Anda di halaman 1dari 8

Sampaikan Salam Sayangku Pada Tanah Kutai

Seperti biasa pagi hari selalu dilewatinya dengan penuh semangat. Dengan keringat
yang bercucuran bahkan membasahi baju belakangnya ia tak pernah untuk menyerah .. Dengan
langkah panjang nyaris berlari ia melewati padang sawah yang terbentang luas seorang diri.
Berbekal sendal usang tanpa pakaian seragam berpikul dengan sebuah tas yang sama usangnya
dengan sandalnya. Ia, seorang anak berumur 10 tahun, seorang anak yatim piatu, baginya
sudah cukup untuknya bahwa pemerintah memberinya beasiswa untuk sekolah nya.. Ia sering
dipanggil dengan sebutan fahmi.. Nama lengkapnya Alfatih fahmijaya. Muara muntai begitu
orang menyebut nama kampungnya.

Helaan napas lega terdengar saat ia melihat bangunan tua itu. SD Melati Bangsa begitu
nama yang tertera di depan bangunan tua itu. Ia, Fahmi seorang anak sekolah dasar kelas akhir.
Bagi Fahmi sudah cukup ia bisa sekolah walaupun ia tidak memiliki pakaian seragam serta
sepatu dan alat tulis lengkap lainnya layaknya teman-temannya.

Dengan napas yang masih tesenggal-senggal Fahmi berjalan menuju ruang kelasnya
berada. Saat sampai di depan kelas dengan mantap Fahmi mengetuk pintu meminta ijin pada
guru yang mengajar. Fahmi tahu ia telah telat lima menit dari jam pelajarannya..

"Maaf bu guru saya terlambat" sesal Fahmi

"Tidak apa-apa sebaiknya kau duduk dibangkumu dan keluarkan alat tulismu, dan Ibu
harap kau jangan terlambat lagi karena kau siswa tahun akhir, Ibu takut nanti kau ketinggalan
pelajaran, sekarang silahkan kau duduk" nasehat Ibu Ani pada Fahmi sambil tersenyum
menatap anak muridnya itu. Ibu Ani tahu bagaimana kehidupan Fahmi maka dari itu ia
mengerti betul kanapa Fahmi bisa terlambat.

"Terimakasih bu" jawab Fahmi sambil menundukan kepalanya pada Ibu Ani lalu
bergegas menuju bangkunya.

Fahmi seorang anak yang mempunyai segudang cita-cita serta segudang ilmu walau
berkehidupan yang kurang memadai tidak membuat Fahmi menyerah dalam hal menimba ilmu..

Teng...tengg..teng

Bel istirahat pun berbunyi. Fahmi dan beberapa teman lainnya memilih untuk tetap di
dalam kelas. Tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri Fahmi.

" Fahmi kau dipanggil Ibu Ani ke ruang guru" ujar Adi teman sekelas Fahmi
"Oh iya makasih informasinya di" ujar Fahmi sambil tersenyum

"Iya sama-sama , sebaiknya cepat kau temui Ibu Ani siapa tahu ini urusan penting" ujar
Adi sambil duduk di bangku nya

"Oke kalau begitu aku pergi dulu ya" ujar Fahmi sambil berlalu

Tok.. tok.. tok

Fahmi mengetuk pintu ruang guru setelah mendengar sahutan dari dalam Ia masuk ke
dalam ruang guru dan langsung menghampiri meja Ibu Ani yang dimana Ibu Ani sudah
menunggunya.

"Maaf bu, apa Ibu memanggil saya? " tanya Fahmi sopan

" Iya, duduk dulu Fahmi" jawab Ibu Ani

"Makasih bu, oh iya bu sebenarnya ada apa bu" ujar Fahmi

"hmm.. begini nak Fahmi Ibu cuma ingin bertanya apa setelah lulus nanti kau ingin
melanjutkan sekolah? "tanya Ibu Ani hati-hati, pasalnya iya tau bagaimana kehidupan anak
didiknya itu bahkan untuk makan saja ia harus menjadi buruh diladang Pak Ahmad, tetangganya.

Tidak ada jawaban yang terdengar dari mulut Fahmi, ia hanya tertunduk diam, bingung
ingin menjawab apa. Fahmi sangat ingin bisa bersekolah lagi tapi ia tahu bagaimana
kehidupannya sekarang, ia masih beruntung karena beasiswa pemerintah yang diterimanya
saat ini.

Fahmi mengangkat kepalanya menatap Ibu Ani sambil tersenyum kemudian


menggelengkan kepalanya.

"Saya sangat berterimakasih karna Ibu sudah peduli sama saya tapi saya rasa saya tidak
bisa lagi untuk melanjutkan pendidikan saya bu" ujar Fahmi lemah

"Fahmi kau itu anak pintar, kau jangan jadi pesimis duluan jangan cuma karna kau tidak
punya biaya bukan berarti kau tidak bisa menerima pendidikan layaknya teman-teman kau, jadi
kau harus optimis ya" nasehat Ibu Ani

"iya bu, apa masih ada yang ibu ingin bicarakan? " tanya Fahmi

"Tidak ada lagi, oh iya nanti malam bisakah kau kerumah Ibu? Pembicaraan ini kita
lanjut dirumah Ibu aja" ujar Ibu Ani
"Baik bu, kalau begitu saya permisi dulu bu" jawab Fahmi lalu berdiri dan berlalu pergi
keluar.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 dengan senter tua yang ia punya Fahmi menyusuri
jalan menuju rumah Ibu Ani. Saat berbelok ke arah kiri ia melihat rumah hijau itu. Dengan
perlahan ia melangkah mantap tanpa takut dan merasa dingin karna malam ini langit nampak
hitam. Fahmi sudah ada didepan rumah Ibu Ani.

Tok.. tok..

" Assalamualaikum" ujar Fahmi sambil mengetuk pintu rumah Ibu Ani yang berwarna
hijau itu

"Walaikumssalam" ujar seseorang dari dalam rumah sambil membuka pintu

" Ehh nak Fahmi, Ayo masuk" ujar Suami Ibu Ani orang yang membuka pintu itu.

"Iya Pak, Ibu Ani nya ada? " tanya Fahmi

"Oh Ibu ada di dalam, ayo masuk dulu" jawab Suami Ibu Ani

"Iya Pak" ujar Fahmi sambil mengikuti Suami Ibu Ani masuk kedalam

"Silahkan duduk dulu nak Fahmi, bapak panggil Ibu dulu" kata Suami Ibu Ani sambil
mempersilahkan Fahmi duduk

Tak lama kemudian Ibu Ani keluar sambil membawa beberapa map yang entah isinya apa.

"Nak Fahmi, lama sudah menunggu? " tanya Ibu Ani sambil duduk di depan Fahmi

"Tidak bu saya juga baru datang" jawab Fahmi sopan

" Diminun dulu tehnya Fahmi"kata Ibu Ani

Fahmi hanya mengangguk sambil meminum teh yang disediakan Ibu Ani

"Sebenarnya ada apa bu, kenapa Ibu menyuruh saya datang kerumah ibu?" tanya Fahmi
heran

"Begini Fahmi Ibu mempunyai saudara di Tenggarong.. nah kebetulan sekali saudara ibu
itu pedagang bakso, dia sedang mencari buruh untuk membantunya berjualan karna jualannya
laku keras jadi membuat dia dan istrinya kewalahan. Saudara Ibu minta ibu untuk mencarikan
mereka seorang pekerja" jelas Ibu Fahmi panjang lebar..
Fahmi hanya diam sambil menautkan kedua, alisnya, bingung dengan pejelasan yang diberikan
Ibu Ani

"Maaf bu maksud ibu apa ya? " tanya Fahmi bingung

"Ibu tau Ibu bukan siapa-siapa kau jadi ibu pengin melihat kau tu sukses, jadi maukah
kau pegi ke Tenggarong, disana kau bisa sekolah sambil kerja ibu yakin kau bisa bertahan hidup
disana, untuk biaya sekolah kau dik usah khawatir nanti, saudara ibu mau membiayaimu
selama kau disana, juga tempat tinggal kau bisa tinggal di tempat saudara ibu, ibu juga sudah
membicarakan ini pada saudara ibu, jadi bagaimana menurut kau Fahmi?" jelas Ibu Ani

"Maaf bu tapi saya tidak mau merepotkan orang lain, ibu bahkan sudah banyak
membantu saya bahkan beasiswa yang sekarang saya dapatkan juga dari bantuan ibu, jadi saya
tidak ingin lagi merepotkan orang lain bu, sekali lagi maaf bu dan terimakasih bu atas
bantuannya" jawab Fahmi

"Fahmi ibu sama sekali dik merasa direpotkan, kalau begitu begini saja, kau bekerja
ditempat saudara ibu, terus gajimu itu kau bayarkan sendiri untuk uang sekolahmu,
bagaimana?" bujuk Ibu Ani pantang menyerah

"Tapi bu.." belum selesai Fahmi berbicara Ibu Ani pun angkat bicara lagi

"Fahmi Ibu mohon, ini juga untuk kebaikan kau, jadi tolong dipikirkan baik-baik ya, lagi
pula kau juga sudah melewati ujian nasional, kita cuma tinggal menunggu hasil kelulusanmu
saja, dan kau juga harus memikirkan nasibmu kedepannya Fahmi, bukankah kau bercita-cita
menjadi seorang dokter, mungkin saja ditanah rantau kutai ini dapat mewujudkan cita-citamu
itu, apalagi kau anak uang pintar tidak menutup kemungkinan kau juga bisa mendapatkan
beasiswa lagi, jadi ibu harap kau mau menerima tawaran ibu ini ya" nasehat panjang Ibu Ani

"Kalau begitu saya mohon waktu untuk berpikir bu, dan saya juga pamit pulang karna sudah
hampir tengah malam bu" ujat Fahmi

Ibu Ani pun menghela napas napas lalu berkata dan tersenyum

"Baiklah kau pikirkan tawaran Ibu itu, kalau kau berubah pikiran segera saja datangi ibu ya" kata
Ibu Ani

" Baik bu kalau begitu saya pamit dulu" jawab Fahmi sambil berdiri

"Iya kalau begitu hati-hati dijalan Fahmi" Ibu Ani pun ikut berdiri dan mengantarkan Fahmi
sampai didepan pintu rumahnya

"Saya pamit dulu bu, Assalamualaikum" kata Fahmi sambil berlalu menuju kerumahnya
"Walaikumssalam" jawab Ibu Ani

***

1 bulan kemudian

" Dek pesanan saya mana? " tanya seorang pembeli pada Fahmi

" Sebentar ya bu" jawab Fahmi sambil tersenyum

Iya sekarang Fahmi sudah ada di Tenggarong dan melanjutkan hidupnya ditanah rantau kutai ini
walaupun tidaklah jauh dari tanah kelahirannya. Ibu Ani juga menenpati janji nya, yaitu
memberikan pekerjaan padanya.

Beginilah hidup Fahmi sekarang bekerja membantu saudara Ibu Ani dan gajinya ia bayarkan
sendiri untuk biaya sekolah dan hidupnya. Fahmi juga memilih untuk tidak tinggal bersama
saudara Ibu Ani jadi ia menyewa sebuah rumah kecil yang juga berdekatan dengan sekolah dan
tempatnya bekerja.

Fahmi sangat berterimakasih pada Ibu Ani dan Saudara ibu ani yang sangat peduli pada Fahmi.
Maka dari itu Fahmi pun belajar sungguh-sungguh. Dengan membawa cita-cita terbesarnya
agar menjadi seorang dokter ahli bedah.

Jam sudah menunjukkan pukul 20.00 waktu bagi Fahmi untuk pulang.

"Pak saya permisi pulang dulu ya" kata Fahmi pada Pak Joko Saudara ibu Fahmi

"Iya Fah, hati-hati ya, ini untuk kau makan malam" jawab beliau sambil menyondorkan
plastik yang berisi bakso

"makasih ya pak, kalau begitu saya permisi" kata Fahmi dan di jawab dengan anggukan
kepala oleh pak Joko

Tak terasa waktupun terus berputar layaknya roda ban sepeda motor. Sudah enam tahun
Fahmi berada di Tenggarong. Ia bahkan menjadi siswa favorit di SMA-nya. Menjalani kehidupan
yang sama setiap saatnya dan Fahmi sangat bersyukur saat masuk SMA ia mendapatkan
beasiswa jadi itu sedikit mengurangi pengeluaran uangnya. Saat ini Fahmi tinggal menunggu
hasil ujian kelulusannya.

Drrttt.. drrttt
Handphone Fahmi berbunyi menandakan adanya panggilan masuk. Terlihat dilayar ada nomor
baru yang tidak dikenal. Fahmipun menjawab panggilan tersebut dangan bingung.

"Hallo apa benar ini Alfatih Fahmijaya?" tanya orang yang menelpon

" Benar ini dengan saya sendiri, Maaf sebelumnya anda siapa dan ada hal apa ya
menelpon saya" jawab Fahmi dengan perasaan bingung

"Saya Anissa dari Jakarta Pusat, saya Duta Besar dari Indonesia untuk Los Angles. Saya
hanya ingin menyampaikan kepada anda bahwa anda menerima beasiswa kedokteran dari
salah satu universitas di Los Angles. Untuk hal lebih lanjut anda bisa melihat dialamat email
yang kami kirimkan pada email anda. Terimakasih dan mohon atas kerjsamanya" ujar penelpon
tersebut sambil mengakhiri panggilannya

Fahmi hanya terdiam tanpa bisa berkata-kata ia bingung apa ini nyata atau hanya mimpinya
saja. Dengan cepat Fahmi mengambil notebooknya dan membuka emailnya dan benar saja ada
email dari Dubes Los Angles. Mata Fahmi seketika membulat lebar seraya membaca email
tersebut. Fahmi tidak menyangka bahwa ia mendapat beasiswa kedokteran di Universitas
terbaik di Los Angles. Dengan tergesa-gesa Fahmi keluar rumah sambil membawa notebooknya
menuju tempat kerjanya ia ingin memberitahukan pada pak joko bahwa ia mendapatkan
beasiswa tersebut.

***

Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan bagi Fahmi. Hari ini Fahmi akan berangkat ke
Jakarta untuk mengurus keperluan yang dibutuhkannya sebagai pelengkap beasiswanya.
Dengan diantar oleh Pak joko Fahmi pun berangkat menuju bandara Balikpapan.. Selama
perjalanan Fahmi menulis sebuah surat. Ia berencana memberikan surat tersebut untuk Ibu Ani
dengan menitipkan pada Pak Joko. Saat sampai dibandara Fahmi langsung pamit pada Pak Joko
karna sebentar lagi pesawatnya akan jalan dan tidak lupa memberikan surat yang ia tulis tadi
pada Pak Joko.

***

Seorang dokter muda dan perwatakan yang lembut berdiri diatas atap gedung rumah sakit
ternama di Los Angles. Ia Fahmi sesekali angin meniup rambut dan jas putih dokternya.. Sudah
lima tahun Fahmi berada di Los Angles. Setelat selesai kuliah kedokteran empat tahun yang lalu
Fahmipun bekerja di rumah sakit ternama di Los Angles. Ia sangat dikenal dikalangan para
Dokter.. karna ia termasuk dokter muda yang jenius.
Terdengar helaan napasnya. Hatinya tak bisa dipungkiri ia sangat merindukan negaranya dan
tempat kelahirannya itu. Bagaimanapun juga ia bisa seperti ini karna negaranya dan tempat
kelahirannya tersebut.

Merasa sudah sedikit fresh Fahmi berjalan turun menuju ruangannya. Sesampainya ia
diruangannya Fahmi bergegas mengambil kertas dan pena. Lalu menorehkan beberapa kata
yang menjadi kalimat dan paraghrap.

Dear tanah airku.. kutai

sungguh elok rupamu

bagaikan bunga khayangan

terimakasihku takkan pernah bisa membalas jasamu

karenamu aku bisa seperti ini

karenamu aku sesukses ini

diatas tanah mu aku lahir

diatas tanah mu aku berlajar

dan diatas tanahmulah aku mengerti

hidup itu penuh perjuangan

layaknya mentari pagii yang berusaha menyinari bumi menghalau awan hitam

bagiku semua tak akan pernah terjadi apabila bukan karnamu

seandainya aku tidak lahir ditanahmu

apa aku bisa seperti ini..

karna mu aku bisa meraih mimpiku

yang bahkan dulu ku sebut imajinasiku

tapi karnamu semua menjadi nyata.

terimakasihku takkan pernah bisa membalas semua jasamu tanahku.. kutai

sekali lagi ku ucapakan padamu atas terimakasihku


Salam sayang untukmu tanah kutai ku

ALFATIH FAHMIJAYA

Fahmi meletakan penanya dan melipat suratnya menjadi tiga bagian lalu memasukkannya
kedalam amplok putih dan menyusun rapi di dalam lacinya. Terdengar helaan napasnya
berharap semua baik-baik saja.

Anda mungkin juga menyukai