Anda di halaman 1dari 70
Pengantar Tidak banyak dari kalangan pesantren, terutama pada masa lalu, yang menulis sejarah. Di antara nama penulis sejarah dari kalangan pesantren adalah K.H. Syaifudin Zuhri (pernah menjadi Menteri Agama dan anaknya, Lukman Hakim Syaifudin kini menjadi Menteri Agama) yang menulis sejarah —dan banyak dijadikan rujukan penulisan sejarah— melalui otobiografinya serta beberapa tulisan-tulisannya yang diterbitkan di berbagai media. Namun, karya K.H. Syaifudin Zuhri itu dalam bentuk buku dan tulisan-tulisan yang oleh karena itu, sasarannya lebih umum. Berbeda dengan—kalau boleh agak lancang membandingkan—kitab karya Kiai Bisri Musthofa yang ditulis dengan bahasa Jawa pegon yang lebih khusus menyasar kalangan pesantren, yakni para guru serta murid di madrasah-madrasahnya. Meskipun kitab ini diikhtiarkan oleh beliau sebagai bahan ajar di madrasah-madrasah, akan tetapi, kitab ini menjadi penting karena beberapa alasan. Pertama, kitab ini merupakan sumbangsih kalangan pesantren dalam penulisan sejarah. Sebab, kitab ini dapat menjelaskan posisi dan perspektif kalangan pesantren dalam memandang babakan-babakan sejarah Indonesia. Kedua, dari alasan pertama itu dan dari isi buku ini yang didominasi oleh sejarah para wali -yang barangkali memang diikhtiarkan untuk menunjukkan peran para wali—buku ini merupakan pandangan kalangan pesantren bahwa para wali tidak bisa dikesampingkan begitu saja dari lintasan sejarah Nusantara karena begitu besarnya peran mereka. Ketiga,

Anda mungkin juga menyukai