Anda di halaman 1dari 3

Setiap hari kita sering kali mengkonsumsi berbagai macam hiburan.

Hiburan yang
paling sering kita lihat secara tidak langsung yaitu Televisi. Ada juga hiburan yang
bersifat tontonan langsung seperti bioskop, konser musik, pagelaran tari, dan
sejenisnya. Di era digitalisasi ini, hiburan adalah sebuah gaya hidup yang sudah
menjadi kebutuhan setiap individu. Setiap hiburan yang kita nikmati tersebut, ternyata
dapat dikenakan Pajak. Akan tetapi, tidak semua hiburan tersebut dikenakan pajak.
Pada artikel ini akan dibahas tentang hiburan yang dikenakan pajak beserta tarif
pajaknya.

Sebelum mengenal Pajak Hiburan, kita harus tahu dulu Dasar Hukum yang mengatur
tentang Pajak Hiburan. Dasar Hukum Pajak Hiburan adalah sebagai berikut.

 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
 Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan
 Peraturan Bupati Nomor 21 Tahun 2011 Pelaksanaan Peraturan Daerah
Kabupaten Gorontalo Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan

Pengertian Pajak Hiburan

Pajak Hiburan adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan hiburan.

Hiburan merupakan segala sesuatu, baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda maupun
perilaku yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang susah atau sedih.

Sedangkan sesuai dengan pasal 1 ayat 25 UU 28 tahun 2009, bahwa Hiburan adalah
semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati
dan dipungut bayaran.

Hiburan bersifat subjektif, bergantung pada penikmatnya. Apabila subjek tersebut


merasa terhibur terhadap sesuatu hal, maka hal itu dapat dikatakan suatu hiburan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hiburan mencakup banyak


hal, diantaranya musik, film, opera, drama, permainan, olahraga, dan lain sebagainya.
Berwisata juga dapat dikatakan sebagai upaya hiburan dengan menjelajahi alam
ataupun mempelajari budaya. Mengisi kegiatan di waktu senggang seperti membuat
kerajinan, keterampilan, membaca juga dapat dikatagorikan sebagai hiburan. Media
yang digunakan dalam dunia entertaiment, yaitu: 1. Televisi; 2. Radio; 3. Media cetak;
dan 4. Media online.

Objek Pajak Hiburan


Objek yang dikenakan pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan
dipungut bayaran, seperti :

 Tontonan film;
 Pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana;
 Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya;
 Pameran;
 Diskotik, karaoke, klub malam, dan sejenisnya;
 Sirkus, akrobat, dan sulap;
 Permainan bilyar, golf, dan bowling;
 Pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan;
 Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitnes center);
 Pertandingan olahraga.

Subjek dan Wajib Pajak

Subjek pajak dari pajak hiburan ini adalah orang pribadi atau Badan yang menikmati
jasa dari penyelenggaraan hiburan. Sedangkan Wajib Pajaknya sendiri adalah orang
pribadi atau Badan yang menyelenggarakan hiburan.

Dasar Pengenaan Pajak

Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang
seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan, termasuk petongan harga dan tiket
Cuma-Cuma yang diberikan kepada penerima jasa hiburan.

Tarif Pajak

Tarif untuk Pajak Hiburan itu sendiri maksimal 35% (Tiga puluh lima persen)

Pajak Terutang = Tarif x Dasar Pengenaan Pajak

Akan tetapi, Khusus untuk hiburan mengenai Kesenian Tradisional, dikenakan tarif
maksimal sebesar 10 %. Yang dimaksud dengan hiburan berupa “kesenian
rakyat/tradisional” adalah hiburan yang dipandang perlu dilestarikan dan
diselenggarakan ditempat yang dapat dikunjungi semua lapisan masyarakat.

Adapun juga tarif untuk hiburan khusus yang dianggap mewah seperti:

 Pagelaran Busana;
 Kontes Kecantikan;
 Diskotik;
 Karaoke;
 Klub Malam;
 Permainan Ketangkasan;
 Panti Pijat dan mandi uap/spa.

Untuk hiburan khusus seperti diatas tersebut dikenakan tarif maksimal 75%.

Masa Pajak

Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan takwim
atau
jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Bupati paling lama 3 (tiga) bul
an kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor
dan melaporkan pajak yang terutang. Sedangkan bagian dari bulan dihitung satu
bulan penuh.

Saat Terutang

Pajak terutang terjadi saat penyelenggaraan hiburan. Bila pembayaraan diterima


sebelum hiburan diselenggarakan, pajak terutang pada saat terjadi pembayaraan.

Contoh Perhitungan Pajak Hiburan

Contoh :

Jumlah uang yang diterima atas penjualaan Karcis Pertunjukan Tari Tradisional
adalah Rp 50.000.000,00

Tarif : 10%

Pajak Terutang : Rp 50.000.000,00 x 10% = Rp 5.000.000,00

Jadi, jumlah pajak yang harus dibayar oleh penyelenggara hiburan tersebut adalah Rp
5.000.000,00

Anda mungkin juga menyukai