Anda di halaman 1dari 30

1.

PEMERIKSAAN PANGGUL

Persalinan dapat berlangsung dengan baik atau tidak antara lain tergantung pada luasnya
jalan lahir yang terutama ditentukan oleh bentuk dan ukuran-ukuran panggul. Maka untuk
meramalkan apakah persalinan dapat berlangsung biasa atau tidak, pengukuran panggul
diperlukan.
Seorang multipara yang sudah beberapa kali melahirkan anak yang a’terme dengan spontan
dan mudah, dapat dianggap mempunyai panggul yang cukup luas. Walaupun begitu jalan lahir
seorang multipara yang dulunya tidak menimbulkan kesukaran kadang-kadang dapat menjadi
sempit, misalnya kalau timbul tumor tulang (exostose, osteoma, osteofibroma dll) dari tulang
panggul/ tumor dari bagian lunak jalan lahir.
Pada ibu hamil perlu dilakukan pemeriksaan untuk menilai keadaan dan bentuk panggul
apakah terdapat kelainan atau keadaan yang dapat menimbulkan penyulit persalinan, apakah
terdapat dugaan kesempitan panggul atau kelainan panggul. Pengukuran panggul dilakukan pada
setiap wanita hamil yang akan direncanakan untuk lahir secara per vaginam. Pemeriksaan panggul
ini dilakukan pada usia kehamilan > 32 minggu pada setiap pemeriksaan antenatal.

A. Anatomi Panggul
Selama ini kita tahu bahwa bidan merupakan tenaga kesehatan yang memegang peranan
penting dalam pelayanan maternal dan perinatal. Keberadaan bidan memiliki posisi strategis,
mengingat sebagian besar persoalan reproduksi berhubungan dengan kaum perempuan. Salah satu
tantangan yang harus dihadapi adalah tuntutan masyarakat terhadap pelayanan berkualitas. Untuk
dapat memberikan pelayanan berkualitas, bidan harus terlebih dahulu terampil serta memiliki
kompetensi yang luas termasuk dalam anatomi khususnya wanita dalam memberikan asuhan
kebidanan yang bekualitas.
Untuk dapat memberikan asuhan persalinan, terlebih dahulu bidan harus menguasai
anatomi panggul.

Panggul terdiri atas


1. Bagian keras yang dibentuk oleh tulang
2. Bagian yang lunak dibentuk oleh otot – otot dan ligamentum

Bagian Keras Panggul


Tulang panggul terdiri atas empat tulang :
1. 2 tulang pangkal paha (ossa coxae)
2. 1 tulang kelangkang (os sacrum)
3. 1 tulang tungging (os coccygis)

a. Tulang pangkal paha (ossa coxae) terdiri daria.


1. Tulang usus (os ilium)
a) Merupakan tulang terbesar dari panggul dan membentuk bagian atas dan belakang dari panggul.
b) Bagian atas merupakan pinggir tulang yang tebal yang disebut crista iliaca.
c) Ujung depan maupun belakang dari crista iliaca menonjol disebut spina iliaca anterior superior
dan spina iliaca posterior superior.
d) Sedikit dibawah spina iliaca anterior superior terdapat tonjolan tulang lagi ialah spina iliaca
anterior inferior, sedangkan sebelah bawah spina iliaca posterior superior terdapat spina iliaca
posterior inferior.
e) Dibawah spina iliaca posterior inferior terdapat tekik (lekuk) yang disebut incisura ischiadica
mayor.
f) Pada os ilium terdapat lajur ialah linea innominata (linea terminalis) yang menjadi batas antara
panggul besar dan panggul kecil.
Cara mengukur conjugata diagonalis (CD) :
 Dengan 2 jari ialah jari telunjuk dan jari tengah, melalui konkavita dari sacrum, jari tengah
digerakkan ke atas sampai dapat meraba promotorium.
 Sisi radial dari jari telunjuk ditempelkan pada pinggir sympisis dan tempat ini ditandai dengan
kuku jari telunjuk tangan kiri.
 Promotorium hanya bisa tercapai oleh jari kita dengan pemeriksaan dalam pada panggul yang
sempit. Pada panggul dengan ukuran normal, promotorium tak tercapai, tapi menandakan bahwa
CV cukup besar.
 Kalau CV lebih besar dari 10 cm, maka pintu atas panggul diangap cukup luas (biasanya CV = 11
cm). Sebetulnya ini tidak tepat, kerena walaupun CV cukup besar, masuh ada kemungkinan bahwa
ukuran lain, misalnya ukuran melintang sempit. Sayang sekali diameter transversa tak dapat diukur
secara klinis, tapi kesempitan diameter transversa tanpa kesempitan CV jarang sekali terdapat.
 Selain dengan pengukuran CD kita juga dapat mengetahui secara klinis bahwa pintu atas panggul
mencukup kalau keala anak dengan ukuran tervesarnya sudah melewati pintu atas panggul.
Ini dapat diketahui dengan :
1. Pemeriksaan luar
Kalau kepala janin dengan ukuran terbesarnya sudah melewati pintu atas panggul, maka hanya
bagian kecil saja dari kepala yang dapat diraba dari luar di atas sympisis. Ukuran-ukuran luar tidak
dapat dipergunakan untuk penilaian, apakah persalinan dapat berlangsung secara biasa atau tidak,
Walaupun begitu ukuran-ukuran luar dapat memberi petunjuk pada kita akan kemungkinan
panggul sempit.Ukuran-ukuran luar yang terpenting adalah :
 Distantia Spinarum :
Jarak antara spina iliaca anterior superior kiri dan kanan
 Distantia Cristarum :
Jarak yang terjauh antara crista iliaca kanan dan kiri
 Conjugata Externa (Baudeloque) :
Jarak antara pinggir atas sympisis dan ujung prosessus spinosus ruas tulang lumbal ke-V
 Ukuran lingkar panggul
Dari pinggir atas sympisis ke pertengahan antara spina iliaca anterior superior dan trochanter
major sepihak dan kembali melalui tempat-tempat yang sama di pihak yamg lain.
Catatan :
Ukuran-ukuran luar ditentukan dengan jangka panggul kecuali ukuran lingkar panggul yang
diambil dengan pita pengukur.
2. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dilakukan pada usia kehamilan 36 minggu. Caranya, Teknisnya dokter/bidan
akan memasukkan dua jarinya (jari telunjuk dan tengah) ke jalan lahir hingga menyentuh bagian
tulang belakang/promontorium. Setelah itu, dokter/bidan akan menghitung jarak dari tulang
kemaluan hingga promontorium untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah
panggul. Jarak minimal antara tulang kemaluan dengan promontorium adalah 11 cm. Jarak
minimal antara tulang kemaluan dengan promontorium adalah 11 cm. Jika kurang maka
dikategorikan sebagai panggul sempit. Namun, jika bayi yang akan lahir tidak terlalu besar, maka
ibu berpanggul sempit dapat melahirkan secara normal. Panggul tengah di ukur dengan cara
memeriksa spina ischiadika atau tonjolan tulang panggul yang teraba menonjol atau tidak, dan
sudut tulang kemaluan lebih dari 90 derajat dan intertuberosum lebih dari 8 cm untuk mengetahui
panggul bawah luas.
Bagian terendah kepala sampai spinaischiadica atau lebih rendah. Caput succedaneum yang
besar dapat memberi kesan yang salah, dimana seolah-olah bagian terendah sudah sampai setinggi
spina ischiandica, padahal kepala masih tinggi, maka hasil pemeriksaan dalam harus selalu
disesuaikan dengan hasil pemeriksaan luar
Pemeriksaan dalam, untuk menentukan ukuran dan bentuk panggul :
Dengan pemeriksaan dalam dapat kita ukur CD, tapi kita juga dapat kesan mengenai bentuk
panggul. Yang harus diperiksa ialah :
1. Apakah promotorium teraba atau tidak. Bila teraba berapa cd nya.
2. Apakah tidak ada tumor (exostose) pada permukaan belakang sympisis.
3. Apakah linea innominata teraba seluruhnya atau sebagian.
4. Apakah sidewalls (dinding samping) lurus, convergent atau divergent oleh karena ukuran yang
luas pada inlet tidak perlu diikuti oleh bidang sempit panggul dan pintu bawah panggul.
5. Apakah kedua spina ischiadica menonjol atau tidak. Sering terdapat bahwa spina yang menonjol
disertai dengan dinding samping yang convergent.
6. Apakah os sacrum mempunyai inklinasi ke depan dan belakang. Perhatikan pula lomkavitas dari
sacrum. Dalam keadaan pathologic sacrum mempunyai bentuk hamper lurus.
7. Apakah sudut arcus pubis cukup luas atau tidak.
2) Bidang tengah panggul
Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tak dapat diukur secara klinis dan memerlukan pengukuran
secara rontgenologis.

3) Pintu bawah pangul


Diameter transversa dan diameter sagitalis posterior dan anterior dapat diukur dengan pelvimeter
dari Thoms. Tapi pengukuran diameter transversa ini adalah pengukuran yang kasar, karena tubera
ischii tertutup oleh lapisan otot dan lemak yang berbeda tebalnya dari orang ke orang. Ukuran yang
lebih besar dari 8 cm, dianggap mencukupi. Karena pengukuran diameter transversa kurang tepat,
maka dianjurkan untuk memperhatukan bentuk arcus pubis yang hendaknya merupakan sudut
yang tumpul.

b) Pemeriksaan Rontgen
Dilakukan dengan cara memotret panggul ibu, menggunakan alat rontgen. Selama pemotretan
ibu diminta duduk, persis seperti tindakan rontgen pada anggota tubuh lain, hanya saja intensitas
cahaya yang digunakan lebih rendah. Hasil foto dianalisa untuk mengetahui ukuran panggul.
Bahkan aneka kelainan letak bayi pun sebetulnya bisa terdeteksi dengan cara ini. Dibanding
pengukuran secara klinis, pengukuran dengan alat rontgen menghasilkan data yang lebih terperinci
mengenai diameter pintu panggul.
Ukuran-ukuran panggul dapat juga diukur dengan sinar X. keuntungan dari pengukuran
panggul dengan sunar roentgen ialah :
1. Dapat mengambil ukuran-ukuran yang tak dapat ditentukan secara klinis seperti diameter
transversa dari pinti atas panggul, ukuran antara spinae ischiadicae, diameter antero posterior dari
bidang tengah panggul.
2. Selain dari pada memberikan ukuran-ukuran panggul juga memperlhatkan pada kita bentuk
pangul.
3. Dapat menentukan apakah ukuran terbesar kepala sudah melampaui pintu atas panggul.

Langkah-langkah Pemeriksaan panggul bagian dalam


a. Persetujuan Pemeriksaan
1. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan
2. Jelaskan tentang tujuan pemeriksaan
3. Jelaskan bahwa proses pemeriksaan mungkin akan menimbulkan perasaan kuatir atau kurang
menyenangkan tetapi tidak akan menimbulkan gangguan pada kandungan.
4. Pastikan bahwa ibu telah mengerti prosedur dan tujuan pemeriksaan.
5. Mintakan persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan.
b. Persiapan
Alat dan Bahan
(a) Ibu
– Ranjang Periksa
– Kapas dan Larutan antiseptik
(b) Pemeriksa
– Sarung tangan
– Sabun dan air
– afron

c. Memasang sarung tangan karena biasanya kalau tidak menggunakan sarung tangan maka akan
mudah terserang berbagai macam infeksi penyakit seperti HIV.

d. Pemeriksaan
1. Pastikan kandung kemih wanita kosong sebelum memulai pemeriksaan, karena pemeriksaan
bimanual sangat tidak nyaman bagi wanita jika kandung kemihnya penuh. setelah mengosongkan
kandung kemih, persilahkan ibu untuk berbaring di atas ranjang periksa.
2. Persiapkan ibu pada posisi litotomi di atas meja. Pastikan bokong sedikit dibelakang tepi meja,
karena apabila wanita tidak di posisikan dengan tepat di tepi meja dapat menggangu ketika
spikulum akan dipegang anda akan kesulitan mengatur posisi spikulum.
3. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, sisihkan labium mayor ke lateral untuk membuka vulva.
4. Masukkan telunjuk dan jari tengah tangan kanan ke dalam lumen vagina melalui introitus yang
terbuka.
5. Pindahkan tangan kanan ke fundus uteri.
6. Arahkan bagian ventral/palmar jari-jari tangan dalam ke simpisis os pubis, tentukan besar sudut
yang dibentik antara os pubis kiri dan kanan.
7. Dengan ujung bagian ventral jari-jari dalam, telusuri linea inominata kiri sejauh mungkin,
kemudian lakukan pula pada bagian kanan dengan cara yang sama.
8. Letakkan jari dalam pada sekitar pertengahan linea inominata kiri kemudian geser ke bawah
(sejajar sumbu badan ibu) menelusuri dinding samping panggul untuk menilai arah dan sudutnya
(rata, menyudut ke dalam atau luar).
9. Menjelang akhir dinding samping panggul (sekitar 5 cm dari pintu atas panggul) akan teraba
tonjolan tulang, kea rah dalam jalan lahir dan berbentuk segitiga, yang disebut dengan spina
iskiadika. Nilai derajat penonjolan spina ke jalan lahir.
10. Lakukan hal yang sama pada dinding samping panggul bagian kanan (gunakan bagian atau sisi
medial jari tengah) kemudian nilai distansia interspinarum.
11. Raba tuberkositas iskiadia dengan meneruskan rabaan dinding samping panggul hingga bagian
paling ujung. Lakukan untuk dinding kiri dan kanan, kemudian nilai distansia intertuberosum
(jarak antara kedua tuberositas).
12. Geser tangan dalam kea rah belakang sehingga teraba bagian tulang yang rata dan mempunyai
lekukan ke belakang, bagian ini disebut dengan sacrum. Nilai konkafitas tulang tersebut dengan
menelusurinya ke arah atas dan bawah (tepat di bagian tengah).
13. Teruskan perabaan bagian tengah sacrum hingga mencapai ruas dan bagian ujung tulang coocygis.
Nilai inklinasi tulang tersebut, ke depan (mengarah ke jalan lahir) atau ke belakang.
14. Pindahkan jari tangan dalam ke linea inominata kanan kemudian telusuri sejauh mungkin ke
belakang hingga posisi jari mengarah ke tengah (sumbu badan ibu). Bila di tengah tonjolan tulang
ke bagian dalam jalan lahir (promontorium os sacrum), maka beri tanda pada pangkal jari tangan
kanan dengan tangan kiri untuk memutuskan batas atau jarak dari titik tersebut sampai ujung jari
kanan.
15. Keluarkan telunjuk dari tengah tangan kanan sementara jari telunjuk tangan kiri yang menentukan
batas tadi, tetap pada posisinya.
16. Ambil alat ukur/penggaris dengan tangan kiri, dekatkan dengan jari tengah tangan kanan dan batas
yang telah dibuat tadi untuk menentukan konjugata diagonalis yang kemudian dikonversikan
menjadi konjugata vera.
17. Beritahukan pada ibu bahwa pemeriksaan telah selesai.
Peluang calon ibu agar bisa melahirkan normal berdasarkan bobot bayi:
1. Panggul sempit, panggul jenis ini hanya bisa mengeluarkan bayi berbobot 2,5 kg ke bawah.
2. Panggul sedang, bisa mengeluarkan bayi berbobot 2,5 kg s/d 3,5 kg.
3. Panggul luas, panggul jenis ini bisa mengeluarkan bayi berukuran besar 3,5 kg s/d 3,9 kg.

Ukuran panggul rata-rata dan terkategori normal:


1. Pintu atas panggul (pelvic inlet) minimal memiliki diameter 22 cm.
2. Pintu tengah panggul (mid pelvic) diameter minimalnya adalah 20 cm.
3. Pintu bawah panggul, panjang diameter normalnya rata-rata minimal 16 cm.

C. Fungsi Panggul Wanita


Fungsi umum panggul wanita adalah :
1. Panggul besar (Pelvis Mayor)
Fungsi dari panggul besar adalah menyangga isi abdomen
2. Panggul kecil (Pelvis Minor)
Fungsi panggul kecil adalah :
a. Membentuk jalan lahir
b. Tempat alat genitalia

D. Bentuk-bentuk Panggul Wanita


Menurut Caldwell-Moloy ada 4 bentuk panggul :
1. Panggul Gynecoid : bentuk panggul ideal, bulat dan merupakan jenis panggul tipikal wanita
2. Panggul Android : bentuk PAP seperti segitiga, merupakan jenis jenis panggul
tipikal pria
3. Panggul Antropoid : bentuk PAP seperti elips, agak lonjong seperti telur
4. Panggul Platipeloid : bentuk PAP seperti kacang atau ginjal, picak, menyempit arah muka
belakang.

A. Kesimpulan
Persalinan dapat berlangsung dengan baik atau tidak antara lain tergantung pada luasnya
jalan lahir yang terutama ditentukan oleh bentuk dan ukuran-ukuran panggul. Maka untuk
meramalkan apakah persalinan dapat berlangsung biasa atau tidak, pengukuran panggul
diperlukan.
Pada ibu hamil perlu dilakukan pemeriksaan untuk menilai keadaan dan bentuk panggul
apakah terdapat kelainan atau keadaan yang dapat menimbulkan penyulit persalinan, apakah
terdapat dugaan kesempitan panggul atau kelainan panggul. Pengukuran panggul dilakukan pada
setiap wanita hamil yang akan direncanakan untuk lahir secara per vaginam. Pemeriksaan panggul
ini dilakukan pada usia kehamilan > 32 minggu pada setiap pemeriksaan antenatal.
DAFTAR PUSTAKA

Winkjosastro. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta;2002.


Cunningham. Obstetric Williams. penerbit buku kedokteran ECG, Jakarta;2006.
IBG Manuaba dkk. Pengantar Kuliah Obstetri. EGC. Jakarta;2006
Salmah, dkk. Asuhan kebidanan antenatal EGC. Jakarta;2006
Varney. Varney midwifery. Jakarta;1997.
Neil, W.R. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta. Dian Rakyat; 2001.
2. DEFINISI TALI PUSAT MENUMBUNG & TERKEMUKA
Prolaps tali pusat merupakan komplikasi yang jarang terjadi, kurang dari 1 per 200 kelahiran, tetapi
dapat mengakibatkan tingginya kematian janin. Oleh karena itu, diperlukan keputusan yang matang dan
pengelolaan segera.

Prolaps tali pusat dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

 Tali pusat terkemuka, bila tali pusat berada di bawah bagian terendah janin dan ketuban masih
intak.
 Tali pusat menumbung, bila tali pusat keluar melalui ketuban yang sudah pecah, ke serviks, dan
turun ke vagina.
 Occult prolapse, tali pusat berada di samping bagian terendah janin turun ke vagina. Tali pusat
dapat teraba atau tidak, ketuban dapat pecah atau tidak.
3. JELASKAN PERSALINAN LAMA

Persalinan lama disebut juga dengan distosia, didefinisikan


sebagai persalinanabnormal/sulit, partus lama, partus kasep ataupun partus terlantar.

Partus lama adalah persalinan berlangsung lebih dari 24 jam pada primi, dan lebih dari 18
jam pada multi.

Persalinan lama adalah persalinan (partus) lama yang ditandai dengan fase laten lebih
dari 8 jam, persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih tanpa kelahiran bayi, dan
dilatasi serviks di kanan garis waspada pada partograf .

Persalinan lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam yang dimulai dari
tanda-tanda persalinan .

Masalah Persalinan Lama

 Persalinan lama menimbulkan komplikasi pada ibu dan bayi.


 Fase laten lebih dari 8 jam.
 Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih tanpa kelahiran bayi (persalinan lama).
 Dilatasi serviks di kanan garis waspada pada partograf.

Faktor Predisposisi Persalinan Lama

 Bayi: kepala janin besar, hidrosefalus, presentasi wajah-bahu-alis, malposisi persisten,


kembar yang terkunci, kembar siam.
 Jalan lahir: panggul kecil karena malnutrisi; deformitas panggul karena trauma atau
polio; tumor daerah panggul; infeksi virus di perut atau uterus; jaringan parut.
 Faktor yang berhubungan dengan persalinan lama: aktifitas fisik rumah tangga; aktifitas
fisik olahraga; kekuatan ibu (power); passanger; posisi janin; psikologi (dominan);
pendidikan ibu; umur ibu; paritas ibu (Soviyati, 2016; Ardhiyanti, 2016).

Etiologi Persalinan Lama


Bergantung pada pengawasan selama hamil, pertolongan persalinan yang baik, dan
penatalaksanaannya.

Penyebab: kelainan letak janin; kelainan his; janin besar; kelainan panggul;
pimpinan persalinan yang salah; kelainan kongenital; primitua; perut gantung,
grandemulti; ketuban pecah dini.

Penyebab persalinan lama digolongkan menjadi 3:

Kelainan tenaga (his), kelainan janin dan kelainan jalan lahir.


Kelainan Tenaga (His)
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan
lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi
sehingga persalinanmengalami hambatan atau kemacetan. Kelainan his disebabkan
karena inersia uteri, yaitu: sifat his biasa, fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu
pada bagian lainnya. Incoordinate uterine action, yaitu: sifat his berubah, tonus
otot uterus meningkat, juga di luar his dan kontraksinya berlangsung seperti biasa karena
tidak ada sinkronisasi antara kontraksi.

Kelainan Janin
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau
bentuk janin (janin besar atau ada kelainan konginetal janin).

Kelainan Jalan Lahir


Kelainan dalam bentuk atau ukuran jalan lahir bisa menghalangi kemajuan persalinan
atau menyebabkan kemacetan.

Gejala Klinik Persalinan Lama


Pada ibu: gelisah; letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat,
dan meteorismus (perut kembung).

Pada janin: djj cepat/tidak teratur, air ketuban bercampur mekonium, warna hijau, berbau,
kaput suksedaneum besar, moulase yang hebat, kematian janin.

Gejala Utama Persalinan Lama

 Dehidrasi.
 Tanda infeksi: suhu tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen meteorismus.
 Pemeriksaan abdomen: meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri segmen
bawah rahim.
 Pemeriksaan lokal vulva vagina: edema vulva, cairan ketuban berbau, cairan ketuban
bercampur mekonium.
 Pemeriksaan dalam: edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke atas, terdapat
kaput pada bagian terendah.
 Keadaan janin dalam rahim: asfiksia sampai terjadi kematian.
 Akhir dari persalinan lama: ruptura uteri imminens sampai ruptur uteri, kematian karena
perdarahan atau infeksi (Manuaba, 2010).
Klasifikasi Persalinan Lama

 Fase laten memanjang: fase laten yang melampaui 20 jam pada primi gravida atau 14 jam
pada multipara.
 Fase aktif memanjang: fase aktif yang berlangsung lebih dari 12 jam pada
primi gravidadan lebih dari 6 jam pada multigravida, serta laju dilatasi serviks kurang
dari 1,5 cm per jam.
 Kala II lama: kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
multipara.

Diagnosis Persalinan Lama

Tanda dan gejala Diagnosis

Serviks tidak membuka


Belum inpartu
Tidak ada his atau his tidak teratur

Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam inpartu Fase laten


dengan his yang teratur memanjang

Fase aktif
Pembukaan serviks melewati kanan garis waspada partograf
memanjang

Frekuensi his berkurang dari 3 kali dalam 10 menit dan lamanya


Inersia uteri
kurang dari 40 detik

Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi


Disproporsi
tidak maju dengan kaput, terdapat moulase yang hebat, oedema
sefalopelvik
serviks, tanda ruptura uteri imminens, gawat janin

Malpresentasi atau
Kelainan presentasi (selain vertex dengan oksiput anterior)
malposisi

Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tak ada


Kala II lama
kemajuan penurunan
Dampak Persalinan Lama
Bagi ibu: atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu, shock, persalinan
dengan tindakan.

Bagi janin: asfiksia, trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin,
cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit, pecahnya ketuban
lama sebelum kelahiran, kematian janin.

Persalinan lama dapat menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi, dan perdarahan
post partum yang dapat menyebabkan kematian ibu.

Pada janin akan terjadi infeksi, cedera dan asfiksia yang dapat meningkatkan kematian
bayi (Kusumahati, 2010 dalam Ardhiyanti, 2016).

Penanganan Persalinan Lama


Penanganan Umum

1. Perawatan pendahuluan
o Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk tanda vital dan
tingkat dehidrasinya).
o Kaji nilai partograf, tentukan apakah pasien berada dalam persalinan; nilai
frekuensi dan lamanya his.
o Suntikan cortone asetat: 100-200 mg IM.
o Penisilin prokain: 1 juta IU IM.
o Streptomisin: 1 gr IM.
o Infus cairan: larutan garam fisiologis; larutan glukose 5% pada janin pertama: 1
liter/jam.
o Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali harus segera bertindak.

2. Pertolongan
Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, manual aid pada letak
sungsang, embriotomi bila janin meninggal, SC, dll
Penanganan Khusus
Fase laten memanjang

1. Jika his berhenti, pasien disebut belum inpartu atau persalinan palsu. Jika his makin
teratur dan pembukaan makin bertambah lebih dari 4 cm, masuk dalam fase laten.
2. Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan, lakukan penilaian
ulang terhadap serviks:
o Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan tidak ada
gawat janin, mungkin pasien belum inpartu.
o Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks,
lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin
(lakukan penilaian setiap 4 jam; jika pasien tidak masuk fase aktif setelah
pemberian oksitosin selama 8 jam, lakukan SC).
o Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau), maka lakukan
akselerasi persalinan dengan oksitosin; berikan antibiotik kombinasi sampai
persalinan.
o Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks,
lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin
(lakukan penilaian setiap 4 jam; jika pasien tidak masuk fase aktif setelah
pemberian oksitosin selama 8 jam, lakukan SC).
o Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau), maka lakukan
akselerasi persalinan dengan oksitosin; berikan antibiotik kombinasi sampai
persalinan.
Fase aktif memanjang

1. Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi sefalopelvik atau obstruksi dan ketuban masih
utuh, pecahkan ketuban.
2. Nilai his
o Jika his tidak adekuat (kurang dari 3 his dalam 10 menit dan lamanya kurang dari
40 detik) pertimbangkan adanya inertia uteriJika his adekuat (3 kali dalam 10
menit dan lamanya lebih dari 40 detik), pertimbangkan adanya disproporsi,
obstruksi, malposisi atau malpresentasi.
o Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki his dan mempercepat
kemajuan persalinan.
Kala II lama

1. Memimpin ibu meneran jika ada dorongan untuk meneran spontan.


2. Jika tidak ada malposisi/malpresentasi berikan drip oksitosin.
3. Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala:
o Jika letak kepala lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang kepala
dari stasion (0) lakukan ekstraksi vakum.
o Jika kepala antara 1/5 – 3/5 di atas simfisis pubis lakukan ekstraksi vakum.
Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis lakukan SC.
4. JELASKAN PARTUS TAK MAJU

Definisi

Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan serviks dalam 2 jam
dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam. Partus tak maju (persalinan macet) berarti
meskipun kontraksi uterus kuat, janin tidak dapat turun karena faktor mekanis. Kemacetan
persalinan biasanya terjadi pada pintu atas panggul, tetapi dapat juga terjadi pada ronga panggul
atau pintu bawah panggul. Partus tak maju yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang
tidak menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi selama 2
jam terakhir.

Penyebab partus tak maju yaitu :

a. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan


persalinan, tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak.
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus
yang efisien, letak, presentasi, kedudukan janin yang menguntungkan dan
kemampuan kepala janin untuk mengadakan molase. Sebaliknya kontraksi
uterus yang jelek, kedudukan abnormal, ketidakmampuan kepala untuk mengadakan
molase dapat menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan < 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik, kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi,
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri.
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis,
hal ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis
dengan selamat. Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala
janin normal, atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara
bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis
sebelum usia kehamilan 37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut
kepala belum mencapai ukuran lahir normal.
a.Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi :
i. Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan,
relaksasi sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat
memungkinkan berlangsungnya kelahiran pervaginam).
ii. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi).
iii. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi
diperlukan pada kelahiran ini).

b. Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan
kepala yang sulit lahir pada presentasi bokong.

b.1. Presentasi Dahi


Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian
terendah. Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul, saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit.
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas, persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea. IR presentasi dahi 0,2% kelahiran pervaginam, lebih sering pada
primigravida.

b.2. Presentasi Bahu


Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung
melebar dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian
terbawah anak pada pintu atas panggul menjelang persalinan. Bila pasien
berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat terjepit
kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari
vagina.
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus
atau pada sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi
pada letak melintang. Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan
dinding abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul.
b.3. Presentasi Muka
Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga
oksiput menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian
terendah. Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala, bila pelvis
sempit atau janin sangat besar. Pada wanita multipara, terjadinya
presentasi muka karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan
punggung janin menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali
mengarah kearah oksiput. Presentasi muka tidak ada faktor penyebab
yang dapat dikenal, mungkin terkait dengan paritas tinggi tetapi 34%
presentasi muka terjadi pada primigravida.

c. Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya : Hidrosefalus,
pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan
kembar siam.

d. Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis vagina


kongenital, perineum kaku dan tumor vagina.

Pengaruh Partus tak maju Pada Bayi:


a. Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala
Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum yang
besar atau pembengkakan kulit kepala sering kali terbentuk pada bagian
kepala yang paling dependen dan molase (tumpang tindih tulang-tulang
kranium) pada kranium janin mengakibatkan perubahan pada bentuk
kepala.10 Selain itu dapat terjadi sefalhematoma atau penggumpalan darah
di bawah batas tulang kranium, terjadi setelah lahir dan dapat membesar
setelah lahir

b. Kematian Janin
Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka
dapat mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang
berlebihan pada plasenta dan korda umbilikus.
Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama 4-5 minggu
mengakibatkan pembusukan sehingga dapat mencetuskan terjadinya
koagulasi intravaskuler diseminata (KID) keadaan ini dapat
mengakibatkan hemoragi, syok dan kematian pada maternal.
Tanda Partus tak maju

Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan fisik dan
mental yang dapat diobservasi dengan :

a. Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)


b. Demam
c. Nyeri abdomen
d. Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah rendah) syok
dapat disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.
5. JELASKAN VAGINAL TOUCHER & INSPEKULO

Vaginal toucher

 Didahului dengan inspeksi dan pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan permukaan
vagina dan servik serta fornix vaginae

Posisi spekulum dalam vagina

Tehnik pemasangan spekulum :

1. Penjelasan pada pasien terlebih dulu mengenai prosedur pemeriksaan inspekulo dan
manfaat dari pemeriksaan ini
2. Pasien diminta persetujuannya untuk pemeriksaan inspekulo
3. Pastikan bahwa pasien sudah mengosongkan vesika urinaria dan atau rectum
4. Pasien berada pada posisi lithotomi
5. Kenakan sarung tangan
6. Persiapkan spekulum bi-valve yang sesuai, atur katub dan tuas sehingga spekulum siap
digunakan.
7. Hangatkan spekulum bi-valve dengan ukuran yang sesuai dan bila perlu beri lubrikasi
8. Pisahkan labia dengan ujung jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri dari sisi atas
9. Spekulum bi-valve dalam keadaan tertutup dimasukkan vagina dalam posisi miring
menjauhi dinding vagina sebelah depan dan meatus urtehrae eksternus
10. Setelah berada didalam vagina, spekulum diputar 900 dan diarahkan pada fornix posterior
11. Setelah mencapai fornix posterior, tuas spekulum ditekan sehingga spekulum terbuka
secara optimal (kedua bilah saling menjauh) dan portio terpapar dengan baik.
12. Lakukan pengamatan pada porsio dan fornix vaginae dengan baik. Lepaskan tuas
spekulum, tarik keluar spekulum perlahan-lahan sambil diputar secara bertahap sejauh
900. Lakukan pengamatan pada keadaan permukaan vagina saat menarik keluar spekulum
13. Spekulum dikeluarkan pada posisi vertikal seperti pada saat dimasukkan.

Pemasangan spekulum secara miring kedalam introitus vaginae.Setelah mencapai fornix


posterior, gagang spekulum diputar tegak lurus searah jarum jam dan spekulum dibuka
untuk memaparkan portio

Setelah mencapai fornix posterior , spekulum diputar sehingga dapat dilakukan


pengamatan pada fornix dan Porsio
Setelah melakukan pemeriksaan inspekulo, pemeriksaan diteruskan dengan pemeriksaan
vaginal toucher untuk melakukan :

 Perabaan vagina :
o Keadaan himen.
o Keadaan introitus vaginae.
o Keadaan dinding vagina.
o Perabaan pada cavum Douglassi.

 Perabaan servik : dikerjakan secara sistematis untuk menentukan :


o Arah menghadap dan posisi dari porsio uteri.
o Bentuk, besar dan konsistensi servik.
o Keadaan kanalis servikalis (terbuka atau tertutup).

Servik uteri dan struktur genitalia interna

 Perabaan corpus uteri


o Letak
o Bentuk
o Besar
o Konsistensi
o Permukaan
o Mobilitas dengan jaringan sekitarnya
Dua jari tangan dimasukkan kedalam vagina sampai fornix anterior

Tangan luar mencekap bagian belakang uterus dan diarahkan dari posterio ke
anterior

Untuk melakukan evaluasi pada uterus, pemeriksaan dilakukan secara bimanual.

Perabaan uterus sulit dilakukan pada kasus:

o Uterus retroversio fleksio, perabaan uterus agak sulit oleh karena pencekapan
uterus tak dapat berlangsung secara baik.
o Pasien obese, evaluasi uterus secara palpasi sulit dilakukan.
o Vesika urinaria yang terlampau penuh.

 Perabaan adneksa dan parametrium:


o Pemeriksaan adneksa dan parametrium baru dapat dilakukan bila palpasi uterus
sudah dapat dilakukan dengan baik.
o Dalam keadaan normal, tuba falopii dan ovarium tak dapat diraba.

Tuba falopii dan ovarium hanya dapat diraba dari luar pada pasien kurus atau pada tumor
ovarium / kelainan tuba (hidrosalphynx) yang cukup besar.
6. JELASKAN MENGENAI INFERTILITAS

Infertilitas

1. Definisi Infertilitas

Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan dimana
wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 x / minggu, tanpa
memakai metode pencegahan selama 12 bulan. Pasangan suami-istri dianggap fertil untuk bisa
memiliki anak apabila suami memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan dan menyalurkan sel kelamin pria (spermatozoa) ke dalam organ reproduksi istri
dan istri memiliki system dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan sel
kelamin wanita (sel telur atau ovum) yang dapat dibuahi oleh spermatozoa dan memiliki rahim
yang dapat menjadi tempat perkembangan janin, embrio, hingga bayi berusia cukup bulan dan
dilahirkan. Dua faktor yang telah disebutkan tersebut apabila tidak dimiliki oleh pasangan suami-
istri, pasangan tersebut tidak akan mampu memiliki anak atau infertil.

2. Klasifikasi Infertilitas

Menurut pembagiannya, infertilitas dapat diklasifikasikan sebagai infertilitas primer dan


infertilitas sekunder.

a. Infertilitas primer adalah pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak
setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat
kontrasepsi dalam bentuk apapun.

b. Infertilitas sekunder adalah pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya,
tetapi saat ini belum mampu memiliki contohnya apendisitis dan peritonitis, dan infeksi tractus
genitalis, contohnya gonore.
3. Faktor lokal

Faktor-faktor lokal yang menyebabkan infertil pada wanita adalah fibroid uterus yang
menghambat implantasi ovum, erosi cervix yang mempengaruhi pH sekresi sehingga merusak
sperma, kelainan kongenital vagina, cervix atau uterus yang menghalangi pertemuan sperma dan
ovum, mioma uteri oleh karena menyebabkan tekanan pada tuba, distrorsi, atau elongasi kavum
uteri, iritasi miometrium, atau torsi oleh mioma yang bertangkai.

Etiologi Infertilitas Pada Pria

Penyebab infertilitas pada pria adalah sebagai berikut

1) Gangguan Spermatogenesis

Analisis sperma dapat mengungkapkan jumlah spermatozoa normal atau tidak. Pengambilan
spesimen segar dengan cara masturbasi di laboratorium. Standar untuk specimen semen normal
telah ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).

2) Obstruksi

Obstruksi atau sumbatan merupakan salah satu penyebab infertil pada pria. Obstruksi dapat
terjadi pada duktus atau tubulus yang di sebabkan karena konginetal dan penyakit peradangan
(inflamasi) akut atau kronis yang mengenai membran basalais atau dinding otot tubulus
seminiferous misalnya orkitis, infeksi prostat, infeksi gonokokus. Obstruksi juga dapat terjadi
pada vas deferens

3) Ketidak mampuan koitus atau ejakulasi

Faktor-faktor fisik yang menyebabkan ketidak mampuan koitus dan ejakulasi, misalnya
hipospadia, epispadia, deviasi penis seperti priapismus atau penyakit peyronie.Faktor-faktor
psikologis yang menyebabkan ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi
dan kebiasaan pria alkoholisme kronik
4) Faktor Sederhana

Faktor sederhana seperti memakai celana jeans ketat, mandi dengan air terlalu panas, atau
berganti lingkungan ke iklim tropis dapat menyebabkan keadaan luar panas yang tidak
menguntungkan untuk produksi sperma sehat. 13,14

5. Faktor Risiko Infertil

Faktor Risiko Infertilitas Pada Wanita

1) Gangguan ovulasi

Gangguan yang paling sering dialami perempuan infertile adalah gangguan ovulasi. Bila ovulasi
tidak terjadi maka tidak akan ada sel telur yang bisa dibuahi. Salah satu tanda wanita yang
mengalami gangguan ovulasi adalah haid yang tidak teratur dan haid yang tidak ada sama sekali.

2) Sindrom Ovarium Polikistik

Sindroma ovarium polikistik merupakan suatu kumpulan gejala yang diakibatkan oleh gangguan
sistem endokrin. Kelainan pada uterus bisa disebabkan oleh malformasi uterus yang menggangu
pertumbuhan fetus (janin). Mioma uteri dan adhesi uterus menyebabkan terjadinya gangguan
suplai darah untuk perkembangan fetus sehingga akhirnya terjadi abortus berulang.

5) Peningkatan Usia

Prevalensi infertilitas meningkat bila terjadi peningkatan usia. Kejadian infertilitas berbanding
lurus dengan pertambahan usia pada wanita. Wanita dengan rentan usia 19-26 tahun memiliki
kesempatan untuk hamil dua kali lebih besar daripada wanita dengan rentan usia 35-39 tahun.
Bertambahnya usia maka kadar FSH meningkat, fase folikuler semakin pendek, kadar LH dan
durasi fase luteal tidak berubah, siklus menstruasi mengalami penurunan. Jumlah sisa folikel
ovarium terus menurun dengan bertambahnya usia, semakin cepat setelah usia 38 tahun dan
folikel menjadi kurang peka terhadap stimulasi gonadotropin sehingga terjadi penurunan
kesuburan wanita dengan meningkatnya usia.
6) Berat Badan

Terdapat faktor yang dapat mempengaruhi infertilitas, salah satunya adalah badan yang terlalu
kurus atau badan yang terlalu gemuk.

7) Stress

Stress pada wanita dapat mempengaruhi komunikasi antara otak, hipofisis, dan ovarium. Stress
dapat memicu pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi pengaturan hormone
reproduksi. Stress mempengaruhi maturisasi pematangan sel telur pada ovarium. Saat stress
terjadi perubahan suatu neurokimia di dalam tubuh yang dapat mengubah maturasi dan
pengelepasan sel telur. Contohnya, di saat wanita dalam keadaan stress, spasme dapat terjadi
pada tuba falopi dan uterus, dimana hal itu dapat mempengaruhi pergerakan dan implantasi pada
sel telur yang sudah matang.

8) Infeksi Organ Reproduksi

Rongga perut pada wanita diperantarai organ reproduksi wanita yang langsung berhubungan
dengan dunia luar. Infeksi rongga perut jarang terjadi disebabkan karena sifat bactericide dari
vagina yang mempunyai pH rendah dan lendir yang kental pada canalis cervikalis yang
menghalangi masuknya kuman. Infeksi organ reproduksi sering terjadi di negara tropis karena
hygine kurang, perawatan persalinan dan abortus belum sempurna. Infeksi organ reproduksi
dapat menurunkan fertilitas, mempengaruhi keadaan umum dan kehidupan sex. Infeksi apabila
terjadi pada vagina akan menyebabkan kadar keasamaan dalam vagina meningkat, sehingga
menyebabkan sperma mati sebelum sempat membuahi sel telur. Infeksi organ reproduksi wanita
dibagi menjadi dua pembagian yaitu infeksi rendah dari vulva, vagina sampai servik dan infeksi
tinggidari uterus, tuba, ovarium, parametrium, peritonium, bisa disebut pelvic inflammatory
disease (PID). Infeksi rendah dan tinggi sangat besar pengaruhnya pada kesehatan karena dapat
menimbulkan infertilitas. Infeksi organ reproduksi wanita bisa didiagnosis dengan gejala fisik/
manifestasi klinis yang timbul dan dikeluhkan oleh penderita, Manifestasi klinis infeksi organ
reproduksi pada wanita dapat dilihat dengan discharge vagina.
9) Penyakit menular seksual

Penyakit menular seksual mempengaruhi fertilitas pada wanita. Penyakit menular seksual yang
paling sering dialami wanita adalah herpes kelamin, gonorrhoea, sifilis, klamidia, kutil alat
kelamin, dan HIV/AIDS. Penyakit menular seksual mudah dicegah dengan pasangan suami istri
tersebut hanya punya satu pasangan seksual.
Diagnosis Infertil Pada Wanita

Diagnosis infertil dilakukan dengan cara :

a. Anamnesis

Anamnesis dilakukan terhadap pasien dengan menanyakan identitas pasangan suami istri
meliputi umur, pekerjaan, lama menikah dan evaluasi dari pasien wanita mengenai
ketidakteraturan siklus haid, dismenorea, infeksi organ reproduksi yang pernah

dialami, riwayat adanya bedah pelvis, riwayat sanggama, frekuensi sanggama, dispareunia,
riwayat komplikasi pascapartum, abortus, kehamilan ektopik, kehamilan terakhir, konstrasepsi
yang pernah digunakan, pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya, riwayat penyakit
sistematik (tuberkulosis, diabetes melitus, tiroid), pengobatan radiasi, sitostatika, alkoholisme.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mendiagnosis infertile adalah :

1) Vital Sign

Pemeriksaan vital sign yang terdiri dari tekanan darah, nadi, respiratory rate, suhu badan.

2) Penghitungan BMI

Penghitungan indeks massa tubuh (body mass index (BMI)) dihitung dari tinggi dan berat badan
(kg/m2 ), kisaran normal BMI adalah 20-25 kg/m2. Wanita dengan tampilan overweight atau
obesitas mengalami kelainan berupa resistensi insulin atau bahkan sindroma metabolik. Wanita
dengan siklus menstruasi yang tidak teratur dan tampilan fisik obesitas mungkin saja
berhubungan dengan diagnosis sindrom ovarium polikistik.
3) Pemeriksaan gangguan endokrin

Penampilan/rupa pasien secara keseluruhan dapat memberikan petunjuk mengenai penyakit


sistemik ataupun masalah endokrin. Keberadaan ciri-ciri seksual sekunder normal sebaiknya
diamati. Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mencari penyebab dari gangguan endokrin
seperti jerawat, hirsutisme, kebotakan, acanthosis nigrican, virilisasi, gangguan lapang pandang,
gondok, dan adanya ciri penyakit tiroid.

4) Pemeriksaan pelvis

Pemeriksaan pelvis sebaiknya dilakukan untuk mencari dugaan endometriosis yang ditandai
dengan adanya nodul pada vagina, penebalan forniks posterior, nyeri tekan, nyeri pada organ-
organ pelvis. Jika saat pemeriksaan muncul rasa nyeri, sebaiknya diwaspadai adanya
kemungkinan patologi pelvis.

c. Pemeriksaan Penunjang Infertilitas

Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk mendiagnosis infertilitas pada wanita, yaitu biopsi
endometrium pada hari pertama menstruasi, histerosalfingorafi, histeroskopi, laparaskopi atau
laparatomi. Tujuan pemeriksaan penunjang infertilitas adalah mengetahui keadaan ovarium yaitu
folikel graaf atau korpus luteum, mengetahui faktor peritonium, melepaskan perlekatan, dan
tuboplasti-melepaskan fimosis fimbrie tuba
Penatalaksanaan Infertilitas

Penanganan infertilitas pada prinsipnya didasarkan atas 2 hal yaitu Mengatasi faktor penyebab /
etiologi dan meningkatkan peluang untuk hamil.

a. Gangguan Ovulasi

Tindakan untuk mengatasi faktor penyebab infertilitas salah satunya adalah dengan melakukan
induksi ovulasi (pada kasus anovulasi), reanastomosis tuba (oklusi tuba fallopii) dan pemberian
obat-obatan secara terbatas pada kasus faktor sperma. Apabila induksi ovulasi tidak berhasil,
metoda dikembangkan untuk meningkatkan peluang satu pasangan mendapatkan kehamilan,
seperti stimulasi ovarium, inseminasi dan fertilisasi in vitro. Kasus terbanyak gangguan ovulasi
pada perempuan usia reproduksi adalah sindrom ovarium polikistik. Lini pertama induksi
ovulasi: klomifen sitrat (KS): pemberian KS sebanyak 3 siklus (dosis maksimal 150 mg/hari)
terjadi ovulasi selama 3-6 siklus, tetapi tidak terjadi kehamilan. Lini kedua: gonadotropin atau
laparoskopi ovarian drilling (LOD). Lini ketiga: fertilisasi in vitro.

b. Faktor sperma

Karakteristik sperma tidak terkait langsung dengan laju kehamilan, tidak terdapat bukti cukup
kuat bahwa pengobatan varikokel memberikan hasil yang baik terhadap terjadinya kehamilan.
Pemberian vitamin, anti oksidan dan carnitine tidak memiliki bukti cukup kuat terhadap kualitas
sperma.

c. Endometriosis

Bila dijumpai endometriosis derajat minimal dan ringan pada laparoskopi diagnostik, tindakan
dilanjutkan dengan laparoskopi operatif. Endometriosis derajat sedang-berat merupakan indikasi
fertilisasi in vitro.

d. Faktor tuba, oklusi tuba

Tindakan laparoskopi dianjurkan bila dijumpai hasil pemeriksaan HSG abnormal. Fertilisasi in
vitro memberikan luaran yang lebih baik dalam hal kehamilan dibandingkan bedah rekonstruksi
tuba pada kasus oklusi tuba bilateral. Faktor idiopatik infertilitas ditegakkan atas 3 pemeriksaan
dasar infertilitas yang memberikan hasil normal, yaitu deteksi ovulasi, patensi tuba fallopii dan
analisis sperma. Penanganan pasangan infertilitas idiopatik dapat dilakukan inseminasi intra
uterin (IIU) sebanyak 4-6 x. Stimulasi ovarium dalam IIU terutama dilakukan pada kasus
endometriosis dan infertilitas idiopatik.

e. Fertilisasi in vitro (FIV)

Tindakan fertilisasi in vitro terutama dilakukan atas indikasi : Faktor sperma yang berat dan tidak
dapat dikoreksi, oklusi tuba bilateral, endometriosis derajat sedang ‐ berat, infertilitas idiopatik
yang telah menjalani IIU 4-6 x dan belum berhasil hamil, gangguan ovulasi yang tidak berhasil
dengan induksi ovulasi lini pertama dan lini kedua. B. Hubungan Faktor Risiko dengan Kejadian
Infertil Pada Wanita

Pengaruh Usia

Usia wanita semakin bertambah maka semakin kecil kemungkinan untuk hamil. Kejadian
infertilitas berbanding lurus dengan pertambahan usia. Kemampuan reproduksi wanita menurun
drastis setelah usia 35 tahun. Infertilitas dikatakan stabil bilamana sampai usia 36 tahun. Hal ini
dikarenakan cadangan sel telur yang semakin sedikit. Selain itu wanita yang sudah berumur juga
cenderung memiliki gangguan fungsi kesehatan sehingga menurunkan fungsi reproduksinya dan
kejadian abortus meningkat ketika kehamilan terjadi pada wanita yang sudah berumur.

Anda mungkin juga menyukai