1.1. Definisi Kebutuhan Nyeri Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. (Hidayat, 2009) Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak yang diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional. 1.2. Fisiologi Sistem Nyeri Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri : tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen menerjemahkan stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif. Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu serabut A-beta, A-delta, dan C. Serabut yang berespon secara maksimal terhadap stimulasi non noksius dikelompokkan sebagai serabut penghantar nyeri, atau nosiseptor. Serabut ini adalah A-delta dan C. Silent nociceptor, juga terlibat dalam proses transduksi, merupakan serabut saraf aferen yang tidak bersepon terhadap stimulasi eksternal tanpa adanya mediator inflamasi. Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak. Neuron aferen primer merupakan pengirim dan penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi. Aksonnya berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dan selanjutnya berhubungan dengan banyak neuron spinal. Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula spinalis, dan mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian reseptor opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat ditemukan di kornu dorsalis. Sistem nosiseptif juga mempunyai jalur desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan medula oblongata, selanjutnya menuju medula spinalis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau bahkan penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis. Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi merupakan hasil dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis, dan karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secaara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga Nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri (nociseptor) ada yang bermiyelin dan ada juga yang tidak bermiyelin dari syaraf aferen. (Anas Tamsuri, 2006) 1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri Arti nyeri. Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian artinyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak dan lain- lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan dan pengalaman. Persepsi nyeri. Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat sbjektif tempatnya padakorteks (pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh beberapafaktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor. Toleransi nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan,hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat,dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit dan lain-lain. Reaksi terhadap nyeri. Merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan,gelisah, cemas, menangis dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons nyeriyang dapat dipengaruhi oleh beberapa fator, seperti arti nyeri, tingkat persepsinyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik danmental, rasa takut dan cemas, usia dan lain-lain. 1.4. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem nyeri Secara umum, nyeri dibagi menjadi dua,yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi ke dalam beberapa kategori, di antaranya nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.Selain klasifikasi nyeri di atas, terdapat jenis nyeri yang spesifik, di antaranya nyeri somatis, nyeri viseral, nyeri menjalar (referent paint), nyeri psikogenik, nyeri phantom dari ekstremitas, nyeri neurologis, dan lain-lain. Nyeri somatis dan nyeri viseral ini umumnya bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit (superfisial) pada otot dan tulang. Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ viseral. Nyeri psikogenik adalahnyeri nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang timbul akibat psikologis. Nyeri phantom adalah nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstremitas diamp utasi. Nyeri neurologis adalah bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme di sepanjang atau di beberapa jalur saraf. II. Rencana Asuhan 2.1. Pengkajian 2.1.1 Pemeriksaan Fisik a. Ekspresi wajah Menutup mata rapat-rapat Membuka mata lebar-lebar Menggigit bibir bawah b. Verbal Menangis Berteriak c. Tanda- tanda vital Tekanan darah Nadi Pernapasan d. Ekstremitas Amati gerak tubuh pasien untuk mealokasikan tempat atau rasa yang tidak nyaman. 2.1.2. Pemeriksaan Penunjang a USG USG digunakan untuk data penunjang apabila ada rasa tidaknyaman pada bagian perut b Rontgen Rontgen untuk mengetahui tulang/organ yang abnormal yangdapat mengganggu rasa nyaman klien 2.2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul Diagnose 1 : nyeri akut 2.2.1 Definisi Nyeri akut didefinisikan sebagai nyeri yang baru dialami dan mungkin durasinya terbatas,yang biasanya dapat diindentifikasi waktu dan berhubungan dengan proses cedera atau penyakit. 2.2.2 Batasan karakteristik : a. Mengkomunikasikan descriptor nyeri (misalnya rasa tidak aman nyaman, mual, kram otot) b. Menyeringai c. Rentang perhatian terbatas d. Pucat e. Menarik diri 2.2.3 Factor yang berhubungan : a. Biologi b. Kimia c. Fisik d. Psikologis Diagnose 2 : nyeri kronis 2.2.4 Definisi Nyeri kronik,umumnya berlangsung seiring dengan waktu penyembuhan cedera dan sering tidak dapat diidentifikasi penyebabnya. 2.2.5 Batasan karakteristik : a. Subyektif Depresi Keletihan Takut kembali cidera b. Obyektif Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktivitas sebelumnya Anoreksi Perubahan pola tidur Wajah topeng Perilaku melindungi Iritabilitas Perilaku protektif yang dapat diamati Penurunan interaksi dengan orang lain Gelisah Berfokus pada diri sendiri Respon yang dimediasi oleh saraf simpatis (suhu, dingin, perubahan posisi tubuh) Perubahan berat badan c. Factor yang berhubungan Kanker metastasis Cedera Neurologi Arthritis