Anda di halaman 1dari 17

SISTEM BOARDING SCHOOL

SMP ISLAM TERPADU ABU BAKAR YOGYAKARTA


(Transformasi dan Humanisme Religius)

Maksudin
FTK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (email: mak_sudin@yahoo.com)

Abstrak: Sistem Boarding School SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta
(Transformasi dan Humanisme Religius). Penelitian ini bertujuan untuk (1)
mengungkap bagaimana transformasi kelembagaan pendidikan dilaksanakan di
SMP Islam Terpadu Abu Bakar Boarding School Yogyakarta; (2) mengetahui bagai-
mana implementasi humanisme religius pendidikan Islam dilaksanakan di SMP
tersebut. Penelitian ini dilakukan dan dirancang sesuai dengan prinsip-prinsip
field research dengan menggunakan pendekatan naturalistik. Hasil penelitian ini
dapat dikemukakan sebagai berikut. Pertama, penyelenggaraan pendidikan di
SMP Islam Terpadu Abu Bakar dengan sistem boarding school dan fullday merupa-
kan wujud transformasi kelembagaan pendidikan. Kedua, penerapan humanisme
religius di SMP Islam Terpadu Abu Bakar didasarkan paradigma Islam Terpadu
(IT) yang diimplementasikan secara tersurat pada visi, misi, dan tujuan yang
diembannya. Pengamalan visi dan misi yang diemban sekolah dijabarkan di
dalam tujuan penyelenggaraan pendidikan di SMP Islam Terpadu Abu Bakar
pendidikan dan pembinaan siswa, di dalam kelas, di asrama, di masjid saat salat
berjamaah, doa, żikir ma’śurat bersama, apel malam (muhasabah), malam bina iman
dan takwa.

Kata Kunci: sistem boarding school, humanisme religius, transformasi

Abstract: The Boarding School System of SMP Islam Terpadu Abu Bakar
Yogyakarta. This study was aimed to reveal: (1) how the educational institutional
transformation was carried out in SMP Islam TerpaduAbu Bakar Yogyakarta; and
(2) how religious humanism of Islamic education was carried out there. This study
employed the naturalistic approach. The findings of the study could be stated as
follows. First, the implementation of the education using the boarding school and
full-day system was the realization of the institutional transformation. Second, the
religious humanism was implemented based on the paradigm of integrated Islam
through the vision, mission, and the goals. The school vision and mission were
realized in the aims of the implementation of education through nurturing acti-
vities in the class, in the boarding house, and in the mosque.

Keywords: boarding school system, religious humanism, transformation

38
39

PENDAHULUAN nesia adalah pesantren (Jawa) yang


Pendidikan merupakan fenomena dikenal juga dengan sebutan dayah,
fundamental atau asasi dalam kehidup- rangkang (Aceh), atau surau (Minang-
an manusia, sehingga dapat dikatakan kabau) (Djumhur, 1976:10). Lembaga
di mana ada kehidupan manusia, ba- ini berbeda dengan pola madrasah
gaimanapun juga di situ pasti ada pen- yang ada di luar Indonesia. Sejak awal
didikan, meskipun dalam bentuk yang pembentukan pesantren di Jawa telah
sangat sederhana. Demikian juga pen- merupakan suatu perpaduan antar-
didikan Islam merupakan fenomena madrasah dan pusat kegiatan tarikat
yang sudah dilaksanakan sejak zaman (Dhofier, 1994:18).
Nabi Muhammad saw dan setelah wa- Madrasah dalam tradisi pendidikan
fat Rasul secara berurutan dilanjutkan Islam di Indonesia tergolong fenomena
oleh para sahabatnya, para tabi’in, ta- modern, dimulai sekitar awal abad ke-
bi’it tabi’in hingga para ulama warasatul 20M. Kehadiran madrasah merupakan
anbiya sampai saat ini. Menurut Yunus bentuk usaha modernisasi lembaga
(1989:19), umat Islam telah melaksana- pendidikan Islam (Rahman, 2000:53).
kan pendidikan dan pengajaran Islam Kemudian pada awal perkembangan
secara gilang gemilang pada zaman gagasan modernisasi pendidikan Islam
keemasan Islam. Umat Islam pernah setidaknya ada dua kecenderungan po-
mencapai masa keemasan atau kejaya- kok dalam upaya pembaharuan pen-
annya pada abad 2H/8M sampai abad didikan Islam di Indonesia. Pertama,
ke-6H/12M (Asari, 1994:19). Tumbuh adopsi sistem dan lembaga pendidikan
dan berkembang pendidikan di suatu modern secara hampir menyeluruh.
masyarakat dipengaruhi sekali oleh Kedua, percobaan yang bertitik tolak
perkembangan seluruh warga masya- dari sistem dan kelembagaan pendidik-
rakat sehingga pelaksanaan pendidikan an Islam (tradisional) di Indonesia (Azra,
dan juga pemikiran pendidikan di- 1998:36). Dalam perkembangan berikut
dasarkan pada perkembangan masya- pendidikan Islam mengalami perubah-
rakat itu sendiri (Driyarkara, 1991:64). an (transformasi) dan modernisasi yang
Oleh karena itu, pendidikan yang maju beragam, namun secara garis besar
sudah barang tentu sistem pendidikan- pendidikan Islam berubah dan menye-
nya disesuaikan dengan perubahan per- suaikan dengan perkembangan dan ke-
adaban dan budaya masyarakat itu majuan zaman serta tuntutan masya-
sendiri. rakat akan pendidikan Islam yang se-
Pendidikan Islam di Indonesia da- lama ini dirasa banyak kekurangan
lam perspektif sejarah mengalami per- ataupun kelemahan.
kembangan dan perubahan baik secara Transformasi kelembagaan SMP Is-
kelembagaan maupun sistem pendidik- lam Terpadu Abu Bakar didasarkan
an yang berlangsung beserta operasio- prinsip kontinuitas yang senantiasa
nalisasi pendidikan. Secara kelembaga- muncul di benak pemikiran para pen-
an pendidikan Islam pertama di Indo- diri, terutama saat menghadapi lulusan

SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta (Transformasi dan Humanisme Religius)
40

tiap-tiap jenjang pendidikan Islam ter- teristik kelembagaan, dan karakteristik


padu yang mereka dirikan. Pertanyaan PBM (Mujidin, 2005:5), dan integrasi
mendasar berkenaan dengan prinsip sistem pendidikan umum (sekolah) dan
ini adalah bagaimana kelanjutan sete- model pesantren.
lah tamat TK IT. Jawaban permasalah- Untuk mewujudkan sistem pendi-
an yang tepat untuk kelanjutan TK IT dikan Islam Terpadu di SMP IT Abu
itu, ialah mendirikan SD IT. Jawaban Bakar Yogyakarta diterapkan ke dalam
yang tepat ialah mendirikan SMP IT. sistem boarding school. Sekolah ini di-
Demikian pula setelah siswa menamat- jadikan sebagai objek kajian dalam pe-
kan SMP IT mau tidak mau harus men- nelitian ini dikarenakan lembaga ini
dirikan SMA IT. Hal ini sesuai dengan merupakan model baru sebagai salah
obsesi para pendiri untuk mendirikan satu upaya perbaikan sistem pendidik-
pendidikan sekolah Islam terpadu dari an Islam yang ada selama ini yang
jenjang TK IT sampai dengan SMA IT. cenderung sekuler. Upaya-upaya per-
Sistem pendidikan Islam terpadu baikan dengan melakukan perubahan
yang didirikan adalah TK IT Mu’az bin watak (karakter), serta bentuk (wajah)
Jabal, SDIT Luqmanul Hakim, SMPIT pendidikan yang disebut transformasi
Abu Bakar Boarding School, dan SMAIT pendidikan (Buchori,1995:23). Dilihat
Abu Bakar. Kelahiran sistem pendidik- dari pengamalan segala kegiatan yang
an Islam Terpadu ini masih tergolong dilakukan di SMP IT Abu Bakar cen-
muda, pada sekitar tahun 90-an hingga derung menerapkan humanisme reli-
saat ini. Fenomena baru sistem pen- gius sebagai paradigma pendidikan
didikan Islam Terpadu pada umumnya Islam. Humanisme religius adalah se-
full day, sebagai upaya mengatasi pro- buah konsep keagamaan yang menem-
blema pendidikan (Buchori, 1995:22), patkan manusia sebagai manusia, serta
dan bahkan dengan sistem boarding upaya humanisasi ilmu-ilmu dengan
school (sekolah berasrama). Contoh, tetap memperhatikan tanggung jawab
Pondok Modern Gontor (In’ami,2004: hablun min Allah (hubungan dengan
vi) telah menerapkan sistem pesantren Allah) dan hablun min nas (hubungan
“kurikulum” dan sistem madrasah dengan manusia) (Mas’ud, 2002:193).
“kurikulum” secara integrated berdam-
pingan bersama, sedangkan di SMP IT METODE
Abu Bakar Yogyakarta telah dilakukan Penelitian ini dilakukan dan diran-
integrasi sistem sekolah dan asrama cang sesuai dengan prinsip-prinsip field
dalam bentuk boarding school. SMP IT research dengan menggunakan pende-
adalah suatu sistem persekolahan pada katan naturalistik. Oleh karena itu, da-
jenjang usia sekolah menengah yang lam penelitian ini objek penelitian di-
berupaya menerapkan asas-asas kuri- tempatkan dalam suatu konstruk gan-
kulum yang benar, kontinyu, efektif, da dan dilihat dalam konteks natural
integratif, seimbang dan profesional secara holistik. Dalam penelitian ini,
dengan memperhatikan asas-asas pe- narasumber ditentukan secara snowball
dagogis dan psikologis dengan, karak- dan purposive. Untuk pemahaman mak-

Cakrawala Pendidikan, Februari 2012, Th. XXXI, No. 1


41

na digunakan cara kerja follow your HASIL


nose. Data dikumpulkan dengan teknik Berikut ini disebutkan hasil pene-
indepth interview, observasi, dialog, dan litian yang dilaksanakan di SMP Islam
dokumentasi. Berbagai teknik itu di- Terpadu Abu Bakar Yogyakarta.
gunakan agar dapat dilakukan check
dan recheck data, sehingga diperoleh Sistem Boarding School
data yang reliabel (dapat dipertang- Penyelenggaraan pendidikan de-
gungjawabkian). Di samping itu, per- ngan sistem boarding school di SMP
panjangan waktu pengumpulan data Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta
dilakukan untuk mendapatkan infor- terbukti efektif untuk melatih dan
masi yang lebih meyakinkan, terutama mempraktikkan sikap dan perilaku
terhadap sejumlah data yang masih siswa sehari-hari di lingkungan se-
meragukan. Ketekunan observasi, pe- kolah, atau efektif untuk penerapan
meriksaan sejawat melalui diskusi, dan humanisme religius. Dengan kata lain,
member check juga ditempuh sebagai sistem boarding school secara kelem-
langkah trianggulasi. Data yang diper- bagaan sesuai untuk penerapan huma-
oleh melalui berbagai teknik pengum- nisme religius. Letak kesesuaiannya
pulan data itu kemudian diikuti tahap- terutama pada semua kegiatan di se-
an deskripsi, reduksi, dan seleksi. Ana- kolah sistem boarding school yang diatur
lisis data dilakukan dengan mengguna- dengan jelas dari waktu ke waktu.
kan metode analisis deskriptif kuali- Aturan kelembagaan di antaranya di-
tatif. atur dalam buku panduan SMP IT Abu
Penelitian ini dilakukan selama 4 Bakar boarding school Yogyakarta. Buku
bulan dimulai bulan Juli – Oktober panduan ini sarat dengan muatan nilai-
2009 di SMP Islam Terpadu Abu Bakar nilai religius. Hal ini dapat dijelaskan
Boarding school Yogyakarta. Responden sebagai berikut.
terdiri dari beberapa unsur: (1) SMP IT Pertama, siswa SMP IT secara psiko-
Abu Bakar (pimpinan, guru, dan karya- logis memasuki masa remaja, yaitu
wan) berjumlah 26 orang; (2) pembina masa transisi antara masa anak-anak
asrama 8 orang; (3) pengurus yayasan 3 dan masa dewasa. Pada masa ini biasa-
orang; dan (4) siswa kelas VII, VIII nya seseorang mengalami gejolak per-
masing-masing 5 orang. Contoh per- ubahan, baik fisik maupun psikis yang
tanyaan yang diajukan kepada res- sangat drastis. Agar perubahan yang
ponden: bagaimana pelaksanaan pen- terjadi tetap terkendali ke arah yang
didikan sistem boarding school (trans- lebih baik, diperlukan bimbingan dan
formasi kelembagaan) di SMP Islam pembinaan yang baik, bersinambung-
Terpadu Abu Bakar; dan bagaimana an, dan konsisten.
penerapan nilai-nilai humanisme reli- Kedua, misi utama dalam proses
gius di SMP Islam Terpadu Abu Bakar. pendidikan di SMP Islam Terpadu ada-
lah pembentukan akhlak mulia (al-
akhlǎq al-kariﬞmah), sebagaimana Rasul
Muhammad saw. diutus oleh Allah

SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta (Transformasi dan Humanisme Religius)
42

swt. untuk menyempurnakan akhlak akhlak siswa; dan (4) meningkatkan


umat manusia. Perang peradaban yang harga diri siswa dan seluruh keluarga
semakin gencar menyebabkan “gagal”- besar SMP IT Abu Bakar Boarding
nya orang tua dan sekolah pada School di kalangan masyarakat luas.
umumnya dalam membangun al-akhlǎq Keenam, panduan ini dibuat khu-
al-kariﬞmah. Kenakalan remaja, perbuat- susnya untuk siswa SMP IT Abu Bakar
an amoral, dan berbagai gaya hidup Boarding School Yogyakarta dan dalam
yang jauh dari nuansa Ilahi terus ter- hal ini guru serta orang tua diharapkan
jadi karena lemahnya kontrol akhlak berlaku sebagai uswah/teladan dalam
dan minimnya keteladanan baik dari setiap tuntutan akhlak yang ada dalam
orang tua, sekolah maupun lingkungan panduan ini. Penerapan panduan ini,
masyarakat. setelah dilakukan penilaian pada tiap
Ketiga, keberagaman adat, sifat, ka- akhir semester, ditargetkan minimal
rakter, dan tabiat siswa yang datang 75% peraturan berjalan dengan baik
dari berbagai daerah dari sebagian wi- dan 80% siswa dapat melaksanakannya
layah Nusantara (tercatat ada 13 pro- serta ada tanggapan positif dari guru,
vinsi pada tahun pelajaran 2005/2006) orang tua, dan masyarakat, baik secara
akan lebih bermakna jika dibingkai langsung maupun tidak langsung.
dalam sebuah sistem terpadu yang Hasil analisis terhadap buku pan-
mengacu pada pedoman yang ber- duan itu dapat dikemukakan sebagai
sumber dari nilai-nilai akhlak mulia, berikut.
sehingga semua menjadi khazanah Di dalam buku panduan SMP IT
yang sangat bermanfaat dalam proses Abu Bakar terdapat butir-butir yang
pendidikan, terutama di lingkungan mengatur kegiatan para siswa: (1) ke-
SMP IT Abu Bakar boarding school. giatan rutin siswa di sekolah dan as-
Keempat, landasan utama dalam pe- rama diatur dalam 18 aturan; (2) me-
nyusunan panduan ini adalah al- kanisme perizinan siswa diatur dalam
Qur’an dan as-Sunnah terutama ayat 8 aturan; (3) prosedur mutasi diatur
atau hadis yang berkaitan dengan akh- dalam 2 aturan; (4) prosedur penye-
lak dan hukum-hukum yang berkaitan lesaian masalah diatur dalam 5 aturan;
dengan amaliah rutin sehari-hari. Lan- (5) prosedur penegakan tata tertib ke-
dasan teknisnya disesuaikan dengan siswaan (Pantes) di atur dalam 2 atur-
keadaan dan kondisi yang ada di ling- an; (6) keuangan sekolah diatur ke da-
kungan sekolah. lam 2 aturan; (7) unit pelaksana teknis
Kelima, panduan tata tertib siswa (UPT) di atur dalam 5 aturan; (8) adab-
(Pantes) dibuat dengan tujuan (1) men- adab siswa terbagi ke dalam 18 adab;
ciptakan suasana sekolah yang aman, dan (9) peraturan tata tertib sekolah
nyaman, dan Islami; (2) agar siswa dan asrama diatur ke dalam 20 aturan.
terbiasa hidup tertib sesuai kitabullah Berdasarkan data yang terdapat di
dan sunnah Rasulullah; (3) menjadi dalam Pantes ini dapat dikatakan
acuan teknis bagi guru dan orang tua bahwa SMP IT Abu Bakar dalam
dalam membina dan mengarahkan pendidikan nilai mengutamakan nilai

Cakrawala Pendidikan, Februari 2012, Th. XXXI, No. 1


43

kedisiplinan, tanggung jawab, keman- kepedulian, moderasi, ibadah, keakrab-


dirian, kejujuran, sosial, toleransi, ke- an, keseimbangan, hikmah, nilai iman,
taatan/patuh, kerapian, keindahan, ke- Islam, dan ihsan.
bersihan, ekonomi, ketertiban, demo- Berdasarkan hasil pembahasan 67
krasi, dan kebersamaan. Nilai-nilai nilai religius, baik dari klasifikasi nilai
yang lain diperlakukan sebagai pe- maupun hierarkinya, secara garis besar
ngembangan dan penyempurnaan. Ber- dapat dikatakan bahwa kajian nilai re-
dasarkan uraian di atas, dapat disim- ligius ini berorientasi pada dua dimensi
pulkan bahwa isi buku panduan SMP hidup manusia, yaitu ketuhanan dan
IT Abu Bakar, terutama yang berkaitan kemanusiaan. Hal ini sesuai dengan
dengan pendidikan nilai, secara garis pendapat Madjid (2000:98-106), bahwa
besar terdiri dari 8 peraturan pokok nilai-nilai secara garis besar mencakup
yang terbagi ke dalam 83 rincian per- dua dimensi hidup manusia, yaitu
aturan yang dilengkapi dengan uraian ketuhanan dan kemanusiaan. Dimensi
singkat untuk masing-masing peratur- ketuhanan yang mendasar berupa nilai
an. iman, Islam, ihsan, takwa, ikhlas, tawa-
Penyebaran nilai religius di dalam kal, syukur, dan sabar, sedangkan di-
peraturan itu cukup merata. Artinya, mensi kemanusiaan mencakup nilai
setiap peraturan yang ada mengan- mendasar yang berupa nilai silatura-
dung nilai-nilai religius walaupun in- him, persaudaraan, persamaan, adil,
tensitasnya berbeda. Secara kuantitatif, baik sangka, rendah hati, tepat janji,
di dalam 83 peraturan pokok itu ter- lapang dada, dapat dipercaya, perwira,
dapat 67 nilai. Nilai-nilai tersebut me- hemat, dan dermawan.
liputi nilai ketaatan/patuh, kerapian, Dengan demikian pendidikan sis-
kejujuran, toleransi, kasih sayang, ke- tem boarding school (sekolah berasrama)
disiplinan, ketertiban, kemandirian, di SMP IT Abu Bakar banyak mem-
tanggung jawab, sosial, ekonomi, ke- berikan pengaruh positif kepada para
bersamaan, komunikasi, kebersihan, siswa. Diakui pengelola sistem boarding
keamanan, uswah hasanah, kesabaran, school di SMP IT Abu Bakar dalam pe-
ganjaran/sanksi, silaturahim, demokra- nerapan humanisme religius itu, mem-
si, kerjasama, loyalitas, semangat, pres- butuhkan waktu yang panjang, peng-
tasi, perlombaan, penghargaan, koor- ulangan terus-menerus, melalui pem-
dinasi, sosialisasi, kenyamanan, kese- berian teladan, bimbingan, dan bantu-
hatan, kemudahan, layanan, ‘iffah (ke- an yang sesuai dengan kebutuhan
sucian diri), kewajiban, kekeluargaan, mereka. Penerapan humanisme religius
hemat, kehati-hatian, keorganisasian, tidak cukup dilakukan secara teoretis
kesopanan, tawadu’, keceriaan, kese- saja, tetapi harus dipraktikkan secara
derhanaan, tazkiyah, keindahan, hor- nyata, sehingga benar-benar diperoleh
mat, tolong-menolong, luhur, santun, pengalaman yang dapat dirasakan
syukur, pemaaf, keadilan, integritas, manfaat atau madlarat apa yang me-
keselamatan, ketentraman, inisiatif, ke- reka ucapkan atau mereka lakukan.
tenangan, ketakwaan, kemurahan hati,

SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta (Transformasi dan Humanisme Religius)
44

Kelebihan Umum Sistem Boarding Sekolah yang penyelenggaraan pen-


School didikannya menggunakan sistem board-
Menurut Encyclopedia dari Wiki- ing pada umumnya memiliki kelebih-
pedia (Akses 15 Mei 2006), boarding an-kelebihan. Pertama, ukuran kelas
school adalah lembaga pendidikan di biasanya lebih kecil daripada kelas-
mana para siswa tidak hanya belajar, kelas yang ada di sekolah-sekolah
tetapi mereka bertempat tinggal dan nonboarding (tidak berasrama). Hal ini
hidup menyatu di lembaga tersebut. bertujuan agar memudahkan guru
Boarding school memadukan tempat dalam melibatkan seluruh siswa dalam
tinggal para siswa di institusi sekolah belajar dan mendorong peran serta
yang jauh dari rumah dan keluarga aktif semua siswa untuk berinteraksi
mereka dengan diajarkan agama serta secara langsung di dalam kelas. Kedua,
pembelajaran beberapa mata pelajaran mutu pendidikan akademik dan ke-
di tempat yang sama. Yang dimaksud ahlian khusus bagi siswa merupakan
full-day school merupakan program pen- prioritas utama. Ketiga, sumber daya
didikan yang menyediakan waktu aka- yang ada pada sekolah sistem boarding ,
demik lebih panjang daripada program seperti perpustakaan, fasilitas teater,
pendidikan pada umumnya. Waktu sarana olah raga, dan pilihan lokal
akademik ini digunakan untuk melatih bermutu, lebih memadai. Keempat, se-
keterampilan sosial anak dengan ke- kolah dengan sistem boarding memiliki
bebasan menentukan pilihan waktu. standar akademik yang lebih tinggi
Program full-day lazimnya berlangsung dan hal itu merupakan tantangan bagi
antara pukul 08.00 – 14.30, sedangkan siswa. Kelima, pilihan mata pelajaran
program half-day school berlangsung atau keterampilan di sekolah dengan
08.00 – 11.00. Program full-day school sistem boarding) lebih banyak dan ber-
dan half-day school di luar negeri seperti variasi serta memiliki cakupan yang
di Amerika Serikat diperuntukkan un- cukup luas. Kemudian kelebihan itu,
tuk pendidikan Pra-Taman Kanak-Ka- dikemas dalam mata pelajaran pilihan
nak dan Taman Kanak-Kanak (TK) yang dilaksanakan secara ekstrakuri-
(NCES, “Full-day and Half-day” akses 25 kuler, termasuk tawaran studi ke luar
Maret 2008). negeri. Keenam, penasihat sekolah sis-
Berdasarkan uraian di atas, full-day tem boarding biasanya merupakan tena-
school dan half-day school di luar negeri ga ahli yang relevan.
pada umumnya untuk pendidikan pra- Ruang-ruang yang ada di sekolah
TK dan TK, sedangkan di Indonesia sistem boarding (berasrama) meliputi
full-day school pada umumnya untuk beberapa jenis berikut: (1) ruang as-
pendidikan setingkat SD dan SMP. rama yang digunakan oleh para siswa
Contoh full-day school di SD Islam Ter- untuk tinggal selama pendidikan ber-
padu Luqman al-Hakim Yogyakarta, langsung; (2) ruang makan; (3) ruang
dan full-day school di SMP Islam Ter- hall atau aula yang merupakan tempat
padu Abu Bakar Yogyakarta. bagi para siswa untuk melakukan ke-
giatan akademis; (4) fasilitas cucian dan

Cakrawala Pendidikan, Februari 2012, Th. XXXI, No. 1


45

kamar mandi; dan (5) ruang gudang Demikian pula kemiripan aktivitas
untuk menyimpan barang-barang (mi- pendidikan sistem boarding school di
salnya: almari); dan (6) tempat untuk SMP IT Abu Bakar dengan pesantren
kegiatan bermain bagi para siswa. secara umum. Pendidikan ini dilaku-
Dengan demikian, suatu lembaga kan di asrama, berlangsung selama 24
pendidikan yang diselenggarakan de- jam setiap hari, dengan jadwal yang
ngan sistem boarding paling tidak me- terprogram secara konkret dan jelas
menuhi dua kriteria baik fisik maupun dari waktu ke waktu. Dengan jadwal
non-fisik. Kriteria komponen fisik ber- yang ketat yang diselenggarakan se-
kenaan dengan adanya beberapa sara- lama 24 jam setiap hari ini, dapat di-
na dan prasarana, di antaranya sarana pahami bahwa pendidikan dengan sis-
ibadah, ruang belajar (ruang kelas), tem boarding school dilakukan dengan
ruang tempat tinggal (asrama). Demi- manajemen waktu secara ketat dan
kian pula komponen nonfisik, berbagai memadai. Menurut Muhammad (2000:
kegiatan telah terjadwal lengkap, baik xi), waktu dimanfaatkan dari sudut ba-
mengenai jenis kegiatan, jam kegiatan, gaimana dan bukan dari sudut meng-
pembina/pelaksana kegiatan, dan tem- apa. Setiap individu pada umumnya
pat kegiatan. Setiap kegiatan itu diatur telah mengetahui mengapa waktu itu
secara jelas melalui tata tertib dan begitu penting, akan tetapi kebanyakan
prosedur pelaksanaan serta dilengkapi di antara mereka tidak mengetahui
dengan berbagai sanksi pelanggaran- bagaimana cara memanfaatkannya.
nya. Peraturan, tata tertib, prosedur pe- Pendapat ini didasarkan pada sabda
laksanaan, dan sanksi-sanksinya yang Nabi Muhammad saw. yang dinukil di
diterapkan di sekolah dengan sistem dalam Fath al-Bari, karya Ibnu Hajar al-
boarding pada dasarnya dimanfaatkan ‘Asqalani, yang artinya “ada dua nik-
sebagai upaya penanaman nilai kepada mat, di mana banyak manusia tertipu
semua warga agar hidup aman, nya- di dalamnya, yaitu kesehatan dan ke-
man, tentram. sempatan” (HR. Bukhari). Lebih lanjut
disebutkan di dalam Fathal-Bari, yang
Karakteristik Pembinaan dan Pelayan- artinya:
an Pendidikan Sistem Boarding School “Barangsiapa menggunakan kesem-
Sekolah dengan sistem boarding patan dan kesehatannya untuk taat
school tampak lebih menghargai waktu. kepada Allah swt, maka dialah
orang yang amat berbahagia, dan
Pemanfaatan waktu dilihat lebih dari
barang siapa menggunakan kesem-
sudut bagaimananya daripada dari su-
patan dan kesehatannya untuk ber-
dut mengapanya. Setiap individu/pri- maksiat kepada Allah swt, maka
badi pada umumnya mengetahui dan dialah orang yang tertipu. Karena
menyadari bahwa menghargai waktu kesempatan senantiasa diikuti ke-
itu penting, tetapi belum semua unsur sibukan dan kesehatan akan diikuti
yang ada bisa dan mengetahui cara me- masa sakit”.
manfaatkannya. Kelembagaan sistem boarding school
di SMP Islam Terpadu Abu Bakar

SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta (Transformasi dan Humanisme Religius)
46

Yogayakarta dapat dikatakan unik, hal dalam komunitas siswa; (9) terbentuk-
ini dikarenakan sistem boarding school nya komitmen yang baik di kalangan
adalah mengintegrasikan sistem seko- siswa, terhadap tradisi; (10) para siswa
lah dengan pesantren, berbeda dengan dan para pembimbing saling berwasiat
sistem boarding school di Pondok Pe- tentang kesabaran, kebenaran, dan ka-
santren Modern Gontor, di Pondok As- sih sayang; (11) penanaman nilai-nilai
Salam Solo dan yang lain, berupa inte- umum seperti kejujuran, toleransi, tang-
grasi sistem madrasah dengan pesan- gung jawab, kepatuhan, dan keman-
tren. Oleh karena itu sistem boarding dirian diamati, dan dipantau terus-me-
school di SMP Islam Terpadu Abu nerus oleh pembimbing; (12) kegiatan
Bakar kurikulumnya adalah kurikulum sekolah selama 24 jam terjadwal sesuai
SMP dan kurikulum Islam Terpadu dengan program yang ditentukan; dan
serta kurikulum pesantren, sedangkan (13) segala kegiatan diatur melalui per-
sistem boarding school di Pondok Pe- aturan sekolah.
santren Modern Gontor, di Pondok As-
Salam Solo kurikulumnya adalah kuri- Penekanan pada Pendidikan Keman-
kulum madrasah dan pesantren. dirian
Sehubungan dengan pemanfaatan Pendidikan Pendidikan dengan sis-
waktu dalam segala bentuk peng- tem boarding school (sekolah berasrama)
amalannya, sistem pembinaan dan pe- pada umumnya dikenal oleh masya-
layanan pendidikan yang dilakukan di rakat sebagai pendidikan yang mene-
sekolah dengan sistem boarding (asra- kankan prinsip-prinsip kemandirian.
ma) pada umumnya juga bersentuhan Pendidikan yang menekankan prinsip-
dengan nilai-nilai moral. Secara umum prinsip kemandirian itu tampak memi-
pembinaan dan pelayanan pendidikan liki kaitan dengan upaya penerapan
di SMP IT Abu Bakar senantiasa di- humanisme religius yang sebenarnya
upayakan dengan berpedoman pada cukup kompleks dan beragam. Di an-
efisiensi pemanfaatan waktu. Agar taranya, prinsip kemandirian itu diguna-
waktu yang ada dapat dimanfaatkan kan untuk memberikan keleluasan ke-
dengan sebaik-baiknya, diambil lang- pada siswa dalam usaha memadukan
kah-langkah: (1) kegiatan siswa senan- berbagai nilai moral dalam diri pribadi
tiasa dibimbing oleh pembimbing; (2) masing-masing. Prinsip kemandirian
kedekatan antarsiswa dan pembimbing yang memuat berbagai nilai moral itu
senantiasa dijaga; (3) berbagai per- dapat dilukiskan paling tidak ke dalam
masalahan siswa segera diketahui dan empat gambaran kepribadian sebagai
diselesaikan; (4) diterapkan model ke- berikut.
teladanan oleh pembimbing; (5) pem- Pertama, pribadi yang selalu men-
binaan mental dilakukan secara khu- jalani hidup sebagai bentuk pertum-
sus; (6) ucapan, perilaku, dan sikap sis- buhan dan perkembangan. Artinya,
wa senantiasa dipantau; (7) tradisi po- pribadi itu memandang hidupnya se-
sitif para siswa terseleksi secara wajar; bagai suatu proses untuk menjadi se-
(8) diupayakan munculnya nilai-nilai buah figur yang diwarnai oleh berbagai

Cakrawala Pendidikan, Februari 2012, Th. XXXI, No. 1


47

pengalaman yang dipilihnya yang hati dan pikirannya. Ia mengalami dan


mengakibatkan terjadinya pertumbuh- memiliki rasa keutuhan pribadinya. Ia
an dan perkembangan. Oleh karena itu, dapat menggunakan daya intuisi, ima-
pribadi itu berani menanggung resiko jinasi, dan penalarannya dengan seim-
atau bertanggung jawab dalam meng- bang.
hadapi berbagai konflik atau perten- Berdasarkan empat gambaran ter-
tangan yang terjadi yang disadarinya sebut di atas, dapat dikemukakan bah-
sebagai sebuah proses perkembangan. wa pendidikan yang menekankan prin-
Diyakini olehnya bahwa hidup tanpa sip-prinsip kemandirian itu memiliki
resiko justru akan menghalangi proses relevansi dengan upaya penanaman
perkembangan dirinya. Dengan kata nilai-nilai moral yang sebenarnya cu-
lain, pribadi itu memiliki kesadaran kup kompleks dan beragam. Di antara-
terhadap perubahan yang mesti di- nya, prinsip kemandirian itu diguna-
alaminya. kan untuk memberikan keleluasan ke-
Kedua, pribadi yang memiliki ke- pada siswa dalam usaha menginte-
sadaran akan jati dirinya dan iden- grasikan berbagai nilai moral dalam
titasnya. Pribadi itu dapat mengenal diri pribadi masing-masing.
dan menjelaskan nilai-nilai yang di-
percayai dan diyakini serta dapat me- Penerapan Humanisme Religius
negaskannya secara terbuka, sejauh Pada dasarnya penerapan huma-
nilai-nilai itu telah menjadi bagian atas nisme religius berorientasi pada pem-
jati dirinya. Walaupun ia memiliki ke- bentukan peserta didik yang bermar-
pekaan terhadap kebutuhan-kebutuhan tabat dan berbudaya luhur. Pemben-
orang lain, jati diri atau identitas yang tukan peserta didik yang bermartabat
telah ia kembangkan adalah miliknya dan berbudaya luhur itu di antaranya
dan tidak disandarkan pada harapan berkenaan dengan sifat-sifat berikut ini:
orang lain atas dirinya. Jati diri yang ia baik hati, terus terang, bernalar, ksatria,
miliki terbentuk dari proses kesadaran bersahabat, percaya diri, belas kasih,
dalam memilih dan keteguhan hatinya. murah hati, pengusaan diri, sadar, ju-
Ketiga, pribadi yang senantiasa jur, disiplin diri, suka kerja sama, te-
terbuka dan peka terhadap kebutuhan rampil, mandiri, berani, adil, bijaksana,
orang lain. Ia tidak memutuskan diri santun, setia, berkepedulian, tunduk,
dengan dan menghindarkan diri dari dan toleran.
orang-orang di sekelilingnya. Ia dapat Sistem boarding school dewasa ini
mengkomunikasikan rasa empatinya banyak dilakukan di lembaga-lembaga
secara jelas terhadap orang lain. Ia pendidikan sebagaimana sistem board-
secara efektif dapat bersama-sama dan ing school di SMP IT Abu Bakar Yogya-
berperan dalam suatu suasana kelom- karta yang dijadikan objek kajian ini.
pok. Pada dasarnya, sistem ini apabila di-
Keempat, pribadi yang menggam- lihat dari aspek penyelenggaraan pon-
barkan suatu kebulatan kesadaran. Ia dok pesantren di Indonesia pada
merasakan suatu keseimbangan antara umumnya tidak jauh berbeda atau

SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta (Transformasi dan Humanisme Religius)
48

mirip karena pondok pesantren berarti didikan dengan sistem boarding school
asrama tempat tinggal para santri yang dan sistem full-day dengan meminjam
menurut Wahid, mirip dengan aka- istilah Bukhori (1995:22) sebagai per-
demi militer atau biara (monestory, con- tanda terjadi transformasi pendidikan.
vent) dalam arti bahwa mereka yang Penekanan pembinaan akhlakul kari-
berada di sana mengalami suatu kon- mah yang dilakukan kepada para siswa
disi totalitas (Wahid, 2001:171). ini merupakan fenomena faktual ada-
Penyelenggaraan sistem boarding nya relevansi sistem boarding school
school di SMP IT Abu Bakar mirip dengan pendidikan nilai-nilai moral
dengan sistem pesantren. Kedua sistem karena pembinaan dilakukan pada se-
ini dapat dibedakan antara lain berda- tiap kegiatan baik saat di asrama, di
sarkan letak geografisnya dan nilai-ni- dalam kelas, maupun kegiatan di ling-
lai yang ditanamkannya. Pada umum- kungan sekolah.
nya, pesantren berada di daerah- Pada usia SMP dan SMA, anak
daerah pelosok perkampungan atau lebih banyak berinteraksi dengan ling-
pedesaan, sedangkan boarding school kungan masyarakat di luar lingkungan
berada di kota-kota. Secara spesifik, rumah. Masa ini merupakan masa awal
pesantren pada umumnya lebih me- bagi anak dalam mencari identitas diri,
nitikberatkan pada nilai-nilai yang su- sehingga anak melakukan pengkong-
dah mapan atau tradisional, meskipun sian dan sulit untuk dikendalikan.
akhir-akhir ini pesantren juga melaku- Anak-anak biasanya lebih suka ber-
kan adopsi nilai-nilai modern, sedang- gerombol dengan teman sebaya yang
kan sitem boarding school sejak awal merupakan sesamanya dan membuat
didirikan mengadopsi dan memadukan apa yang dikenal masyarakat sebagai
nilai tradisional dan nilai modern se- geng. Geng anak-anak seusia SMP dan
cara integratif dan selektif. SMA banyak sekali. Keberadaan geng
Penyelenggaraan SMP Islam de- bagi kelompok anak merupakan ke-
ngan sistem boarding school, dan sistem banggaan dan idola. Identitas geng se-
full-day menunjukan terjadinya trans- ring diwujudkan dalam bentuk apa saja
formasi kelembagaan pendidikan, yaitu yang menjadi kesukaannya, misalnya
(1) pengintegrasian sistem sekolah dan diungkapkan dalam bentuk corat-coret
sistem asrama; dan (2) sekolah Islam dinding, tembok, jalan dan sebagainya.
Terpadu (SIT) cenderung lebih bersifat Pada umumnya, geng yang ada lebih
humanistic religious dalam proses pem- memberikan dampak negatif daripada
belajarannya dan diupayakan bersifat dampak positif.
nondikotomis. Format pendidikan non- Pada situasi dan kondisi anak se-
dikotomis dibangun berdasarkan Islam perti tersebut di atas, sistem boarding
yang asal-muasalnya tidak mengenal dipilih sebagai wasilah (dengan memin-
dikotomi, namun Islam nondikotomis jam istilah Ahmad Salim, Kepala SMP
dan humanis. Sistem pendidikan Islam IT Abu Bakar Boarding School Yogyakar-
yang mengalami perubahan watak ta) atau (menurut istilah Eri Masruri)
(karakter) dan wajah (bentuk) pen- boarding sebagai metodologi karena SIT

Cakrawala Pendidikan, Februari 2012, Th. XXXI, No. 1


49

merupakan paradigma pendidikan Is- teles mengemukakan sebuah keyakin-


lam terpadu. Dalam pendidikan sistem an bahwa orang yang buruk bisa ber-
Boarding ada pembina asrama yang ubah menjadi baik melalui pendidikan.
bertugas dan berperan sebagai pen- Namun demikian, pendidikan itu tidak
damping anak-anak serta membantu selalu menampakkan hasil yang pasti.
menyelesaikan masalah-masalah yang Nasihat yang diberikan berulang-ulang
dirasakan dan dihadapi anak-anak. kepada orang yang berbeda-beda dan
Lembaga pendidikan di Indonesia dilakukan dengan penuh disiplin serta
secara historis mengalami pasang surut bimbingan yang baik akan melahirkan
dan perubahan, baik mengenai kelem- hasil yang berbeda-beda pula. Sebagian
bagaan, sistem pendidikan, maupun orang dapat segera tanggap dan segera
operasionalisasinya. Dilihat dari kelem- menerimanya, tetapi sebagian orang
bagaannya, pendidikan Islam mula- yang lain, walaupun juga segera tang-
mula berupa pesantren (Jawa), dayah gap, mereka tidak segera menerima-
atau rangkang (Aceh), atau surau nya.
(Minangkabau). Kelembagaan itu ber- Karena karakter itu tidak alami dan
beda dengan pola madrasah yang ada dapat diubah, makna dan fungsi se-
di luar Indonesia. Pesantren di Jawa kolah dengan sistem boarding (asrama),
sejak awal pembentukannya telah me- terutama bagi siswa, dirasakan sangat
rupakan suatu kombinasi antara ma- penting. Tidak hanya sebagai wahana
drasah dan pusat kegiatan tarikat. untuk mendidik kecerdasan dan ke-
Madrasah dalam tradisi pendidikan terampilan para siswa, tetapi sekolah
Islam di Indonesia tergolong fenomena dengan sistem boarding (asrama) itu
modern, yaitu dimulai sekitar awal juga untuk mendidik mereka agar me-
abad 20 M. Kehadiran madrasah me- miliki sifat toleran, saling menghargai,
rupakan bentuk usaha modernisasi tidak menonjolkan ras keturunan pri-
lembaga pendidikan Islam. Pada awal bumi dan nonpribumi, memacu ke-
perkembangan gagasan modernisasi bangkitan rasa nasionalisme dengan
pendidikan Islam, setidaknya, ada dua menyatakan kebebasan atau kemer-
kecenderungan pokok dalam eksperi- dekaan dalam menentukan nasib masa
mentasi pada pembaharuan pendidik- depan bangsanya.
an Islam di Indonesia. Pertama, adopsi
sistem dan lembaga pendidikan mo- Pendidikan Nondikotomik
dern secara hampir menyeluruh. Kedua, Sistem pendidikan senantiasa meng-
eksperimen yang bertitik tolak dari alami transformasi, baik karakter mau-
sistem dan kelembagaan pendidikan pun bentuknya, dari sederhana ber-
Islam (tradisional) di Indonesia (Azyu- ubah dan berkembang menjadi lebih
mardi Azra, 1998: 36). kompleks seiring dengan perkembang-
Pendidikan karakter tersebut tam- an ilmu dan teknologi serta budaya
paknya sesuai dengan pendapat Aris- masyarakat.
toteles dalam Book on Ethics dan Book on
Categoris (Miskawaih, 1999:58). Aristo-

SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta (Transformasi dan Humanisme Religius)
50

Sistem boarding (asrama) menun- pada kesederhanaan, terpusat pada


jukkan terjadinya transformasi pen- guru, dan subsidi pemerintah. Pada
didikan dalam upaya pengintegrasian suatu saat dunia pendidikan berubah
sistem sekolah dan sistem asrama, ter- menjadi kegiatan usaha komersial,
masuk di dalamnya sekolah Islam ter- nonsubsidi, berpusat pada pelayanan
padu (SIT) yang diselenggarakan de- atau cenderung mengedepankan per-
ngan dua sistem, yaitu sistem boarding saingan. Keadaan seperti ini menunjuk-
dan sistem full-day. Di samping sekolah kan adanya transformasi nilai pada
Islam terpadu, sistem boarding cende- dunia pendidikan. Akibatnya, dunia
rung lebih bersifat humanistik religius pendidikan mau tidak mau, suka tidak
dalam proses pembelajarannya dan di- suka dalam manajemen perubahan me-
upayakan tidak bersifat nondikotomis. nyentuh transformasi nilai-nilai.
Format pendidikan nondikotomis se- Karakter pendidikan Islam pada
perti itu dibangun berdasarkan Islam masa awal Islam sampai dengan peng-
karena di dalam Islam asal-muasalnya hujung abad ke-11 M atau awal abad
tidak mengenal dikotomi, tetapi non- ke-12 M tidak mengenal dikotomi (pe-
dikotomis dan humanis. misahan ilmu agama dan ilmu umum).
Sistem boarding merupakan salah Namun pendidikan Islam setelah masa
satu sistem pendidikan yang memadai tersebut yang terjadi justru sebaliknya
dan relevan dengan pendidikan nilai yakni pendidikan Islam dikotomis dan
religius karena sistem ini benar-benar bahkan hingga saat ini pelaksanaan
merupakan proses pendidikan yang pendidikan secara dikotomis.
menyatu, integratif, dan interkonektif Pendidikan Islam pada masa Nabi
dengan pendidikan nilai. Pendidikan Muhammad saw bermula dari rumah
dengan sistem boarding pada umumnya al-Arqam sebagai pusat kegiatan nabi
berusaha menghindari dikotomi ilmu menjelaskan doktrin keimanan kepada
pengetahuan yang diajarkan dan ber- orang-orang yang menyatakan meme-
usaha menghindarkan peserta didik luk Islam, kemudian masjid (Quba),
dari kepribadian yang terbelah (split Suffa, atau Zilla, yang merupakan bagi-
personality). an dari masjid yang dibangun nabi un-
Sistem boarding school dan sistem tuk tempat pendidikan. Ada sembilan
full-day di SMP Islam Terpadu Abu masjid di Madinah yang dimanfaatkan
Bakar lebih ditekankan pada pembina- sebagai sekolah. Sedangkan dari materi
an karakter (akhlak) siswa berkepri- pendidikan Islam berupa (1) prinsip-
badian luhur, di samping kecerdasan prinsip dasar Islam hubungan dengan
intelektual, dan keterampilan. Di SMP Allah (hablum min Allah) dan hubungan
Islam Terpadu ini juga dilakukan trans- dengan manusia (hablum min nas)
formasi nilai atau penerapan nilai-nilai sama-sama diperankan dan dipenting-
humanisme religius. Menurut Kasali kan; (2) prinsip pengabdi (‘ibadullah)
(2005:272), di dalam dunia pendidikan dan wakil Allah di muka bumi (kha-
juga terjadi tranformasi nilai yang lifatullah fil ardi) dalam menciptakan
dapat dicontohkan pendidikan berawal harmoni dengan masyarakat dan alam

Cakrawala Pendidikan, Februari 2012, Th. XXXI, No. 1


51

lingkungan; (3) prinsip-prinsip musya- sana) berupa philosophic perennis (fil-


warah dan tidak sombong; (4) prinsip safat keabadian) yang dalam filsafat
doa secara konsisten; dan (5) akhlak Islam disebut transcendence (spiritual).
mulia (Mas’ud, 2002:15-16). Menurut Iman tidak bertentangan dengan sains
Hisham Nashabe (1989:25), institusi karena iman adalah rasio, dan rasio
pendidikan Islam berupa institusi adalah alam. Pertentangan antariman
masjid, kuttab (tempat pembelajaran dan sains sesungguhnya hanya merupa-
agama, baca tulis), sekolah dar al-hik- kan struggle antara dua kekuatan yang
mah (nama lembaga pendidikan) dan bertikai, yakni konservatif dengan pro-
dar al-‘ilm (nama lembaga pendidikan), gresif. Kelompok pertama bersifat ter-
kemudian madrasah. tutup, sedangkan kelompok kedua men-
Sistem boarding school (sekolah ber- deformalkan dan mendedogmakan.
asrama) dan sistem full-day di SMP Konsep-konsep pendidikian Islam
Islam Terpadu Abu Bakar diupayakan merupakan filsafat pendidikan Islam
nondikotomik. Hal ini ditandai dengan yang merupakan refleksi dari filsafat
upaya-upaya paradigmatik sekolah Is- kehidupan muslim dan weltanschauung
lam terpadu berupa beberapa upaya (falsafah hidup). Masyarakat muslim
perbaikan yang meliputi (1) perbaikan memperoleh filsafat kehidupan khu-
pijakan dasar (epistemologi) jenis-jenis susnya dari Islam. Karakteristik Islam
ilmu pengetahuan; (2) perbaikan meto- yang paling menonjol terletak pada
dologi pembelajaran yang didasarkan penekanan yang berulang-ulang pada
pada visi dan misi Islam; (3) perbaikan kesatuan; kesatuan Tuhan dan kesatu-
kelembagaan; dan (4) pengembangan an akhir dari spiritual dan aspek ke-
kepribadian muslim. hidupan duniawi; religius dan sekular
Sistem boarding school dan Islam (Nashabe, 1989:25). Oleh karena itu,
Terpadu di SMP Islam Terpadu ber- konsep pendidikan Islam mencakup (1)
tujuan kembali sebagaimana pandidik- konsep kesatuan; (2) konsep pencarian
an Islam pada masa kejayaan Islam ilmu sebagai kewajiban agama baik
yang tidak mengenal pemisahan ilmu fardu ‘ain (kewajiban personal), fardu ki-
agama dan ilmu umum. Hal ini sesuai fayah (kewajiban kelompok/jama’ah); (3)
dengan pendapat Hanafi (Mas’ud, 2002: konsep kebebasan akademik; (4) kon-
44), bahwa ajaran dasar Islam sesung- sep teoritik dan praktik secara integral;
guhnya tidak mengenal dikotomi, akan dan (5) konsep menghargai ilmu dan
tetapi watak dasar Islam menjembatani ilmuannya (pengajar-pelajar) (Mas’ud,
dua gap tersebut. Islam adalah religion 2002:26-29).
of nature (artinya segala bentuk di- Kelima konsep pendidikan Islam
kotomi antar agama dan sains harus tersebut di atas merupakan satu ke-
dihindari). Alam penuh dengan tanda- satuan, integratif, dan interkonektif (sa-
tanda pesan Ilahi yang menunjukkan ling berkaitan) sehingga tidak dipisah-
kehadiran kesatuan sistem global. Se- kan satu dengan lainnya. Oleh karena
makin jauh ilmuwan mendalami sains, itu, pendidikan Islam non-dikotomi
dia akan memperoleh wisdom (bijak- gagasan Mas’ud (2002: 154) kiranya

SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta (Transformasi dan Humanisme Religius)
52

sesuai dengan humanisme religius se- torik. Ketiga, evaluasi adalah sistem
bagai paradigmanya dalam aplikasi pro- penilaian yang sifatnya berkelanjutan.
ses pembelajaran. Humanisme religius Oleh karena itu, kerangka konseptual
mencakup (1) pendidikan akal sehat; pendidikan humanis religius dapat di-
(2) pendidikan nondikotomik; (3) pendi- terjemahkan dalam bentuk yang nyata
dikan lingkungan; (4) pendidikan wah- dalam praktik pendidikan Islam.
yu; (5) pendidikan pluralisme (menghar- Penerapan humanisme religius per-
gai perbedaan dan keragaman orang lu dan penting untuk dikonseptuali-
lain); (6) pendidikan individualisme (ke- sasikan dan diimplementasikan dalam
mandirian); dan (7) pendidikan fung- praktik pendidikan secara konkret. Ka-
sionalisme di atas simbolisme. rena begitu luas dan kompleks huma-
Gagasan di atas dapat dikolaborasi- nisme religius, kajian ini dibatasi pada
kan dengan tawaran rekonstruksi Nur- dimensi hidup manusia yang berkatian
yatno (2009:19), pembelajaran agama dengan nilai ketuhanan dan kemanu-
dirubah dari titik tekan “having reli- siaan. Madjid (2000:98-106), membeda-
gion” ke “being religious” dan “being hu- kan dua dimensi hidup manusia, yaitu
mane”. Konsep “having religion” lebih ketuhanan dan kemanusiaan. Dimensi
menitikberatkan pada formalisme agama, ketuhanan yang mendasar berupa nilai
sedangkan “being religious” dan “being iman, Islam, ihsan, takwa, ikhlas, tawa-
humane” lebih menitikberatkan pada kal, syukur, dan sabar, sedangkan di-
substansi dan nilai agama. Ia menguat- mensi kemanusiaan mencakup nilai
kan dengan pendapatnya bahwa meng- mendasar yang berupa nilai silatura-
ajarkan agama formal penting, akan him, persaudaraan, persamaan, adil,
tetapi yang lebih penting lagi adalah baik sangka, rendah hati, tepat janji,
bagaimana menggali nilai-nilai agama lapang dada, dapat dipercaya, perwira,
yang lebih substantif sehingga peserta hemat, dan dermawan.
didik bisa menjadi manusia yang lebih Latihan-latihan nilai religius yang
religius dan humanis. Mas’ud mena- lain tampak sekali pada setiap jamaah
warkan empat komponen inti, yaitu: salat di masjid Abu Bakar. Di antaranya
aspek guru, aspek siswa, aspek materi pelatihan pengamalan dan penanaman
dan aspek evaluasi. Keempat kompo- nilai moral itu diwujudkan dalam ben-
nen pendidikan itu, diharapakan ada tuk (1) muazin (orang yang azan) di-
komunikasi dan interaksi yang saling lakukan oleh siswa; (2) semua siswa
melengkapi antara komponen satu de- putera dan para ustaz termasuk bila
ngan komponen yang lain. Pertama, ada tamu diajak ke masjid untuk salat
melakukan gerakan penyadaran ter- berjamaah; (3) saf (barisan) pertama
hadap guru dan siswa yang notabene- dan kedua dijadikan perebutan oleh
nya adalah subjek pendidikan terkait para siswa yang segera berwudlu dan
dengan fungsi, peran, dan tanggung menempati ke dua saf tersebut; (4)
jawabnya. Kedua, materi diibaratkan tidak lama kemudian iqamah, imam
roh pendidikan untuk mengubah daya salat dari ustaz secara bergantian dan
nalar (kognitif), afektif, dan psikomo- yang ada saat itu; (5) salat jamaah di-

Cakrawala Pendidikan, Februari 2012, Th. XXXI, No. 1


53

lanjutkan doa dan zikir bersama, ka- yang bersemangat, penuh kasih sa-
dang keras dan kadang tidak keras, yang, empatik, bertindak sepenuh
sampai doa imam salat jamaah mem- hati, dan senantiasa belajar; (4) me-
bacakan amin; (6) setelah selesai ada wujudkan generasi muda muslim
seorang siswa yang meminpin tahfiz berilmu, berwawasan global, dan
(hafalan) satu surat dalam juz 30 dan bermanfaat bagi umat, kejayaan Is-
diikuti oleh para siswa yang lain. lam, dan kaum muslimin.

PENUTUP UCAPAN TERIMA KASIH


Berdasarkan pembahasan hasil pe- Pada kesempatan ini saya meng-
nelitian di atas, dapat ditarik kesimpul- ucapkan terima kasih kepada (1) para
an sebagai berikut. pengurus yayasan dan para pendiri
 Wujud transformasi kelembagaan di Pendidikan Islam Abu Bakar Yogya-
SMP Islam Terpadu Abu Bakar di- karta; (2) para pimpinan SMP Islam
tandai dengan sistem berasrama Terpadu Abu Bakar Boarding School
(boarding) dan fullday school serta Yogyakarta, para pembina asrama,
kesesuaian antara kelembagaan SMP para ustaz-ustazah, segenap karyawan
Islam Terpadu Abu Bakar dengan serta keluarga besar Sekolah Islam Ter-
penerapan humanisme religius, ka- padu di Yogyakarta, para orang tua/
rena sistem boarding segala aktivi- wali siswa, seluruh siswa, dan masya-
tasnya diprogramkan, diatur, dan rakat di lingkungan sekolah; dan (3)
dijadwalkan dengan jelas dari waktu berbagai pihak yang tidak bisa disebut-
ke waktu, baik di sekolah, di asrama, kan satu persatu dalam penelitian ini
maupun di lingkungan masyarakat. yang telah membantu penelitian ini
 Penerapan humanisme religius di sehingga dapat terlaksana dengan baik
SMP Islam Terpadu Abu Bakar di- dan lancar. Semoga amal baik semua
dasarkan paradigma Islam Terpadu pihak dicatat sebagai amal saleh dan
(IT) yang diimplementasikan secara mendapatkan balasan dari Allah swt,
tersurat pada visi, misi, dan tujuan amin.
yang diembannya. Tujuan SMP Is-
lam Terpadu Abu Bakar meliputi: (1) DAFTAR PUSTAKA
mengintegrasikan ayat qauliyah de-
Asari, Hasan. 1994. Menyingkap Zaman
ngan ayat kauniyah, mengintegrasi-
Keemasan Islam: Kajian atas Lem-
kan iman dan ilmu dengan amal,
baga-lembaga Pendidikan. Bandung:
dan mengintegrasikan aspek fikriyah
Mizan.
dan ruhiyah dengan jasadiyah; (2) me-
luluskan siswa berakidah lurus, ber- Azra, Azyumardi. 1998. Pendidikan Is-
ibadah secara benar, berakhlak mu- lam Tradisi dan Modernisasi Me-
lia, berpikir ilmiah, berkepribadian nuju Millenium Baru. Jakarta: Lo-
mandiri, kreatif, disiplin, dan ber- gos Wacana Ilmu.
badan sehat; (3) mendorong civitas
akademika tumbuh menjadi pribadi

SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta (Transformasi dan Humanisme Religius)
54

Borg, Walter R., dan Meredith Damien digma Pendidikan Islam. Yogya-
Gall. 1989. Educational Research: karta: Gama Media.
An Introduction. Fifth Edition.
London: Longman. Miskawaih, Ibn. 1999. Tahzib al-Akhlaq.
Menuju Kesempurnaan Akhlak: Buku
Buchori, Mochtar. 1995. Transformasi Pen- Dasar Pertama tentang Filsafat Eti-
didikan. Jakarta: Sinar Harapan. ka. Bandung: M izan .

Daya, Burhanuddin. 1990.Gerakan Pem- Mujidin, 2005. “Sistem Pendidikan Is-


baharuan Pemikiran Islam, Kasus lam Terpadu (SIPIT): Paradigma-
Sumatera Thawalib. Yogyakarta: Model Kelembagaan dan Apli-
Tiara Wacana. kasinya dalam PBM”. Makalah.
Yogyakarta: SMP IT Abu Bakar.
Djumhur, I. 1976. Sejarah Pendidikan.
Bandung: Bina Ilmu. Nashabe, Hisham. 1989. Muslim Edu-
cation Institutions. Beirut: Riyad
Driyarkara. 1991. Tentang Pendidikan. Solh Square.
Yogyakarta: Kanisius.
NCES . 1989-99 “Full-day and Half-day
Encyclopedia from Wikipedia, http://- Kindergarten in the United Stat-
en.wikipedia.org/wiki/Boarding- es: Findings from the Early
school, 15 Mei 2006. Childhood Longitudinal Study,
In’ami, Moh. 2004. “Integrasi Sistem Kindergarten Class”. nces.ed.-
Pendidikan Pesantren dan Ma- gov/pubearch/pubsinto.asp?pubi
drasah Di Pondok Modern Gon- d=2004078. Akses 25 Maret 2008.
tor”. Tesis. Yogyakarta: UIN Su- Nuryatno, M. Agus. 2009. “Rekons-
nan Kalijaga. truksi Pendidikan Agama dalam
Junus, Mahmud. 1995. Sejarah Pendidik- Masyarakat Pluralistik-Demokra-
an Islam di Indonesia, Jakarta: Mu- tik”. Makalah. Yogyakarta: UIN
tiara Sumber Widya. Sunan Kalijaga.

Kasali, Rhenald. 2005. Change! Jakarta: Rahman, Fazlur. 2000. Islam and Mo-
Gramedia Pustaka Utama. dernity Transformation of an In-
tellectual Tradition. Alih bahasa.
Madjid, Nurcholish. 2000. Masyarakat Islam dan Modernitas: Tentang
Religius: Membumikan Nilai-nilai Transformasi Intelektual. Bandung:
Islam dalam Kehidupan Masya- Pustaka. Ahsin Mohammad.
rakat. Jakarta: Paramadina.
SMP IT Abu Bakar Boarding School
Mas’ud, Abdurrahman. 2002. Meng- Yogyakarta. 2001/2002. “Doku-
gagas Format Pendidikan Non-di- mentasi tentang Izin Operasional
kotomik: Humanisme Religius Para- SLTP IT Abu Bakar Yogyakarta”.
Yogyakarta: SMP IT Abu Bakar.

Cakrawala Pendidikan, Februari 2012, Th. XXXI, No. 1

Anda mungkin juga menyukai