tazilah pimpinan Washil
bin Atha’ lah yang menjadi salah satu aliran teologi dalam islam.
Di antara para tokoh-tokoh yang berpengaruh pada Mu’tazilah yaitu:
(1) Washil bin Atha’, (2) Abu Huzail al-Allaf, (3) Al Nazzam, dan (4) Al-
Jubba’i. Ada lima prinsip pokok ajaran Mu’tazilah yang dirumuskan oleh
Abu Huzail al-Allaf :
a. Tauhid (keesaan Allah)
b. Al-‘Adl (keadilan Tuhan)
c. al-Wa’d wa al-Wa’id (janji dan ancaman)
d. al-Manzilah baina al-Manzilatain (posisi di antara posisi)
e. Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar.
4. Ahlussunah Wal-Jamaah
Ahlussunnah berarti pengikut sunnah Nabi Muhammad Saw. dan
Jamaah berarti sahabat Nabi. Jadi Ahlussunnah wal Jama’ah mengandung
arti “penganut sunnah Nabi dan para sahabatnya. Ahlussunnah sering juga
disebut dengan Sunni. Aliran Sunni dibedakan menjadi dua pengertian,
yaitu khusus dan umum. Sunni dalam pengertian umum adalah lawan
kelompok Syiah. Dalam pengertian ini, Mu’tazilah, Asy’ariyah,
Maturudiyah masuk kategori Sunni. Sunni dalam pengertian khusus adalah
mazhab yang berada dalam barisan Asy’ariyah dan merupakan lawan
Mu’tazilah.
Aliran ini, muncul sebagai reaksi setelah munculnya
aliran Asy’ariyah dan Maturidiyah, dua aliran yang menentang ajaran-
45
ajaran Mu’tazilah. Tokoh utama yang juga merupakan pendiri mazhab ini
adalah Abu al Hasan al Asy’ari dan Abu Mansur al Maturidi.
Adapun ajaran Abu al Hasan al Asy’ari (aliran ‘Asy’ariyah) sebagai
berikut:
a. Sifat-sifat Tuhan. Tuhan memiliki sifat-sifat sebagaiman disebut Al-
Qur’an, seperti sifat azali, Qadim, dan berdiri di atas zat Tuhan. Sifat-
sifat itu bukanlah zat tuhan dan bukan pula lain dari zatnya.
b. Al-Quran adalah Qadim dan bukan makhluk yang diciptakan Allah
c. Tuhan dapat dilihat dengan mata oleh manusia di Akhirat kelak.
d. Perbuatan Manusia diciptakan Tuhan, bukan diciptakan oleh manusia
itu sendiri.
e. Antrophomorphisme
f. Keadlian Tuhan, Tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun untuk
menentukan tempat manusia di Akhirat. Sebab semua itu marupakan
kehendak mutlak Tuhan sebab Tuhan Maha Kuasa atas segalanya.
g. Muslim yang berbuat dosa dan tidak sempat bertobat di akhir hidupnya
tidaklah kafir dan tetap mukmin.
Adapun pokok ajaran Abu Manshur Al-Maturidi (aliran
Maturudiyah) sebagai berikut:
a. Maturudiyah sependapat dengan ‘Asy’ariyah tentang sifat-sifat Tuhan
b. Perbuatan manusia sebenarnya diwujudkan oleh manusia itu sendiri,
dan bukan merupakan perbuatan Tuhan.
c. Maturudiyah sependapat dengan ‘Asy’ariyah tentang Al Quran
d. Tuhan memiliki kewajiban-kewajiban tertentu.
e. Maturudiyah sependapat dengan ‘Asy’ariyah tentang muslim yang
berbuat dosa.
f. Janji pahala dan siksa mesti terjadi, dan itu merupakan janji Tuhan yang
tidak mungkin diingkari.
g. Antrophomorphisme.
46
Persoalan lain dalam masalah teologis berkaitan dengan persoalan
perbuatan manusia dalam kaitannya dengan perbuatan Tuhan. Pertanyaan di
sekitar peroalan tersebut diantaranya apakah manusia melakukan perbuatannya
sendiri atau tidak? Apakah perbuatan yang dilakukan oleh manusia terdapat
campur tangan (interfensi) dari Tuhan yang mengatur alam raya ini berserta
seluruh isinya? Kalau Tuhan ikut campur tangan dalam perbuatan manusia,
sampai sejauh mana interfensi Tuhan tersebut: Pertanyaan-pertanyaan tersebut
mengusik para ulama kalam (mutakallimin) untuk membahasnya.
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan para mutakallimin ini
kemudian terbentuk aliran-aliran/paham dalam persoalan teologi. Aliran-aliran
teologi yang muncul berangkat dari latar belakang persoalan-persoalan tersebut
sebagaimana uraian berikut.
1. Jabariyah
Aliran Jabariyah memahami bahwa manusia tidak berkuasa atas
perbuatannya. Hanya Allah sajalah yang menentukan dan memutuskan
segala amal perbuatan manusia. Semua amal perbuatan itu adalah atas
qudrat dan iradat-Nya. Manusia tidak mempunyai otoritas sama sekali
dalam mewujudkan perbuatannya (Ijbari).
Dalam paham jabariyah, perbuatan manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan sering digambarkan bagai bulu ayam yang diikat dengan
tali dan digantungkan di udara. Kemana angin bertiup kesanalah bulu
ayam itu terbang. Ia tidak mampu menentukan dirinya sendiri, tetapi
terserah angin. Apabila perbuatan manusia diumpamakan sebagai bulu
ayam, maka angin itu adalah Tuhan yang menentukan ke arah mana dan
bagaimana perbuatan manusia itu dilakukan. Bagi Jabariyah hanya satu
hakikat wujud perbuatan itu, kalau ada dua perbuatan dalam tingkat
hakikat berarti ada dua hakikat perbuatan, dan menurut Jabariyah, hal ini
akan berakibat pada perbuatan syirik. Jabariyah berpendapat bahwa
hakikat wujud perbuatan manusia adalah perbutan Allah.
Dalam aliran Jabariyah, manusia sering diumpamakan seperti
wayang yang tidak berdaya. Mau bergerak seperti apa pun terserah dalang.
47
Dalang bagi manusia adalah “Tuhan”. Paham Jabariyah adalah paham
yang dikemukakan oleh Jahm bin Shafwan, tokoh utama Jabariyah. Aliran
ini kadang disebut dengan Jahamiyah. Paham ini sebenarnya hanya cocok
bagi kelompok minoritas manusia yang sudah dalam tingkat “Haqq al-
Yaqin” yang sudah terbuka hijab tabir Tuhan, dan bisa salah paham bila
dipahami oleh masyarakat awam.
2. Qadariyah dan Mu’tazilah
Kelompok aliran Qodariah dan Mu tazilah berpendapat bahwa
Allah swt. telah membekali manusia sejak lahir dengan qudrat dan iradat-
Nya, yaitu kemampuan untuk mewujudkan perbuatannya sendiri dengan
akal dan ajaran agama sebagai pedoman. Manusia dan jin adalah makhluk
Allah yang diberi kebebasan untuk menentukan perbuatannya. Karena
manusia bebas, merdeka, dan memiliki kemampuan mewujudkan
perbuatannya, maka harus mempertanggungjawabkan perbuatan tersebut
di hadapan Allah swt. Jika melakukan yang baik, maka akan mendapat
balasan berupa nikmat dan karunia yang besar. Sebaliknya, jika banyak
berbuat jahat maka akan disiksa. Karena perbuatan itu diciptakan dan
diwujudkan oleh manusia sendiri, wajar dan adil kalau Tuhan menyiksa
atau member pahala.
48
Manusia sendirilah yang melakukan perbuatan itu. Jika perbuatan manusia
diciptakan Tuhan selu