Indonesia Power
UP Suralaya unit 1-7,Suralaya, Banten, Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
pengembangan dan pemeliharaan proses industri, unit operasi dalam skala besar dimana
melibatkan perubahan fisik dan kimia suatu bahan. Mahasiswa Teknik Kimia FTI-ITS sebagai
bagian dari sumber daya manusia Indonesia secara khusus disiapkan untuk menjadi design
engineer, project engineer, process engineer, peneliti dan pendidik.
Untuk menunjang hal tersebut maka Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS mewajibkan
mahasiswanya untuk melaksanakan Kerja Praktek sebagai sarana bagi mahasiswa untuk
menerapkan teori-teori yang didapatkan di perkuliahan ke aplikasi di lapangan.
Sesuai dengan kurikulum jurusan Teknik Kimia ITS, yaitu adanya kerja praktek (2
SKS), kami memilih PT. Indonesia Power UP Suralaya karena pada perusahaan ini
menerapkan beberapa proses teknik kimia yang sesuai dengan materi kuliah yang dipelajari di
perkuliahan. Dengan demikian nantinya diharapkan dapat menambah pemahaman dan
pengetahuan kami dalam mempelajari proses teknik kimia.
khususnya yang berada di wilayah PLTU Suralaya unit 1-7, agar kondisi real
(nyata) yang terjadi selama proses produksi dapat diketahui.
I.3Manfaat Kerja Praktek
Adapun manfaat-manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Oktober 1995. Nama itu kemudian berubah menjadi PT. Indonesia Power pada tanggal 3
Oktober 2000. Perubahan nama tersebut mengukuhkan penetapan tujuan perusahaan
untuk sepenuhnya berorientasi pada bisnis dan mengantisipasi kecenderungan pasar yang
senantiasa berkembang. Dalam kurun waktu belasan tahun, Indonesia Power telah
berkembang dengan cepat melalui kinerja usaha yang meyakinkan.
Indonesia Power mengoperasikan delapan Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) yang
tersebar di UBH lokasi-lokasi strategis Jawa-Bali, dan Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan,
dengan total kapasitas terpasang 8.996 MW. Selanjutnya Perseroan mengembangkan
sayap dengan pendirian empat anak perusahaan, yaitu PT. Cogindo Daya Bersama
(CDB) pada tahun 1997 untuk mendukung usaha pembangkitan, outsourcing dan kajian
energy, serta PT. Artha Daya Coalindo (ADC) pada tahun 1998 yang bergerak dibidang
manajemen dan perdagangan batubara serta bahan bakar lainnya. Sebagai perusahaan
terbesar dibidang pembangkitan tenaga listrik di Indonesia, Indonesia Power siap
memasuki era pertumbuhan baru seiring prospek bisnis yang menjanjikan dan penuh
tantangan dimasa depan.
II.1.2 Sejarah PLTU Suralaya
Dalam rangka memenuhi peningkatan kebutuhan akan tenaga listrik khususnya di
pulau Jawa yang sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan
pemanfaatan sumber energy primer dan diversifikasi sumber energy primer untuk
pembangkit tenaga listrik, maka PLTU Suralaya telah dibangun dengan menggunakan
batubara sebagai bahan bakar utama.
UP Suralaya merupakan salah satu unit pembangkit yang dimiliki oleh PT.
Indonesia Power. Diantara pusat pembangkit yang lain, UP Suralaya memiliki kapasitas
daya terbesar yang juga merupakan pembangkit paling besar di Indonesia. PLTU
Suralaya dibangun melalui tiga tahapan, yaitu :
Tahap 1 : Membangun dua unit PLTU, yaitu unit 1 dan 2 yang masing-masing
berkapasitas 400 MW.Pembangunannya dimulai pada bulan Mei 1980 sampai
dengan bulan Juni 1985 dan telah beroperasi sejak tahun 1984 untuk unit 1 dan 26
Maret 1985 untuk unit 2.
Tahap 2 : Membangun 2 unit PLTU yaitu unit 3 dan unit 4 yang masing-masing
berkapasitas 400 MW. Dimana pembangunannya dimulai pada bulan Juni 1985
dan berakhir sampai dengan bulan desember 1989 dan telah beroperasi sejak 6
Februari 1989 untuk unit 3 sedangkan 6 November untuk unit 4.
Tahap 3 : Membangun tiga unit PLTU, yaitu 5,6, dan 7 yang masing-masing
berkapasitas 600 MW. Unit 5 pembangunannya dimulai sejak bulan januari 1993
dan telah beroperasi pada bulan Oktober 1996. Untuk unit 6 pada bulan April
1997 dan unit 7 pada bulan Oktober 1997.
Dalam pembangunannya secara keseluruhan dibangun oleh PLN Proyek Induk
Pembangkit Thermal Jawa Barat dan Jakarta Raya dengan konsultan asing Montreal
Engineering Company (Monecco) Canada untuk unit 1-4 sedangkan untuk unit 5-7 dari
Black & Veatch International (BVI) Amerika Serikat. Dalam melaksanakan proyek
pembangunan PLTU Suralaya mereka dibantu oleh beberapa kontraktor lokal dan asing.
Beroperasinya PLTU Suralaya diharapkan akan menambah kapasitas dan
keandalan tenaga listrik di pulau Jawa-Bali yang terhubung dalam sistem interkoneksi
se-Jawa dan Bali. Mensukseskan program pemerintah dalam rangka penganekaragaman
sumber energy primer untuk pembangkit tenaga listrik sehingga lebih menghemat BBM,
juga meningkatkan kemampuan bangsa Indonesia dalam menyerap tekologi maju,
penyediaan lapangan kerja, peningkatan taraf hifup masyarakat, dan pengembangan
wilayah sekitarnya sekaligus meningkatkan produksi dalam negeri.
BAB III
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
III.1 Profil Perusahaan
PT. Indonesia Power menghasilkan listrik di Indonesia. Indonesia Power
mengoperasikan delapan Unit Bisnis Pembangkitan, salah satu unit usaha pemeliharaan, dan
empat unit operasi dan pemeliharaan. Indonesia Power menghasilkan listrik melalui batubara,
air, panas bumi, gas alam, minyak, dan juga mengoperasikan pembangkit listrik siklus
gabungan. Indonesia Power didirikan pada tahun 1995 dan berpusat di Jakarta, Indonesia.
Perusahaan beroperasi sebagai anak usaha dari PT. Perusahaan Listrik Negara, BUMN listrik.
III.2 Struktur Perusahaan
Struktur organisasi yang baik sangat diperlukan dalam suatu perusahaan, semakin besar
perusahaan tersebut semakin kompleks organisasinya. Secara umum dapat dikatakan, strutur
organisasi merupakan suatu gambaran secara skematis yang menjelaskan tentang hubungan
kerja, pembagian kerja, serta tanggung jawab dan wewenang dalam mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan semula.
Secara struktural PT. Indonesia Power Unit pembangkitan Suralaya dipimpin oleh
seorang General Manajer, dan dibantu oleh tiga orang Deputy General Manajer seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.3, yaitu :
Deputi General Manager Bidang Operasi dan Pemeliharaan
Deputi General Manager Bidang Umum
Deputi General Manager Bidang Pengelolaan Batubara
Dimana masing-masing Deputi General Manajer membawahi beberapa Manajer bidang.
a. Deputi General Manager Bidang Operasi dan Pemeliharaan (DGMOP)
Membawahi beberapa orang Manajer, yaitu :
Manager Operasi 1-4 ( MOP 1-4 )
Manager Operasi 5-7 ( MOP 5-7 )
Manager Pemeliharaan 1-4 ( MHAR 1-4 )
Manager Pemeliharaan 5-7 ( MHAR 5-7 )
Manager Perencanaan, Evaluasi, dan Engineering ( MREE )
b. Deputi General Manager Bidang Umum ( DGMUM )
Gambar III.2.1 Struktur Organigram PT. Indonesia Power UP Suralaya
Pada bagian K3, Lingkungan, Mutu, dan Sipil, bagan susunan jabatan tercantum pada
Gambar III.2.2.
Gambar III.2.2 Susunan Jabatan Bagian K3, Mutu, Lingkungan, dan Sipil
timur dibatasi oleh bukit desa Salira, di sebelah selatan dibatasi oleh bukit desa Suralaya, dan
di sebelah utara dibatasi oleh Laut Jawa.
Sebelumnya ada 4 lokasi alternatif yang dipilih untuk lokasi PLTU dengan bahan
bakar utamanya batubara yaitu:
1. Cigading, Anyer
2. Suralaya, Merak
3. Gorenjang, Balaraja
4. Tanjung Pasir, Tangerang
Dari hasil studi kelayakan, Suralaya telah dipilih sebagai lokasi yang paling baik,
karena adanya beberapa factor sebagai berikut:
1. Tersedianya tanah dataran yang cukup luas dimana tanah tersebut dilihat tidak
produktif untuk pertanian.
2. Tersedianya pantai dan laut yang cukup dalam, tenang, dan bersih. Hal ini baik
untuk pelabuhan dan air dingin.
3. Adanya faktor item no.2 diatas akan membantu/ memperlancar pengangkutan
alat berat dan bahan baker.
4. Jalan masuk lokasi tidak terlalu jauh dan sebelumnya sudah ada jalan namun
belum begitu baik.
5. Jumlah penduduk di sekitar lokasi masih relative sedikit hingga tidak
memerlukan pembebasan penduduk guna pemasangan saluran transmisi.
6. Tanah yang memungkinkan untuk mendirikan bangunan yang besar dan
bertingkat.
7. Tersedianya tempat yang cukup untuk penimbunan limbah abu dari sisa
pembakaran batubara.
8. Tersedianya tanaga kerja yang cukup untuk memperlancar pelaksanaan
pembangunan.
9. Dampak lingkungannya baik karena terletak diantara perbukitan dan laut.
Menimbang data pengawasan beban listrik se-Indonesia, bahwa kebutuhan akan
tenaga listrik di pulau Jawa merupakan yang terbesar, maka tepat apabila dibangun
pembangkit yang besar di Pulau Jawa.