Anda di halaman 1dari 28

DASAR – DASAR JURNALISTIK

Mhd Rizqi

180502033

Ripaldo Anas

180502016

HubunganMasyarakat (Reg B)
FEATURE

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah feature
tentang pengertian tentang freature dan jenis-jenisnya.

Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah
freature ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Daftar Isi

Cover.................................................................................
Dafatr Isi............................................................................
Kata Pengantar.................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang..........................................................1
Rumusan Masalah.....................................................2
Tujuan Makalah.........................................................2
BAB II Pmbahasan.
2.1. Pengertian Feature...................................................3-5
2.2. Cri-ciri Feature .........................................................6
2.3. Unsur-Unsur Tulisan Features..................................7
2.3.1. Sifat-Sifat Feature..................................................7-9
2..3.2. Jenis-Jenis Feature..............................................9-11
2.3.3. Struktur Feature....................................................12
2.4. Teknik Penulisan Featur..........................................12-13
Contoh Feature..............................................................14-16
BAB III Penutup
3.1. Kesimpulan.............................................................17-18
3.2. Saran.......................................................................18
Daftar Pustaka................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi komunikasi telah berpengaruh terhadap peran media massa cetak.
Akibat perkembangan teknologi ini, media massa menjadi dijauhi dan menyebabkan manusia
purna aksara menjadi buta aksara lagi. Hal ini disesalkan Marshall Mc Luhan, bahwa
terdesaknya media cetak oleh media elektronik mengakibatkan tersisihnya sastra sebagai
salah satu mata rantai komunikasi antar generasi. Namun dengan hadirnya media massa
elektronik tidak menghapus keberadaan media massa cetak, bahkan diperlukan. Namun,
persaingan antara media massa cetak dan media massa elektronik membuat media masa cetak
harus memiliki sesuatu yang berbeda dari media massa elektronik. Di sinilah feature
mengambil perannya dalam persaingan antar jenis media ini. Feature sekarang ini merupakan
sesuatu yang tidak bisa tidak harus ada dalam surat kabar. Terutama dalam menghadapi
persaingan dengan media elektronik yang juga memiliki jenis feature udara.

Menulis features seperti halnya menulis karya nonfiksi lainnya, seperti artikel, esai, laporan
penelitian, dsb. Ia tetap ditulis dengan menggunakan data atau referensi. Namun, ia sangat
berbeda dengan hard news di surat kabar. Features cenderung dipaparkan secara hidup
sebagai pengungkapan daya kreativitas, kadang-kadang dengan sentuhan subjektivitas si
penulis terhadap peristiwa, situasi, dsb. Oleh karena itu pada makalah ini kami akan
membahas tuntas mengenai features.

1.1 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian tulisan feature?
1.2.2 Apa jenis-jenis dan ciri-ciri dari penulisan feature?
1.2.3 Unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam tulisan feature?
1.2.4 Bagaimana teknik menulis feature?

1.2 Tujuan Makalah


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian feature
1.3.2 Mengetahui jenis dan ciri-ciri dari penulisan feature
1.3.3 Menjabarkan unsur-unsur yang terdapat dalam tulisan features
1.3.4 Mengetahui teknik penulisan features beserta contohnya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Feature

Cerita feature adalah artikel yang kreatif, kadang kadang subyektif, yang terutama
dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu
kejadian, keadaan atau aspek kehidupan (Wicaksono, 2007). Menurut Santana K. (2005: 11)
kisah feature memang orisinal dan bersifat deskriptif. Bisa saja dalam sebuah feature
dipenuhi dengan orisinalitas dan deskripsi penulis yang menghibur, dan sedikit informasi.
Atau, penulisnya lebih banyak menginformasikan amatanya dengan sedikit menghibur.
Tulisan feature yang bagus mengkombinasikan segala aspeknya dengan baik dan
proporsional.

Feature adalah tulisan hasil reportase (peliputan) mengenai suatu objek atau peristiwa yang
bersifat memberikan informasi, mendidik, menghibur, meyakinkan, serta menggugah simpati
atau empati pembaca. (LeSPI, 1999-2000). Sisi-sisi kemanusiaan atauhuman
interest merupakan aspek yang paling dominan dalam sebuah produk tulisanfeature.
Pengertian feature yang demikian sebetulnya tidaklah begitu saklek karena masing-masing
penulis memiliki arti tersendiri. Dalam penulisan feature, kehendak, opini atau subyektifitas
pandangan penulis sangat mungkin untuk dimasukan, meskipun tidak secara mencolok. Opini
itu tersamar dalam pelukisan suasana, penggunaan contoh-contoh, serta penyertaan
narasumber pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan kredibilitasnya.

Santana (2005) mengemukakan, feature itu merupakan suatu informasi yang human interest ,
terkait dengan ketertarikan dan minat ornag tentang people (orang) danthings (pikiran orang
itu) , yang mungkin unusual (tidak lazim) dan ketidakbiasaan itu yang membuat informasi
tersebut menjadi menarik. Kisah human interest feature,menurut Santana (2005) menjadi
“hidup”, berwarna, ketika khalayak diajak membayangkan rincian atau detail, latarbelakang
peristiwa, dan tindakan-tindakan terentu. Cara demikian seakan-akan membawa pembaca
media cetak, pendengar radio atau pemirsa televisi ketempat kejadian. Mengikuti apa yang
diketahui dan dirasakan penulis, seperti sedih atau gembira.

Menurut Alexis McKinney, “Feature menemukan dampaknya di luar bidang dasar-dasar


penulisan berita straight news dan di luar who-what-where-why and how yang tanpa polesan.
Keabsahan, kekuatan, dan ciri pengenal feature terletak pada penetrasi imaginasinya bukan
pada pemisahannya dari kebenaran dan pada pelonggaran kebenarannya, tetapi pada
penembusannya ke dalam kebenaran yang khas dan khusus yang menggugah perasaan ingin
tahu, perasaan simpati, perasaan skeptic, perasaan humor, perasaan cemas, atau perasaan
takjub orang. Menulis sebuah feature dapat disebut sebagai presentasi cerdas tentang fakta-
fakta dan gagasan-gagasan sehingga fakta-fakta dan gagasan-gagasan yang tidak kentara bisa
menjadi pusat perhatian pengamat yang sambil lalu.”

Menurut Wiliamson, “Feature adalah tulisan kreatif yang terutama dirancang untuk memberi
informasi sambil menghibur tentang suatu kejadian situasi atau aspek kehidupan seseorang”.
Wiliamson menekankan pengertian feature pada unsur kreativitas (dalam penciptaan),
informatif (isinya) dan menghibur (gaya penulisannya) dan boleh subyektif (penuturannya).
Ketiga syarat utama ini mutlak ada dalam feature, sedangkan unsur subyektifitas tidak
mutlak.

Feature merupakan tulisan hasil reportase (peliputan) mengenai suatu objek atau peristiwa
yang bersifat memberikan informasi, mendidik, menghibur, meyakinkan, serta menggugah
simpati atau empati pembaca. (LeSPI, 1999-2000). Sisi-sisi kemanusiaan atau human
interest merupakan aspek yang paling dominan dalam sebuah penulisan feature. Dalam
penulisan feature, penulis sering memasukkan unsur kehendak, opini atau subyektifitas
pandangan dari penulis itu sendiri. Opini itu tersamar dalam pelukisan suasana, penggunaan
contoh-contoh, serta penyertaan nara sumber pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan
kredibilitasnya.

Feature dapat dikatakan juga sebagai artikel yang kreatif, terkadang subyektif, yang
dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu
kejadian, keadaan atau aspek kehidupan. Feature memungkinkan reporter ‘’menciptakan’’
sebuah cerita. Meskipun masih diikat etika bahwa tulisan harus akurat karangan fiktif dan
khayalan tidak boleh, reporter bisa mencari feature dalam pikirannya, setelah mengadakan
penelitian terhadap gagasannya itu. Secara kasar karya jurnalistik bisa dibagi menjadi tiga,
pertama straight/spot News berisi materi penting yang harus segera dilaporkan kepada publik
(sering pula disebut breaking news) Kedua, news feature, memanfaatkan materi penting pada
spot news, umumnya dengan memberikan unsur human/manusiawi di balik peristiwa yang
hangat terjadi atau dengan memberikan latarbelakang (konteks dan perspektif) melalui
interpretasi. Dan ketiga, feature bertujuan untuk menghibur melalui penggunaan materi yang
menarik tapi tidak selalu penting.

2.2. Ciri-Ciri Feature

1. Lengkap
Sebuah feature disebut lengkap bila menyatukan bagian-bagian fakta dari suatu peristiwa, dan
memadukan jalan pikiran penulisnya dalam bagian pendahuluan, rincian atau uraian , dan
kesimpulan atau penutup (punch).
2. Melawan Kebasian
Feature dapat menjadi alat ampuh melawan kebiasaan berita. berita hanya berumur 24 jam.
Dengan feature, sebuah berita dapat dipoles menjadi menarik kembali dan tetap aktual.
3. Non Fiksi
Feature merupakan pengungkapan fakta-fakta yang dirangkai menjadi satu kesatuan dan
memebrikan gambaran yang jelas dan utuh kepada pembaca mengenai suatu peristiwa atau
suatu objek.
4. Bagian Dari Media Massa
Sebuah feature harus disajikan dalam media massa, baik cetak (surat kabar, majalah dan
buletin) maupun elektronik (televisi, radio, web dan blog)
5. Panjang tak Tentu
Belum ada ketentuan mengenai panjang pendeknya sebuah feature, sehingga
tulisanfeature sangat bervariasi tergantung penulisnya. Panjang pendeknya
sebuah feature tergantung pada penting-tidaknya peristiwa, menariknya aspek yang diungkap,
dan bagaimana penulis berusaha mewarnai feature sehingga memikat dari awal sampai akhir.
2.3.Unsur-Unsur Tulisan Features

2.3.1 Sifat-Sifat Feature


Feature merupakan berita yang berfungsi sama dengan berita umumnya, tetapi dengan gaya
bahasanya yang terkesan seperti seni itu adalah ciri khas dari feature. Target yang ingin
dicapainya adalah perasaan pembaca bukan rasio, seperti sasaran berita umumnya.
Ada beberapa sifat feature menurut Tempo (1979:6-8) yaitu:

1. Kreatif (adanya unsur kreativitas)


Feature membutuhkan kreativitas penulisnya, dalam mencari objek tulisan yang khas, yang
kadang-kadang merupakan peristiwa biasa, namun belum pernah atau jarang
terungkap.Dalam penyusunan feature, penulis tidak terlalu terikat pada tekhnik penyajian
tertentu. Penyajian feature dapat berbeda-beda tergantung pada kekhasan penulisnya.
Kreativitas penulis sangat dituntut untuk menuturkan informasi yang diperolehnya. Penyajian
permasalahan dikembangkan dengan kreativitas penulisnya. Kadang ada pakar yang
menyebut feature lebih mendekati sastra. Persamaan ini dilihat dari sudut pandang tekhnik
penyajiannya yang membolehkan pemanfaatan kreativitas. Kesamaan featuredengan sastra
bukanlah dari sudut data dan fakta. Dalam featuretetap dimuat data dan fakta yang benar dan
akurat.

2. Variatif (adanya unsur menghibur)

Sebuah feature ditulis dengan gaya penulisan yang variatif dengan mampu membangkitkan
imajinasi pembacanya. Diksi atau pilihan kata, komposisi atau rangkaian kata-kata, kalimat
dan paragrafnya, dari fakta-fakta yang diperoleh ditulis tidak monoton, hidup
dan variatif. Feature disusun dengan penyajian yang bisa membuat pembaca mengendorkan
syaraf-syaraf yang tegang karena terlalu sibuk bekerja. Karena disajikan dengan gaya
santai, feature diharapkan dapat menghibur pembaca. Featureadalah bentuk komunikasi yang
santai. Feature banyak ditemukan dalam surat kabar mingguan. Sajiannya yang menghibur
dapat membantu pembaca untuk menyegaran kembali pemikirannya. Surat kabar mingguan
tidak tepat kalau isinya banyak berbentul berita langsung.

3. Subyektif (adanya unsur subjektivitas)

Feature bersifat subyektif. Yakni sangat tergantung sudut pandang, wawasan, intelektual,
ketrampilan, dan karakter penulisnya. Dalam menyusun feature, penulis dibolehkan
memasukkan unsur subjektivitas. Ini dimaksudkan agar featurebisa lebih menarik dan tersaji
dengan lancar. Wartawan boleh memasukkan perasaan atau emosional sebatas untuk
memudahkan penyajian, pikiran, dan pemahaman terhadap permasalahan
dalam feature. Subjektivitas pada feature hanya sebatas untuk memudahkan penyajian, tidak
untuk pengolahan data-data. Data-data yang subjektif hanya terdapat dalam sastra. Inilah
yang membedakan feature dengan sastra.

4. Informatif
ature membantu pembaca dengan memperjelas suatu keadaan untuk merasakan gambaran
dari suaru kejadian, atau mempengaruhinya bertindak atau percaya. Nilai
informativefeature berbeda dengan berita langsung yang benar-benar menyajikan informasi.
Informasi dalam feature lebih mendalam dan lengkap. Feature disusun dan ditujukan untuk
mengemukakan informasi-informasi penting dan bermanfaat bagi pembaca.Feature memuat
ibnformasi-informasi yang mungkin diabaikan dalam penulisan berita langsung. Banyak
persoalan yang tidak layak menjadi berita atau reportase, namun perlu dan bermanfaat untuk
diketahui masyarakat. Yang cocok untuk mengungkapkan hal ini adalah dengan melalui
feature.

2.3.2 Jenis-Jenis Feature

Adapun jenis-jenis feature, di antaranya:

1. Feature Berita
Tulisan feature yang lebih banyak mengandung unsur berita, berhubungan dengan peristiwa
actual yang menarik perhatian khalayak.

2. Feature Artikel
Tulisan feature yang lebih cenderung ke dalam sastra. Biasanya dikembangkan dari sebuah
berita yang tidak actual lagi atau berkurang aktualitasnya. Misalnya, tulisan mengenai
keadaan atau suatu kejadian, seseorang, suatu hal, suatu pemikiran, tentang ilmu
pengetahuan.dan lain-lain yang dikemukakan sebagai laporan (informasi) yang dikemas
secara ringan dan menghibur.

Berdasarkan tipenya, maka feature dapat dibedakan menjadi:

a. Feature Human Interest (langsung sentuh keharuan, kegembiraan, kejengkelan atau


kebencian, simpati dan sebagainya). Misalnya, cerita tentang penjaga mayat di rumah sakit,
liku-liku kehidupan seorang guru di daerah terpencil, atau kisah seorang penjahat yang dapat
menimbulkan kejengkelan.

b. Feature pribadi-pribadi menarik atau feature biografi. Misalnya riwayat hidup seorang
tokoh yang meninggal, tentang seorang yang berprestasi, atau seseorang yang meiliki
keunikan sehingga bernilai berita tinggi.

c. Feature Perjalanan. Misalnya, kunjungan ke tempat bersejarah di dalam atau di luar


negeri, atau ke tempat yang jarang di kunjungi orang. Dalam feature jenis ini, biasanya
unsure subjektivitas menonjol, karena biasanya penulisnya yang terlibat langsung dalam
pweristiwa/ perjalanan itu mempergunakan “Aku”, “saya”, atau “kami” (sudut pandang-
point of view-orang pertama).

d. Feature Sejarah yaitu tulisan tentang peristiwa masa lalu, misalnya peristiwa proklamasi
kemerdekaan, atau peristiwa keagamaan dengan memunculkan “tafsir baru” sehinggga tetap
terasa aktual untuk masa kini.
e. Feature Petunjuk Praktis (Tips), artikel, Guidance Feature, atau mengajarkan keahlian-
how to do it. Misalnya tentang memasak, merangkai bunga, membangu rumah, dan
sebagainya.

f. Feature komunitas di majalah atua koran sekolah, biasanya tipe informatif


menghubungkan sekolah dengan bagian dari suatu komunitas yang berkaitan dengan murid.
Banyak koran sekolah dewasa ini mempunyai feature tentang aspek-aspek pengadilan remaja,
kepolisian, pendaftaran pemilu, unit gawat darurat rumah sakit, bahkan perawatan dirumah
dan panti jompo. Jika dipakai, semua subjek ini harus menarik bagi pembaca di sekolah atau
kampus.

g. Feature Interpretatif yaitu menjelaskan beragam aspek sekolah atau kampus, atau
masyarakat pada umumnya, seperti pameran seni, pelajaran baru, perubahan syarat nilai
kelulusan, problem keuangan sekolah atau pemda, dan sebagainya.

h. Feature wawancara simposium adalah diskusi panel tentang topik terbaru yang menarik
pembaca. Beberapa contohnya adalah opini tentang sistem konseling, informasi mahasiswa,
uang jasa untuk dosen, persyaratan kelulusan dan lain sebagainya. Latar belakang penulis
harus dimasukkan dalam berita.

2.3.3 Struktur Feature

Struktur tulisan feature umumnya disusun seperti kerucut terbalik, yang terdiri dari:

1. Judul (head)

2. Teras (Lead). Lead, intro atau teras feature, berisi hal terpenting untuk menarikl perhatian
pembaca pada suatu hal yang akan dijadikan sudut pandang dimualinya penulisan

3. Bridge atau jembatan antara lead dan body

4. Tubuh tulisan (Body)

5. Penutup (ending) yang biasanya mengacu kepada lead, menimbulkan kenangan atau
kengerian, menyimpulkan yang telah diceritaakan atau mengajukan pertanyaan tanpa

2.4. Teknik Penulisan Feature

Setelah reporter mengumpulkan informasi berita, maka selanjutnya adalah proses penulisan
dan penyusunan berita. Reporter harus menulis teras berita yang pendek tetapi menarik bagi
pembaca sehingga mereka tidak cepat-cepat beralih ke berita lain.
Teras dari tulisan feature bukan ringkasan isi berita. Teras feature sering kali berisi contoh,
kisah ringan atau pernyataan yang membuka nuansa berita. Teras berita yang unik, mencolok
dan menarik dapat diaplikasikan saat menulis tulisan feature.
Biasanya, feature punya paragraf utama atau paragraf fokus sesudah teras berita. Paragraf
inti atau fokus ini mengaitkan teras berita ke dalam fokus berita. Paragraf inti membantu
pembaca memahami point utama berita dan memberi alasan bagi pembaca mengapa ia harus
membaca berita tersebut. Paragraf utama akan memuat isi berita terkini jika berita feature ini
dikaitkan dengan suatu kejadian.
Berita feature dapat ditata dalam bentuk apa saja dan bisa di tulis dengan panjang. Penulis
sering menggunakan alat fiksi seperti ketegangan, kejutan, dialog, deskripsi, narasi dan
klimaks dalam menegmbangkan isi berita feature jika dimungkinkan dan tepat.
Tujuan utamanya adalah membuat berita terus mengalir dan menarik pembaca tanpa henti.
Susunlah berita sedemikian rupa sehingga pembaca dapat membaca dengan urutan logis.
Penataan susunan akan bervariasi bergantung pada tipe beritanya. berita feature dapat ditulis
secara kronologis. Atau bisa juga dengan teknik flashback seperti dalam film. Jika penulis
menggunakan elemen kejutan dan ketegangan, maka pikatlah perhatian pembaca dengan
sedikit informasi sembari tetap mempertahankan ketertarikan pembaca. Ini adalah tugas yang
amat sulit. Penulis feature harus menyusun outline struktur beritanya sebelum mereka
menulis.

Contoh feature:

Judul :Janda Pejuang Diberi Cuma Rp50 ribu

Disusun oleh : Tiorina Nainggolan

Ditonton ribuan pasang mata, dua janda veteran perang gerilya dipanggil lewat pelantang
agar memasuki lapangan Ambarita. Pukul 11.00 siang itu, 17 Agustus 2013, pengibaran
bendera Merah Putih baru saja kelar dalam upacara peringatan dirgahayu Republik Indonesia.

Salah satu janda pejuang sempat terpinga-pinga setelah pejabat Kecamatan Simanindo
menyalamkannya sepucuk amplop putih. “Apa ini, Pak?” tanya dia kepada aparat yang
menjabat tangannya.

Dijawab bahwa isi amplop adalah sekadar bantuan dana tali asih bagi janda bekas pejuang
kemerdekaan.

“Oh, terima kasih untuk kalian.” Si nenek pun semringah, lalu kembali duduk.

Beberapa birokrat, anggota DPRD Samosir, dan tokoh masyarakat yang duduk di podium
bertepuk tangan.Saya menghampiri kedua istri veteran itu. Terlihat mereka diam-diam
membuka amplop. Isinya …, olala! Hanya satu lembar uang pecahan Rp50 ribu.

Ditanya bagaimana perasaannya memperoleh bantuan berupa uang receh, Tiorina Nainggolan
(82 tahun), salah satu janda veteran, berkomentar singkat: berapa pun jumlahnya, “Terima
kasih kepada pemerintah.”Suami Tiorina Nainggolan, Martogu Rumahorbo, meninggal pada
1994. Martogu ikut berperang di hutan Harangan Ganjang, Kabupaten Simalungun, sebelum
dan sampai tahun 1945.
Karena kendala administrasi, Martogu mesti berupaya selama sepuluh tahun sebelum
akhirnya mendapat dana tunjangan kehormatan veteran dari negara. Kini istrinyalah, Tiorina,
yang mencairkan dana Rp1 juta lebih sedikit itu saban bulan dari kantor pos.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Feature dalam arti luas merupakan tulisan-tulisan di luar berita, dapat berupa tulisan ringan,
berat, tajuk rencana, opini, sketsa, laporan pandangan mata dan sebagainya. Sedangkan dalam
arti sempit, feature adalah tulisan yang sifatnya dapat menghibur, mendidik, memberi
informasi, dan lain sebagainya mengenai aspek kehidupan dengan gaya yang bervariasi
(Zain, 1993).

Feature merupakan berita yang berfungsi sama dengan berita umumnya, tetapi dengan gaya
bahasanya yang terkesan seperti seni itu adalah ciri khas dari feature. Target yang ingin
dicapainya adalah perasaan pembaca bukan rasio, seperti sasaran berita umumnya.

Adapun jenis-jenis feature, di antaranya: Feature Berita, Feature Artikel. Sedangkan


berdasarkan tipenya, maka feature dapat dibedakan menjadi: Feature Human Interest
(langsung sentuh keharuan, kegembiraan, kejengkelan atau kebencian, simpati dan
sebagainya), Feature pribadi-pribadi menarik atau feature biografi, Feature
Perjalanan, Feature Sejarah, yaitu tulisan tentang peristiwa masa lalu, Feature Petunjuk
Praktis (Tips), artikel, Feature komunitas di majalah atau koran sekolah, Feature Interpretatif,
Feature wawancara simposium.

Struktur tulisan feature umumnya disusun seperti kerucut terbalik, yang terdiri dari:
a)Judul (head),
b) Teras (Lead). Lead, intro atau teras feature,
c) Bridge atau jembatan antara lead dan body,
d)Tubuh tulisan (Body),
e) Penutup (ending).

Teknik Penulisan Feature terlebih dahulu reporter mengumpulkan informasi berita kemudian
proses penulisan dan penyusunan berita. Dalam penulisan berita reporter harus menulis teras
berita yang menarik, setelah itu, biasanya feature punya paragraf utama atau paragraf fokus
sesudah teras berita. Paragraf inti atau fokus ini mengaitkan teras berita ke dalam fokus
berita. Susunlah berita sedemikian rupa sehingga pembaca dapat membaca dengan urutan
logis.

3.2 Saran

Menulis feature sama halnya menulis karya nonfiksi lain, namun feature ditulis dalam
bentuksuatu informasi yang mengandung sisi human interest . Adabaiknya bagi yang ingin
menulis feature harus memerhatikan terlebih dahulu teknik-teknik penulisannya agar
mempermudah dalam menulis feature.
DAFTAR PUSTAKA

Asep Syamsul M. Ramli, Jurnalistik Praktis untuk Pemula, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009
Ermanto, Wawasan Jurnalistik Praktis, Yogyakarta: Cinta Pena, 2005.
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, JURNALISTIK: Teori
dan Praktik,Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, Bogor: Ghalia Indonesia, 2008.
Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005
Tom E. Rolnicki,dkk, Pengantar Dasar Jurnalisme,Terj. Tri Wibowo
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.
Wahyudi J.B, Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,
1996.
Situs:
http://edukasi.kompasiana.com/2010/09/28/feature-271612.html
http://fimelrizqi.blogspot.com
http://grahamediaschool.com/penulisan-berita-feature/
REPORTASE

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehadiran media massa di tengah perkembangan Ilmu dan teknologi semakin terasa
penting. Informasi yang disajikan kepada khalayak pun harus semakin cepat dan tepat.
Ketidaktepatan informasi yang sampai kepada khalayak akan menimbulkan ketidakpercayaan
khalayak terhadap media massa tersebut dan ketidak tepatan menyampaikan informasi akan
mengurangi kepercayaan pembaca. Perkembangan teknologi yang semakin canggih,
menuntut kita sebagai manusia untuk memperoleh pengetahuan yang luas dengan memilih
segala bentuk informasi penting melalui dari berbagai media. Reportase merupakan salah satu
sumber informasi yang dianggap penting untuk di konsumsi. Selain itu, untuk memeperoleh
informasi yang akurat, maka reportase lah solusinya. Berangkat dari permasalahan di atas,
perlu kiranya kita mengkaji tentang reportase yang kami mulai dari pengertian sampai teknik
penulisan reportase yang baik.

1.2 Rumusan Masalah

Apa pengertian reportase?


Apa saja jenis-jenis reportase?
Apa saja strategi materi dalam reportase?
Bagaimana bentuk arus informasi dalam reportase ?
Bagaimana jenis kelayakan berita dalam reportase ?
Bagaimana tahapan-tahapan dalam menulis berita dalam reportase ?
Bagaimana teknik menulis hasil reportase?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Reportase


Menurut Yumaldi (2004), Reportase adalah kegiatan jurnalistik dalam meliput langsung
peristiwa atau kejadian di lapangan. Wartawan mendatangi langsung tempat kejadian atau
TKP (Tempat Kejadian Perkara) lalu mengumpulkan fakta dan data seputar peristiwa
tersebut. Di sini, reporter selain melaporkan apa yang dilihat di lapangan, juga memberikan
tambahan informasi yang ada relevansinya dengan peristiwa yang sedang berlangsung,
misalnya, latar belakang peristiwa, maksud dan tujuan, dalam rangka apa peristiwa diadakan,
hal serupa kapan pernah diadakan, dll.
Menurut Steve Weinberg Reportase berasal dari bahasa Latin, reportare, yang berarti
membawa pulang sesuatu dari tempat lain. Bila dikaitkan dengan kegiatan jurnalisme, hal itu
menjelaskan seorang jurnalis yang membawa laporan kejadian dari suatu tempat, di mana
telah terjadi sesuatu. Sedangkan investigasi berasal dari bahasa Inggris investigative, yang
asalnya juga dari bahasa Latin, vestigum artinya jejak kaki. Pada sisi ini menyiratkan
pelbagai bukti yang telah menjadi suatu fakta. Reportase investigasi merupakan sebuah
kegiatan peliputan yang mencari, menemukan, dan menyampaikan fakta-fakta adanya
pelanggaran, kesalahan, atau kejahatan yang merugikan kepentingan. (http://muhammad-
husna.blogspot.com/2013/07/reportase-makalah-disusun-guna-memenuhi.html)
Kesimpulannya adalah reportase merupakan kegiatan dari dunia jurnalistik yang
berupa pencarian data dan fakta secara mendalam sehingga dapat mengantarkan masyarakat
kepada satu kesimpulan pendapat melalui berbagai media elektronik maupun media cetak.

2.2 Jenis-jenis Reportase


Dari pengertian reportase di atas mengantarkan pembagian jenis terhadap reportase.
Menurut Koesworo dkk membagi reportase menjadi:
1. Reportase Sederhana

Reportase sederhana merupakan laporan-laporan yang dibuat oleh wartawan yang


disajikan secara sederhana. Reportase sederhana bisa berupa laporan hasil perjalanan keliling.
Reportase sederhana juga berupa laporan atau deskripsi tentang suatu peristiwa atau kegiatan
yang memperhitungkan nilai berita. Reportase sederhana dapat disamakan dengan reportase
faktual yang dikemukakakan Jacob Oetama (1987;195), yaitu reportase yang melihat suatu
peristiwa hanya dari satu dimensi, dimensi linier, kronologi kejadian, itupun dilakukan secara
sekilas.

2. Reportase Mendalam
Reportase ini mempunyai 3 jenis yaitu,
a. Reportase interpretatif
Pada umumnya, reportase interpretatif dikerjakan oleh banyak wartawan. Reportase
model ini, bertujuan untuk menjelaskan permasalahan sosial yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Misalnya, banyaknya remaja yang bunuh diri, semakin merajalelanya pencopet
dan penodong. Permasalahan ini disusun menjadi reportase dengan data-data yang dianalisis
dari para pakar yang diwawancarai para wartawan disajikan untuk menjelaskan permasalahan
yang terjadi. Dalam bukunya yang berjudul Kiat Praktis Jurnalistik, Yurnaldi mendefinisikan
reportase interpretatif sebagai pengungkapan peristiwa yang disertai usaha memberikan arti
pada peristiwa tersebut, menyajikan informasi. Jacob Oetama (1987: 195) juga menegaskan,
dalam reportase interpretatif dikaji latar belakang peristiwa, diperkirakan arah kecenderungan
perkembangan peristiwa, dihubungkan dengan peristiwa lain yang akan memberi
kelengkapan dan memperjelas makna dari peristiwa pokok yang dijadikan berita. Lebih
jelasnya, untuk menyusun reportase interpretatif, wartawan terlebih dahulu mengumpulkan
suatu analisis, kajian, dan interpretasi beberapa narasumber.
b. Reportase partisipatif
Pada dasarnya, reportase ini merupakan reportase yang lebih banyak ditentukan oleh
permasalahan yang akan disajikan. Reportase partisipatif dibuat untuk menyajikan kehidupan
sosial yang sebenarnya terjadi.
c. Reportase investigatif
Reportase investigatif adalah reportase yang mengangkat kasus-kasus kehidupan
sosial yang ada. Kasus yang dipilih biasanya yang benar-benar berbobot untuk disajkan.
Awalnya, permasalahan ini kelihatan samar-samar tapi benar-benar terjadi. Sebelum reortase
ini disusun, wartawan perlu mengumpulkan data dengan penelitian yang berkesinambungan,
sehingga tercipta laporan yang akurat, lengkap, dan bisa dipertanggungjawabkan. Karena
untuk pengumpulan data harus dilakukan penelitian atau pelacakan, maka reportase ini
disebut reportase investigatif. Para wartawan investigatif tidak mengikuti agenda orang lain
karena mereka sendirilah yang memutuskan apa yang bernilai untuk diliput, bukan karena
seorang pejabat atau seseorang lain yang meminta mereka meliput sesuatu. (Hikmat
Kusumaninggrat dan Purnama Kusumaninggrat, 2006: 259).
Permasalahan yang bisa diangkat misalnya: pejabat yang banyak memiliki istri
simpanan, Roti pemicu kanker, dan sebagainya.

2.3 Strategi Materi dalam Reportase


Reportase adalah laporan pandangan mata, baik langsung maupun tunda, dari lokasi
peristiwa. Disini, reporter selain melaporkan apa yang dilihat di lapangan, juga memberikan
tambahan informasi yang ada relevansinya dengan peristiwa yang sedang berlangsung,
misalnya:
1. Latar belakang,

2. Maksud tujuan,
3. Dalam rangka apa peristiwa diadakan,
4. Hal serupa kapan pernah diadakan, dan lain –lain.
Sifat reportase adalah sistematis dan kronologis. Naskah reportase berbentuk pointers
yang berisi hal-hal penting saja dan yang ada kaitan dengan apa yang dilaporkan. Di sini,
reporter dalam melakukan reportase tinggal mengombinasikan apa yang dilihatnya dengan
referensi lain yang relevan, yang sudah dicatat dalam bentuk pointers. Dalam proses reportase
ini, reporter dituntut memiliki keterampilan dalam melaporkan, dan keterampilan ini hanya
dapat diperoleh melalui pengalaman. Semakin banyak melakukan reportase, seorang reporter
akan semakin matang dalam melakukan reportase langsung di lapangan. Sebelum melakukan
reportase, seorang reporter perlu mempersiapkan diri secara sempurna, khususnya mencari
bahan-bahan reportase yang relevan. Misalnya, pada peristiwa “Peringatan Hari Angkatan
Bersenjata RI 5 Oktober”, materi reportase yang harus dipersiapkan antara lain:
- Sejarah ABRI,
- Siapa inspektur upacara dan komandan upacaranya,
- Latar belakang komandan upacara,
- Pasukan yang ikut upacara,
- Atraksi yang ditampilkan, dan lain-lain.
Dengan bahan-bahan yang telah dipersiapkan secara matang sebelum melakukan
reportase, reporter tidak akan kehabisan bahan dan kata-kata sehingga reportase dapat
berjalan dengan lancar, tanpa ada kesalahan sedikit pun.

2.4 Bentuk Arus Informasi dalam Reportase


Di dalam reportase terdapat beberapa bagian bentuk menginformasikan berita kepada
public, diantaranya dengan cara :
a. Siaran Langsung/ Live In
Siaran Langsung adalah reportase yang dilakukan secara langsung di lapangan serta
penyiaran gambar secara langsung kepada khalayak. Apa yang dilaporkan dan gambar apa
yang diambil saat itu, langsung dipancarluaskan atau ditransmisikan, dan secara langsung
dapat didengar atau ditonton oleh khalayak pendengar atau pemirsa. Pada siaran langsung,
kesalahan ucapan reporter dapat langsung diketahui oleh khalayak. Oleh karena itu, reporter
siaran langsung harus lebih ekstra hati-hati dalam melakukan reportase.

b. Siaran Tunda/ by the Record


Pada siaran tunda, hasil reportase tidak disiarkan secara langsung kepada khalayak,
tetapi direkam dulu dalam pita tape. Materi ini kan disiarkan sesuai waktu yang telah
direncanakan. Jika sewaktu melakukan reportase terjadi kesalahan, kesalahan ini masih dapat
diperbaiki atau dihilangkan di ruang pengeditan. Hal ini dimungkinkan karena siaranya
bersifat tunda. Materi dapat pula disunting kembali untuk disesuaikan durasi waktunya
dengan alokasi yang tersedia. Masa pengeditan ini disebut pascaproduksi. Materi siaran yang
sudah siap siar disebut materi siap siar. Dengan demikian, perbedaan antara siaran langsung
dan siaran tunda dapat dilihat dari materi siaranya. Jika “ diambil dan langsung disiarkan”
disebut siaran langsung, tetapi jika“diambil tetapi tidak langsung disiarkan melainkan
direkam dulu” maka disebut siaran tunda.

2.5 Jenis Kelayakan Berita dalam Reportase


Untuk reportase perlu juga kita memperhatikan kelayakan sebuah berita. Mulyadi
(2003) menunjukkan adanya tujuh kriteria kelayakan berita, yaitu sebagai berikut:
1. Penting. Pengesahan RUU Sisdiknas bersifat penting karena menyangkut kepentingan
rakyat banyak yang menjadi pembaca media bersangkutan. Maka, hal tersebut layak menjadi
berita. Ini juga relatif tergantung dari khalayak pembaca yang dituju. Isu SBY, Megawati,
dan JK menjadi calon presiden tentu penting untuk dimuat di HarianRepublika/ Kompas/
Media Indonesia. Namun, kurang penting dimuat di majalah Gadis karena khalayak
pembacanya berbeda.

2. Baru terjadi, bukan peristiwa lama. Peristiwa yang telah terjadi pada sepuluh tahun yang
lalu jelas tidak bisa menjadi berita atau objek reportase.
3. Unik, bukan sesuatu yang biasa. Seorang mahasiswa yang kuliah tiap hari adalah peristiwa
biasa. Akan tetapi, jika mahasiswa berkelahi dengan dosen didalam ruang kuliah, itu luar
biasa.

4. Asas keterkenalan. Kalu mobil Anda ditabrak mobil lain, hal itu tidak pantas menjadi
berita. Namun, kalau mobil yang ditumpangi Sri Sultan ditabrak mobil lain, itu akan menjadi
mobil dunia.
5. Asas kedekatan. Asas kedekatan ini bisa diukur secara geografis maupun kedekatan
emosional. Banjir di Cina yang telah menghanyutkan ratusan orang masih kalah nilai
beritanya dibandingkan banjir yang melanda Jakarta karena lebih dekat dengan kita yang ada
di Indonesia.
6. Magnitude (dampak suatu peristiwa). Demonstrasi yang dilakukan oleh sepuluh ribu
mahasiswa tentu lebih besar dampaknya dibanding demonstrasi oleh seratus mahasiswa.
7. Tren. Sesuatu bisa menjadi berita ketika menjadi kecenderungan yang meluas di
masyarakat. Misalnya, sekarang orang mudah marah dan membunuh pelaku kejahatan kecil
(pencuri, pencopet) dengan cara dibakar hidup-hidup.

2.6 Tahapan – Tahapan dalam Reportase


Menurut Goenawan Moehammad wartawan senior Indonesia tahapan-tahapan dalam
reportase sebagai berikut:
Lapisan pertama: Adalah fakta-fakta permukaan. Seperti: siaran pers, konferensi pers, pidato,
dan sebagainya. Informasi disediakan narasumber sehingga masih sepihak.
Lapisan kedua: Adalah upaya pelaporan yang dilakukan sendiri oleh si reporter. Di sini, sang
reporter melakukan verifikasi, pelaporan investigatif, liputan atas peristiwa-peristiwa
spontan, dan sebagainya. Di sini, peristiwa sudah bergerak di luar kontrol narasumber awal.
Lapisan ketiga: Adalah interpretasi (penafsiran) dan analisis. Di sini si reporter menguraikan
signifikansi atau arti penting suatu peristiwa, penyebab-penyebabnya, dan konsekuensinya.
2.7 Teknik Menulis Hasil Reportase
Menurut Bill Koevach Seperti halnya bangunan, kegiatan jurnalistik, berdasarkan
teknik-tekniknya bisa dikelompokkan kepada tiga jenis :
Reportase interpretatif / dasar → menghasilkan berita langsung (straight news).
Reportase partisipatif / madya (menengah) → menghasilkan berita kisah (news feature).
Reportase / investigatif lanjutan → menghasilkan berita analisis (news analysis).
Semua teknik reportase dasar mutlak diperlukan dalam reportase madya dan reportase
lanjutan. Akan tetapi, banyak teknik-teknik reportase lanjutan yang tidak perlu dipakai dalam
reportase madya dan reportase dasar. Demikian juga halnya dengan teknik reportase madya
dalam reportase dasar.
Fakta dan data yang dikumpulkan harus memenehi unsur-unsur berita 5 W+1H –
What (peristiwa apa), Who (siapa yang terlibat dalam peristiwa itu), Where (dimana
kejadiannya), When(kapan kejadiannya), When (mengapa peistiwa itu terjadi), dan How
(bagaimana proses kejadiannya). Peristiwa yang diliput harus bernilai jurnalistik atau bernilai
berita (news values), yakni aktual, faktual, penting, dan menarik. Peristiwanya sendiri secara
garis besar terbagi menjadi dua:
(1) Peristiwa yang diduga terjadi atau direncanakan terjadi, misalnya peristiwa perayaan hari
ulang tahun, peresmian gedung, deklarasi partai, seminar dll.
(2) Peristiwa yang tidak terduga kejadiannya, misalnya kebakaran, kriminalitas, kecelakaan
lalu lintas, dsb.
Dari segi subtansi atau jenis peristiwa, reportase bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu
beat system dan follow up system. Beat system adalah sistem pencarian dan pembuatan
bahan berita yang mengacu pada beat (bidang liputan), yakni meliput peristiwa dengan
mendatangi secara teratur instansi pemerintah, atau tempat-tempat yang dimungkinkan
munculnya peristiwa, informasi, atau hal-hal yang bisa menjadi bahan berita. Sedangkan
follow up system adalah teknik meliput bahan berita dengan cara menindaklanjuti (follow up)
berita yang sudah muncul. Dalam meliput peristiwa, penting diperhatikan hal-hal berikut:
a. Kode Etik Jurnalistik atau Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI)
b. Fainess Doctrine (Doktrin Kejujuran) yang mengajarkan, mendapatkan berita yang benar
lebih penting daripada menjadi wartawan pertama yang menyiarkan atau menuliskannya.
c. Cover Both Side atau News Balance, yakni perlakuan adil terhadap semua pihak yang
menjadi objek berita, dengan meliput semua atau kedua belah pihak yang terlibat dalam
sebuah peristiwa.
Menuliskan Tubuh Reportase
1) Susunlah fakta, data, dan informasi itu sedemikian rupa dengan menggunakan alinea
(paragraf) demi alinea dengan merincinya satu per satu.
2) Rata-rata panjang kalimat yang mempunyai daya baca yang baik adalah terdiri dari 20
kata. Ini bukan berarti setiap kalimat panjangnya sedemikian, tetapi maksimal 45 kata.
3) Jika ternyata ada satu paragraf terlalu panjang segera saja dipotong atau dijadikan paragraf
baru, demi lancarnya penyajian laporan.

4) Dalam menyusun paragraf demi paragraf tersebut, baru diingat faktor yang menyebabkan
kebosanan pembaca karena muatan bacaannya terlalu sarat.
5) Tetaplah mengacu ke pokok permasalahan atau topik, sepanjang menjalin dan menyusun
data di setiap paragraf.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Reportase merupakan kegiatan dari dunia jurnalistik yang berupa pencarian data dan fakta
secara mendalam sehingga dapat mengantarkan masyarakat kepada satu kesimpulan pendapat
melalui berbagai media elektronik maupun media cetak. Reportase mendalam akan lebih
mampu mengungkapkan dari pada sekedar laporan faktual. Reportase adalah kegiatan
jurnalistik dalam meliput langsung peristiwa atau kejadian di lapangan. Wartawan
mendatangi langsung tempat kejadian atau TKP (Tempat Kejadian Perkara) lalu
mengumpulkan fakta dan data seputar peristiwa tersebut. Di sini, reporter selain melaporkan
apa yang dilihat di lapangan, juga memberikan tambahan informasi yang ada relevansinya
dengan peristiwa yang sedang berlangsung.
Menurut Steve Weinberg, Reportase berasal dari bahasa Latin, reportare, yang berarti
membawa pulang sesuatu dari tempat lain. Reportase dan berita berbeda dalam teknik
penyajian, yaitu teknik reportase dan teknik penyajian berita. Sekalipun demikian, baik
reportase maupun berita, keduanya merupakan karya jurnalistik. Reportase berfungsi
menjelaskan atau melaporkan apa yang dilihat di lokasi kejadian, sedangkan berita berfungsi
menginformasikan fakta yang timbul sebagai akibat adanya suatu peristiwa dan atau
pendapat. Dengan demikian, reportase memiliki fungsi lebih luas, yaitu selain
menginformasikan, juga menjelaskan, sedangkan berita hanya menginformasikan fakta.
Saran
Diharapkan kedepannya agar pemberitaan di media dapat ditingkatkan lagi sumber
dan bukti yang akurat yang dicari di lapangan, dan juga wartawan lebih berhati-hati dalam
mencari bukti-bukti dilapangan karena wartawan sudah memiliki beberapa aturan hukum
diantara nya aturan hukum pers dan undang-undang penyiaran yang tidak bisa dilanggar.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yanuar. Dasar-Dasar Kewartawanan. 1992. Padang: Angkasa Raya.


Ermanto. Wawasan Jurnalistik Praktis. 2005 Yogyakarta: Cinta Pena.
Hikmat Kusumaninggrat, Purnama Kusumaninggrat. Jurnalistik Teori dan Praktik.
Bandung: PT. Rosdakarya.
Kuncoro, Mudrajad. Mahir Menulis. 2009. Jakarta: Erlangga.
M. Romli, Asep Syamsul. Jurnalistik Praktis untuk Pemula. 2009. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Yurnaldi. Kiat Praktis Jurnalistik. 1992. Padang: Angkasa Raya.
http://www.kampusindo.com/140/
http://muhammad-husna.blogspot.com/2013/07/reportase-makalah-disusun-guna-
memenuhi.html
EDITORIAL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Editorial atau tajuk rencana merupakan bagian tradisional dari surat kabar. Dalam radio dan
televise, editorial/tajuk rencana tidak begitu menonjol dan mendarah daging. Bahkan dalam
surat kabar, tajuk rencana baru muncul seabad lalu yang dimulai di Amerika. Pada saat itulah
penulisan tajuk rencana ditemukan menjadi terkenal ketika konsep penulisan berita secara
objektif mulai menjadi keharusan. Dalam surat-surat kabar tajuk rencana biasanya
ditempatkan di halaman opini dan biasanya ditulis oleh pemimpin redaksi surat kabar
bersangkutan. Ia menempati sebuah kotak dua kolom yang memanjang ke bawah dan
diletakkan disebelah pojok kiri atas halaman. Karena kekuatan atau kelemahan opini-opini
dan semangat yang dinyatakan dalam tajuk rencana tentang suatu isu merupakan pernyataan
seorang pribadi, tajuk rencana mencerminkan kepribadian – kepribadian mereka yang
menulisnya (apakah ia pemimpin redaksi atau seorang redaktur yang ditugasi menulis tajuk
rencana), meskipun ia dimaksudkan sebagai cerminan pendirian suatu Koran.

1.2.Rumusan Masalah

1. a. Apa pengertian editorial/tajuk rencana?


2. b. Bagaimana ciri-ciri dan tujuan dari editorial?
3. c. Bagaimana langkah-langkah menulis editorial?

1.3.Tujuan

1. Mengetahui definsi dari editorial


2. Memahami ciri-ciri dan tujuan dari editorial
3. Memahami langkah-langkah dari penulisan editorial
BAB II

PEMBAHASAN

1.1.Pengertian Editorial

Editorial atau Tajuk rencana adalah sikap, pandangan atau pendapat penerbit terhadap
masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan masyarakat. opini berisi pendapat dan
sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal,
atau kontroversial yang berkembang di masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi
diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang
bersangkutan. Menulis tajuk memerlukan situasi dan kondisi tertentu yang sangat
dipengaruhi oleh peristiwa atau kejadia dalam pemberitaan sehari-hari. Tajuk tidak bisa
mengupas suatu kejadian yang sudah lama berlangsung.

Menurut Lyle Spencer dalam bukunya “Editorial Writing” yang dikutip oleh Dja’far H.
Assegaff dalam bukunya “Jurnalistik Masa Kini”, tajuk rencana merupakan pernyataan
mengenai fakta dan opini secara singkat, logis, menarik ditinjau dari segi penulisan dan
bertujuan untuk mempengaruhi pendapat atau memberikan interpretasi terhadap suatu berita
yang menonjol sebegitu rupa sehingga bagi kebanyakan pembaca surat kabar akan menyimak
pentingnya arti berita yang ditajukkan tadi (Dja’far H. Assegaff : 1991).

1.2.Tujuan, ciri-ciri dan jenis Editorial atau Tajuk Rencana

Tajuk rencana merupakan suara lembaga maka tidak ditulis dengan mencantumkan nama
penulisnya, seperti halnya menulis berita atau features. Idealnya tajuk rencana adalah
pekerjaan, dan hasil dari pemikiran kolektif dari segenap awak media. Jadi proses sebelum
penulisan tajuk rencana, terlebih dahulu diadakan rapat redaksi yang dihadiri oleh pemimpin
redaksi, redaktur pelaksana serta segenap jajaran redaktur yang berkompeten, untuk
menentukan sikap bersama terhadap suatu permasalahan krusial yang sedang berkembang di
masyarakat atau dalam kebijakan pemerintah. Maka setelah tercapai pokok- pokok pikiran,
dituangkanlah dalam sikap yang kemudian dirangkum oleh awak redaksi yang telah ditunjuk
dalam rapat. Dalam Koran harian bisanya tajuk rencana ditulis secara bergantian, namun
semangat isinya tetap mecerminkan suara bersama setiap jajaran redakturnya. Dalam proses
ini reporter amat jarang dilibatkan, karena dinilai dari segi pengalaman serta tanggung
jawabnya yang terbatas.

Dalam penulisan editorial mula-mula anda harus menentukan tujuannya. Sehubungan dengan
itu empat tujuan editorial telah dikemukanan oleh William Pinkerton dari Harvard University.
Keempat tujuan tersebut sebagai berikut:
1. a. Editorial menjelaskan kejadian-kejadian penting kepada para pembaca. Editorial
berfungsi sebagai guru, menerangkan bagaimana suatu kejadian tertentu berlangsung,
faktor-faktor apa yang diperhitungkan untuk menghasilkan perubahan dalam
kebijakan pemerintah, dengan cara bagaimana kebijakan baru akan mempengaruhi
kehidupan sosial dan ekonomi suatu masyarakat.
2. b. Untuk memperlihatkan kelanjutan suatu peristiwa penting, editorial dapat
menggambarkan kejadian tersebut dengan latar belakang sejarah, yaitu
menghubungkannya dengan sesuatu yang telah terjadi sebelumnya.
3. c. Suatu Editorial kadang kadang menyajikan analisis yang melewati batas berbagai
peristiwa sekarang dengan tujuan meramalkan sesuatu yang akan terjadi pada masa
datang.
4. d. Menurut tradisi lama, para penulis editorial bertugas mempertahankan kata hati
masyarakat. Mereka diharapkan mempertahankan isu-isu moral dan mempertahankan
posisi mereka. Merek berkata kepada pembacanya tentang sesuatu yang benar dan
salah.
Dilihat dari perspektif yang sedikit berbeda, tujuan editorial dibagi dalam tiga kategori:

1. a. Mengajarkan atau menjelaskan kepada pembaca bahwa mereka dapat berperan


dalam banyak editorial. Prinsip menjelaskan yang baik adalah kejelasan,
kesempurnaan dan ketepatan. Dalam penjelasan, penekanan bukan pada pengalaman
atau penilaian seseorang, melainkan pada penyajian fakta dan gagasan yang objektif
dan tanpa prasangka. Umumnya editorial tidak selalu menjelaskan, tetapi kadang-
kadang memusatkan pada informasi, misalnya sebuah editorial brfungsi melaporkan
informasi yang kurang tepat untuk dimuat pada halaman berita.
2. b. Umumnya editorial menawarkan solusi spesifik untuk suatu masalah yang
dirasakan. Mereka mengharapkan tindakan segera daripada pemahaman situasi.
Sebuah editorial dapat memberikan kepemimpinan dalam membawa perubahan
dalam kebijakan.
3. c. Selain menjelaskan dan meyakinkan (persuasif), editorial bisa juga menilai
peristiwa. Berbeda dengan penjelasan yang menyajikan fakta-fakta objektif dan bisa
dibuktikan, penilaian bersifat subjektif, sebagai ungkapan suatu sudut pandang yang
tidak dapat diverifikasi secara bebas, penilaian tetap merupakan persoalan penilaian.
Ciri – ciri umum tajuk rencana:

1. a. Berisi opini redaksi tentang peristiwa yang sedang hangat diperbincangkan


2. b. Berisi ulasan tentang suatu masalah yang dimuat
3. c. Biasanya berskala masional, berita internasional dapat menjadi tajuk rencana,
apabila berita tersebut memberi dampak kepada nasional
4. d. Tertuang pikiran subyektif redaksi

Jenis-jenis Tajuk Rencana:

1. a. Tajuk rencana yang memberikan informasi semata


2. b. Tajuk rencana yang bersifat menjelaskan
3. c. Tajuk rencana yang bersifat memberikan argumentasi
4. d. Tajuk rencana yang menjuruskan timbulnya aksi
5. e. Tajuk rencana yang bersifat jihad
6. f. Tajuk rencana yang bersifat membujuk
7. g. Tajuk rencana yang bersifat memuji
8. h. Tajuk rencana yang bersifat menghibur

1.3.Langkah – langkah menulis Editorial atau Tajuk Rencana

1. a. Memilih (selecting)
Pada langkah pertama, pilihlah isu-isu yang hendak diangkat. Perlu pertimbangan tersendiri
untuk menentukan isu apa yang hendak diangkat. Perbedaan pertimbangan inilah yang
membedakan pengangkatan isu setiap media berbeda-beda. Misalnya saja, pada kamis, 7
september 2007, media indonesia mengangkat masalah buruknya kompetensi transportasi di
indonesia. Sementara seputar indonesia mengangkat masalah siginifikansi apec.

1. b. Mengumpulkan (collecting)
Tahap berikutnya, kumpulkan pendukung yang akan memperkuat opini yang hendak
disampaikan. Pendukung berupa fakta-fakta seputar topik yang diangkat ini akan memberi
nilai objektivitas pada tulisan daripada sekadar opini belaka. Untuk memberikan nilai yang
lebih kuat, kumpulkanlah pendapat-pendapat yang berotoritas agar opini yang hendak
dikemukakan lebih berbobot.

1. c. Mengaitkan (connecting)
Langkah ketiga ialah menghubungkan atau mengaitkan. Sebelum menyusun draf editorial,
rembukkan dulu dengan anggota redaksi (ingatlah bahwa editorial itu mewakili sikap media
terkait). Isi editorial yang disampaikan harus jelas dan menyampaikan detail-detail yang
akurat, dilengkapi dengan contoh-contoh pendukung. Berikan argumen yang kuat pada awal
dan akhir editorial. Dalam hal ini, argumen yang dipertentangkan, berikut kelemahan-
kelemahannya dapat ditunjukkan. Jangan lupa, tawarkan solusi pada akhir editorial

1. d. Memperbaiki (correcting).
Akhirnya, lakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap hasil tulisan tersebut. Editorial itu
harus jelas dan bertenaga. Tapi jangan sampai menyerang pihak lain. Upayakan pula untuk
tidak terlalu mengajari. Susunan paragraf sebaiknya ringkas dan lugas. Sekali lagi, berbagai
contoh dan ilustrasi akan bermanfaat. Apalagi kutipan-kutipan yang berbobot, akan
menguatkan opini kita. Yang lebih penting lagi, kemukakan semua dengan jujur dan akurat.

Ada beberapa struktur yang bisa digunakan untuk menyusun sebuah editorial. Berikut ini
salah satunya.
1. “Lead” dengan penjelasan yang objektif terhadap isu/kontroversi tertentu. Jangan lupa
menyertakan prinsip 5W 1H.
 Tariklah beragam fakta dan kutipan dari bahan-bahan yang relevan.
 Untuk memperkuat posisi, lakukan riset tambahan seperlunya.
1. Kemukakan opini oposisi terlebih dahulu.
Sebagai penulis editorial, anda tidak seharusnya menyetujui opini yang mengemuka,
identifikasikan pihak-pihak yang bertentangan dengan anda.

 Gunakan beragam fakta dan kutipan untuk menyatakan opinin mereka secara objektif.
 Berikan posisi oposisi yang kuat. Anda tidak akan mendapat apa pun kalau
menyanggah posisi yang lemah.
1. Sanggah keyakinan pihak oposisi secara langsung. Sebelum benar-benar menyanggah,
artikel dapat diawali dengan sebuah transisi.
 Tariklah fakta-fakta dan kutipan-kutipan dari orang-orang lain yang mendukung
posisi Anda.
 Akui poin yang valid dari pihak oposisi yang akan membuat Anda tampak rasional,
yang mempertimbangkan seluruh pilihan.
1. Berikan alasan/analogi asli lainnya. Untuk mempertahankan posisi anda, berikan
alasan yang disajikan dalam urutan semakin kuat.
 Gunakan alusi budaya atau literer yang akan memberikan kredibilitas dan rasa
inteligensi.
1. Simpulkan dengan tegas, berikan solusi dari masalah atau tantang pembaca untuk
berbagian memecahkan masalah.
 Sebuah kutipan akan efektif, khususnya jika berasal dari sumber terpercaya.
 Pertanyaan retoris dapat menjadi simpulan yang efektif juga. Sebab sering kali
pertanyaan seperti ini menyadarkan kalangan tertentu.

1.4.Contoh Editorial/Tajuk Rencana

Contoh Tajuk Rencana Harian Kompas : Sertifikasi Guru, Haruskah?

Sertifikasi Guru, Haruskah?

Selasa, 6 Maret 2012 | 07:46 WIB

TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS


“Bagi mereka yang sudah pegang sertifikasi guru segera berikanlah hak mereka. Hentikan
guru sebagai sapi perah oleh bermacam-macam instansi atau kepentingan politik praktis.”

Sertifikasi Guru, Haruskah?

Sebagai alat mewujudkan mutu pendidikan, pertanyaan di atas perlu dijawab: harus! Itulah
salah satu upaya mengurai kesemrawutan persoalan guru.

Seabrek acara seremonial dan basa-basi menghormati guru. Barangkali terkecuali dosen, lirik
Oemar Bakri, jadi guru jujur berbakti meman makan hati, menyuarakan rintihan pemegang
profesi yang jumlahnya lebih dari 2,9 juta, lebih dari separuh PNS. Padahal, tak ada profesi
apa pun yang terbebas dari peranan dan andil guru.
Perbaikan terkesan basa-basi. Di antaranya, tidak diterjemahkan dalam penghargaan
kesejahteraan. Timbal balik itu tidak terjadi, bahkan guru sendiri harus memperjuangkannya.

Tunjangan profesi baru muncul beberapa tahun lalu, disusul tunjangan sertifikasi.

UU Guru Nomor 14 Tahun 2005 menegaskan guru sebagai profesi pendidik. Guru dan dosen
diangkat sebagai profesi, artinya para pemegangnya berhak mendapatkan hak-hak sekaligus
kewajiban profesional. Terus merosotnya mutu praksis pendidikan dan hasil pendidikan salah
satunya disebabkan faktor profesionalitas guru.

Padahal, menurut data Kemdikbud, guru yang layak mengajar di SD hanya sekitar 27 persen,
di SMP sekitar 58 persen, di SMA sekitar 65 persen, dan di SMK sekitar 56 persen. Selain
kualitas guru, jumlah guru—kecuali guru SD yang konon cukup tetapi tidak merata—menjadi
faktor masalah kronis profesi keguruan di Indonesia.

Menyelenggarakan program sertifikasi guru kita dukung sebagai salah satu sarana
peningkatan mutu guru. Menyerahkan status kepegawaian guru kepada daerah sejalan dengan
UU Otonomi Daerah, dilihat sebagai upaya memenuhi kebutuhan guru di daerah.

Di lapangan, program itu tidak sejalan dengan rencana di atas kertas. Masuknya kepentingan
politik praktis penguasa politik setempat berdampak terhadap netralitas pemegang profesi
pendidik. Karena itu, ada rencana mengembalikan status PNS guru ke pusat.

Sebaliknya, kemudahan program sertifikasi lewat portofolio berekses manipulasi data.


Diintrodusirlah ujian kompetensi awal yang berekses pada pengutipan uang oleh aparat,
seperti tersingkap di Sumatera Utara.

Dengan ekses-ekses itu, apakah program sertifikasi—tahun ini dikuota 250.000 dan hingga
2014 ditarget 2,7 juta—dihentikan? Lantas, semua guru dengan sembilan status mereka
selama ini semua diangkat sebagai PNS? Padahal, menurut Mendikbud Mohammad Nuh,
hanya 30 persen dari 650.000 tenaga honorer bisa diangkat sebagai PNS. Semua hendaknya
menjadi bahan pertimbangan.

Mengambil yang sedikit kejelekannya, program sertifikasi guru merupakan keniscayaan.


Ekses yang terjadi seminimal mungkin dicegah, selain tentu perlu diikuti tindak lanjut dari
apa yang dijanjikan bagi mereka.

Konkretnya? Di antaranya, bagi mereka yang sudah pegang sertifikasi guru segera berikanlah
hak mereka. Hentikan guru sebagai sapi perah oleh bermacam-macam instansi atau
kepentingan politik praktis.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Editorial atau Tajuk rencana adalah sikap, pandangan atau pendapat penerbit terhadap
masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan masyarakat. opini berisi pendapat dan
sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal,
atau kontroversial yang berkembang di masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi
diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang
bersangkutan. Menulis tajuk memerlukan situasi dan kondisi tertentu yang sangat
dipengaruhi oleh peristiwa atau kejadia dalam pemberitaan sehari-hari. Tajuk tidak bisa
mengupas suatu kejadian yang sudah lama berlangsung.

Tajuk rencana merupakan suara lembaga maka tidak ditulis dengan mencantumkan nama
penulisnya, seperti halnya menulis berita atau features. Idealnya tajuk rencana adalah
pekerjaan, dan hasil dari pemikiran kolektif dari segenap awak media. Jadi proses sebelum
penulisan tajuk rencana, terlebih dahulu diadakan rapat redaksi yang dihadiri oleh pemimpin
redaksi, redaktur pelaksana serta segenap jajaran redaktur yang berkompeten, untuk
menentukan sikap bersama terhadap suatu permasalahan krusial yang sedang berkembang di
masyarakat atau dalam kebijakan pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

Http://www.kabarindonesia.com/berita.php?%20pil=%2020%20&%20dn=20080305135954
Http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2012/05/28/editorial-sebuah-pikiran-
institusi-media-460526.html
Http://pelitaku.sabda.org/editorial_sekadar_pengantar_0
Http://www.flphadhramaut.com/2012/12/menulis-tajuk-recana-editorial.html
Http://pelitaku.sabda.org/langkah_langkah_menulis_editorial
http://sealee.wordpress.com/contoh-editorial/

Anda mungkin juga menyukai