Maksudin
FTK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (email: mak_sudin@yahoo.com)
Abstrak: Sistem Boarding School SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta
(Transformasi dan Humanisme Religius). Penelitian ini bertujuan untuk (1)
mengungkap bagaimana transformasi kelembagaan pendidikan dilaksanakan di
SMP Islam Terpadu Abu Bakar Boarding School Yogyakarta; (2) mengetahui bagai-
mana implementasi humanisme religius pendidikan Islam dilaksanakan di SMP
tersebut. Penelitian ini dilakukan dan dirancang sesuai dengan prinsip-prinsip
field research dengan menggunakan pendekatan naturalistik. Hasil penelitian ini
dapat dikemukakan sebagai berikut. Pertama, penyelenggaraan pendidikan di
SMP Islam Terpadu Abu Bakar dengan sistem boarding school dan fullday merupa-
kan wujud transformasi kelembagaan pendidikan. Kedua, penerapan humanisme
religius di SMP Islam Terpadu Abu Bakar didasarkan paradigma Islam Terpadu
(IT) yang diimplementasikan secara tersurat pada visi, misi, dan tujuan yang
diembannya. Pengamalan visi dan misi yang diemban sekolah dijabarkan di
dalam tujuan penyelenggaraan pendidikan di SMP Islam Terpadu Abu Bakar
pendidikan dan pembinaan siswa, di dalam kelas, di asrama, di masjid saat salat
berjamaah, doa, żikir ma’śurat bersama, apel malam (muhasabah), malam bina iman
dan takwa.
Abstract: The Boarding School System of SMP Islam Terpadu Abu Bakar
Yogyakarta. This study was aimed to reveal: (1) how the educational institutional
transformation was carried out in SMP Islam TerpaduAbu Bakar Yogyakarta; and
(2) how religious humanism of Islamic education was carried out there. This study
employed the naturalistic approach. The findings of the study could be stated as
follows. First, the implementation of the education using the boarding school and
full-day system was the realization of the institutional transformation. Second, the
religious humanism was implemented based on the paradigm of integrated Islam
through the vision, mission, and the goals. The school vision and mission were
realized in the aims of the implementation of education through nurturing acti-
vities in the class, in the boarding house, and in the mosque.
38
39
SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta (Transformasi dan Humanisme Religius)
40
SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta (Transformasi dan Humanisme Religius)
42
SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta (Transformasi dan Humanisme Religius)
44
kamar mandi; dan (5) ruang gudang Demikian pula kemiripan aktivitas
untuk menyimpan barang-barang (mi- pendidikan sistem boarding school di
salnya: almari); dan (6) tempat untuk SMP IT Abu Bakar dengan pesantren
kegiatan bermain bagi para siswa. secara umum. Pendidikan ini dilaku-
Dengan demikian, suatu lembaga kan di asrama, berlangsung selama 24
pendidikan yang diselenggarakan de- jam setiap hari, dengan jadwal yang
ngan sistem boarding paling tidak me- terprogram secara konkret dan jelas
menuhi dua kriteria baik fisik maupun dari waktu ke waktu. Dengan jadwal
non-fisik. Kriteria komponen fisik ber- yang ketat yang diselenggarakan se-
kenaan dengan adanya beberapa sara- lama 24 jam setiap hari ini, dapat di-
na dan prasarana, di antaranya sarana pahami bahwa pendidikan dengan sis-
ibadah, ruang belajar (ruang kelas), tem boarding school dilakukan dengan
ruang tempat tinggal (asrama). Demi- manajemen waktu secara ketat dan
kian pula komponen nonfisik, berbagai memadai. Menurut Muhammad (2000:
kegiatan telah terjadwal lengkap, baik xi), waktu dimanfaatkan dari sudut ba-
mengenai jenis kegiatan, jam kegiatan, gaimana dan bukan dari sudut meng-
pembina/pelaksana kegiatan, dan tem- apa. Setiap individu pada umumnya
pat kegiatan. Setiap kegiatan itu diatur telah mengetahui mengapa waktu itu
secara jelas melalui tata tertib dan begitu penting, akan tetapi kebanyakan
prosedur pelaksanaan serta dilengkapi di antara mereka tidak mengetahui
dengan berbagai sanksi pelanggaran- bagaimana cara memanfaatkannya.
nya. Peraturan, tata tertib, prosedur pe- Pendapat ini didasarkan pada sabda
laksanaan, dan sanksi-sanksinya yang Nabi Muhammad saw. yang dinukil di
diterapkan di sekolah dengan sistem dalam Fath al-Bari, karya Ibnu Hajar al-
boarding pada dasarnya dimanfaatkan ‘Asqalani, yang artinya “ada dua nik-
sebagai upaya penanaman nilai kepada mat, di mana banyak manusia tertipu
semua warga agar hidup aman, nya- di dalamnya, yaitu kesehatan dan ke-
man, tentram. sempatan” (HR. Bukhari). Lebih lanjut
disebutkan di dalam Fathal-Bari, yang
Karakteristik Pembinaan dan Pelayan- artinya:
an Pendidikan Sistem Boarding School “Barangsiapa menggunakan kesem-
Sekolah dengan sistem boarding patan dan kesehatannya untuk taat
school tampak lebih menghargai waktu. kepada Allah swt, maka dialah
orang yang amat berbahagia, dan
Pemanfaatan waktu dilihat lebih dari
barang siapa menggunakan kesem-
sudut bagaimananya daripada dari su-
patan dan kesehatannya untuk ber-
dut mengapanya. Setiap individu/pri- maksiat kepada Allah swt, maka
badi pada umumnya mengetahui dan dialah orang yang tertipu. Karena
menyadari bahwa menghargai waktu kesempatan senantiasa diikuti ke-
itu penting, tetapi belum semua unsur sibukan dan kesehatan akan diikuti
yang ada bisa dan mengetahui cara me- masa sakit”.
manfaatkannya. Kelembagaan sistem boarding school
di SMP Islam Terpadu Abu Bakar
SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta (Transformasi dan Humanisme Religius)
46
Yogayakarta dapat dikatakan unik, hal dalam komunitas siswa; (9) terbentuk-
ini dikarenakan sistem boarding school nya komitmen yang baik di kalangan
adalah mengintegrasikan sistem seko- siswa, terhadap tradisi; (10) para siswa
lah dengan pesantren, berbeda dengan dan para pembimbing saling berwasiat
sistem boarding school di Pondok Pe- tentang kesabaran, kebenaran, dan ka-
santren Modern Gontor, di Pondok As- sih sayang; (11) penanaman nilai-nilai
Salam Solo dan yang lain, berupa inte- umum seperti kejujuran, toleransi, tang-
grasi sistem madrasah dengan pesan- gung jawab, kepatuhan, dan keman-
tren. Oleh karena itu sistem boarding dirian diamati, dan dipantau terus-me-
school di SMP Islam Terpadu Abu nerus oleh pembimbing; (12) kegiatan
Bakar kurikulumnya adalah kurikulum sekolah selama 24 jam terjadwal sesuai
SMP dan kurikulum Islam Terpadu dengan program yang ditentukan; dan
serta kurikulum pesantren, sedangkan (13) segala kegiatan diatur melalui per-
sistem boarding school di Pondok Pe- aturan sekolah.
santren Modern Gontor, di Pondok As-
Salam Solo kurikulumnya adalah kuri- Penekanan pada Pendidikan Keman-
kulum madrasah dan pesantren. dirian
Sehubungan dengan pemanfaatan Pendidikan Pendidikan dengan sis-
waktu dalam segala bentuk peng- tem boarding school (sekolah berasrama)
amalannya, sistem pembinaan dan pe- pada umumnya dikenal oleh masya-
layanan pendidikan yang dilakukan di rakat sebagai pendidikan yang mene-
sekolah dengan sistem boarding (asra- kankan prinsip-prinsip kemandirian.
ma) pada umumnya juga bersentuhan Pendidikan yang menekankan prinsip-
dengan nilai-nilai moral. Secara umum prinsip kemandirian itu tampak memi-
pembinaan dan pelayanan pendidikan liki kaitan dengan upaya penerapan
di SMP IT Abu Bakar senantiasa di- humanisme religius yang sebenarnya
upayakan dengan berpedoman pada cukup kompleks dan beragam. Di an-
efisiensi pemanfaatan waktu. Agar taranya, prinsip kemandirian itu diguna-
waktu yang ada dapat dimanfaatkan kan untuk memberikan keleluasan ke-
dengan sebaik-baiknya, diambil lang- pada siswa dalam usaha memadukan
kah-langkah: (1) kegiatan siswa senan- berbagai nilai moral dalam diri pribadi
tiasa dibimbing oleh pembimbing; (2) masing-masing. Prinsip kemandirian
kedekatan antarsiswa dan pembimbing yang memuat berbagai nilai moral itu
senantiasa dijaga; (3) berbagai per- dapat dilukiskan paling tidak ke dalam
masalahan siswa segera diketahui dan empat gambaran kepribadian sebagai
diselesaikan; (4) diterapkan model ke- berikut.
teladanan oleh pembimbing; (5) pem- Pertama, pribadi yang selalu men-
binaan mental dilakukan secara khu- jalani hidup sebagai bentuk pertum-
sus; (6) ucapan, perilaku, dan sikap sis- buhan dan perkembangan. Artinya,
wa senantiasa dipantau; (7) tradisi po- pribadi itu memandang hidupnya se-
sitif para siswa terseleksi secara wajar; bagai suatu proses untuk menjadi se-
(8) diupayakan munculnya nilai-nilai buah figur yang diwarnai oleh berbagai
SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta (Transformasi dan Humanisme Religius)
48
mirip karena pondok pesantren berarti didikan dengan sistem boarding school
asrama tempat tinggal para santri yang dan sistem full-day dengan meminjam
menurut Wahid, mirip dengan aka- istilah Bukhori (1995:22) sebagai per-
demi militer atau biara (monestory, con- tanda terjadi transformasi pendidikan.
vent) dalam arti bahwa mereka yang Penekanan pembinaan akhlakul kari-
berada di sana mengalami suatu kon- mah yang dilakukan kepada para siswa
disi totalitas (Wahid, 2001:171). ini merupakan fenomena faktual ada-
Penyelenggaraan sistem boarding nya relevansi sistem boarding school
school di SMP IT Abu Bakar mirip dengan pendidikan nilai-nilai moral
dengan sistem pesantren. Kedua sistem karena pembinaan dilakukan pada se-
ini dapat dibedakan antara lain berda- tiap kegiatan baik saat di asrama, di
sarkan letak geografisnya dan nilai-ni- dalam kelas, maupun kegiatan di ling-
lai yang ditanamkannya. Pada umum- kungan sekolah.
nya, pesantren berada di daerah- Pada usia SMP dan SMA, anak
daerah pelosok perkampungan atau lebih banyak berinteraksi dengan ling-
pedesaan, sedangkan boarding school kungan masyarakat di luar lingkungan
berada di kota-kota. Secara spesifik, rumah. Masa ini merupakan masa awal
pesantren pada umumnya lebih me- bagi anak dalam mencari identitas diri,
nitikberatkan pada nilai-nilai yang su- sehingga anak melakukan pengkong-
dah mapan atau tradisional, meskipun sian dan sulit untuk dikendalikan.
akhir-akhir ini pesantren juga melaku- Anak-anak biasanya lebih suka ber-
kan adopsi nilai-nilai modern, sedang- gerombol dengan teman sebaya yang
kan sitem boarding school sejak awal merupakan sesamanya dan membuat
didirikan mengadopsi dan memadukan apa yang dikenal masyarakat sebagai
nilai tradisional dan nilai modern se- geng. Geng anak-anak seusia SMP dan
cara integratif dan selektif. SMA banyak sekali. Keberadaan geng
Penyelenggaraan SMP Islam de- bagi kelompok anak merupakan ke-
ngan sistem boarding school, dan sistem banggaan dan idola. Identitas geng se-
full-day menunjukan terjadinya trans- ring diwujudkan dalam bentuk apa saja
formasi kelembagaan pendidikan, yaitu yang menjadi kesukaannya, misalnya
(1) pengintegrasian sistem sekolah dan diungkapkan dalam bentuk corat-coret
sistem asrama; dan (2) sekolah Islam dinding, tembok, jalan dan sebagainya.
Terpadu (SIT) cenderung lebih bersifat Pada umumnya, geng yang ada lebih
humanistic religious dalam proses pem- memberikan dampak negatif daripada
belajarannya dan diupayakan bersifat dampak positif.
nondikotomis. Format pendidikan non- Pada situasi dan kondisi anak se-
dikotomis dibangun berdasarkan Islam perti tersebut di atas, sistem boarding
yang asal-muasalnya tidak mengenal dipilih sebagai wasilah (dengan memin-
dikotomi, namun Islam nondikotomis jam istilah Ahmad Salim, Kepala SMP
dan humanis. Sistem pendidikan Islam IT Abu Bakar Boarding School Yogyakar-
yang mengalami perubahan watak ta) atau (menurut istilah Eri Masruri)
(karakter) dan wajah (bentuk) pen- boarding sebagai metodologi karena SIT
SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta (Transformasi dan Humanisme Religius)
50
SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta (Transformasi dan Humanisme Religius)
52
sesuai dengan humanisme religius se- torik. Ketiga, evaluasi adalah sistem
bagai paradigmanya dalam aplikasi pro- penilaian yang sifatnya berkelanjutan.
ses pembelajaran. Humanisme religius Oleh karena itu, kerangka konseptual
mencakup (1) pendidikan akal sehat; pendidikan humanis religius dapat di-
(2) pendidikan nondikotomik; (3) pendi- terjemahkan dalam bentuk yang nyata
dikan lingkungan; (4) pendidikan wah- dalam praktik pendidikan Islam.
yu; (5) pendidikan pluralisme (menghar- Penerapan humanisme religius per-
gai perbedaan dan keragaman orang lu dan penting untuk dikonseptuali-
lain); (6) pendidikan individualisme (ke- sasikan dan diimplementasikan dalam
mandirian); dan (7) pendidikan fung- praktik pendidikan secara konkret. Ka-
sionalisme di atas simbolisme. rena begitu luas dan kompleks huma-
Gagasan di atas dapat dikolaborasi- nisme religius, kajian ini dibatasi pada
kan dengan tawaran rekonstruksi Nur- dimensi hidup manusia yang berkatian
yatno (2009:19), pembelajaran agama dengan nilai ketuhanan dan kemanu-
dirubah dari titik tekan “having reli- siaan. Madjid (2000:98-106), membeda-
gion” ke “being religious” dan “being hu- kan dua dimensi hidup manusia, yaitu
mane”. Konsep “having religion” lebih ketuhanan dan kemanusiaan. Dimensi
menitikberatkan pada formalisme agama, ketuhanan yang mendasar berupa nilai
sedangkan “being religious” dan “being iman, Islam, ihsan, takwa, ikhlas, tawa-
humane” lebih menitikberatkan pada kal, syukur, dan sabar, sedangkan di-
substansi dan nilai agama. Ia menguat- mensi kemanusiaan mencakup nilai
kan dengan pendapatnya bahwa meng- mendasar yang berupa nilai silatura-
ajarkan agama formal penting, akan him, persaudaraan, persamaan, adil,
tetapi yang lebih penting lagi adalah baik sangka, rendah hati, tepat janji,
bagaimana menggali nilai-nilai agama lapang dada, dapat dipercaya, perwira,
yang lebih substantif sehingga peserta hemat, dan dermawan.
didik bisa menjadi manusia yang lebih Latihan-latihan nilai religius yang
religius dan humanis. Mas’ud mena- lain tampak sekali pada setiap jamaah
warkan empat komponen inti, yaitu: salat di masjid Abu Bakar. Di antaranya
aspek guru, aspek siswa, aspek materi pelatihan pengamalan dan penanaman
dan aspek evaluasi. Keempat kompo- nilai moral itu diwujudkan dalam ben-
nen pendidikan itu, diharapakan ada tuk (1) muazin (orang yang azan) di-
komunikasi dan interaksi yang saling lakukan oleh siswa; (2) semua siswa
melengkapi antara komponen satu de- putera dan para ustaz termasuk bila
ngan komponen yang lain. Pertama, ada tamu diajak ke masjid untuk salat
melakukan gerakan penyadaran ter- berjamaah; (3) saf (barisan) pertama
hadap guru dan siswa yang notabene- dan kedua dijadikan perebutan oleh
nya adalah subjek pendidikan terkait para siswa yang segera berwudlu dan
dengan fungsi, peran, dan tanggung menempati ke dua saf tersebut; (4)
jawabnya. Kedua, materi diibaratkan tidak lama kemudian iqamah, imam
roh pendidikan untuk mengubah daya salat dari ustaz secara bergantian dan
nalar (kognitif), afektif, dan psikomo- yang ada saat itu; (5) salat jamaah di-
lanjutkan doa dan zikir bersama, ka- yang bersemangat, penuh kasih sa-
dang keras dan kadang tidak keras, yang, empatik, bertindak sepenuh
sampai doa imam salat jamaah mem- hati, dan senantiasa belajar; (4) me-
bacakan amin; (6) setelah selesai ada wujudkan generasi muda muslim
seorang siswa yang meminpin tahfiz berilmu, berwawasan global, dan
(hafalan) satu surat dalam juz 30 dan bermanfaat bagi umat, kejayaan Is-
diikuti oleh para siswa yang lain. lam, dan kaum muslimin.
SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta (Transformasi dan Humanisme Religius)
54
Borg, Walter R., dan Meredith Damien digma Pendidikan Islam. Yogya-
Gall. 1989. Educational Research: karta: Gama Media.
An Introduction. Fifth Edition.
London: Longman. Miskawaih, Ibn. 1999. Tahzib al-Akhlaq.
Menuju Kesempurnaan Akhlak: Buku
Buchori, Mochtar. 1995. Transformasi Pen- Dasar Pertama tentang Filsafat Eti-
didikan. Jakarta: Sinar Harapan. ka. Bandung: M izan .
Kasali, Rhenald. 2005. Change! Jakarta: Rahman, Fazlur. 2000. Islam and Mo-
Gramedia Pustaka Utama. dernity Transformation of an In-
tellectual Tradition. Alih bahasa.
Madjid, Nurcholish. 2000. Masyarakat Islam dan Modernitas: Tentang
Religius: Membumikan Nilai-nilai Transformasi Intelektual. Bandung:
Islam dalam Kehidupan Masya- Pustaka. Ahsin Mohammad.
rakat. Jakarta: Paramadina.
SMP IT Abu Bakar Boarding School
Mas’ud, Abdurrahman. 2002. Meng- Yogyakarta. 2001/2002. “Doku-
gagas Format Pendidikan Non-di- mentasi tentang Izin Operasional
kotomik: Humanisme Religius Para- SLTP IT Abu Bakar Yogyakarta”.
Yogyakarta: SMP IT Abu Bakar.