PENDAHULUAN
I. Latar belakang
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat komplek dan merupakan
komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi
masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan
asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan
tujuan memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Keperawatan di Indonesia
di masa depan sampai saat ini masih berada dalam proses mewujudkan keperawatan
sebagai profesi, maka akan terjadi beberapa perubahaan dalam aspek keperawatan yaitu :
penataan pendidikan tinggi keperawatan, pelayanan dan asuhan keperawatan, pembinaan
dan kehidupan keprofesian, dan penataan lingkungan untuk perkembangan
keperawatan.pelayanan keperawatan melalui pelaksana fungsi perncanaan,
pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, pengarahan, evaluasi dan pengendalian mutu
keperawatan.
Menurut Nursalam (2002), keperawatan sebagai pelayanan yang profesional
bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan
kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan obyektif klien, mengacu pada standard
professional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan utama.
Keperawatan profesional secara umum merupakan tanggung jawab seorang perawat yang
selalu mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan, sehingga dituntut untuk selalu
melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar (rasional) dan baik (etikal).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam manajemen tersebut
mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi (Grant & Massey, 1999), sedangkan menurut Gillies (1986)
manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain. Manajemen keperawatan menurut Nursalam (2002), merupakan suatu
pelayanan keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan
menjalankan empat fungsi manajemen antara lain perencanaan, pengorganisasian,
motivasi, dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan
memerlukan keterampilan-keterampilan teknis, hubungan antar manusia, konseptual yang
mendukung asuhan keperwatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna bagi
masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen keperawatan perlu mendapat
1
prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan, karena berkaitan
dengan tuntutan profesi dan global bahwa setiap perkembangan serta perubahan
memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan
yang terjadi.
Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata
di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana konsep dan Aplikasinya
di dalam organisasi keperawatan itu sendiri. Metode ini menggunakan tim yang terdiri
dari anggota yang berbeda-beda dalam memerikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruang dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri dari tenaga
profesional, technikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Sistem
pemberian asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien di Ruang Bedah Di RSU
Jendral Ahmad Yani Metro, berdasarkan metode Tim. Dalam metode ini kepala ruangan
membagi menjadi 2 Tim yaitu Tim I yang terdiri dari 5 perawat pelaksana dan Tim II
terdiri dari 6 perawat pelaksana.
2
Ruang Bedah Di RSU A. YANI METRO untuk mengaplikasikan manajemen
keperawatan.
III. Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di Ruang Bedah Di RSU A.
YANI METRO selama 15 hari diharapkan mahasiswa mampu menerapkan konsep
dan prinsip kepemimpinan dan manajemen keperawatan pada unit pelayanan
kesehatan secara nyata dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
B. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di Ruang Bedah Di RSU A.
YANI METRO mahasiswa mampu :
1. Mengumpulkan data, menganalisis data dan memahami data masalah dalam
pengorganisasian asuhan keperawatan
2. Mengorganisasikan pelaksanaan kegiatan keperawatan
3. Melakukan usaha-usaha koordinasi kegiatan keperawatan
4. Memilih dan menerapkan model asuhan keperawatan dengan metode Tim.
5. Memperkenalkan perubahan kecil yang bermanfaat untuk ruangan
6. Mengidentifikasi masalah yang terjadi
7. Merencanakan beberapa alternatif pemecahan masalah
8. Mengusulkan dan menerapkan alternatif tersebut kepada manajer keperawatan
9. Mengobservasi pelaksanaan kegiatan.
10. Mengevaluasi hasil penerapan alternatif pemecahan masalah
3
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik ruangan, proses
pelayanan, inventaris ruangan, dan asuhan keperawatan yang langsung dilakukan
ke pasien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat, dan keluarga pasien
untuk mengumpulkan data tentang proses orientasi pasien baru dan pelayanan
pasien.
3. Studi Dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik pasien,
ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen ruangan, prosedur tetap
ruangan, dan inventaris ruangan.
4. Kuisioner
Kuisioner digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap asuhan
keperawatan, kepuasaan kerja perawat, penilaian kinerja perawat, kepuasan
praktikan terhadap bimbingan praktek klinik keperawatan, penerapan standar
asuhan keperawatan dan pelaksanaan Model Praktek Keperawatan Profesional
D. Peserta Praktek
Mahasiswa tahap profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
‘Muhammadiyah Pringsewu dengan anggota :
1. JONNI ALFADRI, S. Kep (149012018323)
2. BASUKI, S. Kep (149012018170)
3. DWI WAHYUNINGSIH, S.Kep (149012018321)
4. NURKAYATI, S.Kep (149012018174)
5. RITA ARI SUSANA, S.Kep (149012018177)
6. YUWANA WIJORINI, S.Kep (149012018181)
7. MEISINAH, S.kep (149012018173)
8. UMMU KALSUM (149012018179)
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.2.1.2 Perencanaan
a. Pengertian perencanaan
Menyusun langkah strategis dalam mencapai tujuan organisasi yang telah di
tetapkan ( Nursalam edisi 3, 2012)
Menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien,
menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran
tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan membuat pola struktur organisasi
yang dibutuhkan membuat pola organisasi yang dapat mengoptimalkan
efektifitas serta menetapkan kebijaksanaan dan prosedur untuk mencapai
visi dan misi institusi yang ditetapkan
5
b. Kegunaan perencanaan
Mengatasi masalah-masalah yang dihadapi
Mempermudah pencapaian tujuan organisasi
Mempermudah pembuatan kembali rancana baru
c. Keuntungan perencanaan
Kegiatan menjadi terarah
Penggunaan sumber daya lebih efektif dan efisien
Landasan kuat untuk fungsi pengendalian
Mempermudah evaluasi dan revisi (perbaikan kekurangan)
d. Langkah-langkah perencanaan
Menentukan dan memahami visi, misi, filosofi dan tujuan organisasi
Mengumpulkan data sesuai kebutuhan untuk pencapaian kebutuhan
Menganalisa data yang ada
Membuat beberapa alternatif
Memilih dan mengusulkan alternatif terbaik (Cost & Benefit Ratio)
Pimpinan menetapkan alternatif terbaik
Menyusun rencana
Mengkaji ulang perencanan sebelum dilaksanakan
e. Tahap-tahap kegiatan :
1. Pengumpulan data
Sensus klien harian, bulanan dan tahunan
Kapasitas tempat tidur
BOR/ rata-rata tempat tidur yang terpakai
Jumlah kelahiran
Jumlah operasi
Kecenderungan populasi klien
Perkembangan teknologi
Ketenagaan (keperawatan dan non keperawatan)
2. Analisa lingkungan
Kekuatan (Strengths)
Klemahan (Weakness)
Kesempatan/ peluang (Opportunity )
6
Ancaman (Treats)
3. Penyusunan rencana
Menetapkan object
Menyusun uraian kegiatan
Menetapkan prosedur, target waktu, penanggung jawab
Tetapkan sasaran, biaya, peralatan, metode dan alat bantu yang
dibutuhkan
f. Kendala dalam perencanaan
Kurang terampilnya para perencana
Kesulitan memahami tujuan
Keraguan akibat keterbatasan wewenang
Kurang dukungan
2.2.1.3 Pelaksanaan/ implementasi(penjelasan
Tahap ini bagaimana memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan
yang telah direncanakan. Fungsi kepemimpinan dapat dibagi dalam komponen
fungsi yang terdiri atas kepemimpinan, komunikasi dan motivasi.
2.2.1.4 Evaluasi
Mengevaluasi dari segala kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan dari
evaluasi ini adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan
perannya sesuai dengan tujuan organisasi yang ditetapkan.
2.3 PENGORGANISASIAN
2.3.1 Pengertian Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan berbagai kegiatan yang diperlukan untuk
melaksanakan suatu rencana sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan
dapat dicapai dengan memuaskan
7
2.3.2 Tujuan Pengorganisasian
Untuk menentukan deskripsi atau uraian aktifitas kerja agar memenuhi sasaran
(object)
Untuk mendistribusikan beban kerja staff
Untuk mengorganisasikan mekanisme kerja antar anggota
2.3.3 Karakteristik organisasi yang baik
Peta pengorganisasian harus menunjukkan saluran otoritas (wewenang) dan
komunikasi
Manajer bertanggung jawab terhadap area mereka dan terhadap penampilan
kerja personil mereka
Manajer bertanggung jawab untuk menentukan cara-cara dari semua tugas yang
dilakukan dan oleh siapa dan untuk mengevaluasi penampilan dari tiap-tiap
pekerja maupun hasil pekerjaan
Area tanggung jawab harus dalam batas-batas yang diterima
Tiap-tiap pekerja seharusnya melapor hanya pada satu orang
Setiap manajer harus mempertahankan selalu komunikasi terbuka kearah bawah,
atas dan horizontal.
2.4 . PENGARAHAN
2.4.1 Pengertian Pengarahan
Pengarahan adalah suatu kegiatan untuk membimbing berjalan ke suatu arah,
secara terbuka untuk mencapai tujuan dengan cara : perjelas cara/ metode dan hargai
upaya bawahan. Dalam proses kepemimpinan suatu pengarahan harus mempunyai
tujuan yang jelas, mengenali kemampuan, mengidentifikasi motivasi dan menghargai
waktu.
b. Tulisan
Dapat berupa : instruksi, penugasan, kebijakan, prosedur, ketentuan, standar.
8
d. Pengarahan tertulis yang baik :
Cantumkan nama yang ditugasi, tanggal dikeluarkan dan dilaksanakan kegiatan,
jenis kegiatan, waktu yang diperlukan, standar yang digunakan, nama dan posisi
pemberian tugas.
2.5 PENGENDALIAN
2.5.1 Pengertian Pengendalian
Memeriksa apakah segala sesuatu sesuai dengan rencana yang diambil, instruksi
yang diberikan dan prinsip-prinsip yang ditujukan untuk menunjukkan kelemahan
dan kesalahan agar dapat meralat dan mencegah kelemahan dan kesalahan
tersebut terjadi kembali (Payol, 1949)
Melihat segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah diambil,
perintah yang telah diberikan dan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan (Urwick,
1944)
2.5.2 Tiga tahap pengendalian
1. Definisi sadar yang ditentukan sebelumnya untuk suatu level penampilan
2. Penilaian penampilan sekarang terhadap standar
3. Mengambil tindakan perbaikan jika diindikasikan
2.5.3 Tehnik pengendalian yang sering digunakan
1. Evaluasi rencana operasional
9
2. Ronde keperawatan
3. Instruksi pelaksanaan keperawatan
4. Pengendalian melalui “Critical Control Point”
5. PERT (Program Evaluation & Review Technique)
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memerikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruang dibagi
menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri dari tenaga profesional, technikal dan pembantu
dalam satu grup kecil yang saling membantu.
Kelebihannya :
10
Kelemahannya :
1. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk komferensi tim,
yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-
waktu sibuk.
2. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai tehnik
kepemimpinan
3. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin
4. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
5. Peran kepala ruangan penting dalam model tim akan berhasil baik bila didukung
oleh kepala ruangan
11
Namun pada beberapa kondisi dila belum semua mendapat pendidikan
tambahan (D3 Keperawatan). PA adalah perawat dengan pendidikan SPK
tetapi mempunyai pengalaman yang cukup lama di Rumah Sakit
12
Memberikan wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien
Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya
Identifikasi masalah dan cara penanganan
Fungsi Pengarahan
Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik
Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan
sikap
Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan asuhan keperawatan pasien
Melibatkan bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
Meningkatakn kolaborasi dengan anggota tim lain
c. Tahap Evaluasi
Fungsi Pengendalian
Mengevaluasi kinerja ketua tim
Membgerikan umpan balik pada kinerja tim
Mengatasi masalah di ruangan dan menetapkan tindak lanjut
Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
2. Peran Ketua Tim
a. Tahap Pengkajian
Mengidentifikasi masalah terkait fungsi-fungsi manajemen
b. Tahap Perencanaan
Bersama kepala ruang mengadakan serah terima tugas setiap pergantian
dinas
Melakukan pembagian tugas atas anggota kelompoknya
Menyusun rencana asuhan keperawatan : pengkajian, rencana tindakan
keperawatan dan menentukan kriteria evaluasi
Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan
Mengikuti visite dokter
13
Menilai hasil pekerjaan anggota kelompok dan mendiskusikan masalah
yang ada
Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan
Mengorientasi klien baru pada lingkungan
Melakukan pelaporan dan pendokumentasian rencana keperawatan pada
list pasien
c. Tahap Implementasi
Fungsi organisasi
Merumuskan tujuan dari pengorganisasian tim keperawatan
Melakukan pembagian tugas bersama kepala ruangan sesuai dengan
perencanaan terhadap klien yang menjadi tanggung jawabnya
Pembagian kerja sesuai dengan tingkat ketergantungan klien
Mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan bersama anggota tim
kesehatan lain
Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim
Mendelegasikan pelaksanaan proses asuhan keperawatan kepada
anggota tim dan pelimpahan wewenang pengambilan keputusan dan
penggunaan sumber daya
Membuat rincian tugas anggota tim meliputi pemberian asuhan
keperawatan, kerjasama anggota tim dan antar tim
Melakukan pelaporan
d. Tahap Evaluasi
Fungsi Pengendalian
Mengevaluasi asuhan keperawatan
Memberikan umpan balik kepada pelaksana
Memperhatikan aspek legal dan etik
Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
3. Peran Perawat Pelaksana
a. Tahap Pengkajian
Melakukan tindakan, sudah dilakukan oleh Ka Ru dan Ka Tim
b. Tahap perencanaan
Bersama katim mengikuti overan dinas
14
Melaksanakan pembagian tugas yang diberikan Ka Tim
Melaksanakan rencana asuhan keperawatan
Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan
Mengikuti ronde keperawatan bersama kepala ruangan dan ketua tim
c. Tahap Implementasi
Fungsi Organisasi
Melaksanakan tugas sesuai sistem penugasan yang diberikan Ka Tim
Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai renpra
Melaksanakan tugas yang didelegasikan oleh Ka Tim dan
mempertanggung jawabkan
Melakukan pelaporan dan pendokumentasian tindakan keperawatan
Fungsi Pengarahan
Menerima bimbingan pengarahan dan memberikan umpan balik kepada
Ka Tim
15
BAB III
ANALISA SITUASI
Rumah Sakit Umum Daerah Jenderal Ahmad Yani, adalah semula Rumah
Sakit milik Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah, yang kemudian aset tanah dan
16
bangunan pada bulan Januari 2002 berdasarkan SK Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Lampung Tengah Nomor : 188.342/IV/07/2002, diserahkan kepada
pemerintah Daerah Kota Metro.
Pada tahun 2003 RSUD Jend. A. Yani sebagai salah satu lembaga organisasi
layanan publik dibawah Kepemerintahan Kota Metro dengan fungsi peranan lembaga
teknis Daerah disamping memiliki keterkaitan struktural juga mempunyai
kewenangan, otonomi seperti yang diamanatkan oleh Undang-undang No.32 tahun
2004, yang secara subtantial dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
yang bermutu kepada masyarakat di Kota Metro dan sekitarnya.
Berdasarkan Perda Kota Metro No. 7 Tahun 2008 bahwa RSUD Jend. A. Yani
merupakan Lembaga Teknis Daerah namun pada tanggal 30 Desember 2010 dengan
Peraturan Walikota Metro NO : 343/KPTS/RSU/2010, RSUD Jend. A. Yani
ditetapkan sebagai Instansi Pemerintah Kota Metro yang menerapkan PPK-BLUD.
Visi, Misi Falsafah dan tujuan Rumah Sakit adalah sebagai pedoman untuk
terselenggaranya pelayanan medik yang berkualitas terjangkau dan adil bagi
masyarakat penguna jasa pelayanan kesehatan.
17
2. Gambaran Umum Ruang BEDAH
Di RSU A. YANI METRO memiliki beberapa ruang rawat inap yang salah
satunya Ruang Bedah yang digunakan sebagai tempat pemberian pelayanan pada
kasus pasien bedah mata, orthopedi, bedah umum, bedah THT, baik laki-laki maupun
perempuan, terdiri dari :
Kelas I = 1 bed
Kelas III A = 6 bed
Kelas IIIB = 8 bed
Kelas IIIC = 7 bed
1) Letak ruang
18
2) Denah ruangan BEDAH
Gambar 2
Denah Ruang Bedah
Lorong
Ruang. Mata R. Cuci Alat R. Kelas I Satelit Sentral Lorong R. Dokter Ruang Kelas III.C
19
3) Struktur organisasi
Gambar 2
Struktur organisasi Ruang Bedah
KEPALA RUANGAN
FITRIANI ANIS S,Kep
6. Paulus j,Amd.Kep.
20
Model asuhan keperawatan di ruang Bedah secara teori telah
menggunakan sistem Metode Tim, tetapi pada kenyataannya di lapangan
masih menggunakan model asuhan keperawatan fungsional. Ruang Bedah
di RSU A. YANI METRO dipimpin oleh seorang kepala ruang yang
dibantu oleh 2 orang ketua Tim dan 11 orang perawat pelaksana. Setiap
pergantian shif selalu dilakukan operan jaga dengan mengunjungi kamar
setiap pasien yang sesudah dilakukan pre conference. Pre conference di
pimpin oleh kepala ruang dan diikuti oleh semua staf yang jaga dinas pada
malam dan pagi. Pelaksanaan dimulai dengan operan jaga dari perawat
yang jaga malam kepada perawat yang jaga pagi (keliling dan menemui
klien).
21
Analisa Data :
Berdasarkan tabel 1 diatas distribusi penyakit di Ruang Bedah selama
1 tahun yang tertinggi adalah fraktur tulang anggota gerak sebanyak
141 pasien (1.27%) karena disebabkan oleh kecelakaan.
5. Hasil Pengkajian
a. Man/tenaga : Kualitas dan kuantitas tenaga keperawatan
22
(365 – C) x jam kerja/hari
Keterangan :
A : Jam Perawatan/24 jam
B : (BOR x jumlah TT) / jumlah pasien
C : Jumlah hari libur
ii. Menurut Depkes (2002)
Klasifikasi kategori asuhan keperawatan menurut Depkes :
1. Perawatan minimal memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam, dengan
kriteria :
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
b. Makan, minm dilakukan sendiri.
c. Ambulasi dengan pengawasan.
d. Observasi tanda – tanda vital dilakukan tiap shift.
e. Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
f. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
2. Intermediate memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam dengan
kriteria:
a. Kebersihan diri dibantu, makan – minum dibantu.
b. Observasi tanda – tanda vital.
c. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
d. Folley kateter, intake output dicatat.
e. Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur.
3. Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5 – 6 jam/ 24
jam dengan kriteria.
a. Segala diberikan atau dibantu.
b. Posisi diatur, observasi tanda – tanda vital tiap 2 jam.
c. Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena .
d. Menggunakan Suction.
e. Gelisah/ disorientasi
23
Penghitungan tenaga perawat berdasarkan :
1. Tingkat ketergantungan pada pasien berdasarkan jenis kasus
2. Rata-rata pasien perhari
3. Jam perawatan yang diperlukan per hari per pasien
4. Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
5. Jam efektif setiap perawat 8 jam/hari
Faktor Koreksi:
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah
(faktor koreksi) dengan hari libur/cuti/hari besar (loos day) :
100
24
b) Kajian Data
i. Menurut Gillies
Perhitungan tenaga keperawatan yang ideal adalah :
4,96 x (49,41% x 25) x 365
=
(365 – 73) x 8
= 22362,95%
2336
= 9,6
Tabel 2
Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Menurut DepKes RI di Ruang Bedah
RSU. A. YANI METRO
Tanggal 8 Maret -7 April 2019
25
Jumlah jam perawatan di ruangan/hari : 104,25 jam
Maka kebutuhan tenaga keperawatan : 104,25 = 13,03
8
Faktor koreksi :
Loss Day = (73+4,96) x 13,03
365 - 73
= 1015,82
292
= 3,46
Tugas Non Keperawatan :
= (13,03+3,027) 25%
= 4,014
=4
Tenaga keperawatan yang dibutuhkan = 13,03 + 3,027 + 4,014 =
20,071 + 1 Ka Ru = 21,071 = 21 orang
26
2 Intermediate care 16 8
3 Total care 5 4
Jumlah 21 12
Sumber : Data Primer Ruang Bedah
Jumlah tenaga perawat secara keseluruhan yang dibutuhkan adalah:
Tabel 4
Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi
ketergantungan Pasien Menurut Douglas
Tabel 5
Kebutuhan Tenaga Perawat Jaga Menurut Klasifikasi Pasien
Berdasarkan Douglass Di Ruang Bedah
27
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus douglas
untuk kebutuhan tenaga di Ruang Bedah sebanyak 15 orang,
sedangkan di Ruang Bedah jumlah perawat saat ini 14 orang,
sehingga kebutuhan tenaga kurang 1 orang perawat.
28
Menurut Djojodibroto (1997) konsep pengembangan SDM
yang disebut Human Resource Development mempunyai 3
program yaitu :
(1) Training, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan
kepada pekerjaan saat ini.
(2) Education, yaitu aktivitas dimana proses diarahkan pada
pekerjaan yang akan datang.
(3) Development, yaitu aktivitas dimana proses belajar tidak
diarahkan untuk pekerjaan pegawai yang bersangkutan
secara langsung.
Bagi tenaga profesional di RS menurut Djojodibroto
(1997) pelatihan, kursus dan lokakarya yang di perlukan untuk
para medis :
(1) Etika komunikasi
(2) Komunikasi terapeutik dalam keperawatan
(3) Etika keperawatan
(4) Manajemen keperawatan
(5) Hospital management training
(6) Audit medik
(7) Pencegahan infeksi nosokomial
(8) Sanitasi rumah sakit
b) Kajian Data
1) Tenaga keperawatan di Ruang Bedah berdasarkan tingkat pendidikan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan
Ruang Bedah Di RSU A. YANI METRO Tahun 2019
29
Jumlah 14 100
Sumber: data ruang bedah
Berdasarkan tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan
perawat di b a n g s a l bervariasi, dengan jenjang pendidikan tertinggi
lulusan S 1 - P r o f e s i keperawatan 7 orang (50%) , S1 Keperawatan
sebanyak 1 orang (7 %) dan DIII Keperawatan ada 6 orang (43%). Hal
ini berarti sesuai dengan standar profesi yang mana batas minimal
dengan jenjang pendidikan D3.
b. Money/ Dana
1) Kajian Teori
Memberikan pelayanan kesehatan baik medis maupun
nonmedis merupakan salah satu fungsi rumah sakit agar pelayanan
rumah sakit tersebut dapat berjalan secara optimal dan dapat
dirasakan oleh seluruh masyarakat untuk itu rumah sakit perlu
mempersiapkan peralatan atau bahan medis, dan non medis.
2) Kajian Data
c. Metode
1) Kebijakan
a) Kajian Teori
Menurut Stevens (1983) standar mempunyai dua pengertian
yaitu pertama sebagai kriteria keberhasilan dan kedua sebagai
dasar untuk mengukur peristiwa atau perilaku.
Menurut Gillies (1994) standar sebagai pernyataan diskriptif
tentang tingkat penampilan yang dipakai untuk menilai kualitas
struktur, proses, dan hasil.
Menurut Undang-undang RI. No.23 tahun 1992 tentang
kesehatan dalam penjelasan pasal 53 ayat 2 mendefinisikan
standar profesi sebagai “pedoman yang harus dipergunakan
sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik” atau
30
secara singkat dapat dikatakan standar adalah pedoman agar
pekerjaan dapat berhasil dan bermutu. Berdasarkan alasan inilah
maka adanya standar pelayanan dan asuhan keperawatan yang
identik dengan standar profesi keperawatan, berguna sebagai
kriteria untuk mengukur keberhasilan dan mutu pelayanan dan
asuhan keperawatan.
b) Kajian Data
31
bahwa kegagalan dari perawat untuk memenuhi standar,
membahayakan pasien.
Standar asuhan keperawatan terdiri dari kriteria-
kriteria yang harus dipenuhi dalam pemberian asuhan
keperawatan, apabila kriteria-kriteria tersebut dapat dipenuhi
maka mutu asuhan keperawatan dapat dipertanggung
jawabkan secara profesional dengan memahami dan mematuhi
kriteria dalam standar asuhan keperawatan yang selanjutnya
diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan maka bukan
hanya keprofesian yang dapat dijaga dan ditingkatkan, tetapi
juga meliputi pemenuhan kebutuhan dalam aspek-aspek
keamanan dan kenyamanan pasien.
Dasar hukum standar profesi keperawatan adalah UU
Kesehatan RI No. 23 tahun 1992 pasal 53.
Ayat 1:
“Tenaga kesehatan memperoleh perlindungan dalam
melaksanakan tugas sesuai profesinya”.
Ayat 2:
“Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban standar profesi dan pasien”.
Standar Keperawatan menurut Depkes RI meliputi:
(1) Standar Pelayanan Keperawatan (SPK).
(2) Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Saat ini telah dikembangkan persamaan penggunaan
bahasa standar dalam penentuan Diagnosa Keperawatan
berdasarkan NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association), penetapan tujuan dengan NOC (Nursing
Outcome Classification) dan rencana intervensi dengan NIC
(Nursing Intervention Clasiffication).
Suatu ruang perawatan di sebuah rumah sakit idealnya
mempunyai prosedur tetap (protap) tindakan yang berlaku
32
secara resmi yang dipahami dan diterapkan oleh seluruh staf di
ruangan tersebut. Ruang perawatan harus mempunyai prosedur
tetap semua tindakan perawatan dan SAK (Standar Asuhan
Keperawatan) minimal 10 penyakit terbanyak yang sering
muncul di ruang tersebut.
33
21. Panduan Asuhan yang Seragam
22. Panduan Kamar Isolasi
23. Panduan Pelayanan yang Terintegrasi
24. Panduan Laporan Insiden Keselamatan
25. Panduan Pelayanan Transfusi
26. Panduan Asuhan Keperawatan
27. Panduan Manajemen Nyeri
28. SOP Hak Pasien dan Keluarga
29. SOP Pendidikan Pasien dan Keluarga
30. SOP MFK
31. SOP Penggunaan dan Pemeliharaan Alat
32. SOP Penatalaksanaan Anestesi Bedah
33. Standar Pelayanan Publik
34. SK Pembentukan Kode Blue
35. Kriteria Pasien yang Di Rujuk
36. Panduan Perlindungan Terhadap Kekerasan Fisik, Usia
Lanjut, Penderita Cacat, Anak anak dan yang Berisiko di
Sakiti
37. Laporan Komite PPI
Analisa Data :
4) Material
a) Kajian Teori
Saat ini Rumah Sakit menghadapi berbagai tantangan
untuk dapat melaksanakan fungsinya memberikan pelayanan
kesehatan. Dua komponen penting yang menjadi fokus utama
34
pada RS atau puskesmas yaitu mutu atau kualitas dan
pembiayaan.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari
sistem pelayanan kesehatan di RS dan puskesmas sehingga
mutu pelayanan kesehatan RS atau Puskesmas juga ditentukan
oleh mutu pelayanan keperawatan secara professional. Mutu
pelayanan secara professional ini dapat memberikan kontribusi
terhadap citra RS atau Puskesmas melalui pemberian jasa
pelayanan kesehatan yang menyeluruh.
Pengelolaan atau manajemen keperawatan dilaksanakan
untuk mencapai peningkatan mutu pelayanan keperawatan,
tersusunnya program pengembangan tenaga keperawatan dan
terlaksananya penelitian keperawatan.
Di dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan
adanya pengelolaan peralatan sebagai faktor pendukung atau
penunjang terlaksananya pelayanan keperawatan. Peralatan
kesehatan untuk pelayanan keperawatan merupakan semua
bentuk alat kesehatan atau peralatan lain yang dipergunakan
untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan sehingga diperoleh tujuan pelayanan
keperawatan efisien dan efektif.
Pengelolaan peralatan kesehatan untuk pelayanan
keperawatan ikut menentukan tercapainya mutu pelayanan
keperawatan di RS atau Puskesmas. Rumah sakit atau
Puskesmas memiliki kondisi yang berbeda-beda dan kompleks.
Keadaan ini mempengaruhi manajemen pelayanan keperawatan
termasuk pengelolaan peralatan kesehatan untuk pelayanan
keperawatan. Sehubungan dengan hal ini diperlukan adanya
standar pengelolaan peralatan kesehatan untuk pelayanan
keperawatan sebagai pedoman bagi manajer keperawatan dari
perawat pelaksana dalam menggunakan sumber daya peralatan
35
untuk mencapai pelayanan keperawatan secara efisien dan
efektif.
Standar pengelolaan peralatan ini mencakup standar
tentang alat tenun, peralatan untuk pelayanan keperawatan,
peralatan rumah tangga, peralatan pencatatan dan pelaporan
pencatatan dan pelaporan serta pengelola peralatan.
Rumah Sakit memiliki kondisi yang berbeda - beda dan
kompleks keadaan ini mempengaruhi manajemen pelayanan
keperawatan termasuk pengelolaan fasilitas dan peralatan
kesehatan untuk pelayanan keperawatan. Sehubungan dengan
hal itu diperlukan adanya standar pengelolaan fasilitas dan
peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan sebagai
pedoman bagi manager keperawatan dalam menggunakan
sumber daya fasilitas peralatan demi mencapai pelayanan
keperawatan yang efektif dan efisien.
Fasilitas dan alat – alat kedokteran maupun
keperawatan dapat dipenuhi dengan standar yang telah
ditetapkan oleh masing-masing institusi dengan memperhatikan
jenis alat, bahan atau warna, ukuran, jenis kegiatan, dan jumlah
yang dibutuhkan.
Standar fasilitas dan alat keperawatan adalah penetapan
fasilitas dan alat -alat yang digunakan dalam memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang BEDAH Di RSU
A. YANI METRO .
b) Kajian Data
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan, hasil
observasi langsung dan daftar inventaris Ruang BEDAH bahwa
penyedian dan pengelolaan bahan dan alat di Ruang BEDAH
Di RSU A. YANI METRO dapat terlihat dalam tabel berikut
ini :
36
Tabel 8
Daftar Inventaris Alat Keperawatan
Di Di RSU A. YANI METRO
JUMLAH
NAMA ALAT RATIO
No STANDAR
37
21 Pinset Anatomis 1:1 Ruang 1
Tabel 9
Daftar Inventaris Alat Rumah Tangga
Ruang BEDAH RSU. A. YANI METRO
38
19. Senter 1 Cukup
20. Toilet 8 Cukup
21. Nampan 4 Cukup
23. Lemari Obat Pasien 2 Cukup
39
B. ANALISA SWOT
Dari hasil kajian situasional yang telah dilakukan oleh Mahsiswa Profesi Ners Stikes Muhammadiyah Pringsewu dari
tanggal : 9 - 15 Maret 2019, maka data dilakukan analisa SWOT.
Oportunity
Data Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Threatment (Ancaman)
( Peluang)
40
a. Fasilitas - Ruang bedah memiliki - Kapasitas tempat tidur di ruangan 25 - Tersedianya dana - Persaingan dengan
untuk kamar 5 , terdiri dari 25 TT. bantuan dari rumah sakit lain yang
b. Pelaksanaan
- Struktur organisasi model - Metode yang digunakan pada shif - Banyaknya masalah - Adanya tuntutan yang
Metode Tim
Tim ( 1 orang manager, 2 sore dan shif malam adalah metode klien dengan penyakit lebih tinggi dari
orang katim, dan beberapa fungsional bedah masyarakat untuk
perawat pelaksana) - Pada shif pagi menggunakan metode - Adanya kerjasama mendapatkan pelayanan
41
- Sistem pelaporan di ruang tim namun pelaksanaannya yang baik antara yang lebih profesional
bedah sudah menggunakan menggunakan model fungsional. mahasiswa dengan
SBAR (Situasi, - Belum di lakukannya post perawat klinik
Background, Assesmen dan conference.
Rekomendasi) - Sebagian besar perawat belum
mengikuti pelatihan perawatan luka
c. Hubungan
- Adanya panduan komuniksi - Belum dilaksanakanya tahapan - Adanya hubungan - Adanya tuntutan yang
perawat
efektif komunikasi teraupeutik pada tahapan yang terbuka antara lebih baik dari
dengan pasien
- Adanya hak pasien dan interaksi yang sesuai prosedur. perawat dengan masyarakat untuk
dilihat dari
kewajiban klien mendapatkan pelayanan
pelaksanaan
- Adanya pedoman SOP - Asuhan keperawatan profesional
komunikasi
komuikasi terapeutik dapat diberikan
terapeutik
secara optimal
42
C. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan hasil dari analisa data dengan menggunakan SWOT
maka diadapatkan masalah sbagai berikut :
Data Masalah
43
Pasien perempuan dan laki-laki sepenuhnya.
campur
Belum adanya penomoran pada bed Penataan ruang tindakan
44
D. PLANNING OF ACTION
1. - BOR : 49,41 % Pelaksanaan Tujuan jangka 1. membuat 22 Proposal Staf Mahasiswa Basuki, Diskusi
- Jumlah TT : 25 TT motode Tim panjang : jumlah regulasi maret & role perawat Rita & dan
- Jumlah tenaga belum efektif tenaga secara metode tim ( s/d 27 play Ruangan ummu role
perawat :14 kwantitas mencukupi kebijakan,ped maret Bedah model
Jenis pendidikan : oman,panduan 2019
Tujuan jangka
dan SOP )
- S 1 profesi : 7 pendek :
2. Role Model
- S1 :1 - adanya regulasi
Metode Tim
tentang metode tim
- D3 : 6
Terlaksananya
Jumlah tenaga
asuhan keperawatan
perawat yang
dengan metode tim
diperlukan
45
seharusnya menurut
Gillies 11 orang,
berdasarkan
perhitungan depkes
diperlukan 21 orang
dan menurut
perhitungan douglas
d perlukan perawat
sebanyak 15 orang.
- Belum di
laksanakannya post
conference.
2. - Pada fase interaksi Belum Terjalin komunikasi Membuat 16 Role -. Staf Mahasiswa Nurkay Role
perawat tidak terlaksananya terapeutik yang video role Maret Play Ruang ati Play
memperkenalkan tahapan efektif antara Model
46
diri kepada pasien. komunikasi perawat dan pasien komunikasi 2019 Bedah
- Tidak ada kontrak terapeutik yg terapeutik.
waktu dengan efektif.
pasien.
3. - Tidak ada sekat / Privasi Pasien Tujuan jangka Memberikan 6 April Proposal Bidang Mahasiswa basuki Propos
scerem antar bed belum terjaga panjang : adanya usulan kepada 2019 sarana al
4. - Belum adanya Penataan Jangka Panjang : -. Membuat 29-31 Membuat Ruang Mahasiswa Yuwan Pendan
penomoran pada ruang tindakan penomoran maret penomor Bedah a,mesin aan
Sistem inventaris
47
bed pasien yang kurang berjalan baik. bed 2019 an bed ah dan mahasi
48
E. PELAKSANAAN DAN EVALUASI
I. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan Metde Tim
Tabel 10
Pelaksanaan Metode Tim
Ruang Bedah
RSU Jendral A. Yani Metro
N Komponen Pelaksanaan
o Ya Tidak
a Tahap Pengkajian
1 Mengidentifikasi masalah terkait fungsi-fungsi V
manajemen
b Tahap Perencanaan
1 Bersama kepala ruang mengadakan serah terima V
tugas setiap pergantian dinas
49
7 Membuat rincian tugas anggota tim meliputi V
pemberian asuhan keperawatan, kerjasama
anggota tim dan antar tim
8 Melakukan pelaporan V
d Tahap Evaluasi
Fungsi Pengendalian
1 Mengevaluasi asuhan keperawatan V
2 Memberikan umpan balik kepada pelaksana V
3 Memperhatikan aspek legal dan etik V
4 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian V
Total 15 5
Prosentase 68,18% 22,72%
Sumber data : data primer pengkajian 15-24 Maret 2019
Analisa data
Hasil observasi Metode Tim di ruang Bedah menunjukkan hasil 68,18%. Hal ini
menunjukkan bahwa Metode Tim di ruang Bedah dikategorikan cukup untuk mengacu
pada standar yang ada dan perlu untuk lebih ditingkatkan. Tetapi 22,72% belum menilai
hasil pekerjaan anggota kelompok dan mendiskusikan masalah yang ada, belum
merumuskan tujuan dari pengorganisasian tim keperawatan, belum mengatur
waktu istirahat untuk anggota tim, belum membuat rincian tugas anggota tim
meliputi pemberian asuhan keperawatan, kerjasama anggota tim dan antar tim,
belum memberikan umpan balik kepada pelaksana dan belum memperhatikan
aspek legal dan etik.
Tabel 11
Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Ruang Bedah
RSU Jendral A. Yani Metro
Pelaksanaan
No. Komponen
Ya Tidak
a. Tahap pre interaksi
1. Mengumpulkan data tentang pasien V
2 Menyiapkan alat V
3 Cuci tangan V
b. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan tersenyum pada pasien V
2. Melakukan validasi V
50
3. Memperkenalkan nama perawat V
4. Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien V
8. Menjelaskan tujuan V
9. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk V
kegiatan
10. Menjelaskan kerahasiaan V
c. Tahap Kerja
1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk V
bertanya
2. Menanyakan keluhan pasien V
3. Memulai kegiatan dengan cara yang baik V
4. Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana V
d. Tahap Terminasi
1. Menyimpulkan hasil kegiatan V
2. Memberi reinforcement positif V
3. Membuat kontrak pertemuan selanjutnya V
4. Mengakhiri kegiatan dengan baik V
Total 18 3
Prosentase 85,7% 14,3%
Sumber data : data primer pengkajian 15-24 Maret 2019
Analisa data
51
II. Evaluasi
Tabel 12
Analisa data :
Berdasarkan data diatas dinyatakan pelaksanaan serah terima tugas operan jaga termasuk
dalam kategori baik yaitu 81,81 %, serah terima dari PP malam ke Kepala ruang, Katim dan
PP pagi didahului dengan doa bersama, komunikasi antar perawat baik di Ruang Bedah
sangat baik. Dari hasil pengamatan belum menginformasikan info kepada pasien/keluarga
nama perawat pada shift berikutnya pada setiap akhir tugas. Perkenalan dengan pasien dan
keluarga sebaiknya dilaksanakan dengan selalu agar terbina hubungan saling percaya antara
perawat dan pasien.
52
No Komponen Evaluasi
Ya Tidak
1 Membuat regulasi metode tim
kebijakan,pedoman,panduan dan SOP )
2 Membuat video role Model komunikasi terapeutik.
3 Role play Model Metode Tim
4 Membuat penomoran bed
Menyediakan tempat/ box obat injeksi dan obat oral.
53
BAB V
PEMBAHASAN
1. Dilakukan Pre Conference dipimpin oleh Kepala Ruangan untuk dinas pagi dan
malam, membahas tentang pasien, logistik dan lingkungan serta membagi Tim
dengan menghitung tingkat ketergantungan pasien
2. Dilakukan Overan pasien keliling tiap bangsal/ kamar
3. Dilanjutkan Pre Conference oleh Katim. Karu bertindak sebagai moderator dan
diikuti oleh dinas malam
4. Melakukan Ronde Keperawatan untuk pasien Kritikal
5. Katim melakukan Supervisi terhadap perawat pelaksana
6. Istirahat secara bergantian sesuai dengan pembagian waktu yang telah ditetapkan
oleh katim
7. Dilakukan Post Conference oleh Katim pagi dengan anggota tim
8. Overan perawat shift pagi kepada perawat shift sore
54
Model asuhan keperawatan di ruang Bedah secara teori telah menggunakan
sistem Metode Tim, tetapi pada kenyataannya di lapangan masih menggunakan model
asuhan keperawatan fungsional. Ruang Bedah di RSU A. YANI METRO dipimpin
oleh seorang kepala ruang yang dibantu oleh 2 orang ketua Tim dan 11 orang perawat
pelaksana. Setiap pergantian shif selalu dilakukan operan jaga dengan mengunjungi
kamar setiap pasien yang sesudah dilakukan pre conference. Pre conference di pimpin
oleh kepala ruang dan diikuti oleh semua staf yang jaga dinas pada malam dan pagi.
Pelaksanaan dimulai dengan operan jaga dari perawat yang jaga malam kepada
perawat yang jaga pagi (keliling dan menemui klien).
Hasil observasi Metode Tim di ruang Bedah menunjukkan hasil 68,18%. Hal
ini menunjukkan bahwa Metode Tim di ruang Bedah dikategorikan cukup untuk
mengacu pada standar yang ada dan perlu untuk lebih ditingkatkan. Tetapi 22,72%
belum menilai hasil pekerjaan anggota kelompok dan mendiskusikan masalah yang
ada, belum merumuskan tujuan dari pengorganisasian tim keperawatan, belum
mengatur waktu istirahat untuk anggota tim, belum membuat rincian tugas anggota
tim meliputi pemberian asuhan keperawatan, kerjasama anggota tim dan antar tim,
belum memberikan umpan balik kepada pelaksana dan belum memperhatikan aspek
legal dan etik.
55
Menurut gillies
56
BAB V
5.1 KESIMPULAN
Setelah melakukan Role Model projek pembaharuan melalui Manajemen Pelayanan
Keperawatan dan Asuhan Keperawatan selama 5 minggu mulai tanggal 8 Maret s/d 7
April 2019 di Ruang Bedah RSU. A. Yani Metro dapat disimpulkan :
57
pengadaan sarana dan prasarana sesuai standar RSU. A.Yani Metro namun belum
terealisasi.
5.2 SARAN
1. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan mendukung peningkatan kualitas
pelayanan asuhan keperawatan.
2. Dalam usaha meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan hendaklah usaha
pembaharuan dapat diteruskan secara berkesinambungan dan berkelanjutan.
3. Berikan motivasi kepada perawat dan praktikan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan dan berikan reward apabila telah melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai prosedur
4. Perlu adanya supervisi dari karu terhadap katim tentang pelaksanaan Pre dan Post
Conference
5. Perlu adanya motivasi untuk perawat pelaksana dalam melaksanakan Overan, Pre dan
Post Conference
6. Kepada perawat Ruang Bedah untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan hasil
yang telah dicapai dalam penerapan MPKP dengan menggunakan Metode Tim
sehingga perlu adanya Supervisi atau pemantauan dari Kepala Ruangan secara
intensif
7. Keadaan seluruh perawat Ruang Bedah agar memperhatikan dan melaksanakan tugas
masing-masing dalam melaksanakan Metode Tim dan mengikuti semua kegiatan yang
sudah menjadi tanggung jawabnya masing-masing.
8. Perlu adanya pelatihan tentang Penugasan Metode Tim.
58