Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Waham


1. Definisi

Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses stimulasi

nternal dan eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa waham yaitu

keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas.

Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan intelektual dan latar belakang

budayanya, serta tidak dapat diubah dengan alasan yang logis. Selain itu keyakinan

tersebut diucapkan berulang kali (Kusumawati, 2010).

Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas

salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang

budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses

interaksi secara akurat (Yosep, 2009 dalam Damaiyanti & Iskandar 2012).

Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan,

tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan

ini berasal dari pemikiran yang sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011).

2. Rentang Respon Neurobiologi

Respon Adaptif Respon Maladaptif

 Pikiran logis  Distorsi pikiran  Gangguan proses pikir


 Persepsi kuat  Ilusi  Waham
 Emosi konsisten  Reaksi emosi berlebihan atau  Perilaku disorganisasi
 dengan penalama
kurang  Isolasi sosial
 Perilaku aneh atau tidak  Sulit berespon emosi
 Perilaku sesuai
biasa  Menarik diri
 Berhubungan sosial
 Perilaku sesuai
 Menarik diri

3. Etiologi
Keadaan yang timbul sebagai akibat dari pada proyeksi dimana seseorang

melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman kedunia luar. Individu itu biasanya

peka dan mudah tersinggung, sikap dingin dan cenderung menarik diri. Keadaan ini

sering kali disebabkan karena merasa lingkunganya tidak nyaman, mersa benci, kaku,

cinta pada diri sendiri yang berlebihan angkuh dan keras kepala. dengan seringnya

memakai mekanisme proyeksi dan adanya kecenderungan melamun serta

mendambakan sesuatu secara berlebihan, maka keadaan ini dapat berkembang

menjadi waham. secara perlahan-lahan individu itu tidak dapat melepaskan diri dari

khayalan dan kemudian meninggalkan dunia realitas.


Kecintaan pada diri sendiri, angkuh dan keras kepala, adanya rasa tidak aman,

membuat seseorang berkhayal ia sering menjadi penguasa dan hal ini dapat

berkembang menjadi waham besar.


Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga diri dan

keutuhan keluarga merupakan penyebab terjadinya halusinasi dan waham. Selain itu

keemasan, kemampuan untuk memisahkan dan mengatur persepsi mengenai

perbedaan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan diri sendiri menurun sehingga

segala sesuatu sukar lagi dibedakan, mana rangsangan dari pikiran dan rangsangan

dari lingkungan.
Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya waham, yaitu:
a. Faktor predisposisi
Meliputi perkembangan sosial kultural, psikologis, genetik, biokimia. jika

tugas perkembangan terhambat dan hubunganya interpersonal terganggu maka

individu mengalami stres dan kecemasan.


Berbagai faktor masyarakat dapat membuat seseorang merasa teriolasi dan

kesepian yang mengakibatkan kurangnya rangsangan eksternal. Stress yang

berlebihan dapat mengganggu metabolisme dalam tubuh sehingga membuat tidak

mampu dalam proses stimulus internal dan eksternal.


b. Faktor Presipitasi
Rangsangan lingkungan yang sering menjadi pencetus terjadinya waham

yaitu klien mengalami hubungan yang bermusuhan, terlalu lama diajak bicara,

objek yang ada dilingkungan dan suasana seoi (isolasi). Suasana ini dapat
meningkatkan stress dan kecemasan.
4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir : waham adalah

sebagai berikut :

a. Menolak makan

b. Tidak ada perhatian pada perawatan diri

c. Ekspresi wajah sedih / gembira / ketakutan

d. Gerakan tidak terkontrol

e. Mudah tersinggung

f. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan

g. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan

h. Menghindar dari orang lain

i. Mendominasi pembicaraan

j. Berbicara kasar

k. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan

5. Jenis-Jenis Waham
a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa dirinya memiliki kebesaran/kekuasaan, diucapkan berulangkali

tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.


Contoh:
“Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau saya punya tambang emas”

b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha

merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai dengan

kenyataan.
Contoh:
“Saya tahu.. seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka

iri dengan kesuksesan saya “


c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang

kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.


Contoh:
“Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari.”
d. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/ terserang penyakit,

diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.


Contoh:
“Saya sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-

tanda kanker namun pasien terus megatakan bahwa ia terserang kanker.”


e. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, diucapkan

berulangkali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.


Contoh:
“Ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”
6. Fase-fase Waham

Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :

a. Fase of human need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara

fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-

orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat

miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang

secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self

ideal sangat tinggi.

b. Fase lack of self esteem

Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan

antara self idealdengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn

kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui

kemampuannya.

c. Fase control internal external

Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang

ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan

keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat,

karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan


diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut

belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba

memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal

ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan

menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau

konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan

orang lain.

d. Fase envinment support

Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya

menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu

yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang.

Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma

(super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

e. Fase comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta

menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan

mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri

dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari

interaksi sosial (isolasi sosial).

f. Fase improving

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu

keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul

sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak

terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi.

Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

7. Penatalaksanaan

Menurut Harnawati (2010), penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham


antara lain:

a. Psikofarmalogi

1) Litium Karbonat

a) Farmakologi

Litium Karbonat adalah jenis litium yang paling sering digunakan untuk

mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Sejak

disahkan oleh “Food and Drug Administration” (FDA). Pada 1970 untuk

mengatasi mania akut litium masih efektif dalam menstabilkan mood pasien

dengan gangguan bipolar. Meski demikian, efek samping yang dilaporkan

pada gangguan litium cukup serius. Efek yang ditimbulkan hampir serupa

dengan efek mengkonsumsi banyak garam, yakni tekanan darah tinggi,

retensi air, dan konstipasi. Oleh karena itu, selama penggunaan obat ini

harus dilakukan tes darah secara teratur untuk menentukan kadar litium.

b) Indikasi

Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala hilang dalam

jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium juga digunakan untuk

mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan

riwayat mania.

c) Dosis

Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan 3 dan 4

kali sehari, sedangkan tablet controlled release diberikan 2 kali sehari

interval 12 jam. Pemberian dosis litium harus dilakukan hati-hati dan

individual, yakni berdasarkan kadar dalam serum dan respon klinis. Untuk

menukar bentuk tablet dari immediate release maka diusahakan agar dosis

total harian keduanya tetap sama.

Control jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah

0,6-1,2 mEq/L. dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar 900mg-


1200mg per hari dalam dosis berbagi. Monitor dilakukan setiap bulan,

pasien yang supersensitive biasanya memperlihatkan tanda toksik pada kadar

serum dibawah 10mEq/L.

d) Efek Samping

Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada kadar litium dalam

serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai pada awal terapi. Misalnya

tremor ringan pada tangan, poliuria nausea, dan rasa haus. Efek ini mungkin

saja menetap selama pengobatan.

e) Contoh obat

Berbentuk tablet ataupun kapsul immediate release dan tablet controlled

release.

f) Mekanisme kerja

Menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensitivitas dari

reseptor dopamine.

2) Haloperidol

a) Farmakologi

Haloperidol merupakan obat antipsikotik (mayor tranquiliner) pertama

dari turunan butirofenon. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui.

b) Indikasi

Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat pada

anak-anak yang sering membangkang an eksplosif. Haloperidol juga efektif

untuk pengobatan jangka pendek, pada anak yang hiperaktif juga melibatkan

aktivitas motorik berlebih disertai kelainan tingkah laku seperti : impulsive,

sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan tidak tahan

frustasi.
c) Dosis

Dewasa:

Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari

Gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehari

Untuk mencapai diperlukan dosis control yang cepat, kadang-kadang

diperlukan dosis yang lebih tinggi. Pasien usia lanjut atau labil :1/2-2 mg, 2

atau 3 kali sehari. Pasien yang tetap menunjukkan gejala yang berat atau

adekuat perlu disesuaikan dosisnya. Dosis harian sampai 100mg mungkin

diperlukan pada kasus-kasus tertentu untuk mencapai respon optimal. Jarang

sekali haloperidol diberikan dengan dosis diatas 100mg untuk pasien berat

yang resisten.

Anak-anak:

Haloperidol tidak boleh diberikan pada anak-anak usia kurang dari 3

tahun. Pada anak-anak dengan usia 3-12 tahun (berat badan 15-40 kg). obat

mulai diberikan dengan dosis terkecil (0,5mg sehari). Jika perlu dosis dapat

ditingkatkan sebesar 5-7 hari sampai tercapai efek terapi yang diinginkan.

Dosis total dapat dibagi yaitu 2 atau 3 kali sehari.

Kelainan psikotik : 0,05-0,15mg/kg/hari.

d) Efek samping

 Susunan saraf pusat

Gejala ekstrapiramidal, diskinesia Tardif, distonia tardif, gelisah,

cemas, perubahan pengaturan temperature tubuh, agitasi, pusing. Depresi,

lelah, sakit kepala, mengantuk, bingung, vertigo, kejang.

 Kardivaskuler

Takikardi, hipertensi/hipotensi, kelainan EKG (gelombang T

abnormal dengan perpanjangan repolarisasi ventrikel), aritmia.

 Hematologik : Timbul leucopenia dan leukositosis ringan.


 Hati : Gangguan fungsi hati

 Kulit

Makulopapular dan akneiform, dermatitis kontak, hiperpigmentasi

alopesia.

 Endokrin dan metabolic

Laktasi, pembesaran payudara, martalgia, gangguan haid, amenore,

gangguan seksual, nyeri payudara, hiponatremia.

 Saluran cerna: Anoreksia, konstipasi, diare dan mual muntah.

 Mata: Penglihatan kabur

 Pernapasan: Spasme laring dan bronkus.

 Saluran genitourinaria: Retensi urin.

e) Kontraindikasi

Hipersensitifitas terhadap haloperidol atau komponen lain formulasi,

penyakit Parkinson, depresi berat SSP, supresi sumsum tulang, penyakit

jantung atau penyakit hati berat, koma.

f) Mekanisme kerja

Memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik

mesolimbik otak. Menekan pelepasan hormon hipotalamus dan hipofisa,

menekan Reticular Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi

metabolism basal. Temperature tubuh, tonus vasomotor dan emesis.

3) Karbamazepin

a) Farmakologi

Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang psikomotor,

serta neuralgia trigeminal. Karbamazepin secara kimiawi tidak berhubungan

dengan obat antikonvulsan lain maupun obat-obat lain yang digunakan untuk

mengobati nyeri pada neuralgia trigeminal.


b) Indikasi

 Karbamazepin diindikasikan sebagai obat antikonvulsan yaitu jenis :

Kejang parsial dengan symptom atologi komplek (psikomotor, lobus

temporalis) pasien dengan jenis kejang ini menunjukkan perbaikan yang

lebih besar dibandingkan jenis yang lain.

 Pola kejang campuran termasuk jenis diatas dan kejang parsial maupun

kejang umum yang lain. Kejang jenis petitmal tampaknya tidak efektif

diobati dengan karbamazepin.

 Neuralgia trigeminal

Karbamazepin diindikasikan untuk pengobatan nyeri akibat neuralgia

trigeminal murni. Obat ini bukan merupakan analgesic dan tidak boleh

diberikan untuk mengobati sakit/nyeri.

c) Dosis

 Dewasa dan anak-anak : diatas 12tahun

Dosis awal : 200mg 2x sehari untuk tablet/ 1 sendok teh 4x1 hari

suspense (400mg sehari). Umumnya dosisnya tidak melebihi 1000mg

sehari pada anak usia 12-15 tahun dan 1200mg sehari pada diatas

15tahun.

 Anak usia 6-12tahun

Dosis awal : 100mg 2 kali sehari, untuk tablet atau ½ sendok teh 4x1 hari.

Untuk suspense (200mg sehari), umumnya dosis tidak melebihi 1000mg

sehari.

 Neuorologi trigeminal

Dosis awal pada hari pertama diberikan 100mg 2x1 hari untuk

tablet atau ½ sendok teh 4x1 hari untuk suspense dengan dosis total

200mg x 1 hari. Dosis ini dapat ditingkatkan sampai 200mg sehari


dengan peningkatan sebesar 100mg tiap 12jam untuk tablet /50mg

(setengah sendok teh) 4x 1 hari untuk suspense, hanya jika diperlukan

untuk obat nyeri. Jangan melebihi dosis 1200mgx 1 hari.

d) Efek samping

Efek samping paling berat terjadi pada system liemopoetik, kulit dan

kardivaskular. Efek samping yang paling sering timbul yang terutama terjadi

pada awal terapi adalah pusing, ngantuk, mual, dan muntah.

Contoh obat:

 Tegritol (ciba)

 Temporal (orion)

 Karbamazepin (generic)

e) Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap karbamazepin, antidepresan trisiklik, atau

komponen sediaan, depresi sumsum tulang belakang.

f) Mekanisme kerja

Selain sebagai antikonvulsan, karbamazepin mempunyai efek sebagai

antikolinergik, antineuralgik, antideuritik, pelemas otot, antimanik,

antidepresif dan antiariunia. Menekan aktifitas senralis nucleus pada

thalamus/menurunkan jumlah stimulasi temporal yang menyebabkan neural

discharge dengan cara membatasi influks ion natrium yang menembus

membran sel atau mekanisme lain yang belum diketahui, menstimulasi

pelepasan ADH untuk mereabsorbsi air, secara kimiawi terkait dengan

antidepresan trisiklik.

b. Pasien hiperaktif atau agitasi anti psikotik low potensial

Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk

pengamanan pasien. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat anti psikotik untuk

pasien waham. Dimana pedoman penggunaan antipsikotik adalah:


1) Tentukan target symptom

2) Antipsikosis yang telah berhasil masa lalu sebaiknya tetap digunakan

3) Penggantian antipsikosis baru dilakukan setelah penggunaan antipsikosis yang

lama 4-6 minggu

4) Hindari polifarmasi

5) Dosis maintenans adalah dosis efektif terendah.

Contoh obat antipsikotik adalah:

1) Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone).

Pilihan awal Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine tablet 25mg,

100mg.

 Keuntungan : angka keberhasilan tinggi, ekstra pyramidal symptom

minimal.

 Kerugian : harganya mahal

2) Tipikal (chlorpromazine, haloperidol), chlorpromazine 25-100mg

 Keuntungan: harganya relatif lebih murah, efektif untuk mmenghilangkan

gejala positif.

 Kerugian: angka keberhasilan rendah, efek samping pyramidal (gejala

mirip Parkinson, distonia akut, akathisia, tardive dyskinesia, (pada 24%

pasien), neuroleptic malignant syndrome, dan hyperprolactinaemia) kurang

efektif untuk menghilangkan gejala negative.

c. Penarikan diri high potensial

Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari

pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri

(khayalan dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan

pasien waham adalah penarikan diri high potensial. Hal ini berarti

penatalaksanaannya ditekankan pada gejala dari waham itu sendiri, yaitu gejala

penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya dialami sesaat
sebelum waktu yang dijadwalkan berikutnya, penarikan diri dari lingkungan

sosial.

d. ECT tipe katatonik

Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus listrik

melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya menyebabkan

perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala penyakit mental

tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang

parah atau jika obat-obatan tidak membantu meredakan katatonik episode.

e. Psikoterapi

Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun

psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang,

terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang

memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi

perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif.


B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

Selama pengkajian, perawat harus mendengrkan, memperhatikan, dan

mendokumentasikan semua informasi, baik melalui wawancara maupun observasi

yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Berikut ini beberapa contoh

pertanyaaan yang dapat perawat gunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien

waham.

a. Apakah pasien memiliki pikiran/isi piker yang berulang-ulang diungkapkan dan

menetap?
b. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas

secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?


c. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak

nyata?
d. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?Apakah pasien

pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?


e. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain

atau kekuatan dari luar?


f. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan

lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?


Isi pengkajian gangguan orientasi realita yang terfokus pada klien waham

yaitu:
Alasan masuk/dirawat
Umumnya klien dengan gangguan orientasi realita dibawa ke rumah sakit

karena mengungkapkan kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada


seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika

sedang kesal, marah, atau merusak barang-barang dan tidak mampu mengendalikan

diri.
Klien juga mengungkapkan sesuatu yang tidak realistic, flight of ideas,

kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar. Serta klien

mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan,

keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.

Biasanya klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak

(diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panic, sangat waspada, tidak dapat

menilai lingkungan/realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.


Format/data focus pengkajian pada klien dengan waham (Keliat & Akemat, 2009 dalam Damayanti,

2013)

Berikan tanda √ pada kolom yang sesuai dengan data klien


Proses pikir
( ) Sirkumtansial ( ) Tangensial
( ) Flight of idea ( ) Bloking
( ) Kehilangan asosiasi ( ) Pengulangan bicara

Isi pikir
( ) Obsesi ( ) Fobia
( ) Depersonalisasi ( ) Ide terkait
( ) Hipokondria ( ) Pikiran magis
Proses piker
( ) Agama ( ) Somatik ( ) Kebesaran ( ) Curiga
( ) Nihilistik ( ) Sisip pikir ( ) Siar pikir ( ) Kontrol pikir

Masalah keperawatan
a. Kerusakan komunikasi verbal
b. Gangguan proses pikir: waham
c. Harga diri rendah kronik

Pohon masalah

Kerusakan komunikasi verbal


Effect

Perubahan proses pikir; Waham


Core Problem

Harga diri rendah kronik


Causa
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan klien dengan waham berdasarkan pohon masalah:
a. Kerusakan komunikasi verbal
b. Gangguan proses pikir: waham
c. Harga diri rendah kronik
3. Rencana Keperawatan Klien Gangguan Proses Pikir: Waham
Nama Klien: …………… Diagnosa Medis:

…………..
Ruangan : ……………. No. Cm : ..

…………

Rencana Tindakan Keperawatan


Tgl No Diagnosa Tujuan Tindakan Keperawatan
(Umum dan Khusus)
Diagno Keperwatan

sa
1 2 3 4 5
Gangguan proses 1. Klien dapat membina 1.1. Bina hubungan saling percaya

pikir: hubungan saling dengan klien: beri salam


Waham
percaya terapeutik (panggil nama klien),

sebutkan nama perawat, jelaskan

tujuan interaksi, ciptakan

lingkungan yang tenang, buat

kontrak yang jelas ( topik yang

dibicarakan, waktu dan tempat)


1.2 Jangan membantah dan

mendukung waham klien


 Katakan perawat menerima

keyakinan klien: “ menerima

keyakinan anda” disertai

ekspresi menerima.
 Katakan perawat tidak

mendukung: “Sukar bagi saya

untuk mempercayainya”

disertai ekspresi ragu tapi

empati
 Tidak membicarakan isi
2. Klien dapat
waham klien
mengidentifikasi 1.3 Yakinkan klien berada dalam

kemampuan yang keadaan aman dan terlindungi


 Anda berada ditempat aman,
dimiliki
kami akan menemani anda
 Gunakan keterbukaan dan

kejujuran
 Jangan tinggalkan klien

sendirian
1.4 Observasi apakah waham klien

mengganggu aktifitas sehari-hari

dan perawatan diri

3. Klien dapat 2.1 Beri pujian pda penampilan dan

mengidentifikasi kemampuan klien yang realistis


2.2 Diskusikan dengan klien
kebutuhan yang tidak
kemampuan yang dimiliki pada
terpenuhi
waktu lalu dan saat ini yang

realistis (hati-hati terlibat diskusi

tentang waham)
2.3 Tanyakan apa yang biasa klien

lakukan (kaitkan dengan aktifitas

sehari-hari dan perawatan diri)

kemudian anjurkan untuk

4. Klien dapat melakukannya saat ini


2.4 Jika klien selalu bicara tentang
berhubungan dengan
wahamnya, dengarkan sampai
realistis
kebutuhan waham tidak ada.

Perawat perlu memperlihatkan

bahwa klien penting

5. Klien mendapat 3.1 Observasi kebutuhan klien sehari-

dukungan keluarga hari


3.2 Diskusikan kebutuhan klien yang

tidak terpenuhi baik selama

dirumah maupun dirumah sakit

(rasa takut, ansietas, marah)


6. Klien dapat 3.3 Hubungan kebutuhan yang tidak

menggunakan obat terpenuhi dan timbulny waham


3.4 Tingkatkan aktifitas yang dapat
dengan benar
memenuhi kebutuhan klien dan

memerlukan waktu dan tenaga

(aktifitas dapat dipilih bersama

klien, jika mugkin buat jadwal)


3.5 Atur situasi agar klien mempunyai

waktu untuk menggunakan

wahamnya.

4.1 Berbicara dengan klien dalam

konteks realitas (realitas diri,

realitas orang lain, realitas tempat

dan realitas waktu).


4.2 Sertakan klien dalam terapi

aktifitas kelompok: orientasi

realitas
4.3 Berikan pujian pada tiap kegiatan

positif yang dilakukan klien


5.1 Diskusikan dengan keluarga

tentang:
 Gejala waham
 Cara merawatnya
 Lingkungan keluarga
 Folow-up obat
5.2 Anjurkan keluarga melaksanakan

5.1 dengan bantuan perawat

6.1 Diskusikan dengan klien dengan

keluarga tentang obat, dosis,

frekuensi dan efek samping akibat

penghentian
6.2 Diskusikan perasaan klien setelah

makan obat
6.3 Berikan obat dengan prinsip 5

(lima) benar
RENCANA KEPERAWATAN GANGGUAN PROSES ISI PIKIR: WAHAM

Dalam bentuk strategi pelaksanaan

No KLIEN KELUARGA
SP1P SP1K
1 Membatu orentasi realita Mendiskusikan masalah yang di

rasakan yang di rasakn keluarga dalam

2 Mendiskusikan kebutuhan yang tidak merawat pasien

terpenuhi Menjelaskan pengertian, tanda dan

3 gejala waham, dan jenis waham yang

4 Membantu pasien memenuhi di alami

kebutuhanya Menjelaskan cara cara merawat pasien

Menganjurkan pasien memasukan waham

jadwal kegiatan harian


SP2P SP2K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Melatih keluarga mempraktikan cara

2 Berdiskusi tentang kemampuan yang merawat pasien dengan waham

3 di miliki Melatih keluarga mempraktikan cara

Melatih kemampuan yang di miliki merawat langsung kepada pasien

waham
SP3 P SP3K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Membantu keluarga membuat jadwal

aktivitas di rumah termasuk minum

2 Memberikan pendidikan tentang obat

penggunan obat secara teratur Menjelaskan follow up pasien setelah


3 pulang

Menganjurkan pasien masuk dalam

jadwal kegiatan harian

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M. & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Revika

Aditama.

Harnawati.2010. Perilaku Kekerasan. Yogyakarta: Nuha Medika

Kusumawati. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Direja. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai