Anda di halaman 1dari 26

.

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pada saat pasien berkunjung ke sebuah pelayanan kesehatan, harapan


pasien adalah mendapatkan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya dan dengan
waktu sesingkat-singkatnya.Pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas,
klinik swasta maupun dokter praktek sesungguhnya tidak hanya memberikan
pelayanan medis profesional namun juga memberikan pelayanan umum kepada
masyarakat. Selain mendapatkan pelayanan kesehatan sebaik- baiknya, pasien dan
keluarga juga mengharapkan kenyamanan dan keamanan baik dari segi petugas
yang cekatan, kenyamanan ruang tunggu, antrian yang tidak terlalu lama,
kebersihan toilet maupun dari sumber daya manusia yang bertugas ditempat
pelayanan kesehatan tersebut harus profesional. Selain itu instalasi rawat jalan
sebagai salah satu tempat pelayanan yang pertama, yang diharapkan pasien
maupun keluarga pasien adalah sebagai tempat pemberi informasi yang jelas
sebelum pasien mendapatkan tindakan / pelayanan berikutnya bahkan sampai
memerlukan rawat inap.
Sebagai bagian dari rumah sakit, insalasi rawat jalan berupaya meningkatkan
pelayanan kesehatan dan berusaha memenuhi segala aspesialisek mutu
kesehatan. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya serta tuntutan masyarakat
akan pemenuhan kesehatan yang prima maka instalasi rawat jalan Rumah Sakit
pelayanan diantaranya, terdiri dari :
a. Poli Kebidanan & Kandungan
b. Poli anak
c. Poli uroligi
d. Poli umum
e. Poli internist
f. Poli kulit dan kelamin
g. Poli gigi
h. Poli jantung & pembuluh darah
i. Poli mata
j. Poli THT
k. Poli Bedah Umum
l. Poli Bedah orthopedi
m. Poli saraf
n. Poli paru
o. Poli bedah anak
p. Poli anastesi
q. Poli bedah digestif
r. Poli kesehatan jiwa
Poli gizi

2. TUJUAN PEDOMAN
a. Tujuan khusus
Terwujudnya penyelanggaraan pelayanan kesehatan di instalasi rawat jalan
dengan mutu tinggi serta mengutamakan keselamatan pasien.
b. Tujuan umum
- Pelayanan kesehatan di instalasi rawat jalan dapat berjalan dengan baik
berdasarkan SPO sehingga keselamatan pasien dapat dimaksimalkan.
- Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata,terjangkau dengan
pengutamaan pada upaya preventif dan kuratif.
- Menciptakan instalasi rawat jalan dengan pelayanan yang nyaman dan
lingkungan yang aman.
- Menjadi instalasi rawat jalan dengan SDM yang berbelas kasih, asertif,
profesional, tim, dan sejahtera.

3. RUANG LINGKUP PELAYANAN

a. Ruang lingkup pelayanan klinik umum : Memberikan pelayanan dengan lingkup


yang terbatas yaitu pasien dengan diagnosa yang ringan dan di periksa oleh
dokter umum dan dokter gigi umum
b. Ruang lingkup pelayanan klinik spesialisesialis : Memberikan pelayanan kepada
pasien yang memerlukan penanganan lebih lanjut dengan dilayani oleh dokter
spesialis, yang meliputispesialis kebidanan & kandungan, anak, urologi, internist,
kulit & kelamin, bedah mulut, ortodentist, jantung & pembuluh darah, mata,THT,
bedah umum,bedah ortopedi, saraf, paru, bedah anak, bedah digestif, anastesi,
kesehatan jiwa.
c. Ruang lingkup pelayanan one day care : Memberikan pelayanan kepada pasien
yang memerlukan perawatan observasi selama sehari,setelah itu pasien bisa
dilihat lagi apakah sudah bisa diijinkan rawat jalan atau memerlukan rawat inap.

4. BATASAN OPERASIONAL
a. Pelayanan poliklinik
1) Klinik Umum dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan dan
penentuan diagnosa dan yang memeriksa adalah dokter umum dan dokter
gigi umum.
2) Klinik Obgyn dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan
kehamilan, konsultasi kandungan / alat kontrasepsi, penentuan diagnosa,
tindakan pemasangan dan lepas alat kontrasepsi iud. yang melayani adalah
dokter Spesialis.Obgyn.
3) Klinik Bedah umum dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan,
penentuan diagnosa dan rawat luka. Dokter yang melayani adalah dokter
Spesialis bedah umum
4) Klinik Dalam dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan dan
penentuan diagnosa. Dokter yang melayani adalah Spesialis penyakit dalam
5) Klinik Anak dimana didalamnya mencakup pelayanan
pemeriksaan,penentuan diagnosa serta pelayanan imunisasi. Dokter yang
melayani adalah Spesialis anak
6) Klinik THT dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan,
penentuan diagnosa,tindakan tht salah satunya adalah endoskopi,
audiometri, spolling, ekstraksi serumen. Dokter yang melayani adalah THT
7) Klinik Mata dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan,
penentuan diagnosa. Dokter yang melayani adalah Spesialis Mata
8) Klinik Gizi dimana didalamnya mencakup pelayanan konseling gizi.yang akan
di layani oleh Ahli Gizi.
9) Klinik jantung & pembuluh darah dimana didalamnya mencakup pelayanan
pemeriksaan, penentuan diagnosa, yang tindakannya meliputi EKG,
Treadmill, ECHO. Dokter yang melayani adalah Spesialis jantung &
pembuluh darah
10) Klinik saraf dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan,
penentuan diagnosa. Dokter yang melayani adalah Spesialis saraf
11) Klinik Kesehatan jiwa dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan,
penentuan diagnosa. Dokter yang melayani adalah Spesialis Jiwa
12) Klinik paru dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan,
penentuan diagnosa. Dokter yang melayani adalah Spesialis paru
13) Klinik orthopedi dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan,
penentuan diagnosa. Dokter yang melayani adalah Spesialis orthopedi
14) Klinik anastesi dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan,
penentuan diagnosa. Dokter yang melayani adalah Spesialis anastesi
15) Klinik digestif dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan,
penentuan diagnosa. Dokter yang melayani adalah Spesialis bedah digestif.
b. Pelayanan administrasi
1) Menerima daftar dari bagian admisi untuk didata dan membagi
pendistribusian ke poli pelayanan yang di tuju.
2) Mendata jumlah pasien untuk tiap tiap dokter.
3) Mencatat dan menerima pendaftaran per telepone bagi pasien yang kembali
kontrol klinik yang selanjutnya akan didaftarkan ke petugas pendaftaran.

5. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Pedoman Pelayanan Perinatal Pada Rumah Sakit Umum kelas C Dan D
Departemen Kesehatan 1991.
4. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
5. Standar Asuhan Keperawatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
1997.
6. Pedoman Uraian Tugas Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 1999.
7. Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2001.
8. Standar Peralatan Keperawatan Dan Kebidanan Di Sarana Kesehatan,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2001.
9. Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan Dan Kebidanan Di Sarana
Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2001.
10. Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia 2005.
11. Dasar-dasar Asuhan Kebidanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
2005.
12. Pedoman Penanggulangan KLB – DBD Bagi Keperawatan di RS Dan
Puskesmas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2006.
13. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
971/MENKES/PER/XI/2009 Tentang Standar Kompetensi Pejabat Struktural
Kesehatan.
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
Perawat.
17. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
18. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
19. Pedoman penyelenggaraan Rumah
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

1. KUALIFIKASI STANDAR MANUSIA


Kualifikasi sumber daya manusia yang ada di instalasi rawat jalan adalah :
a. Tenaga medis
Tenaga medis yang ada di instalasi rawat jalan adalah tenaga medis yang
bersertifikat,dan berkompeten dibidangnya dalam arti sudah lulus dari
pendidikan kedokteran baik sebagai dokter umum maupun dokter
spesialisesialis serta lulus dalam kredential yang di lakukan oleh komite
medik

b. Tenaga perawat
Untuk menunjang pelayanan perawatan di instalasi rawat jalan harus di
dukung oleh tenaga perawat yang memiliki ketrampilan, pendidikan dan
pelatihan yang mendukung dalam pelayanan instalasi rawat jalan.

c. Tenaga kesehatan lain


Dalam hal ini tenaga kesehatan lain juga juga diperlukan oleh instalasi rawat
jalan untuk mendukung berjalannya pelayanan rawat jalan,diantaranya ahli
gizi, farmasi, dan pekarya kesehatan yang terdidik dan terlatih.
2. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Nama jabatan Kualifikasi formal& Waktu kerja Jumlah sdm


in formal
Kepala intalasi Minimal lulusan Minimal 5 tahun 1
D3 Keperawatan

-Pelatihan
Manajemen
Bangsal

Perawat pelaksana - Minimal 8


lulusan D3
keperawatan
- S. Kep, Ns 5

Bidan Minimal lulusan 3


P2B / D3
kebidanan
Pekarya Minimal lulusan 1
Kesehatan SMA

3. PENGATURAN JAGA

Dalam pelayanan diinstalasi rawat jalan pengaturan jaga/ shift dinas diatur sebagai
berikut

Nama jabatan Jam masuk Jam pulang keterangan


Koordinator 07:00 wib 14:00 wib
Perawat pelaksana 07:00 wib 14:00 wib Shift pagi
BAB III
STANDAR FASILITAS

1. DENAH RUANG

Lantai 1 Lantai 2
Informasi Ruang

Poli Loket Ruang Ruang


Rawat
Mata Jalan Dokter

Poli Poli Poli Ruang


Penyakit
Dalam
Obgyn Gigi

Poli Umum Poli Poli Ruang


& Bedah
Umum Anak Gigi

K
K K
M
a
k k
2. DENAH FASILITAS

kelengkapan alat dalam instalasi rawat jalan Rumah sakit terdiri dari:

No Poli Fasilitas Jumlah Kondisi alat


Bai Rusa Rusak
k k berat
ringan
1 Obgyn - Komputer dan CPU 1 √
- Keybord dan mouse 1 √
- bantal 1 √
- Tempat tidur 1 √
- Tempat duduk pasien 2 √
- Kursi dokter 1 √
- Kursi bulat USG 1 √
- Tempat sampah √
infeksius 1 √
- Tempat sampah non √
infeksius 1 √
- USG 2 Dimensi Logiq 1 √
- UPS √
- Meja dokter 1 √
- Kolposkopi 1 √
- Lemari sedang 1 √
- Laci plastic 1 √
- Lampu sorot 1 √

2 Poli - Komputer dah CPU 1 √


anak - Keyboard dan mouse 1 √
- Bantal 1 √
- Tempat tidur 1 √
- tempat duduk pasien 4
- Tempat duduk Perawat √
/ Bidan 1 √
- Kursi dokter 1 √
- Meja dokter 1 √
- Tempat sampah
infeksius 1 √
- Tempat sampah non 1 √
infeksius 1 √
- Lemari 2 pintu sedang 1 √
- Stetoskop anak 1 √
- Thermometer Anak 1 √
- Timbangan Anak 1 √
- Timbangan Dewa 1 √
- Kursi Untuk 1 √
Timbangan anak
- Lemari Es 1 Pintu 1 √
- Cermin 1 √

3 Poli - Komputer dan CPU 1 √


umum& - Keyboard dan mouse 1 √
Bedah - Bantal 1 √
Umum - Tempat tidur 1 √
- Tempat duduk Perawat 2 √
- tempat duduk pasien 2 √
- Kursi dokter 1 √
- Meja dokter 1 √
- Tempat sampah 1 √
infeksius
- Tempat sampah non 1 √
infeksius 1 √
- Kotak laci kecil 1 √
- Troli Hitam 1 √
- Sterilisasi Alat 1 √
- Tempat Tangga
pijakan Pasien 1 √
- View rontgen medical 1 √
film
- Lampu Sorot Tindakan 1 √
- Troli Pembatas stainlis 1 √
- Stetoskop 1 √
- Tensi Meter duduk 1 √

Poli - Komputer dan CPU 1 √


Penyaki - Keyboard dan mouse 1 √
t Dalam - Bantal 1 √
- Tempat tidur 1 √
- Tempat duduk Perawat 2 √
- tempat duduk pasien 2 √
- Kursi dokter 1 √
- Meja dokter 1 √
- Tempat sampah 1 √
infeksius
- Tempat sampah non 1 √
infeksius
- Lemari Kaca kecil 1 √
- Tempat Tangga 1 √
pijakan Pasien
- View rontgen medical 1 √
film
- Troli Pembatas stainlis 1 √
- Stetoskop 1 √
- Tensi Meter duduk 1 √
- Thermometer 1 √

5 Poli gigi - Komputer dan CPU 1 √


- Keyboard dan mouse 1 √
- Tempat duduk pasien 1 √
- Kursi dokter 1 √
- Meja dokter 1 √
- Tempat sampah 1 √
infeksius √
- Tempat sampah non 1
infeksius √
- Lemari laci kecil 1 √
- Dental unit Genatus 2 √
- Lampu whitening teeth 1 √
monitex
- Troli stanlis 1 √
6 Poli - Komputer dan CPU 1 √
mata - Keyboard dan mouse 1 √
- Bantal 1 √
- Tempat tidur 1 √
- tempat duduk pasien 2 √
- Kursi dokter 1 √
- Meja dokter 1 √
- Tempat sampah 1 √
Infeksius 1 √
- Tempat sampah non 1
infeksius 1 √
- Lemari Kaca sedang 1 √
- Proyektor Eucaris tscp
700 1 √
- Remot proyektor 1 √
Eucaris 1 √
- Lensa meter Trial 1 √
lenset 1 √
BAB IV

Tata laksana palayanan dalam instalasi rawat jalan pada umumnya


dikerjakan secara team work, dilakukan sesuai asuhan keperawatan dan
terdokumentasikan dengan baik

1. PASIEN RAWAT JALAN

Setelah menerima list dari bagian rekam medik, petugas registrasi akan
memasukan data ke komputer rawat jalan untuk ke pelayanan dokter yang di tuju,
setelah teregister pasien siap ke pelayanan anamnesa yang terdiri dari timbang
badan, ukur suhu tubuh, tensimeter dan selanjutnya pasien siap untuk diperiksa
dokter sesuai antrian, sedangkan pasien yang memerlukan pemeriksaan darah
secara lengkap dan perlu ke radiologi, maka segera dibuatkan lembar permintaan
pemeriksaan ke laboratorium dan radiologi. Setelah semua hasil laboratorium dan
radiologi jadi, pasien kembali ke dokter untuk diperiksa. Setelah pasien
menyelesaikan tahap pemeriksaan dokter selanjutnya pasien menunggu di depan
kasir dan farmasi untuk pembayaran dan menerima obat.

Assessment awal pasien rawat jalan adalah prosedur yang harus dilakukan
untuk memperoleh semua informasi yang di butuhkan pasien, diagnostik, dan
tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
Alur masuk rawat jalan
Mulai

Pasien
Masuk poliklinik

Keperawatan Prosedur
Memeriksa kelengkapan administrasi penunjang
Mengentri data px ke divisi yang dituju
Prosedur
tindakan/one day
care DPJP menulis surat dan
DPJP assesment medis :
entri work order
anamnesa dan pemeriksaa
fisik

ya
Perlu penunjang ?

tidak

Perlu tindakan ?

tidak

Dpjp menulis
resep/surat
tidak Perlu MRS?
kontro/rujuk balik

tidak ya
Kasus bedah?

ya

Selesai DPJP bedah

Menulis permintaasn MRS


1.

1.

2. PASIEN ONE DAY CARE

Pasien one day care adalah pasien yang memerlukan perawatan dan
observasi dalam satu hari, apabila dalam satu hari perawatan / observasi tersebut
pasien belum ada perubahan kondisi yang lebih baik maka pasien dianjurkan untuk
rawat inap. Pelayanan one day care bekerjasama dengan instalasi rawat jalan untuk
proses observasi yang lebih baik.
BAB V
KESELAMATAN PASIEN

1. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko, Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

2. Tujuan :
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.

3. Programme WHO, World Alliance for Patient Safety


Pada Januari 2002 Executive Board WHO menyusun usulan resolusi, dan
kemudian diajukan pada World Health Assembly ke 55 Mei 2002, dan diterbitkan
sebagai Resolusi WHA55.18. Selanjutnya pada World Health Assembly ke 57
Mei 2004, diputuskan membentuk aliansi International untuk peningkatan
keselamatan pasien dengan sebutan World Alliance for Patient Safety, dan
ditunjuk Sir Liam Donaldson sebagai Ketua.
World Alliance for patient safety pada tahun 2004 menerbitkan 6 program
keselamatan pasien, dan tahun 2005 menambah 4 program lagi, keseluruhan 10
program WHO untuk keselamatan pasien adalah sbb :
a. Global Patient Safety Challenge :
b. Ist Challenge : 2005-2006 : Clean Care is Safer Care,
c. 2nd Challenge : 2007-2008 : Safe Surgery Safe Lives
d. Patient for Patient Safety
e. Taxonomy for Patient Safety
f. Research for Patient Safety
g. Solutions for Patient Safety
h. Reporting and Learning
i. Safety in action
j. Technology for Patient Safety
k. Care of acutely ill patients
l. Patient safety knowledge at your fingertips

4. Sembilan Solusi Keselamatan Pasien di Rumah Sakit


WHO Collaborating Centre for Patient Safety, dimotori oleh Joint
Commission International, Suatu badan akreditasi dari Amerika Serikat, mulai
tahun 2005 mengumpulkan pakar keselamatan pasien dari lebih 100 Negara,
dengan kegiatan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah
keselamatan pasien, dan mencari solusi berupa sistem atau intervensi sehingga
mampu mencegah atau mengurangi cedera pasien dan meningkatkan
keselamatan pasien. Pada tgl 2 Mei 2007 WHO Colaborating Centre for Patient
Safety resmi menerbitkan panduan “Nine Life-Saving Patient Safety Solutions”
(“Sembilan Solusi Keselamatan Pasien Rumah Sakit”).
Sembilan topik yang diberikan solusinya adalah sbb:
a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike
Medication Names)
b. Pastikan Identifikasi pasien
c. Komunikasi secara benar saat serah terima/pengoperan pasien
d. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
e. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)
f. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
g. Hindari salah kateter dan salah sambung slang (tube)
h. Gunakan alat injeksi sekali pakai
i. Tingkatkan kebersihan tangan (Hand hygiene) untuk pencegahan infeksi
nosokomial

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Didalam instalasi rawat jalan ada beberapa
standar yang harus dilaksanakan dalam keselamatan pasien :

a. Ketepatan identitas, dalam hal ini target yang harus terpenuhi adalah 100
%. Label identitas tidak tepat apabila tidak terpasang, salah pasang, salah
penulisan nama, salah penulisan gelar ( Tn,Ny,Sdr,An ) salah jenis kelamin dan
salah alamat.
b. Terpasang gelang identitas bagi pasien yang akan rawat inap, dalam hal ini
target yang harus terpenuhi adalah 100 %.
c. Bagi perawat atau petugas kesehatan yang memerlukan konsul dengan dokter
via telpon harus menggunakan metode SBAR, target yang harus terpenuhi 100
%.
d. Ketepatan penyampaian hasil penunjang harus 100 %.yang dimaksud tidak tepat
apabila salah ketik, salah memasukkan diberkas pasien / list pasien lain.
e. Ketepatan pemberian obat yang meliputi tepat identitas/pasien, tepat obat, tepat
dosis, tepat cara/rute (oral, parental, topikal, rektal, inhalasi ), tepat waktu dan
tepat dokumentasi.
BAB VI

KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman
baik itu bagi pekerjanya,perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan disekitar
tempat kerja tersebut.Mengacu pada pengertian tersebut maka diharapkan setiap
petugas medis maupun non medis dapat menerapkan sistem keselamatan kerja
diantaranya ;

TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT


Mengacu kepada standar keselamatan pasien (Permenkes
1691/MENKES/PER/VIII/2011), maka RS Umum Daerah Besuki harus merancang
proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja
melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja mutu serta keselamatan pasien.
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi,misi, dan tujuan RS
Umum Daerah Besuki, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis
terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi
pasien sesuai dengan “ Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit”
Berkaitan hal tersebut diatas maka perlu ada kejelasan perihal tujuh langkah
keselamatan pasien rumah sakit tersebut
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah sebagai
berikut:

A. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN


Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan:
1. Tingkat Rumah Sakit :
a. RS Umum Daerah Besuki telah memiliki kebijakan yang menjabarkan
apa yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana
langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa
yang harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga
b. RS Umum Daerah Besuki telah memiliki kebijakan dan prosedur yang
menjabarkan peran dan akuntabilitas individual bilamana ada insiden.
c. RS Umum Daerah Besuki telah berupaya menumbuhkan budaya
pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah sakit.
d. Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan
pasien.

2. Tingkat Unit Kerja/Tim :


a. Pastikan semua rekan sekerja merasa mampu untuk berbicara mengenai
kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden.
b. Demonstrasikan kepada seluruh personil ukuran-ukuran yang dipakai di
RS Umum Daerah Besuki untuk memastikan semua laporan dibuat secara
terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi
yang tepat

B. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA


Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan
Pasien di seluruh jajaran RS Umum Daerah Besuki .
Langkah penerapan :
1. Tingkat Rumah Sakit :
a. Direksi bertanggung jawab atas keselamatan pasien
b. Telah dibentuk Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien yang ditugaskan
untuk menjadi “penggerak” dalam gerakan keselamatan pasien
c. Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat jajaran Direksi
maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit
d. Keselamatan Pasien menjadi materi dalam semua program orientasi dan
pelatihan di RS Umum Daerah Besuki . dan dilaksanakan evaluai dengan
pre dan post test.
2. Tingkat Unit Kerja/Tim :
 Semua pimpinan unit kerja wajib memimpin gerakan Keselamatan Pasien
 Selalu jelaskan kepada seluruh personil relevansi dan pentingnya serta
manfaat bagi mereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien
 Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden

C. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO


Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi
dan asesmen hal yang potensial bermasalah.
Langkah penerapan:
1. Tingkat Rumah Sakit :
a. Telah kembali input dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis
dan non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi
dengan Keselamatan Pasien dan staf
b. Kembangkan indikator-indikator kinerja mutu dan Insiden Keselamatan
Pasien (IKP) bagi sistem pengelolaan risiko yang dapat dimonitor oleh
Direksi/Manajer Rumah Sakit RS Umum Daerah Besuki
c. Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif
meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
2. Tingkat Unit Kerja/Tim:
a. Dalam setiap rapat koordinasi selalu laksanakan diskusi tentang hal-hal
yang berkaitan dengan Keselamatan Pasien guna memberikan umpan
balik kepada Manajer terkait
b. Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen
risiko rumah sakit
c. Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan
akseptabilitas setiap risiko, dan ambilah langkah-langkah yang tepat untuk
memperkecil risiko tersebut
d. Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke
proses asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.
D. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN
Pastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden,
serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (KKPRS).

Langkah penerapan :
1. Tingkat Rumah Sakit
Sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar rumah sakit mengacu
pada Pedoman Keselamatan Pasien RS Umum Daerah Besuki .
2. Tingkat Unit Kerja/Tim :
Berikan semangat kepada seluruh personil untuk secara aktif melaporkan
setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi
juga, karena mengandung bahan pelajaran yang penting.

E. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN


Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
Langkah penerapan :
1. Tingkat rumah sakit :
a. RS Umum Daerah Besuki memiliki kebijakan dan pedoman yang jelas
tentang cara-cara komunikasi terbuka selama proses asuhan tentang
insiden dengan para pasien dan keluarganya.
b. Seluruh staf RS harapan keluaraga terkait harus mampu memastikan
bahwa pasien dan keluarga mendapat informasi yang benar dan jelas
bilamana terjadi insiden.
c. Seluruh jajaran manajerial harus mampu memberi dukungan, pelatihan
dan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka kepada pasien
dan keluarganya.
2. Tingkat Unit Kerja/Tim :
a. Pastikan seluruh personil menghargai dan mendukung keterlibatan pasien
dan keluarganya bila telah terjadi insiden.
b. Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi
insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan
benar secara tepat.
c. Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada
pasien dan keluarganya.

F. BELAJAR DAN BERBAGI PENGALAMAN TENTANG KESELAMATAN PASIEN


Seluruh staf harus mampu untuk melakukan analisis akar masalah untuk
belajar bagaimana dan mengapa KTD itu timbul.
Langkah penerapan:
1. Tingkat Rumah Sakit:
a. Pastikan staf yang tekait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden
secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab.
b. Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria
pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA) yang
mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali per tahun
melakukan melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk
proses risiko tinggi.
2. Tingkat Unit Kerja/Tim:
a. Diskusikan dalam jajaran unit/tim pengalaman dari hasil analisis insiden.
b. Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa
depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.

G. CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KESELAMATAN PASIEN


Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan.
Langkah Penerapan:
1. Tingkat Rumah Sakit :
a. Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk
menentukan solusi.
b. Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (input dan
proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk
penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan pasien.
c. Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.
d. Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-PERSI.
e. Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas
insiden yang dilaporkan.
2. Tingkat Unit Kerja/Tim :
a. Libatkan seluruh personil dalam mengembangkan berbagai cara untuk
membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
b. Telah kembali perubahan-perubahan yang telah dibuat dan pastikan
pelaksanaannya.
c. Pastikan seluruh personil menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut
tentang insiden yang dilaporkan
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
BAB VIII

PENUTUP

Pada prinsipnya pelayanan instalasi rawat jalan adalah bagian pelayanan


dari Rumah Sakit yang tidak hanya memberikan pelayanan berdasarkan
pemenuhan target finansial saja, tetapi sebuah pelayanan yang mengedepankan
akan kasih dan mengutamakan keselamatan pasien dengan cara meningkatkan
sumber daya manusia melalui pendidikan ataupun pelatihan – pelatihan.

Semoga dengan adanya buku pedoman pelayanan ini pelayanan di


Instalasi Rawat Jalan dapat berjalan dengan baik serta semakin dipercaya oleh
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai