Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

“MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT


dan PRINSIP ATRAUMATIC CARE ”

Oleh :

NAMA : MONICA AYU STEVANI


NIM : 21117085

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2019
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

1. Pengertian Manajemen Terpadu Balita Sakit


Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan
dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan
kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare,
campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang
meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang
bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan
morbiditas karena penyakit tersebut (Pedoman Penerapan Manajemen Terpadu Balita
Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004). Balita (bawah lima tahun) yaitu anak umur 0-5
tahun (tidak termasuk umur 5 tahun) (MTBS, Modul 1, 2004).
Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) adalah sot modul yang menjelaskan
secara rinci cara menerapkan proses keterpaduan pelayanan dalam menangani balita
sakit yang datang ke fasilitas rawat jalan. Keterpaduan pelayanan tidak hanya kuratif,
tapi promotif dan preventif. Sekitar 70% kematian anak dibawah 5 tanhun disebabkan
oleh pneumonia, diare, malaria, campak, dan malnutrisi. Di Indonesia, angka
kematian bayi (AKB) 50/1000 kelahiran hidup, dan angka kematian anak balita
(AKABA) 64/1000 kelahiran hidup (Surkesnas, 2001)

2. Tujuan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

1. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita


sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan
menangani pasien asalkan sudah dilatih).
2. Memperbaiki sistem kesehatan (utamanya di tingkat kabupaten/kota).
3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan
upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan
keluarga dan masyarakat), yang dikenal sebagai MTBS berbasis Masyarakat.

3. Gambar alat dan anatomi tubuh yang berkaitan


4. Indikasi tindakan keperawatan pada Manajemen Terpadu Balita Sakit
5. Kontra Indikasi tindakan keperawatan pada manajemen terpadu balita sakit
6. Asuhan keperawatan yang berkaitan
7. Persiapan tindakan keperawatan pada manajemen terpadu balita sakit
8. Prosedur pelaksanaan tindakan keperawatan

Daftar pustaka
PRINSIP ATRAUMATIC CARE

1. Pengertian Atramatic Care


Atraumatic care merupakan bentuk keperawatan terapeutik yang diberikan oleh
tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan anak, melalui penggunaan
tindakan yang dapat mengurangi distres fisik maupun distres psikologis yang dialami
anak maupun orang tuanya (Supartini, 2014). Atraumatic care adalah perawatan yang
tidak menimbulkan trauma pada anak maupun keluarga (Hidayat, 2012). Pengalaman
yang sangat traumatik dan penuh dengan stres fisik dan psikologis ini dialami anak
dan orang tua pada saat menjalani hospitalisasi (Hidayat, 2012).
Atraumatic care berkaitan dengan siapa, apa, kapan, dimana, mengapa, dan
bagaimana setiap prosedur dilakukan pada anak untuk mencegah atau meminimalkan
stress fisik dan psikologis (Wong, 1989, dalam Wong, et al., 2009). Maka dapat
disimpulkan, atraumatic care adalah pelaksanaan perawatan terapeutik pada anak dan
keluarga oleh perawat atau tenaga kesehatan lain dengan intervensi meminimalkan
atau mencegah timbulnya distres fisik maupun psikologis dalam sistem pelayanan
kesehatan

2. Tujuan Atramatic Care

A. Jangan melukai, hal tersebut dinyatakan Wong dan koleganya (2009) sebagai
tujuan utama dari atraumatic care.
B. Mencegah dan mengurangi stres fisik (Supartini, 2014).
C. Mencegah dan mengurangi stres psikologis (Supartini, 2014). Untuk mencapai
tujuan tersebut, terdapat beberapa prinsip atraumatic care sebagai kerangka
kerjanya (Wong, et al., 2009).

Supartini (2014) menyatakan bahwa prinsip atraumatic care dibedakan


menjadi empat, yaitu: mencegah atau menurunkan dampak perpisahan antara orang
tua dan anak dengan menggunakan pendekatan family centered, meningkatkan
kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anaknya, mencegah atau
meminimalkan cedera fisik maupun psikologis (nyeri) serta memodifikasi
lingkungan fisik ruang perawatan anak.
3. Gambar alat dan anatomi tubuh yang berkaitan
4. Indikasi tindakan keperawatan pada prinsip atrumatic care pada anak.

 Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak

Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak akanselalu berhati-hati
dalam melakukan aktivitas sehari-hari, selalu bersikap waspadadalam segala hal. Serta
pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan orangtua dalam mengawasi perawatan
anak. Intervensi keperawtan difokuskan padaupaya untuk mengurangi ketergantungan dengan
cara member kesempatan anakmengambil keputusan dan melibatkan orang tua.c.

 Mencegah atau mengurangi cedera dan nyeri

Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalamkeperawatan anak. Proses
pengurangan nyeri tidak bias dihilangkan secara cepatakan tetapi dapat dikurangi melalui
berbagai teknik, misalnya: distraksi, relaksasi,dan imaginary. Apabila tindakan pencegahan
tidak dilakukan maka cedera dannyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat
mengganggu pertumbuhandan perkembangan anak.

 Modifikasi lingkungan fisik

Melalui modifikasi lingkungan fisik Rumah Sakit yang bernuansa anakdapat meningkatkan
keceriaan, perasaan aman dan nyaman bagi lingkungan anaksehingga anak selalu
berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya.Modifikasi ruang perawatan dengan cara
membuat situasi ruang rawat seperti dirumah dan ruangan tersebut memelukan dekorasi yang
penuh dengan nuansa anak,seperti adanya gambar dinding brupa gambar binatang, bunga,
tirai dan sprei sertasarung bantal berwarna dan bercorak binatang atau bunga, cat dinding
yangberwarna serta tangga yang pengangannya berwarna ceria.

5. Kontra indikasi tindakan keperawatan pada prinsip atraumatic care pada anak.

 Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dengan orang tua

Dampak perpisahan dari keluarga, anak akan mengalami gangguanpsikologis seperti


kecemasan, ketakutan, kurangnya kasih saying, gangguantersebut kan menghambat proses
penyembuhan anak dan dapat mengganggupertumbuhan dan perkembangan anak. Bila anak
dirawat di Rumah Sakit danselama itu tidak boleh berhubungan dengan orang tuanya, maka
ia kan merasaditolak oleh keluarganya dan mengakibatkan anak cenderung emosi saat
kembalipada keluarganya. Pada umumnya anak bereaksi negative waktu pulang ke
rumah.Selama anak mengalami hospitalisasi, keluarga memainkan peran bersifatdukungan
moril seperti kasih sayang, perhatian, rasa aman, dan dukungan materiilberupa usaha
keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga.

 Tidak melakukan kekerasan pada anak

Secara umum kekerasan didefinisikan sebagai suatu tindakan yangdilakukan oleh individu
terhadap individu lain yang mengakibatkan gangguan fisikdan psikis. Kekerasan pada anak
adalah tindakan yang dilakukan seseorang atauindivisu pada mereka yang belum genap
berusia 18 tahun yang menyebabkankondisi fisik dan psikis terganggu (Sugiarno,
2007:11).Kekerasan pada anak menimbulkan gangguan psikologis yang sangatberarti dalam
kehidupan anak. Apabila hal tersebut terjadi pada saat anak dalamproses tumbuh kembang,
maka kemungkinan pencapaian kematangan akanterhambat, dengan demikian tindakan
kekerasan pada anak sangat tidakadianjurkan karena akan memperberat kondisi anak seperti
melakukan tindakankeperawtan yang berulang-ulang dalam pemasanagan IVFD.
6. Asuhan keperawatan yang berkaitan

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI

1. Ansietas Setelah dilakukan tindakan PENGURANGAN


berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam KECEMASAN
riwayat keluarga “Tingkat Kecemasan” klien 1. Gunakan
tentang ansietas diharapkan dapat teratasi dengan pendekatan yang
dibuktikan dengan kriteria : tenang dan
kontak mata yang INDIKATOR A T meyakinkan
buruk 2. Dorong kelurga
1. Meremas –remas 2 5 untuki
tangan mendampingi klien
dengan cara yang
2. Otot tegang 2 5
tepat
3. Berada di sisi klien
untuk meningktkan
3. Wajah tegang 2 5
rasa aman dan
mengurangi

4. Perasaan gelisah 2 5 ketakutan


4. Berikan objek yang
menunjikan rasa
1. BERAT aman
2. CUKUP BERAT
3. SEDANG
4. RINGAN
5. TIDAK ADA
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan PENINGKATAN TIDUR
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam
program pengobatan “status kenyamanan fisik ” klien 1. Bantu
dibuktikan dengan diharapkan dapat teratasi dengan meningkatkan
merasa tidak nyaman kriteria : jumlah jam tidur ,
INDIKATOR A T jika diperlukan
2. Sesuaikan jam
1. Nyeri otot 2 5
pemberian obat
untuk mendukung
2. Posisi yang 2 5 tidur/siklus bangun
nyaman pasien
3. Anjurkan keluarga
3. Kesejahteraan fisik 2 5
memantau pola
tidur
4. Baju yang nyaman 2 5 4. Bantu untuk
mengurangi situasi
stress sebelum tidur

1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikitterganggu
5. Tidak terganggu
7. Persiapan tindakan keperawatan pada prinsip atraumatic care.
1. Identifikasi kebutuhan pasien yang akan dilakukan dalai pemberian bolus
intravena
2. Menginformasikan
3. Perawat mencuci tangan
4. mempersiapkan alat dan bahan pemasangan infus :
 steril
a. abocath sesuai ukuran
b. infuse set
c. kapas alkohol 70%
d. sarung tangan steril
e. kassa steril
f. betadine dalam tempatnya
 non steril
a. tourniquet
b. tiang infuse
c. plester
d. gunting plester
e. cairan infuse
f. bengkok
8. Prosedur pelaksanaan tindakan keperawatan.

SOP pemberian bolus intravena dengan prinsip Atraumatic care

No SOP pemberian bolus intravena

1. Pakai apron/celemek bergamba


2. a. Jelaskan tindakan kepada anak yang lebih besar (>3 tahun). ajari anak untuk
meiup baling-baling selama tindakan terutama saat insersi jarum

b. Tempatkan orang tua dalam jangkuan pandang anak.

c. pada anak usia <3 tahun,anjurkan orangtua memberikan ASI/PASI 2 menit


sebelumtindakan dan mempertahkan pemberiaan ASI/PASI selama tindakan.
apabila anakmenangis pemberian asi dihentikan.
3. Letakkan ekstremitas atas pada posisi yang nyaman. Jika memungkinkan

4. Letakkan perlak dibawah siku tangan yang akan diinjeksikan

5. Usap area punusukan bolus dengan alcohol secara melingkar

6. insersikan jarum dengan susudut 30o

7. Lakukan aspirasi, jika darah terlihat di spuit, injeksikan obat secara perlahan-lahan

8. Ajarkan anak untuk meniup baling-baling pada anak yang lebih besar dan tempatkan
orangtua dalam jangkuan pandang anak pada anak yang lebih kecil
9. Tarik jarum dari karet perlahan dan tekan area injeksi dengan kapas alcohol
10. Puji anak atas partisipasi anak
11. Buang jarum suntik di tempat benda tajam
12. Rapikan alat
13. Dokumentasikan tindakan, dosis, rute, lokasi tanggal dan waktu penyuntikan. Tanda
tangandengan nama jelas sesering mungkin
Daftar pustaka

Hidayat, A. A. A. (2012). Pengantar ilmu keperawatan anak buku 1. Jakarta: Salemba


medika.
Supartini, Y. (2014). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC.
Wong, D. L., Eaton, M. H., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P. (2009).
Buku ajar keperawatan pediatrik volume 2 edisi 6. Jakarta: EGC.
Wong, D. L., Eaton, M. H., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P. (2009).
Buku ajar keperawatan pediatrik volume 1 edisi 6. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai