Anda di halaman 1dari 7

POKOK BAHASAN I: MEDAN LISTRIK

I.1 Hukum Coulomb


I.2 Medan Listrik
I.2.1 Kuat Medan ListrikolehMuatanListrik
I.2.2 Kuat Medan ListrikolehMuatan yang Terdistribusi
I.3 GerakPartikelBermuatandalam Medan Listrik
I.4 Hukum Gauss
I.5 KonduktordalamKesetimbanganElektrostatis

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami
konsep medan listrik dan memecahkan persoalan kuat medan listrik.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mempelajaripokok bahasan ini mahasiswa diharapkan dapat :
1) Menjelaskan prinsip Hukum Coulomb
2) Menghitung daya pada sebuah muatan listrik oleh muatan titik yang lain
3) Menjelaskan pengertian kuat medan listrik
4) Menghitung kuat medan listrik pada suatu titik oleh muatan listrik maupun oleh
muatan distribusi
5) Memahami perilaku muatan titik yang berada dalam medan listrik
6) Menjelaskan prinsip Hukum Gauss, dan
7) Menghitung kuat medan listrik dengan Hukum Gauss

I.1 Hukum Coulomb


Sebelum membicarakan Hukum Coulomb, perlu dijelaskan lebih dahulu perihal muatan
listrik . Perhatikan Gambar 1.1, sebuah batang gelas yang telah digosok dengan sutera
digantungkan pada seutas benang. Jika batang gelas lain yang telah digosok dengan sutera
didekatkan pada batang gelas pertama, ternyata kedua batang gelas tersebut tolak-menolak.
Sebaliknya, bila yang didekatkan sebuah batang plastik yang telah digososk dengan bulu,
ternyata kedua batang tersebut tarik-menarik.
Benang sutera
F

-F
Gambar 1.1 Dua batang gelas bermuatan positif, saling menolak

Gejala di atas dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep muatan listrik. Dari gejala
tersebut jelas pula bahwa ada dua jenis muatan listrik. Benyamin Franklin (1706-1790)
menamakan jenis muatan listrik yang ada pada gelas sebagai muatan positif dan jenis muatan
listrik yang ada pada plastik sebagai muatan negatif. Dari eksperimen tersebut disimpulkan
bahwa muatan sejenis tolak-menolak dan muatan yang tidak sejenis tarik-menarik. Efek-efek
listrik tidak terbatas pada gelas yang digosok dengan sutera atau plastik yang digosok dengan
bulu. Setiap zat yang digosok dengan zat lain dengan kondisi-kondisi yang sesuai akan
menjadi bermuatan dengan jumlah muatan tertentu.
JJ. Thomsosn dalam percobaannya menemukan elektron. Millikan dalam percobaannya
yang dikenal dengan percobaannya yang dikenal dengan percobaan tetes cairan berhasil
mengukur besarnya muatan elektron dan menyatakan bahwa tidak ada muatan lain yang lebih
kecil daripada muatan elektron. Semua muatan selalu merupakan kelipatan bulat muatan
elektron. Kenyataan ini dinamakan kuantisasi muatan dan muatan elektron dinamakan
muatan elementer. Jika muatan dinyatakan dalam satuan Coulomb (C), maka besar muatan
elementer adalah 1.6 .10−19 C.
Niels Bohr dalam teori atomnya mengemukakan bahwa atom terdiri atas init bermuatan
posistif yang dikelilingi oleh elektron-elektron bermuatan negatif menurut lintasan-lintasan
tertentu. Pada atom yang netral, jumlah muatan yang posistif pada inti sama dengan jumlah
muatan negatif elektron-elektron. Jika atom kehilangan satu atau lebih elektron, maka atom
bermuatan positif dan dinamakan ion positif, sebaliknya bila atom menerima satu atau lebih
elektron, maka atom bermuatan negatif dan dinamakan ion negatif.
Sejumlah elektron bahan-bahan seperti besi, tembaga, perak, dan sebagainya dapat
bergerak bebas tanpa terikat pada atom. Bahan-bahan semacam ini dinamakan konduktor dan
elektron-elektron yang bergerak bebas dinamakan elektron bebas. Sebaliknya, bahan-bahan
seperti kaca, karet, plastik, dan sebagainya tidak memiliki elektron bebas, bahan semacam ini
dinamakan isolator (dielektrik).
Coulomb (1785) melakukan penyelidikan tentang gaya listrik pada partikel bermuatan
listrik (sering juga dinamakan muatan titik) oleh muatan titik yang lain. Hasil
penyelididkannya menunjukan bahwa gaya listrik tersebut :
(a) Sebanding dengan hasil kali muatan q1 dan q2 kedua muatan,
(b) Berbanding terbalik dengan kuadrat jarak anatar kedua muatan,
(c) Bekerja pada garis hubung anatara kedua muatan, dan
(d) Tarik-menarik bila kedua muatan tidak sejenis dan tolak-menolak bila kedua muatan
sejenis.
Hasil penyelidikan tersebut dinamakan Hukum Coulomb, Secara matematis Hukum
Coulomb dinyatakan :
𝑞1 𝑞2
F=k .......................................................................................... (1.1)
𝑟2
k = tetapan perbandingan yang besarnya tergantung pada sistem satuan yang digunakan.
Pada sistem SI, gaya dalam newton (N), jarak dalam meter (m), muatan dalam coulomb (C),
dan k mempunyai harga :
𝑁 . 𝑚2
k = 8,9875 ∙ 109
𝐶2
Dalam perhitungan untuk soal-soal dalam buku ini, digunakan :
𝑁 . 𝑚2
k = 9,0 ∙ 109
𝑐2
Konstanta k sering dihubungkan dengan konstanta lain (𝜖𝑜 ) melalui persamaan :
1
k=
4 𝜋 𝜖𝑜

∈0 dinamakan permitivitas hampa dan mempunyai harga :


1 𝐶2
∈0 = = 8,85 ∙ 10−12
4𝜋𝑘 𝑁 . 𝑚2
Gaya listrik adalah besaran vektor, maka Hukum Coulomb bila dinyatakan dengan notasi
vektor menjadi :
1 𝑞1 𝑞2
𝐹⃗ 12 = . 𝑟̂ 12 ............................................................................................................................. .. (1.2)
4 𝜋 𝜖𝑜 𝑟 2 12
1 2

⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐹 12 + + ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐹 21

q1 𝑟̂ 𝑟̂
12
21 q2
𝑟̂
12

(𝑎)

1 2
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐹 12
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐹 21

+ -
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐹 ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐹
q1 21 12 q2

𝑟̂
12

(𝑏)
Gambar 1.2 (a) gaya antara muatan titik yang sejajar
(b) gaya antara dua muatan titik yang tidak sejajar
Keterangan:

𝐹⃗ 12 = gaya pada muatan titik (1) oleh muatan titik (2)


𝐹⃗ 21= gaya pada muatan titik (2) oleh muatan titik (1)
q1= besar pada muatan titik (1)
q2= besar pada muatan titik (2)
r12= jarak antara kedua muatan titik
𝑟̂ 12= vektor satuan yang arahnya dari muatan (2) ke muatan (1)
𝑟̂ 21= vektor satuan yang arahnya dari muatan (1) ke muatan (2)

Contoh 1.1 :
Catatan titik 𝑞1 dan 𝑞2 terletak pada bidang XOY dengan koordinat berturut-turut (𝑥1 , 𝑦1)
dan (𝑥2 , 𝑦2 ).
(a) Tentukan gaya pada muatan 𝑞1 oleh muatan 𝑞2
(b) Tentukan gaya pada muatan 𝑞2 oleh muatan 𝑞1
q2 ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐹 21

𝑟12
⃗⃗⃗⃗⃗⃗ +
q1
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐹 12
+

𝑟1
⃗⃗⃗⃗ 𝑟2
⃗⃗⃗⃗

Gambar 1.3 posisi muatan dan gaya-gaya dalam notasi vektor


Penyelesaian :
Gaya pada muatan 𝑞1 dan 𝑞2 :
1 𝑞1 𝑞2
𝐹⃗ 12 = r12
4 𝜋 𝜖𝑜 𝑟12 2

𝑟⃗12 = 𝑟⃗1 - 𝑟⃗2


= ( 𝑥1 - 𝑥2 ) 1̂ + ( 𝑦1 - 𝑦2 ) 𝐽̂
1
r12 = |𝑟⃗⃗⃗⃗⃗⃗|
12 = [(𝑥1 −𝑥2 )2 + (𝑦1 − 𝑦2 )2 ]2
𝑟⃗12 (𝑥1 − 𝑥2 )𝑖̂ + ( 𝑦1 − 𝑦2 )ĵ
𝑟̂ 12 = = 1
|𝑟⃗12|
[(𝑥1 −𝑥2 )2 + (𝑦1 −𝑦2 )2 ]2

𝑞1 .𝑞2 (𝑥1 − 𝑥2 ) 1̂ + ( 𝑦1 − 𝑦2 )𝐽̂


𝐹⃗ 12 = = 3
4 𝜋 𝜖𝑜
[(𝑥1 −𝑥2 )2 + (𝑦1 −𝑦2 )2 ]2

Gaya pada muatan 𝑞2 oleh muatan 𝑞1 :


1 𝑞1 . 𝑞2
𝐹⃗ 21 = r21
4 𝜋 𝜖𝑜 𝑟21 2

𝑟⃗21 = 𝑟⃗2 - 𝑟⃗1 = ( 𝑥2 - 𝑥1 ) 1̂ + ( 𝑦2 - 𝑦1 ) 𝐽̂


1
= |𝑟⃗21| = [(𝑥1 −𝑥2 )2 + (𝑦1 − 𝑦2 )2 ]2
𝑟⃗21 (𝑥2 − 𝑥1 )𝑖̂ + ( 𝑦2 − 𝑦1 )ĵ
𝑟̂ 21 = = 1
|𝑟⃗21|
[(𝑥1 −𝑥2 )2 + (𝑦1 −𝑦2 )2 ]2

𝑞2 .𝑞1 (𝑥2 − 𝑥1 ) 𝑖̂ + ( 𝑦2 − 𝑦1 )𝐽̂


𝐹⃗ 21 = = 3
4 𝜋 𝜖𝑜
[(𝑥1 −𝑥2 )2 + (𝑦1 −𝑦2 )2 ]2

Dari hasil perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa :

𝐹⃗ 12 = - 𝐹⃗ 21
Contoh 1.2 :
Tiga muatan listrik terletak pada bidang XOY seperti ditunjukkan pada Gambar 1.4.
Diketahui 𝑞1 = 𝑞3 = 5 , 𝑞2 = (− 2) 𝜇𝐶 , dan a = 0,1 m. Hitunglah besar dan arah gaya pada
muatan 𝑞3 .

𝐹⃗ 3 𝐹⃗ 31

-q2 +q3
𝐹⃗ 32
𝑟⃗1 𝑟⃗3

+ q1

Penyelesaian :

Dari gambar dapat ditemukan :

𝑟⃗1 = 0

𝑟⃗2 = a 𝑗̂

𝑟⃗3 = a 𝑖̂ + a 𝑗̂

Sehingga :

𝑟⃗31 = 𝑟⃗3 - 𝑟⃗1 dan 𝑟⃗32 = 𝑟⃗3 - 𝑟⃗2

= a 𝑖̂ + a 𝑗̂ = a 𝑖̂

r31 = |𝑟⃗31 | = a√2 r32 = |𝑟⃗32 | = a

𝑟⃗31 1 𝑟⃗32
𝑟̂ 31 = |𝑟⃗31 |
= ( 𝑖̂ + 𝑗̂ ) 𝑟⃗32 =
|𝑟⃗32 |
= 𝑖̂
√2

1 𝑞3 . 𝑞1
𝐹⃗ 31 = |𝑟31 |2
𝑟̂ 31
4 𝜋 𝜖𝑜

N.m2 (5.10−6 C) (5.10−6 C) 1


= ( 9.109 ) 2 . ( 𝑖̂ + 𝑗̂ )
C2 (𝑎√2) √2

11.25
= ( 𝑖̂ + 𝑗̂ )N
√2
1 𝑞3 . 𝑞2
𝐹⃗ 32 = |𝑟32 |2
𝑟̂ 32
4 𝜋 𝜖𝑜

N.m2 (5.10−6 C) (−2.10−6 C)


= ( 9.109 ) . 𝑖̂
C2 𝑎2

= - 9,0 𝑖̂ 𝑁

Gaya listrik total pada 𝑞3 oleh 𝑞1 dan 𝑞2 :

𝐹⃗ 3 = 𝐹⃗ 31 + 𝐹⃗ 32
11.25 11.25
= ( − 9,0 ) 𝑖̂ + 𝑗̂ = ( -1,05 𝑖̂ + 7,95 𝑗̂ ) N
√2 √2
Besar gaya pada 𝑞3 adalah :
F3 = |𝐹⃗3| = √(−1,05)2 + (7,95)2
= 8,0 N
Arah gaya 𝐹⃗ 3 :
7,95
𝛼 = arc tg
− 1,05
= 82,474° terhadap sumbu x positif

Soal 1.3

Anda mungkin juga menyukai