Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN AKHIR STUDI

GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN POLA


MAKAN PADA PASIEN GASTRITIS DI UPT PUSKESMAS LAMONGAN

Oleh :

MAULIDATUL FARIKHAH
NIM: 151611913063

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019

i
LAPORAN AKHIR STUDI

GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN POLA


MAKAN PADA PASIEN GASTRITIS DI UPT PUSKESMAS LAMONGAN

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar


Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep.)

Oleh

MAULIDATUL FARIKHAH
NIM: 151611913063

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019

ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : MAULIDATUL FARIKHAH

NIM : 151611913063

Tempat/Tanggal Lahir : Lamongan, 04 Juli 1998

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Fakultas : Fakultas Vokasi

Universitas : Universitas Airlangga

Menyatakan bahwa Laporan Akhir Studi yang berjudul “Gambaran Peran

Keluarga dalam Pemenuhan Pola Makan pada Pasien Gastritis Di UPT Puskesmas

Lamongan” adalah benar-benar hasil karya sendiri dan bukan karya orang lain

baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam kutipan yang telah disebutkan

sumbernya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila

dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas

Airlangga Surabaya.

Surabaya, Juni 2019

Yang menyatakan,

MAULIDATUL FARIKHAH

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN POLA MAKAN


PADA PASIEN GASTRITIS DI UPT PUSKESMAS LAMONGAN

MAULIDATUL FARIKHAH
NIM. 151611913063

Surabaya, Juni 2019

Menyetujui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Kotibul Umam S.Kp,Ns.,M.Kes Iswatun , S. Kep., Ns., M. Kep.


NIP. 19680215 199203 1 011 NIP. 19860408 200912 2 003

Mengetahui,
Koordinator Program Studi D III Keperawatan
Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

Dr. Joni Haryanto, S.Kp., M. Si.


NIP. 1963 0608 1991 03 1002

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan akhir studi dengan judul Dambaran Peran Keluarga dalam Pemenuhan
Pola Makan pada Pasien Gastritis Di UPT Puskesmas Lamongan. Telah berhasil
diuji dan dipertahankan dihadapan dewan penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan
(A.Md.Kep.).

Surabaya, Juni 2019

Ketua,

Anggota 1, Anggota 2,

Kotibul Umam, S. Kp., M. Kes. Iswatun, S. Kep., Ns., M. Kep.


NIP : 19680215 199203 1 011 NIP : 19860408 200912 2 003

Mengesahkan,
Koordinator Program Studi D III Keperawatan
Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

Dr. Joni Haryanto, S. Kp., M. Si.


NIP. 19630608 199103 1 002

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Studi yang

berjudul “Gambaran Peran Keluarga dalam Pemenuhan Pola Makan pada

Pasien Gastritis Di UPT Puskesmas Lamongan” sesuai waktu yang ditentukan.

Tujuan laporan akhir studi Skripsi ini di susun sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Dalam penyusunan akhir studi ini, penulis mendapat banyak pengarahan dan

bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih

yang terhormat Bapak atau Ibu:

1. Prof. Dr. Mohammad Nasih SE., M.,T., Ak., CMA selaku rektorat Universitas
Airlangga
2. Prof. Dr. H. Widi Hidayat, SE.M.Si.,AK.,CA.,CMA, selaku Dekan Fakultas
Vokasi Universitas Airlangga.
3. Dr. Joni Haryanto, S.Kp.,M.Si selaku Koordinator Program Studi DIII
Keperawatan, yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penulisan
laporan akhir studi ini.
4. dr. Moh Chaidir Annas,M.MKes, selaku Direktur RSUD Dr. Soegiri Lamongan
yang telah memberikan ijin dan fasilitas dalam penulisan laporan akhir studi ini.
5. H. Cucuk Rahmadi S, Kp.,Ns, M. Kes., dan Fanni Okviasanti S, Kep., Ns, M.
Kep., selaku pembimbing laporan akhir studi yang telah banyak memberikan
arahan, motivasi dan bimbingan hingga penulisan laporan akhir studi dapat
terselesaikan.

6
6. (H. Cucuk Rahmadi S, Kp.,Ns, M. Kes., Fanni Okviasanti S, Kep., Ns, M. Kep.,)
selaku penguji yang telah bersedia memberikan pengarahan, kritik dan saran
sehingga laporan akhir studi ini menjadi lebih baik.
7. Semua pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materiil demi
terselesaikannya laporan akhir studi ini

Semoga Allah SWT memberi balasan pahala atas semua amal kebaikan yang

diberikan. Penulis menyadari Skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu segala

kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan, Akhirnya penulis

berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi semua

pembaca pada umumnya.

Lamongan, Juni 2019

Penulis

7
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM ......................................................................... i

SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

BAB 1 : PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5

2.1 Konsep Dasar Gastritis ...................................................................... 5

2.2 Konsep Dasar Kopi ........................................................................... 13

BAB 3 : METODE PENELITIAN .................................................................... 15

3.1 Desain Penelitian .............................................................................................. 15

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 15

3.3 Kerangka Kerja ................................................................................................ 16

3.4 Identifikasi Variabel ......................................................................................... 17

3.5 Definisi Operasional......................................................................................... 18

8
3.6 Populasi, Sampling dan Sampel ....................................................................... 19

3.7 Pengumpulan Data Dan Analisa Data .............................................................. 21

3.8 Etika Penelitian ................................................................................................ 25

BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................

BAB 5 : PENUTUP ..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastritis adalah urutan tujuh (7) dari sepuluh (10) penyebab utama kematian

di Indonesia. Pola makan yang tidak baik akan menimbulkan gastritis. Masyarakat

beranggapan bahwa penyakit gastritis atau yang disebut dengan penyakit maag

merupakan penyakit yang sulit dikontrol dan dikendalikan dan pegobatan tidak

diperlukan jika penyakit tersebut tidak kambuh. Suratun Lusianah (2010). Sebagian

masyarakat mengatakan tidak bisa menghilangkan kebiasaan mereka yang

berpantangan dengan kambuhnya gastritis Sulistyioningsih Hariani (2011).

Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung. Gastritis akut berlangsung selama

beberapa jam sampai beberapa hari dan seringkali disebabkan oleh diet yang tidak

9
bijaksana (memakan makanan yang mengiritasi dan sangat berbumbu atau makanan

yang terinfeksi). Penyebab lain mencakup penggunaan aspirin secara berlebihan

dan penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) lain, asupan alkohol yang

berlebihan, refluks empedu, dan terapii radiasi. Bentuk gastritis akut yang lebih

berat disebabkan oleh asam atau alkali yang kuat, yang dapat menyebabkan gangren

atau perforasi pada mukosa lambung. Gastritis dapat juga menjadi tanda pertama

infeksi sistemik akut Smelther dan Bare (2013).

Berdasarkan data dari Badan penelitian kesehatan dunia, WHO pada tahun

2011, mengadakan tindakan tinjauan terhadap beberapa negara didunia dan

mendapatkan hasil presentase dari angka kejadian gastritis didunia, diantaranya

Inggris 22%, China 31%, Jepang 14%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Insiden

gastritis didunia sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahunnya (WHO,

2011). Presentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia adalah 40,8% dengan

prevalesi 274,396 kasus. Prevalesi gastritis di Jawa Timur mencapai 44,5 yaitu

dengan jumlah 58.116 kejadian (Kemenkes RI, 2014). Menurut data di UPT

Puskesmas Lamongan pada tahun 2016 kasus gastritis sebanyak 3.133 orang. Pada

tahun 2017 kasus gastritis sebanyak 5.769 orang. Pada tahun 2018 kasus gastritis

sebanyak 4.097 orang. Pada tahun 2019 mulai bulan Januari - April kasus gastritis

sebanyak 1.018 orang.

Pada Era Globalisasi ini, semakin berkembang teknologi yang dapat

dimanfaatkan manusia. Dari teknologi untuk pembuatan pangan atau non pangan

yang berguna untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia. Sehingga hal tersebut

10
merubah pola hidup manusia dari teratur hingga menjadi tidak teratur yang

menyebabkan timbulnya penyakit maag. Sulistyoningsih Hariyani (2011).

Faktor penyebab yang mempengaruhi pola makan terhadap pasien gastritis

meliputi peran keluarga, pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan keluarga.

Semakin tinggi pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan, ekonomi, sosial

budaya, agama, lingkungan, kebiasaan makan terdapat kemungkinan semakin baik

tingkat ketahanan pangan keluarga, semakin tinggi pola pengasuh anggota

keluarganya.Ketahanan pangan keluarga terkait dengan ketersediaan pangan (baik

dari hasil produksi sendiri maupun pasar tau sumber lain), harga pangan dan daya

beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Dalam keadaan

demikian, dapat dikatakan bahwa ketahanan pangan keluarga ini rawan karena tidak

mampu menyediakan makanan yang baik bagi anggota keluarganya Wiku

Adisasmito (2012).

Peran keluarga adalah sesuatu menjadi bagi seluruh anggota keluarga yang

terdiri dari bapak, ibu, anak (ikatan darah maupun adopsi) dan anggota lainnya.

Keluarga memiliki peran penting dalam pembentukan perilaku anak, oleh karena itu

keluarga harus mampu menjalankan fungsinya dengan baik dengan cara memenuhi

kebutuhan anggota keluarganya. Adapun fungsi dasar keluarga yaitu memberikan

rasa memiliki, rasa aman, kasih saying, dan pengembangan hubungan baik diantara

anggota keluarga Syamsu Yusuf (2009)

Pendidikan keluarga adalah pendidikan yang harus dilaksanakan dalam

keluarga oleh orang tua kepada dirinya sendiri, anggota keluarga yang lain dan pada

11
anaknya. Pendidikan keluarga dapat diartikan sebagai tindakan dan upaya yang

dilakukan oleh orang tua sebagai pendidik utama dalam bentuk bantuan, bimbingan,

penyuluhan dan mengajarkan kepada dirinya sendiri, anggota keluarga lain, dan

anaknya, sesuai dengan potensi masing-masing, dengan jalan memberikan pengaruh

baik melalui pergaulan antar mereka Goodman David (2007)

Pengetahuan merupakan faktor yang penting dalam membentuk tindakan

seseorang. Pengetahuan merupakan faktor yang penting dalam membentuk tindakan

seseorang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan suatu objek tertentu. Perilaku merupakan totalitas

penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama berbagai

faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Perilaku kesehatan merupakan respon

seseorang terhadap objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makan, minuman dan lingkungan. Notoadmodjo (2013)

Keterampilan keluarga dalam memenuhi makan adalah dapat mempengaruhi

persepsi body image terhadap frekuensi makan, dimana semakin negatif persepsi

body image (menganggap diri gemuk) maka akan cenderung mengurangi frekuensi

makananya. Keadaan ini yang akan menjadikan remaja lebih sering mengabaikan

makan Majestika Septikasari (2018).

Faktor ekonomi Variabel ekonomi mencukup dalam peningkatan peluang

untuk daya beli pangan dengan kuantitas dan kualitas dalam pendapatan menurunan

daya beli pangan secara kualitas maupun kuantitas masyarakat. Pendapatan yang

tinggidapat mencakup kurangnya daya beli dengan kurangnya pola makan

12
masyarakat sehingga pemilihan suatu bahan makanan lebih di dasarkan dalam

pertimbangan selera dibandingkan aspek gizi. Kecenderungan untuk mengkonsumsi

makanan impor Sulistyoningsih (2011).

Faktor Sosial Budaya Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan dapat

dipengaruhi oleh faktor budaya sosial dalam kepercayaan budaya adat daerah yang

menjadi kebiasaan atau adat. Kebudayaan di 3 suatu masyarakat memiliki cara

mengkonsumsi pola makan dengan cara sendiri. Dalam budaya mempunyai suatu

cara bentuk macam pola makan seperti:dimakan, bagaimana pengolahanya,

persiapan dan penyajian Sulistyoningsih (2011).

Agama Dalam agama pola makan ialah suatu cara makan dengan diawali

berdoa sebelum makan dengan diawali makan mengunakan tangan kanan (Depkes

RI, 2008).

Lingkungan Dalam lingkungan pola makan ialah berpengaruh terhadap

pembentuk perilaku makan berupa lingkungan keluarga melalui adanya promosi,

media elektroni, dan media cetak. Sulistyoningsih (2011).

Kebiasaan makan Kebiasaan makan ialah suatu cara seseorang yang

mempunyai keterbiasaan makan dalam jumlah tiga kali makan dengan frekuensi

dan jenis makanan yang dimakan. (Depkes,2009).

Pola Makan terdiri dari jadwal makan, jenis makanan dan jumlah makanan

yang mana jika ketiga komponen ini tidak dilakukan dengan seimbang dapat

menimbulkan kekambuhan gastritis, contohnya memakan makanan yang

13
berbumbu, dengan kandungan kafein, alkohol. Adapun jadwal masakan yang tidak

teratur akan membuat lambung sulit beradaptasi Kimberly A.J (2011)

Gastritis bisa dicegah dengan cara pola makan yang teratur, diit yang sehat,

tidak makan makanan yang berbumbu, tidak makan yang terlalu pedas serta

mengurangi pemakaian konsumsi alkohol, merokok dan bagaimana cara mengatur

hidup sehat Suratun Lusianah (2010). Gastritis akut biasanya mereda bila agen-

agen penyebabnya dapat dihilangkan. Intervensi medis yang yang dilakukan

apabila keluhan tetap tidak hilang dengan menghindari agen penyebab adalah

dengan terapi farmakologis dengan terapi cairan, hal ini diberikan pada fase akut

untuk hidrasi pascah muntah yang berlebihan. Dan terapi obat, prinsip pemberian

terapi obat adalah tidak ada obat spesifik untuk menyembuhkan pada infeksi

H.Pylori, pemberian terapi sesuai dengan faktor penyebab yang diketahui,

pemberian obat farmakologis disesuaikan dengan kondisi dan toleransi pasien

Muttaqin Arif (2013)

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti hanya membatasi pada pola

makan pada pasien gastritis di UPT Puskesmas Lamongan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan pernyataan masalah

“Bagaimanakah gambaran peran keluarga dalam pemenuhan pola makan pada pasien

gastritis di UPT Puskesmas Lamongan ?”

14
1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran peran keluarga dalam pemenuhan pola makan pada pasien

gastritis di UPT Puskesmas Lamongan

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan khususnya dalam hal pemberian

edukasi tentang pemenuhan pola makan dengan masalah utama gastritis

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Klien dan Keluarga

Untuk memberikan pengetahuan tentang penyakit gastritis dan meningkatkan

motivasi dalam menjalani pengobatan teratur. Meningkatkan kemampuan

keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit gastritis.

2) Bagi Tempat Pelayanan Kesehatan

Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak kesehatan dalam menurunkan

angka kejadian gastritis

3) Bagi Peneliti selanjutnya

Sebagai sarana untuk menigkatkan keterampilan berfikir kritis dalam

menyelesaikan masalah kesehatan keluarga melalui pemberian edukasi

15
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan dibahas teori tentang : (1) Konsep Dasar Keluarga (2) Konsep

Gastritis (3) Konsep Pola Makan Pasien Gastritis

2.1 Konsep Dasar Keluarga

2.1.1 Pengertian Keluarga

Keluarga sebagai satuan kelompok individu di dalam keluarga dapat

menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah kesehatan dalam

kelompoknya sendiri. Hampir setiap masalah kesehatan individu di dalam keluarga

mulai dari awal sampai akhir akan dipengaruhi oleh keluarga. Keluarga mempunyai

16
peran utama dalam memelihara kesehatan seluruh anggota keluarganya dan bukan

individu itu sendiri yang mengusahakan tercapainya tingkat kesehatan yang

diinginkan Friedman (2010)

2.1.2 Tipe Keluarga

Menurut Salomon (2009), tipe keluarga meliputi :

1) Nuclear family (keluarga inti)

Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan satu atau lebih anak. Jenis keluarga ini

cenderung memiliki anggota keluarga yang lebih sedikit dibandingkan dengan

extended family. Dalam jenis kelurga ini biasanya pihak yang memiliki wewenang

yang lebih besar dalam mengambil keputusan terletak pada orang tua. Hal

tersebutakan mulai berubah seiring dengan pertambahan usia anak, hingga

akhirnya anak mampu membuat keputusannya sendiri.

2) Extended family

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang tinggal bersama yang biasanya terdiri

dari kakek, nenek, paman, bib dan keponakan. Keluarga jenis ini tentunya

memiliki kebutuhan yang lebih beragam apabila dibandingkan dengan nuclear

family. Hal ini disebabkan jumlah anggota keluarga yang lebih banyak sehingga

kebutuhannya menjadi lebih beragam. Misalnya saja anak-anak membutuhkan

matras single untuk tidur dengan ukuran yang lebih kecil, untuk ayah dan ibu

membutuhkan matras double dengan ukuran lebih lebar karena digunakan

bersama, sedangkan untuk nenek atau kakeh bisa jadi membutuhkan matras single

17
atau double namun dengan ukuran yang lebih panjang dibandingkan dengan

matras anak.

2.1.3 Tugas Keluarga

Menurut Salvari Gusti (2013) tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan

setiap anggota keluarga terdiri dari :

1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.

2) Kemampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

4) Kemampuan keluarga mempertahankan suasana rumah yang sehat

5) Kemampuan keluarga menggunkan fasilitas/pelayanan kesehatan yang ada di

masyarakat

2.1.4 Struktur keluarga

Menurut Harmoko (2012) membagi struktur keluarga menjadi empat elemen,

yaitu :

1) Struktur komunikasi keluarga.

Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara emosional,

komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkular. Komunikasi emosional

memungkinkan setiap individu dalam keluarga dapat mengekspresikan perasaan

seperti bahagia, sedih, atau marah diantara para anggota keluarga. Pada komunikasi

verbal anggota keluarga dapat mengungkapkan apa yang diinginkan melalui kata-

kata yang diikuti dengan bahasa non verbal seperti gerakan tubuh. Komunikasi

18
sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga, misalnya pada

saat istri marah pada suami, maka suami akan mengklarifikasi kepada istri apa

yang membuat istri marah.

2) Struktur peran keluarga.

Peran masing-masing anggaota keluarga baik secara formal maupun

informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga. Struktur nilai

dan norma keluarga. Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal

apakah baik atau bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran yang

dilakukan manusia, berasal dari nilai budaya terkait. Norma mengarah kepada nilai

yang dianut masyarakat, dimana norma-norma dipelajari sejak kecil. Nilai

merupakan prilaku motivasi diekspresikan melalui perasaan dan perilaku.

2.1.5 Fungsi Keluarga

Menurut Zulkahfi (2015), menyatakan bahwa fungsi keluarga dibagi menjadi

lima yaitu :

1) Fungsi Afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk

mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga

berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dihubungkan untuk perkembangan

individu dan psikososial anggota keluarga.

2) Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi (socialization and social placement

function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk

berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berkehidupan social

19
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar

rumah.

3) Fungsi Reproduksi (the reproductive function), yaitu keluarga berfungsi untuk

mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

4) Fungsi Ekonomi (the economic function), yaitu keluargaberfungsi untuk

memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk

mengembangkan kemampuan individu meningkatan penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

5) Fungsi Perawatan/Pemeliharaan Kesehatan (the health care function), yaitu

fungsi untuk mempertahankan keadaan anggota keluarga tetap memiliki

prokdutivitas tinggi

2.1.6 Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga menurut Jhonson L dan leny R (2010), ada

delapan tahap yaitu:

1) Keluarga Baru Menikah

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan

membentuk keluarga melalui perkawinanyang sah dan meninggalkan

(psikologis) keluarga masing-masing :

(1) Membina hubungan intim yang memuaskan,

(2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.

(3) Mendiskusikan rencana memiliki anak

2) Keluarga dengan Anak Baru Lahir

20
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan sampai

kelahiran anak pertama berkelanjutan sampai anak pertama berusia 30 bulan.

(1) Mempersiapkan menjadi orang tua.

(2) Adaptasi dengan perubahan anggota, interaksi keluarga, hubungan seksual

dan kegiatan.

(3) Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan.

3) Keluarga dengan Anak Baru Lahir

Tahap in dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5tahun) dan berakhir saat

anak berusia 5 tahun:

(1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal,

privasi, dan rasa aman.

(2) Membatu anak untuk bersosialisasi

(3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang

lain (tua) juga harus terpenuhi.

(4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam maupun diluar

keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)

(5) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan

perkembangan anak.

4) Keluarga dengan Anak Sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia

12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga

maksimal, sehingga kluarga sangat sibuk :

21
(1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan

lingkungan lebih luas ( yang tidak/kurang diperoleh dari sekolah atau

masyarakat).

(2) Mempertahankan keintiman pasangan.

(3) Memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat, termasuk biaya kehidupan

dan kesehatan anggota keluarga.

5) Keluarga dengan Anak Remaja

Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya

berakhir sampai 6 sampai 7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak

meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak

remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk

mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :

(1) Memberi kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, meningkat

remaja adalah seorang dewasa muda yang memiliki otonomi

(2) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga

(3) Mempertahankan komunikasi, terbuka antara anak dan orang tua. Hindari

terjadinya perdebatan, kecurigaann dan permusuhan.

(4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan (anggota)

keluarga untuk memenuhu kebutuhan tumbuh kembang keluarga.

6) Keluarga Mulai Melepas Anak Sebagai Dewasa

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan

berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini

22
bergantung dari jumah anak dalam keluarga atau jika ada anak yang

belumbekeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :

(1) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar.

(2) Mempertahankan keintiman pasangan.

(3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat.

(4) Penataan kembali peran orang tua dan keinginan dirumah.

7) Keluarga Usia Pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah dan

berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :

(1) Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan.

(2) Mempertahankan hubungan yang seasi dan memuaskan dengan teman

anak-anaknya dan sebaya.

(3) Meningkatkan keakraban pasangan

8) Keluarga Usia Lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga inti dimulai saat salah satu

pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai

keduanya meninggal :

(1) Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling

menyenangkan pasangannya

(2) Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi : kehilangan pasangan,

kekuatan fisik dan penghasilan keluarga.

(3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.

23
(4) Melakukan life review masa lalu

2.1.7 Peran Keluarga

Peran Andarmoyo (2012) menunjuk kepada beberapa perilaku yang kurang

lebih bersifat homogeny, yang didefinisikan dan diharapkan secara normative dari

seseorang okupan dalam situasi social tertentu. Peran didasarkan pada preskripsi dan

harapan peran yang menerangkan apa yang individu harus lakukan dalam suatu

situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan mereka sendiri atau harapan orang lain

menyangkut peran tersebut

Macam-macam peran keluarga meliputi :

1) Peran formal keluarga

(1) Peran parenteral dan perkawinan

Delapan peran dasar yang membentuk bentuk social sebagai suami-ayah dan

istri-ibu. Peran tersebut adalah :

a) Peran Provider/ penyedia

b) Peran mengatur rumah tangga

c) Peran perawatan anak

d) Peran sosialisasi anak

e) Peran rekreasi

f) Peran persaudaraan (memelihara keluarga paternal dan maternal)

g) Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan

h) Peran seksual

(2) Peran anak

24
Peran anak adalah melaksanakan tugas perkembangan dan pertumbuhan fisik,

psikis, sosial.

(3) Peran kakek/nenek

Peran kakek/nenek dalam keluarga adalah : Semata-mata hadir dalam

keluarga, pengawal (menjaga dan melindungi bila diperlukan), menjadi hakim

(arbitrator), negosiasi, antara anak dan orang tua, menjadi partisipan aktif dan

menciptakan keterkaitan antara masalalu dengan masa sekarang serta masa

depan.

2) Peran informal keluarga

Peran inbersifat impilsit biasanya tidak tampak ke permukaan dan dimainkan

hanya untuk memenuhi kebutuhan emosional individu dan atau untuk menjaga

keseimbangan dalam keluarga. Keberadaan peran informal penting bagi tuntutan-

tuntutan integratif dan adaptif kelompok keluarga. Beberapa contoh peran informal

yang bersifat adaptif dan merusak kesejahteraan keluarga diantaranya sebagai

berikut :

(1) Pendorong

Pendorong memuji, setuju dengan, dan menerima konstribusi dari orang lain.

Akibatnya dapar merangkul orang lain dan membuat mereka merasa bahwa

pemikiran mereka penting dan bernilai untuk didengar

(2) Pengharmonis

Pengharmonis menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota

menghibur menyatukan kembali perbedaan pendapat.

25
(3) Inisiator-konstributor

Insiator-konstributor mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-

cara mengingat masalah-masalah atau tujuan kelompok.

(4) Pendamai

Pendamai (compromiser) merupakan salah satu bagian dari konflik dan

ketidaksepakatan. Pendamai menyatakan posisinya dan mengakui

kesalahannya, atau menawarkan penyelesaian “setengah jalan”.

(5) Penghalang

Penghalang cenderung negatif terhadap semua ide yang ditolak tanpa alasan.

(6) Dominator

Dominator cenderung memaksakan kekuasaan atau superioritas dengan

memanipulasi anggota kelompok tertentu dan membanggakan kekuasaannya

dan bertindak seakan-akan mengetahui segala-galanya dan tampil sempurna.

(7) Perawat keluarga

Perawat keluarga adalah orang yang terpanggil untuk merawat dan mengaruh

anggota keluarga lain yang membutuhkan.

(8) Penghubung keluarga

Penghubung keluarga adalah penghubung, ia (biasanya ibu) mengirim dan

memonitor komunikasi dalam keluarga.

Ciri-ciri peran keluarga yaitu :

26
1) Terorganisasi, yaitu adanya interaksi

2) Terdapat keterbatasan dalam menjalankan tugas dan fungsi

3) Terdapat perbedaan dan kekhususan

2.2 Konsep Gastritis

2.2.1 Pengertian Gastritis

Gastritis merupakan inflamasi atau radang pada jaringan mukosa lambung.

Gastritis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan

kerusakan erosi pada daerah superfisial Muttaqin Arif (2011).

Gastritis adalah peradangan yang bersifat akut, kronik, difus atau lokal.

Gastritis merupakan penyakit yang sering dijumpai karena diagnosisnya sering hanya

berdasarkan gejala klinis bukan hispatologi Agus Priyanto, Sri Lestari (2009).

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di masyarakat

dari mulai remaja hingga lanjut usia, dan orang-orang yang sedang mengalami stress,

karena stress dapat meningkatkan produksi asam lambung, begitu juga dengan

pengonsumsian alkohol dan obat-obatan anti inflamasi non steroid Yusuf Olii &

Salamanja (2014).

Kesimpulan gastritis adalah suatu penyakit yang sering terjadi akibat proses

inflamasi pada lapisan mukosa dan sub-mukosa lambung yang dapat bersifat akut

akut maupun kronik yang dipicu beberapa agen yang bersifat iritan yang dapat

meningkatkan produksi lambung.

2.2.2 Klasifikasi

Menurut Arif Muttaqin (2011), Gastritis dibagi menjadi dua yaitu :

27
1) Gastritis Akut

Gastritis akut ialah suatu peradangan atau lesi permukaan mukosa lambung

yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial Arif Muttaqin (2011).

Gastritis akut ialah inflamasi mukosa akut berupa erosi dan perdarahan akibat faktor

agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa lambung Agus Priyanto (2009).

Gastritis akut adalah merupakan peradangan suatu mukosa lambung yang

menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung dan setelah terpapar pada zat

iritan Suratun Lusianah (2010).

Kesimpulan Gastritis Akut adalah peradangan pada dinding lambung berupa

lesi dan perdarahan akibat faktor-faktor tertentu yang dapat menyebabkan penyakit

gastritis setelah memakan makanan yang mengandung bahan berbumbu, kafein,

alkohol, dan aspirin merupakan agen pencetus Suratun Lusianah (2010).

2) Gastritis Kronis

Gastritis Kronis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat

menahun Arif Muttaqin (2011). Gastritis kronis adalah peradangan mukosa kronis

yang akhirnya menyebabkan atrofi mukosa dan metaplasia epitel Kimberly (2011).

Gastritis kronis adalah merupakan gastritis yang terkait dengan atrofi mukosa gastrik

sehingga produksi HCL menurun Suratun Lusianah (2010). Penyebab gastritis

berkaitan erat dengan infeksi (H.Pylory). Gastritis kronik berjalan perlahan-lahan dan

gejala yang umum terlihat adalah rasa perih dan terasa penuh di lambung, kehilangan

nafsu makan sehingga hanya mampu makan dalam jumlah sedikit. Pada sejumlah

orang terkadang gastritis kronik tidak menimbulkan gejala klinik.

28
2.2.3 Etiologi

Beberapa faktor yang menyebabkan kekambuhan gastritis diantaranya adalah

obat-obatan, alkohol, infeksi jamur, pola makan, merokok, refluks asam empedu,

stress Arif muttaqin (2011)

1) Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus seperti NSAID (aspirin),

obat anti inflamasi non steroid, sulfonamide, steroid, kokain, salsilat dapat

menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin

yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat-obatan tersebut

hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi

jika pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer

Suratun Lusianah (2010).

2) Alkohol dapat mengiritasi atau merangsang dan mengikis permukaan lambung

sehingga asam lambung dengan mudah akan mengikis permukaan lambung dan

dapat terjadi gastritis Suratun Lusianah (2010).

3) Infeksi Helicobacter pylori, orang yang terinfeksi bakteri Helicobacter pylori

dapat mengalami gastritis. Teah terbukti saat ini bahwa infeksi yang disebabkan

oleh Helicobacter Pylori pada lambung bisa menyebabkan peradangan mukosa

lambung yang disebut dengan gastritis Agus Priyanto (2009).

4) Pola Makan terdiri dari jadwal makan, jenis makanan dan jumlah makanan yang

mana jika ketiga komponen ini tidak dilakukan dengan seimbang dapat

menimbulkan kekambuhan gastritis, contohnya memakan makanan yang

29
berbumbu, dengan kandungan kafein, alkohol. Adapun jadwal masakan yang

tidak teratur akan membuat lambung sulit beradaptasi Kimberly A.J (2011)

5) Merokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Karena itu orang yang

merokok lebih sensitif terhadap gastritis maupun ulser. Merokok juga akan

meningkatkan asam lambung, melambatkan kesembuhan, dan meningkatkan

resiko kanker lambung Arif Muttaqin (2011)

6) Refluks asam empedu terjadi pada refluk garam empedu (komponen penting

alkali untuk aktifitas enzim-enzim Gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa.

Suratun Lusianah (2010)

Adapun penyebab dari penyakit ini dibedakan menjadi dua macam yaitu

karena zat eksternal dan internal. Zat eksternal adalah zat dari luar tubuh yang dapat

menyebabkan korosif atau iritasi lmbung. Sedangkan zat internal adalah pengeluaran

zat asam lambung yang berlebihan dan tidak teratur. Jadwal makan yang tidak teratur

kerap membuat lambung sulit beradaptasi. Jika hal ini berlangsung terus-menerus,

akan terjadi kelebihan asam dan akan mengiritasi dinding lambung. Rasa perih dan

mual pun muncul. Selain pola makan tak teratur, penyakit maag juga bisa disebabkan

stres. Hal ini dimungkinkan karena sistem persarafan di otak berhubungan dengan

lambung. Sehingga seseorang mengalami stres, bisa muncul kelinan dalam

lambungnya. Stres bisa menyebabkan terjadinya perubahan hormonal di dalam

tubuh. Perubahan itu akan merangsang sel-sel dalam lambung yang kemudian

memproduksi asam secara berlebihan. Asam yang berlebihan ini membuat lambung

30
terasa nyeri, perih, dan kembung. Lama-kelamaan dapat menimbulkan luka di

dinding lambung Reni Wulan Sari, dkk (2008)

2.2.4 Patofisiologi

Obat-obatan, alkohol, garam, empedu, dan zat iritan lainnya bersifat

mengiritan mukosa lambung yang dapat mengubah permeabilitas sawar epitel, bila

mukosa lambung rusak terjadi disfusi HCL ke mukosa dan HCL akan merusak

mukosa, adanya HCL pada mukosa lambung akan menstimulasi perubahan

pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merasang pelepasan histamin dari sel mast.

Histamin akan meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan

cairan dari intrasel ke ekstrasel dan menyebabkan edema dan kerusakan kapiler

sehingga terjadi perdarahan pada lambung, dalam fase ini lambung akan

meregenerasi mukosa sehingga gangguan tersebut dapat menghilang dengan

sendirinya Suratun Lusianah (2010).

Namun apabila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi

akan terjadi terus menerus (gastritis kronik) jaringan yang meradang akan diisi oleh

jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat menghilang dan terjadi atrodi

sel mukosa lambung. Faktor intrinsik yng dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan

menurunkan atau hilang sehingga cobalamin (Vit. B12) tidak dapat diserap oleh

usushalus. Sementara vit. B12 ini berperan penting dalam pertumbuhan dan

manturasi sel darah merah pada akhirnya klien dengan gastritis dapat mengalami

anemia. Selain itu dinding lambung menipis dan rentan terhadap ferforasi lambung

dan perdarahan Suratun Lusianah (2010).

31
2.2.5 Manifestasi Klinis

Gastritis akut mmungkin sama sekali tidak bergejala, dapat menyebabkan

nyeri epigastrium dengan keparahan yang bervariasi disertai mual, muntah, atau

bermanifestasi sebagai hematemesis, melena, dan pengeluaran darah yang dapat

mematikan, bergantung pada keparahan kelainan anatomik. Secara keseluruhan,

gastritis adalah suatu penyebab utama hematemesis terutama pada pecandu alkohol.

Bahkan pada situasi lain, penyakit ini cukup sering ditemukan hampir beberapa orang

yang minum aspirin setiap hari unntuk artritis remaoid mengalami gastritis akut pada

suatu saat selama pengobatan, banyak yang mengalami perdarahan baik tersamar atau

nyata. Kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia paska perdarahan. Biasanya,

jika dilakukan anamnesis lebih dalam terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau

kimia tertentu, dan juga bisa disebabkan oleh stress Arif Muttaqin (2011).

2.2.6 Komplikasi

Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematemesis dan melena, dapat

berakhir dengan shock haemiragik, ulkus, perforasi dan anemia karena gangguan

abbsorbsi vitamin B12 juga merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada gastritis

Suratun Lusianah (2010). Gangguan cairan elektrolit pada kondisi muntah hebat Arif

Muttaqin (2011)

2.2.7 Penatalaksanaan

1) Farmakologi

(1) Antikoagulan : bila ada perdarahan pada lambung

32
(2) Antasida : pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena

untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda,

untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat

(3) Histonin: dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam lambung

dan kemudian menurunkan iritasi lambung

(4) Sulcralfate diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara

menyelaputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang

menyebabkan iritasi (Ikatan Apoteker Indonesia, 2010)

2) Cara perawatan pada pasien gastritis

Menurut kemenkes dan IDI (2014) perawatan gastritis pada pelayanan primer

meliputi :

(1) Menginformasikan pada pasien untuk menghindari pemicu terjadinya

keluhan, antara lain dengan makan tepat waktu, makan sering dengan porsi

kecil dan hindari dari makanan yang meningkatkan asam lambung atau perut

kembung seperti kopi, the, makanan pedas dan kol.

(2) Konseling dan edukasi pasien serta keluarga mengenai faktor risiko terjadinya

gastritis.

3) Gizi dan diet penyakit gastritis

Diet penyakit gastritis adalah untuk memberikan makanan dan cairan

secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan

33
sekresi asam lambung yang berlebihan yaitu : Almatsier (2010).

(1) Mudah dicerna, porsi kecil dan sering diberikan

(2) Energi dan protein cukup, sesuai dengan kemampuan pasien untuk

menerimanya.

(3) Lemak rendah yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan

secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.

(4) Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara bertahap.

(5) Cairan cukup, terutama bila ada muntah

(6) Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara

termis, mekanis, ataupun kimia (disesuaikan dengan daya tahan terima

perorangan)

(7) Lakktosa rendah bola bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak

dianjurkan minum susu terlalu banyak

(8) Makanan secara perlahan dilingkungan yang tenang.

(9) Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam

untuk memberi istirahat pada lambung.

2.2.8 Pemeriksaan Diagnostik

1) Gastrokopi : adanya perdarahan (hemoragi) pada lambung, erosi atau ulser gaster,

perforasi lambung.

2) Ketidakseimbangan elektrolit

3) Pre-syok Agus Piyanto (2009)

34
2.3 Konsep Pola Makan Pasien Gastritis

2.3.1 Pengertian Pola Makan

Menurut Sulistyoningsih (2011) mengatakan bahwa pola makan di definisikan

sebagai karateristik dari kegiatan yang berulang kali makan individu atau setiap orang

makan dalam memenuhi kebutuhan makanan. . Secara umum pola makan memiliki 3

(tiga) komponen yang terdiri dari:

1) Jenis makan adalah sejenis makanan pokok yang dimakan setiap hari terdiri dari

makanan pokok, Lauk hewani,Lauk nabati, Sayuran ,dan Buah yang dikonsumsi

setiap hari Makanan pokok adalah sumber makanan utama di negara indonesia

yang dikonsumsi setiap orang atau sekelompok masyarakat yang terdiri dari beras,

jangung, sagu, umbi-umbian, dan tepung.

2) Frekuensi makan Frekuensi makan adalah beberapa kali makan dalam sehari

meliputi makan pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan

3) Jumlah makan Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakan dalam

setiap orang atau setiap individu dalam kelompok.

2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan

Pola makan yang terbentuk gambaran sama dengan kebiasaan makan seseorang.

Secara umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan adalah faktor

ekonomi, sosial budaya, agama, pendidikan, dan lingkungan

1) Faktor ekonomi Variabel ekonomi mencukup dalam peningkatan peluang

untuk daya beli pangan dengan kuantitas dan kualitas dalam pendapatan

menurunan daya beli pangan secara kualitas maupun kuantitas masyarakat.

35
Pendapatan yang tinggidapat mencakup kurangnya daya beli dengan

kurangnya pola makan masysrakat sehingga pemilihan suatu bahan makanan

lebih di dasarkan dalam pertimbangan selera dibandingkan aspek gizi.

Kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan impor Sulistyoningsih (2011).

2) Faktor Sosial Budaya Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan dapat

dipengaruhi oleh faktor budaya sosial dalam kepercayaan budaya adat daerah

yang menjadi kebiasaan atau adat. Kebudayaan di 3 suatu masyarakat

memiliki cara mengkonsumsi pola makan dengan cara sendiri.

3) Dalam budaya mempunyai suatu cara bentuk macam pola makan

seperti:dimakan, bagaimana pengolahanya, persiapan dan penyajian,

Sulistyoningsih

4) Agama Dalamagama pola makan ialah suatu cara makan dengan diawali

berdoa sebelum makan dengan diawali makan mengunakan tangan kanan

(Depkes RI, 2008).

5) Pendidikan Dalam pendidikan pola makan iala salah satu pengetahuan, yang

dipelajari dengan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan

penentuan kebutuhan gizi Sulistyoningsih (2011).

6) Lingkungan Dalam lingkungan pola makan ialah berpengaruh terhadap

pembentuk perilaku makan berupa lingkungan keluarga melalui adanya

promosi, media elektroni, dan media cetak

36
7) Kebiasaan makan Kebiasaan makan ialah suatu cara seseorang yang

mempunyai keterbiasaan makan dalam jumlah tiga kali makan dengan

frekuensi dan jenis makanan yang dimakan. (Depkes,2009)

37
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan gambaran dan arahan asumsi mengenai

variabel-variabel yang akan diteliti, atau arti hasil sebuah sintesis dari proses berpikir

deduktif maupun induktif, kemudian dengan kemampuan kreatif dan inovatif diakhiri

konsep atau ide baru. (Aziz A. 2018). Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Pendidikan Keluarga

Pendidikan Keluarga

Keterampilan Keluarga

Pengetahuan dan perilaku


Peran Keluarga Baik
individu

Ekonomi Pemenuhan Pola Makan Sedang


Pasien Gastritis
Sosial Budaya
Kurang
Agama

Lingkungan

Kebiasaan Makan
Keterangan :

Baik : Diteliti

: Tidak diteliti

38
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Gambaran Peran Keluarga dalam Pemberian Makan

pada Pasien Gastritis di UPT Puskesmas Lamongan

Faktor yang mempengaruhi pemenuhan pola makan meliputi 1) peran keluarga, 2)

pendidikan keluarga, 3) pengetahuan perilaku individu, 4) keterampilan, 5) ekonomi,

6) sosial budaya, 7) Agama, 8) Lingkungan, 9) kebiasaan makan. Peran keluarga

dalam pemenuhan pola makan pada pasien gastritis dikategorikan baik, sedang,

kurang.

39
BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini akan disajikan mengenai metode penelitian yang berisi tentang: 1)

Desain Penelitian, 2) Populasi, Sampel dan Sampling, 3) Kerangka Operasional, 4)

Variabel Penelitian, 5) Instrumen Penelitian, 6) Lokasi dan Waktu Penelitian, 7)

Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data, 8) Analisis Data, 9) Etik Penelitian

4.1 Desain Penelitian

Desain Penelitian adalah

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

merupakan jenis penelitian (observasional yang dilakukan melalui pengamatan

(observasi) baik secara langsung maupun tidak langsung tanpa ada perlakuan atau

intervensi Hidayat (2018). Desain penelitian ini untuk mengetahui gambaranperan

keluarga dalam pemenuhan pola makan pada pasien gastritis.

4.2 Populasi, Sampel dan Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh objek atau objek dengan karakteristik tertentu yang

akan diteliti, bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh

karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut, atau kumpulan orang,

individu, atau objek yang akan diteliti sifat-sifat karakteristiknya Hidayat (2018).

40
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah pasien yang menderita arthtritis

gout di Desa Lopang Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan pada bulan

Juli 2019.

4.2.2 Sampel

Sampel merupakan terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling

adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada

Nursalam (2013).

Dengan kriteria sampel meliputi :

1) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi

target yang terjangkau dan akan diteliti Nursalam (2013).

(1) Pasien gastritis yang bersedia menjadi responden

4.2.3 Sampling

Sampling merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah

dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi Hidayat (2018). Teknik sampling

merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh

sampel yang benar-benar sesuai dengan subjek penelitian Nursalam (2016). Pada

penelitian ini menggunakan teknik consecutive sampling, yaitu pemilihan sampel

dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam

penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan

terpenuhi Nursalam (2016).

41
4.3 Kerangka Operasional

Kerangka Operasional adalah

Populasi:
pasien gastritis yang berobat ke UPT Puskesmas Lamongan

Sampel
pasien Gastritis yang berobat ke Puskesmas Lamongan

Sampling
Consecutive sampling

Desain Penelitian
Deskriptif

Variabel
Peran keluarga dalam pemenuhan pola makan pada pasien Gastritis

Alat ukur
Kuisioner

Pengolahan data
Editing, Coding, Scoring, Entry, Tabulating, Analizing

Penyajian Hasil

Penarikan Kesimpulan

42
Gambar 4.1 Kerangka operasional penelitian Gambaran peran keluarga dalam

Pemenuhan Pola Makan pada Pasien Gastritis di UPT Pukesmas

Lamongan Tahun 2019.

4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.4.1 Definisi Variabel

Variabel merupakan karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu

subjek kesubjek lainnya Hidayat (2018).

1) Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel bebas (independen) merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen Sujarweni

(2014). Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah peran keluarga.

4.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah variabel penelitian dimaksudkan untuk

memahami arti setiap variabel penelitian sebelum dilakukan analisis Sujarweni

(2014).

Tabel 4.2 Definisi operasional penelitian Gambaran peran keluarga dalam Pemenuhan Pola

Makan pada Pasien Gastritis di UPT Pukesmas Lamongan Tahun 2019.

Variabel Definisi operasional Alat Ukur Skala Kriteria Objektiv

43
Independen : Merupakan dukungan/ Kuesioner, Ordinal Ya : jika keluarga

Peran peranan yang diberikan mendukung dalam

Keluarga oleh keluaga kepada kepatuhan kontrol

dalam penderita DM tipe 2 baik gula darah ≥ 50%

Pemenuhan dukungan fisik maupun Tidak : jika keluarga

Pola Makan psikologi dalam proses tidak mendukung

pada Pasien kepatuhan kontrol gula dalam kepatuhan

Gastritis darah. kontrol gula darah ≤

50%

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk

mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena Dharma (2011).

Pada penelitian ini instrument yang digunakan adalah lembar kuisioner.

Kuisioner dibuat oleh peneliti berdasarkan berbagai literature yaitu kuisioner

penelitian Saraswati (2015) yang terdiri dari :

1) Kuiosioner A tentang identitas responden

2) Kuisioner B tentang peran keluarga yang terdiri dari pernyataan positif dan

pernyataan negative untuk masing-masing bentuk peran sosial. Skala Likert

dengan masing-masing peran yaitu antara 5-20. Untuk jawaban positif

“selalu” skor=4, “sering” skor=3, “jarang” skor=2, dan “tidak pernah”

skor=1. Sedangkan untuk pernyataan negative, “selalu” skor=1, “sering”

44
skor=2, “jarang” skor=3, “tidak pernah” skor=4. Jumlah skor akhir

diperoleh dengan menjumlahkan keseluruhan skor dari masing-masing item

pernyataan. Setelah itu dikategorikan menjadi dukungan baik dan peran

keluarga.

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.6.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di UPT Puskesmas Lamongan

4.6.2 Waktu Penelitian

Proses penelitian ini penulis laksanakan pada bulan Juli 2019.

4.7 Prosedur Pengambilan Data dan Pengumpulan Data

Dalam pengambilan data penelitian, peneliti mengikuti prosedur penelitian yang

berlaku ditempat penelitian baik secara administrasi maupun prosedur dalam

pelaksanaan penelitian

4.7.1 Prosedur Administrasi

1) Mengajukan surat permohonan izin kepada Dekan Fakultas Universitas Airlangga

untuk melakukan penelitian, surat diserahkan kepada Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik Kabupaten Lamongan.

45
2) Mengajukan permohonan izin kepada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Kabupaten Lamongan untuk mendapatkan izin penelitian yang ditujukan kepada

Kepala UPT Puskesmas Lamongan.

4.7.2 Prosedur Pelaksanaan Penelitian

1) Setelah surat izin penelitian telah disetujui peneliti mohon izin kepada Kepala

UPT Puskesmas Lamongan untuk melakukan penelitian.

2) Memastikan pasien yang menjadi responden penderita penyakit Gastritis.

3) Memberikan penjelasan tentang tujuan dilakukan penelitian dan memberikan

informed concent apabila pasien telah setuju untuk menjadi responden dalam

penelitian.

4) Memberikan penjelasan isi dari kuesioner dan cara mengisi kuesioner yang telah

disiapkan.

4.8 Analisis Data

4.8.1 Teknik Analisis

Teknik analisis data merupakan cara mengolah data agar dapat disimpulkan

atau diinterpretasikan menjadi informasi Hidayat (2018).. Dalam proses pengolahan

data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantarannya sebagai berikut:

1) Editing, yaitu pemeriksaan lembar chek list untuk mengetahui kelengkapan

pengisian data oleh responden apakah telah sesuai

2) Coding adalah kegiatan pemberian kode terhadap data yang terdiri atas beberapa

kategori. Code yang diberikan berupa inisial untuk membedakan sampel

46
responden saat diberikan kuisioner dengan kode-kode tertentu dari ukuran

penelitian yang digunakan yaitu apabila jawaban salah maka kodenya nol (0) dan

apabila jawaban benar makan kodenya satu (1) .

3) Scoring, yaitu kegiatan merubah lembar Chek list dengan memberikan nilai atau

skor.

1) Peran keluarga.

(1) Ya : Jika memberikan dukungan/peranan

(2) Tidak : Tidak memberikan dukungan/peranan

4) Entry, yaitu memasukan data jawaban yang benar yang telah di skor kedalam

program komputer untuk dilakukan pengelompokan data dengan menggunakan

program statistic.

5) Tabulating, yaitu mengelompokkan data kedalam bentuk tabel yang telah dibuat

sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian disajikan dalam beberapa table.

6) Analizing, menganalisa data sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Hasil

penelitian ini dianalisa dengan program aplikasi komputer.

4.9 Etik Penelitian

1) Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).

Penelitian harus dilaksaanakan dengan menjunjung tinggi harkat dan martbat

manusia. Subjek memiliki hak asasi dan kebebasan untuk menentukan pilihan

ikut atau menolak penelitian (autonomy).

47
2) Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and

confidentiality). Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak

asasi untuk mendapatkan kerahasiaan informasi. Namun tidak bisa dipungkiri

bahwa penelitian menyebabkan terbukannya informasi tentang subjek.

3) Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice inclusiveness).prinsip

keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa penelitian dilakukan

secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan secara profesional.

4) Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm and

benefits). Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus

mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek penelitian dan

populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan (benefience).

48
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, Wiku (2012). Sistem Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers

Agus Priyanto, Sri Lestari. (2009). Endoscopi Gastrointestinal. Jakarta : Salemba

Medika

Almatsier, S. ( 2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Andarmoyo (2012), Keperawatan Keluarga. Yogyakarta. Graha ilmu.

David, Goodman. A Parent’s Guide to The Emotional Needs. (New York: Nowthorn

Book, Inc Publisher, 2007)

Departemen Kesehatan RI. (2008). Buku Kesehatan Ibu dan Anak Gerakan Nasional

Pemantauan Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Dharma, K. K. (2011). Metodelogi Penelitian Keperawatan: Pedoman Melaksanakan

dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Friedman,(2010). Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan Praktek. Jakarta

: EGC

Harmoko. (2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Hidayat, A A. (2018). Metodologi Penelitian. Jakarta: Salemba Medika

Ikatan Apoteker Indonesia (IAI). 2010. Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia.

Jakarta : PT.ISFI Penerbitan.

Jhoson&Lenny, (2010). KeperawatanKeluarga. Jakarta : EGC

49
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter

Pelayanan Primer Edisi 1.

Kimberly A.J. Bilotta. (2011). Kapita Selekta Penyakit Dalam : dengan Implikasi

Keperawatan. Jakarta : EGC

Muttaqin, Arif. (2011). Gangguan Gastrointestinal : aplikasi Asuhan Keperawatan

medical bedah. Jakarta : Salemba Medika

Notoadmodjo, dkk. (2013). The Effecs Of Health Educatoin On The Knowledge and

Behavior Of Gastritis Prevention. Vol.4. No.5.

Nursalam. (2013). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.

Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2016). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis .

Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Reni Wulan Sari, M.Kes dkk., Dangerous Funk Food, (Yogyakarta: Penerbit O2,

2008)

Salvari. (2013). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media

Saraswati, W. (2015). Gambaran Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Klien

Septikasari, Majestika, S.ST, MPH, Status Gizi dan Faktor yang Mempengaruhi,

(Yogyakarta: UNY Press, 2018)

Smelther & Bare. (2013). Keperawatan Medikal Bedah.-Jakarta : EGC

50
Solomon,(2009). Consumer Behaviour: Buying, Having, And Being, 8th ed. New

Jersey: Pearson Prentice Hall.

Sulistyoningsih H., 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Suratun, Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan klien gangguan sistem

Gastrointestinal.-Jakarta : Trans Info Media

Syamsu, Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Rosdakarya,

2009)

Yusuf Olii & Salamanja. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Tombulilato Kecamatan Bone Raya

Kabupaten Bone Balango.

Nomer Responden :

Nama Responden :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Alamat :

51
No Pertanyaan Selalu Sering (±4-5 Kadang- Tidak
(setiap hari kali dalam kadang pernah
dalam seminggu) (±1-2X
seminggu) dalam
seminggu)
1 Apakah anda merokok ?
2 Apakah anda mengonsumsi
alkohol ?
3 Apakah anda meminum kopi ?
4 Apakah anda mengonsumsi
makanan pedas (sambal, saos

52
pedas dalam kemasan, kripik
pedas, lauk balado, dll)
5 Apakah anda mengonsumsi
makanan asam (permen asam,
jeruk nipis, manga muda, acar,
nanas muda, dll)
6 Apakah anda mengonsumsi
makanan menggunakan
penyedap ?
7 Apakah anda mengonsumsi
makanan berlemak (daging,
coklat, mentega, kue tart, dll)
8. Apakah anda mengonsumsi
makanan yang digoreng (ayam
goreng, ikan goreng, pisang
goreng, tempe goreng, dll)
9 Apakah anda mengonsumsi
makanan yang mengandung
santan (kare, gule, dll)
10 Apakah anda mengetahui cara
pencegahan penyakit
gastritis/maag ?
11 Apakah anda mengetahui tanda-
tanda penyakit gastritis/maag ?
12 Jika anda mengalami tanda-
tanda terjadinya gastritis atau
maag, apakah anda
mengonsumsi obat penghilang
rasa nyeri ?
13 Apakah orangtua mengingatkan
anda untuk selalu sarapan?
14 Apakah orangtua mengingatkan
untuk makan tepat waktu ?
15 Apakah orang tua melarang
anda mengonsumsi makanan
pedas dan asam secara
berlebihan ?
16 Apakah orang tua menyarankan
anda agar mengonsumsi buah
dan sayur ?
17 Apakah orang tua melarang
anda mengonsumsi rokok ?

53
18 Apakah orangtua melarang anda
mengonsumsi rokok?
19 Apakah orang tua anda
menyediakan makanan setiap
hari ?
20 Apakah orang tua anda
menyediakan sayur dirumah?

54

Anda mungkin juga menyukai