Anda di halaman 1dari 38

PSAK 23 PENDAPATAN & PSAK 25

KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN


KESALAHAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar Akuntansi Keuangan
Program studi D4 Akuntansi

Dosen :
Khairaningrum Mulyanti, SPd, M.Pd.

Oleh:
Kelompok 5
1. Deborah simanjuntak 3154093
2. Niken Asyiami Rahma 3154041
3. Novia Aliya ida Agatha 3154052
4. Yoga Pratama Hermawan 3154045

DIPLOMA IV AKUNTANSI KEUANGAN


POLITEKNIK POS INDONESIA
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas ridho dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Seminar Akuntansi
Keuangan dengan materi yang berjudul “PSAK 23 PENDAPATAN & PSAK 25

KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN


KESALAHAN” dengan tepat waktu.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran secara
teori mengenai materi Seminar Akuntansi Keuangan yaitu PSAK 23 Pendapatan
& PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, Dan
Kesalahan
Dalam kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada
Ibu Khairaningrum Mulyanti S.Pd., M.Pd selaku dosen mata kuliah bersangkutan
yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penyusun dalam menyusun
dan menyelesaikan Makalah Seminar Akuntansi Keuangan, sehingga makalah ini
terselesaikan sesuai dengan prosedur dan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh sebab itu dengan tangan terbuka kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi
kita semua.
Demikian makalah ini kami susun, bila ada kata-kata yang salah dalam
penyusunan makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penyusun

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 PSAK 23.........................................................................................................3
2.1.1 Tujuan.....................................................................................................3
2.1.2 Ruang Lingkup.......................................................................................3
2.1.3 Definisi...............................................................................................4
2.1.4 Pengukuran Pendapatan...........................................................................5
2.1.5 Pengidentifikasian Transaksi...................................................................6
2.1.6 Penjualan Barang.....................................................................................7
2.1.7 Penjualan Jasa..........................................................................................9
2.1.8 Bunga, Royalti, dan Dividen..................................................................11
2.1.9 Pengungkapan........................................................................................12
2.1.10 Tanggal Efektif.....................................................................................12
2.2 PSAK 25 KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI
AKUNTANSI, DAN KESALAHAN.................................................................13
2.2.1 Tujuan....................................................................................................13
2.2.2 Ruang Lingkup......................................................................................13
2.2.3 Definisi...................................................................................................13
2.2.4 Kebijakan Akuntansi..............................................................................14
2.2.5 Perubahan Estimasi Akuntansi...............................................................18
2.2.6 Kesalahan...............................................................................................19
2.2.7 Tanggal Efektif.......................................................................................21
2.2.8 Penarikan...............................................................................................22

ii
2.3 Studi Kasus Perusahaan................................................................................22
2.3.1 Profil Perusahaan...................................................................................22
2.4 Pelaporan pendapatan dan perubahan kebijakan akuntansi di perusahaan...26
2.5 Analisa……………...…………………………………………………...... 31
BAB III KESIMPULAN........................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................36

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pendapatan dan kebijakan akuntansi adalah salah satu bagian penting dari
sebuah perusahaan. Ikatan akuntansi Indonesia (IAI) sebagai organisasi yang
mengatur seluruh akuntan yang ada di Indonesia, membuat standar akuntansi yang
dinamakan PSAK. Pendapatan diatur dalam PSAK 23 dan kebijakan akuntansi
diatur dalam PSAK 25.

PSAK 23 menyebutkan bahwa pendapatan adalah arus masuk bruto dari


manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama satu periode
jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak
berkontribusi dalam penanaman modal. Selain itu, Pendapatan sangat berpengaruh
dalam laporan keuangan dari sebuah perusahaan, terutama dalam laporan laba-
rugi.

Sedangkan PSAK 25 yang membehas tentang kebijakan akuntansi,


perubahan estimasi akuntansi dan kesalahan merupakan revisi dari PSAK 25
tentang laba atau rugi bersih untuk periode berjalan, kesalahan mendasar, dan
perubahan kebijakan akuntansi.

Perubahan kebijakan akuntansi sering kali dilakukan oleh setiap


perusahaan. Perubahan akuntansi dinilai dapat membuat pendapatan perusahaan
tersebut bertambah, namun akuntan harus memperhitungkan apakah perubahan
kebijakan tersebut membawa dampak positif atau tidak. Perubahan akuntansi yang
dilakukan harus lebih baik dari periode sebelumnya dengan cara melihat transaksi
dimasa lalu serta melakukan koreksi atas kesalahan yang terjadi.

Oleh karena itu kami sebagai penulis akan membahas dan menganalisis
tentang “pendapatan (PSAK 23) dan kebijakan akuntansi (PSAK 25).

1.2 Rumusan Masalah


Dalam perumusan masalah ini penulis akan merumuskan tentang:

1
2

1. Bagaimana peraturan yang terkandung dalam PSAK 23 mengenai


pendaptan dan PSAK 25 mengenai kebijakan akuntansi ?
2. Bagaimana implementasi PSAK 23 dan PSAK 25 pada perusahaan ?
3. Bagaimana perbandingan penerapan PSAK 23 dan PSAK 25 antara
perusahaan ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Menjelaskan peraturan yang terkandung dalam PSAK 23 mengenai
pendaptan dan PSAK 25 mengenai kebijakan akuntansi
2. Menjelaskan implementasi PSAK 23 dan PSAK 25 pada perusahaan
3. Menjelaskan perbandingan penerapan PSAK 23 dan PSAK 25 antara
perusahaan
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 PSAK 23

2.1.1 Tujuan
Penghasilan didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangansebagai peningkatan manfaat ekonomi selama periode
akuntansi dalam bentuk arus masuk atau peningkatan asset atau penurunan
liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi
penanam modal. Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenue) maupun
keuntungan (gain).
Pendapatan adalah penghasilan yang timbul selama dalam aktivitas normal
entitas dan dikenal dengan bermacam-macam sebutan yang berbeda seperti
penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen dan royalti. Tujuan Pernyataan
ini adalah mengatur perlakuan akuntansi atas pendapatan yang timbul dari
transaksi dan kejadian tertentu. Pendapatan diakui bila kemungkinan besar
manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke entitas dan manfaat ini dapat
diukur dengan andal.

2.1.2 Ruang Lingkup


Pernyataan ini diterapkan dalam akuntansi pendapatan yang timbul dari
transaksi dan kejadian berikut ini:
1. Penjualan barang
Barang meliputi barang yang diproduksi oleh entitas untuk dijual dan
barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli
pengecer atau tanah dan properti lain yang dimiliki untuk dijual kembali.
2. Penjualan jasa
Penjualan jasa biasanya terkait dengan kinerja entitas atas tugas yang telah
disepakati secara kontraktual untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu.
Jasa tersebut dapat diserahkan dalam satu periode atau lebih dari satu periode.
Beberapa kontrak untuk penjualan jasa secara langsung terkait dengan kontrak
3
4

konstruksi, misalnya kontrak penjualan jasa dari manajer proyek dan


arsitek. Pendapatan yang timbul dari kontrak ini tidak diatur dalam Pernyataan ini
tetapi diatur sesuai dengan persyaratan kontrak konstruksi sebagaimana diatur
dalam PSAK 34:Akuntansi Kontrak Konstruksi.
3. Penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti,
dan dividen.
Penggunaan aset entitas oleh pihak lain menimbulkan pendapatan dalam
bentuk:
a. Bunga yaitu pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas, atau
jumlah terutang kepada entitas;
b. Royalti yaitu pembebanan untuk penggunaan aset jangka panjang entitas,
misalnya paten, merek dagang, hak cipta, dan peranti lunak komputer; dan
c. Dividen yaitu distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai
dengan proporsi kepemilikan mereka atas kelompok modal tertentu.
Pernyataan ini tidak mengatur pendapatan yang timbul dari:
a. Perjanjian sewa (lihat PSAK 30 (revisi 2007): Sewa);
b. Dividen yang timbul dari investasi yang dicatat sesuai metode ekuitas
(lihat PSAK 15 (revisi 2009): Investasi pada Entitas Asosiasi);
c. kontrak asuransi yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 28: Akuntansi
Asuransi Kerugiandan PSAK 36: Akuntansi Asuransi Jiwa.
d. perubahan nilai wajar dari aset dan liabilitas keuangan atau pelepasannya
(lihat PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran);
e. perubahan nilai aset lancar lainnya;
f. ekstraksi hasil tambang (lihat PSAK 33: Akuntansi Pertambangan Umum).

2.1.3 Definisi
Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:

1. Nilai wajar adalah jumlah dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau
suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan
berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar(arm’s length transaction).

2. Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul
dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut
5

mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi


penanam modal.

Pendapatan hanya meliputi arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
diterima dan dapat diterima oleh entitas untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih
nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat
ekonomi yang mengalir ke entitas dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas.
Oleh karena itu, hal tersebut dikeluarkan dari pendapatan.

2.1.4 Pengukuran Pendapatan

2.1.4.1 Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau
dapat diterima.
Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan oleh
persetujuan antara entitas dan pembeli atau pengguna aset tersebut. Jumlah
tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima oleh
entitas dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan
oleh entitas. Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan
jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang
dapat diterima. Namun, jika arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan,
maka nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari
kas yang diterima atau dapat diterima.
Misalnya, entitas dapat memberikan kredit bebas bunga kepada pembeli atau
menerima wesel tagih dari pembeli dengan tingkat bunga dibawah pasar sebagai
imbalan dari penjualan barang. Jika perjanjian tersebut secara efektif merupakan
transaksi keuangan, maka nilai wajar imbalan ditentukan dengan pendiskontoan
seluruh penerimaan di masa depan dengan menggunakan tingkat bunga tersirat
(imputed). Tingkat bunga tersirat yang digunakan adalah yang paling mudah
ditentukan antara:
a. Tingkat bunga yang berlaku bagi instrumen serupa dari penerbit
dengan penilaian kredit yang sama; atau
b. Tingkat bunga yang mendiskonto nilai nominal instrumen tersebut
ke harga jual tunai saat ini dari barang atau jasa.
6

2.1.4.2 Pengakuan dan Pengukuran.


Jika barang atau jasa dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan sifat
dan nilai yang serupa, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai transaksi
yang menghasilkan pendapatan. Hal ini sering terjadi dengan komoditas seperti
minyak atau susu di mana penyalur menukarkan persediaan di beberapa lokasi
untuk memenuhi permintaan dengan dasar tepat waktu dalam suatu lokasi.

Jika barang dijual dan jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang
atau jasa yang tidak serupa, maka pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi
yang menghasilkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari
barang atau jasa yang diterima, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas
yang dialihkan.

Ketika nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima tidak dapat diukur
secara andal, maka pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau
jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang
ditransfer.

2.1.5 Pengidentifikasian Transaksi


Kriteria pengakuan dalam Pernyataan ini biasanya diterapkan secara
terpisah pada setiap transaksi. Namun, dalam keadaan tertentu, adalah perlu untuk
menerapkan kriteria pengakuan tersebut pada komponen-komponen yang dapat
diidentifikasikan secara terpisah dari transaksi tunggal, agar mencerminkan
substansi dari transaksi tersebut.
Misalnya, jika harga penjualan dari suatu produk termasuk jumlah yang
dapat diidentifikasi untuk jasa lanjutan, maka jumlah tersebut ditangguhkan dan
diakui sebagai pendapatan selama periode di mana jasa tersebut ditunaikan.
Sebaliknya kriteria pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama-
sama jika transaksi tersebut terkait sedemikian rupa sehingga pengaruh
komersialnya tidak dapat dimengerti tanpa melihat pada rangkaian transaksi
tersebut secara keseluruhan.
7

Misalnya, entitas dapat menjual barang dan pada saat yang sama,
menyetujui perjanjian yang terpisah untuk membeli kembali barang tersebut di
kemudian hari, sehingga meniadakan pengaruh yang sesungguhnya dari transaksi
tersebut, maka dalam hal ini kedua transaksi tersebut diberlakukan bersamaan.

2.1.6 Penjualan Barang


1. Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut
dipenuhi:
2. Entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang
secara signifikan kepada pembeli;
3. Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait
dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian
efektif atas barang yang dijual;
4. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
5. Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi
tersebut akan mengalir kepada entitas tersebut; dan
6. Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan
tersebut dapat diukur dengan andal.
Penentuan kapan entitas telah memindahkan risiko dan manfaat
kepemilikan secara signifikan kepada pembeli memerlukan pengujian atas
keadaan transaksi tersebut. Pada umumnya, pemindahan risiko dan manfaat
kepemilikan terjadi pada saat yang bersamaan dengan pemindahan hak milik atau
penguasaan atas barang tersebut kepada pembeli. Hal ini terjadi pada kebanyakan
penjualan eceran. Dalam hal lain, pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan
terjadi pada saat yang berbeda dengan pemindahan hak milik atau penguasaan atas
barang tersebut.
1. Jika entitas tersebut menahan risiko signifikan dari kepemilikan,
transaksi tersebut bukanlah penjualan dan pendapatan tidak diakui.
Entitas dapat menahan risiko kepemilikan yang signifikan dengan
berbagai cara. Contoh situasi dimana entitas menahan risiko dan
manfaat kepemilikan secara signifikan adalah:
2. Jika entitas menahan kewajiban untuk kinerja tidak memuaskan yang
tidak dijamin oleh ketentuan jaminan normal;
8

3. Jika penerimaan pendapatan dari penjualan bergantung pada


pendapatan pembeli dari penjualan barang yang bersangkutan;
4. Jika pengiriman barang bergantung pada instalasinya, dan instalasi
tersebut merupakan bagian signifikan dari kontrak yang belum
diselesaikan oleh entitas; dan
5. Jika pembeli berhak membatalkan pembelian berdasarkan alasan
yang ditentukan dalam kontrak dan entitas tidak dapat memastikan
apakah akan terjadi retur.
Jika entitas hanya menahan risiko tidak signifikan atas kepemilikan,
transaksi tersebut adalah penjualan dan pendapatan yang diakui. Misalnya, penjual
mungkin menahan hak milik atas barang semata-mata untuk melindungi
kolektibilitas jumlah yang jatuh tempo. Dalam hal seperti itu, jika entitas telah
memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan secara signifikan, transaksi tersebut
adalah penjualan dan pendapatan harus diakui. Contoh lain entitas yang hanya
menahan risiko yang tidak signifikan dari kepemilikan adalah dalam penjualan
eceran dengan syarat dapat dikembalikan jika pelanggan tidak puas.
Pendapatan diakui hanya jika kemungkinan besar manfaat ekonomi
sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir kepada entitas. Terkadang
kemungkinan besar tersebut baru tercapai pada saat imbalan diterima atau
ketidakpastian dihilangkan. Misalnya, belum ada kepastian bahwa pemerintahan
asing akan memberi ijin pengiriman imbalan atas penjualan di negara asing. Jika
ijin diberikan, ketidakpastian tersebut hilang dan pendapatan diakui. Namun, jika
ketidakpastian timbul dari kolektibilitas jumlah tertentu yang telah termasuk
dalam pendapatan, jumlah yang tidak tertagih atau jumlah yang kemungkinan
pemulihannya tidak besar lagi, diakui sebagai beban bukan sebagai penyesuaian
terhadap jumlah pendapatan yang diakui semula.
Pendapatan dan beban sehubungan dengan transaksi yang sama atau
peristiwa lain diakui secara bersamaan, proses ini biasanya mengacu pada
pengaitan pendapatan dengan beban. Beban, termasuk jaminan dan biaya lain
yang terjadi setelah pengiriman barang, biasanya dapat diukur dengan andal jika
kondisi lain untuk pengakuan pendapatan yang berkaitan telah dipenuhi. Tetapi,
pendapatan tidak diakui jika beban yang berkaitan tidak dapat diukur dengan
9

andal. Dalam keadaan demikian, setiap imbalan yang diterima untuk penjualan
barang tersebut diakui sebagai liabilitas.

2.1.7 Penjualan Jasa


Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi
dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui
dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil
transaksi dapat diestimasi dengan andal jika seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:
1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
2. Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi
tersebut dapat diperoleh entitas;
3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur
dengan andal; dan
4. Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi
tersebut dapat diukur dengan andal.
Pengakuan pendapatan dengan mengacu pada tingkat penyelesaian dari
suatu transaksi sering disebut sebagai metode persentase penyelesaian. Dengan
metode ini, pendapatan diakui dalam periode akuntansi pada saat jasa ditunaikan.
Pengakuan pendapatan atas dasar ini memberikan informasi yang berguna
mengenai tingkat kegiatan jasa dan kinerja entitas dalam suatu periode.
Entitas pada umumnya dapat membuat estimasi yang andal setelah entitas
mencapai persetujuan mengenai hal-hal berikut dengan pihak lain dalam transaksi:
1. Hak yang dapat dipaksakan dari masing-masing pihak terkait dengan jasa
yang disediakan dan diterima para pihak;
2. Imbalan yang dipertukarkan; dan
3. Cara dan persyaratan penyelesaian.
Biasanya, entitas juga perlu mempunyai sistem anggaran dan pelaporan
keuangan internal yang efektif. Entitas tersebut menelaah dan jika perlu merevisi
estimasi pendapatan sewaktu jasa diberikan.
Tingkat penyelesaian transaksi dapat ditentukan dengan berbagai metode.
Bergantung pada sifat transaksi, metode tersebut dapat meliputi:
1. Survei pekerjaan yang telah dilaksanakan;
10

2. Jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari total
jasa yang harus dilakukan; atau
3. Proporsi biaya yang timbul hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total
biaya transaksi tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang
dilaksanakan hingga tanggal tertentu dimasukkan dalam biaya yang terjadi
hingga tanggal tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yan g
dilakukan atau yang harus dilakukan, dimasukkan ke dalam estimasi total
biaya transaksi tersebut.
Untuk tujuan praktis, jika jasa dilaksanakan melalui sejumlah kegiatan
yang tidak dapat ditentukan selama suatu periode, pendapatan diakui atas dasar
garis lurus selama periode tertentu, kecuali jika ada bukti bahwa terdapat metode
lain yang lebih baik dapat mencerminkan tingkat penyelesaian. Jika kegiatan
tertentu jauh lebih signifikan daripada kegiatan yang lain, pengakuan pendapatan
ditunda sampai kegiatan yang signifikan tersebut dilakukan. Jika hasil transaksi
terkait dengan penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan andal, maka
pendapatan diakui hanya yang berkaitan dengan beban terakui yang dapat
terpulihkan.
Selama tahap awal transaksi, sering kali terjadi bahwa hasil suatu transaksi
tidak dapat diestimasi dengan andal. Namun demikian, besar kemungkinan terjadi
bahwa entitas tersebut akan memperoleh kembali biaya transaksi yang timbul.
Oleh karena itu, pendapatan diakui hanya yang berkaitan dengan biaya yang telah
terjadi yang diharapkan dapat terpulihkan. Karena hasil transaksi tersebut tidak
dapat diestimasi dengan andal, tidak ada laba yang diakui.
Jika hasil transaksi tidak dapat diestimasi dengan andal dan kemungkinan
kecil biaya yang terjadi akan terpulihkan, pendapatan tidak diakui dan biaya yang
timbul diakui sebagai beban. Jika tidak ada lagi kondisi semula yang
mengakibatkan hasil kontrak tidak dapat diestimasi dengan andal, maka
pendapatan diakui sesuai ketentuan awal. Jika hasil transaksi tidak dapat
diestimasi dengan andal dan kemungkinan kecil biaya yang terjadi akan
terpulihkan, pendapatan tidak diakui dan biaya yang timbul diakui sebagai beban.
11

2.1.8 Bunga, Royalti, dan Dividen


Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang
menghasilkan bunga, royalti, dan dividen, jika:
1. Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi
tersebut akan diperoleh entitas; dan
2. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal
Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut:
1. bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif seperti yang
dijelaskan di PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen keuangan: Pengakuan
dan Pengukuran paragraf 8 dan PA 17-20;
2. royalti diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang
relevan; dan
3. dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran
ditetapkan.
Jika bunga yang belum dibayar telah diakru sebelum pembelian investasi
yang berbunga, maka penerimaan bunga kemudian dialokasikan antara periode
sebelum pembelian dan sesudah pembelian, hanya bagian setelah pembelian yang
diakui sebagai pendapatan. Royalti diakru sesuai dengan syarat perjanjian yang
relevan dan pendapatan juga umumnya diakui sesuai dengan dasar tersebut
kecuali, dengan memperhatikan hakikat perjanjian, akan lebih sesuai untuk
mengakui pendapatan atas dasar sistematik dan rasional yang lain.
Pendapatan diakui hanya jika kemungkinan besar manfaat ekonomi
sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh entitas. Namun, jika
ketidakpastian timbul dari kolektibilitas jumlah tertentu yang telah termasuk
dalam pendapatan, jumlah yang tidak dapat ditagih, atau jumlah yang
kemungkinan pemulihannya tidak besar lagi, maka jumlah tersebut diakui sebagai
beban, bukan penyesuaian terhadap jumlah pendapatan yang diakui semula.

2.1.9 Pengungkapan
Entitas mengungkapkan:
12

1. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan,


termasuk metode yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian
transaksi yang melibatkan pemberian jasa;
2. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama
periode tersebut, termasuk pendapatan yang berasal dari:
a. Penjualan barang;
b. Penjualan jasa;
c. Bunga;
d. Royalti;
e. Dividen; dan
f. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa
yang tercakup dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan.
Entitas mengungkapkan setiap liabilitas kontijensi dan aset kontijensi
sesuai dengan PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontijensi, dan Aset
Kontinjensi. Liabilitas kontijensi dan aset kontijensi dapat timbul dari pos-pos
seperti biaya jaminan, klaim, denda, atau kemungkinan kerugian lainnya

2.1.10 Tanggal Efektif


Pernyataan ini berlaku efektif untuk periode tahun buku yang dimulai pada
atau setelah 1 Januari 2011. Pernyataan ini menggantikan PSAK 23
(1994): Pendapatan

2.2 PSAK 25 KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI


AKUNTANSI, DAN KESALAHAN

2.2.1 Tujuan
Tujuan Pernyataan ini adalah mengatur kriteria dalam pemilihan dan
perubahan kebijakan akuntansi, bersama dengan perlakuan akuntansi dan
pengungkapan atas perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi,
dan koreksi kesalahan. Pengungkapan yang disyaratkan untuk kebijakan
akuntansi, kecuali perubahan kebijakan akuntansi, diatur dalam PSAK 1:
Penyajian Laporan Keuangan.
13

2.2.2 Ruang Lingkup


Penerapan ini diterapkan dalam pemilihan dan penerapan kebijakan
akuntansi, serta pencatatan perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi
akuntansi, dan koreksi kesalahan periode sebelumnya. Dampak pajak dari koreksi
kesalahan periode sebelumnya dan penyesuaian retrospektif untuk perubahan
kebijakan akuntansi dicatat dan diungkapkan sesuai dengan PSAK 46: Pajak
Penghasilan.

2.2.3 Definisi
Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini :

 Kebijakan Akuntansi adalah prinsip dasar, konvensi, peraturan, dan praktik


tertentu yang diterapkan entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan
keuangan. Kesalahan periode sebelumnya adalah kelalaian untuk
mencantumkan, dan kesalahan alam mencatat, dalam laporan keuangan
entitas untuk satu atau lebih periode sebelumnya yang timbul dari kegagalan
untuk menggunakan, atau kesalahan penggunaan, informasi andal yang :
a. Tersedia ketika penyelesaian laporan keuangan untuk periode tersebut;
dan
b. Secara rasional diharapkan dapat diperoleh dan dipergunakan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
 Material. Kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat
pos-pos laporan keuangan adalah material jika, baik secara sendiri maupun
bersama, dapat mempengaruhi keputusan ekonomik pengguna laporan
keuangan.
 Penerapan retrospektif adalah penerapan kebijakan akuntansi baru untuk
transaksi, peristiwa, dan kondisi lain seolah-olah kebijakan tersebut telah
ditetapkan.
 Penerapan prospektif adalah suatu perubahan kebijakan akuntansi dan
pengakuan dampak perubahan estimasi akuntansi.
 Penyajian kembali retrospektif adalah koreksi pengakuan, pengukuran
dan pengungkapan jumlah unsur-unsur laporan keuangan seolah-olah
kesalahan periode sebelumnya tidak pernah terjadi.
14

 Perubahan estimasi akuntansi adalah penyesuaian jumlah tercatat asset


atau liabilitas, atau jumlah pemakaian periodicasset, yang berasal dari
penilaian status kini dari, dan ekspektasi manfaat masa depan dan kewajiban
yang terkait dengan asset dan liabilitas.
 Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan INterpretasi
yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan
Indonesia dan Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia
serta pengaturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada di bawah
pengawasannya.
 Tidak praktis. Penerapan suatu pengaturan adalah tidak praktis ketika
entitas tidak dapat menerapkannya setelah seluruh usaha rasional dilakukan

2.2.4 Kebijakan Akuntansi

1. Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi


Ketika suatu PSAK secara spesifik berlaku untuk suatu transaksi, peristiwa
atau kondisi lain, kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk pos tersebut
menggunakan PSAK tersebut.

Dalam hal tidak ada PSAK yang secara spesifik berlaku untuk transaksi,
peristiwa atau kondisi lain, maka manajemen menggunakan pertimbangannya
dalam mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang
menghasilkan informasi yang:

a) Relevan untuk kebutuhan pengambilan keputusan ekonomik pengguna;


dan
b) andal, dalam laporan keuangan yang:
(i) menyajikan secara jujur posisi keuangan, kinerja keuangan,
dan arus kas;
(ii) mencerminkan substansi ekonomik transaksi, peristiwa, atau
kondisinya, dan bukan hanya bentuk hukum;
(iii) netral, yaitu bebas dari bias;
(iv) pertimbangan sehat; dan
(v) lengkap dalam seluruh hal yang material.
15

Dalam membuat pertimbangan, manajemen mengacu, dan mempertimbangkan


keterterapan dari, sumber-sumber berikut ini :
(i) Persyaratan dalam SAK yang berhubungan dengan masalah
serupa dan terkait; dan
(ii) Definisi, kriteria pengakuan, dan konsep pengukuran untuk
asset, liabilitas, penghasilan, dan beban dalam Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.

2. Konsistensi Kebijakan Akuntansi


Entitas memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi secara konsisten
untuk transaksi, peristiwa, dan kondisi lain yang serupa, kecuali suatu PSAK
secara spesifik

mengatur atau mengizinkan pengelompokan pos-pos dengan kebijakan akuntansi


yang berbeda adalah hal yang tepat

3. Perubahan Kebijakan Akuntansi


Entitas mengubah suatu kebijakan akuntansi hanya jika perubahan tersebut
:

(a) Disyaratkan oleh suatu PSAK; atau


(b) Menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang
andal dan lebih relevan tentang dampak transaksi, peristiwa, atau
kondisi lainnya terhadap posisi keuangan, kinerja keuangan, atau
arus kas entitas.
Berikut ini bukan merupakan perubahan kebijakan akuntansi :
(a) Penerapan suatu kebijakan akuntansi untuk transaksi, peristiwa, atau
kondisi lain yang berbeda secara substansi daripada yang terjadi
sebelumnya; dan
(b) Penerapan suatu kebijakan akuntansi baru untuk transaksi,
peristiwa, atau kondisi lain yang tidak pernah terjadi sebelumnya
atau tidak material.
16

4. Penerapan Perubahan Kebijakan Akuntansi

(a) Entitas mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat dari


penerapan awal suatu PSAK sebagaimana yang diatur dalam
ketentuan transisi dalam PSAK tersebut, jika ada; dan
(b) Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi untuk penerapan
awal suatu PSAK yang tidak mengatur ketentuan transisi untuk
perubahan tersebut, atau perubahan kebijakan akuntansi secara
sukarela, maka entitas menerapkan perubahan tersebut secara
retrospekti
Dalam hal PSAK tidak secara spesifik diterapkan untuk transaksi,
peristiwa atau kondisi lain, maka manajem en menerapkan suatu kebijakan
akuntansi terkini yang dikeluarkan oleh badan penyusun standar akuntansi lain
yang menggunakan kerangka dasar yang sama dalam mengembangkan standar
akuntansi.
1. Penerapan Retrospektif
Ketika perubahan kebijakan akuntansi diterapkan secara
retrospektif, maka entitas menyesuaikan saldo awal setiap
komponen ekuitas yang terpengaruh untu periode sajian paling
awal dan jumlah komparatif lainnya diungkapkan untuk setiap
periode sajian seolah-olah kebijakan akuntansi baru tersebut
sudah diterapkan sbelumnya.
2. Keterbatasan Penerapan Retrospektif
Jika penerapan retrospetif disyaratkan oleh poin (d), maka
perubahan kebijakan akuntansi diterapkan secara retrospektif
kecuali sepanjang tidak praktis untuk menentukan dampak
spesifik periode atau dampak kumulatif perubahan tersebut.
Jika tidak praktis untuk menentukan dampak spesifik periode
akibat perubahan kebijakan akuntansi dalam informasi komparatif
untuk satu atau lebih periode sajian, maka entitas menerapkan
kebijakan akuntansi baru untuk jumlah tercatat asset dan liabilitas
pada awal periode paling awal dimana penerapan retrospektif
adalah praktis, mungkin periode berjalan, dan membuat
17

penyesuaian saldo awal setiap komponen ekuitas yang


terpengaruh untuk periode itu.
Jika tidak praktis untuk menentukan dampak kumulatif dari,
pada awal periode berjalan, penerapan kebijakan akuntansi baru
untuk seluruh periode sebelumnya, maka entitas menyesuaikan
informasi komparatif dengan menerapkan kebijakan akuntansi
baru secara prospektif sejak tanggal praktis paling awal.
2. Pengungkapan

Jika penerapan awal suatu PSAK memiliki dampak pada periode berjalan
atau periode sebelumnya, akan memiliki dampak terhadap periode tersebut
kecuali tidak praktis untuk menentukan jumlah penyesuaian, atau mungkin
memiliki dampak pada periode mendatang, maka entitas mengungkapkan:

(a) Judul PSAK;


(b) Bahwa perubahan kebijakan akuntansi dilakukan sesuai dengan
ketentuan transisinya, ketika dapat diterapkan;
(c) Sifat dari perubahan kebijakan akuntansi;
(d) Penjelasan ketentuan transisi, ketika dapat diterapkan;
(e) Ketentuan transisi yang mungkin memiliki dampak pada periode
mendatang, ketika dapat diterapkan;
(f) Untuk periode berjalan dan setiap periode sebelumnya sajian,
sepanjang praktis, jumlah penyesuaian untuk setiap pos laporan
keuangan yang terpengaruh dan laba per saham dasar dan
dilusian, jika PSAK 56 : LAba Per Saham diterapkan atas
entitas;
(g) Jumlah penyesuaian terkait dengan periode-periode sebelum
periode tersebut disajikan, sepanjang praktis; dan
(h) Jika penerapan retrospektif tidak praktis untuk suatu periode
sebelumnya tertentu, atau periode-periode sebelum periode
tersebut disajikan, keadaan yang mendorong keberadaan kondisi
itu dan penjelasan bagaimana dan mulai kapan perubahan
18

kebijakan akuntansi diterapkan. Laporan keuangan periode


selanjutnya tidak perlu mengulang pengungkapan ini.

2.2.5 Perubahan Estimasi Akuntansi


Sebagai akibat ketidakpastian yang melekat dalam aktivitas bisnis,
banyak pos dalam laporan keuangan tidak dapat diukur dengan tepat, tetapi
hanya diestimasi. Estimasi melibatkan pertimbangan berdasarkan informasi
terkini yang tersedia dan andal. Sebagai contoh, estimasi mungkin diperlukan
untuk

(a) Piutang tidak tertagih;

(b) Persediaan yang usang;

(c) Nilai wajar aset keuangan atau liabilitas keuangan;

(d) Umur manfaat dari, atau pola konsumsi ekspetasian dari manfaat
ekonomik masa depan yang melekat pada, aset tersusutkan; dan

(e) Kewajiban garansi.

Estimasi mungkin perlu direvisi jika terjadi perubahan keadaan yang


menjadi dasar estimasi atau akibat informasi baru atau tambahan pengalaman.
Sesuai sifatnya, revisi estimasi tidak terkait dengan periode sebelumnya dan
bukan koreksi suatu kesalahan
Dampak perubahan estimasi akuntansi, diakui secara prospektif dalam
laba rugi pada :
(a) Periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu;
atau
(b) Periode perubahan dan periode mendatang, jika perubahan
berdampak pada keduanya
Sepanjang perubahan estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan asset
dan liabilitas, atau terkait dengan suatu pos ekuitas, perubahan estimasi akuntansi
tersebut diakui dengan menyesuaikan jumlah tercatat pos aset, liabilitas atau
ekuitas yang terkait pada periode perubahan.
19

1. Pengungkapan

Entitas mengungkapkan sifat dan jumlah perubahan estimasi akuntansi


yang berdampak pada periode berjalan atau diperkirakan akan berdampak pada
periode mendatang, kecuali untuk pengungkapan dampak pada periode
mendatang ketika tidak praktis untuk mengestimasi dampak tersebut. Jika
jumlah dampak pada periode mendatang tidak diungkapkan karena estimasinya
tidak praktis, maka entitas mengungkapkan fakta tersebut.

2.2.6 Kesalahan
Kesalahan dapat timbul dalam pengakuan, pengukuran, penyajian, atau
pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan. Laporan keuangan tidak sesuai
dengan SAK jika mengandung kesalahan material atau tidak material yang
disengaja untuk mencapai suatu penyajian posisi keuangan, kinerja keuangan,
atau arus kas tertentu entitas. Potensi kesalahan periode berjalan yang
ditemukan pada periode tersebut dikoreksi sebelum laporan keuangan tersebut
diselesaikan.

Entitas mengoreksi kesalahan material periode sebelumnya secara


retrospektif pada laporan keuangan lengkap paertama yang diterbitkan setelah
ditemukannya kesalahan dengan :
(a) Menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode
sebelumnya yang disajikan dimana kesalahan terjadi; atau
(b) Jika kesalahan terjadi sebelum periode sajian paling awal,
maka menyajikan kembali saldo awal aset, liabilitas, dan
ekuitas untuk periode sebelumnya sajian paling awal.
1. Keterbatasan Penyajian Kembali Retrospektif
Kesalahan periode sebelumnya dikoreksi dengan menyajikan kembali
secara retrospektif kecuali sepanjang tidak praktis untuk menentukan dampak
spesifik periode atau dampak kumulatif kesalahan.

Jika tidak praktis untuk menentukan dampak spesifik periode dari


kesalahan pada informasi komparatif untuk satu atau lebih periode sajian, maka
20

entitas menyajikan kembali saldo pembuka aset, liabilitas dan ekuitas untuk
periode paling awal disaat penyajian kembali retrospektif adalah praktis
(mungkin periode berjalan).

Jika tidak praktis untuk menentukan dampak kumulatif, pada awal


periode berjalan, dari kesalahan pada seluruh periode sebelumnya, maka entitas
menyajikan kembali informasi komparatif untuk mengoreksi kesalahan secara
prospektif dari tanggal praktis paling awal.

(a) Sifat dari kesalahan periode sebelumnya;


(b) Jumlah koreksi untuk setiap periode sajian, sepanjang praktis
untuk setiap pos-pos laporan keuangan yang terpengaruh dan laba
persaham dasar dan dilusian, jika PSAK 56 : Laba Per Saham
diterapkan atas entitas;
(i) Jumlah koreksi pada awal periode sajian paling awal;
(ii) Jika penyajian kembali retrospektif tidak praktis untuk
suatu periode sebelumnya tertentu, keadaan yang membuat
keberadaan kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan
sejak kapan kesalahan telah dikoreksi. Laporan keuangan
periode selanjutnya tidak perlu mengulang pengungkapan
ini.
2. Ketidakpraktisan Penerapan Retrospektif dan Penyajian Kembali
Retrospektif

Dalam beberapa keadaan adalah tidak praktis untuk menyesuaikan


infromasi komparatif untuk satu atau lebih periode sebelumnya untuk mencapai
daya banding dengan periode berjalan. Sebagai contoh, data belum diperoleh
pada periode sebelumnya dengan suatu cara yang memungkinkan baik
penerapan retrospektif suatu kebijakan akuntansi baru maupun penyajian
kembali untuk mengoreksi kesalahan periode sebelumya, dan tidak praktis
untuk mencipta ulang informasi tersebut.
21

Oleh karena itu, penerapan retrospektif kebijakan akuntansi baru atau


koreksi kesalahan periode sebelumnya mensyaratkan pembedaan informasi
yang:

 Menyediakan bukti keadaan yng ada pada tanggal terjadinya


transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya, dan

 Tersedia ketika penyelesaian laporan keuangan periode


sebelumnya, dari informasi lainnya.

2.2.7 Tanggal Efektif


Entitas menerapka Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang
dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011. Entitas menerapkan
penyesuaian penerapan retrospektif secara prospektif untuk periode tahun buku
yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Jnuari 2015.

2.2.8 Penarikan
Pernyataan ini menggantikan PSAK 25 (1994) : Laba atau Rugi Bersih
untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan
Akuntansi.

2.3 Studi Kasus Perusahaan

2.3.1 Profil Perusahaan

2.3.1.1 PT Kedawung Setia Industrial Tbk.


PT Kedawung Setia Industrial Tbk. berdiri pertama kali pada tahun 1973.
Perusahaan ini didirikan oleh Noto Suhardjo Wibisono dan Agus Nursalim dari
Kedaung Grup yang memproduksi produk-produk dari enamel yakni bahan yang
terbuat dari paduan kaca (Silica). Enam tahun berselang, kepemilikan perusahaan
sepenuhnya dikuasai oleh keluarga Wibisono karena Agus Salim melepaskan
seluruh sahamnya. Pada akhirnya PT Kedawung Setia Industrial Tbk dipimpin
oleh Ali Sugiharto Wibisono.
22

Perkembangan usaha yang dijalani oleh perusahaan ini nyatanya tidak


hanya terbatas pada pemenuhan konsumsi di pasaran domestik saja. Namun
perusahaan ini telah mampu memasarkan produknya jauh hingga menembus
pasaran internasional sejak tahun 1987. Pasar internasional pertama yang saat itu
menjadi incarannya adalah Amerika Serikat. Perusahaan ini juga mampu "go
public" dengan mencatatkan sahamnya dalam jajaran perusahaan dalam Bursa
Efek Indonesia sejak tanggal 29 Juli 1996. Sejak saat itu perusahaan ini berubah
status menjadi perusahaan terbuka.

Komitmen perusahaan untuk terus menjelma menjadi perusahaan yang


tangguh diiringi dengan semakin cerahnya bisnis dalam industri enamel. Strategi
jangka panjang yang selalu diterapkan perusahaan adalah terus memposisikan
sebagai salah satu pelaku utama dalam sektor konsumsi, khususnya dalam
produksi alat-alat rumah tangga. Kedawung Setia telah dipercaya hingga lebih
dari empat dekade dalam memproduksi alat-alat yang berkualitas tinggi serta
inovatif dalam pemilihan model. Dengan slogan "Colouring the kitchen"
Kedawung Setia memberikan pengalaman yang berbeda bagi konsumennya saat
memasak. Demi menciptakan karya seni dari memasak, Kedawung Setia
menciptakan berbagai produk yang menunjang kebutuhan rumah tangga.

Kedawung Setia menggunakan bahan enamel. Adapun beberapa alasan


penggunaan bahan tersebut, antara lain enamel menjamin keamanan bahannya
(menjamin tidak adanya reaksi kimia dengan makanan), tidak mudah luntur dan
berwarna-warni, tidak mudah tergores, higienis, mudah dibersihkan, dan sangat
ramah lingkungan. Oleh karena beberapa hal tersebut, dipilihlah enamel menjadi
bahan utama pembuatan produk-produk Kedawung Setia. Produk-produk buatan
Kedawung Setia antara lain teko, panci, tempat nasi dan beberapa produk
unggulan lainnya.

2.2.7.1 Logo Perusahaan


23

2.2.7.2 Visi

Menjadi salah satu perusahaan di indonesia yang memberi manfaat kepada


para pemangku kepentingan.

2.2.7.3 Misi

Mengoptimalkan sumber daya perseroan dan menyeimbangkan hasil


produksi dengan kebutuhan pasar serta komitmen terhadap kepuasan pelanggan.

2.3.1.2 PT Fajar Surya Wisesa Tbk


PT Fajar Surya Wisesa Tbk atau yang biasa dikenal sebagai FajarPaper
berdiri pada tanggal 29 Februari 1988. Perusahaan ini merupakan produsen kertas
kemasan terkemuka di Indonesia. Hal ini tak khayal karena pabriknya mampu
memproduksi dengan lebh dari kapasitas 1.200.000 metrik ton per tahunnya.
Produk yang dibuat antara lain Kraft Liner Board dan Corrugated Medium Paper
untuk kemasan karton kotak dan Coated Duplex Board yang dipakai untuk
kemasan display. Pada awal kemunculannya FajarPaper merupakan sebuah
perseroan terbatas. Pada tanggal 19 Desember 1994 FajarPaper mampu
mencatatkan sahamnya dalam Bursa Efek Jakarta untuk pertama kalinya.
Perusahaan yang didirikan oleh Winarko Sulistyo dan Airlangga Hartato ini
berhasil mendapatkan sertifikat ISO 9001 pada tahun 2003. Beberapa tahun
kemudian tepatnya pada tahun 2010 juga berhasil mendapatkan sertifikat ISO
14001. Perkembangan industri FajarPaper memang mengalami angka yang
signifikan. Hal ini dibuktikan pada tahun 2012 FajarPaper berhasil membukukan
sebesar 1,2 juta T per tahun.
24

Beberapa produk unggulan dari FajarPaper antara lain Coated duplex


board yang merupakan kertas putih dengan lapisan mengkilap yang biasanya
dipakai untuk bahan kemasan ringan. Kertas ini sangat ideal untuk menghasilkan
bahan yang membutuhkan hasil cetakan berkualitas tinggi. Biasa kertas ini
digunakan untuk produk farmasi, sepatu, peralatan rumah tangga, makanan olahan
dan elektronik konsumen. Selain itu juga memproduksi Container Board, kertas
cokelat berkualitas tinggi dengan lapisan luar dari lembaran bergelombang. Hal
ini dibuat dengan tujuan memberikan perlindungan efektif terhadap permukaan
yang mengandung cetakan kualitas tinggi. Kertas ini terbuat dari 100% kertas
daur ulang. Dengan komitmen tinggi menjaga kualitasnya membuat FajarPaper
mendapatkan beberapa penghargaan, seperti Highly Commended Best Structure
Trade Deal Indonesia oleh The Asset Asian Awards tahun 2012, klasifikasi
"PROPER" dengan rangking "BLUE" dari Kementerian Lingkungan, serta
menerima sertifikat No. OHS-2011-0391, No. 2010-0479, dan No. 95-2-0524
dalam komitmen menjaga kesehatan dan keselamatan kerja, sistem manajemen
lingkungan serta sistem manajemen kualitas.

1. Logo Perusahaan

2. Visi

Menjadi produsen kertas kemasan berskala dunia yang menghasilkan nilai


dan produk berkualitas melalui daur ulang dan siklus produksi berkesinambungan.

3. Misi
25

Mempertahankan posisi Perseroan sebagai salah satu produsen kertas


kemasan terkemuka di Indonesia dengan memanfaatkan peluang dan permintaan
produk konsumen dan industri baik di Indonesia maupun kawasan sekitarnya.
Penghargaan

 Highly Commended Best Structure Trade Deal Indonesia oleh The Asset
Asian Awards tahun 2012
 klasifikasi "PROPER" dengan rangking "BLUE" dari Kementerian
Lingkungan
 Sertifikat No. OHS-2011-0391
 Sertifikat No. 2010-0479
 Sertifikat No. 95-2-0524

2.4 Pelaporan pendapatan dan perubahan kebijakan akuntansi di


perusahaan
1. PT Kedawung Setia Industrial Tbk.
26

Gambar 2.1 Pelaporan pendapatan PT Kedawung Setia Industrial Tbk.


(sumber : Laporan Tahunan PT Kedawung Setia Industrial Tbk)

Gambar 2.2 Pengakuan pendapatan PT Kedawung Setia Industrial Tbk.


(sumber : Laporan Tahunan PT Kedawung Setia Industrial Tbk)

Gambar 2.3 Pelaporan prubahan kebijakan akuntansi PT Kedawung Setia


Industrial Tbk.
(sumber : Laporan Tahunan PT Kedawung Setia Industrial Tbk)

2. PT Fajar Surya Wisesa Tbk


27

Gambar 2.4 Pelaporan pendapatan PT Fajar Surya Wisesa Tbk


(sumber : Laporan Tahunan PT Fajar Surya Wisesa Tbk)

Gambar 2.5 Pelaporan pendapatan PT Fajar Surya Wisesa Tbk


(lanjutan)
(sumber : Laporan Tahunan PT Fajar Surya Wisesa Tbk)
28

Gambar 2.6 Pengakuan pendapatan PT Fajar Surya Wisesa Tbk


(sumber : Laporan Tahunan PT Fajar Surya Wisesa Tbk)

Gambar 2.7 Pengakuan pendapatan PT Fajar Surya Wisesa Tbk


(lanjutan)
(sumber : Laporan Tahunan PT Fajar Surya Wisesa Tbk)
29

Gambar 2.3 Pelaporan prubahan kebijakan akuntansi PT Fajar Surya


Wisesa Tbk
(sumber : Laporan Tahunan PT Fajar Surya Wisesa Tbk)

2.5 Analisa implementasi PSAK 23 pada PT. Fajar Surya Wisesa Tbk dan
PT. Kedawung Setia Industrial Tbk.
1. Implementasi PSAK 23 yang dilakukan dengan tujuan agar mengetahui
bagaimana pengungkapan pendapatan yang dilakukan oleh kedua
perusahaan tersebut.

Pengungkapan PSAK 23 tentang pendapatan yang disajikan pada laporan


tahunan

1. PT. Fajar Surya Wisesa Tbk.


Pengakuan pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang
diterima atau dapat diterima. Pendapatan dikurangi dengan estimasi retur
pelanggan, dan cadangan serupa. Pendapatan penjualan barang harus
diakui bila seluruh kondisi berikut ini terpenuhi
1. Perusahaan telah memindahkan resiko dan manfaat kepemilikan
barang secara signifikan kepada pembeli.
2. Perusahaan tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya
terkait dengan kepemilikan barang ataupun melakukan
pengendalian efektif atas barang tersebut.
3. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan handal.
4. Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan
transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut.
5. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan
transaksi penjualan dapat diukur dengan andal.
30

Sedangkan pendapatan bunga diakui berdasarkan waktu terjadinya dengan


acuan jumlah pokok dan tingkat bunga yang berlaku.

2. PT. Kedawung Setia Industrial Tbk.

Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi akan di


peroleh oleh perseroan dan entitas anak dan jumlahnya dapat diukur secara
andal. Pendapatan diukur pada nilai wajar pembayaran yang diterima, tidak
termasuk diskon dan pajak pertambahan nilai (PPN).

Pendapatan dari penjualan local diakui pada saat penyerahan barang


kepada pelanggan dan pendapatan dari penjualan ekspor di akui pada saat
penyerahan barang dari gudang pelabuhan ke kapal (FOB shipping point).

2. Implementasi PSAK 25 tentang perubahan kebijakan akuntansi pada PT.


Fajar Surya Wisesa Tbk dan PT. Kedawung Setia Industrial Tbk.

Tujuan dilakukannya implementasi PSAK 25 dalam laporan tahunan


perusahaan harus dilakukan agar mengetahui bagaimana kebijakan akuntansi yang
telah dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan agar memudahkan pengguna
informasi untuk mengetahui kebijakan akuntansi yang telah mengalami
perubahan.

1. PT. Fajar Surya Wisesa Tbk.

Perseroan menetapkan ketentuan dalam revisi pernyataan standar


akuntansi keuangan (PSAK)24 tentang imbalan kerja. Yang paling banyak
berubah adalah ketentuan tentang pernyataan akuntansi untuk kewajiban
manfaat pasti dan aset program. Begitu ketentuan revisi tersebut
diberlakukan, pendekatan koridor koridor tidak diizinkan lagi dan ini akan
mempercepat pengakuan biaya jasa yang lalu. Akibat diterapkannya
kebijakan baru akuntansi tersebut, perseroan harus membukukan lagi Rp
10 miliar atas kerugian atas pendapatan komprehensif lain atas laporan
laba-rugi dan laporan komprehensif lain.
31

Perbandingan implementasi PSAK 23 dan PSAK 25 pada PT. Fajar


Surya Wisesa Tbk dan PT. Kedawung Setia Industrial Tbk.

Implementasi PSAK 23 pada PT. Fajar Surya Wisesa Tbk dan PT.
Kedawung Setia Industrial Tbk telah sesuai dengan ketentuan dan
peraturan laporan keuangan mengenai pengakuan pendapatan yang
diharuskan oleh PSAK 23 yaitu penyampaian pengakuan pendapatan dari
pendapatan – pendapatan yang diterima oleh perusahaan secara jelas.

Implementasi PSAK 25 pada PT. Fajar Surya Wisesa Tbk telah sesuai
dengan PSAK yang berlaku, serta telah menyampaikan apa saja yang telah
berubah dari kebijakan akuntansi yang ada pada PT. Fajar Surya Wisesa
Tbk. Namun PT. Kedawung Setia Industrial Tbk tidak melakukan
perubahan kebijakan akuntansi apapun sehingga implementasi atas PSAK
25 tidak bisa dibandingkan.
BAB III

KESIMPULAN
1. PSAK 23 Pendapatan
Penghasilan didefinisikan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama
periode akuntansi dalam bentuk arus masuk atau peningkatan asset atau
penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal
dari kontribusi penanam modal. Penghasilan (income) meliputi pendapatan
(revenue) maupun keuntungan (gain).
Tujuan Pernyataan ini adalah mengatur perlakuan akuntansi atas
pendapatan yang timbul dari transaksi dan kejadian tertentu. Pendapatan
diakui bila kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan akan mengalir
ke entitas dan manfaat ini dapat diukur dengan andal.
2. Psak 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi Dan
Kesalahan
a. Konsistensi Kebijakan Akuntansi
Entitas memilih dan menerapkan kebijakan akunansi secara konsisten
untuk transaksi, peristiwa, dan kondisi lain yang serupa, kecuali suatu
PSAK secara spesifik mengatur atau mengizinkan pengelompokan pos-
pos dengan kebijakan akuntansi yang berbeda adalah hal yang tepat.
b. Perubahan Estimasi Akuntansi
Sebagai akibat ketidakpastian yang melekat dalam aktivitas bisnis, banyak
pos dalam laporan keuangan tidak dapat diukur dengan tepat, tetapi hanya
diestimasi. Estimasi melibatkan pertimbangan berdasarkan informasi
terkini yang tersedia dan andal.
c. Kesalahan
Kesalahan dapat timbul dalam pengakuan, pengukuran, penyajian, atau
pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan. Laporan keuangan tidak
sesuai dengan SAK jika mengandung kesalahan material atau tidak
material yang disengaja untuk mencapai suatu penyajian posisi keuangan,
kinerja keuangan, atau arus kas tertentu entitas. Potensi kesalahan periode
berjalan yang ditemukan pada periode tersebut dikoreksi sebelum laporan
keuangan tersebut diselesaikan.

d. Ketidakpraktisan Penerapan Retrospektif dan Penyajian Kembali


Retrospektif

Dalam beberapa keadaan adalah tidak praktis untuk menyesuaikan


infromasi komparatif untuk satu atau lebih periode sebelumnya untuk
mencapai daya banding dengan periode berjalan. Sebagai contoh, data
belum diperoleh pada periode sebelumnya dengan suatu cara yang
memungkinkan baik penerapan retrospektif suatu kebijakan akuntansi
baru maupun penyajian kembali untuk mengoreksi kesalahan periode
sebelumya, dan tidak praktis untuk mencipta ulang informasi tersebut.
e. Tanggal Efektif
Entitas menerapka Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai
pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011. Entitas menerapkan penyesuaian
penerapan retrospektif secara prospektif untuk periode tahun buku yang
dimulai pada atau setelah tanggal 1 Jnuari 2015.
f. Penarikan
Pernyataan ini menggantikan PSAK 25 (1994) : Laba atau Rugi Bersih
untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan
Akuntansi.
DAFTAR PUSTAKA
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia (2014). Standar

Akuntansi Keuangan Per Efektif 1 Januari 2015. Jakarta : IAI

Annual Report PT. Fajar Surya Wisesa Tbk. Jakarta. 2016


Annual Report PT. Kedawung Setia Industrial Tbk. Jakarta. 2016

Anda mungkin juga menyukai