Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk


bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500
gram. Plasenta merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme khusus
untuk menunjang pertumbuhan dan ketahanan hidup janin. Hal ini termasuk
pertukaran gas yang efisien, transport aktif zat-zat energi, toleransi imunologis
terhadap imunitas ibu pada allograft dan akuisisi janin. Melihat pentingnya peranan
dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan menyebabkan kelainan
pada janin atau pun mengganggu proses persalinan. Salah satu kelainan pada plasenta
adalah kelainan implantasi atau disebut dengan plasenta previa.1
Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran. Dari
seluruh kasus perdarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab yang
terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian perdarahan antepartum, kemungkinan
plasenta previa harus dipikirkan lebih dahulu.2
Diagnosis plasenta previa jarang dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis,
kecuali jika jari dimasukkan melalui serviks dan plasenta teraba. Pemeriksaan serviks
semacam ini tidak boleh dilakukan, kecuali jika wanita bersangkutan sudah berada di
ruang operasi dengan semua persiapan untuk sesar segera, karena pemeriksaan paling
lembut pun dapat menyebabkan perdarahan hebat.3
Secara umum klasifikasi plasenta previa adalah : plasenta previa totalis, plasenta
previa parsialis, plasenta previa marginalis dan plasenta letak rendah.3

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFENISI
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian
terendah sering kali terkendala memasuki pintu atas panggul (PAP) atau
menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta umumnya
terletak dikorpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus uteri.1

B. EPIDEMIOLOGI
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia
di atas 30 tahun. Juga sering terjadi pada kehamilan ganda daripada kehamilan
tunggal. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan insidennya
berkisar 1,7% - 2,9%. Di negara maju insidennya lebih rendah yaitu kurang dari 1%
kemungkinan disebabkan berkurangnya wanita hamil dengan paritas tinggi. Dengan
meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam obstetrik yang memungkinkan deteksi
lebih dini insiden plasenta previa dapat lebih tinggi.6

C. ETIOLOGI
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang
endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang
baiknya vaskularisasi desidua.2
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh
menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan
mendekati atau menutup ostium uteri internum.2
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat
implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri internum. 2

2
D. KLASIFIKASI
Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi :
1. Plasenta previa totalis, ostium uteri internum seluruhnya tertutup oleh
plasenta.
2. Plasenta previa parsialis, hanya sebagian ostium uteri internum tertutup oleh
plasenta.
3. Plasenta previa marginalis, hanya tepi plasenta yang menutupi ostium uteri
internum.
4. Plasenta letak rendah, plasenta berimplantasi di segmen bawah uterus tetapi
tidak ada bagian yang menutupi ostium uteri internum.4

3
E. PATOFISIOLOGI
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan mungkin
juga lebih awal, telah terbentuk segmen bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami
pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal
yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian bagian dari plasenta.
Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang
berimplantasi pada bagian itu akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua
sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada saat serviks mendatar (effacement) dan
membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi
akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan
intervillus dari plasenta. Perdarahan pada plasenta previa mudah terjadi dan dalam
jumlah yang banyak karena segmen bawah rahim dan serviks memiliki elemen otot
yang sangat minimal sehingga tidak mampu berkontraksi dengan kuat, akibatnya
pembuluh darah pada daerah tersebut tidak akan tertutup sempurna.6
Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri. Pada plasenta yang
menutupi seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi lebih awal dalam
kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian
terbawah yaitu pada ostium uteri internum. sebaliknya, pada plasenta previa parsialis
atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai
persalinan. perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada
perdarahan selanjutnya. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan di
bawah 30 minggu tetapi lebih separuh kejadiannya pada umur kehamilan 34 mingu
atau lebih. Berhubung tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri
internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim.6
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis
mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih
kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan plasenta inkreta,
bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai menembus buli-buli
dan ke rektum bersama plasenta previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering

4
terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah bedah sesar. Segmen bawah rahim dan
serviks yang rapuh dan mudah robek oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat
disana. kedua kondisi ini berpotensi meningkakan kejadian perdarahan
pascapersalinan pada plasenta previa, misalnya dalam kala tiga karena plasenta sukar
terlepas (retensi plasenta), atau setelah plasenta lepas karena segmen bawah rahim
tidak mampu berkontraksi dengan baik.6

F. MANIFESTASI KLINIK
Gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai berikut2 :
1. Perdarahan pervaginam. Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan
akhir trimester kedua atau awal trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta
previa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak akan berakibat
fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari perdarahan
sebelumnya.
2. Tanpa nyeri. Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan
tanpa nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir
trimester kedua atau sesudahnya.
3. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan
yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat,
dapat menimbulkan anemia sampai syok.
4. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam pintu atas panggul (PAP)
akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat
menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim

G. DIAGNOSIS
Anamnesis perdarahan tanpa keluhan, perdarahan berulang. Klinis kelainan letak
dari perabaan fornises teraba bantalan lunak pada presentasi kepala. Pemeriksaan
dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan di kamar operasi yang telah siap untuk
melakukan operasi segera.2

5
Diagnosis plasenta previa (dengan perdarahan sedikit) ditegakkan dengan
pemeriksaan ultrasonografi (USG). Dengan pemeriksaan USG transabdominal
ketepatan diagnosisnya mencapai 95-98%. Dengan USG transvaginal atau
transperitoneal (translabial), ketepatannya akan lebih tinggi lagi.2

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu :
1. Konservatif
Semua wanita hamil yang mengalami perdarahan pada trimester kedua atau
trimester ketiga harus dirawat di rumah sakit. Pasien diminta istirahat baring dan
dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Jika kemudian ternyata perdarahan tidak
banyak dan berhenti serta janin dalam keadaan sehat dan masih prematur
dibolehkan pulang dilanjutkan dengan rawat jalan dengan syarat telah mendapat
konsultasi yang cukup terhadap keluarga agar segera kembali ke rumah sakit bila
terjadi perdarahan ulang, walaupun kelihatan tidak mencemaskan.6
Pada usia kehamilan antara 24 minggu sampai 34 minggu diberikan steroid
dalam perawatan antenatal untuk pematangan paru janin. Pada keadaan yang
tampak stabil saat rawat jalan, hubungan suami istri dan mengerjakan pekerjaan
rumah tangga harus dihindari.6
Selama rawat inap mungkin diperlukan transfusi darah dan pemantauan
kesehatan janin dan observasi kesehatan maternal. Dalam keadaan janin masih
prematur dipertimbangkan pemberian tokolitik untuk menekan his sementara
waktu sembari memberi steroid untuk mempercepat pematangan paru janin.6

2. Aktif
Dilakukan dengan segera mengakhiri kehamilan sebelum terjadi perdarahan
yang dapat menimbulkan kematian, misalnya: kehamilan telah cukup bulan,
perdarahan banyak, dan anak telah meninggal.2

6
Dengan cara seksio sesarea, yang dimaksud untuk mengosongkan rahim
sehingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Selain itu
seksio sesarea juga dapat mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen
bawah rahim yang sering terjadi pada persalinan pervaginam. Kebanyakan seksio
sesarea pada plasenta previa dapat dilakukan melalui insisi melintang pada
segmen bawah rahim bagian anterior terutama jika plasentanya terletak
dibelakang dan segmen bawah rahim telah terbentuk dengan baik.2,6
Histerektomi dilakukan jika terjadi perdarahan setelah pengeluaran bayi
melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun saat tindakan manual plasenta
pada retensio plasenta, dimana perdarahan tersebut di atas tidak dapat terkendali
dengan cara seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteri uterina, ligasi
arteri ovarika, ligasi arteri hipogastrik.6

7
I. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita
plasenta previa, yaitu : 5,6
1. Komplikasi pada ibu
a. Dapat terjadi anemia, syok hipovolemik bahkan kematian
b. Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang
rapuh
c. Infeksi karena perdarahan yang banyak.

8
2. Komplikasi pada janin
a. Kelainan letak janin.
b. Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
c. Asfiksia intra uterin sampai dengan kematian

J. PROGNOSIS
Prognosis ibu pada plasenta previa saat ini lebih baik jika dibandingkan
dengan masa lalu. Hal ini dikarenakan diagnosa yang lebih dini, ketersediaan
transfusi darah, dan infus cairan yang telah ada di hampir semua rumah sakit
kabupaten. Demikian juga dengan kesakitan dan kematian anak mengalami
penurunan, namun masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran prematur baik
yang lahir spontan maupun karena intervensi seksio cesarea. Karenanya
kelahiran prematur belum sepenuhnya bisa dihindari sekalipun tindakan
konservatif diberlakukan. 6

9
BAB III

STATUS OBSTETRI

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 14-05-2017 Tanggal Pemeriksaan : 14-05-2017


Ruangan : Kelas I Jam : 14.00 WITA

IDENTITAS
Nama : Ny. Y Nama suami : Tn. H
Umur : 37 tahun Umur : 40 tahun
Alamat : BTN Palupi Alamat : BTN Baliase
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : SMA

ANAMNESIS
G4P3A0 Usia Kehamilan : 30-31 minggu
HPHT : 16-09-2016 Menarche : 13 tahun
TP : 23-06-2017 Perkawinan : Pertama (10 tahun)

Keluhan Utama : Keluar darah dari jalan lahir


Riw. Penyakit Sekarang :
Pasien Ny. Y 37 tahun, G4P3A0 usia kehamilan 30-31 minggu masuk ke
RSU Wirabuana dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak pukul 06.00
wita. Darah berwarna merah segar, tidak bergumpal, tanpa disertai rasa nyeri,
serta tidak ada pelepasan lendir dan air. Darah merembes terus-menerus sampai
menghabiskan 1 pembalut. Pasien mengaku masih merasakan gerakan janinnya.
Keluhan tidak disertai dengan mual, muntah, pusing, sakit kepala, maupun
demam. BAB dan BAK lancar.

10
Sebelumnya pasien mengaku pernah keluar darah dari jalan lahir pada usia
kehamilan 4 bulan, namun hanya sedikit-sedikit. Pada saat tersebut pasien tidak
memeriksakan kehamilannya kepada tenaga kesehatan. Tidak ada riwayat jatuh
ataupun terbentur pada bagian perut, riwayat urut pada perut disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat menstruasi sebelumnya teratur (+) tiap bulan dengan durasi 5-7 hari.
Riwayat Hipertensi (-), Riwayat Diabetes Mellitus (-), Asma (-), Alergi (-).

Riwayat Obstetri :
1 ♂, lahir di klinik, spontan, letak belakang kepala, aterm, ditolong bidan, BBL
2700 gram
2 ♀, lahir di klinik, spontan, letak belakang kepala, aterm, ditolong bidan, BBL
3000 gram
3 ♀, lahir di klinik, spontan, letak belakang kepala, aterm, ditolong bidan, BBL
3100 gram
4. Hamil sekarang

Riwayat ANC : 4x di bidan


Riwayat Imunisasi : Tetanus toksoid 2x

11
PEMERIKSAAN FISIK
1. KU : Sakit sedang
2. Kesadaran : Kompos mentis
3. Vital sign : Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 37ºC
4. Kepala – Leher :
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), edema palpebra (-/-), pembesaran
KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
5. Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik (-)
P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas jantung DBN
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung I/II
murni reguler
6. Abdomen :
I : Tampak cembung
A : Peristaltik usus (+) kesan normal
P : Timpani diseluruh kuadran
P : Nyeri tekan (-)
7. Ekstremitas :
Atas : Akral hangat, edema -/-
Bawah : Akral hangat, edema -/-

12
PEMERIKSAAN OBSTETRI :
Leopold I : 3 jari dibawah prosesus xyphoid
Leopold II : punggung kanan
Leopold III : presentasi kepala
Leopold I : kepala belum memasuki pintu atas panggul
HIS :-
Pergerakan Janin : Aktif
Janin Tunggal :+
Denyut Jantung Janin : 142 kali/menit
Pemeriksaan dalam tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin:
 WBC : 7,1 x 103/uL
 RBC : 3,9 x 106/uL
 HGB : 9,6g/dL
 PLT : 219 x 103/uL
HbSAg : non reaktif

RESUME
Pasien Ny. Y 37 tahun, G4P3A0 gravid 30-31 minggu masuk ke RS
Wirabuana dengan keluhan perdarahan pervaginam sejak pukul 06.00 wita.
Darah berwarna merah segar, bergumpal (-), rasa nyeri (-), serta pelepasan
lendir (-) dan air (-), gerakan janin (+). Darah merembes terus-menerus sampai
menghabiskan 1 pembalut. Riwayat perdarahan pervaginam saat usia kehamilan
4 bulan. Riwayat trauma (-).

13
Keadaan umum sakit sedang. Kesadaran kompos mentis. Tekanan darah
110/80 mmHg, denyut nadi 84 kali/menit, laju pernafasan 20 kali/menit, suhu
37°C. Konjungtiva anemis -/-. Pemeriksaan Obstetri: Leopold I 3 jari dibawah
prosesus xyphoid, Leopold II punggung kanan, Leopold III presentasi kepala,
dan Leopold IV kepala belum memasuki pintu atas panggul. Janin tunggal,
pergerakan aktif, DJJ 142kali/menit. Pemeriksaan genitalia, tampak rembesan
darah, berwarna merah segar yang keluar dari vagina. Pada kasus ini tidak
dilakukan pemeriksaan dalam.
Pada pemeriksaan darah rutinWBC 7.100.000/uL, RBC 3.900.000/uL, HGB
9,6g/dl, PLT 219.000/uL, HbSAg (non reaktif).

DIAGNOSIS
G4P3A0 37 tahun + gravid 30-31 minggu + perdarahan antepartum ec. Susp.
plasenta previa

PENATALAKSANAAN
- Bed Rest total
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Kalnex 1amp/8jam/iv
- Inj. Dexamethasone 6mg/12jam/iv
- Rencana USG besok

14
FOLLOW UP
15 Mei 2017
S : Keluar darah dari jalan lahir (+), nyeri perut bagian bawah (-), BAB/BAK biasa.
O : TD : 100/70 mmHg N : 80 kali/menit
R : 20 kali/mnt S : 36,5oC
Konjungtiva anemis (-/-).
Pemeriksaan obstetri :
- Leopold I : 3 jari dibawah prosesus xyphoid
- Leopold II : punggung kanan
- Leopold III : presentasi kepala
- Leopold IV : kepala belum memasuki pintu atas panggul.
- Janin tunggal, pergerakan aktif, DJJ 144 kali/menit.
Pemeriksaan genitalia : tampak rembesan darah, berwarna merah, sedikit, yang
keluar dari vagina.

15
Hasil USG:

 Gravid tunggal intrauterine, DJJ (+) 120 kali/menit


 Placenta pada corpus uteri posterior dan menutup seluruh OUI (plasenta praevia
totalis)
 Cairan amnion cukup, AFI 8,9 cm
 Estimasi kasar usia kehamilan ± 33-34 minggu
 Estimasi berat janin 2551 gram

16
A : G4P3A0 37 tahun + gravid 30-31 minggu + perdarahan antepartum ec. plasenta
previa totalis

P:
- Bed Rest total
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Kalnex 1amp/8jam/IV
- Inj. Dexamethasone 6mg/12jam/IV
- Utrogestan 1 x 200 mg

16 Mei2017
S : Keluar darah dari jalan lahir (-), nyeri perut bagian bawah (-), BAB/BAK biasa.
O : TD : 100/70 mmHg N : 78 kali/menit
R : 20 kali/mnt S : 36,5oC
Konjungtiva anemis (-/-).
Pemeriksaan obstetri :
- Leopold I : 3 jari dibawah prosesus xyphoid
- Leopold II : punggung kanan
- Leopold III : presentasi kepala
- Leopold IV : kepala belum memasuki pintu atas panggul.
- Janin tunggal, pergerakan aktif, DJJ 148 kali/menit.
Pemeriksaan genitalia : tidak tampak rembesan darah yang keluar dari vagina

A : G4P3A0 37 tahun + gravid 33-34 minggu + perdarahan antepartum ec. plasenta


previa totalis

P: Bed Rest total


- IVFD RL 20 tpm

17
- Inj. Kalnex 1amp/8jam/iv
- Utrogestan 1 x 200 mg

17 Mei 2017
S : Pengeluaran darah dari jalan lahir (-), nyeri perut bagian bawah (-), BAB/BAK
biasa.
O : TD : 110/70 mmHg N : 82 kali/menit
R : 20 kali/mnt S : 36,5oC
Konjungtiva anemis (-/-).
Pemeriksaan obstetri :
- Leopold I : 3 jari dibawah prosesus xyphoid
- Leopold II : punggung kanan
- Leopold III : presentasi kepala
- Leopold IV : kepala belum memasuki pintu atas panggul.
- Janin tunggal, pergerakan aktif, DJJ 142 kali/menit.
Pemeriksaan genitalia : tidak tampak darah yang keluar dari vagina

A : G4P3A0 37 tahun + gravid 33-34 minggu + perdarahan antepartum ec. plasenta


previa totalis
P: Bed Rest total
- Aff infus
- Utrogestan 1 x 200 mg
- Rawat jalan

18
BAB IV

PEMBAHASAN

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat


abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal). Klasifikasi jenis plasenta previa:
- Plasenta previa totalis, ostium uteri internum seluruhnya tertutupi oleh plasenta.
- Plasenta previa parsialis, sebagian ostium uteri internum tertutupi oleh plasenta.
- Plasenta previa marginalis, tepi plasenta terletak di batas ostium uteri internum.
- Plasenta previa letak rendah, plasenta berimplantasi di segmen bawah uterus
sedemikian rupa sehingga tepinya berada pada jarak ≤ 3-4cm dari ostium uteri
internum.

1. Diagnosis
Pada kasus ini, hal yang mendukung diagnosis plasenta previa adalah dari
anamnesis diperoleh adanya keluhan keluarnya darah dari jalan lahir, tanpa disertai
nyeri perut, tidak ada riwayat trauma sebelumnya dan adanya riwayat perdarahan
sebelumnya yang dialami pada usia kehamilan 4 bulan, namun dalam jumlah yang
sedikit, berwarna merah segar. Dari pemeriksaan fisik ditemukan kedua konjungtiva
bulbi tidak anemis. Pemeriksaan Obstetri: Leopold IV diperoleh janin belum masuk
PAP. Dari pemeriksaan genitalia juga ditemukan keluarnya darah dari vagina. Hasil
pemeriksaan penunjang USG juga didapatkan bahwa plasenta sepenuhnya menutupi
jalan lahir (plasenta previa totalis).
Pada plasenta previa akan terjadi perdarahan berwarna merah segar pada awal
kehamilan karena terjadi pembentukan segmen bawah rahim yang lebih dahulu
terbentuk pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri internum. Plasenta yang
berimplantasi di daerah tersebut akan sedikit mengalami laserasi akibat pelepasan
pada desidua basalis.6

19
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang
endometriumnya kurang baik. Keadaan ini bisa ditemukan pada2 :
1. Multipara, terutama jarak antara kehamilannya pendek.
2. Mioma uteri
3. Kuretase yang berulang
4. Usia lanjut
5. Bekas seksio sesarea
6. Hipoksemi yang terjadi akibat karbonmonoksida dengan hipertrofi plasenta. Hal
ini terjadi terutama pada perokok berat.

Dari keadaan-keadaan yang diuraikan di atas. Pasien ini ditemukan beberapa


keadaan yang meningkatkan kemungkinan keadaan endometrium kurang baik, yaitu
multipara dan usia lanjut.
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh
menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan
mendekati atau menutup ostium uteri internum. Endometrium yang kurang baik juga
dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat
yang rendah dekat ostium uteri internum.3
Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan di bawah 30 minggu tetapi
lebih separuh kejadiannya pada umur kehamilan 34 mingu atau lebih. Berhubung
tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan
lebih mudah mengalir keluar rahim.6

2. Penatalaksanaan
Pada kasus ini pasien di terapi secara konservatif berupa istrahat total, pemberian
infus RL, pemberian kalnex untuk menghentikan perdarahan, pemberian
dexamethasone untuk membantu mempercepat pematangan paru, dan juga diberikan
tokolitik untuk menekan his sementara waktu. Setelah perdarahan sudah tidak banyak

20
lagi pasien diperbolehkan pulang dan diberikan edukasi untuk kembali ke rumah sakit
jika perdarahan terjadi kembali.
Hal ini sesuai dengan teori dimana semua wanita hamil yang mengalami
perdarahan pada trimester kedua atau trimester ketiga harus dirawat di rumah sakit.
Pasien diminta istrahat baring dan dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Jika
kemudian ternyata perdarahan tidak banyak dan berhenti serta janin dalam keadaan
sehat dan masih prematur dibolehkan pulang dilanjutkan dengan rawat jalan dengan
syarat telah mendapat konsultasi yang cukup terhadap keluarga agar segera kembali
ke rumah sakit bila terjadi perdarahan ulang, walaupun kelihatan tidak
mencemaskan.6
Selama rawat inap mungkin diperlukan transfusi darah dan pemantauan
kesehatan janin dan observasi kesehatan maternal. Dalam keadaan janin masih
prematur dipertimbangkan pemberian tokolitik untuk menekan his sementara waktu
sembari memberi steroid untuk mempercepat pematangan paru janin.6
Pada kasus ini tidak dilakukan tatalaksana aktif berupa seksio sesarea karena
janin masih prematur dan perdarahan sudah tidak terjadi lagi, keadaan ibu membaik
setelah diberi obat-obatan.

3. Komplikasi
Adapun komplikasi yang bisa terjadi pada ibu maupun janin yang mengalami
plasenta previa yakni:5
1. Komplikasi pada ibu
a. Dapat terjadi anemia, syok hipovolemik bahkan kematian
b. Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang
rapuh
c. Infeksi karena perdarahan yang banyak.
2. Komplikasi pada janin
a. Kelainan letak janin
b. Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi

21
c. Asfiksia intra uterin sampai dengan kematian

Pada kasus ini komplikasi pada janin yaitu kelainan letak bokong dan prematur
serta tidak didapatkan komplikasi pada ibu.
Prognosis pada kasus ini dubia et bonam dimana hal ini dapat dilihat dari
keadaan tidak didapatkan pendarahan kembali dan keadaan ibu yang membaik.

22
KESIMPULAN

Menurut klasifikasi WHO kadar Hb untuk ibu hamil ditetapkan menjadi tiga
kategori yaitu normal (> 11 gr/%), anemia ringan (8-11 gr/%) dan anemia berat (< 8
gr/% ).

Hemoglobin (g/dl)
Trimester I < 10.0 g/dl
Trimester II < 10.5 g/dl
Trimester III < 10 g/dl

Besarnya angka kejadian anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan adalah
20%, trimester II sebesar 70%, dan trimester III sebesar 70%. Hal ini disebabkan
karena pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena
tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester
kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35%,
ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel
darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat
melahirkan, perlu tambahan besi 300 – 350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat
melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali lipat
kebutuhan kondisi tidak hamil.
Beberapa hal yang bisa dipakai sebagai pedoman untuk mencukupi kebutuhan
besi antara lain:
1. Pemberian suplement Fe untuk anemia berat dosisnya adalah 4-6mg/Kg BB/hari
dalam 3 dosis terbagi. Untuk anemia ringan-sedang : 3 mg/kg BB/hari dalam 3
dosis terbagi
2. Mengatur pola diet seimbang berdasarkan piramida makanan sehingga kebutuhan
makronutrien dan mikronutrien dapat terpenuhi.

23
3. Meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber besi terutama dari protein
hewani seperti daging, sehingga walaupun tetap mengkonsumsi protein nabati
diharapkan persentase konsumsi protein hewani lebih besar dibandingkan protein
nabati.
4. Meningkatkan konsumsi bahan makanan yang dapat meningkatkan kelarutan dan
bioavailabilitas besi seperti vitamin C yang berasal dari buah-buahan bersama-
sama dengan protein hewani.
5. Membatasi konsumsi bahan makanan yang dapat menghambat absorpsi besi
seperti bahan makanan yang mengandung polifenol atau pitat.
6. Mengkonsumsi suplemen besi ferro sebelum kehamilan direncanakan minimal
tiga bulan sebelumnya apabila diketahui kadar feritin rendah.

Tranfusi darah sebagai pengobatan anemia dalam kehamilan jarang diberikan


walaupun Hb kurang dari 6 g/ dl, apabila tidak terjadi perdarahan ataupun dengan
pemberian per oral tidak mencukupi kebutuhan Fe selama kehamilan. Darah yang
cukup harus tersedia selama persalinan, yang segera harus diberikan apabila terjadi
perdarahan yang lebih dari biasanya.
Pada kehamilan dengan plasenta previa perlu diperhatikan bahwa perdarahan
ulang biasanya lebih banyak. Transfusi darah harus segera diberikan apabila terdapat
gejala hipovolemi akibat perdarahan yang masif walaupun penampakan klinisnya
baik. Bhatt et al menemukan 64,7% ibu dengan plasenta prevvia membutuhkan
trasfusi darah.
Mekanisme kerja kortikisteroid pada perkembangan paru adalah meningkatkan
surfaktan paru. Kortikosteroid melibatkan induksi protein yang mengatur sistem
biokimia dengan sel tipe II pada paru janin yang memproduksi surfaktan. Pada sel-sel
paru janin manusia yang dikultur, pemberian deksametason meningkatkan
kandungan protein surfaktan sambil merangsang aktifitas semua enzim penting
untuk biosistesis fosfolipid.

24
Pemberian kortikoteroid ini mencegah morbiditas neonatal pada penggunaan
usia kehamilan 24-34 minggu. Semua kehamilan kurang dari 34 minggu yang akan
diakhiri diberikan kortikosteroid dalam bentuk Dexamethasone atau Betamethasone.
Kortkosteroid untuk memacu pematangan paru janin intarauterine.
Betamethasone 12-16 mg (3-4 amp)/IM/hari diberikan selama 2 hari (Liggin dan
Howie, 1972) atau Dexamethasone 6 mg/IM, diberikan 4 dosis tiap 6 jam sekali
(Parkland Hospital, 1994). Pemberian ini hanya dianjurkan sekali saja, tidak
dianjurkan untuk mengulangi pemberian setelah ini karena efek samping terhadap ibu
(hipertensi) dan janin (gangguan perkembangan syaraf) (NIHCDC-2000).
Terminasi kehamilan dilakukan dengan segera mengakhiri kehamilan sebelum
terjadi perdarahan yang dapat menimbulkan kematian, misalnya kehamilan telah
cukup bulan, perdarahan banyak, dan anak telah meninggal. Tindakan seksio sesarea
dilakukan dengan mempertimbangkan keadaan atau kondisi ibu tanpa memandang
usia kehamilan.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Triana, A., Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Sleman: Deepublish; 2015


2. Sastrawinata, S., Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta: EGC;
2004
3. Leveno, K.J., Obstetri Williams: Panduan Ringkas. Jakarta: EGC; 2009
4. Achadiat, C.M., Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC; 2004
5. Manuaba, I.B.G., Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC; 2007
6. Prawiroharjo, Sarwono, 2010. Ilmu Kandungan ; Plasenta Previa. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka.

26

Anda mungkin juga menyukai