Anda di halaman 1dari 36

Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi

Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung


2015

II.1 KAJIAN KEBIJAKAN


Pemilihan lokasi rencana pelabuhan didasarkan pada kebijakan-kebijakan yang
ada di pemerintah pusat maupun daerah. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain:
1. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 414 Tahun 2013 tentang Rencana
Induk Pelabuhan Nasional.
2. Peraturan Daerah Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun
2014-2034.
3. Peraturan Daerah (Perda) Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2014-2034.
4. Tataran Transportasi Wilayah
5. Tataran Transportasi Lokal
6. Kebijakan lainnya yang terkait.

Dari serangkaian kebijakan di atas kemudian dilakukan pemetaan longlist lokasi


rencana pelabuhan. Berikut ini disampaikan secara ringkas melalui tabel berupa
identifikasi lokasi Pelabuhan yang disampaikan pada RIPN (KP.414 Tahun 2013),
RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Tatrawil Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, dan Surat Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tentang
rekomendasi usulan revisi lokasi pelabuhan/terminal. Selain itu, untuk
mempermudah dalam menyeleksi lokasi rencana pelabuhan maka dibuat
tabulasi/long list lokasi rencana pelabuhan berdasarkan produk hukum yang ada.

II - 1
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Tabel 2.1 Long List Rencana Lokasi Pelabuhan Berdasarkan Kebijakan

Kajian Kebijakan
Lokasi
No Pelabuhan/Terminal RTRW Surat Hierarki Fasilitas
(Kecamatan) RTRWN RIPN RTRWP Tatrawil Tatralok
Kab Gubernur
1 Sadai Tukak Sadai - √ √ √ √ √ - Pengumpul Dermaga Beton
2 Toboali Toboali - √ √ - √ √ - Pengumpan Dermaga Beton
3 Penutuk/Gading Lepar Pongok - - - √ - √ - Pengumpan Dermaga Beton
4 Tanjung Labu Lepar Pongok - - - √ - √ - Pengumpan Dermaga Beton
5 Tanjung Sangkar Lepar Pongok - - - √ - √ - Pengumpan Dermaga Kayu
6 Pulau Panjang Lepar Pongok - - - √ - √ - Pengumpan Dermaga Beton
7 Pulau Tinggi Lepar Pongok - - - √ - - - Pengumpan Dermaga Beton/kayu
8 Pulau Burung Lepar Pongok - - - - - √ - Pengumpan -
9 Pulau Kelapan Lepar Pongok - - - - - √ - Pengumpan Dermaga Kayu
10 Pulau Pongok Kepulauan Pongok - - - √ - √ - Pengumpan -
11 Pulau Celagen Kepulauan Pongok - - - √ - √ - Pengumpan -
12 Kepoh Toboali - - - √ - - - Pengumpan -
13 Gusung Toboali - - - √ - - - Pengumpan -
14 Kubu Toboali - - - √ - - - Pengumpan -
15 Batu Betumpang Pulau Besar - - - √ - √ - Pengumpan -
16 Permis Simpang Rimba - - - √ - - - Pengumpan -
17 Sebagin Simpang Rimba - - - √ - - - Pengumpan -
18 Bangka Kota Simpang Rimba - - - √ - √ - Pengumpan -
19 Tukak Tukak Sadai - - - √ - √ - Pengumpan -
20 Pengarem Tukak Sadai - - - √ - - - Pengumpan -
Keterangan:
Warna Kuning: Pelabuhan Eksisting
Tatralok: Arahan pengembangan hanya ada untuk lalu lintas dan angkutan jalan

II - 2
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Berdasarkan hasil analisis di atas terkait Identifikasi Lokasi Pelabuhan di


Kabupaten Bangka Selatan, hanya lokasi pelabuhan di Tanjung Sadai yang terdapat
di RIPN, RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, RTRW Kabupaten Bangka
Selatan dan Tatrawil Bangka Belitung. Untuk lokasi lain, RTRW Kabupaten Bangka
Selatan dan Surat Gubernur Kepulauan Bangka Belitung tentang usulan revisi
lokasi pelabuhan memberikan sejumlah alternatif pelabuhan seperti yang
ditampilkan dalam tabel berikut.

Tabel 2.2 Alternatif Lokasi Rencana Pelabuhan

No Pelabuhan/Terminal Lokasi (Kecamatan)


1 Penutuk/Gading Lepar Pongok
2 Tanjung Labu Lepar Pongok
3 Tanjung Sangkar Lepar Pongok
4 Pulau Panjang Lepar Pongok
5 Pulau Tinggi Lepar Pongok
6 Pulau Burung Lepar Pongok
7 Pulau Kelapan Lepar Pongok
8 Pulau Pongok Kepulauan Pongok
9 Pulau Celagen Kepulauan Pongok
10 Kepoh Toboali
11 Gusung Toboali
12 Kubu Toboali
13 Batu Betumpang Pulau Besar
14 Permis Simpang Rimba
15 Sebagin Simpang Rimba
16 Bangka Kota Simpang Rimba
17 Tukak Tukak Sadai
18 Pengarem Tukak Sadai

Selanjutnya, ke-18 lokasi tersebut akan dilakukan seleksi berdasarkan:


1. Seleksi Terhadap Fungsi Kawasan / Pola Ruang (Lindung dan Budidaya)
2. Seleksi Terhadap Kinerja dan Cakupan Pelayanan Pelabuhan Eksisting
3. Seleksi Terhadap Jarak Antar Lokasi Rencana Pelabuhan (Hierarki yang sama)

II.1.1 Seleksi Fungsi Kawasan/Pola Ruang


Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Selatan, pola ruang di
Kabupaten Bangka Selatan dibagi menjadi kawasan lindung dan kawasan
budidaya. Lokasi rencana pelabuhan yang masuk kedalam kawasan lindung akan
dikeluarkan dari long list yang sudah dibuat pada tabel sebelumnya. Hasil seleksi
terhadap fungsi kawasan/pola ruang wilayah ditampilkan dalam Tabel berikut.

II - 3
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Tabel 2.3 Seleksi Fungsi Kawasan/Pola Ruang

Lokasi Fungsi Kawasan/


No Pelabuhan/Terminal Seleksi
(Kecamatan) Pola Ruang
1 Penutuk/Gading Lepar Pongok Pemukiman √
2 Tanjung Labu Lepar Pongok Pemukiman √
3 Tanjung Sangkar Lepar Pongok Hutan Rakyat √
4 Pulau Panjang Lepar Pongok Hutan Rakyat √
5 Pulau Tinggi Lepar Pongok Hutan Rakyat √
6 Pulau Burung Lepar Pongok Sempadan Pantai √
7 Pulau Kelapan Lepar Pongok Hutan Rakyat √
8 Pulau Pongok Kepulauan Pongok Pemukiman √
9 Pulau Celagen Kepulauan Pongok Hutan Rakyat √
10 Kepoh Toboali Hutan Lindung -
11 Gusung Toboali Hutan Lindung -
12 Kubu Toboali Hutan Lindung -
13 Batu Betumpang Pulau Besar Kawasan Bergambut √
14 Permis Simpang Rimba Hutan Produksi √
15 Sebagin Simpang Rimba Hutan Produksi √
16 Bangka Kota Simpang Rimba Hutan Produksi √
17 Tukak Tukak Sadai Industri √
18 Pengarem Tukak Sadai Industri √
Sumber: Hasil Analisis, 2015

Dari tabel di atas, terdapat tiga lokasi yang akan dikeluarkan dari long list yaitu
Kepoh, Gusung, dan Kubu. Selanjutnya sisa lokasi akan diseleksi terhadap kinerja
dan cakupan pelayanan pelabuhan eksisting.

II.1.2 Seleksi Kinerja dan Cakupan Pelayanan Pelabuhan Eksisting


Pelabuhan eksisting yang ada di Kabupaten Bangka Selatan yaitu Pelabuhan
Toboali dan Pelabuhan Sadai. Pelabuhan Tanjung Sadai terdiri dari dermaga
penyeberangan dan dermaga laut serta dermaga rakyat. Dermaga laut dikelola
oleh Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Kelas III Toboali, sedangkan
dermaga penyeberangan dikelola oleh Kantor Unit Penyelenggara Teknis Daerah
(UPTD) Pelabuhan Sadai. Kegiatan sehari-hari pelabuhan ini didominasi oleh
pergerakan penumpang di dermaga rakyat yang melayani pergerakan dari dan ke
pulau-pulau kecil di sekitarnya. Kegiatan di sekitar lokasi pelabuhan didominasi
oleh kegiatan untuk menunjang pelabuhan,

Pelabuhan Sadai saat ini melayani pergerakan dari Pulau Bangka ke Pulau Belitung
dan sebaliknya. Penumpang yang menggunakan ferry berasal dari Kabupaten
Bangka Selatan dan sebagian Bangka Tengah. Pelabuhan Sadai yang berada di
Kecamatan Tukak Sadai Kabupaten Bangka Selatan dalam jangka pendek
diproyeksikan melayani daerah yang menjadi hinterland-nya mencakup 2 Wilayah
administrasi Kabupaten/Kota. Adapun kedua kabupaten/kota tersebut yaitu

II - 4
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Kabupaten Bangka Tengah dan Kabupaten Bangka Selatan. Namun, dalam jangka
waktu panjang, hinterland Pelabuhan Tanjung Sadai diproyeksikan mencakup
seluruh wilayah Pulau Bangka, dengan kata lain, Pelabuhan Tanjung Sadai menjadi
pintu keluar masuk barang melalui angkutan laut.

Dari hasil kunjungan lapangan dan data-data skunder, didapatkan bahwa


Pelabuhan Sadai saat ini masih mampu untuk menampung arus lalu lintas kapal,
penumpang maupun barang sehingga belum diperlukan sebuah pelabuhan baru di
wilayah daratan Pulau Bangka di Bangka Selatan. Berikut ini adalah hasil analisis
terhadap kinerja dan cakupan pelayanan pelabuhan eksisting.

Tabel 2.4 Seleksi Kinerja dan Cakupan Pelayanan Pelabuhan Eksisting

Lokasi Kinerja/Cakupan
No Pelabuhan/Terminal Seleksi
(Kecamatan) Pelayanan
1 Penutuk/Gading Lepar Pongok Pulau sendiri √
2 Tanjung Labu Lepar Pongok Pulau sendiri √
3 Tanjung Sangkar Lepar Pongok Pulau sendiri √
4 Pulau Panjang Lepar Pongok Pulau sendiri √
5 Pulau Tinggi Lepar Pongok Pulau sendiri √
6 Pulau Burung Lepar Pongok Pulau sendiri √
7 Pulau Kelapan Lepar Pongok Pulau sendiri √
8 Pulau Pongok Kepulauan Pongok Pulau sendiri √
9 Pulau Celagen Kepulauan Pongok Pulau sendiri √
10 Batu Betumpang Pulau Besar Hinterland Sadai -
11 Permis Simpang Rimba Hinterland Sadai -
12 Sebagin Simpang Rimba Hinterland Sadai -
13 Bangka Kota Simpang Rimba Hinterland Sadai -
14 Tukak Tukak Sadai Hinterland Sadai -
15 Pengarem Tukak Sadai Hinterland Sadai -
Sumber: Hasil Analisis, 2015

Dari tabel di atas, lokasi pelabuhan yang dikeluarkan dari long list adalah Batu
Betumpang, Permis, Sebagin, Bangka Kota, Tukak, dan Pengarem. Keenam lokasi
tersebut masih berada di daratan Pulau Bangka Kabupaten Bangka Selatan..
selanjutnya sisa lokasi yang ada akan diseleksi terhadap jarak antar lokasi rencana
pelabuhan (hierarki yang sama).

II.1.3 Seleksi Jarak Antar Lokasi Rencana Pelabuhan


Jarak antar pelabuhan sebagaimana di kutip dari KP.414 tahun 2013 adalah untuk
pelabuhan utama minimal 200 mil, pelabuhan pengumpul minimal 50 mil,
pelabuhan pengumpan regional minimal 20-50 mil, dan pelabuhan pengumpan
lokal minimal 5-20 mil. Jarak antar lokasi pelabuhan disampaikan dalam tabel
berikut.

II - 5
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Tabel 2.5 Jarak Antar Lokasi Rencana Pelabuhan (Km)

1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Penutuk/Gading
2 Tanjung Labu 16,0
3 Tanjung Sangkar 11,2 12,8
4 Pulau Panjang 8,6 23,1 13,7
5 Pulau Tinggi 6,4 22,0 14,2 2,3
6 Pulau Burung 10,5 19,0 6,9 8,1 9,5
7 Pulau Kelapan 17,2 12,3 6,4 19,5 20,5 12,3
8 Pulau Pongok 31,2 15,0 25,1 37,7 36,9 32,0 21,2
9 Pulau Celagen 31,1 15,0 25,1 37,7 36,9 32,0 21,2 0,5
Sumber: Hasil Analisis, 2015

Tabel 2.6 Seleksi Jarak Antar Lokasi Rencana Pelabuhan (Km)

Hierarki
No Pelabuhan/Terminal Lokasi (Kecamatan) Seleksi Keterangan
Pelabuhan
1 Penutuk/Gading Lepar Pongok PR √ Ada di Pulau
Lepar
2 Tanjung Labu Lepar Pongok PR √ Ada di Pulau
Lepar
3 Tanjung Sangkar Lepar Pongok PR √ Ada di Pulau
Lepar
4 Pulau Panjang Lepar Pongok PL √ Pulau Sendiri
5 Pulau Tinggi Lepar Pongok PL √ Pulau Sendiri
6 Pulau Burung Lepar Pongok PL √ Pulau Sendiri
7 Pulau Kelapan Lepar Pongok PL √ Pulau Sendiri
8 Pulau Pongok Kepulauan Pongok PR √ Pulau Sendiri
9 Pulau Celagen Kepulauan Pongok PL √ Pulau Sendiri
Sumber: Hasil Analisis, 2015

Berdasarkan tabel di atas, lokasi rencana pelabuhan Penutuk, Tanjung Labu, dan
Tanjung Sangkar berada dalam satu pulau yaitu Pulau Lepar. Dari jarak yang
disampaikan pada tabel sebelumnya, jarak minimal untuk pelabuhan regional
adalah 20 mil. Mengingat di pulau Lepar belum tersedia fasilitas pelabuhan laut
maka ketiga lokasi tersebut tetap ditinjau dalam kunjungan lapangan agar
didapatkan data yang lebih komplit. Untuk lokasi lain yang berada dalam pulau
yang terpisah, akan ditinjau juga waktu kunjungan di lapangan.

Berdasarkan hasil inventarisasi lokasi-lokasi pelabuhan sebagaimana hasil analisis


pada kajian kebijakan, didapatkan lokasi pelabuhan yang mungkin untuk
dikembangkan di wilayah Kabupaten Bangka Selatan dan akan dikunjungi pada
saat survey lapangan yaitu:

II - 6
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Tabel 2.7 Alternatif Lokasi Rencana Pelabuhan (Short List)

No Pelabuhan/Terminal Lokasi (Kecamatan)


1 Penutuk/Gading Lepar Pongok
2 Tanjung Labu Lepar Pongok
3 Tanjung Sangkar Lepar Pongok
4 Pulau Panjang Lepar Pongok
5 Pulau Tinggi Lepar Pongok
6 Pulau Burung Lepar Pongok
7 Pulau Kelapan Lepar Pongok
8 Pulau Pongok Kepulauan Pongok
9 Pulau Celagen Kepulauan Pongok
Sumber: Hasil Analisis, 2015

II.2 HASIL ANALISIS


II.2.1 Analisis Kebijakan Tata Ruang

a. Analisis Pola Ruang


Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014-2034 dan
Peraturan Daerah (Perda) Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2014-2034, umumnya lokasi rencana
pelabuhan berada pada kawasan budidaya. Selain itu, kedua peraturan daerah di
atas juga dibandingkan dengan kondisi penutupan lahan eksisting yang
dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan dan Kehutanan. Untuk lebih jelasnya
pola ruang dan kondisi penutupan lahan untuk masing-masing lokasi rencana
pelabuhan disampaikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.8 Kondisi Penutupan Lahan Lokasi Alternatif Pelabuhan di Bangka Selatan

No. Lokasi Kondisi Penutupan Lahan


1 Penutuk - Pemukiman, pertanian lahan kering, tanah terbuka, semak
belukar.
2 Tanjung Labu - Pemukiman, semak belukar, pertanian lahan kering,
pertanian lahan kering bercampur semak, pertambangan.
3 Tanjung Sangkar - Pemukiman, semak belukar, pertanian lahan kering
bercampur semak, tanah terbuka, hutan lahan kering
sekunder, hutan mangrove sekunder.
4 Pulau Panjang - Semak belukar, terumbu karang
5 Pulau Tinggi - Semak belukar, rawa, wisata bahari
6 Pulau Burung - Hutan lahan kering sekunder, hutan mangrove sekunder,
terumbu karang
7 Pulau Kelapan - Semak belukar, rawa, pemukiman, terumbu karang
8 Pulau Pongok - Pemukiman, pertanian lahan kering, hutan mangrove
sekunder, pertanian lahan kering bercampur semak.
9 Pulau Celagen - Tanah terbuka
Sumber: Hasil Analisis, 2015

II - 7
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Tabel 2.9 Pola Ruang Lokasi Alternatif Pelabuhan di Bangka Selatan

No. Lokasi Pola Ruang


1 Penutuk - Kawasan Budidaya (pemukiman pedesaan, perkebunan)
2 Tanjung Labu - Kawasan Budidaya (pemukiman pedesaan, perkebunan)
3 Tanjung Sangkar - Kawasan Budidaya (pemukiman pedesaan, hutan rakyat)
4 Pulau Panjang - Kawasan Budidaya (pemukiman pedesaan, hutan rakyat,
pariwisata)
5 Pulau Tinggi - Kawasan Budidaya (pemukiman pedesaan, hutan rakyat,
pariwisata)
6 Pulau Burung - Kawasan Lindung (kawasan bergambut), Kawasan Budidaya
(hutan rakyat)
7 Pulau Kelapan - Kawasan Budidaya (pemukiman pedesaan, hutan rakyat)
8 Pulau Pongok - Kawasan Budidaya (pemukiman pedesaan, hutan rakyat,
pariwisata)
9 Pulau Celagen - Kawasan Budidaya (pemukiman pedesaan)
Sumber: Hasil Analisis, 2015

Dari hasil data di atas, masing-masing lokasi alternatif rencana pelabuhan tidak
terdapat kawasan hutan lindung, kecuali Pulau Burung dimana dikelilingi oleh
terdapat kawasan lindung berupa kawasan bergambut. Dengan demikian lokasi
Pulau Burung tidak direkomendasikan dalam hal pola ruang wilayah. Selain itu,
dalam hal kondisi penutupan lahan, kawasan Pulau Burung juga terdapat hutan
mangrove sekunder yang membuat lokasi tersebut bukanlah tempat yang ideal untuk
rekomendasi tempat pelabuhan baru.

b. Analisis Struktur Ruang


Merujuk pada peraturan yang sama yaitu Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2
Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Tahun 2014-2034 dan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2014-
2034, beberapa lokasi memang disebutkan dalam rencana pengembangan
pelabuhan maupun rencana jalur pelayanannya.

Untuk mempermudah analisis, struktur ruang di lokasi alternatif pelabuhan


disampaikan dalam tabel berikut.

II - 8
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Tabel 2.10 Struktur Ruang Lokasi Alternatif Pelabuhan di Bangka Selatan

Rencana Transportasi/Struktur Ruang


No. Lokasi Sistem Perkotaan
Lainnya
1 Penutuk - - Jaringan layanan lalu lintas angkutan
orang Penutuk – Tj. Sangkar, Penutuk – Tj.
Labu
- Pelabuhan pengumpan Tj. Gading
- Penyeberangan Sadai – Penutuk
- Penyeberangan Sadai – Tj. Gading
- Jaringan Saluran Tegangan Tinggi bawah
laut, yaitu menghubungkan Sadai – Pulau
Lepar – Pulau Pongok
2 Tanjung - PPL - Jaringan layanan lalu lintas angkutan
Labu orang Penutuk – Tj. Labu, Tj. Labu – Tj.
Sangkar
- Pelabuhan pengumpan Tj. Labu
- pembangkit Listrik Tenaga Diesel
- Jaringan Saluran Tegangan Tinggi bawah
laut, yaitu menghubungkan Sadai – Pulau
Lepar – Pulau Pongok
3 Tanjung - - Jaringan layanan lalu lintas angkutan
Sangkar orang Penutuk – Tj. Sangkar, Tj. Labu – Tj.
Sangkar
- Pelabuhan pengumpan Tj. Labu
- Jaringan Saluran Tegangan Tinggi bawah
laut, yaitu menghubungkan Sadai – Pulau
Lepar – Pulau Pongok
4 Pulau - - Pelabuhan pengumpan Pulau Panjang
Panjang
5 Pulau - - Pelabuhan pengumpan Pulau Tinggi
Tinggi
6 Pulau - -
Burung
7 Pulau - -
Kelapan
8 Pongok - PPL - Pelabuhan pengumpan Pulau Pongok
- Lintas koneksitas Sadai– Pongok (P.
Pongok), via Tj. Labu/ Tj. Sangkar ke
Belitung; Pongok (P. Pongok) – Mendanau
(Kabupaten Belitung) koneksitas via
Belitung dan Belitung Timur
- Jaringan Saluran Tegangan Tinggi bawah
laut, yaitu menghubungkan Sadai – Pulau
Lepar – Pulau Pongok
9 Celagen - - Pelabuhan pengumpan Pulau Celagen

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Dari data tabel di atas, terlihat bahwa untuk sistem perkotaan lokasi Tanjung Labu
dan Pongok merupakan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) sehingga jenis fasilitas

II - 9
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

yang akan dikembangkan antara lain:


a. Balai Pertemuan/GSG;
b. Taman bermain dan Lapangan olahraga;
c. Kantor pos pembantu/Warpostel dan Telepon umum;
d. Fasilitas Pemadam Kebakaran dengan skala pelayanan lingkungan;
e. Pasar, Supermarket, Pertokoan ataupun Ruko, Pujasera dan kegiatan
komersial lainnya;
f. Fasilitas ibadah;
g. Fasilitas pendidikan, seperti TK, SD dan SLTP;
h. Balai Pengobatan, Poliklinik ataupun Tempat Praktek Dokter dan Apotik;
i. Fasilitas rekreasi dan olahraga;
j. Taman bermain;
k. Fasilitas pendukung lainnya.

Jika melihat dari rencana sistem transportasi ataupun rencana struktur ruang
lainnya terlihat bahwa lokasi Penutuk, Tanjung Labu, Tanjung Sangkar, dan
Pongok merupakan pilihan lokasi yang sangat direkomendasikan untuk dibangun
sebuah pelabuhan. Gambaran rencana struktur ruang Kabupaten Bangka Selatan
sebagaimana dilampirkan dalam peraturan daerahnya disampaikan dalam gambar
berikut.

c. Analisis Kawasan Strategis


Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan bagian wilayah kabupaten yang
penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting
dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan.
Penentuan kawasan strategis kabupaten lebih bersifat indikatif. Batasan fisik
kawasan strategis kabupaten akan ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana tata
ruang kawasan strategis.

Kawasan strategis kabupaten berfungsi :


a. Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan
keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam
mendukung penataan ruang wilayah kabupaten;
b. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten yang dinilai
mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah kabupaten
bersangkutan;
c. Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi di
dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang;
d. Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW
kabupaten; dan
e. Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten.

II - 10
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Kawasan strategis, merupakan kawasan yang diprioritaskan pengembangannya,


kawasan strategis ini terdiri atas :
a) Kawasan strategis yang didasari oleh penetapan melalui PP 26 tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN),
b) Kawasan strategis merupakan hasil perumusan dan kesepakatan Pemerintah
Propinsi Bangka Belitung
c) Kawasan strategis merupakan hasil perumusan dan kesepakatan Pemerintah
Kabupaten Bangka Selatan.

Kawasan strategis dalam hal ini dimaksudkan sebagai kawasan yang mendapatkan
peran dan fungsi khusus untuk mendukung pembangunan Kabupaten Bangka
Selatan. Beberapa kawasan strategis berdasarkan visi dan misi Kabupaten Bangka
Selatan yang sesuai dengan lokasi shortlist rencana pelabuhan adalah kawasan
minapolitan Lepar Pongok dan Tukak Sadai yang merupakan kawasan strategis
dari sudut kepentingan ekonomi.

Sebagai acuan dalam penetapan kawasan strategis telah dikeluarkan kriteria, yang
dapat digunakan untuk kepentingan penetapan kawasan strategis kabupaten,
kecuali kawasan strategis untuk pertahanan dan keamanan negara karena
merupakan kepentingan terbatas. Kawasan strategis lainnya adalah : kawasan
strategis pertumbuhan ekonomi, kawasan strategis sosial budaya, kawasan
strategis pendayagunaan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi dan/atau
fungsi dan daya dukung lingkungan.

Beberapa lokasi alternatif rencana pelabuhan masuk kedalam kawasan strategis


baik provinsi maupun kabupaten. Berikut ini ringkasan kawasan strategis yasng
disampaikan secara tabelaris.

Tabel 2.11 Kawasan Strategis Lokasi Alternatif Pelabuhan di Bangka Selatan

No. Lokasi Kawasan Strategis


1 Penutuk - kawasan minapolitan (sudut kepentingan ekonomi)
2 Tanjung Labu - kawasan minapolitan (sudut kepentingan ekonomi)
3 Tanjung Sangkar - kawasan minapolitan (sudut kepentingan ekonomi)
4 Pulau Panjang - kawasan minapolitan (sudut kepentingan ekonomi)
5 Pulau Tinggi - kawasan minapolitan (sudut kepentingan ekonomi)
6 Pulau Burung - kawasan minapolitan (sudut kepentingan ekonomi)
7 Pulau Kelapan - kawasan minapolitan (sudut kepentingan ekonomi)
8 Pulau Pongok - kawasan minapolitan (sudut kepentingan ekonomi)
9 Pulau Celagen - kawasan minapolitan (sudut kepentingan ekonomi)
Sumber: Hasil Analisis, 2015

Dari tabel di atas terlihat bahwa kecamatan Lepar Pongok dan Kepulauan Pongok

II - 11
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

merupakan kawasan strategis berdasarkan sudut kepentingan ekonomi (kawasan


minapolitan). Sehingga jika dilihat dari sudut pandang ini setiap lokasi yang ada di
Kecamatan Lepar Pongok dan Pongok Kepulauan merupakan satu kesatuan yaitu
berupa kawasan minapolitan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di
bawah.

Jika melihat potensi yang ada, maka rencana pengembangan pelabuhan di


Kabupaten Bangka Selatan khususnya di kawasan Pulau Lepar dan Pulau Pongok
lebih cocok kepada fungsi Sospol.

II.2.2 Analisis Transportasi Wilayah

a. Analisis Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah derajat kemudahan dicapai oleh orang, terhadap suatu objek,
pelayanan ataupun lingkungan. Kemudahan akses tersebut diimplementasikan
pada bangunan gedung, lingkungan dan fasilitas umum lainnya. Di bidang
transportasi, aksesibilitas adalah kemudahan mencapai suatu tujuan, dengan
tersedianya berbagai rute alternatif menuju satu tempat.

Penilaian tingkat aksesibilitas tiap lokasi rencana pelabuhan, baik akses darat
maupun akses laut yang dapat berupa pemeringkatan secara kualitatif sesuai
dengan nilai kemudahan pencapaiannya. Dalam hal ini, akan dapat diketahui
lokasi-lokasi dengan tingkat aksesibilitas baik, sedang dan buruk sebagai bahan
penilaian lokasi pada tahap analisis selanjutnya.

Berdasarkan hasil kunjungan lapangan, kondisi aksesibilitas masing-masing lokasi


disampaikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.12 Kondisi Aksesibilitas Darat Masing-Masing Lokasi Rencana Pelabuhan

No. Lokasi Aksesibilitas Darat


1 Penutuk Akses darat (jalan) sangat baik berupa jalan aspal hotmix
dengan lebar sekitar 3-3,5 meter yang menghubungkan desa
Tanjung Labu dan Tanjung Sangkar.
2 Tanjung Labu Akses darat (jalan) sangat baik berupa jalan aspal hotmix
dengan lebar sekitar 3-3,5 meter yang menghubungkan desa
Penutuk dan Tanjung Sangkar.
3 Tanjung Sangkar Akses darat (jalan) sangat baik berupa jalan aspal hotmix
dengan lebar sekitar 3-3,5 meter yang menghubungkan desa
Tanjung Labu dan Penutuk.
4 Pulau Panjang Akses darat (jalan) berupa jalan paving block dengan lebar
sekitar 1,5-2 meter.
5 Pulau Tinggi Akses darat (jalan) berupa jalan paving block dengan lebar
sekitar 1,5-2 meter.
6 Pulau Burung

II - 12
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

No. Lokasi Aksesibilitas Darat


7 Pulau Kelapan Akses darat (jalan) berupa jalan paving block dengan lebar
sekitar 1,5-2 meter.
8 Pulau Pongok Akses darat (jalan) sangat baik berupa beton dengan lebar
sekitar 3-3,5 meter yang menghubungkan antar wilayah di
dalam desa Pongok.
9 Pulau Celagen Akses darat (jalan) sangat baik berupa beton/pavingblock
dengan lebar sekitar 2 meter yang menghubungkan antar
wilayah di dalam desa Celagen.
Sumber: Hasil Analisis, 2015

Tabel 2.13 Kondisi Aksesibilitas Laut Masing-Masing Lokasi Rencana Pelabuhan

No. Lokasi Aksesibilitas Laut


1 Penutuk Menggunakan kapal kayu/speedboat dengan tujuan Sadai
2 Tanjung Labu Menggunakan kapal kayu/speedboat dengan tujuan Sadai via
Penutuk
3 Tanjung Sangkar Menggunakan kapal kayu/speedboat dengan tujuan Sadai via
Penutuk
4 Pulau Panjang Menggunakan kapal kayu/speedboat dengan tujuan Sadai
5 Pulau Tinggi Menggunakan kapal kayu/speedboat dengan tujuan Sadai
6 Pulau Burung
7 Pulau Kelapan Menggunakan kapal kayu/speedboat dengan tujuan Sadai via
Tanjung Sangkar ke Penutuk atau langsung menuju Sadai
8 Pulau Pongok Menggunakan kapal kayu dengan tujuan Sadai
9 Pulau Celagen Menggunakan kapal kayu dengan tujuan Sadai
Sumber: Hasil Analisis, 2015

Dari hasil analisis di atas dapat dilihat bahwa lokasi alternatif pelabuhan rata-rata
memiliki akses dalam menuju Pulau Bangka melalui Sadai baik via laut maupun
melalui darat terlebih dahulu.

b. Analisis Bangkitan dan Tarikan Pergerakan


Pada dasarnya peramalan kebutuhan perjalanan bertujuan untuk memperkirakan
jumlah dan lokasi kebutuhan transportasi (untuk angkutan umum dan kendaraan
pribadi) untuk prediksi masa yang akan datang. Untuk daerah perkotaan, telah
diketahui bahwa sebagian besar perjalanan yang terjadi adalah berbasiskan
rumah (home based trips). Perjalanan yang berbasiskan rumah adalah
perjalanan yang dimulai atau diakhiri di rumah. Oleh karena itu, dengan membuat
suatu pemodelan bangkitan pergerakan dari zona perumahan akan dapat
diperkirakan jumlah pergerakan keluarga per hari dari lokasi tersebut. (Gunawan,
1999).

Dalam analisis ini, jumlah pergerakan yang dibangkitkan oleh suatu zona atau
kawasan per satuan waktu, sebagai indikasi awal permintaan akan kebutuhan
perjalanan (transportasi), baik kebutuhan jaringan maupun moda transportasi
diprediksi dengan Model Perencanaan transportasi Empat tahap (MPTEP) yang

II - 13
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

akan dinilai pada aspek Transportasi. Wilayah Ini merupakan hasil modifikasi
MPTEP yang menghasilkan sub model: Bangkitan dan tarikan pergerakan (Trip
Generation).

Bangkitan Pergerakan
Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah tahapan pemodelan yang
memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna
lahan atau jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona
(Tamin, 1997). Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan
yang terjadi dalam satuan waktu pada suatu zona tata guna lahan (Hobbs, 1995).
Waktu perjalanan bergantung pada kegiatan kota, karena penyebab perjalanan
adalah adanya kebutuhan manusia untuk melakukan kegiatan dan mengangkut
barang kebutuhannya. Setiap suatu kegiatan pergerakan mempunyai zona asal dan
tujuan, dimana asal merupakan zona yang menghasilkan perilaku pergerakan,
sedangkan tujuan adalah zona yang menarik pelaku melakukan kegiatan.
Bangkitan Pergerakan digunakan untuk menyatakan suatu pergerakan berbasis
rumah yang mempunyai asal dan/atau tujuan adalah rumah atau pergerakan yang
dibangkitkan oleh pergerakan berbasis bukan rumah.

Model sangat dibutuhkan apabila efek tata guna lahan dan pemilikina pegerakan
terhadap besarnya bangkitan dan tarikan pergerakan berupbah sebagai fungsi
waktu. Tahapan bangkitan ini meramalkan jumlah pergerakan yang akan dilakuan
oleh seseorang pada setiap zona asal dengan menggunakan data rinci mengenai
tingkat bangkitan pergerakan, taribut sosioekonomi, serta tata guna lahan.
Tahapan ini bertujuan mempelajari dan meramalkan besarnya tingkat bangkitan
pergerakan dengan mempelajari beberapa variasi hubungan antara ciri
pergerakan dengan lingkungan tata guna lahan. Beberapa kajian transportasi
berhasil mengidentifikasi korelasi antara besarnya pergerakan dengan berbagai
peubah, dan setiap peubah tersebut juga saling berkorelasi.

Tahapan ini biasanya menggunakan data berbasis zona untuk memodelkan


besarnya pergerakan yang terjadi (baik bangkitan maupun tarikan), misalnya tata
guna lahan, pemilikan kendaraan, populasi, jumlah pekerja, kepadatan penduduk,
pendapatan, dan juga modal transportasi yang digunakan. Khusus mengenai
angkutan barang, bangkitan dan tarikan pergerakan diramalkan dengan
menggunakan atribut sektor industrI dan sektor lain yang terkait. Seperti telah
dijelaskan, bangkitan atau tarikan pergerakan biasanya dianalisis berdasarkan
zona. Data tata guna lahan (peubah X), data bangkitan pergerakan (P) dan data
tarikan pergerakan (A) yang didapatkan dari hasil survey (Black, 1981).

Variabel – variabel yang menjadi penekanan pada studi ini terdiri dari :
1. Variabel terikat : jumlah bangkitan pergerakan rata– rata dalam sehari.

II - 14
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

2. Variabel bebas :
- Jumlah penduduk
- Jumlah nelayan
- Jumlah kapal/perahu
- Jumlah produksi ikan

Tabel 2.14 Variabel Pemodelan Bangkitan Perjalanan

Jumlah
Lokasi Alternatif Jumlah Jumlah Jumlah
Bangkitan Produksi
Rencana Penduduk Perahu Nelayan
Ikan
Pelabuhan
Y X1 X2 X3 X4
Penutuk 100 2053 1,2 59 19
Tanjung Labu 50 2017 74 38 74
Tanjung Sangkar 50 2201 95 103 95
Pulau Panjang 2 287 1 10 10
Pulau Tinggi 2 300 1 10 10
Pulau Burung 0 0 0 0 0
Pulau Kelapan 2 120 1 10 10
Pulau Pongok 40 3257 468 103 276
Pulau Celagen 15 1337 6480 127 204
Sumber: Hasil Analisis, 2015

Tahapan selanjutnya adalah melalui uji korelasi. Uji statistik ini harus dilakukan
untuk memenuhi persyaratan model matematis: sesama peubah bebas tidak boleh
saling berkorelasi, sedangkan antara peubah tidak bebas dengan peubah bebas
harus ada korelasi yang kuat (baik positif maupun negatif). Dalam melakukan uji
korelasi dibantu dengan software SPSS. Hasilnya disampaikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.15 Korelasi Variabel-Variabel Pembentuk Bangkitan

Sumber: Hasil Analisis, 2015

II - 15
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Dari hasil output di atas dapat diketahui bahwa antara jumlah penduduk (X1)
dengan produksi ikan (X2) nilai signifikansi 0,836 > 0,05 yang berarti tidak
terdapat korelasi yang signifikan. Selanjutnya antara jumlah penduduk (X1) dan
jumlah perahu (X3) nilai signifikansi 0,016 < 0,05 yang berarti terdapat korelasi
yang signifikan.

Tahap selanjutnya dilakukan regresi linier dengan memasukkan variabel X1, X2,
X3, X4, dan Y. Hasilnya disampaikan pada tabel berikut.

Regresi Linier Model Bangkitan Pergerakan

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Dengan demikian model bangkitan yang keluar adalah


Y = 0,177 + 0,048X1 - 0,080X3 – 0,430X4

Tarikan Pergerakan
Jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona disebut
tarikan pergerakan. Pergerakan lalu lintas merupakan fungsi tata guna lahan yang
menghasilkan pergerakan lalu lintas. Tarikan lalu lintas adalah lalu lintas yang
menuju atau tiba ke suatu lokasi. Hasil keluaran dari perhitungan tarikan lalu
lintas berupa jumlah kendaraan, orang, atau angkutan barang per satuan waktu,
misalnya kendaraan/jam. Kita dapat dengan mudah menghitung jumlah orang atau
kendaraan yang masuk dari suatu luas tanah tertentu dalam satu hari atau satu
jam, untuk mendapatkan tarikan pergerakan (Ofyar Z. Tamin,2000).

Faktor yang paling sering digunakan adalah luas lantai untuk kegiatan industri,
komersial, perkantoran, pertokoan, dan pelayanan yang lainnya. Faktor lain yang
dapat digunakan adalah lapangan kerja. Akhir-akhir ini beberapa kajian mulai
berusaha memasukkan ukuran aksesibilitas.

Mengingat keterbatasan data dalam faktor-faktor penentu tarikan pergerakan,


maka digunakan data hasil wawancara dengan warga/masyarakat di lokasi
setempat. Jumlah tarikan pergerakan berdasarkan hasil wawancara tersebut tidak
jauh berbeda dengan jumlah bangkitan pergerakan. Jumlah tarikan pergerakan di

II - 16
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

wilayah lokasi rencana pelabuhan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.16 Perkiraan Tarikan Pergerakan

Lokasi Alternatif Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah


Tarikan
Rencana Siswa TK Siswa SD Siswa MI Siswa SMP Siswa SMA PTK
Pelabuhan Y X1 X2 X3 X4 X5 X6
Penutuk 613 69 347 0 41 130 26
Tanjung Labu 606 57 280 0 59 183 27
Tanjung Sangkar 537 43 324 53 95 0 22
Pulau Panjang 60 0 52 0 0 0 8
Pulau Tinggi 0 0 0 0 0 0 0
Pulau Burung 0 0 0 0 0 0 0
Pulau Kelapan 0 0 0 0 0 0 0
Pulau Pongok 543 40 461 0 ? 0 42
Pulau Celagen 247 39 198 0 ? 0 10
Sumber: Hasil Analisis, 2015

Dari tabel di atas terlihat bahwa lokasi Penutuk, Tanjung Labu, Tanjung Sangkar
dan Pongok merupakan lokasi dengan tarikan pergerakan yang besar jika dilihat
dari jumlah siswa ditiap lokasinya. Namun, pergerakan tersebut hanya bersifat
lokal sehingga bukan merupakan pergerakan antar zona. Kalaupun merupakan
pergerakan antar zona, pergerakan yang terjadi sangat kecil. Hal hanya dipicu oleh
fasilitas pendidikan yang ada di lokasi asalnya belum lengkap.

c. Analisis Sebaran Pergerakan


Pada analisis ini, jumlah perjalanan yang dibangkitkan dari suatu zona asal atau
yang tertarik ke suatu zona tujuan akan didistribusikan pada setiap zona asal dan
zona tujuan yang ada. Analisis ini menghasilkan Matriks Asal Tujuan Perjalanan.
Metode yang digunakan adalah metode sintesis dengan model dasar dari model
persamaan distribusi perjalanan adalah Model Gravitasi. Jumlah perjalanan yang
dibangkitkan oleh zona asal i akan didistribusikan ke zona lalu lintas tujuan d akan
berbanding terbalik terhadap waktu tempuh perjalanan(Cid) antara kedua zona
tersebut, atau dalam fungsi matematika adalah sebagai berikut:
Tid = Ai . Oi . Bd . Dd . fid
Dengan,
1
Bd  untuk semua d
 AiOi fid
i

1
Ai  untuk semua i
 Bi Di fid
i

Keterangan:
Tid adalah perjalanan dari zona lalu lintas asal i ke zona lalu lintas tujuan d (orang/hari)

II - 17
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Oi adalah jumlah perjalanan yang berasal dari zona lalu lintas asal I (orang/hari)
Dd adalah jumlah perjalanan yang menuju ke zona lalu lintas tujuan d (orang/hari)
fid adalah fungsi hambatan = (Cid2,1578)(eid(-0,0121*Cid))
Cid adalah waktu tempuh perjalanan (jam)
Ai adalah faktor penyeimbang
Bd adalah faktor penyeimbang

Perkiraan sebaran perjalanan ditambahkan dengan satu zona eksternal yang


sangat berpengaruh terhadap aktivitas pergerakan di Lepar dan Pongok yaitu
Sadai. Perkiraan jumlah pergerakan berdasarkan hasil wawancara disampaikan
dalam matriks asal tujuan berikut ini.

Tabel 2.17 Perkiraan Matriks Asal Tujuan


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Penutuk 50 50 1 1 0 1 1 1 100
2 Tanjung Labu 50 24 0 0 0 1 5 5 50
3 Tanjung Sangkar 50 24 0 0 0 10 1 2 50
4 Pulau Panjang 1 0 0 1 0 0 0 0 2
5 Pulau Tinggi 1 0 0 1 0 0 0 0 2
6 Pulau Burung 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Pulau Kelapan 1 1 10 0 0 0 0 0 2
8 Pulau Pongok 1 5 1 0 0 0 0 30 40
9 Pulau Celagen 1 5 2 0 0 0 0 30 10
10 Sadai 100 50 50 2 2 0 2 40 10
Sumber: Hasil Analisis, 2015

Jika digambarkan dalam bentuk desire line, maka bentuk aliran perjalanan seperti
pada gambar berikut ini.

II - 18
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

II.2.3 Analisis Ekonomi Wilayah

a. Analisis Potensi Hinterland


Potensi hinterland di masing-masing lokasi alternatif rencana pelabuhan memiliki
kemiripan satu sama lain yaitu berupa hasil tangkap perikanan laut. Selain itu juga
ada hasil perkebunan pada lokasi-lokasi tertentu yaitu hasil perkebunan sawit,
karet dan lada. Berikut ini adalah potensi hinterland pada masing-masing lokasi
alternatif rencana pelabuhan yang disajikan secara tabelaris.

Tabel 2.18 Potensi Hinterland Masing-Masing lokasi Alternatif Pelabuhan

No. Lokasi Potensi Hinterland


1 Penutuk - Luas lahan karet berkisar 20 Ha dengan produksi sebesar 10
ton per tahun
- Luas lahan untuk lada berkisar 10 Ha dengan produksi
sebesar 20 ton per tahun
- Produksi dari perikanan laut berkisar 1,2 ton per tahun
2 Tanjung Labu - Luas lahan untuk lada berkisar 3 Ha dengan produksi sebesar
6 ton per tahun
- Produksi dari perikanan laut berkisar 16 ton per tahun
3 Tanjung Sangkar - Luas lahan untuk lada berkisar 30 Ha dengan produksi
sebesar 60 ton per tahun
- produksi dari perikanan laut berkisar 16,5 ton per tahun
4 Pulau Panjang - produksi dari perikanan laut berkisar 100 kg/hari
- produksi kelapa sawit bekisar 100 kg/minggu
5 Pulau Tinggi - produksi ikan, karet dan kelapa sawit bekisar 2 ton per bulan
6 Pulau Burung -
7 Pulau Kelapan - Produksi dari perikanan laut berkisar 1 ton per tahun
8 Pulau Pongok - Produksi dari perikanan laut berkisar 468 ton per tahun
- Produksi lada bekisar 10 ton per tahun
9 Pulau Celagen - Produksi dari perikanan laut berkisar 6480 ton per tahun
Sumber: Hasil Analisis, 2015

Jika dilihat dari potensi yang ada, lokasi-lokasi alternatif pelabuhan memiliki
potensi masing-masing dimana rata-rata merupakan hasil penangkapan ikan di
laut dan hasil perkebunan. Hasil selaras dengan data yang ada dimana mata
pencaharian penduduk sebagian besar adalah nelayan dan petani.

Kedepan lokasi yang sangat potensial adalah Pongok dimana lahan yang bisa
dikembangkan untuk areal pertanian atau perkebunan masih sangat luas sehingga
potensi angkutan akan semakin besar.

b. Analisis Pertumbuhan Wilayah


Perkembangan agregat perekonomian di Kabupaten Bangka Selatan selama lima
tahun terakhir dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
yang selalu meningkat baik atas dasar harga berlaku (ADHB) maupun atas dasar

II - 19
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

harga konstan (ADHK) yang cukup signifikan. Pada tahun 2011 PDRB Kabupaten
Bangka Selatan atas dasar harga berlaku sebesar 3,88 triliun rupiah dan meningkat
menjadi 4,77 triliun rupiah di tahun 2013.

Bila dilihat dari potensi ekonomi diwilayah ini, tampak struktur perekonomian
Kabupaten Bangka Selatan masih dominan pada sektor primer. Meskipun struktur
perokonomian masih didominasi sektor primer, namun kontribusinya semakin
menurun dari tahun ke tahun, tercatat tahun 2011 kontribusinya 70,08 persen dan
menurun hingga tahun 2013 menjadi 67,22 persen. Hal ini menandakan adanya
perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Bangka Selatan secara lambat.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk


mengetahui kinerja perekonomian yang terjadi. Untuk memudahkan analisis
digunakan pertumbuhan ekonomi tanpa migas, karena lebih menggambarkan
kondisi perekonomian masyarakat. Tahun 2011 pertumbuhan ekonomi yang
berhasil diciptakan sebesar 7,57 persen kemudian melambat di tahun berikutnya
menjadi 5,60 persen. Tahun 2013 perekonomian Kabupaten Bangka Selatan
menunjukan perlambatan ekonomi dimana hanya mampu tumbuh sebesar 4,46
persen.

Jika dilihat dari distribusi PDRB sektoral Kabupaten Bangka Selatan ADHB (%),
kecamatan Lepar Pongok dan Kepulauan Pongok yang sebagian lapangan
usahanya adalah perkebunan dan perikanan memiliki pertumbuhan yang
fluktuatif seperti yang ditampilkan pada tabel berikut.

Tabel 2.19 Distribusi Persentase PDRB Sektoral Kab. Bangka Selatan ADHB (%)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011(r) 2012* 2013**


Tanaman Perkebunan 14,27 14,44 14,13 14,87 15,09
Perikanan 6,05 5,94 5,90 6,15 6,37
Angkutan Laut 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07
Sumber: BPS Bangka Selatan, 2014

Tabel 2.20 Distribusi Persentase PDRB Sektoral Kab. Bangka Selatan ADHK (%)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011(r) 2012* 2013**


Tanaman Perkebunan 25,66 25,78 25,35 25,70 26,11
Perikanan 6,17 6,08 6,10 6,26 6,36
Angkutan Laut 0,08 0,07 0,07 0,07 0,07
Sumber: BPS Bangka Selatan, 2014

Tabel 2.21 Indeks Perkembangan PDRB Sektoral Kab. Bangka Selatan ADHB (%)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011(r) 2012* 2013**


Tanaman Perkebunan 170,69 196,99 217,63 254,24 285,91
Perikanan 422,21 472,59 529,81 613,52 704,12

II - 20
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Lapangan Usaha 2009 2010 2011(r) 2012* 2013**


Angkutan Laut 246,89 262,70 292,75 321,65 382,63
Sumber: BPS Bangka Selatan, 2014

Tabel 2.22 Indeks Perkembangan PDRB Sektoral Kab. Bangka Selatan ADHK (%)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011(r) 2012* 2013**


Tanaman Perkebunan 131,68 134,36 132,33 135,44 144,78
Perikanan 184,63 178,06 185,19 192,42 183,54
Angkutan Laut 109,86 130,76 134,47 129,19 135,68
Sumber: BPS Bangka Selatan, 2014

Tabel 2.23 Laju Pertumbuhan PDRB Sektoral Kabupaten Bangka Selatan ADHB (%)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011(r) 2012* 2013**


Tanaman Perkebunan 1,82 6,57 5,03 6,30 6,11
Perikanan 2,05 4,54 7,24 7,58 6,10
Angkutan Laut -1,98 1,09 1,22 2,35 9,76
Sumber: BPS Bangka Selatan, 2014

Tabel 2.24 Laju Pertumbuhan PDRB Sektoral Kabupaten Bangka Selatan ADHK (%)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011(r) 2012* 2013**


Tanaman Perkebunan 1,82 6,57 5,03 6,30 6,11
Perikanan 2,05 4,54 7,24 7,58 6,10
Angkutan Laut -1,98 1,09 1,22 2,35 9,76
Sumber: BPS Bangka Selatan, 2014

Jika dilihat dari distribusi PDRB-nya, persentase tanaman perkebunan dan


perikanan memiliki share yang cukup besar. Demikian juga dengan indeks
perkembangan PDRB dan laju pertumbuhannya, tanaman perkebunan dan
perikanan memiliki kontribusi yang cukup tinggi terhadap PDRB Kabupaten
Bangka Selatan.

Dengan membandingkan hasil produksi tanaman perkebunan dan perikanan


(potensi hinterland) terhadap pertumbuhan sektoral maka diperkirakan share
pertumbuhan wilayah yang ada di lokasi alternatif pelabuhan.

Tabel 2.25 Pertumbuhan Wilayah Masing-Masing lokasi Alternatif Pelabuhan

No. Lokasi Indeks Pertumbuhan Wilayah


1 Penutuk Lokasi berada pada kawasan dengan pertumbuhan sedang
2 Tanjung Labu Lokasi berada pada kawasan dengan pertumbuhan sedang
3 Tanjung Sangkar Lokasi berada pada kawasan dengan pertumbuhan sedang
4 Pulau Panjang Lokasi berada pada kawasan dengan pertumbuhan rendah/
lambat
5 Pulau Tinggi Lokasi berada pada kawasan dengan pertumbuhan rendah/
lambat
6 Pulau Burung -

II - 21
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

No. Lokasi Indeks Pertumbuhan Wilayah


7 Pulau Kelapan Lokasi berada pada kawasan dengan pertumbuhan rendah/
lambat
8 Pulau Pongok Lokasi berada pada kawasan dengan pertumbuhan sedang
9 Pulau Celagen Lokasi berada pada kawasan dengan pertumbuhan sedang
Sumber: Hasil Analisis, 2015

Lokasi pertumbuhan wilayah di pusat desa seperti di Penutuk, Tanjung Labu,


Tanjung Sangkar, Pongok dan Celagen tergolong sedang. Lokasi lain seperti Pulau
Panjang, Pulau Tinggi dan Pulau Kelapan tergolong lambat karena wilayahnya
yang pulau sendiri dan memisah dari wilayah daratan desa induknya.

II.2.4 Analisis Sosial Kependudukan

a. Analisis Kependudukan
Komposisi penduduk di kecamatan Lepar Pongok tahun 2013 tercermin pada
piramida penduduknya yang didominasi oleh kelompok umur usi produkstif yaitu
penduduk berusia 15-64 tahun. Selain itu, komposisi penduduk juga didominasi
oleh penduduk laki-laki dengan sex ratio tahun 2013 sebesar 108 artinya untuk
setiap 208 jiwa penduduk di kecamatan leper pongok terdapat 100 penduduk
perempuan dan 108 penduduk laki-laki.

Piramida Penduduk Kec. Lepar Pongok 2013

Komposisi penduduk di kecamatan Kepulauan Pongok tahun 2013 tercermin pada

II - 22
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

piramida penduduknya yang didominasi oleh kelompok umur usia produkstif yaitu
penduduk berusia 15-64 tahun. Selain itu, komposisi penduduk juga didominasi
oleh penduduk laki-laki dengan sex ratio tahun 2013 sebesar 110 artinya untuk
setiap 210 jiwa penduduk di kecamatan leper pongok terdapat 100 penduduk
perempuan dan 110 penduduk laki-laki.

Piramida Penduduk Kec. Kepulauan Pongok 2013

Indikator kependudukan di kecamatan Lepar Pongok dan Kepulauan seperti


jumlah penduduk, sex ratio, kepadatan penduduk, kelahiran, kematian, migrasi
penduduk disampaikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.26 Indikator Kependudukan Kecamatan Lepar Pongok

Indikator 2011 2012* 2013


Jumlah Penduduk 12.062 7.108 7.168
Sex rasio (L/P) 108 108 108
Kepadatan penduduk (jiwa/km2) 46 41 42
Kelahiran 46 64 45
Kematian 21 27 44
Penduduk datang 38 13 66
Penduduk Pergi 8 8 1
*)terjadi pemekaran wilayah

Tabel 2.27 Indikator Kependudukan Kecamatan Lepar Pongok

Indikator 2013
Jumlah Penduduk 4.594
Sex rasio (L/P) 110
Kepadatan penduduk (jiwa/km2) 50

II - 23
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Kelahiran 110
Kematian 21
Penduduk datang 4
Penduduk Pergi 31
Sumber: Kepulauan Pongok Dalam Angka, 2014

Jangkauan (J) = Datum terbesar – Datum terkecil


Datum terbesar = 3257
Datum terkecil = 120
Jangkauan (J) = 3257 – 120 = 3137
Jadi jangkauan datanya adalah 3137

Banyaknya kelas interval (k)


k = 1 + 3,3 log n , dimana n = banyaknya data (n=8)
k = 1 + 3,3 log 8
k = 1 + 3,3 (0,9)
k = 1 + 2,9
k = 3,9 ~ 4
Namun karena kelas yang diinginkan adalah dengan ketentuan kelas tertinggi,
terendah dan kelas sedang, maka kelas dibagi menjadi 3 kelas saja. Jadi banyaknya
kelas yang harus dibuat adalah 3 kelas.

Panjang interval kelas (c)


c = Jangkauan / Banyaknya kelas interval atau c = J / k
c = 3137 / 3 = 1045
Jadi, panjang interval kelas adalah 1045.

Jadi jumlah penduduk semua lokasi diklasifikasikan menjadi 3 kelas interval yaitu:
Kelas terendah : jumlah penduduk 120 - 1045 jiwa
Kelas tengah : jumlah penduduk 1046 - 2090 jiwa
Kelas tertinggi : jumlah penduduk 2091 - 3257 jiwa

Untuk masing-masing lokasi alternatif pelabuhan, jumlah penduduknya


ditampilkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.28 Jumlah Penduduk Masing-Masing Lokasi Alternatif Pelabuhan

Lokasi Alternatif Rencana Pelabuhan Jumlah Penduduk Kelas Interval


Penutuk 2053 Tengah
Tanjung Labu 2017 Tengah
Tanjung Sangkar 2201 Tinggi
Pulau Panjang 287 Rendah
Pulau Tinggi 300 Rendah
Pulau Burung - -

II - 24
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Lokasi Alternatif Rencana Pelabuhan Jumlah Penduduk Kelas Interval


Pulau Kelapan 120 Rendah
Pulau Pongok 3257 Tinggi
Pulau Celagen 1337 Tengah
Max 3257
Min 120
Sumber: BPS Bangka Selatan diolah, 2014

Dari tabel di atas terlihat bahwa lokasi Pulau Pongok dan lokasi Tanjung Sangkar
memiliki kelas interval yang tertinggi dibandingkan dengan lokasi lainnya.
Sedangkan lokasi Penutuk, Tanjung Labu, dan Celagen masuk kedalam kelas
interval menengah. Lokasi Pulau Panjang, Pulau Tinggi dan Kelapan masuk
kedalam kelas interval terendah karena lokasinya yang berada di pedusunan
(bukan desa).

b. Analisis IPM
Pembangunan manusia ditunjukan untuk meningkatkan partisipasi rakyat dalam
semua proses dan kegiatan pembangunan. Keberhasilan pembangunan dewasa ini
seringkali dilihat dari pencapaian SDM. Untuk mencapai tujuan tersebut
pemerintah daerah melakukan upaya peningkatan SDM baik dari kesehatan,
pendidikan, ekonomi dan moralitas sehingga partisipasi rakyat dalam
pembangunan semakin meningkat. Sebagai fokus dan sasaran akhir pembangunan,
informasi mengenai pembangunan manusia sangatlah penting diketahui.

Dalam lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2009-2013, Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Kabupaten Bangka Selatan mengalami peningkatan. Hal ini terlihat
dari besaran nilai IPM, tahun 2009 sebesar 66,50 kemudian terus meningkat
hingga tahun 2013 besaran nilai IPM menjadi 68,58.

Dilihat dari komponennya, angka harapan hidup pada tahun 2013 sebesar 68,33
tahun, angka melek huruf sebesar 94,60, rata-rata lama sekolah sebesar 6,44
tahun, dan paritas daya beli sebesar 603,00.

Untuk meningkatkan IPM semata-mata tidak hanya pada pertumbuhan ekonomi.


Agar pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pembangunan manusia, maka
pertumbuhan ekonomi harus disertai pemerataan pembangunan. Dengan
pemerataan pembangunan terdapat jaminan bahwa semua penduduk dapat
menikmati hasil-hasil pembangunan.

II - 25
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bangka Selatan

Tabel 2.29 Komponen IPM Kab. Bangka Selatan 2013

No. Uraian 2013


A Komponen IPM
1. Angka Harapan Hidup 68,33
2. Angka Melek Huruf 94,60
3. Rata-rata Lama Sekolah 6,44
4. Paritas Daya Beli 603,00
B Nilai IPM 68,58
C Reduksi Shortfall IPM 2,63
Sumber: BPS Bangka Selatan, 2014

Rumus penghitungan IPM dapat disajikan sebagai berikut :


IPM = 1/3 [X(1) + X(2) + X(3)]
dimana :
X(1) : Indeks harapan hidup
X(2) : Indeks pendidikan = 2/3(indeks melek huruf) + 1/3(indeks rata-rata lama sekolah)
X(3) : Indeks standar hidup layak

Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara


selisih suatu nilai indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum
dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan
sebagai berikut ;
Indeks X(i)= X(i) - X(i)min / [X(i)maks - X(i)min]
dimana :
X(1) : Indikator ke-i (i = 1, 2, 3)
X(2) : Nilai maksimum sekolah X(i)
X(3) : Nilai minimum sekolah X(i)

II - 26
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Nilai maksimum dan nilai minimum indikator X(i) disajikan pada tabel berikut.

Tabel 8.1 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM

Indikator Komponen IPM Nilai Nilai


(=X(I)) maksimum Minimum Catatan

85 25 Sesuai standar global


Angka Harapan Hidup
(UNDP)
Angka Melek Huruf 100 0 Sesuai standar global
(UNDP)
Rata-rata lama sekolah 15 0 Sesuai standar global
(UNDP)
Konsumsi per kapita yang 732.720 a) 300.000 b) UNDP menggunakan PDB
disesuaikan 1996 per kapita riil yang
disesuaikan

Dengan asumsi angka harapan hidup dan paritas daya beli menggunakan data yang
telah dipublikasikan BPS (data Kabupaten Bangka Selatan) maka hasil perhitungan
IPM masing-masing lokasi alternatif pelabuhan disampaikan pada tabel berikut.

Tabel 8.2 Perhitungan Perkiraan Nilai IPM Masing-Masing Alternatif Lokasi

Lokasi AHH AMH RLS IP Paritas IPM Reduksi


Penutuk 0,6833 0,9 0,4293 0,7431 0,7002 68,25777 2,63
Tanjung Labu 0,6833 0,9 0,4293 0,7431 0,7002 68,25777 2,63
Tanjung Sangkar 0,6833 0,9 0,4293 0,7431 0,7002 68,25777 2,63
Pulau Panjang 0,6833 0,8 0,4000 0,6667 0,7002 65,70962 2,63
Pulau Tinggi 0,6833 0,8 0,4000 0,6667 0,7002 65,70962 2,63
Pulau Burung
Pulau Kelapan 0,6833 0,8 0,4000 0,6667 0,7002 65,70962 2,63
Pulau Pongok 0,6833 0,9 0,4293 0,7431 0,7002 68,25777 2,63
Pulau Celagen 0,6833 0,9 0,4293 0,7431 0,7002 68,25777 2,63
Sumber: Hasil Analisis, 2015

Jangkauan (J) = Datum terbesar – Datum terkecil


Datum terbesar = 68,25777
Datum terkecil = 65,70962
Jangkauan (J) = 68,25777 – 65,70962 = 2,54815
Jadi jangkauan datanya adalah 2,54815

Banyaknya kelas interval (k)


k = 1 + 3,3 log n , dimana n = banyaknya data (n=8)
k = 1 + 3,3 log 8
k = 1 + 3,3 (0,9)
k = 1 + 2,9

II - 27
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

k = 3,9 ~ 4
Namun karena kelas yang diinginkan adalah dengan ketentuan kelas tertinggi,
terendah dan kelas sedang, maka kelas dibagi menjadi 3 kelas saja. Jadi banyaknya
kelas yang harus dibuat adalah 3 kelas.

Panjang interval kelas (c)


c = Jangkauan / Banyaknya kelas interval atau c = J / k
c = 2,54815 / 3 = 0,849
Jadi, panjang interval kelas adalah 0,84938.

Jadi IPM semua lokasi diklasifikasikan menjadi 3 kelas interval yaitu:


Kelas terendah : jumlah penduduk 65,70962 – 66,55900
Kelas tengah : jumlah penduduk 66,55901 – 67,40838
Kelas tertinggi : jumlah penduduk 67,40839 – 68,25777

Tabel 8.3 IPM Masing-Masing Lokasi Alternatif Pelabuhan

Lokasi Alternatif Rencana Pelabuhan IPM Kelas Interval


Penutuk 68,25777 Tinggi
Tanjung Labu 68,25777 Tinggi
Tanjung Sangkar 68,25777 Tinggi
Pulau Panjang 65,70962 Rendah
Pulau Tinggi 65,70962 Rendah
Pulau Burung -
Pulau Kelapan 65,70962 Rendah
Pulau Pongok 68,25777 Tinggi
Pulau Celagen 68,25777 Tinggi
Sumber: BPS Bangka Selatan diolah, 2014

Lokasi pedusunan seperti Pulau Tinggi, Pulau Panjang, dan Pulau Kelapan memilki
nilai IPM yang rendah. Berbanding terbalik dengan nilai IPM yang dekat dengan
pusat desa/kawasan. Hal ini dipengarungi oleh kondisi fasilitas yang ada seperti
sekolah dan kesehatan.

II.2.5 Analisis Rona Lingkungan

a. Analisis Komponen Fisik Kimia


Komponen fisik kimia dari rona lingkungan antara lain dapat dilihat dari kondisi
geologi, hidrologi, kualitas air, kondisi terumbu karang. Berdasarkan Peta Geologi
Lembar Belitung Sumatera yang diterbitkanoleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi tahun 1995, keadaan batuan pembentuk struktur geologi
di wilayah Kabupaten Bangka Selatan tersusun oleh beberapa satuan batuan, yang

II - 28
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

dikelompokkan atas ciri litologi dan dominasi dari setiap satuan batuan. Adapun
satuan batu tersebut antara lain Endapan Aluvial, Formasi Tajam dan Formasi
Kelapakampit. Batuan endapan alluvial tersebut berupa kerikil-kerakal, pasir,
lanau, lempung dan pecahan koral. Daratan Pulau Lepar tertutup oleh berbagai
jenis batuan, yaitu batuan sedimen, batuan gunung dan batuan intruksi yang
membentuk daerah perbukitan yang bergelombang dan dataran alluvial.

Dilihat dari kondisi topografi Pulau Lepar, Sungai-sungai di Pulau Lepar pada
umumnya berhulu di daerah perbukitan yang berada di bagian tengah Pulau Lepar
dan bermuara di laut. Sungai-sungai yang terdapat di Pulau Lepar tergolong
sungai-sungai yang kecil. Sungai tersebut adalah Sungai Pangku, Sungai
Elang/Sungai Buntut, dan Sungai Bayan.

Pulau Pongok adalah pulau yang dikelilingi oleh terumbu karang. Terdapat banyak
spot karang yang terdapat di sekitar pulau, diantaranya : Karang Ninek, Karang
Salma, Karang Panjang, Karang Unus, Karang Magdalena, Karang Batu Tambun,
Karang Temingkar, Karang Kuil, Karang Berengkem Laut, Karang Berengkem
Darat, Karang Lapan dan banyak lagi. Banyaknya spot karang menunjukkan
banyaknya ekosistem karang yang mengelilingi pulau. Tak heran jika ikan sangat
melimpah di pulau ini.

Dari hasil pengamatan di lapangan dan data-data sekunder yang telah diperoleh,
baik pulau lepar maupun pulau pongok memiliki komponen fisik kimia yang wajib
dijaga yaitu terumbu karang. Oleh karena itu, penempatan lokasi alternative
pelabuhan sebisa mungkin menghindari adanya terumbu karang didalamnya.

Tabel 2.30 Komponen Fisik Kimia

No. Lokasi Dasar Penilaian


1 Penutuk Tidak berada pada lokasi dengan hambatan komponen fisik-kimia
yang berpotensi menghambat pembangunan pelabuhan (resiko
terhadap dampak lingkungan paling kecil)
2 Tanjung Labu Tidak berada pada lokasi dengan hambatan komponen fisik-kimia
yang berpotensi menghambat pembangunan pelabuhan (resiko
terhadap dampak lingkungan paling kecil)
3 Tanjung Sangkar Tidak berada pada lokasi dengan hambatan komponen fisik-kimia
yang berpotensi menghambat pembangunan pelabuhan (resiko
terhadap dampak lingkungan cukup besar)
4 Pulau Panjang Tidak berada pada lokasi dengan hambatan komponen fisik-kimia
yang berpotensi menghambat pembangunan pelabuhan (resiko
terhadap dampak lingkungan paling kecil)
5 Pulau Tinggi Tidak berada pada lokasi dengan hambatan komponen fisik-kimia
yang berpotensi menghambat pembangunan pelabuhan (resiko
terhadap dampak lingkungan paling kecil)
6 Pulau Burung -

II - 29
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

No. Lokasi Dasar Penilaian


7 Pulau Kelapan Tidak berada pada lokasi dengan hambatan komponen fisik-kimia
yang berpotensi menghambat pembangunan pelabuhan (resiko
terhadap dampak lingkungan paling kecil)
8 Pulau Pongok Tidak berada pada lokasi dengan hambatan komponen fisik-kimia
yang berpotensi menghambat pembangunan pelabuhan (resiko
terhadap dampak lingkungan paling kecil)
9 Pulau Celagen Berada pada lokasi dengan hambatan komponen fisik-kimia yang
berpotensi menghambat pembangunan pelabuhan (resiko
terhadap dampak lingkungan paling besar)
Sumber: Hasil Analisis, 2015

b. Analisis Komponen Biologi-Hayati


Baik di Pulau Lepar maupun Pongok, komponen biologi-hayati yang perlu dijaga
adalah hutan mangrove. Beberapa spot pantai pesisir masih terdapat hutan
mangrove sehingga sebisa mungkin untuk mengindari adanya masalah
dikemudian hari. Selain itu, ada juga potensi terumbu karang di sekitar Pulau
Lepar dan Pulau Pongok.

Tabel 2.31 Komponen Biologi-Hayati

No. Lokasi Dasar Penilaian


1 Penutuk Tidak berada pada lokasi dengan hambatan komponen biologi-
hayati yang berpotensi menghambat pembangunan pelabuhan
(resiko terhadap dampak lingkungan paling kecil)
2 Tanjung Labu Tidak berada pada lokasi dengan hambatan komponen biologi-
hayati yang berpotensi menghambat pembangunan pelabuhan
(resiko terhadap dampak lingkungan paling kecil)
3 Tanjung Sangkar Tidak berada pada lokasi dengan hambatan komponen biologi-
hayati yang berpotensi menghambat pembangunan pelabuhan
(resiko terhadap dampak lingkungan paling kecil)
4 Pulau Panjang Tidak berada pada lokasi dengan hambatan komponen biologi-
hayati yang berpotensi menghambat pembangunan pelabuhan
(resiko terhadap dampak lingkungan paling kecil)
5 Pulau Tinggi Tidak berada pada lokasi dengan hambatan komponen biologi-
hayati yang berpotensi menghambat pembangunan pelabuhan
(resiko terhadap dampak lingkungan paling kecil)
6 Pulau Burung -
7 Pulau Kelapan Tidak berada pada lokasi dengan hambatan komponen biologi-
hayati yang berpotensi menghambat pembangunan pelabuhan
(resiko terhadap dampak lingkungan paling kecil)
8 Pulau Pongok Tidak berada pada lokasi dengan hambatan komponen biologi-
hayati yang berpotensi menghambat pembangunan pelabuhan
(resiko terhadap dampak lingkungan paling kecil)
9 Pulau Celagen Tidak berada pada lokasi dengan hambatan komponen biologi-
hayati yang berpotensi menghambat pembangunan pelabuhan
(resiko terhadap dampak lingkungan cukup besar)
Sumber: Hasil Analisis, 2015

II - 30
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

II.2.6 Analisis Kelayakan Teknis

a. Kelerengan dan Topografi


Kondisi Topografi Pulau Lepar dan Pulau Pongok bervariasi yang terdiri dari
dataran rendah sampai dengan daerah perbukitan. Dilihat dari kondisi topografi
Pulau Lepar ini, sebagian besar pulau Lepar mempunyai kemiringan lereng 0 – 8%,
sedangkan kemiringan lereng di bagian pantai tenggara mempunyai kemiringan
antara 8 – 15%.

b. Bathimetri
Dari hasil modeling yang telah dilakukan, lokasi Tanjung Sangkar, Pulau Panjang,
Pulau Tinggi, Pulau Burung, Pulau Kelapan cenderung lebih dangkal dibandingkan
dengan lokasi lainnya. Sedangkan lokasi Penutuk, Tanjung Labu, Pongok dan
Celagen memiliki kedalaman yang cukup dibandingkan lokasi lainnya.

c. Hidro-Oceanografi
Pada dasarnya kondisi hidro oceanografi pada masing-masing lokasi tidak jauh
berbeda karena letaknya yang berada pada gugusan pulau yang sama. Hanya saja
untuk lokasi tertentu memang seperti memiliki perlindungan alami terhadap arus
dan gelombang. Untuk pola pasang surut untuk perairan sekitar Pulau Lepar dan
Pulau Pongok adalah pola pasang surut harian dengan kisaran 2,4 – 3,6 meter.
Jenis pasang surut adalah diurnal dimana dalam satu hari terjadi satu kali pasang
dan satu kali surut. Untuk lebih jelasnya, hidro-oceanografi pada masing-masing
lokasi alternatif disampaikan pada tabel berikut.

Tabel 2.32 Kondisi Hidro-Oceanografi Masing-Masing Alternatif

No. Lokasi Hidro-oceanografi


1 Penutuk - Terlindung dari arus dan gelombang karena letaknya di selat
Lepar. Namun masih bisa terkena asrus dan gelombang dari
arah barat daya.
2 Tanjung Labu - Tidak terlindung dari arus dan gelombang karena letaknya
berada pada perairan laut lepas
3 Tanjung Sangkar - Terlindung dari arus dan gelombang karena letaknya yang
dilindungi oleh pulau-pulau kecil disekitarnya
4 Pulau Panjang - Terlindung dari arus dan gelombang karena letaknya di selat
Lepar
5 Pulau Tinggi - Terlindung dari arus dan gelombang karena letaknya di selat
Lepar
6 Pulau Burung - Terlindung dari arus dan gelombang karena letaknya di selat
Lepar (antara Pulau Lepar dan pulau burung)
7 Pulau Kelapan - Terlindung dari arus dan gelombang karena letaknya di selat
(antara Pulau Lepar dan pulau Kelapan)
8 Pulau Pongok - Tidak terlindung dari arus dan gelombang karena letaknya
berada pada perairan laut lepas

II - 31
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

No. Lokasi Hidro-oceanografi


9 Pulau Celagen - Tidak terlindung dari arus dan gelombang karena letaknya
berada pada perairan laut lepas
Sumber: Hasil Analisis, 2015

d. Klimatologi
Kondisi klimatologi juga mempengaruhi perairan laut khususnya perairan antara
pulau Lepar dan Pulau Pongok yang terhubung dengan laut Jawa dan Laut Cina
Selatan. Pada bulan Februari arah angin di perairan ini bergerak dari arah barat
sehingga mengakibatkan arus permukaan air laut umumnya bergerak dari arah
barat daya – barat laut berkisar antara 6 -12 cm/detik. Sebaliknya pada bulan
Agustus angin bertiup dari Timur ke Barat Daya dengan kecepatan 12 – 25
cm/detik. Untuk lokasi pelabuhan yang sangat terpengaruh oleh kondisi
klimatologi dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 2.33 Kondisi Klimatologi Masing-Masing Alternatif

No. Lokasi Klimatologi


1 Penutuk - Sebagian terpengaruh oleh angin musim
2 Tanjung Labu - Sangat dipengaruhi oleh angin musim
3 Tanjung Sangkar - Tidak terpengaruh oleh angin musim
4 Pulau Panjang - Tidak terpengaruh oleh angin musim
5 Pulau Tinggi - Tidak terpengaruh oleh angin musim
6 Pulau Burung - Tidak terpengaruh oleh angin musim
7 Pulau Kelapan - Tidak terpengaruh oleh angin musim
8 Pulau Pongok - Sangat dipengaruhi oleh angin musim
9 Pulau Celagen - Sangat dipengaruhi oleh angin musim
Sumber: Hasil Analisis, 2015

II.3 SKALA PRIORITAS


Dalam analisis pembobotan ini menggunakan dasar yang telah disepakati bersama
yaitu Petunjuk dan Teknis (Juknis) Penyusunan Pra FS Pembangunan Pelabuhan
Laut Tahun 2015. Dalam Juknis tersebut disampaikan bahwa pembobotan aspek
kelayakan digunakan untuk memberikan unsur realitas dalam perhitungan demi
tercapainya tujuan-tujuan tertentu, dalam hal ini adalah kelayakan pembangunan
pelabuhan laut di wilayah perencanaan. Pemberian bobot aspek kelayakan
diberikan secara proporsional antara ketetapan pemberian bobot secara nasional
dan pemberian bobot secara lokal sesuai karakteristik wilayah dan kearifan
setempat. Adapun proporsi pembobotannya dapat diperoleh melalui berbagai
cara, baik interview, kuisioner sederhana, hingga pendapat para ahli dalam bentuk
metode AHP.

Dalam juknis tersebut juga telah disampaikan bobot aspek kelayakan yang
ditetapkan secara nasional seperti yang disampaikan pada tabel berikut.

II - 32
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Tabel 2.34 Bobot Aspek Kelayakan yang Ditetapkan Secara Nasional

Sub
No. Aspek Bobot Sub Aspek
Bobot
Aspek Tata Ruang dan Struktur Ruang 5%
1 10%
Kebijakan Kawasan Strategis 5%
Aksesibilitas Darat 7%
Aksesibilitas Laut 7%
Aspek Transportasi Bangkitan dan Tarikan
2 30% Pergerakan (Trip 8%
Wilayah
Generation)
Sebaran Pergerakan (Trip 8%
Distribution)
Potensi Komoditas 8%
Hinterland
3 Aspek Ekonomi Wilayah 15%
Indeks Pertumbuhan 7%
Wilayah
Jumlah Penduduk 6%
Aspek Sosial
4 13% Indeks Pembangunan
Kependudukan 7%
Manusia (IPM)
Komponen Fisik-Kimia 3%
5 Aspek Lingkungan 10% Komponen Biologi-Hayati 3%
Rawan Bencana 4%
Topografi dan Kelerengan 5%
Bathymetri 6%
6 Aspek Teknis 22%
Hidro-Oceanografi 5%
Klimatologi 6%
Total Bobot 100% 100%
Sumber: Juknis Pra FS, 2015

Dengan menggunakan acuan bobot aspek kelayakan yang ditetapkan secara


nasional dalam tabel di atas, maka secara pembobotan berdasarkan hasil penilaian
pada masing-masing analisis dapat dihitung. Hasil perhitungan tersebut
ditampilakn pada tabel berikut.

II - 33
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Tabel 2.35 Rangkuman Hasil Penilaian Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Kabupaten Bangka Selatan

Nilai Per Lokasi


No. Aspek Sub Aspek Tg. Tg. P. P. P. P. P. P.
Penutuk
Labu Sangkar Panjang Tinggi Burung Kelapan Pongok Celagen
Aspek Tata Ruang dan Struktur Ruang 5 5 5 3 3 - 1 5 3
1
Kebijakan Kawasan Strategis 4 4 4 4 4 - 4 4 4
Aksesibilitas Darat 1 1 1 1 1 - 1 1 1
Aksesibilitas Laut 5 5 5 5 5 - 5 5 5
Aspek Transportasi Bangkitan dan Tarikan
2 Pergerakan (Trip 5 5 5 1 1 - 1 5 5
Wilayah
Generation)
Sebaran Pergerakan (Trip 5 5 5 1 1 - 1 5 1
Distribution)
Potensi Komoditas 10 10 10 5 5 - 5 10 10
Aspek Ekonomi Hinterland
3
Wilayah Indeks Pertumbuhan 5 5 5 1 1 - 1 5 5
Wilayah
Jumlah Penduduk 5 5 5 1 1 - 1 10 5
Aspek Sosial
4 Indeks Pembangunan
Kependudukan 5 5 5 1 1 - 1 5 5
Manusia (IPM)
Komponen Fisik-Kimia 10 10 5 10 10 - 10 10 1
5 Aspek Lingkungan Komponen Biologi-Hayati 10 10 10 10 10 - 10 10 5
Rawan Bencana -
Topografi dan Kelerengan 10 10 10 10 10 - 10 10 10
Bathymetri 5 5 1 1 1 - 1 5 5
6 Aspek Teknis
Hidro-Oceanografi 5 5 5 10 10 - 10 5 5
Klimatologi 5 5 10 10 10 - 10 5 5
Sumber: Hasil Analisis, 2015

II - 34
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Tabel 2.36 Hasil Pembobotan Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Kabupaten Bangka Selatan

Nilai Per Lokasi


No. Aspek Sub Aspek Tg. Tg. P. P. P. P. P. P.
Penutuk
Labu Sangkar Panjang Tinggi Burung. Kelapan Pongok Celagen
Aspek Tata Ruang dan Struktur Ruang 0,25 0,25 0,25 0,15 0,15 0,05 0,25 0,15
1
Kebijakan Kawasan Strategis 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20
Aksesibilitas Darat 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07
Aksesibilitas Laut 0,35 0,35 0,35 0,35 0,35 0,35 0,35 0,35
Bangkitan dan Tarikan
Aspek Transportasi
2 Pergerakan (Trip 0,40 0,40 0,40 0,08 0,08 0,08 0,40 0,40
Wilayah
Generation)
Sebaran Pergerakan (Trip
0,40 0,40 0,40 0,08 0,08 0,08 0,40 0,08
Distribution)
Potensi Komoditas
0,80 0,80 0,80 0,40 0,40 0,40 0,80 0,80
Aspek Ekonomi Hinterland
3
Wilayah Indeks Pertumbuhan
0,35 0,35 0,35 0,07 0,07 0,07 0,35 0,35
Wilayah
Jumlah Penduduk 0,30 0,30 0,30 0,06 0,06 0,06 0,60 0,30
Aspek Sosial
4 Indeks Pembangunan
Kependudukan 0,35 0,35 0,35 0,07 0,07 0,07 0,35 0,35
Manusia (IPM)
Komponen Fisik-Kimia 0,30 0,30 0,15 0,30 0,30 0,30 0,30 0,03
5 Aspek Lingkungan Komponen Biologi-Hayati 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,15
Rawan Bencana
Topografi dan Kelerengan 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
Bathymetri 0,30 0,30 0,06 0,06 0,06 0,06 0,30 0,30
6 Aspek Teknis
Hidro-Oceanografi 0,25 0,25 0,25 0,50 0,50 0,50 0,25 0,25
Klimatologi 0,30 0,30 0,60 0,60 0,60 0,60 0,30 0,30
Total Nilai 5,42 5,42 5,33 3,79 3,79 - 3,69 5,72 4,58
Sumber: Hasil Analisis, 2015

II - 35
Executive Summary – Pra Studi Kelayakan (Pre-FS) Pembangunan Pelabuhan Laut di Lokasi
Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung
2015

Penyusunan skala prioritas ini merupakan hasil perkalian bobot dan nilai pada
lokasi rencana pelabuhan, dimana lokasi yang memiliki rating tertinggi secara
otomatis merupakan lokasi prioritas pembangunan pelabuhan yang akan diproses
berdasarkan tahapan selanjutnya sebagaimana disebutkan dalam RTPP.

Dengan memperhatikan hasil perkalian bobot dan nilai pada sub bab sebelumnya
didapatkan bahwa lokasi rencana pelabuhan yang merupakan prioritas adalah:
1. Di lokasi Pulau Pongok Kecamatan Kepulauan Pongok,
2. Di lokasi Tanjung Labu Kecamatan Lepar Pongok,
3. Di Lokasi Penutuk Kecamatan Lepar Pongok.

II - 36

Anda mungkin juga menyukai