Mhd Rizqi
180502033
Ripaldo Anas
180502016
HubunganMasyarakat (Reg B)
FEATURE
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah feature
tentang pengertian tentang freature dan jenis-jenisnya.
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah
freature ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Daftar Isi
Cover.................................................................................
Dafatr Isi............................................................................
Kata Pengantar.................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang..........................................................1
Rumusan Masalah.....................................................2
Tujuan Makalah.........................................................2
BAB II Pmbahasan.
2.1. Pengertian Feature...................................................3-5
2.2. Cri-ciri Feature .........................................................6
2.3. Unsur-Unsur Tulisan Features..................................7
2.3.1. Sifat-Sifat Feature..................................................7-9
2..3.2. Jenis-Jenis Feature..............................................9-11
2.3.3. Struktur Feature....................................................12
2.4. Teknik Penulisan Featur..........................................12-13
Contoh Feature..............................................................14-16
BAB III Penutup
3.1. Kesimpulan.............................................................17-18
3.2. Saran.......................................................................18
Daftar Pustaka................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi komunikasi telah berpengaruh terhadap peran media massa cetak.
Akibat perkembangan teknologi ini, media massa menjadi dijauhi dan menyebabkan manusia
purna aksara menjadi buta aksara lagi. Hal ini disesalkan Marshall Mc Luhan, bahwa
terdesaknya media cetak oleh media elektronik mengakibatkan tersisihnya sastra sebagai
salah satu mata rantai komunikasi antar generasi. Namun dengan hadirnya media massa
elektronik tidak menghapus keberadaan media massa cetak, bahkan diperlukan. Namun,
persaingan antara media massa cetak dan media massa elektronik membuat media masa cetak
harus memiliki sesuatu yang berbeda dari media massa elektronik. Di sinilah feature
mengambil perannya dalam persaingan antar jenis media ini. Feature sekarang ini merupakan
sesuatu yang tidak bisa tidak harus ada dalam surat kabar. Terutama dalam menghadapi
persaingan dengan media elektronik yang juga memiliki jenis feature udara.
Menulis features seperti halnya menulis karya nonfiksi lainnya, seperti artikel, esai, laporan
penelitian, dsb. Ia tetap ditulis dengan menggunakan data atau referensi. Namun, ia sangat
berbeda dengan hard news di surat kabar. Features cenderung dipaparkan secara hidup
sebagai pengungkapan daya kreativitas, kadang-kadang dengan sentuhan subjektivitas si
penulis terhadap peristiwa, situasi, dsb. Oleh karena itu pada makalah ini kami akan
membahas tuntas mengenai features.
Cerita feature adalah artikel yang kreatif, kadang kadang subyektif, yang terutama
dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu
kejadian, keadaan atau aspek kehidupan (Wicaksono, 2007). Menurut Santana K. (2005: 11)
kisah feature memang orisinal dan bersifat deskriptif. Bisa saja dalam sebuah feature
dipenuhi dengan orisinalitas dan deskripsi penulis yang menghibur, dan sedikit informasi.
Atau, penulisnya lebih banyak menginformasikan amatanya dengan sedikit menghibur.
Tulisan feature yang bagus mengkombinasikan segala aspeknya dengan baik dan
proporsional.
Feature adalah tulisan hasil reportase (peliputan) mengenai suatu objek atau peristiwa yang
bersifat memberikan informasi, mendidik, menghibur, meyakinkan, serta menggugah simpati
atau empati pembaca. (LeSPI, 1999-2000). Sisi-sisi kemanusiaan atauhuman
interest merupakan aspek yang paling dominan dalam sebuah produk tulisanfeature.
Pengertian feature yang demikian sebetulnya tidaklah begitu saklek karena masing-masing
penulis memiliki arti tersendiri. Dalam penulisan feature, kehendak, opini atau subyektifitas
pandangan penulis sangat mungkin untuk dimasukan, meskipun tidak secara mencolok. Opini
itu tersamar dalam pelukisan suasana, penggunaan contoh-contoh, serta penyertaan
narasumber pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan kredibilitasnya.
Santana (2005) mengemukakan, feature itu merupakan suatu informasi yang human interest ,
terkait dengan ketertarikan dan minat ornag tentang people (orang) danthings (pikiran orang
itu) , yang mungkin unusual (tidak lazim) dan ketidakbiasaan itu yang membuat informasi
tersebut menjadi menarik. Kisah human interest feature,menurut Santana (2005) menjadi
“hidup”, berwarna, ketika khalayak diajak membayangkan rincian atau detail, latarbelakang
peristiwa, dan tindakan-tindakan terentu. Cara demikian seakan-akan membawa pembaca
media cetak, pendengar radio atau pemirsa televisi ketempat kejadian. Mengikuti apa yang
diketahui dan dirasakan penulis, seperti sedih atau gembira.
Menurut Wiliamson, “Feature adalah tulisan kreatif yang terutama dirancang untuk memberi
informasi sambil menghibur tentang suatu kejadian situasi atau aspek kehidupan seseorang”.
Wiliamson menekankan pengertian feature pada unsur kreativitas (dalam penciptaan),
informatif (isinya) dan menghibur (gaya penulisannya) dan boleh subyektif (penuturannya).
Ketiga syarat utama ini mutlak ada dalam feature, sedangkan unsur subyektifitas tidak
mutlak.
Feature merupakan tulisan hasil reportase (peliputan) mengenai suatu objek atau peristiwa
yang bersifat memberikan informasi, mendidik, menghibur, meyakinkan, serta menggugah
simpati atau empati pembaca. (LeSPI, 1999-2000). Sisi-sisi kemanusiaan atau human
interest merupakan aspek yang paling dominan dalam sebuah penulisan feature. Dalam
penulisan feature, penulis sering memasukkan unsur kehendak, opini atau subyektifitas
pandangan dari penulis itu sendiri. Opini itu tersamar dalam pelukisan suasana, penggunaan
contoh-contoh, serta penyertaan nara sumber pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan
kredibilitasnya.
Feature dapat dikatakan juga sebagai artikel yang kreatif, terkadang subyektif, yang
dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu
kejadian, keadaan atau aspek kehidupan. Feature memungkinkan reporter ‘’menciptakan’’
sebuah cerita. Meskipun masih diikat etika bahwa tulisan harus akurat karangan fiktif dan
khayalan tidak boleh, reporter bisa mencari feature dalam pikirannya, setelah mengadakan
penelitian terhadap gagasannya itu. Secara kasar karya jurnalistik bisa dibagi menjadi tiga,
pertama straight/spot News berisi materi penting yang harus segera dilaporkan kepada publik
(sering pula disebut breaking news) Kedua, news feature, memanfaatkan materi penting pada
spot news, umumnya dengan memberikan unsur human/manusiawi di balik peristiwa yang
hangat terjadi atau dengan memberikan latarbelakang (konteks dan perspektif) melalui
interpretasi. Dan ketiga, feature bertujuan untuk menghibur melalui penggunaan materi yang
menarik tapi tidak selalu penting.
1. Lengkap
Sebuah feature disebut lengkap bila menyatukan bagian-bagian fakta dari suatu peristiwa, dan
memadukan jalan pikiran penulisnya dalam bagian pendahuluan, rincian atau uraian , dan
kesimpulan atau penutup (punch).
2. Melawan Kebasian
Feature dapat menjadi alat ampuh melawan kebiasaan berita. berita hanya berumur 24 jam.
Dengan feature, sebuah berita dapat dipoles menjadi menarik kembali dan tetap aktual.
3. Non Fiksi
Feature merupakan pengungkapan fakta-fakta yang dirangkai menjadi satu kesatuan dan
memebrikan gambaran yang jelas dan utuh kepada pembaca mengenai suatu peristiwa atau
suatu objek.
4. Bagian Dari Media Massa
Sebuah feature harus disajikan dalam media massa, baik cetak (surat kabar, majalah dan
buletin) maupun elektronik (televisi, radio, web dan blog)
5. Panjang tak Tentu
Belum ada ketentuan mengenai panjang pendeknya sebuah feature, sehingga
tulisanfeature sangat bervariasi tergantung penulisnya. Panjang pendeknya
sebuah feature tergantung pada penting-tidaknya peristiwa, menariknya aspek yang diungkap,
dan bagaimana penulis berusaha mewarnai feature sehingga memikat dari awal sampai akhir.
2.3.Unsur-Unsur Tulisan Features
Sebuah feature ditulis dengan gaya penulisan yang variatif dengan mampu membangkitkan
imajinasi pembacanya. Diksi atau pilihan kata, komposisi atau rangkaian kata-kata, kalimat
dan paragrafnya, dari fakta-fakta yang diperoleh ditulis tidak monoton, hidup
dan variatif. Feature disusun dengan penyajian yang bisa membuat pembaca mengendorkan
syaraf-syaraf yang tegang karena terlalu sibuk bekerja. Karena disajikan dengan gaya
santai, feature diharapkan dapat menghibur pembaca. Featureadalah bentuk komunikasi yang
santai. Feature banyak ditemukan dalam surat kabar mingguan. Sajiannya yang menghibur
dapat membantu pembaca untuk menyegaran kembali pemikirannya. Surat kabar mingguan
tidak tepat kalau isinya banyak berbentul berita langsung.
Feature bersifat subyektif. Yakni sangat tergantung sudut pandang, wawasan, intelektual,
ketrampilan, dan karakter penulisnya. Dalam menyusun feature, penulis dibolehkan
memasukkan unsur subjektivitas. Ini dimaksudkan agar featurebisa lebih menarik dan tersaji
dengan lancar. Wartawan boleh memasukkan perasaan atau emosional sebatas untuk
memudahkan penyajian, pikiran, dan pemahaman terhadap permasalahan
dalam feature. Subjektivitas pada feature hanya sebatas untuk memudahkan penyajian, tidak
untuk pengolahan data-data. Data-data yang subjektif hanya terdapat dalam sastra. Inilah
yang membedakan feature dengan sastra.
4. Informatif
ature membantu pembaca dengan memperjelas suatu keadaan untuk merasakan gambaran
dari suaru kejadian, atau mempengaruhinya bertindak atau percaya. Nilai
informativefeature berbeda dengan berita langsung yang benar-benar menyajikan informasi.
Informasi dalam feature lebih mendalam dan lengkap. Feature disusun dan ditujukan untuk
mengemukakan informasi-informasi penting dan bermanfaat bagi pembaca.Feature memuat
ibnformasi-informasi yang mungkin diabaikan dalam penulisan berita langsung. Banyak
persoalan yang tidak layak menjadi berita atau reportase, namun perlu dan bermanfaat untuk
diketahui masyarakat. Yang cocok untuk mengungkapkan hal ini adalah dengan melalui
feature.
1. Feature Berita
Tulisan feature yang lebih banyak mengandung unsur berita, berhubungan dengan peristiwa
actual yang menarik perhatian khalayak.
2. Feature Artikel
Tulisan feature yang lebih cenderung ke dalam sastra. Biasanya dikembangkan dari sebuah
berita yang tidak actual lagi atau berkurang aktualitasnya. Misalnya, tulisan mengenai
keadaan atau suatu kejadian, seseorang, suatu hal, suatu pemikiran, tentang ilmu
pengetahuan.dan lain-lain yang dikemukakan sebagai laporan (informasi) yang dikemas
secara ringan dan menghibur.
b. Feature pribadi-pribadi menarik atau feature biografi. Misalnya riwayat hidup seorang
tokoh yang meninggal, tentang seorang yang berprestasi, atau seseorang yang meiliki
keunikan sehingga bernilai berita tinggi.
d. Feature Sejarah yaitu tulisan tentang peristiwa masa lalu, misalnya peristiwa proklamasi
kemerdekaan, atau peristiwa keagamaan dengan memunculkan “tafsir baru” sehinggga tetap
terasa aktual untuk masa kini.
e. Feature Petunjuk Praktis (Tips), artikel, Guidance Feature, atau mengajarkan keahlian-
how to do it. Misalnya tentang memasak, merangkai bunga, membangu rumah, dan
sebagainya.
g. Feature Interpretatif yaitu menjelaskan beragam aspek sekolah atau kampus, atau
masyarakat pada umumnya, seperti pameran seni, pelajaran baru, perubahan syarat nilai
kelulusan, problem keuangan sekolah atau pemda, dan sebagainya.
h. Feature wawancara simposium adalah diskusi panel tentang topik terbaru yang menarik
pembaca. Beberapa contohnya adalah opini tentang sistem konseling, informasi mahasiswa,
uang jasa untuk dosen, persyaratan kelulusan dan lain sebagainya. Latar belakang penulis
harus dimasukkan dalam berita.
Struktur tulisan feature umumnya disusun seperti kerucut terbalik, yang terdiri dari:
1. Judul (head)
2. Teras (Lead). Lead, intro atau teras feature, berisi hal terpenting untuk menarikl perhatian
pembaca pada suatu hal yang akan dijadikan sudut pandang dimualinya penulisan
5. Penutup (ending) yang biasanya mengacu kepada lead, menimbulkan kenangan atau
kengerian, menyimpulkan yang telah diceritaakan atau mengajukan pertanyaan tanpa
Setelah reporter mengumpulkan informasi berita, maka selanjutnya adalah proses penulisan
dan penyusunan berita. Reporter harus menulis teras berita yang pendek tetapi menarik bagi
pembaca sehingga mereka tidak cepat-cepat beralih ke berita lain.
Teras dari tulisan feature bukan ringkasan isi berita. Teras feature sering kali berisi contoh,
kisah ringan atau pernyataan yang membuka nuansa berita. Teras berita yang unik, mencolok
dan menarik dapat diaplikasikan saat menulis tulisan feature.
Biasanya, feature punya paragraf utama atau paragraf fokus sesudah teras berita. Paragraf
inti atau fokus ini mengaitkan teras berita ke dalam fokus berita. Paragraf inti membantu
pembaca memahami point utama berita dan memberi alasan bagi pembaca mengapa ia harus
membaca berita tersebut. Paragraf utama akan memuat isi berita terkini jika berita feature ini
dikaitkan dengan suatu kejadian.
Berita feature dapat ditata dalam bentuk apa saja dan bisa di tulis dengan panjang. Penulis
sering menggunakan alat fiksi seperti ketegangan, kejutan, dialog, deskripsi, narasi dan
klimaks dalam menegmbangkan isi berita feature jika dimungkinkan dan tepat.
Tujuan utamanya adalah membuat berita terus mengalir dan menarik pembaca tanpa henti.
Susunlah berita sedemikian rupa sehingga pembaca dapat membaca dengan urutan logis.
Penataan susunan akan bervariasi bergantung pada tipe beritanya. berita feature dapat ditulis
secara kronologis. Atau bisa juga dengan teknik flashback seperti dalam film. Jika penulis
menggunakan elemen kejutan dan ketegangan, maka pikatlah perhatian pembaca dengan
sedikit informasi sembari tetap mempertahankan ketertarikan pembaca. Ini adalah tugas yang
amat sulit. Penulis feature harus menyusun outline struktur beritanya sebelum mereka
menulis.
Contoh feature:
Ditonton ribuan pasang mata, dua janda veteran perang gerilya dipanggil lewat pelantang
agar memasuki lapangan Ambarita. Pukul 11.00 siang itu, 17 Agustus 2013, pengibaran
bendera Merah Putih baru saja kelar dalam upacara peringatan dirgahayu Republik Indonesia.
Salah satu janda pejuang sempat terpinga-pinga setelah pejabat Kecamatan Simanindo
menyalamkannya sepucuk amplop putih. “Apa ini, Pak?” tanya dia kepada aparat yang
menjabat tangannya.
Dijawab bahwa isi amplop adalah sekadar bantuan dana tali asih bagi janda bekas pejuang
kemerdekaan.
“Oh, terima kasih untuk kalian.” Si nenek pun semringah, lalu kembali duduk.
Beberapa birokrat, anggota DPRD Samosir, dan tokoh masyarakat yang duduk di podium
bertepuk tangan.Saya menghampiri kedua istri veteran itu. Terlihat mereka diam-diam
membuka amplop. Isinya …, olala! Hanya satu lembar uang pecahan Rp50 ribu.
Ditanya bagaimana perasaannya memperoleh bantuan berupa uang receh, Tiorina Nainggolan
(82 tahun), salah satu janda veteran, berkomentar singkat: berapa pun jumlahnya, “Terima
kasih kepada pemerintah.”Suami Tiorina Nainggolan, Martogu Rumahorbo, meninggal pada
1994. Martogu ikut berperang di hutan Harangan Ganjang, Kabupaten Simalungun, sebelum
dan sampai tahun 1945.
Karena kendala administrasi, Martogu mesti berupaya selama sepuluh tahun sebelum
akhirnya mendapat dana tunjangan kehormatan veteran dari negara. Kini istrinyalah, Tiorina,
yang mencairkan dana Rp1 juta lebih sedikit itu saban bulan dari kantor pos.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Feature dalam arti luas merupakan tulisan-tulisan di luar berita, dapat berupa tulisan ringan,
berat, tajuk rencana, opini, sketsa, laporan pandangan mata dan sebagainya. Sedangkan dalam
arti sempit, feature adalah tulisan yang sifatnya dapat menghibur, mendidik, memberi
informasi, dan lain sebagainya mengenai aspek kehidupan dengan gaya yang bervariasi
(Zain, 1993).
Feature merupakan berita yang berfungsi sama dengan berita umumnya, tetapi dengan gaya
bahasanya yang terkesan seperti seni itu adalah ciri khas dari feature. Target yang ingin
dicapainya adalah perasaan pembaca bukan rasio, seperti sasaran berita umumnya.
Struktur tulisan feature umumnya disusun seperti kerucut terbalik, yang terdiri dari:
a)Judul (head),
b) Teras (Lead). Lead, intro atau teras feature,
c) Bridge atau jembatan antara lead dan body,
d)Tubuh tulisan (Body),
e) Penutup (ending).
Teknik Penulisan Feature terlebih dahulu reporter mengumpulkan informasi berita kemudian
proses penulisan dan penyusunan berita. Dalam penulisan berita reporter harus menulis teras
berita yang menarik, setelah itu, biasanya feature punya paragraf utama atau paragraf fokus
sesudah teras berita. Paragraf inti atau fokus ini mengaitkan teras berita ke dalam fokus
berita. Susunlah berita sedemikian rupa sehingga pembaca dapat membaca dengan urutan
logis.
3.2 Saran
Menulis feature sama halnya menulis karya nonfiksi lain, namun feature ditulis dalam
bentuksuatu informasi yang mengandung sisi human interest . Adabaiknya bagi yang ingin
menulis feature harus memerhatikan terlebih dahulu teknik-teknik penulisannya agar
mempermudah dalam menulis feature.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Syamsul M. Ramli, Jurnalistik Praktis untuk Pemula, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009
Ermanto, Wawasan Jurnalistik Praktis, Yogyakarta: Cinta Pena, 2005.
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, JURNALISTIK: Teori
dan Praktik,Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, Bogor: Ghalia Indonesia, 2008.
Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005
Tom E. Rolnicki,dkk, Pengantar Dasar Jurnalisme,Terj. Tri Wibowo
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.
Wahyudi J.B, Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,
1996.
Situs:
http://edukasi.kompasiana.com/2010/09/28/feature-271612.html
http://fimelrizqi.blogspot.com
http://grahamediaschool.com/penulisan-berita-feature/
REPORTASE
BAB I
PENDAHULUAN
2. Reportase Mendalam
Reportase ini mempunyai 3 jenis yaitu,
a. Reportase interpretatif
Pada umumnya, reportase interpretatif dikerjakan oleh banyak wartawan. Reportase
model ini, bertujuan untuk menjelaskan permasalahan sosial yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Misalnya, banyaknya remaja yang bunuh diri, semakin merajalelanya pencopet
dan penodong. Permasalahan ini disusun menjadi reportase dengan data-data yang dianalisis
dari para pakar yang diwawancarai para wartawan disajikan untuk menjelaskan permasalahan
yang terjadi. Dalam bukunya yang berjudul Kiat Praktis Jurnalistik, Yurnaldi mendefinisikan
reportase interpretatif sebagai pengungkapan peristiwa yang disertai usaha memberikan arti
pada peristiwa tersebut, menyajikan informasi. Jacob Oetama (1987: 195) juga menegaskan,
dalam reportase interpretatif dikaji latar belakang peristiwa, diperkirakan arah kecenderungan
perkembangan peristiwa, dihubungkan dengan peristiwa lain yang akan memberi
kelengkapan dan memperjelas makna dari peristiwa pokok yang dijadikan berita. Lebih
jelasnya, untuk menyusun reportase interpretatif, wartawan terlebih dahulu mengumpulkan
suatu analisis, kajian, dan interpretasi beberapa narasumber.
b. Reportase partisipatif
Pada dasarnya, reportase ini merupakan reportase yang lebih banyak ditentukan oleh
permasalahan yang akan disajikan. Reportase partisipatif dibuat untuk menyajikan kehidupan
sosial yang sebenarnya terjadi.
c. Reportase investigatif
Reportase investigatif adalah reportase yang mengangkat kasus-kasus kehidupan
sosial yang ada. Kasus yang dipilih biasanya yang benar-benar berbobot untuk disajkan.
Awalnya, permasalahan ini kelihatan samar-samar tapi benar-benar terjadi. Sebelum reortase
ini disusun, wartawan perlu mengumpulkan data dengan penelitian yang berkesinambungan,
sehingga tercipta laporan yang akurat, lengkap, dan bisa dipertanggungjawabkan. Karena
untuk pengumpulan data harus dilakukan penelitian atau pelacakan, maka reportase ini
disebut reportase investigatif. Para wartawan investigatif tidak mengikuti agenda orang lain
karena mereka sendirilah yang memutuskan apa yang bernilai untuk diliput, bukan karena
seorang pejabat atau seseorang lain yang meminta mereka meliput sesuatu. (Hikmat
Kusumaninggrat dan Purnama Kusumaninggrat, 2006: 259).
Permasalahan yang bisa diangkat misalnya: pejabat yang banyak memiliki istri
simpanan, Roti pemicu kanker, dan sebagainya.
2. Maksud tujuan,
3. Dalam rangka apa peristiwa diadakan,
4. Hal serupa kapan pernah diadakan, dan lain –lain.
Sifat reportase adalah sistematis dan kronologis. Naskah reportase berbentuk pointers
yang berisi hal-hal penting saja dan yang ada kaitan dengan apa yang dilaporkan. Di sini,
reporter dalam melakukan reportase tinggal mengombinasikan apa yang dilihatnya dengan
referensi lain yang relevan, yang sudah dicatat dalam bentuk pointers. Dalam proses reportase
ini, reporter dituntut memiliki keterampilan dalam melaporkan, dan keterampilan ini hanya
dapat diperoleh melalui pengalaman. Semakin banyak melakukan reportase, seorang reporter
akan semakin matang dalam melakukan reportase langsung di lapangan. Sebelum melakukan
reportase, seorang reporter perlu mempersiapkan diri secara sempurna, khususnya mencari
bahan-bahan reportase yang relevan. Misalnya, pada peristiwa “Peringatan Hari Angkatan
Bersenjata RI 5 Oktober”, materi reportase yang harus dipersiapkan antara lain:
- Sejarah ABRI,
- Siapa inspektur upacara dan komandan upacaranya,
- Latar belakang komandan upacara,
- Pasukan yang ikut upacara,
- Atraksi yang ditampilkan, dan lain-lain.
Dengan bahan-bahan yang telah dipersiapkan secara matang sebelum melakukan
reportase, reporter tidak akan kehabisan bahan dan kata-kata sehingga reportase dapat
berjalan dengan lancar, tanpa ada kesalahan sedikit pun.
2. Baru terjadi, bukan peristiwa lama. Peristiwa yang telah terjadi pada sepuluh tahun yang
lalu jelas tidak bisa menjadi berita atau objek reportase.
3. Unik, bukan sesuatu yang biasa. Seorang mahasiswa yang kuliah tiap hari adalah peristiwa
biasa. Akan tetapi, jika mahasiswa berkelahi dengan dosen didalam ruang kuliah, itu luar
biasa.
4. Asas keterkenalan. Kalu mobil Anda ditabrak mobil lain, hal itu tidak pantas menjadi
berita. Namun, kalau mobil yang ditumpangi Sri Sultan ditabrak mobil lain, itu akan menjadi
mobil dunia.
5. Asas kedekatan. Asas kedekatan ini bisa diukur secara geografis maupun kedekatan
emosional. Banjir di Cina yang telah menghanyutkan ratusan orang masih kalah nilai
beritanya dibandingkan banjir yang melanda Jakarta karena lebih dekat dengan kita yang ada
di Indonesia.
6. Magnitude (dampak suatu peristiwa). Demonstrasi yang dilakukan oleh sepuluh ribu
mahasiswa tentu lebih besar dampaknya dibanding demonstrasi oleh seratus mahasiswa.
7. Tren. Sesuatu bisa menjadi berita ketika menjadi kecenderungan yang meluas di
masyarakat. Misalnya, sekarang orang mudah marah dan membunuh pelaku kejahatan kecil
(pencuri, pencopet) dengan cara dibakar hidup-hidup.
4) Dalam menyusun paragraf demi paragraf tersebut, baru diingat faktor yang menyebabkan
kebosanan pembaca karena muatan bacaannya terlalu sarat.
5) Tetaplah mengacu ke pokok permasalahan atau topik, sepanjang menjalin dan menyusun
data di setiap paragraf.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Reportase merupakan kegiatan dari dunia jurnalistik yang berupa pencarian data dan fakta
secara mendalam sehingga dapat mengantarkan masyarakat kepada satu kesimpulan pendapat
melalui berbagai media elektronik maupun media cetak. Reportase mendalam akan lebih
mampu mengungkapkan dari pada sekedar laporan faktual. Reportase adalah kegiatan
jurnalistik dalam meliput langsung peristiwa atau kejadian di lapangan. Wartawan
mendatangi langsung tempat kejadian atau TKP (Tempat Kejadian Perkara) lalu
mengumpulkan fakta dan data seputar peristiwa tersebut. Di sini, reporter selain melaporkan
apa yang dilihat di lapangan, juga memberikan tambahan informasi yang ada relevansinya
dengan peristiwa yang sedang berlangsung.
Menurut Steve Weinberg, Reportase berasal dari bahasa Latin, reportare, yang berarti
membawa pulang sesuatu dari tempat lain. Reportase dan berita berbeda dalam teknik
penyajian, yaitu teknik reportase dan teknik penyajian berita. Sekalipun demikian, baik
reportase maupun berita, keduanya merupakan karya jurnalistik. Reportase berfungsi
menjelaskan atau melaporkan apa yang dilihat di lokasi kejadian, sedangkan berita berfungsi
menginformasikan fakta yang timbul sebagai akibat adanya suatu peristiwa dan atau
pendapat. Dengan demikian, reportase memiliki fungsi lebih luas, yaitu selain
menginformasikan, juga menjelaskan, sedangkan berita hanya menginformasikan fakta.
Saran
Diharapkan kedepannya agar pemberitaan di media dapat ditingkatkan lagi sumber
dan bukti yang akurat yang dicari di lapangan, dan juga wartawan lebih berhati-hati dalam
mencari bukti-bukti dilapangan karena wartawan sudah memiliki beberapa aturan hukum
diantara nya aturan hukum pers dan undang-undang penyiaran yang tidak bisa dilanggar.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Editorial atau tajuk rencana merupakan bagian tradisional dari surat kabar. Dalam radio dan
televise, editorial/tajuk rencana tidak begitu menonjol dan mendarah daging. Bahkan dalam
surat kabar, tajuk rencana baru muncul seabad lalu yang dimulai di Amerika. Pada saat itulah
penulisan tajuk rencana ditemukan menjadi terkenal ketika konsep penulisan berita secara
objektif mulai menjadi keharusan. Dalam surat-surat kabar tajuk rencana biasanya
ditempatkan di halaman opini dan biasanya ditulis oleh pemimpin redaksi surat kabar
bersangkutan. Ia menempati sebuah kotak dua kolom yang memanjang ke bawah dan
diletakkan disebelah pojok kiri atas halaman. Karena kekuatan atau kelemahan opini-opini
dan semangat yang dinyatakan dalam tajuk rencana tentang suatu isu merupakan pernyataan
seorang pribadi, tajuk rencana mencerminkan kepribadian – kepribadian mereka yang
menulisnya (apakah ia pemimpin redaksi atau seorang redaktur yang ditugasi menulis tajuk
rencana), meskipun ia dimaksudkan sebagai cerminan pendirian suatu Koran.
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan
PEMBAHASAN
1.1.Pengertian Editorial
Editorial atau Tajuk rencana adalah sikap, pandangan atau pendapat penerbit terhadap
masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan masyarakat. opini berisi pendapat dan
sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal,
atau kontroversial yang berkembang di masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi
diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang
bersangkutan. Menulis tajuk memerlukan situasi dan kondisi tertentu yang sangat
dipengaruhi oleh peristiwa atau kejadia dalam pemberitaan sehari-hari. Tajuk tidak bisa
mengupas suatu kejadian yang sudah lama berlangsung.
Menurut Lyle Spencer dalam bukunya “Editorial Writing” yang dikutip oleh Dja’far H.
Assegaff dalam bukunya “Jurnalistik Masa Kini”, tajuk rencana merupakan pernyataan
mengenai fakta dan opini secara singkat, logis, menarik ditinjau dari segi penulisan dan
bertujuan untuk mempengaruhi pendapat atau memberikan interpretasi terhadap suatu berita
yang menonjol sebegitu rupa sehingga bagi kebanyakan pembaca surat kabar akan menyimak
pentingnya arti berita yang ditajukkan tadi (Dja’far H. Assegaff : 1991).
Tajuk rencana merupakan suara lembaga maka tidak ditulis dengan mencantumkan nama
penulisnya, seperti halnya menulis berita atau features. Idealnya tajuk rencana adalah
pekerjaan, dan hasil dari pemikiran kolektif dari segenap awak media. Jadi proses sebelum
penulisan tajuk rencana, terlebih dahulu diadakan rapat redaksi yang dihadiri oleh pemimpin
redaksi, redaktur pelaksana serta segenap jajaran redaktur yang berkompeten, untuk
menentukan sikap bersama terhadap suatu permasalahan krusial yang sedang berkembang di
masyarakat atau dalam kebijakan pemerintah. Maka setelah tercapai pokok- pokok pikiran,
dituangkanlah dalam sikap yang kemudian dirangkum oleh awak redaksi yang telah ditunjuk
dalam rapat. Dalam Koran harian bisanya tajuk rencana ditulis secara bergantian, namun
semangat isinya tetap mecerminkan suara bersama setiap jajaran redakturnya. Dalam proses
ini reporter amat jarang dilibatkan, karena dinilai dari segi pengalaman serta tanggung
jawabnya yang terbatas.
Dalam penulisan editorial mula-mula anda harus menentukan tujuannya. Sehubungan dengan
itu empat tujuan editorial telah dikemukanan oleh William Pinkerton dari Harvard University.
Keempat tujuan tersebut sebagai berikut:
1. a. Editorial menjelaskan kejadian-kejadian penting kepada para pembaca. Editorial
berfungsi sebagai guru, menerangkan bagaimana suatu kejadian tertentu berlangsung,
faktor-faktor apa yang diperhitungkan untuk menghasilkan perubahan dalam
kebijakan pemerintah, dengan cara bagaimana kebijakan baru akan mempengaruhi
kehidupan sosial dan ekonomi suatu masyarakat.
2. b. Untuk memperlihatkan kelanjutan suatu peristiwa penting, editorial dapat
menggambarkan kejadian tersebut dengan latar belakang sejarah, yaitu
menghubungkannya dengan sesuatu yang telah terjadi sebelumnya.
3. c. Suatu Editorial kadang kadang menyajikan analisis yang melewati batas berbagai
peristiwa sekarang dengan tujuan meramalkan sesuatu yang akan terjadi pada masa
datang.
4. d. Menurut tradisi lama, para penulis editorial bertugas mempertahankan kata hati
masyarakat. Mereka diharapkan mempertahankan isu-isu moral dan mempertahankan
posisi mereka. Merek berkata kepada pembacanya tentang sesuatu yang benar dan
salah.
Dilihat dari perspektif yang sedikit berbeda, tujuan editorial dibagi dalam tiga kategori:
1. a. Memilih (selecting)
Pada langkah pertama, pilihlah isu-isu yang hendak diangkat. Perlu pertimbangan tersendiri
untuk menentukan isu apa yang hendak diangkat. Perbedaan pertimbangan inilah yang
membedakan pengangkatan isu setiap media berbeda-beda. Misalnya saja, pada kamis, 7
september 2007, media indonesia mengangkat masalah buruknya kompetensi transportasi di
indonesia. Sementara seputar indonesia mengangkat masalah siginifikansi apec.
1. b. Mengumpulkan (collecting)
Tahap berikutnya, kumpulkan pendukung yang akan memperkuat opini yang hendak
disampaikan. Pendukung berupa fakta-fakta seputar topik yang diangkat ini akan memberi
nilai objektivitas pada tulisan daripada sekadar opini belaka. Untuk memberikan nilai yang
lebih kuat, kumpulkanlah pendapat-pendapat yang berotoritas agar opini yang hendak
dikemukakan lebih berbobot.
1. c. Mengaitkan (connecting)
Langkah ketiga ialah menghubungkan atau mengaitkan. Sebelum menyusun draf editorial,
rembukkan dulu dengan anggota redaksi (ingatlah bahwa editorial itu mewakili sikap media
terkait). Isi editorial yang disampaikan harus jelas dan menyampaikan detail-detail yang
akurat, dilengkapi dengan contoh-contoh pendukung. Berikan argumen yang kuat pada awal
dan akhir editorial. Dalam hal ini, argumen yang dipertentangkan, berikut kelemahan-
kelemahannya dapat ditunjukkan. Jangan lupa, tawarkan solusi pada akhir editorial
1. d. Memperbaiki (correcting).
Akhirnya, lakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap hasil tulisan tersebut. Editorial itu
harus jelas dan bertenaga. Tapi jangan sampai menyerang pihak lain. Upayakan pula untuk
tidak terlalu mengajari. Susunan paragraf sebaiknya ringkas dan lugas. Sekali lagi, berbagai
contoh dan ilustrasi akan bermanfaat. Apalagi kutipan-kutipan yang berbobot, akan
menguatkan opini kita. Yang lebih penting lagi, kemukakan semua dengan jujur dan akurat.
Ada beberapa struktur yang bisa digunakan untuk menyusun sebuah editorial. Berikut ini
salah satunya.
1. “Lead” dengan penjelasan yang objektif terhadap isu/kontroversi tertentu. Jangan lupa
menyertakan prinsip 5W 1H.
Tariklah beragam fakta dan kutipan dari bahan-bahan yang relevan.
Untuk memperkuat posisi, lakukan riset tambahan seperlunya.
1. Kemukakan opini oposisi terlebih dahulu.
Sebagai penulis editorial, anda tidak seharusnya menyetujui opini yang mengemuka,
identifikasikan pihak-pihak yang bertentangan dengan anda.
Gunakan beragam fakta dan kutipan untuk menyatakan opinin mereka secara objektif.
Berikan posisi oposisi yang kuat. Anda tidak akan mendapat apa pun kalau
menyanggah posisi yang lemah.
1. Sanggah keyakinan pihak oposisi secara langsung. Sebelum benar-benar menyanggah,
artikel dapat diawali dengan sebuah transisi.
Tariklah fakta-fakta dan kutipan-kutipan dari orang-orang lain yang mendukung
posisi Anda.
Akui poin yang valid dari pihak oposisi yang akan membuat Anda tampak rasional,
yang mempertimbangkan seluruh pilihan.
1. Berikan alasan/analogi asli lainnya. Untuk mempertahankan posisi anda, berikan
alasan yang disajikan dalam urutan semakin kuat.
Gunakan alusi budaya atau literer yang akan memberikan kredibilitas dan rasa
inteligensi.
1. Simpulkan dengan tegas, berikan solusi dari masalah atau tantang pembaca untuk
berbagian memecahkan masalah.
Sebuah kutipan akan efektif, khususnya jika berasal dari sumber terpercaya.
Pertanyaan retoris dapat menjadi simpulan yang efektif juga. Sebab sering kali
pertanyaan seperti ini menyadarkan kalangan tertentu.
Sebagai alat mewujudkan mutu pendidikan, pertanyaan di atas perlu dijawab: harus! Itulah
salah satu upaya mengurai kesemrawutan persoalan guru.
Seabrek acara seremonial dan basa-basi menghormati guru. Barangkali terkecuali dosen, lirik
Oemar Bakri, jadi guru jujur berbakti meman makan hati, menyuarakan rintihan pemegang
profesi yang jumlahnya lebih dari 2,9 juta, lebih dari separuh PNS. Padahal, tak ada profesi
apa pun yang terbebas dari peranan dan andil guru.
Perbaikan terkesan basa-basi. Di antaranya, tidak diterjemahkan dalam penghargaan
kesejahteraan. Timbal balik itu tidak terjadi, bahkan guru sendiri harus memperjuangkannya.
Tunjangan profesi baru muncul beberapa tahun lalu, disusul tunjangan sertifikasi.
UU Guru Nomor 14 Tahun 2005 menegaskan guru sebagai profesi pendidik. Guru dan dosen
diangkat sebagai profesi, artinya para pemegangnya berhak mendapatkan hak-hak sekaligus
kewajiban profesional. Terus merosotnya mutu praksis pendidikan dan hasil pendidikan salah
satunya disebabkan faktor profesionalitas guru.
Padahal, menurut data Kemdikbud, guru yang layak mengajar di SD hanya sekitar 27 persen,
di SMP sekitar 58 persen, di SMA sekitar 65 persen, dan di SMK sekitar 56 persen. Selain
kualitas guru, jumlah guru—kecuali guru SD yang konon cukup tetapi tidak merata—menjadi
faktor masalah kronis profesi keguruan di Indonesia.
Menyelenggarakan program sertifikasi guru kita dukung sebagai salah satu sarana
peningkatan mutu guru. Menyerahkan status kepegawaian guru kepada daerah sejalan dengan
UU Otonomi Daerah, dilihat sebagai upaya memenuhi kebutuhan guru di daerah.
Di lapangan, program itu tidak sejalan dengan rencana di atas kertas. Masuknya kepentingan
politik praktis penguasa politik setempat berdampak terhadap netralitas pemegang profesi
pendidik. Karena itu, ada rencana mengembalikan status PNS guru ke pusat.
Dengan ekses-ekses itu, apakah program sertifikasi—tahun ini dikuota 250.000 dan hingga
2014 ditarget 2,7 juta—dihentikan? Lantas, semua guru dengan sembilan status mereka
selama ini semua diangkat sebagai PNS? Padahal, menurut Mendikbud Mohammad Nuh,
hanya 30 persen dari 650.000 tenaga honorer bisa diangkat sebagai PNS. Semua hendaknya
menjadi bahan pertimbangan.
Konkretnya? Di antaranya, bagi mereka yang sudah pegang sertifikasi guru segera berikanlah
hak mereka. Hentikan guru sebagai sapi perah oleh bermacam-macam instansi atau
kepentingan politik praktis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Editorial atau Tajuk rencana adalah sikap, pandangan atau pendapat penerbit terhadap
masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan masyarakat. opini berisi pendapat dan
sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal,
atau kontroversial yang berkembang di masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi
diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang
bersangkutan. Menulis tajuk memerlukan situasi dan kondisi tertentu yang sangat
dipengaruhi oleh peristiwa atau kejadia dalam pemberitaan sehari-hari. Tajuk tidak bisa
mengupas suatu kejadian yang sudah lama berlangsung.
Tajuk rencana merupakan suara lembaga maka tidak ditulis dengan mencantumkan nama
penulisnya, seperti halnya menulis berita atau features. Idealnya tajuk rencana adalah
pekerjaan, dan hasil dari pemikiran kolektif dari segenap awak media. Jadi proses sebelum
penulisan tajuk rencana, terlebih dahulu diadakan rapat redaksi yang dihadiri oleh pemimpin
redaksi, redaktur pelaksana serta segenap jajaran redaktur yang berkompeten, untuk
menentukan sikap bersama terhadap suatu permasalahan krusial yang sedang berkembang di
masyarakat atau dalam kebijakan pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Http://www.kabarindonesia.com/berita.php?%20pil=%2020%20&%20dn=20080305135954
Http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2012/05/28/editorial-sebuah-pikiran-
institusi-media-460526.html
Http://pelitaku.sabda.org/editorial_sekadar_pengantar_0
Http://www.flphadhramaut.com/2012/12/menulis-tajuk-recana-editorial.html
Http://pelitaku.sabda.org/langkah_langkah_menulis_editorial
http://sealee.wordpress.com/contoh-editorial/