Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan dibahas teori tentang : (1) Konsep Dasar Keluarga (2) Konsep Gastritis (3)

Konsep Pola Makan Pasien Gastritis

2.1 Konsep Dasar Keluarga


2.1.1 Pengertian Keluarga

Keluarga sebagai satuan kelompok individu di dalam keluarga dapat menimbulkan,

mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri.

Hampir setiap masalah kesehatan individu di dalam keluarga mulai dari awal sampai akhir akan

dipengaruhi oleh keluarga. Keluarga mempunyai peran utama dalam memelihara kesehatan

seluruh anggota keluarganya dan bukan individu itu sendiri yang mengusahakan tercapainya

tingkat kesehatan yang diinginkan Friedman (2010)

2.1.2 Tipe Keluarga


Menurut Salomon (2009), tipe keluarga meliputi :
1) Nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan satu atau lebih anak. Jenis keluarga ini cenderung

memiliki anggota keluarga yang lebih sedikit dibandingkan dengan extended family. Dalam

jenis kelurga ini biasanya pihak yang memiliki wewenang yang lebih besar dalam mengambil

keputusan terletak pada orang tua. Hal tersebutakan mulai berubah seiring dengan

pertambahan usia anak, hingga akhirnya anak mampu membuat keputusannya sendiri.
2) Extended family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang tinggal bersama yang biasanya terdiri dari kakek,

nenek, paman, bib dan keponakan. Keluarga jenis ini tentunya memiliki kebutuhan yang lebih
beragam apabila dibandingkan dengan nuclear family. Hal ini disebabkan jumlah anggota

keluarga yang lebih banyak sehingga kebutuhannya menjadi lebih beragam. Misalnya saja

anak-anak membutuhkan matras single untuk tidur dengan ukuran yang lebih kecil, untuk

ayah dan ibu membutuhkan matras double dengan ukuran lebih lebar karena digunakan

bersama, sedangkan untuk nenek atau kakeh bisa jadi membutuhkan matras single atau

double namun dengan ukuran yang lebih panjang dibandingkan dengan matras anak.
2.1.3 Tugas Keluarga
Menurut Salvari Gusti (2013) tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan setiap

anggota keluarga terdiri dari :


1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
2) Kemampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
4) Kemampuan keluarga mempertahankan suasana rumah yang sehat
5) Kemampuan keluarga menggunkan fasilitas/pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
2.1.4 Struktur keluarga

Menurut Harmoko (2012) membagi struktur keluarga menjadi empat elemen, yaitu :

1) Struktur komunikasi keluarga.

Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara emosional, komunikasi verbal

dan non verbal, komunikasi sirkular. Komunikasi emosional memungkinkan setiap individu

dalam keluarga dapat mengekspresikan perasaan seperti bahagia, sedih, atau marah diantara

para anggota keluarga. Pada komunikasi verbal anggota keluarga dapat mengungkapkan apa

yang diinginkan melalui kata-kata yang diikuti dengan bahasa non verbal seperti gerakan

tubuh. Komunikasi sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga,

misalnya pada saat istri marah pada suami, maka suami akan mengklarifikasi kepada istri apa

yang membuat istri marah.

2) Struktur peran keluarga.

Peran masing-masing anggaota keluarga baik secara formal maupun


informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga. Struktur nilai dan norma

keluarga. Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik atau

bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran yang dilakukan manusia, berasal dari nilai

budaya terkait. Norma mengarah kepada nilai yang dianut masyarakat, dimana norma-norma

dipelajari sejak kecil. Nilai merupakan prilaku motivasi diekspresikan melalui perasaan dan

perilaku.

2.1.5 Fungsi Keluarga


Menurut Zulkahfi (2015), menyatakan bahwa fungsi keluarga dibagi menjadi lima yaitu :
1) Fungsi Afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan

segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

Fungsi ini dihubungkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2) Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi (socialization and social placement function)

adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan social sebelum

meninggalkan rumah untuk berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk

berhubungan dengan orang lain diluar rumah.


3) Fungsi Reproduksi (the reproductive function), yaitu keluarga berfungsi untuk

mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.


4) Fungsi Ekonomi (the economic function), yaitu keluargaberfungsi untuk memenuhi

kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan

individu meningkatan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.


5) Fungsi Perawatan/Pemeliharaan Kesehatan (the health care function), yaitu fungsi untuk

mempertahankan keadaan anggota keluarga tetap memiliki prokdutivitas tinggi


2.1.6 Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut Jhonson L dan leny R (2010), ada delapan tahap

yaitu:
1) Keluarga Baru Menikah
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk

keluarga melalui perkawinanyang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-

masing :
(1) Membina hubungan intim yang memuaskan,
(2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
(3) Mendiskusikan rencana memiliki anak
2) Keluarga dengan Anak Baru Lahir
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak

pertama berkelanjutan sampai anak pertama berusia 30 bulan.


(1) Mempersiapkan menjadi orang tua.
(2) Adaptasi dengan perubahan anggota, interaksi keluarga, hubungan seksual dan

kegiatan.
(3) Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan.
3) Keluarga dengan Anak Baru Lahir
Tahap in dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5tahun) dan berakhir saat anak berusia 5

tahun:
(1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan

rasa aman.
(2) Membatu anak untuk bersosialisasi
(3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain (tua)

juga harus terpenuhi.


(4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam maupun diluar keluarga (keluarga

lain dan lingkungan sekitar)


(5) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan

perkembangan anak.
4) Keluarga dengan Anak Sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.

Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga kluarga

sangat sibuk :
(1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan

lebih luas ( yang tidak/kurang diperoleh dari sekolah atau masyarakat).


(2) Mempertahankan keintiman pasangan.
(3) Memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat, termasuk biaya kehidupan dan

kesehatan anggota keluarga.


5) Keluarga dengan Anak Remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6

sampai 7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.

Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta

kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
(1) Memberi kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, meningkat remaja

adalah seorang dewasa muda yang memiliki otonomi


(2) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga
(3) Mempertahankan komunikasi, terbuka antara anak dan orang tua. Hindari terjadinya

perdebatan, kecurigaann dan permusuhan.


(4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan (anggota) keluarga untuk

memenuhu kebutuhan tumbuh kembang keluarga.


6) Keluarga Mulai Melepas Anak Sebagai Dewasa
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada

saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini bergantung dari jumah anak

dalam keluarga atau jika ada anak yang belumbekeluarga dan tetap tinggal bersama orang

tua :
(1) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar.
(2) Mempertahankan keintiman pasangan.
(3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat.
(4) Penataan kembali peran orang tua dan keinginan dirumah.
7) Keluarga Usia Pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat

pensiun atau salah satu pasangan meninggal :


(1) Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan.
(2) Mempertahankan hubungan yang seasi dan memuaskan dengan teman anak-anaknya

dan sebaya.
(3) Meningkatkan keakraban pasangan
8) Keluarga Usia Lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga inti dimulai saat salah satu pasangan

pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal :
(1) Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan

pasangannya
(2) Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi : kehilangan pasangan, kekuatan fisik

dan penghasilan keluarga.


(3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
(4) Melakukan life review masa lalu
2.1.7 Peran Keluarga
Peran Andarmoyo (2012) menunjuk kepada beberapa perilaku yang kurang lebih bersifat

homogeny, yang didefinisikan dan diharapkan secara normative dari seseorang okupan dalam

situasi social tertentu. Peran didasarkan pada preskripsi dan harapan peran yang menerangkan

apa yang individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan

mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran tersebut


Macam-macam peran keluarga meliputi :
1) Peran formal keluarga
(1) Peran parenteral dan perkawinan
Delapan peran dasar yang membentuk bentuk social sebagai suami-ayah dan istri-ibu.

Peran tersebut adalah :


a) Peran Provider/ penyedia
b) Peran mengatur rumah tangga
c) Peran perawatan anak
d) Peran sosialisasi anak
e) Peran rekreasi
f) Peran persaudaraan (memelihara keluarga paternal dan maternal)
g) Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan
h) Peran seksual
(2) Peran anak
Peran anak adalah melaksanakan tugas perkembangan dan pertumbuhan fisik, psikis,

sosial.
(3) Peran kakek/nenek
Peran kakek/nenek dalam keluarga adalah : Semata-mata hadir dalam keluarga, pengawal

(menjaga dan melindungi bila diperlukan), menjadi hakim (arbitrator), negosiasi, antara

anak dan orang tua, menjadi partisipan aktif dan menciptakan keterkaitan antara masalalu

dengan masa sekarang serta masa depan.


1) Peran informal keluarga
Peran inbersifat impilsit biasanya tidak tampak ke permukaan dan dimainkan hanya

untuk memenuhi kebutuhan emosional individu dan atau untuk menjaga keseimbangan dalam

keluarga. Keberadaan peran informal penting bagi tuntutan-tuntutan integratif dan adaptif

kelompok keluarga. Beberapa contoh peran informal yang bersifat adaptif dan merusak

kesejahteraan keluarga diantaranya sebagai berikut :


(1) Pendorong
Pendorong memuji, setuju dengan, dan menerima konstribusi dari orang lain. Akibatnya

dapar merangkul orang lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran mereka

penting dan bernilai untuk didengar


(2) Pengharmonis
Pengharmonis menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota menghibur

menyatukan kembali perbedaan pendapat.


(3) Inisiator-konstributor
Insiator-konstributor mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara

mengingat masalah-masalah atau tujuan kelompok.


(4) Pendamai
Pendamai (compromiser) merupakan salah satu bagian dari konflik dan ketidaksepakatan.

Pendamai menyatakan posisinya dan mengakui kesalahannya, atau menawarkan

penyelesaian “setengah jalan”.


(5) Penghalang
Penghalang cenderung negatif terhadap semua ide yang ditolak tanpa alasan.

(6) Dominator
Dominator cenderung memaksakan kekuasaan atau superioritas dengan memanipulasi

anggota kelompok tertentu dan membanggakan kekuasaannya dan bertindak seakan-akan

mengetahui segala-galanya dan tampil sempurna.


(7) Perawat keluarga
Perawat keluarga adalah orang yang terpanggil untuk merawat dan mengaruh anggota

keluarga lain yang membutuhkan.


(8) Penghubung keluarga
Penghubung keluarga adalah penghubung, ia (biasanya ibu) mengirim dan memonitor

komunikasi dalam keluarga.


Ciri-ciri peran keluarga yaitu :
1) Terorganisasi, yaitu adanya interaksi
1) Terdapat keterbatasan dalam menjalankan tugas dan fungsi
2) Terdapat perbedaan dan kekhususan
b) DAFTAR PUSTAKA
c) Adisasmito, Wiku (2012). Sistem Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers
d) Agus Priyanto, Sri Lestari. (2009). Endoscopi Gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika
e) Almatsier, S. ( 2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
f) Andarmoyo (2012), Keperawatan Keluarga. Yogyakarta. Graha ilmu.
g) David, Goodman. A Parent’s Guide to The Emotional Needs. (New York: Nowthorn Book,

Inc Publisher, 2007)


h) Departemen Kesehatan RI. (2008). Buku Kesehatan Ibu dan Anak Gerakan Nasional

Pemantauan Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.


i) Dharma, K. K. (2011). Metodelogi Penelitian Keperawatan: Pedoman Melaksanakan dan

Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: CV. Trans Info Media.


j) Friedman,(2010). Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan Praktek. Jakarta : EGC
k) Harmoko. (2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
l) Hidayat, A A. (2018). Metodologi Penelitian. Jakarta: Salemba Medika
m) Ikatan Apoteker Indonesia (IAI). 2010. Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia. Jakarta :

PT.ISFI Penerbitan.
n) Jhoson&Lenny, (2010). KeperawatanKeluarga. Jakarta : EGC
o) Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Pelayanan

Primer Edisi 1.
p) Kimberly A.J. Bilotta. (2011). Kapita Selekta Penyakit Dalam : dengan Implikasi

Keperawatan. Jakarta : EGC


q) Muttaqin, Arif. (2011). Gangguan Gastrointestinal : aplikasi Asuhan Keperawatan medical

bedah. Jakarta : Salemba Medika


r) Notoadmodjo, dkk. (2013). The Effecs Of Health Educatoin On The Knowledge and

Behavior Of Gastritis Prevention. Vol.4. No.5.


s) Nursalam. (2013). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Jakarta:

Salemba Medika
t) Nursalam. (2016). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis . Edisi 4.

Jakarta: Salemba Medika.


u) Reni Wulan Sari, M.Kes dkk., Dangerous Funk Food, (Yogyakarta: Penerbit O2, 2008)
v) Salvari. (2013). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media
w) Saraswati, W. (2015). Gambaran Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Klien
x) Septikasari, Majestika, S.ST, MPH, Status Gizi dan Faktor yang Mempengaruhi,

(Yogyakarta: UNY Press, 2018)


y) Smelther & Bare. (2013). Keperawatan Medikal Bedah.-Jakarta : EGC
z) Solomon,(2009). Consumer Behaviour: Buying, Having, And Being, 8th ed. New Jersey:

Pearson Prentice Hall.


aa) Sulistyoningsih H., 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
bb) Suratun, Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan klien gangguan sistem Gastrointestinal.-

Jakarta : Trans Info Media


cc) Syamsu, Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Rosdakarya, 2009)
dd) Yusuf Olii & Salamanja. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Tombulilato Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone

Balango.

Anda mungkin juga menyukai