Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka bakar (Combustio) merupakan suatu kejadian yang paling sering
terjadi di Indonesia maupun negara lainnya. Luka bakar yang terjadi dapat
disebabkan oleh panas, listrik ataupun kimia. Kecelakaan luka bakar ini dapat
saja terjadi dimana-mana seperti di rumah, kantor ataupun tempat umum yang
lainnya (mal, terminal). Brdasarkan hasil dari bbraa kasus yang ditmukan,
sekitar 80% kecelakaan yang trjadi menyebabkan luka bakar, kasus yang
banyak trjadi adalah di rumah dan korban yang terbanyak ternyata anak-anak,
baik terkena air panas, tumpahan kuah sayur, api dan lain sebagainya
(komas.com 2011) Cedera luka bakar terutama pada luka bakar yang dalam dan
luas masih merupakan penyebab utama kematian. Oleh sebab itu penderita luka
bakar memerlukan perawatan secara khusus, karena ada kondisi luka bakar
terjadi pengeluaran air, serum, darah, serta kondisi luka yang terbuka
memungkinkan untuk terjadinya infeksi). Berdasarkan kondisi tersebut, dimana
dalam hal ini peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif. Selain itu, diperlukan kerjasama dengan tim
medis yang lainnya seperti dokter, fisioterapis, ahli gizi dan bahkan psikiater.
Oleh karena itu penyusun mengangkat masalah ini sebagai tugas mata kuliah
Keperawatan kegawatdaruratan II yang berjudul perawatan pada luka bakar
berdasarkan luas dan derajatnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur observasi derajat dan luas pada luka bakar?
2. Bagaimana prosesur pemberian cairan pada luka bakar?
3. Bagaimana prosedur perawatan pada luka bakar menurut luas dan derajat
luka ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara pemberian cairan pada
luka bakar?
2. Untuk mengetahui dan memahani bagaimaa cara obsservasi luas dan derajat
pada luka bakar ?

1
2

3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana prosedur perawatan pada


luka bakar menurut luas dan derajat luka.

2
3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Observasi derajat pada luka bakar
Ada beberapa penampakan pada luka bakar yang umum terjadi, antara lain
kulit kemerahan, kulit melepuh, rasa nyeri atau sakit, kulit terkelupas, bengkak,
kulit terlihat putih, atau bahkan hangus. Penampakan tersebut biasanya
tergantung pada penyebab dan tingkat derajat luka bakar.
Derajat luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi tiga tingkat, yakni tingkat
1, 2 dan 3. Setiap derajat luka bakar dinilai berdasarkan tingkat keparahan dan
kerusakan yang diakibatkan pada kulit.
1. Derajat luka bakar tingkat 1 (superficial burn). Yakni luka bakar yang
hanya memengaruhi epidermis atau lapisan kulit luar saja. Secara klinis,
tandanya berupa kulit yang tampak merah, kering, dan terasa sakit.
Contohnya, luka bakar yang disebabkan oleh sinar matahari. Luka bakar
tingkat satu ini tidak terlalu mengkhawatirkan dan bisa sembuh dengan
sendirinya.
2. Derajat luka bakar tingkat 2 (superficial partial-thickness burn).
Yakni luka bakar yang terjadi pada epidermis dan sebagian lapisan dermis
kulit (lapisan kulit yang lebih dalam). Secara klinis, kulit akan tampak
merah, lecet, melepuh, bengkak dan terasa sakit. Luka bakar tingkat dua ini
bisa ditangani dengan beberapa metode pengobatan tanpa operasi atau
bedah.
3. Derajat luka bakar tingkat 3 (full thickness burn). Kerusakan jaringan
mengenai seluruh lapisan epidermis dan dermis, atau lebih dalam lagi.
Secara klinis kulit tampak putih, kasar, namun juga dapat terlihat hangus,
dan mati rasa. Operasi atau bedah menjadi pilihan utama untuk menangani
luka bakar pada derajat ini.

3
4

Penentuan luka bakar juga dapat digolongkan menjadi dua kelompok,


yakni:
1. Luka bakar minor yang terdiri dari luka bakar tingkat pertama di
bagian tubuh manapun, termasuk pula luka bakar tingkat dua yang
lebarnya 5-7,5 cm.
2. Luka bakar mayor yang terdiri dari luka bakar tingkat 2 pada
tangan, kaki, wajah, alat kelamin dan bagian tubuh lainnya dengan
lebar luka lebih dari 5-7,5 cm. Derajat luka bakar tingkat 3 juga
termasuk pada kelompok luka bakar mayor.
Dibandingkan dengan luka bakar tingkat pertama dan kedua, derajat
luka bakar tingkat tiga lebih berisiko menimbulkan komplikasi seperti
infeksi, kehilangan banyak darah, syok, bahkan menyebabkan kematian.
Luka bakar yang parah juga dapat berisiko menyebabkan hipotermia dan
hipovolemia (penurunan abnormal jumlah plasma darah).
 Kategori penderita luka bakar
1. Luka Bakar Berat / kritis
a. Derajat II-III > 40%
b. Derajat III pada muka, tangan, kaki
c. Trauma jalan nafas tanpa memikirkan luas luka bakar
d. Trauma listrik
e. Disertai trauma lainnya , misal fraktur
2. Luka Bakar Sedang
a. Derajat II 15-40%
b. Derajat III < 10% , kecuali muka, tangan dan kaki
3. Luka Bakar Ringan
a. Derajat II < 15%
b. Derajat III < 2%
Kategori ini untuk kepentingan prognosis berhubungan dengan angka morbiditas
dan mortalitas.

4
5

2.2 Observasi luas pada luka bakar


Estimasi luas luka bakar dapat dengan cepat diperkirakan pada ukuran luka
bakar dengan menggunakan Aturan Sembilan (Rule of Nine). Metode ini
membagi luas permukaan tubuh menjadi persentase luka bakar.
1. Memperkirakan luas luka bakar pada orang dewasa

Berikut ini perkiraan total persentase luka bakar pada area permukaan tubuh pada
orang dewasa yang terkena dampak luka bakar:

a. Bagian depan dan belakang kepala dan leher setara dengan 9% dari luas
permukaan tubuh.
b. Bagian depan dan belakang masing-masing lengan dan tangan setara dengan
9% dari luas permukaan tubuh.
c. Dada setara dengan 9% dan perut setara dengan 9% dari luas permukaan
tubuh.
d. Punggung atas setara dengan 9% luas permukaan tubuh dan punggung
bawah setara dengan 9% dari luas permukaan tubuh.
e. Bagian depan dan belakang masing-masing kaki dan kaki yang setara
dengan 18% dari luas permukaan tubuh.
f. Daerah selangkangan setara dengan 1% dari luas permukaan tubuh.

5
6

2. Memperkirakan luas luka bakar pada bayi atau anak anak

Berikut ini perkiraan total persentase luka bakar pada area permukaan tubuh pada
bayi dan anak-anak:

a. Bagian depan dan belakang kepala dan leher setara dengan 21% dari luas
permukaan tubuh.
b. Bagian depan dan belakang masing-masing lengan dan tangan setara dengan
10% dari luas permukaan tubuh.
c. Dada dan perut setara dengan 13% dari luas permukaan tubuh.
d. Punggung adalah setara dengan 13% dari luas permukaan tubuh.
e. Pantat setara dengan 5% dari luas permukaan tubuh.
f. Bagian depan dan belakang masing-masing tungkai kaki dan kaki setara
dengan 13,5% dari luas permukaan tubuh.
g. Area selangkangan adalah 1% dari luas permukaan tubuh.

6
7

Atau juga bisa digunakan pengukuran luas luka bakar menggunakan Rule of Ten
pada bayi ( lund and browder) dengan perhitungan :

a. Kepala bagian depan 10%


b. Kepala bagian belakang 10%
c. Badan depan sisi kanan 10%
d. Badan depan sisi kiri 10%
e. Badan belakang sisi kanan 10%
f. Badan belakang sisi kiri 10 %
g. Tangan bagian kanan 10%
h. Tangan bagian kiri 10%
i. Kaki bagian kanan 10%
j. Kaki bagian kiri 10%

2.3 Pemberian Cairan Pada Luka Bakar


Rumus baxter atau formula parkland adalah rumus yang digunakan
menghitung cairan resusitasi pada pasien luka bakar. Luka bakar sendiri adalah
adanya kerusakan jaringan yang di akibatkan dari terapaparnya dengan bahan
panas. Bahan panas dapat berupa air panas, bahan kimia, api, radiasi bahkan
listrik.
Luka bakar akan memicu beberapa fase. Fase ini harus diresusitasi agar fase
akut (fase syok), fase sub akut, dan fase lanjutan.
a. Fase Akut : pada fase ini defek ABC (airway breathing dan sirkulasi)
terjadi karena imbalance elektrolit dan cairan tubuh.

7
8

b. Fase Sub Akut : terjadi kerusakan jaringan karena proses peradangan dan
terjadi infeksi baik lokal dan sistemik. Biasanya tubuh dalam keadaan
hipermetabolisme.
c. Fase Lanjutan : terjadi maturasi luka bakar. Muncul gejala seperti keloid,
warna kulit berubah (pigmentasi), kontraktur, hipertropik dan terjadi
deformitas.

Berikut ini rumus Baxter untuk menghitung total kebutuhan cairan pasien luka
bakar:

Kebutuhan cairan = 4 cc x BB (dalam Kg) x Luas luka bakar (%) cc

1. 8 jam pertama diberikan setengah dari kebutuhan cairan


2. 16 jam berikutnya diberikan setengah sisa kebutuhan cairan

Ada pun jika luas luka bakar lebih dari 50%, maka perhitungan kebutuhan
cairan dihitung dengan luas luka bakar 50%. Waktu pemberian cairan terhitung
sejak kejadian, bukan pada tahap hospital. Jadi perkiraan sudah dihitung sejak
pasien mengalami luka bakar dan waktu yang terbuang selama pasien menuju
rumah sakit.

Contoh :
Ibu SN berusia 50 tahun, dengan berat badan 60 Kg, Tinggi badan 170 cm datang
ke IGD dengan keluhan luka bakar dengan luas 40%. Berapa ml cairan resusitasi
yang harus diberikan berdasarkan rumus baxter?
Jawab:
Cairan yang diberikan = 4 ml x BB/ kg x Luas bakar (%)/cc
= 4 ml x 60 kg x 40%
= 9.600 ml/24 jam
Artinya kebutuhan cairan pasien tersebut adalah 9,6 liter selama 24 jam.
Selanjutnya, kita hitung pemberiannya.
a. Pada 8 jam pertama : 1/2 x 9600 = 4.800 ml/8 jam
b. 8 jam kedua : 1/2 x 9600 = 4.800 ml/16 jam

8
9

 Jadi pada 8 jam pertama, diberikan 4.8 ml dan pada 16 jam selanjutnya
diberikan 4.8 ml
Misal kita gunakan infus dengan tipe 20 tetes/ml (misal merk Terumo).
a. Pada 8 jam pertama
Diketahui 4.800 ml selama 8 jam. Artinya dalam 1 jam, pasien harus masuk
cairan = 4.800/8 = 600 ml/jam.
Jumlah tetesan per menit =
(volume yang dibutuhkan x faktor tetesan) / (waktu pemberian x 60 menit)
Jumlah tetesan per menit =
(4800 x 20 ) / (8 x 60) = 200 tetes / menit. Atau 1 detiknya 3-4 tetes.
b. Pada 16 jam Selanjutnya
Diketahui 4.800 ml selama 16 jam. Artinya dalam 1 jam pasien harus masuk
cairan resusitasi = 4.800/16 = 300 ml.
Jumlah tetesan per menit
(volume yang dibutuhkan x faktor tetesan) / (waktu pemberian x 60 menit)
Jumlah tetesan permenit
(4800 x 20) / (16 x 60) = 100 tetes / menit. Atau 1 detiknya 1-2 tetes.

2.4 Standart Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Luka Bakar


Pengertian Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan
tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (misalnya
: api, air panas, listrik) atau zat-zat yang bersifat membakar
(misalnya : asam kuat dan basa kuat).

 Mencegah masukan kuman-kuman dan kotoran kedalam


luka
 Mencegah sekresi yang berlebihan
 Mengurangi rasa sakit
 Mengistirahatkan bagian tubuh yang luka atau sakit
 Merawat semua derajat luka bakar sesuai dengan
kebutuhan

Tujuan 1. Mencegah terjadinya infeksi

9
10

2. Mengangkat jaringan nekrotik

Kebijakan Dokter atau perawat harus melaksanakan langkah-langkah


sesuai prosedur.

Prosedur A. Persiapan Alat


1. Alat pelindung diri (masker, sarung tangan, scort)
2. Set ganti balutan steril
3. Spuit 10 cc
4. Spuit steril
5. Kasa steril
6. Verband sesuai dengan kebutuhan
7. Nierbeken
8. Gunting jaringan
9. Pinset Anatomi
10. Pinset cirugis
11. Pengalas
12. Plester
13. Gunting plester
14. Kasa Deppers
15. Korentang
16. Obat obatan sesuai program
17. Larutan Nacl 0,9%/ Aquadest
B. Persiapan Lingkungan
1. Atur pencahayaan
2. Tutup pintu, sketsel (Untuk penegakan privasi)
C. Pelaksanaan
1. Perawat memberikan penjelasan pada keluarga atau
pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Dekatkan alat dengan pasien
3. Perawat menggunakan alat pelindung diri (masker,
sarung tangan,scort).

10
11

4. Mengatur posisi klien di bed tindakan supaya luka dapat


terlihat jelas dan mudah dilakukan perawatan luka
5. Bila luka bakar tertutup pakaian maka minta ijin untuk
membuka pakaian supaya luka terlihat jelas dan
membuka pakaian dengan hatihati, bila sulit basahi
dengan NaCl 0,9%
6. Membersihkan luka bakar dengan cara mengirigasi yaitu
dengan cara mengaliri bagian luka menggunakan NaCl
dengan meletakan nierbekken di bawah luka terlebih
dahulu
7. Melakukan debridement bila terdapat jaringan nekrotik
dengan cara memotong bagian nekrotik dengan
mengangkat jaringan nekrotik menggunakan pinset
chirurgis dan digunting dengan gunting chirurgis mulai
dari bagian yang tipis menuju ke bagian tebal.
8. Bila ada bula dipecah dengan cara ditusuk dengan jarum
spuit steril sejajar dengan permukaan kulit dibagian
pinggir bula kemudian dilakukan pemotongan kulit bula
dimulai dari pinggir dengan menggunakan gunting dan
pinset chirugis.
9. Mengeringkan luka dengan cara mengambil kasa steril
dengan pinset anatomis lalu kasa steril ditekankan pelan-
pelan sehingga luka benar- benar dalam kondisi kering.
10. Memberikan obat topical sesuai luas luka dengan
menggunakan dua jari yang telah diolesi obat tersebut.
11. Menutup luka dengan kasa steril dan memasang plester
dengan digunting sesuai ukuran kemudian ditempelkan
di atas kasa steril. Menjelaskan bahwa perawatan luka
telah selesai.
12. Membersihkan alat medis dan membersihkan sampah
medis.
13. Mengobservasi keadaan umum pasien :

11
12

Tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan


14. Melaporkan segera kepada dokter bila terdapat
perubahan

Unit UGD ( Unit Gawat Darurat)

12
13

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil
penangananharus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan
penanganan secara holistik dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan
luka bakar didasarkan pada luas luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor
penyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam
akan memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak luka bakar yang
dialami penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dansosial
bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu
pengetahuandan teknologi, maka makin berkembang pula teknikHcara
penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk
sembuh bagi penderita luka bakar.
3.2 Saran
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril
dansesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa
mempengaruhi waktu kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua, muda,
maupun anak anak diharapkan selalu waspada dan berhati-hati setiap kali
melakukan kegiatan dan aktivitas terutama pada hal-hal yang dapat memicu
luka bakar.

13

Anda mungkin juga menyukai