Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan dibahas teori tentang : (1) Konsep Dasar Keluarga (2) Konsep Gastritis (3)

Konsep Pola Makan Pasien Gastritis

2.1 Konsep Dasar Keluarga

2.1.1 Pengertian Keluarga

Keluarga sebagai satuan kelompok individu di dalam keluarga dapat menimbulkan,

mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri.

Hampir setiap masalah kesehatan individu di dalam keluarga mulai dari awal sampai akhir akan

dipengaruhi oleh keluarga. Keluarga mempunyai peran utama dalam memelihara kesehatan

seluruh anggota keluarganya dan bukan individu itu sendiri yang mengusahakan tercapainya

tingkat kesehatan yang diinginkan Friedman (2010)

2.1.2 Tipe Keluarga

Menurut Salomon (2009), tipe keluarga meliputi :

1) Nuclear family (keluarga inti)

Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan satu atau lebih anak. Jenis keluarga ini cenderung

memiliki anggota keluarga yang lebih sedikit dibandingkan dengan extended family. Dalam

jenis kelurga ini biasanya pihak yang memiliki wewenang yang lebih besar dalam mengambil

keputusan terletak pada orang tua. Hal tersebutakan mulai berubah seiring dengan

pertambahan usia anak, hingga akhirnya anak mampu membuat keputusannya sendiri.
2) Extended family

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang tinggal bersama yang biasanya terdiri dari kakek,

nenek, paman, bib dan keponakan. Keluarga jenis ini tentunya memiliki kebutuhan yang lebih

beragam apabila dibandingkan dengan nuclear family. Hal ini disebabkan jumlah anggota

keluarga yang lebih banyak sehingga kebutuhannya menjadi lebih beragam. Misalnya saja

anak-anak membutuhkan matras single untuk tidur dengan ukuran yang lebih kecil, untuk

ayah dan ibu membutuhkan matras double dengan ukuran lebih lebar karena digunakan

bersama, sedangkan untuk nenek atau kakeh bisa jadi membutuhkan matras single atau double

namun dengan ukuran yang lebih panjang dibandingkan dengan matras anak.

2.1.3 Tugas Keluarga

Menurut Salvari Gusti (2013) tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan setiap

anggota keluarga terdiri dari :

1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.

2) Kemampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

4) Kemampuan keluarga mempertahankan suasana rumah yang sehat

5) Kemampuan keluarga menggunkan fasilitas/pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat

2.1.4 Struktur keluarga

Menurut Harmoko (2012) membagi struktur keluarga menjadi empat elemen, yaitu :

1) Struktur komunikasi keluarga.

Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara emosional, komunikasi verbal

dan non verbal, komunikasi sirkular. Komunikasi emosional memungkinkan setiap individu

dalam keluarga dapat mengekspresikan perasaan seperti bahagia, sedih, atau marah diantara
para anggota keluarga. Pada komunikasi verbal anggota keluarga dapat mengungkapkan apa

yang diinginkan melalui kata-kata yang diikuti dengan bahasa non verbal seperti gerakan

tubuh. Komunikasi sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga,

misalnya pada saat istri marah pada suami, maka suami akan mengklarifikasi kepada istri apa

yang membuat istri marah.

2) Struktur peran keluarga.

Peran masing-masing anggaota keluarga baik secara formal maupun

informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga. Struktur nilai dan norma

keluarga. Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik atau

bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran yang dilakukan manusia, berasal dari nilai

budaya terkait. Norma mengarah kepada nilai yang dianut masyarakat, dimana norma-norma

dipelajari sejak kecil. Nilai merupakan prilaku motivasi diekspresikan melalui perasaan dan

perilaku.

2.1.5 Fungsi Keluarga

Menurut Zulkahfi (2015), menyatakan bahwa fungsi keluarga dibagi menjadi lima yaitu :

1) Fungsi Afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk

mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan

orang lain. Fungsi ini dihubungkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota

keluarga.

2) Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi (socialization and social placement function)

adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan social sebelum

meninggalkan rumah untuk berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk

berhubungan dengan orang lain diluar rumah.


3) Fungsi Reproduksi (the reproductive function), yaitu keluarga berfungsi untuk

mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

4) Fungsi Ekonomi (the economic function), yaitu keluargaberfungsi untuk memenuhi

kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan

individu meningkatan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5) Fungsi Perawatan/Pemeliharaan Kesehatan (the health care function), yaitu fungsi untuk

mempertahankan keadaan anggota keluarga tetap memiliki prokdutivitas tinggi

2.1.6 Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga menurut Jhonson L dan leny R (2010), ada delapan tahap

yaitu:

1) Keluarga Baru Menikah

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk

keluarga melalui perkawinanyang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-

masing :

(1) Membina hubungan intim yang memuaskan,

(2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.

(3) Mendiskusikan rencana memiliki anak

2) Keluarga dengan Anak Baru Lahir

Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak

pertama berkelanjutan sampai anak pertama berusia 30 bulan.

(1) Mempersiapkan menjadi orang tua.

(2) Adaptasi dengan perubahan anggota, interaksi keluarga, hubungan seksual dan

kegiatan.
(3) Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan.

3) Keluarga dengan Anak Baru Lahir

Tahap in dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5tahun) dan berakhir saat anak berusia 5

tahun:

(1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan

rasa aman.

(2) Membatu anak untuk bersosialisasi

(3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain (tua)

juga harus terpenuhi.

(4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam maupun diluar keluarga (keluarga

lain dan lingkungan sekitar)

(5) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan

perkembangan anak.

4) Keluarga dengan Anak Sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.

Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga kluarga

sangat sibuk :

(1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan

lebih luas ( yang tidak/kurang diperoleh dari sekolah atau masyarakat).

(2) Mempertahankan keintiman pasangan.

(3) Memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat, termasuk biaya kehidupan dan

kesehatan anggota keluarga.

5) Keluarga dengan Anak Remaja


Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6

sampai 7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.

Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta

kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :

(1) Memberi kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, meningkat remaja

adalah seorang dewasa muda yang memiliki otonomi

(2) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga

(3) Mempertahankan komunikasi, terbuka antara anak dan orang tua. Hindari terjadinya

perdebatan, kecurigaann dan permusuhan.

(4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan (anggota) keluarga untuk

memenuhu kebutuhan tumbuh kembang keluarga.

6) Keluarga Mulai Melepas Anak Sebagai Dewasa

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada

saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini bergantung dari jumah anak

dalam keluarga atau jika ada anak yang belumbekeluarga dan tetap tinggal bersama orang

tua :

(1) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar.

(2) Mempertahankan keintiman pasangan.

(3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat.

(4) Penataan kembali peran orang tua dan keinginan dirumah.

7) Keluarga Usia Pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat

pensiun atau salah satu pasangan meninggal :


(1) Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan.

(2) Mempertahankan hubungan yang seasi dan memuaskan dengan teman anak-anaknya

dan sebaya.

(3) Meningkatkan keakraban pasangan

8) Keluarga Usia Lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga inti dimulai saat salah satu pasangan

pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal :

(1) Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan

pasangannya

(2) Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi : kehilangan pasangan, kekuatan fisik

dan penghasilan keluarga.

(3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.

(4) Melakukan life review masa lalu

2.1.7 Peran Keluarga

Peran Andarmoyo (2012) menunjuk kepada beberapa perilaku yang kurang lebih bersifat

homogeny, yang didefinisikan dan diharapkan secara normative dari seseorang okupan dalam

situasi social tertentu. Peran didasarkan pada preskripsi dan harapan peran yang menerangkan

apa yang individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan

mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran tersebut

Macam-macam peran keluarga meliputi :

1) Peran formal keluarga

(1) Peran parenteral dan perkawinan


Delapan peran dasar yang membentuk bentuk social sebagai suami-ayah dan istri-ibu.

Peran tersebut adalah :

a) Peran Provider/ penyedia

b) Peran mengatur rumah tangga

c) Peran perawatan anak

d) Peran sosialisasi anak

e) Peran rekreasi

f) Peran persaudaraan (memelihara keluarga paternal dan maternal)

g) Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan

h) Peran seksual

(2) Peran anak

Peran anak adalah melaksanakan tugas perkembangan dan pertumbuhan fisik, psikis,

sosial.

(3) Peran kakek/nenek

Peran kakek/nenek dalam keluarga adalah : Semata-mata hadir dalam keluarga, pengawal

(menjaga dan melindungi bila diperlukan), menjadi hakim (arbitrator), negosiasi, antara

anak dan orang tua, menjadi partisipan aktif dan menciptakan keterkaitan antara masalalu

dengan masa sekarang serta masa depan.

2) Peran informal keluarga

Peran inbersifat impilsit biasanya tidak tampak ke permukaan dan dimainkan hanya

untuk memenuhi kebutuhan emosional individu dan atau untuk menjaga keseimbangan dalam

keluarga. Keberadaan peran informal penting bagi tuntutan-tuntutan integratif dan adaptif
kelompok keluarga. Beberapa contoh peran informal yang bersifat adaptif dan merusak

kesejahteraan keluarga diantaranya sebagai berikut :

(1) Pendorong

Pendorong memuji, setuju dengan, dan menerima konstribusi dari orang lain. Akibatnya

dapar merangkul orang lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran mereka

penting dan bernilai untuk didengar

(2) Pengharmonis

Pengharmonis menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota menghibur

menyatukan kembali perbedaan pendapat.

(3) Inisiator-konstributor

Insiator-konstributor mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara

mengingat masalah-masalah atau tujuan kelompok.

(4) Pendamai

Pendamai (compromiser) merupakan salah satu bagian dari konflik dan ketidaksepakatan.

Pendamai menyatakan posisinya dan mengakui kesalahannya, atau menawarkan

penyelesaian “setengah jalan”.

(5) Penghalang

Penghalang cenderung negatif terhadap semua ide yang ditolak tanpa alasan.

(6) Dominator
Dominator cenderung memaksakan kekuasaan atau superioritas dengan memanipulasi

anggota kelompok tertentu dan membanggakan kekuasaannya dan bertindak seakan-akan

mengetahui segala-galanya dan tampil sempurna.

(7) Perawat keluarga

Perawat keluarga adalah orang yang terpanggil untuk merawat dan mengaruh anggota

keluarga lain yang membutuhkan.

(8) Penghubung keluarga

Penghubung keluarga adalah penghubung, ia (biasanya ibu) mengirim dan memonitor

komunikasi dalam keluarga.

Ciri-ciri peran keluarga yaitu :

1) Terorganisasi, yaitu adanya interaksi

2) Terdapat keterbatasan dalam menjalankan tugas dan fungsi

3) Terdapat perbedaan dan kekhususan

2.2 Konsep Gastritis

2.2.1 Pengertian Gastritis

Gastritis merupakan inflamasi atau radang pada jaringan mukosa lambung. Gastritis

adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi pada

daerah superfisial Muttaqin Arif (2011).

Gastritis adalah peradangan yang bersifat akut, kronik, difus atau lokal. Gastritis

merupakan penyakit yang sering dijumpai karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala

klinis bukan hispatologi Agus Priyanto, Sri Lestari (2009).

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di masyarakat dari mulai

remaja hingga lanjut usia, dan orang-orang yang sedang mengalami stress, karena stress dapat
meningkatkan produksi asam lambung, begitu juga dengan pengonsumsian alkohol dan obat-

obatan anti inflamasi non steroid Yusuf Olii & Salamanja (2014).

Kesimpulan gastritis adalah suatu penyakit yang sering terjadi akibat proses inflamasi

pada lapisan mukosa dan sub-mukosa lambung yang dapat bersifat akut akut maupun kronik

yang dipicu beberapa agen yang bersifat iritan yang dapat meningkatkan produksi lambung.

2.2.2 Klasifikasi

Menurut Arif Muttaqin (2011), Gastritis dibagi menjadi dua yaitu :

1) Gastritis Akut

Gastritis akut ialah suatu peradangan atau lesi permukaan mukosa lambung yang akut

dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial Arif Muttaqin (2011). Gastritis akut ialah

inflamasi mukosa akut berupa erosi dan perdarahan akibat faktor agresif atau akibat gangguan

sirkulasi akut mukosa lambung Agus Priyanto (2009). Gastritis akut adalah merupakan

peradangan suatu mukosa lambung yang menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung

dan setelah terpapar pada zat iritan Suratun Lusianah (2010).

Kesimpulan Gastritis Akut adalah peradangan pada dinding lambung berupa lesi dan

perdarahan akibat faktor-faktor tertentu yang dapat menyebabkan penyakit gastritis setelah

memakan makanan yang mengandung bahan berbumbu, kafein, alkohol, dan aspirin merupakan

agen pencetus Suratun Lusianah (2010).

2) Gastritis Kronis

Gastritis Kronis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat menahun Arif

Muttaqin (2011). Gastritis kronis adalah peradangan mukosa kronis yang akhirnya menyebabkan

atrofi mukosa dan metaplasia epitel Kimberly (2011). Gastritis kronis adalah merupakan gastritis

yang terkait dengan atrofi mukosa gastrik sehingga produksi HCL menurun Suratun Lusianah
(2010). Penyebab gastritis berkaitan erat dengan infeksi (H.Pylory). Gastritis kronik berjalan

perlahan-lahan dan gejala yang umum terlihat adalah rasa perih dan terasa penuh di lambung,

kehilangan nafsu makan sehingga hanya mampu makan dalam jumlah sedikit. Pada sejumlah

orang terkadang gastritis kronik tidak menimbulkan gejala klinik.

2.2.3 Etiologi

Beberapa faktor yang menyebabkan kekambuhan gastritis diantaranya adalah obat-

obatan, alkohol, infeksi jamur, pola makan, merokok, refluks asam empedu, stress Arif muttaqin

(2011)

1) Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus seperti NSAID (aspirin), obat anti

inflamasi non steroid, sulfonamide, steroid, kokain, salsilat dapat menyebabkan peradangan

pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding

lambung. Jika pemakaian obat-obatan tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya

masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan

gastritis dan peptic ulcer Suratun Lusianah (2010).

2) Alkohol dapat mengiritasi atau merangsang dan mengikis permukaan lambung sehingga

asam lambung dengan mudah akan mengikis permukaan lambung dan dapat terjadi gastritis

Suratun Lusianah (2010).

3) Infeksi Helicobacter pylori, orang yang terinfeksi bakteri Helicobacter pylori dapat

mengalami gastritis. Teah terbukti saat ini bahwa infeksi yang disebabkan oleh Helicobacter

Pylori pada lambung bisa menyebabkan peradangan mukosa lambung yang disebut dengan

gastritis Agus Priyanto (2009).

4) Pola Makan terdiri dari jadwal makan, jenis makanan dan jumlah makanan yang mana jika

ketiga komponen ini tidak dilakukan dengan seimbang dapat menimbulkan kekambuhan
gastritis, contohnya memakan makanan yang berbumbu, dengan kandungan kafein, alkohol.

Adapun jadwal masakan yang tidak teratur akan membuat lambung sulit beradaptasi

Kimberly A.J (2011)

5) Merokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Karena itu orang yang merokok lebih

sensitif terhadap gastritis maupun ulser. Merokok juga akan meningkatkan asam lambung,

melambatkan kesembuhan, dan meningkatkan resiko kanker lambung Arif Muttaqin (2011)

6) Refluks asam empedu terjadi pada refluk garam empedu (komponen penting alkali untuk

aktifitas enzim-enzim Gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa. Suratun Lusianah (2010)

Adapun penyebab dari penyakit ini dibedakan menjadi dua macam yaitu karena zat

eksternal dan internal. Zat eksternal adalah zat dari luar tubuh yang dapat menyebabkan korosif

atau iritasi lmbung. Sedangkan zat internal adalah pengeluaran zat asam lambung yang

berlebihan dan tidak teratur. Jadwal makan yang tidak teratur kerap membuat lambung sulit

beradaptasi. Jika hal ini berlangsung terus-menerus, akan terjadi kelebihan asam dan akan

mengiritasi dinding lambung. Rasa perih dan mual pun muncul. Selain pola makan tak teratur,

penyakit maag juga bisa disebabkan stres. Hal ini dimungkinkan karena sistem persarafan di

otak berhubungan dengan lambung. Sehingga seseorang mengalami stres, bisa muncul kelinan

dalam lambungnya. Stres bisa menyebabkan terjadinya perubahan hormonal di dalam tubuh.

Perubahan itu akan merangsang sel-sel dalam lambung yang kemudian memproduksi asam

secara berlebihan. Asam yang berlebihan ini membuat lambung terasa nyeri, perih, dan

kembung. Lama-kelamaan dapat menimbulkan luka di dinding lambung Reni Wulan Sari, dkk

(2008)

2.2.4 Patofisiologi

Obat-obatan, alkohol, garam, empedu, dan zat iritan lainnya bersifat mengiritan mukosa
lambung yang dapat mengubah permeabilitas sawar epitel, bila mukosa lambung rusak terjadi

disfusi HCL ke mukosa dan HCL akan merusak mukosa, adanya HCL pada mukosa lambung

akan menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merasang pelepasan histamin

dari sel mast. Histamin akan meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan

cairan dari intrasel ke ekstrasel dan menyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga terjadi

perdarahan pada lambung, dalam fase ini lambung akan meregenerasi mukosa sehingga

gangguan tersebut dapat menghilang dengan sendirinya Suratun Lusianah (2010).

Namun apabila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan terjadi

terus menerus (gastritis kronik) jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin sehingga

lapisan mukosa lambung dapat menghilang dan terjadi atrodi sel mukosa lambung. Faktor

intrinsik yng dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan menurunkan atau hilang sehingga

cobalamin (Vit. B12) tidak dapat diserap oleh usushalus. Sementara vit. B12 ini berperan

penting dalam pertumbuhan dan manturasi sel darah merah pada akhirnya klien dengan gastritis

dapat mengalami anemia. Selain itu dinding lambung menipis dan rentan terhadap ferforasi

lambung dan perdarahan Suratun Lusianah (2010).

2.2.5 Manifestasi Klinis

Gastritis akut mmungkin sama sekali tidak bergejala, dapat menyebabkan nyeri

epigastrium dengan keparahan yang bervariasi disertai mual, muntah, atau bermanifestasi

sebagai hematemesis, melena, dan pengeluaran darah yang dapat mematikan, bergantung pada

keparahan kelainan anatomik. Secara keseluruhan, gastritis adalah suatu penyebab utama

hematemesis terutama pada pecandu alkohol. Bahkan pada situasi lain, penyakit ini cukup sering

ditemukan hampir beberapa orang yang minum aspirin setiap hari unntuk artritis remaoid

mengalami gastritis akut pada suatu saat selama pengobatan, banyak yang mengalami perdarahan
baik tersamar atau nyata. Kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia paska perdarahan.

Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih dalam terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau

kimia tertentu, dan juga bisa disebabkan oleh stress Arif Muttaqin (2011).

2.2.6 Komplikasi

Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir

dengan shock haemiragik, ulkus, perforasi dan anemia karena gangguan abbsorbsi vitamin B12

juga merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada gastritis Suratun Lusianah (2010).

Gangguan cairan elektrolit pada kondisi muntah hebat Arif Muttaqin (2011)

2.2.7 Penatalaksanaan

1) Farmakologi

(1) Antikoagulan : bila ada perdarahan pada lambung

(2) Antasida : pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena untuk

mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda, untuk gastritis yang

tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat

(3) Histonin: dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam lambung dan

kemudian menurunkan iritasi lambung

(4) Sulcralfate diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara menyelaputinya,

untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang menyebabkan iritasi (Ikatan

Apoteker Indonesia, 2010)

2) Cara perawatan pada pasien gastritis

Menurut kemenkes dan IDI (2014) perawatan gastritis pada pelayanan primer meliputi :

(1) Menginformasikan pada pasien untuk menghindari pemicu terjadinya keluhan, antara lain

dengan makan tepat waktu, makan sering dengan porsi kecil dan hindari dari makanan
yang meningkatkan asam lambung atau perut kembung seperti kopi, the, makanan pedas

dan kol.

(2) Konseling dan edukasi pasien serta keluarga mengenai faktor risiko terjadinya gastritis.

3) Gizi dan diet penyakit gastritis

Diet penyakit gastritis adalah untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya yang

tidak memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang

berlebihan yaitu : Almatsier (2010).

(1) Mudah dicerna, porsi kecil dan sering diberikan

(2) Energi dan protein cukup, sesuai dengan kemampuan pasien untuk menerimanya.

(3) Lemak rendah yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan secara

bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.

(4) Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara bertahap.

(5) Cairan cukup, terutama bila ada muntah

(6) Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis, mekanis,

ataupun kimia (disesuaikan dengan daya tahan terima perorangan)

(7) Lakktosa rendah bola bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak dianjurkan

minum susu terlalu banyak

(8) Makanan secara perlahan dilingkungan yang tenang.

(9) Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk memberi

istirahat pada lambung.

2.2.8 Pemeriksaan Diagnostik

1) Gastrokopi : adanya perdarahan (hemoragi) pada lambung, erosi atau ulser gaster, perforasi
lambung.

2) Ketidakseimbangan elektrolit

3) Pre-syok Agus Piyanto (2009)

2.3 Konsep Pola Makan Pasien Gastritis

2.3.1 Pengertian Pola Makan

Menurut Sulistyoningsih (2011) mengatakan bahwa pola makan di definisikan sebagai

karateristik dari kegiatan yang berulang kali makan individu atau setiap orang makan dalam

memenuhi kebutuhan makanan. . Secara umum pola makan memiliki 3 (tiga) komponen yang

terdiri dari:

1) Jenis makan adalah sejenis makanan pokok yang dimakan setiap hari terdiri dari makanan

pokok, Lauk hewani,Lauk nabati, Sayuran ,dan Buah yang dikonsumsi setiap hari Makanan

pokok adalah sumber makanan utama di negara indonesia yang dikonsumsi setiap orang atau

sekelompok masyarakat yang terdiri dari beras, jangung, sagu, umbi-umbian, dan tepung.

2) Frekuensi makan Frekuensi makan adalah beberapa kali makan dalam sehari meliputi makan

pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan

3) Jumlah makan Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakan dalam setiap orang

atau setiap individu dalam kelompok.

2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan

Pola makan yang terbentuk gambaran sama dengan kebiasaan makan seseorang. Secara

umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan adalah faktor ekonomi, sosial

budaya, agama, pendidikan, dan lingkungan


1) Faktor ekonomi Variabel ekonomi mencukup dalam peningkatan peluang untuk daya beli

pangan dengan kuantitas dan kualitas dalam pendapatan menurunan daya beli pangan

secara kualitas maupun kuantitas masyarakat. Pendapatan yang tinggidapat mencakup

kurangnya daya beli dengan kurangnya pola makan masysrakat sehingga pemilihan suatu

bahan makanan lebih di dasarkan dalam pertimbangan selera dibandingkan aspek gizi.

Kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan impor Sulistyoningsih (2011).

2) Faktor Sosial Budaya Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan dapat dipengaruhi

oleh faktor budaya sosial dalam kepercayaan budaya adat daerah yang menjadi kebiasaan

atau adat. Kebudayaan di 3 suatu masyarakat memiliki cara mengkonsumsi pola makan

dengan cara sendiri.

3) Dalam budaya mempunyai suatu cara bentuk macam pola makan seperti:dimakan,

bagaimana pengolahanya, persiapan dan penyajian, Sulistyoningsih

4) Agama Dalamagama pola makan ialah suatu cara makan dengan diawali berdoa sebelum

makan dengan diawali makan mengunakan tangan kanan (Depkes RI, 2008).

5) Pendidikan Dalam pendidikan pola makan iala salah satu pengetahuan, yang dipelajari

dengan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan penentuan kebutuhan gizi

Sulistyoningsih (2011).

6) Lingkungan Dalam lingkungan pola makan ialah berpengaruh terhadap pembentuk

perilaku makan berupa lingkungan keluarga melalui adanya promosi, media elektroni,

dan media cetak

7) Kebiasaan makan Kebiasaan makan ialah suatu cara seseorang yang mempunyai

keterbiasaan makan dalam jumlah tiga kali makan dengan frekuensi dan jenis makanan

yang dimakan. (Depkes,2009)

Anda mungkin juga menyukai