Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masing-

masing adalah 373/100.000 kelahiran hidup (SKRT, 1995) serta 60/1000

kelahiran hidup (Susenas 1995), maka pada tahun 2003 AKI turun menjadi

307/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2003), sedangkan AKB turun menjadi

37/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2003). Sementara itu, umur harapan hidup rata-

rata meningkat dari 63,20 tahun pada tahun 1995 menjadi 66,2 tahun pada tahun

2003 (SDKI, 2003).

Indonesia membuat rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer

(MPS) untuk tahun 2001 - 2010, dalam konteks rencana pembangunan kesehatan

menuju Indonesia Sehat 2010 adalah dengan visi "Kehamilan dan Persalinan di

Indonesia Berlangsung Aman, serta yang Dilahirkan Hidup dan Sehat," dengan

misinya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal dan

neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan. Salah satu sasaran yang

ditetapkan untuk tahun 2010 adalah menurunkan angka kematian maternal

menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup (Saiffudin : 2002).

Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di

Indonesia. Jalan lahir merupakan penyebab kedua perdarahan setelah atonia uteri

yang terjadi pada hampir persalinan pertama dan tidak jarang juga pada

persalinan berikutnya. Pada seorang primipara atau orang yang baru pertama kali

1
melahirkan ketika terjadi peristiwa "kepala keluar pintu". Pada saat ini seorang

primipara biasanya tidak dapat tegangan yang kuat ini sehingga robek pada

pinggir depannya. Luka-luka biasanya ringan tetapi kadang-kadang terjadi juga

luka yang luas dan berbahaya. (Prawirohardjo, 1999).

Ruptur Perineum dapat terjadi karena adanya ruptur spontan maupun

episiotomi.Luka perineum itu sendiri akan mempunyai dampak tersendiri bagi

ibu yaitu gangguan ketidaknyamanan.

Nyeri luka pada perineum pada masa post partum merupakan hal yang

fisiologis dimana hal tersebut disebabkan oleh terputusnya komunitas jaringan

pada perineum menyebabkan kerusakan pembuluh darah perifer dan serabut

saraf. Pada saat ini terjadi rangsangan pada pembuluh hypothalamus sehingga

terjadi pelepasan sitosin dan brandigin. Rangsangan diteruskan ke otak oleh saraf

efferent motorik ke saraf efferent sehingga dipersepsikan sebagai nyeri.

Untuk mencegah timbulnya komplikasi pada ibu dengan masa nifas

terutama dengan nyeri perut bagian bawah maka dilakukan peningkatan mutu

pelayanan dan perawatan ibu post partum.

Berdasarkan data tersebut penulis tertarik untuk melakukan Manajemen

Asuhan Kebidanan Komprehensif post partum hari I pada ny “S” dengan nyeri

luka perineum tingkat II di Rumah Sakit Umum Sawerigading palopo.

2
B. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup penulisan ini adalah Manajemen Asuhan Kebidanan

Komprehensif post partum hari I pada ny “N” dengan nyeri luka perineum di

Rumah Sakit Umum Sawerigading palopo.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memperoleh pengalaman nyata tentang penerapan proses Manajemen

Asuhan Kebidanan Komprehensif post partum hari I pada Ny “N” dengan

nyeri luka perineum di Rumah Sakit Umum Sawerigading palopo.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melaksanakan pengkajian data pada Ny “N” dengan nyeri luka

perineum di Rumah Sakit Umum Sawerigading palopo.

b. Dapat menganalisa dan menginterprestasikan data untuk menentukan

diagnosa masalah aktual pada Ny “N” dengan nyeri luka perineum di

Rumah Sakit Umum Sawerigading palopo.

c. Dapat mengantisipasi kemungkinan timbulnya diagnosa masalah

potensial pada Ny “N” dengan nyeri luka perineum di Rumah Sakit

Umum Sawerigading palopo.

d. Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada Ny “N”

dengan nyeri luka perineum di Rumah Sakit Umum Sawerigading

palopo.

3
e. Dapat menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan secara

komprehensif pada Ny “N” dengan nyeri luka perineum di Rumah Sakit

Umum Sawerigading palopo.

f. Dapat melaksanakan tindakan dari rencana tindakan yang telah disusun

pada Ny “N” dengan nyeri luka perineum di Rumah Sakit Umum

Sawerigading palopo.

g. Dapat mengevaluasi efektifitas tindakan yang telah dilaksanakan pada

Ny “N” dengan nyeri luka perineum di Rumah Sakit Umum

Sawerigading palopo.

h. Dapat mendokumentasikan semua temuan dan tindakan yang telah

dilakukan pada Ny “N” dengan nyeri luka perineum di Rumah Sakit

Umum Sawerigading palopo.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan pada kasus tersebut di atas adalah :

1. Manfaat praktiks

Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di STIKES Mega

Buana Palopo.

2. Manfaat program

Sebagai bahan masukan/ informasi bagi tenaga Bidan di RSU Sawerigading

Palopo khusunya yang berkaitan dengan nyeri luka perineum.

4
3. Manfaat institusi

Sebagai bahan acuan/ pedoman bagi institusi jurusan kebidanan untuk

penulisan Manajemen Asuhan Kebidanan.

4. Bagi penulis

hal ini merupakan pengalaman yang dapat menambah kemampuan dalam

penerapan manajemen asuhan kebidanan khususnya masa nifas dengan nyeri

luka perineum.

E. Metode Penulisan

Dalam menyusun Manajemen Asuhan Kebidanan digunakan dasar teori

yang dipadukan dengan praktek. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan

Dengan mempelajari literatur-literatur, mengambil dari internet, profil

kesehatan yang relevan dengan isi Manajemen Asuhan Kebidanan.

2. Studi Kasus

Yaitu melaksanakan studi kasus pada Ny. “N” dengan pendekatan

manajemen asuhan kebidanan meliputi : pengkajian data, identifikasi

diagnosa/ masalah aktual, antisipasi diagnosa/ masalah potensial, tindakan

segera atau kolaborasi, perenacanaan tindakan asuhan kebidanan,

implementasi, evaluasi hasil kebidanan serta dokumentasi.

5
Untuk menghimpun informasi / data dalam pengkajian penulisan

menggunakan tekhnik :

a. Anamnese

Adalah melakukan tanya jawab dengan klien dan keluarga secara

langsung guna mendapatkan data yang diperlukan untuk memberikan

asuhan kebidanan pada klien tersebut.

b. Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada klien mulai dari

kepala samapai kaki dengan melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,

auskultasi, perkusi dan pemeriksaan laboratorium.

c. Pengkajian psikososial

Yaitu status emosional dan pola interaksi serta respon terhadap keadaan

bagaimana hubungan dengan anggota keluarga, tetangga dan petuhas

kesehatan.

3. Studi Dokumentasi

Membaca dan mempelajari status kesehatan yang berhubungan dengan

keadaan klien yang bersumber dari catatan perawatan maupun dari sumber

lain yang menunjang yaitu laboratorium.

4. Diskusi

Melakukan tanya jawab dengan dokter atau bidan yang menangani langsung

klien tersebut serta mengadakan diskusi dengan pembimbing.

6
F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan manajemen Asuhan Kebidanan ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Ruang Lingkup

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

D. Manfaat Penulisan

E. Metode penulisan

F. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan tentang Masa Nifas

1. Pengertian masa nifas

2. Tujuan masa nifas

3. Perubahan fisiologis masa nifas

4. Perubahan psikologis masa nifas.

5. Perawatan dan pengawasan masa nifas

B. Konsep Dasar Tentang Nyeri Luka Perineum

1. Pengertian nyeri

2. Penyebab nyeri

3. Tingkat nyeri

4. Respon tingkah laku terhadap nyeri

7
5. Penangan nyeri

C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian manajemen asuhan kebidanan

2. Tahapan dalam manajemen Asuhan kebidanan

3. Pendokumentasian.

BAB III STUDI KASUS

A. Identifikasi data dasar

B. Identifikasi diagnosa/ masalah aktual

C. Antisipasi diagnosa/ masalah potensial

D. Perlunya tindakan segera/ kolaborasi

E. Rencana tindakan asuhan kebidanan

F. Implementasi

G. Evaluasi hasil asuhan kebidanan

H. Pendokumentasian assuhan kebidanan

BAB IV PEMBAHASAN KASUS

A. Identifikasi data dasar

B. Identifikasi diagnosa/ masalah aktual

C. Antisipasi diagnosa/ masalah potensial

D. Perlunya tindakan segera/ kolaborasi

E. Rencana tindakan asuhan kebidanan

F. Implementasi

G. Evaluasi hasil asuhan kebidanan

H. Pendokumentasian assuhan kebidanan

8
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

9
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Masa Nifas

1. Pengertian masa nifas

a. Masa nifas (pueperrium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti

prahamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. (Rustam, 1998).

b. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti kekeadaan sebelum hamil.

Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu (Saifussing A.B.

2002).

c. Masa nifas (puerperium) adalah waktu yang diperlukan untuk

dipulihkan alat kandungan pada keadaan yang normal, yang

berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari (Manuaba, 1998).

2. Tujuan asuhan masa nifas

Asuhan pada masa nifas diperlukan karena periode ini merupakan

masa kritis baik ibu maupun bayinya. Terutama dalam waktu 24 jam

pertama. Adapun tujuan dalam masa nifas adalah :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologinya.

b. Melaksanakan skirning yang komprehensif, mengobati atau merujuk

bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

10
c. Memberikan pendidikan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana,

menyusui, memberikan imunisasi kepada bayinya dan perawatan

bayinya.

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

3. Perubahan fisiologis masa nifas

Fisiolgis masa nifas adalah hal-hal yang terjadi dan bersifat

karakteristik dalam masa nifas artinya memberi ciri adanya masa nifas.

Jadi hal-hal yang terjadi dan bersifat karakteristik ini tidak terjadi pada

hal lain, misalnya masa sebelum hamil, masa hamil, maupun masa

persalinan. namun, perubahan-perubahan ini dianggap normal. Perubahan

fisiologis yang terjadi antara lain :

a. Sistem kardiovaskuler

Setelah melahirkan, pembuluh darah terbentuk secara fisiologis

dan akan hilang dengan tiba-tiba. Volome darah pada ibu relatif

bertambah. Keadaan ini menimbulkan beban pada jantung, sehingga

dapat menimbulkan dekopresi kordis pada penderita villium kordis.

Untung keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi

dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali

seperti sediakala. Umumnya hal ini terjadi pada hari-hari ke-3 sampai

ke-15 post partum.

b. Tanda-tanda vital

Suhu badan sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 °C dari

keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38 °C. Sesudah 12 jam pertama

11
melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu

badan melebihi dari 38 °C mungkin ada infeksi.

c. Sistem urinaria

Segera setelah kelahiran tidak hanya memperlihatkan oedema dan

hyperemia dinding kandung kemih melainkan sering ekstravasasi

darah kemukosa. Disamping itu, kandung kencing masa nifas

mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan relative tidak

sensitive terhadap tekanan cairan intrafeksika. Kebanyakan pasien

berkemih secara spontan dalam 8 jam setelah kelahiran.

d. Sistem reproduksi

1) Involusio adalah perubahan alat-alat genetalia interna maupun

eksterna yang berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan

sebelum hamil.

2) Lochia adalah secret yang berasal dari kavum dan vagina dalam

masa nifas. Lochia dibedakan atas beberapa macam antara lain :

a) Lochia rubra (cruenta)

Berisi darah segar dan bercampur sisa-sisa selaput ketuban

dan sel –sel desidua, sisa-sisa vernikskasiosa, lanugo dan

mekonium. Hal ini berlangsung selama 2 hari pasca

persalinan.

12
b) Lochia sanguilenta

Berwarna merah kuning, berisi darah dan lender. Hal ini

berlangsung dari hari ke-3 sampai hari ke-7 pada pasca

persalinan.

c) Lochia serosa

Berwarna kuning pucat. Cairan tidak berdarah lagi dan

berlansung dari hari ke-7 sampai hari ke-14 pasca persalinan.

d) Lochia alba

Setelah 2 minggu, karena banyak bercampur dengan leukosit

dan kandungan cairannya kurang, lochia menjadi berwarna

putih/putih kekuningan.

e) Lochia purulenta

Lochia yang berbau busuk dan bernanah yang mengesankan

infeksi.

f) Lochia statis

Lochia yang tidak lancar keluarnya

Pada masa nifas alat-alat genitalia interna berangsur pulih seperti

sebelum hamil. Perubahan alat-alat genitalia pada ibu nifas adalah :

1) Vagina

Vagina dan pintu keluar vagina pada hari pertama pada masa

nifas membentuk corong berdinding lunak dan lurus yang

ukurannya perlahan mengecil tapi jarang kembali keukuran

nulipara (wanita yang belum pernah melahirkan).

13
2) Serviks

Setelah melahirkan bentuk serviks akan mengangah seperti

corong, disebabkan corpus uteri yang mengadakan kontraksi

sehingga seolah-olah pada pembatasan seperti korpus dan serviks

uteri berbentuk semacam cincin. Warna serviks merah kehitaman

karena penuh pembuluh darah, konsentrasinya lunak, setelah janin

lahir masih bisa dimasukkan kedalam kavum uteri setelah 2 jam

hanya dapat dimasukkan 1 jari kedalam kavum uteri.

3) Uterus

Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat,

segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari

dibawah pusat dan beratnya kurang lebih 1000 gram. Pada hari ke-

5 post partum, uterus kurang lebih 500 gram dan setelah 12 hari

post partum uterus tidak dapat diraba lagi dan beratnya menjadi

kurang dari 300 gram.

4) Bekas implantasi plasenta

Segera setelah kelahiran, plasenta kira-kira sebesar telapak

tangan tetapi dengan cepat ukuran mengecil. Pada akhir minggu

kedua diameternya 3-4 cm.

e. Dinding abdomen

Dinding perut sangat teregang selama kehamilan dan akan

kembali 6-8 minggu setelah persalinan, ligamentum latum dan

lutundum jauh lebih kendor, pada konddisi tidak hamil mereka

14
memerlukan waktu cukup lama untuk kembali dari peregangan dan

pengendoran yang telah dialaminya selama masa kehamilan.

Sebagai akibat terputusnya serat-serat elastisitas kulit dan distensi

yang berlangsung lama akibat besarnya uterus saat hamil, dinding

abdomen masih lunak dan kendor untuk sementara waktu pemulihan

dibantu dengan latihan dan senam, dinding abdomen biasanya

kembali ke keadaan sebelum hamil, tetapi kalau otot-ototnya atonik,

mungkin ada pembelahan muskulus rectus yang jelas atau distasis.

Pada keadaan ini dinding abdomen di sekitar garis tengah hanya oleh

peritoneumtasia, lemak subcutan dan kulit.

f. Laktasi

Segera setelah partus, mammae yang telah dipersiapkan pada

masa hamil terpengaruhi dengan akibat kelenjar berisi susu. Pengaruh

oksitocin mengakibatkan miopitelium kelenjar-kelenjar susu

berkontraksi, sehingga terjadi pengeluaran air susu. Umumnya air

susu baru berlangsung betul pada hari ke 2-3 post partum.

Karena adanya rangsangan isapan bayi ke hipotalamus

mengeluarkan hipofise anterior sehingga mengeluarkan hormone

prolaktin dimana hormone ini mempengaruhi atau memproduksi ASI.

Perubahan yang terjadi pada kelenjar mammae antara lain :

1) Poliferasi yang terjadi pada kelenjar-kelenjar alveoli dari jaringan

lemak bertambah.

15
2) Keluaran cairan susu dari duktus laktiferus berwarna kuning putih

susu (colostrum).

3) Hipervaskularisasi pada permulaan dan bagian dalam mammae,

dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.

4) Setelah persalinan pengaruh sekresi estrogen dan progesteron

hilang, maka timbul pengaruh hormon laktogenik atau prolaktin

yang akan merangsang air susu. Disamping itu pengaruh oksitosin

menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air

susu keluar, produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca

persalinan.

4. Perubahan psikologis masa nifas

Adaptasi psikologis menurut Reva rubin (1999) melalui fase antara

lain :

a. Ketergantungan (fase taking in)

Fase ini terjadi pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan,

waktu dimana ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan, ia

memfokuskan energinya pada bayinya yang baru lahir, ia mungkin

selalu membicarakan pengalaman melahirkan berulang-ulang.

b. Ketergantungan – ketiakketergantungan (fase taking hold)

Tahap mulai dari hari le 3 setelah melahirkan pada hari ke 4 dan

ke 5 disebut sebagai “taking hold” ibu siap menerima peran barunya

dan belajar tentang suatu hal pada fase ini timbul rasa kurang

percaya diri sehingga mudah mengatakan tidak mampu, selama fase

16
ini sistem pendukung menjadi sangat penting dan bernilai bagi ibu

yang membutuhkan informasi sehingga ibu dapat beristirahat dengan

baik.

c. Saling ketergantungan (fase latting go)

Dimulai sekitar hari ke 5 sampai hari ke 6 setelah kelahiran

dimana fase ini kemandirian ibu dalam perawatan diri meningkat dan

ibu sudah muali sibuk dengan tugas-tugasnya.

5. Perawatan dan pengawasan masa nifas

a. Perawatan

1) Mobilisasi

Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, karena itu

harus cukup istirahat selama 8 jam setelah melahirkan, tidur

dengan posisi terlentang untuk mencegah trombosis. Setelah itu

ibu boleh miring kiri dan kanan. Pada hari ke 2 ibu boleh

melakukan latihan-latihan ringan untuk mengembalikan otot-otot

perut dan panggul.

2) Gizi

Pada ibu yang menyusui harus mengkonsumsi makanan

tambahan 500 kalori. Makanan dengan diet berimbang untuk

mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup. Minum

sedikitnya 3 liter air setiap hari, namun pil zat besi untuk

menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca melahirkan.

17
3) Kebersihan diri

Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, membersihkan daerah

kelamin dengan air sabun dimulai dari vulva terlebih dahulu

dimulai dari depan kebelakang dan dibersihkan setelah selesai

buang air kecil dan besar. Mengganti pembalut 2x sehari. Mencuci

tangan dengan air dan sabun sebelum dan sesudah membersihkan

daerah kelaminnya. Bila ada luka laserasi sarankan ibu untuk tidak

menyentuh daerah luka.

4) Kandung kemih

Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya, dan

bila kansung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya

dilakukan kateterisasi.

5) Defekasi

Defekasi atau buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca

persalinan. bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi

apalagi berak keras dapat diberikan obat laksan peroral atau

perrektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.

6) Hubungan seksual

Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual seuami

istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu

atau dua jari kedalam vagina tanpa nyeri. dapat pula ditunda

sampai 40 hari atau 6 minggu post partum.

18
7) Keluarga berencana

Pada umumnya metode keluarga berencana dapat dimulai 2

minggu setelah melahirkan. Dan secara idealnya pasangan harus

menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil

kembali atau tergantung setiap pasangan bagaimana harus

menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka merencanakan

keluarganya.

b. Pengawasan masa nifas

Pengawasan masa nifas ini dilakukan untuk menilai keadaan ibu

dan bayinya untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah.

Hal-hal yang dipantau pada masa nifas adalah :

1) Kunjungan pertama (6-8 jam setelah persalinan), mencegah

perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

a) Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, rujuk bila

perdarahan lanjut.

b) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri.

c) Pemberian ASI awal.

d) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

e) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.

19
f) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal

dengan ibu dan bayi yang baru lahir untuk 2 jam pertama

setelah kelahiran.

2) Kunjungan kedua (6 hari setelah persalinan).

a) Memastikan involusio uteri berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.memastikan ibu cukup mendapat makanan, cairan

dan istirahat.

c) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

d) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehar-hari.

3) Kunjungan ketiga (2 minggu setelah persalinan) seperti pada hari

setelah persalinan.

4) Kunjungan keempat (6 minggu setelah persalinan).

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau

bayi alami.

b) Memberikan pelayanan konseling keluarga berencana secara

dini.

20
B. Konsep Dasar Nyeri Luka Perineum

1. Pengertian nyeri

a. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang memengaruhi

seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah

mengalaminya.

b. Menurut Internasional Association For Study Of Pain (IASP), nyeri

adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan

yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun

potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

2. Fisiologi nyeri

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima

rangsang nyeri. organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah

ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus

kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut nosireceptor,

secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielin dan ada

juga yang tidak bermielien dari syaraf perifer.

3. Tingkat nyeri

a. Nyeri ringan : secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

b. Nyeri sedang : secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat

mengikuti perintah dengan baik.

c. Nyeri berat : secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan

21
lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi

dengan alih posisi, nafas panjang dan distraksi.

d. Nyeri sangat berat : pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,

memukul.

4. Respon tingkah laku terhadap nyeri

a. Pernyataan verbal (mengaduh, menangis, sesak nafas, mendengkur).

b. Ekspresi wajah (meringis, menggelutukkan gigi, menggigit bibir).

c. Gerakan tubuh (gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan

gerakan jari dan tangan.

d. Kontak dengan orang lain/ interaksi sosial (menghindari percakapan,

menghindari kontak sosial, penurunan rentang perhatian, fokus pada

aktifitas menghilangkan nyeri).

5. Penanganan nyeri luka perineum

a. Istirahat yang cukup

b. Pemberian analgetik dan vitamin.

c. Support keluarga dan sosial.

d. Membimbing ibu melakukan ambulasi dini.

C. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

1. Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode dan pendekatan

pemecahan masalah dalam pemberian pelayanan asuhan kebidanan.

Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan yang digunakan

oleh bidan serta merupakan metode yang terorganisir melalui tindakan

22
yang memberikan keuntungan kepada pasien dalam memberikan

pelayanan.

Pengertian yang lain yaitu merupakan alat yang mendasari seorang

bidan untuk memecahkan masalah klien dalam berbagai situasi dan

kondisi, yaitu dengan menggunakan berbagai teknik antara lain :

observasi, wawancara, anamnesis dan pemeriksaan.

2. Tahapan dalam manajemen kebidanan

Menurut Varneys, proses manajemen asuhan kebidanan terdiri dari 7

langkah. Manajemen asuhan kebidanan dimulai dengan mengumpulkan

data dan diakhiri dengan evaluasi asuhan kebidanan.

a. Langkah I : Identifikasi dan analisis data dasar

Identifikasi dan analisis data dasar (pengkajian), pengumpulan

data untuk menilai kondisi pasien/klien. Yang termasuk data dasar

adalah riwayat kesehatan klien, pemeriksaan panggul, pemeriksaan

fisik, serta catatan tentang kesehatan yang lalu dan sekarang dan hasil

pemeriksaan laboratorium. Semua data tersebut harus memberikan

informasi yang saling berhubungan (relevan) dan menggambarkan

kondisi klien yang sebenarnya.

Data subyektif yang didapatkan pada masa nifas dengan ruptur

perineum tingkat II adalah ibu mendapatkan jahitan dan merasa nyeri

akibat luka jahitan perineum, sakit pada daerah perut, keluhan

mengganggu aktifitas ibu, dan ibu lebih banyak berbaring dan

melakukan aktifitas dengan perlahan-lahan. Sedangkan data obyektif

23
yang didapatkan adalah nampak hecting luka perineum dengan jelujur.

TFU 1 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik teraba keras dan bundar

dan ibu mengeluh ASInya belum lancar.

b. Langkah II : Identifikasi diagnosis/masalah actual

Mengidentifikasi data secara spesifik ke dalam suatu rumusan

diagnosis kebidanan dan masalah. Kata diagnosa dan masalah

digunakan kedua-duanya dan mempunyai pengertian yang berbeda-

beda. Problem/masalah tidak dapat didefinisikan sebagai suatu

diagnosis tetapi memerlukan suatu pengembangan rencana

keperawatan secara menyeluruh pada klien.

Masalah lebih sering berhubungan dengan bagaimana klien

menguraikan keadaan yang ia rasakan, sedangkan diagnosis lebih

sering diidentifikasi oleh bidan yang difokuskan pada apa yang

dialami oleh klien. Dari data subyektif dan obyektif yang didapatkan

pada saat pengkajian maka bidan menegakkan diagnosis aktual masa

nifas hari pertama dengan nyeri luka perineum dan ASI masih kurang.

c. Langkah III : Identifikasi diagnosis/masalah potensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosis, identifikasi faktor-faktor

potensial yang memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan

memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan mempersiapkan

pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi. Masalah

potensial yang dapat timbul pada masa nifas dengan ruptur perineum

adalah potensial terjadi infeksi.

24
d. Langkah IV : Perlunya tindakan segera (emergency) dan konsultasi

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus

selama klien dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini

menghasilkan data baru segera dinilai. Data yang muncul dapat

menggambarkan suatu keadaan darurat dimana bidan harus segera

bertindak untuk menyelamatkan klien. Pada masa nifas dengan

rupture perineum bidan tidak memerlukan tindakan segera dan

kolaborasi.

e. Langkah V : Rencana tindakan asuhan kebidanan

Dikembangkan berdasarkan identifikasi saat sekarang dan

antisipasi diagnosa dan problem serta meliputi data-data tambahan

setelah data dasar. Rencana tindakan komprehensif bukan hanya

meliputi kondisi klien serta hubungannya dengan masalah yang

dialami klien, akan tetapi meliputi antisipasi dengan bimbingan

terhadap klien serta konseling, bila perlu mengenai ekonomi, budaya

maupun psikologis.

Adapun rencana yang akan dilakukan pada masa nifas dengan

ruptur perineum adalah observasi tanda-tanda vital dan keadaan

umum, observasi perubahan pada masa nifas seperti TFU, kontraksi

uterus, lochia, dan laktasi. Ajarkan pada ibu cara menyusui yang

benar dan ajarkan cara merawat payudara serta berikan obat sesuai

instruksi dokter.

25
f. Langkah VI : Pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan

Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun

bekerjasama dengan tim kesehatan lain. Bidan harus melakukan

implemenasi yang efisien dan akan mengurangi waktu perawatan dan

biaya perawatan serta akan meningkatkan kualitas pelayanan

kebidanan klien. Pada kasus masa nifas dengan ruptur perineum bidan

akan melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat

sesuai dengan keadaan dan kondisi pasien.

g. Langkah VII : Evaluasi tindakan asuhan kebidanan

Mengetahui sejauh mana tinkat keberhasilan asuhan yang

diberikan kepada klien. Pada tahap evaluasi ini bidan harus melakukan

pengamatan dan obsevasi terhadap masalah yang dihadapi klien,

apakah masalah di atasi seluruhnya, sebagian telah dipecahkan atau

mungkin timbul masalah baru. Hasil yang diharapkan setelah

pelaksanaan asuhan kebidanan adalah masa nifas berlangsung normal,

nyeri perineum teratasi, ASI banyak dan bayi dapat menyusui dengan

baik.

3. Pendokumentasian manajemen kebidanan (SOAP)

Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan dari

pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk

mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekam medis pasien sebagai

catatan kemajuan. SOAP adalah catatan kemajuan yang bersifat

sederhana, jelas, logis dan tertulis.

26
Dari 7 proses manajemen kebidanan di atas didokumentasikan dalam

bentuk SOAP yaitu :

a. Proses pikir dari langkah 1 didokumentasikan dalam bentuk S

(Subyektif) dan O (Obyektif)

b. Proses pikir dalam langkah 2, 3, dan 4 didokumentasikan dalam

bentuk A (Assesment)

c. Proses pikir dari langkah 5 dan 6, didokumentasikan dalam bentuk

P (Planning)

27
BAB III

STUDI KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF POST NATAL

HARI I PADA NY. “N” DENGAN NYERI LUKA PERINEUM

DI RUMAH SAKIT UMUM SAWERIGADING PALOPO

23 JANUARI 2012

LANGKAH I. IDENTIFIKASI DATA DASAR

No. Register : XXXXXX

Tanggal Masuk : 22 Januari 2012, pukul 05.00 wita

Tanggal Partus : 22 Januari 2012, pukul 08.00 wita

Tanggal Pengkajian : 23 Januari 2012, pukul 10.100 wita

Nama Pengkaji : Hasmiati Hasis

A. Identifikasi ibu/suami

Nama : Ny “N” / Tn “I”

Umur : 22 tahun / 23 tahun

Suku : Bugis / Bugis

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Menikah : 1 kali, ± 5 tahun

Alamat : xxxxx

28
B. Data Biologis

1. Keluhan Utama : Nyeri pada daerah kemaluannya

2. Riwayat keluhan utama:

a. Ibu merasakan sakit dan nyeri pada kemaluannya setelah melahirkan .

b. Faktor penyebab : Nyeri akibat mendapatkan jahitan pada perineumnya

c. Lokasi keluhan : Perineum

d. Sifat keluhan : Hilang timbul terutama bila bergerak atau disentuh.

e. Keluhan penyerta : mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas.

C. Riwayat Kesehatan Lalu dan Sekarang

1. Ibu tidak pernah mengalami operasi sebelumnya.

2. Ibu tidak pernah menderita penyakit infeksi.

3. Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, DM, hipertensi, dan paru-paru.

4. Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan.

D. Riwayat Kesehatan Dalam Keluarga

1. Tidak ada riwayat penyakit keturunan dan menular.

2. Ibu tidak pernah menderita penyakit infeksi.

3. Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, DM, hipertensi, dan paru-paru.

4. Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan.

29
E. Riwayat Reproduksi

1. Menarche : 15 tahun

2. Siklus haid : 28-30 hari

3. Lama haid : 6-7 hari

4. Dismenore : tidak mengalami

F. Riwayat Kehamilan Sekarang

1. Umur kehamilan aterm, selama hamil selalu memeriksakan diri ke posyandu.

2. Sudah mendapatkan TT dua kali di posyandu tenggiri selama hamil.

G. Riwayat Persalinan Sekarang

1. Kala I jam 05.00 s/d 08.00 wita.

a. Ibu memeriksakan diri tanggal 22-01-2012.

b. His dirasakan mulai tanggal 22-01-2012, sifatnya tidak teratur dan

disertai pelepasan lendir dan darah.

c. Lama kala I berlangsung ± 4 jam.

d. TTV :

TD : 110/70 mmHg N : 84 x/menit

S : 37 °C P : 20 x/menit.

2. Kala II jam 07.40 s/d 08.00 wita

a. Bayi lahir spontan PBK tanggal 22-01-2012, jam 08.00 wita, langsung

menangis setelah pembersihan jalan nafas, JK perempuan, BB/PB : 3.100

gram/ 50 cm, A/S : 7/8, dan perdarahan ± 100 cc.

30
b. Lamanya kala II berlangsung ± 20 menit.

3. Kala III jam 08.05 s/d 08.15 wita.

Plasenta lahir dengan lengkap. Kala III berlangsung ± 10 menit.

4. Kala IV jam 08.15 s/d 10.30 wita

a. Terjadi laserasi derajat II dalam : II luar : II dengan lama penjahitan ± 15

menit.

b. Pengawasan kala IV

Tekanan Nadi Tinggi Kon- Kandu-


Jam Suhu Per-
Waktu Darah per Fundus traksi ng
Ke (°C) darah-an
(mmHg) menit Uteri Uterus Kemih
08.15 110/70 80 36,5 2 jrbpst baik kosong ± 100 cc
08.30 110/70 80 2 jrbpst baik kosong ± 50 cc
I
08.45 110/70 80 2 jrbpst baik kosong ± 15 cc
09.00 110/70 80 2 jrbpst baik kosong ± 15 cc
09.30 110/70 80 36,5 2 jrbpst baik kosong ± 10 cc
II
10.00 110/70 80 2 jrbpst baik kosong ± 10 cc

H. Riwayat KB

1. Ibu tidak pernah menjadi akseptor KB.

2. Ibu berencana menjadi akseptor KB sebelum 40 hari selesai masa nifas, tapi

belum tahu tentang jenis alkon yang akan digunakan.

I. Riwayat Gynekologi

Ibu tidak pernah menderita penyakit infeksi dan timor pada saluran reproduksi.

J. Pola Kebutuhan Sehari-hari

1. Nutrisi

2. Selama Post Partum

31
a. Pola makan : 3 x sehari ( tidak minum susu)

b. Jenis makanan : Bubur 1 mangkok : 90 kkal

Telur 1 butir : 154 kkal

Jumlah : 244 kkal

c. Minum : 1 gelas air putih.

d. Berat badan ibu sekarang : ± 48 kg

Berat badan ibu selama hamil : ± 53 kg.

3. Eliminasi

Selama post partum

a. BAK : 4 x ( ± 100 cc)

b. BAB : 1 x pada waktu subuh

c. Tidak ada gangguan pada sistem eliminasi.

4. Personal hygiene

Selama post partum

a. Mandi 1 x, memakai sabun mandi dan keramas 1 x memakai shampo.

b. Ganti pakaian 1 x dan pakaian dalam diganti setiap selesai mandi.

c. Sikat gigi 2 x, memakai pasta gigi.

d. Ibu mengganti pembalut 4 kali

e. Kuku bersih.

5. Istirahat

Pagi : tidur ± 1 jam, pukul (10.00 – 11.00 ) wita.

32
K. Data Pengetahuan Ibu

Ibu belum mengerti tentang :

a. Tanda bahaya nifas.

b. Perawatan payudara.

c. Pemberian ASI ekslusif

d. Senam nifas dan KB.

L. Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan umum dan persistem

a. KU baik dengan kesadaran composmentis, ekspresi wajah meringis saat

bergerak.

b. TTV :

TD : 110 / 70 mmHg N : 80 x/ menit

S : 36,5 °C P : 20 x/ menit

2. Head to toe

a. Kepala dan rambut

Rambut lurus, hitam, kulit kepala bersih, tidak ada massa dan nyeri tekan

b. Wajah

Ekspresi wajah meringis bila bergerak, tidak ada oedema

c. Mata

Kongjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus

d. Hidung

Tidak ada polip dan secret

33
e. Telinga

Tidak terdapat serumen, tidak ada massa atau nyeri tekan

f. Mulut dan gigi

Bibir lembab

Terdapat 4 gigi caries pada bagian atas

Tidak ada gigi tanggal

Tidak terdapat sariawan

g. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limfe dan vena jugularis.

h. Payudara

Simetris kiri dan kanan, putting susu menonjol dan tidak lecet,

hiperpigmentasi aerola, payudara masih lembek, tidak ada massa, teraba

hangat dan lunak saat ditekan dan ada nyeri tekan serta terdapat Asi saat

putting di pencet.

i. Abdomen

Tidak ada luka bekas operasi, tonus otot kendor, nampak linea nigra dan

striae alba, TFU 2 jbspt, kontraksi teraba keras dan bundar, kandung

kemih kosong, tidak ada nyeri tekan, distasis recti abdominalis ¾ jari.

j. Ekstremitas atas dan bawah

Refleks bisep trisep (+)

Tidak ada oedema dan varices

Tidak ada nyeri pada ekstremitas atas kiri dan kedua tungkai

34
Refleks patella (+)

Tanda oedema (-) pada kedua tungkai bawah

k. Genetalia

Tidak ada oedema dan varices, nampak pengeluaran lochia rubra

berwarna merah tua, amis dan ada luka jahitan pada perineum.

M. Data Penunjang

Laboratorium : tidak dilakukan.

LANGKAH II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL

Diagnosa : Post partum hari I dengan masalah nyeri pada daerah perineum

disertai pola aktivitas

DS : Ibu melahirkan tanggal 22 januari 2012

Ada pengeluaran darah dari jalan lahir

DO : Tanggal pengkajian 23 – 01 - 2012 jam 10.00 wita

KU baik

TTV : TD : 110 / 70 mmHg N : 80 x/ menit

S : 36,5 °C P : 20 x/ menit

TFU 2 jari bawah pusat

Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar

Nampak pengeluaran darah lochia rubra yang berwarna merah tua

dan bau amis.

35
Analisa dan interprestasi data :

a. Dihitung dari tanggal partus 22 – 01 - 2012 sampai tanggal 23-01-2012 maka

terhitung hari pertama.

b. Setelah melahirkan yang selama persalinan mengalami kontraksi akan menjadi

keras dan bundar, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara

pada bekas implantasi plasenta. jaringan ikat pada uterus akan terus mengecil ±

1 cm/ hari sampai ukuran normal, sehingga post partum III teraba TFU 2 jrbpst

c. Dalam masa nifas terdapat secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina

berupa jaringan desidua bakteri dan sel-sel epitel yang disebut lochia. Lochia

rubra muncul pada postpartum hari I-IV, warnanya merah tua dan bau amis yang

berasal dari sel-sel verniks caseosa, air ketuban, lanugo dan mekonium

(Sinopsis Obstetri , hal 116)

Masalah Aktual : Nyeri luka perineum

DS : Ibu merasakan nyeri pada daerah kemaluannya setelah persalinan.

DO : Nyeri hilang timbul terutama bila bergerak atau disentuh

Tanda homan (-)

Analisa dan interprestasi data :

Terputusnya cuntinitas jaringan akibat laserasi jalan lahir tk. II maka aliran darah

pada jaringan tersebut akan terhambat dan menghantarkan reseptor nyeri ke

hypothalamus kemudian nyeri dihantarkan kesaraf perifer dan menimbulkan nyeri

pada perineum yang kemudian dirasakan oleh ibu.

(Sarwono Prawirohardjo, 2006, hal 237)

36
Diagnosa : Gangguan pola aktifitas

DS : Ibu mengalami kesulitan dalam melakukan aktifoitas.

Ibu lebih banyak beraktifitas di tempat tidur

DO : Nyeri hilang timbul terutama bila bergerak atau disentuh

Analisa dan interprestasi data :

Perubahan neurologis puerperium merupakan adaptasi neurobiologis yang terjadi

pada saat wanita hamil dan disebabkan oleh trauma yang dialami wanita saat bersalin

dan melahirkan sehingga rasa tidak nyaman menyebabkan kesulitan dalam

beraktifitas.

(Sarwono Prawirohardjo, 2006)

Masalah Aktual : Gangguan kebutuhan nutrisi

DS : Ibu tidak pernah minum susu

Ibu tidak pernah makan buah yang bergizi.

DO : Ibu makan ± 244 kkal.

Analisa dan interprestasi data :

Ibu nifas memerlukan nutrisi untuk pemulihan kondisi kesehatan setelah melahirkan,

cadangan tenaga serat untuk memenuhi produksi ASI.

(Ambrawati, 2008)

Gangguan : Defisit kebutuhan pengetahuan

DS : Ibu belum mengetahui tanda bahaya nifas, ASI ekslusif,

perawatan payudara, senam nifas.

DO : Tampak inu kebingungan saat dibahas bahaya nifas, ASI ekslusif,

perawatan payudara, senam nifas.

37
Analisa dan interprestasi data :

Pada Ibu nifas penjelasan/ pengetahuan mengenai tanda bahaya masa nifas sangat

penting dan perlu karena masih banyak ibu nifas belum mengetahui tentang tanda

bahaya nifas baik yang diakibatkan masuknya kuman ke dalam alat kandungan

seperti eksogen (kuman dari luar) antogen (kuman masuk daro tempat lain dalam

tubuh) dari endogen (dari jalan lahir sendiri).

(Rustam Mochtar, 1998)

LANGKAH III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL

Masalah potensial : antisipasi terjadinya infeksi luka jahitan perineum

DS : Ibu mengeluh nyeri pada daerah kemaluannya

Mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas

DO : Hilang timbul terutama bila bergerak atau disentuh.

Analisa dan interprestasi data :

Lamanya luka terpapar dunia luar yang masih basah serta tidak diperhatikan

perawatan dan kebersihannya yang merupakan media yang baik untuk masuk dan

berkembangnya mikroorganisme phatogen, didukung oleh pakaian dalam dan

pembalut yang digunakan yang merupakan faktor pendukung berkembang biaknya

kuman, apalagi jika jarang diganti.

Sarwono Prawirohardjo, 2006, hal 701)

LANGKAH IV. TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI

Tidak ada data yang mendukung untuk dilakukan tindakan segera kolaborasi

38
LANGKAH V. RENCANA TINDAKAN / INTERVENSI

A. Tujuan

1. Post partum hari I berlangsung normal.

2. Nyeri teratasi.

3. Gangguan pola aktivitas teratasi.

4. Kebutuhan terpenuhi

5. Tidak terjadi infeksi pada luka jahitan perineum

6. Pengetahuan beertambah.

B. Kriteria

1. Ku baik dengan kesadaran komposmentis

TD : Sisitolik (90-130) mmHg

Diastolik (60-90) mmHg

N : 60 – 90 x / menit

S : 36,5 – 37,5 ° C.

P : 16 – 24 x / menit

Involusio uteri berlangsung normal dengan :

TFU berkurang ± 1 jari bawah pusat/ lebih.

Kontraksi teraba keras dan bundar

Lochia dalam batas normal :

Lochia rubra : 1-3 hari

ASI lancar.

39
Nyeri pada betis dapat teratasi, tanda homan (-)

Kebutuhan nutrisi terpenuhi sebanyak 2600-2800 kkal

Pengetahuan ibu bertambah.

C. Intervensi

1. Observasi TTV dan involusio uuteri

Rasional : TTV merupakan indikator untuk mengetahui keadaan umum ibu

bersih, involusio uteri merupakan indikator untuk mengetahui

apakah masa nifas berlangsung normal atau tidak sehingga dapat

mendeteksi secara dini bila terjadi infeksi atau kelaianan.

2. Kaji tingkat nyeri

Rasional : Dapat mempermudah memberikan tindakan selanjutnya sesuai

dengan yang dirasakan.

3. Jelaskan pada ibu penyebab nyeri pada luka perineum

Rasional : Agar ibu / keluarga dapat bekerjasama dalam proses

penyembuhan.

4. Anjurkan ibu :

Mobilisasi dini dan bereklaksasi dalam pengaturan nafas

Rasional : mobilisasi dini dapat memperlancar pengeluaran lochia,

peredaran darah dan involusio uteri dan dengan relaksasi nafass

dapat menghilangkan ketegangan dan rasa nyeri yang dirasakan

pada payudara.

40
Istirahat cukup dan mengkonsumsi makanan bergizi

Rasional : Dengan istirahat yang cukup dan mengkonsumsi makananan

yang bergizi dapat mempercepat penyembuhan kesehatan (fisik)

mental serta mempercepat proses penyembuhan.

Menyusui bayi sesering mungkin

Rasional : Agar bayi mendapat ASI lebih dini, memenuhi kebutuhan nutrisi

serta bendungan ASI dapat dihindari.

Menjaga personal hygiene dan mengganti doek setiap basah minimal 4-6 jam

Rasional : Dengan kebersihan tubuh terutama daerah genetilia dapat

mencegah berkembangbiaknya kuman penyebab infeksi.

Datang kontrol jika terjadi kelainan pada dirinya

Rasional : Dapat mencegah terjadinya masalah medis yang lebih berat.

5. Berikan HE tentang :

Perawatan payudara

Rasional : Perawatan payudara yang benar dapat membantu memperlancar

produksi dan pengeluaran ASI

ASI ekslusif

Rasional : ASI ekslusif merupakan langkah awal menuju anak sehat dan

cerdas.

Perubahan fisiologis dan patoologis masa nifas

Rasional : Agar ibu dapat beradaptasi terhadap keadaannya dan dapat

segera mengambil keputusan dan meminta pertolongan medis

jika terdapat kelainan.

41
Cara menyusui yang benar

Rasional : Menyusui yang benar dapat memberikan kenyamanan pada bayi

saat menyusui dan ibu terhindar dari putting lecet

6. Lanjutkan penatalaksanaan pemberian obat analgetik, antibiuotik dan

vitamin.

Rasional : Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri, antibiotik dapat

mencegah terjadinya infeksi, SF membantu menambah zat besi

dan vitamin C membantu penyerapan Fe dalam SF.

7. Follow up : janji untuk pelaksanaan senam nifas besok pagi jam 10.05 di

ruangan ibu

Rasional : Pelaksanaan senam nifas dapat membantu memperlancar

peredaran darah dan mempercepat proses pemulihan.

LANGKAH VI. IMPLEMENTASI

Tanggal 23-01-2012 jam 10.10 s/d 21.00 wita

1. Mengobservasi TTV , TFU, kontraksi uterus, pengeluarang lochia.

Hasil : TTV :

TD : 110/70 mmHg N : 80 x/menit

S : 36,5 °C P : 22 x/menit

TFU 2 jpst, kontraksi uterus baik teraba keras dan bundar,

pengeluaran lochia rubra yang berwarna merah tua dan bau amis.

2. Mengkaji tingkat nyeri

Hasil : Nyeri luka perineum

42
3. Menjelaskan pada ibu penyebab nyeri pada luka perineum

Hasil : Ibu/ keluarga dapat bekerjasama dalam proses penyembuhan

4. Menganjurkan ibu :

Mobilisasi dini dan bereklaksasi dalam pengaturan nafas

Istirahat cukup dan mengkonsumsi makanan bergizi

Menyusui bayi sesering mungkin

Menjaga personal hygiene dan mengganti doek setiap basah minimal 4-6 jam

Datang kontrol jika terjadi kelainan pada dirinya

Hasil : Ibu mau melakukannya

5. Memberikan HE tentang :

Perawatan payudara

ASI ekslusif

Perubahan fisiologis dan patoologis masa nifas

Cara menyusui yang benar

Hasil : Ibu mau melakukannya

6. Melanjutkan penatalaksanaan pemberian obat analgetik, antibiuotik dan vitamin.

Hasil : Amoxillin 500 mg 3x1, As. Mefenamad 500 mg 3x1 tab

LANGKAH VII. EVALUASI

Tanggal 23-01-2012 2012, jam 11.15 dan 17.00 wita

1. Post partum hari II berjalan dengan normal ditandai dengan :

KU ibu baik

TTV : TD : 110 / 70 mmHg,

43
S : 36,5oc

N : 80 x/menit,

P : 22 x/menit.

2. Involusio uterus baik, TFU teraba 2 jrbst.

3. Lochia rubra ± 10 cc, berwarna merah tua dan bau amis

4. Nyeri luka perineum berkurang ditandai dengan :

Ibu sudah tidak mengeluh nyeri bila bergerak.

Ibu sudah beradaptasi dengan rasa nyeri

5. Tidak terjadi infeksi,

Tidak ada tanda-tanda infeksi : Color, rubor, dolor, tumor, dan gangguan fungsi

laesa

6. Nutrisi belum terpenuhi

7. Ibu sudah tahu tentang

a. Perawatan payudara

b. ASI ekslusif

c. Perubahan fisiologis dan patoologis masa nifas

d. Cara menyusui yang benar

8. Penatalaksanaan pemberian obat :

Ibu sudah minum antibiotik, amoxicilin 3 tab sehari.

9. Follow Up: tidak jadi senam nifas karena ibu sudah pulang

Pesan kepada ibu sebelum pulang :

a. Menysui bayinya sesering mungkin

b. Istirahat yang cukup dan mengkonsumsi makanan yang bergizi

44
c. Menjaga personal hygiene dan mengganti duk setiap basah

d. Datang kontrol jika terjadi kelainana pada dirinya.

45
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF POST

NATAL HARI I PADA NY “N” DENGAN NYERI LUKA PERINEUM

DI RUMAH SAKIT UMUM SAWERIGADING PALOPO

23 JANUARI 2012

No. Register : XXXXXX

Tanggal Masuk : 22 Januari 2012, pukul 05.00 wita

Tanggal Partus : 22 Januari 2012, pukul 08.00 wita

Tanggal Pengkajian : 23 Januari 2012, pukul 10.100 wita

Nama Pengkaji : Hasmiati Hasis

A. Identifikasi ibu/suami

Nama : Ny “N” / Tn “I”

Umur : 22 tahun / 23 tahun

Suku : Bugis / Bugis

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Menikah : 1 kali, ± 5 tahun

Alamat : xxxxx

46
B. Data Subjektif (S)

1. Ibu melahirkan tanggal 22 januari 2012, jam 08.00 wita.

2. Ibu merasakan nyeri pada kemaluananya sejak ia habis melahirkan

3. Ibu mengganti duk ± 4 kali

4. Ibu belkum mengerti tentang tanda bahaya masa nifas, perawatan payudara,

ASI ekslusif dan senam nifas.

C. Data Objektif (O)

1. PII A0

2. KU baik, kesadaran composmentis.

3. TTV : TD : 110 / 70 mmHg,

S : 36,5oc

N : 80 x/menit,

P : 22 x/menit.

4. Tidak ada luka bekas operasi, tonus otot kendor, nampak linea nigra dan

striae alba, TFU 2 jbspt, kontraksi teraba keras dan bundar, kandung kemih

kosong, tidak ada nyeri tekan, distasis recti abdominalis ¾ jari.

5. Ekstremitas atas dan bawah Refleks bisep trisep (+), Tidak ada oedema dan

varices, Tidak ada nyeri pada ekstremitas atas kiri dan kedua tungkaiRefleks

patella (+), Tanda oedema (-) pada kedua tungkai bawah.

6. Tidak ada oedema dan varices, nampak pengeluaran lochia rubra, luka

jahitan agak basah

47
D. Assesment (A)

Diagnosa : Post partum hari I

Masalah aktual : Nyeri pada luka perineum, gangguan pola aktifitas,

gangguan kebutuhan nutrisi, defisit kebutuhan

pengetahuan.

Masalah potensial : terjadinya infeksi pada luka perineum

E. Planning (P)

Tanggal 23-01-2012 jam 10.10 s/d 21.00 wita

1. Mengobservasi TTV , TFU, kontraksi uterus, pengeluarang lochia.

Hasil : TTV :

TD : 110/70 mmHg N : 80 x/menit

S : 36,5 °C P : 22 x/menit

TFU 2 jpst, kontraksi uterus baik teraba keras dan bundar,

pengeluaran lochia rubra yang berwarna merah tua dan bau amis.

2. Mengkaji tingkat nyeri

Hasil : Nyeri luka perineum

3. Menjelaskan pada ibu penyebab nyeri pada luka perineum

Hasil : Ibu/ keluarga dapat bekerjasama dalam proses penyembuhan

4. Menganjurkan ibu :

Mobilisasi dini dan bereklaksasi dalam pengaturan nafas

Istirahat cukup dan mengkonsumsi makanan bergizi

Menyusui bayi sesering mungkin

48
Menjaga personal hygiene dan mengganti doek setiap basah minimal 4-6 jam

Datang kontrol jika terjadi kelainan pada dirinya

Hasil : Ibu mau melakukannya

5. Memberikan HE tentang :

Perawatan payudara

ASI ekslusif

Perubahan fisiologis dan patoologis masa nifas

Cara menyusui yang benar

Hasil : Ibu mau melakukannya

6. Melanjutkan penatalaksanaan pemberian obat analgetik, antibiuotik dan

vitamin.

Hasil : Amoxillin 500 mg 3x1, As. Mefenamad 500 mg 3x1 tab.

7. Follow Up: tidak jadi senam nifas karena ibu sudah pulang

Pesan kepada ibu sebelum pulang :

a. Menysui bayinya sesering mungkin

b. Istirahat yang cukup dan mengkonsumsi makanan yang bergizi

c. Menjaga personal hygiene dan mengganti duk setiap basah

d. Datang kontrol jika terjadi kelainana pada dirinya.

49
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab pembahasan ini penulis akan membandingkan antara teori dengan

hasil tinjauan pada Ny.”N” post partum hari I dengan nyeri luka perineum di RSU

Sawerigading Palopo.

Dalam praktek asuhan kebidanan terhadap ibu hamil tersebut telah diterapkan

pendekatan manajemen kebidanan berdasarkan 7 langkah sebagai berikut:

A. Langkah I Pengumpulan Dan Analisa Data

Pada tinjauan pustaka ditemukan bahwa tahap pengkajian merupakan dasar

proses manajemen kebidanan yang kegiatannya ditinjau untuk mengumpulkan

informasi mengenai kesehatan ibu meliputi identifikasi data biologis/ fisiologis

serta data spiritual klien, yang berpedoman pada format pengkajian yang telah

tersedia. Namun tidak tertutup kemungkinan untuk dikembangkan dengan data

yang ditemukan pada klien. Selanjutnya pemeriksaan fisik, baik inspeksi, palpasi,

auskultasi, perkusi dan pemeriksaan obstetrik, pemeriksaan penunjang

laboratorium.

Pada tahap ini penulis tidak menemukan hambatan yang berarti karena pada

saat pengumpulan data, sikap ibu dapat menerima kehadiran penulis dalam

memberikan asuhan kebidanan. Begitu pula dengan dokter dan bidan yang ada di

ruangan, dapat memberikan informasi secara terbuka, sehingga memudahkan

penulis untuk memperoleh data-data yang diinginkan sesuai dengan

permasalahan yang diangkat.

5047
Dalam tinjauan pustaka dikatakan pada post hari pertama tinggi fundus

uteri sekitar 1 jari bawah pusat, lochia rubra pada hari 2-4 post partum.

Sedangkan pada kasus Ny.”N” didapatkan data yaitu pada palpasi tinggi

fundus uteri 1 jari bawah pusat serta pengeluaran lochia rubra.

Dengan demikian apa yang didapatkan dalam tinjauan pustaka dan tinjauan

kasus pada Ny. “N” nampak adanya persamaan antara kasus dan teori.

B. Langkah II Merumuskan Dagnosa/ Masalah Aktual

Pada tinjauan pustaka diagnosa lebih sering diidetifikasi oleh bidan yang

difokuskan kepada yang dialami oleh klien sedangkan masalah lebih sering

berhubungan dengan bagaimana klien menguraikan keadaan yang ia rasakan.

Dalam menegakkan suatu diagnosa atau masalah kebidanan berdasarkan

pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang didukung dan ditunjang oleh

beberapa data, baik subjektif maupun objektif yang diperoleh dari hasil

pengkajian yang dilakukan.

Bedasarkan data yang diperoleh maka diagnosis/ masalah aktual yang didapat

pada Ny. “N” adalah post partum aheri pertama yaitu nyeri luka perineum. pada

tinjauan pustaka diagnosa nyeri luka perineum disebabkan oleh terputusnya

komunitas jaringan pada perineum menyebabkan kerusakan pembuluh darah

perifer dan serabut saraf. Pada saat ini terjadi rangsangan pada pembuluh

hypothalamus sehingga terjadi pelepasan sitosin dan brandigin. Rangsangan

diteruskan ke otak oleh saraf efferent motorik ke saraf efferent sehingga

dipersepsikan sebagai nyeri.

51
Dengan demikian diagnosa / masalah aktual yang diidentfikasikan pada

Ny. “N” dengan kasus kehamilan ganda menunjukkan adanya persamaan dengan

tinjauan pustaka.

C. Langkah III Merumuskan Diagnosa/ Masalah Potensial

Dalam mengantisipasi diagnosa/ masalah potensial dengan manaejemen

asuhan kebidanan adalah pengambilan keputusan untuk mempersiapkan segala

sesuatu yang mungkin terjadi yang dapat membahayakan ibu.

Luka jahitan pada perineum merupakan pasrt of entry bagi mikroorganisme

atau kuman mudah berkembang biak karena adanya perlukaan jalan lahir.

Sehingga mendukung untuk terjadinya infeksi pada perineum. Pada tinjauan

pustaka menjelaskan penanganan nyeri perut bagian bawah yang diberitahukan

pada ibu. Penanganan nyeri sebagai berikut :

a. Istirahat yang cukup

b. Pemberian analgetik dan vitamin.

c. Support keluarga dan sosial.

d. Membimbing ibu melakukan ambulasi dini.

Berdasarkan data di atas ditemukan masalah potensial terjadinya infeksi

luka perineum. Dengan demikian diagnosa/ masalah potensial yang

diidentifikasi pada Ny.”N” dengan post partum hari pertama dengan nyeri luka

perineum tidak ada perbedaan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.

52
D. Langkah IV Evaluasi perlunya tindakan segera/ Kolaborasi

Berdasarkan identifikasi diagnosa/ masalah aktual dan potensial pada

Ny.”N”, tidak ditemukan adanya data yang memerlukan tindakan segera /

kolaborasi.

E. Langkah V Rencana tindakan

Perencanaan pada Ny.”N” adalah menyusun suatu rencana kegiatan

berdasarkan identifikasi diagnosa / masalah aktual dan potensial dan menetapkan

tujuan dan kriteria yang ingin dicapai. Dalam perencanaan ini disusun

berdasarkan teori dan disesuaikan dengan kebutuhan klien.

Pada tinjauan pustaka dijelaskan perawatann post partum sebagai berikut :

1. Mobilisasi

2. Gizi

3. Kebersihan diri

4. Kandung kemih

5. Defekasi

6. Hubungan seksual

7. Keluarga berencana

Adapun rencana tindakan pada studi kasus Ny.”N” sebagai berikut :

1. Observasi TTV , TFU, kontraksi uterus dan pengeluaran lochia

2. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini dengan miring ke kiri dan ke kanan secara

bertahap.

3. Beri He pada ibu tentang

a. Makanan bergizi (cukup vitamin, kalori dan protein)

53
b. Istirahat yang cukup

4. Kaji tingkat nyeri

5. Jelaskan penyebab nyeri

6. Anjurkan kepada ibu untuk relaksasi dengan menarik nafas dan

menghembuskan nafasnya perlahan-lahan apabila ibu merasa nyeri

7. Kolaborasi pemberian obat analgetik dan antibiotik

8. Kaji tingkat nyeri

9. Jelaskan penyebab timbulnya nyeri perut

10. Alihkan perhatian klien

11. Beri kompres air hangat

12. Anjurkan ibu teknik relaksasi saat timbul nyeri

13. Rawat luka perineum dengan mengompres betadine

14. Anjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan diri (personal hygiene)

15. Anjurkan ibu teknik septic dan antiseptik

Pada tahap ini penulis tidak menemukan perbedaan antara teori dengan

asuhan kebidanan dalam proses perencanaan tindakan.

F. Langkah VI Implementasi

Pada tahap ini tetap diterapkan tindakan berdasarkan apa yang telah

direncanakan dan seluruh tindakan yang dilakukan sudah berorientasi pada

kebutuhan klien, sehingga tujuan dapat dicapai dan penulis tidak menemukan

hambatan karena ditunjang oleh klien yang kooperatif dalam menerima saran dan

tindakan yang diberikan.

54
G. Langkah VII Evaluasi

Proses evaluasi merupakan langkah dari proses asuhan kebidanan. Pada

tahap ini penulis tidak menemukan permasalahan atau kesenjangan. Dari hasil

evaluasi ini diagnosa.

Adapaun evaluasi yang dilakukan pada Ny.”N” pada tanggal 23 Januari

2012 adalah masa nifas berlangsung normal ditandai dengan :

1. TTV : TD : 120 / 80 mmHg,

S : 36,5oc

N : 80 x/menit,

P : 20 x/menit.

2. Involusio uterus baik, TFU teraba 1 jrbst.

3. Lochia rubra ± 10 cc

4. Nyeri luka perineum berkurang ditandai dengan :

Ibu sudah tidak mengeluh nyeri bila bergerak.

Ibu sudah beradaptasi dengan rasa nyeri

5. Nyeri pada perut teratasi dengan tanda :

Ibu tidak merasa mules

Ibu tidak mengeluh nyeri pada perut bagian bawah.

6. Tidak terjadi infeksi,

Tidak ada tanda-tanda infeksi : Color, rubor, dolor, tumor, dan gangguan

fungsi laesa

Ibu sudah minum antibiotik, amoxicilin 3 tab sehari.

7. Follow Up, tidak jadi dilakukan karena pasien telah pulang.

55
BAB V

PENUTUP

Setelah membahas dan menguraikan kasus pada Ny. “N” post partum hari I

dengan nyeri luka perineum, maka pada bab ini penulis menarik kesimpulan dan

memberikan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Nyeri luka perienum perlu penanganan yang baik dan merupakan upaya

untuk menurunkan angka kesakaitan ibu karena nyeri luka perienum bila

tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan terjadinya infeksi pada

perineum.

2. Masa nifas membutuhkan pengawasan yang efektif seperti pengawasan

perdarahan post partum (periksa tinggi fundus, kontraksi uterus, keadaan

umum ibu dan jalan lahir) dan perawqatan ruptur perineum sangat penting

dilakukan, dimana dengan adanya luka perineum memudahakn masuknya

kuman phatogen yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi, maka

perawatan secara aseptik dan antiseptik serta menjaga kebersihan genitalia

dapat mencegah terjadinya infeksi.

3. Manajemen kebidanan sebagai metode pendekatan pemecahan masalah yang

dilaksanakan oleh bidan dalam proses terorganisasi melalui tindakan logis

secara bertahap.

56
B. Saran

1. Untuk profesi kebidanan

a. Sebagai seorang bidan hendaknya dapat mendeteksi secara dini adanya

tanda-tanda bahaya dalam masa nifas karena semua ibu post partum

mempunyai resiko yang menyebabkan kematian ibu.

b. Bidan dalam memberikan asuhan kebidanan harus sesuai dengan

kewenangannya. Untuk itu manajemen asuhan kebidanan perlu

perkembangan karena dapat membantu seorang bidan untuk memberikan

asuhan kebidanan secara intensif.

c. Sebagai seorang bidan harus mampu mengambil keputusan klinik secara

tepat.

d. Untuk mencapai hasilnya yang optimal dalam memberikan pelayanan dan

asuhan kebidanan pada klien, hendaknya bidan meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan.

2. Untuk ibu dan keluarga

Diharapkan kepada ibu post partum dan keluarga apabila ada sudah

ada tanda-tanda bahaya pada masa nifas yang dirasakan agar segera

memeriksa diri.

57
DAFTAR PUSTAKA

1. Hanifa W, Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka sarwono


Prawirohardjo, 2005.

2. Cunningham. Obstetric Williams, edisi 21.Jakarta : EGC. 2008

3. Hanifa W, editor Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka sarwono


Prawirohardjo, 2006.

4. Murah Manoe, Syahrul Rauf, Hendrie Usmany. Editor Pedoman Diagnosis dan
Terapi Obstetri dan Ginekologi. Ujung Pandang : FK UNHAS. 1999.

5. Abdul Bari S, Gulardi Hanif W, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Editor Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP.
2002.

6. Gulardi Wiknjosastro. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal


Emergensi Komprehensif (PONEK) Asuhan Obstetri Esensial. Jakarta : JNPK –
KR. 2008.

7. Klein, Susan. Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta : Pallmall . 2008.

8. Saifuddin, A.B. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : EGC. 2000.

9. Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed. 4, Vol. 1. Jakarta : EGC.
2007.

10. Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland, E/29. Jakarta : EGC.
2002.

11. Manuaba I.B.G. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. 1998.

58

Anda mungkin juga menyukai

  • Sop Suntik KB
    Sop Suntik KB
    Dokumen2 halaman
    Sop Suntik KB
    Serly Chely Ventura
    Belum ada peringkat
  • Sop Pemberian Pil KB
    Sop Pemberian Pil KB
    Dokumen2 halaman
    Sop Pemberian Pil KB
    Serly Chely Ventura
    Belum ada peringkat
  • Sop Pemasangan Iud
    Sop Pemasangan Iud
    Dokumen2 halaman
    Sop Pemasangan Iud
    Serly Chely Ventura
    Belum ada peringkat
  • Sop Pemasangan Implan
    Sop Pemasangan Implan
    Dokumen2 halaman
    Sop Pemasangan Implan
    Serly Chely Ventura
    Belum ada peringkat
  • Sop Layanan Poli KB
    Sop Layanan Poli KB
    Dokumen2 halaman
    Sop Layanan Poli KB
    Serly Chely Ventura
    Belum ada peringkat
  • Sop Kontrasepsi Kondom
    Sop Kontrasepsi Kondom
    Dokumen2 halaman
    Sop Kontrasepsi Kondom
    Serly Chely Ventura
    Belum ada peringkat
  • Namaq
    Namaq
    Dokumen1 halaman
    Namaq
    Serly Chely Ventura
    Belum ada peringkat
  • Rsu at
    Rsu at
    Dokumen1 halaman
    Rsu at
    Serly Chely Ventura
    Belum ada peringkat
  • LPJ Tim Kerja Paskah
    LPJ Tim Kerja Paskah
    Dokumen4 halaman
    LPJ Tim Kerja Paskah
    Serly Chely Ventura
    Belum ada peringkat
  • Rsu at
    Rsu at
    Dokumen1 halaman
    Rsu at
    Serly Chely Ventura
    Belum ada peringkat