Anda di halaman 1dari 126

AERAH TE

NA N D RTI
GU N
AN
PROGRAM PELATIHAN

GG
MB

AL
RIAN DESA, PE

DAN T SMIGRA
RA N
T
MEN
KE

SI
PENGELOLAAN
BADAN USAHA MILIK DESA
(BUM DESA)
BUKU 4:
PEGANGAN PESERTA

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAN INFORMASI
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa


memberikan ruang kepada Desa untuk membangun Desa
sesuai potensi yang dimiliki dengan mengedepankan partisipatif
masyarakat. Tipologi, karakteristik dan potensi Desa merupakan
sumberdaya lokal dan aset Desa sebagai dasar dalam menentukan
arah pembangunan Desa berbasis partisipatif guna mewujudkan
Desa yang maju, mandiri dan sejahtera.

Salah satu bentuk pembangunan penguatan ekonomi di Desa


adalah melalui pembentukan BUM Desa sebagai kelembagaan
ekonomi Desa dalam memanfaatkan dan mendayagunakan
sumberdaya lokal dan/atau aset yang dimiliki Desa untuk
pembangunan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan


Transmigrasi mendorong pembangunan Desa melalui 3 (tiga)
pilar, yaitu Pembangunan Jaring Komunitas Wira Desa, Lumbung
Ekonomi Desa dan Lingkar Budaya Desa. Salah satu upaya
pembangunan Lumbung Ekonomi Desa adalah pembentukan BUM
Desa, dengan prioritas usaha di bidang pengelolaan sumberdaya
alam, induslri pengolahan berbasis potensi sumberdaya lokal/aset,
Jaringan distribusi/pemasaran, sektor keuangan/permodalan, dan
pelayanan publik. Kondisi tipologi. karakteristik dan kebutuhan
masyarakat merupakan pertimbangan utama dalam menentukan
alternatif perencanaan usaha BUM Desa.

Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 4


Tahun 2015 menguatkan ekonomi Desa untuk membentuk BUM

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa i


Desa sebagai lembaga penguatan ekonomi Desa. Pendirian BUM
Desa harus memperhatikan aspek kelembagaan perencanaan
usaha, dan pelaporan keuangan, dengan memperhatikan aspek-
aspek teknis dalam pengembangan rencana usaha BUM Desa.

Pusat Pelatihan Masyarakat, Badan Penelitian dan


Pengembangan. Pendidikan dan Pelatihan dan Informasi
berkoordinasi dengan Direktorat Jenderat Pembangunan
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, khususnya Direktorat
Pengembangan Usaha Ekonomi Desa menyusun Modul
Pengelolaan BUM Desa, terdiri atas 4 (empat) buku, yaitu 1)
Kurikulum dan Silabus, 2) Bahan Ajar (untuk Pelatih dan untuk
Masyarakat) 3) Petunjuk Penyelenggaraan Pelatihan dan 4) Buku
Pegangan Peserta.

Penyelenggaraan fungsi pelatihan masyarakat dilaksanakan


oleh 6 (enam) Unit Pelaksana Teknis Pusat Kementerian, yaitu
Balai Besar Pengembangan Latihan Masyarakat Jakarta,
Balai Besar Latihan Masyarakat Yogyakarta, dan Balai Latihan
Masyarakat Pekanbaru, Banjarmasin, Denpasar, serta Makassar
yang dikoordinasikan oleh Pusat Pelatihan Masyarakat (Peraturan
Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomar 9 Tahun 2015).

Draft Modul Pengelolaan BUM Desa telah dibahas, dan


telah divalidasi melalui penyelenggaraan ToT serta sosialisasi/
bimbingan Modul kepada Tenaga Fungsional Penggerak Swadaya
Masyarakat (TF PSM) sebagai Pelatihan Pengelolaan BUM Desa.
Namun demikian, Modul Pengelolaan BUM Desa bersifat dinamis
dan akan dilakukan update sesuai, dengan regulasi tentang
BUM Desa dan evaluasi Implementasi di lapangan. Saran dan

ii Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


masukan dan semua pihak akan menjadi bahan penyempurnaan
lebih lanjut

Modul Pelatihan Pengelolaan BUM Desa ini diharapkan


menjadi pedoman bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
dalam penyelenggaran pelatihan/bimtek Pengurus BUM Desa
maupun masyarakat Desa dalam pengelolaan BUM Desa yang
profesional sebagai lembaga ekonomi Desa yang keuntungannya
merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Desa (PAD) untuk
pembangunan Desa.

Semoga dengan Modul Pengelolaan BUM Desa menjadi


pendorong penguatan BUM Desa Sebagai fondasi, ekonomi,
Desa dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa,
serta sebagai daya ungkit pembangunan BUM Desa yang ada di
Indonesia.

Jakarta, April 2017

Direktur Jenderal Kepala


Pembangunan dan Badan Penelitian dan
Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan, Pendidikan
Desa, dan Pelatihan, dan Informasi,

Ahmad Erani Yustika M. Nurdin

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa iii


iv Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa
DAFTAR ISI

No. MATA LATIH HAL.

1. KONSEP DASAR BUM DESA ................................... 1

2. MEMBANGUN BUM DESA YANG MANDIRI DAN


BERKELANJUTAN .................................................... 5

3. PERSIAPAN PENDIRIAN BUM DESA ..................... 12

4. PENDIRIAN BUM DESA ........................................... 40

5. MERENCANAKAN BISNIS BUMDESA ..................... 52

6. SISTEM AKUNTANSI BUM DESA ............................ 68

7. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN


PERTANGGUNGJAWABAN ...................................... 108

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa v


vi Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa
1. KONSEP DASAR BUM DESA

PENGERTIAN BUM DESA


Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa,
adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola
aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa.

BUM Desa sebagai suatu lembaga ekonomi modal usahanya


dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut asas mandiri.
Ini berarti pemenuhan modal usaha BUM Desa harus bersumber
dari masyarakat. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan
BUM Desa dapat mengajukan pinjaman modal kepada pihak luar,
seperti dari Pemerintah Desa atau pihak lain, bahkan melalui
pihak ketiga.

MAKSUD
Pembentukan BUM Desa dimaksudkan menampung seluruh
kegiatan perekonomian yang ditujukan untuk peningkatan
pendapatan masyarakat, baik kegiatan perekonomian yang
berkembang menurut adat istiadat dan budaya masyarakat
setempat seperti kelompok arisan, lembaga ekonomi adat, serta

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 1


kegiatan perekonomian yang diserahkan kepada masyarakat
dalam bentuk program dan proyek dari Pemerintah dan Pemerintah
Daerah seperti : Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED-SP),
Lembaga Simpan Pinjam Berbasis Masyarakat (LSPBM); Badan
Kredit Desa (BKD), program P2KP, program UPK-PKK, dan
lainnya yang berada dan berkedudukan di desa.

TUJUAN

Empat tujuan utama BUM Desa adalah:


a. Meningkatkan perekonomian desa;
b. Meningkatkan pendapatan asli desa;
c. Meningkatkan pengolahan potensi desa sesuai dengan
kebutuhan masyarakat;
d. Menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi pedesaan.

Pendirian dan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM


Desa) adalah merupakan perwujudan dari pengelolaan ekonomi
produktif desa yang dilakukan secara kooperatif, partisipatif,
emansipatif, transparansi, akuntabel, dan sustainable. Oleh
karena itu, perlu upaya serius untuk menjadikan pengelolaan
badan usaha tersebut dapat berjalan secara efektif, efisien,
profesional dan mandiri

2 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


PRINSIP DASAR

Prinsip dasar dalam mendirikan pembentukan BUM Desa :


1. Pemberdayaan; memiliki makna untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat, keterlibatan masyarakat dan
tanggung jawab masyarakat;
2. Keberagamam; bahwa usaha kegiatan masyarakat memiliki
keberagaman usaha, dan keberagaman usaha dimaksud
sebagai bagian dari unit usaha BUM Desaa tanpa mengurangi
status keberadaan dan kepemilikan usaha ekonomi
masyarakat yang sudah ada.
3. Partisipasi; pengelolaan harus mampu mewujudkan peran
aktif masyarakat agar sentiasa memiliki dan turut serta
bertanggung jawab terhadap perkembangan kelangsungan
BUM Desa.
4. Demokrasi; mempunyai makna bahwa dalam mengelola
didasarkan pada kebutuhan masyarakat dan harus
diselenggarakan dalam perspektif penyelenggaraan
administrasi keuangan yang benar.

EMPAT TAHAPAN PENDIRIAN BUM DESA

Gagasan awal pendirian BUM Desa apakah bersumber dari


perorangan atau kelompok masyarakat harus dibahas di dalam
rembug desa. Beberapa aktivitas yang perlu dilakukan dalam
menyiapkan pendirian BUM Desa meliputi:

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 3


1) Melakukan Kajian Kelayakan Usaha terkait pemanfaatan
potensi desa yang diikuti penyusunan Rencana Usaha dan
Rencana Tahunan Pemasaan untuk mengeksploitasi produk
(barang dan jasa) yang akan ditawarkan BUM Desa;
2) Mempersiapkan Draft AD/ART, Calon Pengelola beserta para
Pembantunya (Karyawan), Dana Desa sebagai Modal Dasar
dan Draft Peraturan Desa
3) Melakukan rembug desa guna membuat kesepakatan
pendirian BUM Desaa dengan Penentapan Melalui Peraturan
Desa;
4) Mempersiapkan sarana prasarana operasional BUM Desa.

4 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


2. MEMBANGUN BUM DESA YANG
MANDIRI DAN BERKELANJUTAN

BUM DESA

BUM Desa, atau nama lain, sebenarnya bukan makhluk baru


meskipun nomenklatur itu baru diperkenalkan oleh pemerintah
dalam satu dekade terakhir. Dulu kita mengenal berbagai institusi
sosial dan institusi keuangan mikro yang dibentuk pemerintah:
Badan Kredit Desa (BKD), Koperasi Unit Desa (KUD),Usaha
Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UEDSP), Lembaga Perkreditan
Desa (LPD) Bali, maupun berbagai nama dana bergulir yang
dikelola kelompok-kelompok masyarakat yang dibentuk oleh
proyek-proyek sektoral kementerian seperti UPK dan Simpan
Pinjam untuk Perempuan (SPP) dalam PNPM Mandiri Perdesaan.
Sebut saja ini adalah LKM korporatis, atau Lembaga Keuangan
Mikro (LKM) yang dibentuk oleh pemerintah. Berbagai LKM ini
dibentuk oleh pemerintah karena komitmen pemerintah untuk
menolong rakyat desa (termasuk kaum miskin) dari jeratan
rentenir dan sekaligus membuka akses kredit bagi rakyat desa
mengingat bank-bank komersial (baik BUMN maupun swasta)
tidak pro rakyat.

Tidak semua institusi LKM itu mati, tetapi sebagian besar


institusi LKM telah mati, telah menjadi dinosaurus. Tentu
pemerintah tidak pernah jera. Pemerintah selalu membikin

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 5


nomenklatur LKM yang baru seraya mengalirkan bantuan dana
yang tidak kecil kepada LKM baru. Studi kami di Dompu, Bima, dan
Lombok Barat, sebagian besar BUM Desa bentukan Pemkab dan
didukung Provinsi, yang bergerak di bidang LKM mengalami mati
suri. Demikian juga di Kutai Kartanegara yang kaya raya, dimana
proyek LKM melalui program Gerbang Dayaku, mewariskan
kegagalan LKM sebagaimana ditunjukkan dengan kemacetan
dana bergulir sebesar 78 milyar rupiah.

Sementara institusi dana bergulir yang sekarang masih


berjalan secara massif adalah SPP PNPM Mandiri Perdesaan.
Karena proyek masih berjalan, dana SPP terus bergulir menjadi
besar dengan tingkat pengembalian pinjaman dari kelompok
sebesar 92,7% pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 94,00%
pada tahun 2009. Menurut laporan PNPM Mandiri Perdesaan
2009, dana yang bergulir sebesar Rp 1.247.881.145.008 dan
kemudian meningkat menjadi Rp 2.399.196.471.301 pada tahun
2009. Banyak pihak bertanya, bagaimana nasib SPP kedepan
ketika PNPM MP sudah berakhir? Mau dibawa kemana institusi
SPP dan uang sebesar itu? Apakah institusi dan uang itu akan
bernasib sama seperti institusi-institusi lain yang pernah dibentuk
pemerintah? Ini adalah teka-teki serius yang sangat disadari oleh
PNPM MP maupun oleh pemerintah.

Di tengah-tengah banyak LKM masuk desa yang datang silih


berganti, pemerintah dan masyarakat Bali sangat bangga akan
Lembaga Perkreditan Desa (LPD). LPD dibentuk secara serentak

6 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


oleh Gubernur Ida Bagus Mantra pada tahun 1985, sebagai
kelanjutan atas pemisahan dan pembentukan antara Desa Dinas
dan Desa Adat (Desa Pakraman). LPD dibentuk khusus di setiap
Desa Adat (Pakraman) dengan modal awal sebesar Rp 2 juta
serta didampingi oleh BPD Bali. Setiap Desa Adat memiliki LPD
dan LPD khusus melayani warga dalam satu Desa Adat, tidak
boleh melayani warga Desa Adat lainnya. Sebagian besar LPD
berkembang pesat dan bertambah besar, yang memberikan
dukungan bagi gerakan ekonomi lokal maupun dana sosial warga,
tidak semata dengan mekanisme dana bergulir tetapi melalui
mekanisme simpan pinjam. Ketika BUM Desa diperkenalkan
Jakarta, banyak pejabat daerah dan kepala desa di Bali berujar:
“Buat apa BUM Desa, kan kami sudah memiliki LPD”.

Dari cerita singkat itu muncul pertanyaan. Mengapa sebagian


besar LKM atau BUM Desa mengalami kegagalan, sementara
sebagian kecil lainnya meraih cerita sukses? Pelajaran apa yang
bisa ambil dari kisah kegagalan dan kesuksesan itu?

Saya terus terang tidak banyak mengetahui tentang disain


kelembagaan dan manajemen usaha BUM Desa. Padahal banyak
pihak yakin bahwa kesuksesan BUM Desa tergantung pada
ketepatan disain kelembagaan dan kecanggihan (akuntabilitas
dan profesionalitas) manajemen BUM Desa.

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 7


BUM Desa Bukan Sekadar BUM Desa

Banyak pihak masih mempertanyakan makluk apa BUM


Desa itu? Bahkan seorang pejabat Bappeda Kabupaten Buton,
Sultra, malah menyampaikan kritik bahwa BUM Desa adalah
bentuk Jawanisasi, sebagaimana penerapan model desa Jawa di
seluruh Indonesia. “Kalau sudah ada gerakan ekonomi berbasis
rakyat desa, untuk apa BUM Desa?”, demikian ujarnya.

Berbagai perangkat regulasi di atas sebenarnya telah


memberikan landasan hukum tentang kedudukan, tujuan,
kelembagaan maupun kepemilihan BUM Desa, yang kemudian
tatacara pembentuknya diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Daerah. Meskipun sudah ada landasan hukum secara makro,
tetapi studi lapangan FPPD di empat kabupaten (Dompu, Bima,
Lombok Barat dan Bantaeng) dan dua putaran lokakarya di
Mataram dan Makassar, menemukan berbagai pertanyaan dan
kekhawatiran yang ditujukan kepada BUM Desa:

1. Bagaimana kedudukan dan status BUM Desa? Apa beda


BUM Desa dengan PT, CV, usaha dagang atau koperasi?

2. Mengapa dibentuk BUM Desa? Untuk apa BUM Desa? Kalau


sudah ada usaha-usaha masyarakat seperti koperasi maupun
kegiatan simpan pinjam masyarakat, kenapa harus dibentuk
BUM Desa? Bukankah BUM Desa justru bisa menyaplok
usaha-usaha yang sudah ada atau malah mematikan usaha-
usaha yang sudah ada dalam masyarakat? Apakah tidak
mungkin desa hanya cukup melakukan pungutan pajak

8 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


terhadap usaha-usaha masyarakat, tanpa membentuk BUM
Desa, untuk memperoleh PADes? Bahkan ada yang bertanya,
bukankah BUM Desa ini merupakan bentuk “Jawanisasi”?

3. Siapa pemilik BUM Desa? Kalau pemerintah memberikan


bantuan kepada desa atau BUM Desa, bagaimana kedudukan
dan kepemilikan pemerintah dalam BUM Desa? Demikian
juga, kalau sekelompok masyarakat menyertakan modal
kepada BUM Desa, bagaimana hak dan kepemilikan mereka
atas BUM Desa?

4. Apakah BUM Desa hanya bergerak di bisnis ekonomi?


Apakah BUM Desa tidak mungkin melakukan bisnis sosial
yang berorientasi pada perlindungan sosial dan pelayanan
publik kepada masyarakat?

PENDEKATAN MEMBANGUN BUM DESA

Kesulitan membangun BUM Desa sebenarnya paralel


dengan kesulitan penanggulangan kemiskinan. Selama satu
dekade terakhir pemerintah mempunyai komitmen besar
terhadap penanggulangan kemiskinan, sebagaimana ditunjukkan
dengan besarnya alokasi dana yang mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. TNP2K secara kritis melansir data riil bahwa
selama lima tahun terakhir, dana penanggulangan kemiskinan
mengalami peningkatan secara fantastis sebesar 250% tetapi
angka kemiskinan hanya mengalami penurunan sebesar 2%.
Kesenjangan yang serius ini tentu menimbulkan pertanyaan, apa

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 9


yang salah dari pendekatan dan kebijakan pemerintah dalam
penanggulangan kemiskinan?

Pertanyaan ini serupa dengan pertanyaan: mengapa


sebagian besar BUM Desa yang dibentuk pemerintah mengalami
kegagalan? Apakah ini karena pendekatan yang salah?

MEMBANGUN GERAKAN BUM DESA

BUM Desa (unit usaha) yang peka terhadap kebutuhan warga


dapat dipastikan lebih bertahan (sustainibility) bahkan berkembang
lebih pesat. Idealnya BUM Desa didirikan untuk mendukung
usaha-usaha warga desa yang sekiranya secara individual tidak
mampu diselenggarakan. Sehingga upaya menjadikan gerakan
BUM Desa sangat terkait dengan proses pembentukan BUM
Desa itu sendiri. Berikut ini disampaikan proses menjadikan BUM
Desa sebagai gerakan ekonomi warga desa:
1. Sosialisasi tentang BUM Desa
2. Proses Pemilihan/ Pembentukan Unit Usaha
3. Pentingnya Forum Musdes yang Representatif
4. Komitmen Pengurus
5. Prinsip Pengelolaan BUM Desa.
6. Regulasi BUM Desa
7. Dukungan dan Proteksi Desa dan Supra Desa

10 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


Tabel Cara Pandang tentang BUM Desa di Level Lokal

Pengelola BUM Desa SKPD Lain Masyarakat


Persepsi BUM Desa sama dengan BUM Desa proyek BUM Desa dikelola
program pembangunan BPMPD orang dekat kepala
dan bantuan pemerintah desa
lainnya
Ada kecurigaan antar Terbatas Masyarakat kurang
pengelola untuk saling pada program tertarik mengikuti
Kordinasi
cari keuntungan yang saling perkembangan BUM
menguntungkan Desa
Dampak Unit usaha macet BUM Desa tidak Unit usaha
berkembang menumpuk
dikelompok Kades
dan Pengelola BUM
Desa

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 11


3. PERSIAPAN PENDIRIAN BUM DESA

TAHAP PERSIAPAN PENDIRIAN BUM DESA

1. Sosialisasi tentang BUM Desa


Inisiatif sosialisasi kepada masyarakat desa dapat
dilakukan oleh Pemerintah Desa atau BPD baik secara
langsung atau bekerjasama dengan lembaga lain/
perseorangan yang memiliki kapasitas untuk menjelaskan
BUM Desa, sehingga masyarakat mengetahui dan memahami
tentang: apa itu BUM Desa; mengapa perlu dibentuk BUM
Desa; maksud dan tujuan dari pembentukan BUM Desa;
tahapan pembentukan BUM Desa; manfaat didirikannya BUM
Desa; Bagaimana mendapatkan modal; Bagaimana bentuk
simpan pinjamnya; Bagaimana mekanisme operasionalnya;
Bagaimana bagi hasilnya. Dan lain-lain).dsb.

2. Musyawarah Desa yang Representatif


Keterlibatan seluruh elemen yang ada dalam masyarakat
desa maupun pihak-pihak yang mewakili stakeholders serta
kelompok masyarakat dalam forum musdes sangat penting
untuk memperoleh hasil musyawarah desa yang berkualitas.
Stakeholders desa tersebut antara lain: kepala desa dan
perangkat desa lainnya; pengurus dan anggota BPD;

12 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa seperti LPMD,
PKK, Karang Taruna, Gapoktan, dan pengurus lembaga lain
yang ada di desa yang dipandang cukup mewakili warga
masyarakat misalnya wakil dari lembaga keagamaan, wakil
dari lembaga perekonomian, paguyuban, dan tokoh adat

3. Pemilihan dan Pembentukan Unit Usaha BUM Desa


Proses pemilihan dan penentuan unit usaha harus
didasarkan pada pertimbangan dan kajian yang detail dan
cermat. Untuk ini forum musdes dapat membentuk “Tim
Survey Unit Usaha” atau “Tim Pengkaji Unit Usaha” atau
dengan nama lain. Tim tersebut sebaiknya beranggotakan
orang-orang yang memiliki kapabilitas untuk menyusun
kelayakan usaha melalui survey, pengkajian, perhitungan
atas kelebihan dan kekurangan, peluang keuntungan dan
kerugian/ resiko suatu unit usaha. Unit usaha yang dibentuk
seyogyanya belum diselenggarakan oleh warga.

A. Kajian Kelayakan Usaha


Suatu gagasan usaha dikatakan layak apabila terdapat
kemungkinan untuk memperoleh manfaat ketika kegiatan
usaha itu dijalankan. Kajian kelayakan usaha dapat
dilaksanakan untuk mendirikan usaha baru atau dalam
rangka pengembangan usaha yang sudah ada.

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 13


B. Manfaat Kajian Kelayakan Usaha
Kajian Kelayakan Usaha yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh dengan cara tepat akan memberikan
kemanfaatan, meliputi:
1) Terpilihnya jenis usaha yang dapat menghasilkan
kemanfaatan paling besar atau paling layak untuk
dilaksanakan.
2) Memperkecil risiko kegagalan usaha atau mencegah
kerugian.
3) Tersedianya data dan informasi tentang kelayakan
usaha sehingga memudahkan penyusunan
perencanaan usaha (business plan).
4) Meningkatnya kemampuan atau keterampilan warga
desa dalam mengelola usaha ekonomi secara
rasional dan modern.
5) Tersedianya informasi tentang prospek usaha yang
dapat menarik warga desa dan pihak lain untuk
mendukung pengembangan usaha.

C. Langkah-langkah Penyusunan Kelayakan Usaha


Langkah-langkah penyusunan kelayakan usaha
adalah sebagai berikut:

1) Pembentukan Tim Penyusun Kelayakan Usaha


(TPKU).

14 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


Pembentukan TPKU sebaiknya ditetapkan dengan
Surat Keputusan Kepala Desa yang keanggotaannya
terdiri atas Kepala Desa dan warga desa yang cukup
berpendidikan, mengenal dengan baik keadaan
desa, dan memiliki komitmen (rasa tanggungjawab)
untuk memajukan desanya atau yang sering dikenal
sebagai kader-kader penggerak desa. Jumlah
personil TPKU sebaiknya tidak terlalu banyak
(misal: 5-7 orang) dan menerima keterwakilan
minimal 2 orang perempuan. Bagi desa yang telah
membentuk kelembagaan BUM Desa, penyusunan
kelayakan usaha dapat dilakukan oleh Pengurus dan
Pengelola Unit Usaha BUM Desa. Bagi desa yang
sedang menyiapkan pembentukan BUM Desa studi
kelayakan usaha bisa sekaligus menjadi bagian dari
tim persiapan pembentukan BUM Desa.

2) Menemukan potensi desa yang dapat dikembangkan/


didayagunakan melalui pengelolaan usaha/bisnis.

Kegiatan pada tahap ini dilakukan oleh TPKU


yakni dengan mengidentifikasi (mengenali) dan
menginventarisasi (mencatat) atau disebut dengan
peta aset dan potensi yang dimiliki desa yang
memungkinkan untuk dijadikan produk dari unit
usaha BUM Desa. Ada tiga peta yang perlu disusun,
yakni peta sumber penghidupan warga, peta

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 15


sumberdaya alam desa, dan peta kualitas layanan
dasar desa.

Dokumen profil desa merupakan sumber data


penting untuk mengidentifikasi aset dan potensi
desa. Semakin baik kualitas penyusunan profil desa,
maka akan sangat membantu dalam mengenali
potensi desa dengan tepat. Cara lain untuk
mengenali potensi desa adalah dengan pengamatan
langsung dan menjaring informasi dari warga desa.
Cara menjaring informasi secara partisipasi yang
terakhir tersebut biasanya paling efektif. Desa dapat
sekaligus menganalisa bersama-sama kapasitas
aset desa dan apa peluang pemanfaatannya.

3) Mengenali kebutuhan sebagian besar warga desa


maupun masyarakat luas (masyarakat luar desa).

Kegiatan ini juga dilakukan TPKU yakni dengan cara


menanyakan langsung kepada warga desa tentang
jenis barang atau jasa yang mereka harapkan dapat
dilayani melalui BUM Desa. Dapat pula dilakukan
dengan cara mengamati atau bertanya kepada
pemilik toko dan pedagang di pasar mengenai jenis
barang yang laris terjual, khususnya barang-barang
yang sekiranya dapat diproduksi atau disediakan
oleh BUM Desa. Informasi tentang jenis kebutuhan
masyarakat tersebut kemudian dicatat. Langkah

16 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


ini sangat diperlukan sebagai dasar menentukan
peluang jenis usaha yang akan dijalankan dan
produk (barang dan jasa) yang akan ditawarkan.

Pada tahap ini TPKU terlebih dahulu menyusun


rancangan alternatif jenis usaha beserta hasil kajian
aspek-aspek kelayakan usaha dan kemungkinan
pengembangannya. Rancangan alternatif usaha
beserta kajian kelayakan usaha kemudian ditawarkan
kepada warga desa untuk dibahas bersama melalui
forum musyawarah desa.

4) Menggalang kesepakatan warga untuk menentukan


unit usaha ekonomi desa yang akan diwadahi BUM
Desa.

Kesepakatan bersama warga desa sangat


diperlukan untuk memperoleh dukungan dalam
menjalankan dan mengembangkan suatu unit
usaha BUM Desa. Ketika warga desa menyepakati
pendirian unit usaha BUM Desa, maka tentunya
mereka merasa ikut memiliki dan bertanggungjawab
atas keberlangsungan usaha. Di satu sisi, menjadi
modal yang sangat membantu bagi pengelola
opersional dalam menjalankan kegiatan usaha.
Kesepakatan mendirikan unit usaha BUM Desa
bersama warga desa hendaknya dilakukan melalui
forum musyawarah desa.

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 17


D. Aspek Kajian Menentukan Kelayakan Usaha

1. Aspek Pasar dan Pemasaran


Pasar, dalam pengertian sempit diartikan sebagai
tempat bertemunya penjual dan pembeli. Dalam
pengertian luas, pasar merupakan pertemuan
antara penjual dan pembeli untuk melakukan tawar-
menawar sehingga terbentuk harga. Pengertian
pasar itu tidak selalu menunjuk tempat, karena
interaksi (pertemuan) antara penjual dan pembeli
tidak harus bertemu di suatu tempat tetapi dapat
melalui media lain, misalnya melalui telepon, surat-
menyurat, internet, dan lain-lain (Subagyo, 2007).
Fungsi penawaran itu dilakukan oleh pihak penjual,
sedangkan pembeli melakukan fungsi permintaan
berupa baik barang dan/atau jasa. Apabila tawar-
menawar antara penjual dan pembeli menghasilkan
kesesuaian harga, maka terjadilah transaksi jual-
beli. Dengan demikian pasar akan terbentuk apabila:
terdapat penjual dan pembeli; terdapat barang atau
jasa yang diperjual-belikan; dan terjadi kesesuaian
harga dari hasil tawar-menawar antara penjual dan
pembeli.

Pemasaran adalah sebuah proses dalam


memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.
Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan

18 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


manusia yang kemudian tumbuh menjadi keinginan
manusia. Proses dalam pemenuhan kebutuhan
dan keinginan manusia adalah dasar dari konsep
pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (barang
dan/atau jasa), penetapan harga, pengiriman
barang, dan mempromosikan barang/jasa.

2. Aspek Teknis dan Teknologi


Kajian terhadap aspek teknis dan teknologi
dimaksudkan untuk mengetahui apakah secara
teknis suatu unit usaha BUM Desa dapat
dioperasikan (dijalankan) dan apakah teknologi yang
diperlukan tersedia. Ada 7 unsur pokok kelayakan
usaha yang dinilai dari aspek teknis dan teknologi,
yaitu: 1) Perencanaan Produk, 2) Kualitas
Produk, 3) Perencanaan Jumlah dan Kapasitas
Produksi, 4)Persediaan bahan baku, 5) Pemilihan
Teknologi, 6) Penentuan Lokasi Usaha, dan 7)
Perencanaan Tata letak (Layout)

3. Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia


(SDM)

3.1 Aspek Manajemen


Kajian kelayakan usaha pada aspek
manajemen bertujuan untuk mengetahui apakah
pembentukan dan pelaksanaan usaha dapat

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 19


direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan.
Aspek manajemen tersebut meliputi:
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan pengendalian.

3.2 Aspek Sumber Daya Manusia (SDM)


Kesuksesan menjalankan suatu unit
usaha sangat tergantung pada SDM yang
solid dalam organisasi. Oleh karena itu harus
dipastikan bahwa BUM Desa diurus oleh SDM
yang berkualitas dan mampu membangun
kekompakan serta keselarasan kerja untuk
menjalankan unit usaha. Di samping itu,
rencana usaha melalui pengembangan BUM
Desa secara rutin juga memerlukan kelayakan
aspek SDM. Kajian kelayakan SDM dapat
dimulai dari merencanakan siapa yang akan
memimpin BUM Desa atau unit usaha BUM
Desa, timnya dan menganalisis jenis pekerjaan
dan pelaksananya. Selain keahlian teknis, tim
yang efektif adalah yang mau bekerja dengan
baik dengan komitmen tinggi.

20 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


4. Aspek Keuangan
Kajian aspek keuangan dimaksudkan untuk
menentukan rencana investasi melalui perhitungan
biaya dan manfaat, seperti ketersediaan dana,
biaya modal, kemampuan usaha untuk membayar
kembali dana tersebut dalam waktu yang telah
ditentukan dan menilai prospek keberlanjutan
usaha. Tujuan menganalisis aspek keuangan adalah
mengetahui kelayakan suatu unit usaha BUM Desa
untuk dijalankan. Aspek keuangan yang perlu dikaji
meliputi: 1) Kebutuhan dana serta sumbernya, 2)
Aliran kas, 3) Perkiraan laba-rugi, 4) Penilaian
investasi rencana usaha.

5. Aspek Ekonomi, Sosial Budaya, Politik, dan


Lingkungan

5.1 Aspek Ekonomi


Salah satu tujuan utama mendirikan unit
usaha BUM Desa adalah untuk memperbaiki
atau meningkatkan perekonomian desa.
Untuk itu, pastikan kegiatan usaha yang akan
dijalankan BUM Desa dapat menyerap tenaga
kerja lokal untuk menggairahkan kehidupan
ekonomi desa dan meningkatkan pendapatan
warga desa sehingga terjadi perbaikan

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 21


kesejahteraan warga desa. Hindari pemilihan
jenis usaha yang sudah digeluti oleh warga
desa. Dengan demikian, kehadiran unit usaha
BUM Desa dapat memperluas kesempatan
kerja baru bagi warga desa.

Selain dampak positif dari unit usaha


BUM Desa terhadap kehidupan ekonomi
warga desa, rencana usaha tersebut juga
perlu memperhitungkan keuntungan finansial
bagi peningkatan Pendapatan Asli Desa
(PADes) untuk memperkuat kemampuan
keuangan Pemerintah Desa dalam membiayai
pembangunan desa dan peningkatan pelayanan
kepada masyarakat.

5.2 Aspek Sosial Budaya


Hindari jenis kegiatan usaha yang tidak
sesuai dengan nilai sosial budaya setempat.
Rencana kegiatan usaha yang bertentangan
dengan nilai-nilai sosial budaya masyarakat
setempat akan menimbulkan perlawanan
dari masyarakat, menimbulkan konflik dalam
kehidupan bermasyarakat sehingga rencana
usaha itu sulit dilaksanakan. Pertimbangkan

22 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


kemungkinan dampak dari kegiatan usaha
yang akan dijalankan. Apabila kegiatan usaha
menimbulkan dampak negatif pada kehidupan
warga desa, maka perlu diupayakan untuk
mengatasinya. Apabila dampak negatif yang
akan terjadi berskala besar dan sulit untuk
mengatasinya, sebaiknya rencana usaha itu
ditunda atau dihentikan sama sekali.

5.3 Aspek Politik


Usahakan unit kegiatan usaha BUM Desa
mendapatkan dukungan politik dari berbagai
pemangku kepentingan desa (Kepala Desa,
BPD, Tokoh Masyarakat, Lembaga-lembaga
Kemasyarakatan, Pemerintah Kabupaten).

Aspek politik dapat mendukung atau sebaliknya


menggagalkan kegiatan usaha yang akan dijalankan.
Aspek politik yang perlu dipertimbangkan antara lain
adalah dukungan atau justru penolakan warga desa
terhadap rencana membuka suatu kegiatan usaha
BUM Desa. Apabila masyarakat mendukung, maka
kegiatan usaha yang direncanakan dapat dilanjutkan.
Sebaliknya, jika masyarakat tidak mendukung atau
bahkan menolak, sebaiknya rencana kegiatan
usaha ditunda sambil melakukan pendekatan

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 23


kepada masyarakat agar bersedia mendukung. Jika
masyarakat tetap menolak, sebaiknya rencana itu
dihentikan. Demikian halnya mempertimbangkan
sikap pemerintah desa (Kepala Desa) dan BPD,
Pemerintah Kabupaten dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan di desa.

Berikutnya yang perlu dipertimbangkan adalah


stabilitas kegiatan usaha paska pemilihan kepala
desa atau pemilihan kepala daerah. Apabila diyakini
tidak begitu terpengaruh terhadap dinamika politik
lokal yang bersifat mengganggu, maka kegiatan
usaha yang direncanakan dapat dilanjutkan/
dilaksanakan.

5.4 Aspek Lingkungan Usaha


Lingkungan usaha merupakan sekumpulan
kegiatan usaha yang bergerak dalam jenis usaha
ekonomi yang sama. Pendirian BUM Desa harus
memperhatikan lingkungan usaha, terutama masalah
persaingan usaha sejenis antar perusahaan (antar
BUM Desa) maupun dengan masyarakat. Oleh
karena itu, sebelum suatu jenis usaha dijalankan
oleh BUM Desa maka harus dipastikan bahwa
usaha tersebut tidak “bersaing” dengan usaha
sejenis yang dilakukan oleh masyarakat setempat
karena jangan sampai kehadiran BUM Desa justru

24 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


mematikan, namun harus mampu mendukung
atau mensinergikan berbagai usaha yang sudah
dijalankan oleh masyarakat.

Analisis lingkungan usaha secara sederhana


dapat dilakukan dengan menjawab beberapa
pertanyaan berikut ini:

a) Bagaimana situasi dan kondisi ancaman bagi


BUM Desa sebagai pendatang baru ke dalam
bidang usaha yang akan dijalankan?

b) Bagaimana situasi persaingan antar perusahaan


dalam bidang usaha yang akan dijalankan BUM
Desa?

c) Adakah produk pengganti yang beredar di


pasaran sehingga menjadi ancaman bagi usaha
BUM Desa?.

d) Bagaimana kekuatan tawar-menawar dari


pembeli dan pemasok?

e) Bagaimana kekuatan pengaruh stakeholder


lainnya (pemerintah, serikat pekerja, lingkungan
masyarakat, kreditor, pemasok, asosiasi
dagang, kelompok kepentingan lain dan pemilik
modal)?

Apabila jawaban dari setiap pertanyaan tersebut


mengarah pada keadaan yang aman bagi usaha

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 25


yang akan dijalankan BUM Desa, maka kegiatan
usaha yang direncanakan dapat dilanjutkan.

5.5 Aspek Lingkungan Hidup


Rencana usaha yang akan dijalankan harus
memperhitungkan dampak lingkungan dan jangan
sampai menimbulkan gangguan atau merusak.
Pilihlah jenis kegiatan usaha yang ramah lingkungan,
dan utamakan yang dapat mendukung pelestarian
lingkungan hidup. Apabila kegiatan usaha BUM
Desa menimbulkan limbah, harus diperhatikan
dengan sungguh-sungguh penanganannya agar
tidak mencemari lingkungan. Apabila kegiatan usaha
yang direncanakan tidak berdampak negatif (tidak
merusak) pada kualitas lingkungan hidup, maka
kegiatan usaha yang direncanakan itu layak untuk
dijalankan.

6. Aspek Hukum (Yuridis)


Kajian aspek hukum diperlukan untuk menilai
kelayakan usaha yang akan diselenggarakan oleh
BUM Desa. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya protes warga dan penutupan/pembekuan
usaha oleh pemerintah karena pelanggaran hukum
positif yang berlaku. Berdasarkan UU No. 6/2014
tentang Desa pada Pasal 87 (khususnya ayat 1

26 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


dan 3) dan Pasal 88, apabila pendirian BUM Desa
itu berdasarkan kesepakatan Musyawarah Desa
dan ditetapkan dengan Peraturan Desa, maka BUM
Desa itu legal atau sah menurut hukum. Namun
demikian, khusus untuk unit-unit usaha BUM Desa
yang akan ditangani, perlu memperhatikan aspek
hukum sebagai berikut:

1) Bentuk Usaha dan Perijinannya


Sebelum rencana usaha dilaksanakan, pastikan
bahwa status hukum dan prosedur perijinan
pendirian unit usaha dapat dilakukan secara
benar. Pelajari peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang bidang usaha yang
akan dijalankan. Apabila bidang usaha yang
akan digeluti itu berupa Lembaga Keuangan
Mikro, maka prosedur pendiriannya harus
menyesuaikan dengan UU No. 1/2013 tentang
Lembaga Keuangan Mikro dan UU No. 21/2011
tentang Otoritas Jasa Keuangan. Apabila
skala usahanya termasuk Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) perlu mengacu UU
No. 20/2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah. Apabila ternyata rencana usaha
BUM Desa yang akan dijalankan itu berskala
kecil dan semata-mata merupakan unit usaha

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 27


yang beroperasi di wilayah desa sendiri serta
tidak melibatkan masyarakat luar desa, maka
tidak perlu berbadan hukum (UU No. 6/2014
Pasal 87 ayat (1)).

2) Kesesuaian Usaha BUM Desa dengan


Perencanaan Pembangunan Desa
Rencana mendirikan unit usaha BUM Desa harus
merupakan satu kesatuan dengan perencanaan
desa. Dengan kata lain, rencana usaha yang
akan dijalankan BUM Desa harus merupakan
realisasi dari perencanaan pembangunan
desa (RPJM Desa dan RKP Desa). Artinya,
rencana kegiatan usaha tersebut harus sudah
dimuat dalam RPJM Desa dan RKP Desa. Jika
rencana usaha tersebut belum termuat dalam
perencanaan pembangunan desa, maka harus
segera dilakukan revisi RPJM Desa beserta
perencanaan turunannya melalui musyawarah
desa. Unit usaha BUM Desa yang dibentuk di
luar RPJM Desa beserta turunannya dapat
dikatakan cacat hukum.

3) Status Kepemilikan Lahan atau Lokasi Usaha


Status pemilikan lahan sebagai lokasi usaha
merupakan hal sensitif, baik dipandang dari

28 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


aspek hukum maupun aspek sosial. Ketidak-
jelasan status pemilikan lahan yang digunakan
sebagai lokasi usaha sangat berisiko terjadinya
konflik sosial di kemudian hari. Selain itu, ketidak-
jelasan status pemilikan lahan sebagai lokasi
usaha juga akan mempersulit dalam pengurusan
perijinan usaha. Oleh karena unit usaha BUM
Desa itu milik Pemerintah Desa, maka lahan
yang paling aman untuk digunakan sebagai
lokasi usaha adalah lahan milik desa. Kalaupun
lahan tempat usaha menggunakan sebagian
atau seluruhnya milik warga masyarakat, maka
harus ada kejelasan status penggunaannya
dan perlu dibuat perjanjian secara tertulis di
atas meterai. Ini dimaksudkan agar rencana
kegiatan usaha dapat dijalankan dengan lancar
dan terbebas dari konflik/sengketa.

Berdasarkan hasil kajian hukum ini, apabila


rencana usaha yang akan dijalankan
berkesesuaian dengan hukum yang berlaku
atau tidak berdampak terhadap pelanggaran
hukum, maka rencana usaha tersebut dapat
dinyatakan layak untuk dijalankan.

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 29


4) Komitmen Pengurus
Sudah banyak contoh BUM Desa yang dikelola
sambil lalu atau dikelola tidak serius berujung
pada kematian. Sebagian besar Badan Usaha
Milik Desa (BUM Desa) di Kab. Bandung
Jabar kurang berkembang. Bahkan, tidak
sedikit yang gulung tikar karena tidak dikelola
secara profesional. Dari 267 BUM Desa
yang mendapat bantuan modal dari Pemkab
Bandung, hanya 86 BUM Desa (32%) yang
masuk kategori maju/berkembang. Sebanyak
100 BUM Desa perkembangannya tidak terlalu
menggembirakan dan 84 BUM Desa lainnya
tidak berkembang, kalau tidak mau disebut
gulung tikar. Demikian kata Kepala Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan
Desa (BPMPD) Kab. Bandung H. Syarif Hidayat
(Pikiran Rakyat, 9/11/2009). Pengurus BUM
Desa bak lokomotif sebuah kereta, dia sangat
berperan dalam menentukan arah, kekuatan
serta kecepatan pengembangan BUM Desa.
Pengurus BUM Desa minimal terdiri dari
Badan Pengawas, Penasehat yakni ex officio
Kepala Desa serta Pelaksana Operasional
yang terdiri dari Direksi, Kepala Unit Usaha dan
staf. Jumlah Pengurus BUM Desa khususnya

30 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


Pelaksana Operasional disesuaikan dengan
kebutuhan serta kemampuan BUM Desa.
Ternyata bukan perkara mudah untuk memilih
pengurus BUM Desa. Ada persyaratan minimal
untuk mengurus BUM Desa yakni kemauan dan
kemampuan. Kemauan antara lain berupa kerja
keras, kegigihan, pengorbanan dan keikhlasan,
sedangkan kemampuan antara lain berupa
kapasitas mengelola, kapasitas memimpin,
daya kreativitas, jiwa kewirausahaan dll. Pada
awal berdirinya, BUM Desa biasanya tidak
mampu menjanjikan pemberian imbalan (gaji/
honor) yang tinggi, disisi lain para pengurus
harus tetap bekerja keras agar BUM Desa
yang diurusnya dapat berkembang. Kontradiksi
inilah yang membuat BUM Desa kesulitan
mendapatkan pengurus yang ideal. Untuk ini
forum musdes maupun tim pemilihan pengurus
yang dibentuk oleh musdes harus bekerja
keras, jeli dan cermat untuk bisa mendapatkan
champion ataupun sukarelawan yang punya
motivasi kuat untuk memajukan desa (BUM
Desa). Secara periodik, menyesuaikan dengan
kebutuhan, para pengurus ini perlu ditingkatkan
kapasitasnya agar lebih piawai mengelola BUM
Desa. Keberhasilan pengurus dalam mengelola

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 31


BUM Desa sangat berpengaruh terhadap proses
pelembagaan BUM Desa. Di Desa Karangrejek
Kabupaten Gunungkidul ada kesepakatan
bahwa Komisaris BUM Desa dijabat oleh 2
orang yakni Kepala Desa dan Ketua BPD
sehingga diberi nama Dewan Komisaris yang
bertanggungjawab terhadap jalannya BUM
Desa serta sebagai penasehat dan mengawasi
pengelolaan BUM Desa. Kepala desa dan
Ketua BPD sebagai unsur penyelenggara desa
bahu membahu demi terwujudnya BUM Desa
sebagai mesin penggerak perekonomian desa.

5) Prinsip Pengelolaan BUM Desa.


Terdapat 6 (enam) prinsip dalam mengelola
BUM Desa yaitu:

a. Kooperatif, yaitu semua komponen yang


terlibat di dalam BUM Desa harus mampu
melakukan kerjasama yang baik demi
pengembangan dan kelangsungan hidup
usahanya.

b. Partisipatif. yaitu semua komponen yang


terlibat di dalam BUM Desa harus bersedia
secara sukarela atau diminta memberikan
dukungan dan kontribusi yang dapat
mendorong kemajuan usaha BUM Desa.

32 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


c. Emansipatif. yaitu semua komponen
yang terlibat di dalam BUM Desa harus
diperlakukan sama tanpa memandang
golongan, suku, dan agama.

d. Transparan. yaitu aktivitas yang berpengaruh


terhadap kepentingan masyarakat umum
harus dapat diketahui oleh segenap lapisan
masyarakat dengan mudah dan terbuka.

e. Akuntabel. yaitu seluruh kegiatan usaha


harus dapat dipertanggung jawabkan
secara teknis maupun administratif.

f. Sustainabel. yaitu kegiatan usaha harus


dapat dikembangkan dan dilestarikan oleh
masyarakat dalam wadah BUM Desa.
(Buku Panduan Penyusunan BUM Desa)

Keterlibatan warga masyarakat mulai dari


perencanaan, pelaksanaan kegiatan, monitoring
hingga mengikuti laporan pertanggungjawaban
pengurus diharapkan akan berimplikasi
terhadap semangat untuk memajukan BUM
Desa, sehingga aspek transparasi penting untuk
dikedepankan.

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 33


6) Regulasi BUM Desa
Regulasi BUM Desa bersifat internal dan
eksternal. Regulasi yang bersifat internal lebih
mengatur urusan ke dalam organisasi seperti
anggaran dasar, anggaran rumah tangga, serta
aturan-aturan yang diselenggarakan khusus
untuk masing-masing unit usaha seperti SOP
(standart operating procedure). Sedangkan
aturan yang bersifat eksternal yaitu aturan yang
terkait dengan pihak lain seperti kerjasama
dengan perusahaan, BUM Desa desa lain
maupun dengan pihak ketiga lainnnya. Disisi
lain BUM Desa juga terikat dengan aturan-
aturan dari pemerintah dan pemerintah daerah
baik Peraturan Menteri, Peraturan Gubernur,
Peraturan Bupati maupun Peraturan Daerah
lainnya, disamping itu untuk unit usaha tertentu
seperti unit usaha simpan pinjam harus tunduk
pada Undang-undang Nomor 1 tahun 2013
tentang Lembaga Keuangan Mikro. Ketaatan
menjalankan aturan menjadi bagian penting
untuk pelembagaan BUM Desa. Kepercayaan
pihak internal (warga desa) maupun eksternal
akan meningkat tatkala pengurus menjalankan
roda kegiatan BUM Desa sesuai dengan aturan.

34 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


7) Dukungan dan proteksi desa dan supra desa
Pelembagaan BUM Desa dalam upaya mencapai
gerakan ekonomi masyarakat desa tidak dapat
dilakukan secara instan. Gagasan BUM Desa
sebagai basis gerakan ekonomi perlu dibangun
secara bertahap pada tingkat desa. Upaya ini
memerlukan dukungan dan kerja keras dari
segenap pihak baik di tingkat desa maupun
supra desa (pemerintah daerah maupun
pemerintah). Sebagai lembaga perekonomian
yang masih relatif baru, BUM Desa memerlukan
dukungan kebijakan (good will). Dukungan
tersebut tidak hanya berupa bantuan modal/
finansial tapi juga pendampingan, dibukanya
peluang dan kesempatan berusaha serta
proteksi. Dukungan dapat diberikan mulai dari
sosialisasi, pembentukan, permodalan dan
pengelolaan BUM Desa. Dukungan diperlukan
agar embrio lembaga perekonomian desa ini
dapat tumbuh terlebih dahulu, namun dukungan
yang diberikan jangan sampai berakibat
ketergantungan. Dukungan berupa pemberian
peluang dan kesempatan berusaha yang
dimaksudkan disini adalah bahwa BUM Desa
sesuai dengan kemampuannya dimungkinkan
untuk melakukan pekerjaan di desanya atas

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 35


pekerjaan yang selama ini dilakukan oleh instansi
di tingkat kabupaten (contracting). Pemberian
kesempatan ini akan menambah rasa percaya
diri BUM Desa. Demikian halnya dengan
proteksi, unit usaha yang diselenggarakan oleh
BUM Desa seyogyanya mendapat proteksi dari
persaingan para pemodal kuat yang masuk
ke desa. Upaya-upaya ini sangat penting
dilakukan di awal pertumbuhan BUM Desa.
Pada saatnya, manakala BUM Desa telah
tumbuh bahkan berkembang maka dukungan
ini dapat dilepas sedikit demi sedikit agar BUM
Desa sanggup menghadapi tantangan baik
internal maupun eksternal menuju kemandirian.
Untuk ini Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan Pemerintah Desa wajib mendorong
perkembangan BUM Desa dengan: memberikan
hibah dan/atau akses permodalan; melakukan
pendampingan teknis dan akses ke pasar; dan
memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan
sumber daya alam di Desa.

8) Membangun Jaringan Kerjasama


Gerakan ekonomi warga desa akan makin
kuat dan semarak dengan perluasan jaringan
kerjasama antar BUM Desa. Antar BUM Desa

36 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


dapat saling melakukan subsistusi atas unit-unit
usaha yang diselenggarakan. Misalnya BUM
Desa A memiliki kekuatan pada penyediaan
bahan baku, sedangkan BUM Desa B memiliki
kekuatan untuk memproduksi dan BUM Desa
C memiliki kekuatan untuk memasarkan, maka
ketiga BUM Desa tersebut dapat bersinergi untuk
mempersatukan kekuatan masing-masing.
Soliditas kerjasama ini bahkan diharapkan
mampu bersaing dengan kekuatan pemilik
modal. Misalnya kerjasama antar BUM Desa
dalam pengadaan alat transportasi pengangkut
sawit. Kerjasama ini disebabkan karena harga
truk tidak terbeli oleh salah satu BUM Desa,
maka kedua BUM Desa bekerjasama membeli
truk yang kemudian digunakan secara bersama-
sama untuk mengangkut hasil panen sawit
warga kedua desa. Adwal pengangkutan diatur
secara bergiliran dengan harga sewa yang lebih
murah dibandingkan dengan biaya sewa truk
dari luar BUM Desa. Kerjasama sejenis juga
pernah dilakukan oleh BUM Desa desa Rantau
Makmur yang bekerjasama dengan BUM Desa
Desa Mukti Jaya di kabupaten Kutim. Kedua
BUM Desa membentuk unit usaha Listrik
Desa. Kebutuhan listrik bagi warga kedua desa

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 37


sangatlah penting namun desa masing-masing
tidak mampu menyelenggarakan mengingat
biaya yang tinggi untuk pengadaan mesin
penghasil listrik (genset) serta pengelolaannya.
Sehingga kedua desa (BUM Desa) ber inisiatif
untuk melakukan kerjasama yakni membentuk
Unit Usaha Listrik Desa dengan permodalan serta
pengelolaan yang dipikul bersama. Kerjasama
semacam ini tidak saja menguntungkan secara
ekonomis, melainkan juga akan memperkuat
kebersamaan antar desa.

9) Pertanggung-jawaban Pengelola
Pertanggungjawaban pengelola BUM Desa
merupakan bagian dari upaya meningkatkan
kepercayaan warga untuk pelembagaan BUM
Desa. Kepercayaan warga terhadap pengelolaan
BUM Desa dapat menjadi penyemangat
dan memperkuat gerakan ekonomi warga.
Pertanggungjawaban pengelola BUM Desa
adalah suatu kegiatan untuk melaporkan kinerja
pengelolaan baik pada akhir tahun maupun
akhir masa jabatan.

Di BUM Desa Hanyukupi desa Ponjong


Gunungkidul, laporan kinerja pengelola
bahkan dilakukan pada pertengahan tahun

38 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


berjalan. Laporan kinerja pertengahan tahun
diselenggarakan pada forum musyawarah
desa yang dihadiri seluruh elemen dalam
pemerintahan desa maupun seluruh elemen
masyarakat (pada pertengahan tahun 2013
dihadiri 80 orang).

Proses pertanggungjawaban dilakukan sebagai


upaya evaluasi tahunan serta upaya-upaya
pengembangan kedepan, sehingga laporan
pertanggungjawaban, antara lain memuat:
Laporan Kinerja Pengelola selama satu periode/
tahunan, Kinerja Usaha yang menyangkut
realisasi kegiatan usaha, upaya pengembangan
usaha, indikator keberhasilan dsb. Laporan
Keuangan termasuk Rencana Pembagian Laba
Usaha, Rencana Pengembangan Usaha yang
Belum terealisasi dsb. Mekanisme dan Tata
Tertib Pertanggungjawaban disesuaikan dengan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Pertanggungjawabaan pengelolaan BUM Desa
disampaikan dalam forum musyawarah desa
yang dihadiri seluruh elemen Pemerintahan
Desa, elemen masyarakat serta seluruh
kelengkapan struktur organisasi BUM Desa.

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 39


4. PENDIRIAN BUM DESA

Salah satu basis pengembangan ekonomi di desa yang


diharapkan mampu berkembang dengan memanfaatkan potensi
lokal adalah kelembagaan BUM Desaa. Ke depan BUM Desaa
diharapkan mampu menjadi penggerak ekonomi lokal di pedesaan.
Bahkan di beberapa desa di beberapa daerah, BUM Desaa tidak
hanya menjadi pengerak ekonomi tetapi juga mampu berperan
sebagai instrumen sosial, dapat menumbuhkan kembali nilai-nilai
sosial lokal, melawan munculnya pragmatisme, memunculkan
keberpihakan dan kepedulian sosial terhadap kelompok-kelompok
marginal, dan mendorong kehidupan egalitarian di masyarakat.

Pelembagaan BUM Desaa ini diharapkan tidak mempengaruhi


upaya desa membentuk lembaga perekonomian di pedesaan.
Saat ini yang paling penting adalah mengupayakan tumbuhnya
usaha desa yang mampu memberikan manfaat bagi warga desa
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pelembagaan
BUM Desaa dapat melekat dalam pandangan dan aktifitas warga
masyarakat, sehingga pada akhirnya BUM Desaa beserta unit-
unit usaha yang diselenggarakannya dapat menjadi bagian dari
kegiatan sehari-hari warga masyarakat.

40 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


Tahap Pendirian BUM Desa
Aktivitas yang harus dilakukan dalam pendirian BUM Desaaa
meliputi:
1. Mendesain struktur organisasi
Struktur organisasi BUM Desaaa dibuat untuk menggambarkan
bidang pekerjaan yang harus tercakup dalam organisasi,
serta bentuk hubungan kerja diantara bidang pekerjaan
tersebut, baik hubungan instruksi, konsultasi, atau
pertanggunganjawaban.

2. Menyusun deskripsi tugas (job description)


Deskripsi tugas setiap anggota pengelola BUM Desaaa
diperlukan untuk memperjelas peran dan tanggungjawabnya,
menghindari tumpang-tindih dalam menjalankan tugas, serta
menentukan kompetensi yang dibutuhkan dari orang-orang
yang akan ditempatkan pada jabatan tertentu.

3. Menetapkan sistem koordinasi


Koordinasi adalah aktivitas menyatukan berbagai tujuan yang
bersifat parsial ke dalam satu tujuan umum. Sistem koordinasi
yang baik memungkinkan kerja sama antar unit usaha BUM
Desaaa berjalan efektif.

4. Menyusun bentuk dan aturan kerjasama dengan pihak


ketiga
Kerja sama dengan pihak ketiga, baik menyangkut transaksi
jual-beli atau simpan-pinjam, penting untuk diatur dalam

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 41


perjanjian kerjasama yang jelas dan saling menguntungkan.
Penyusunan bentuk kerjasama dengan pihak ketiga
dikerjakan bersama-sama dengan dewan penasehat.

5. Menyusun pedoman kerja


Agar semua pengelola BUM Desaaa, pemerintah desa,
badan kerjasama antar-Desa dan pihak yang berkepentingan
memahami aturan kerja organisasi, perlu disusun AD/ART
BUM Desaaa yang akan berfungsi sebagai rujukan dalam
mengelola BUM Desaaa.

6. Menyusun desain sistem informasi


BUM Desaaa merupakan lembaga ekonomi desa dengan
skema kerjasama antar-Desa yang bersifat terbuka, sehingga
perlu dibuat desain sistem informasi kinerja BUM Desaaa
dan aktivitas lain yang berhubungan dengan kepentingan
masyarakat umum. Hal ini perlu dilakukan agar BUM Desaaa
memperoleh dukungan dari banyak pihak.

7. Menyusun rencana usaha (business plan)


Rencana usaha yang perlu dibuat adalah rencana usaha untuk
satu sampai tiga tahun. Hal ini perlu agar para pengelola BUM
Desaaa memiliki pedoman jelas apa yang harus dikerjakan
dan dihasilkan dalam waktu tersebut, sehingga kinerjanya
dapat terukur. Penyusunan rencana usaha dilakukan bersama
dengan dewan penasehat BUM Desaaa.

42 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


Perencanaan usaha atau Business Plan pada dasarnya
merupakan uraian tertulis mengenai masa depan usaha/
bisnis, yang menjelaskan apa dan bagaimana rencana usaha.
Perencanaan usaha biasanya digunakan oleh wirausahawan
yang sedang mencari calon investor untuk menyampaikan visi
dan misinya kepada calon investor atau pemodal. Menurut
Pinson (2003), ada tiga tujuan utama menyusun rencana
usaha. Pertama, sebagai panduan dalam menjalankan
usaha. Rencana usaha adalah cetak biru bisnis yang
memberi informasi lebih rinci atas seluruh aspek kegiatan
perusahaan di masa lalu dan masa sekarang, maupun
proyeksi beberapa tahun ke depan. Ini bagi kegiatan usaha
yang sudah berjalan. Bagi kegiatan yang baru, tentu belum
memiliki sejarah, sehingga informasi yang termuat dalam
rencana usaha lebih didasarkan proyeksi. Kedua, sebagai
dokumentasi pendanaan. Bila mencari dana, rencana bisnis
akan merinci bagaimana dana itu dapat memajukan tujuan
perusahaan dan meningkatkan laba. Pemberi pinjaman
ingin mengetahui cara mengatur arus kas dan membayar
pinjaman besrta bunganya secara tepat waktu. Investor ingin
tahu apakah investasinya dapat meningkatkan kekayaan
bersih serta memperoleh laba atas investasinya itu. Ketiga,
Bila berbisnis secara internasional, rencana bisnis menjadi
alat standar untuk mengevaluasi potensi bisnis di pasar
luar negeri. Rencana bisnis dapat menunjukkan cara suatu
perusahaan dapat bersaing di era global saat ini.

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 43


Perencanaan usaha perlu dibuat oleh siapapun yang akan
atau bahkan sudah menjalankan suatu kegiatan usaha. Bagi
desa yang hendak menjalankan BUM Desa, terlebih dahulu
perlu membuat perencaan usaha agar segala aspek yang
berkenaan dengan kegiatan usaha yang akan dijalankan dapat
diperhitungkan dan dipersiapkan sebaikbaiknya. Demikian
pula bagi desa yang sudah menjalankan unit kegiatan usaha
BUM Desa, perencanaan usaha perlu dibuat dalam rangka
pengembangan kegiatan usahanya. Perencaan usaha pada
umumnya berisi gambaran dan penjelasan mengenai aspek‐
aspek penting yang sangat mempengaruhi jalannya kegiatan
usaha yang direncanakan. Materi pokok yang biasanya
dimuat dalam perencanaan usaha meliputi:
1. Tujuan usaha,
2. Strategi yang digunakan untuk mencapainya,
3. Masalah potensial yang kira‐kira akan dihadapi dan
cara mengatasinya,
4. Struktur organisasi (termasuk jabatan dan tanggung
jawab), dan
5. Modal yang diperlukan untuk membiayai perusahaan
anda dan bagaimana mempertahankannya sampai
mencapai break even point (titik impas).

Daya tarik dari suatu perencanaan usaha sangat tergantung


pada kulaitas dari cara menulis dan menyusunnya. Seringkali
kita memiliki ide bisnis yang brilian, namun kedodoran dalam

44 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


mengungkapkannya dalam bentuk Business Plan. Sebuah
perencanaan bisnis akan baik apabila mengikuti pedoman
yang telah disepakati secara umum dalam dunia bisnis, baik
dari segi susunan maupun isi.

Dalam praktek sehari‐hari dokumen perencanaan usaha


dapat disusun berdasarkan hasil studi kelayakan usaha untuk
memulai usaha atau mengembangkan usaha yang sudah
ada. Perencanaan usaha itu bukanlah suatu Studi Kelayakan
Usaha, hal ini seringkali disalahartikan. Studi kelayakan
usaha lebih bersifat sebagai kegiatan penelitian untuk
mengkaji apakah suatu kegiatan yang direncanakan itu layak
atau tidak layak untuk dijalankan. Sedangkan perencanaan
usaha memiliki fungsi perencanaan yang berisikan langkah‐
langkah yang diperlukan untuk mewujudkan suatu ide menjadi
kenyataan. Hasil dari studi kelayakan usaha akan menjadi
dasar bagi perencanaan usaha yang mulai dipersiapkan
jika sudah diketahui bahwa suatu alternatif itu layak untuk
dilanjutkan. Perencanaan usaha berisikan “cetak biru” dari
pelaksanaan usaha.Ada 3 (tiga) bagian utama dari sebuah
Perencanaan Bisnis, yaitu:
1. Konsep Bisnis, yang menjelaskan secara rinci kegiatan
usaha yang digeluti, struktur bisnis, produk dan jasa yang
ditawarkan dan bagaimana rencana untuk mensukseskan
bisnis.

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 45


2. Pasar, yang membahas dan menganalisis calon
konsumen: siapa dan dimana mereka berada, apa yang
menyebabkan mereka mau membeli, dan lainlain. Dalam
bagian ini, perlu juga dijelaskan persaingan yang akan
dihadapi dan bagaimana memenangkannya.
3. Finansial, mencakup estimasi atau perkiraan
pendapatan dan arus kas, neraca serta alat analisis
keuangan lainnya, misalnya analisis break even. Untuk
ini mungkin akan memerlukan bantuan seorang akuntan
dan program software spreadsheet yang bagus.

Ketiga bagian tersebut dapat dibagi-bagi lebih rinci lagi,


menjadi komponen-komponen kunci yang tersusun menjadi
sistematika perencanaan usaha sebagai berikut:

Halaman Judul
Berisi nama BUM Desa, alamat, dan nomor telephon serta
pengelolanya
Daftar Isi
Berisi nomor halaman dari bagian-bagian penting dalam
perencanaan usaha
Ringkasan Eksekutif
Berisi penjelasan singkat dari rencana usaha yang akan
dijalankan dan dasar yang mendukung usaha tersebut.
Perlu diingat bahwa para eksekutif biasanya memiliki
kesibukan kerja yang tinggi, sehingga waktu yang dimiliki
untuk membaca dokumen perencanaan usaha sangat

46 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


sempit. Itu sebabnya, perlu dibuat Ringkasan Eksekutif
dengan maksud agar pejabat atau pengambil keputusan
(eksekutif) dapat dengan cepat memahami inti dari
perencanaan usaha
tanpa harus membaca uraian yang panjang.
Pernyataan Visi dan Misi
Menggambarkan secara singkat filosofi dan strategi yang
dikehendaki agar visinya dapat terlaksana
Gambaran Perusahaan (BUM Desa)
Menjelaskan bentuk usaha (BUM Desa), organisasi, tujuan
perusahaan (BUM Desa), nama perusahaan (BUM Desa),
lokasi usaha, produk yang dihasilkan (barang atau jasa),
dan badan hukum perusahaan.
Perencanaan Produk (Barang dan Jasa)
Menjelaskan tentang keunggulan produk(barang atau jasa)
yang dihasilkan, pasar yang dibidik, dan alasan mengapa
konsumen menginginkan produk tersebut atau terdapat
permintaan di pasar.
Perencanaan Pemasaran
Menggambarkan siapa yang menjadi konsumen dari
produk-produk yang dihasilkan dan kondisi persaingan
yang dihadapi, strategi yang akan dilakukan (strategi
harga, produk, distribusi, promosi)
Peremcanaan Manajemen
Menejelaskan kompetensi (penguasaan kemampuan) yang
dimiliki pengelola BUM Desa dan sistem manajemen yang
dijalankan.

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 47


Perencanaan Pengoperasian
Menjelaskan system produksi dan operasi yang digunakan,
fasilitas yang dimiliki, ketersediaan bahan baku atau
keterjaminan pemenuhan bahan baku.
Perencanaan Keuangan
Menggambarkan kebutuhan keuangan yang mungkin
dapat digali, memproyeksikan pendapatan, biaya dan laba
(analisis waktu kembali modal, titik impas dan arus kas).
Lampiran Dokumen Pendukung
Berisi data pengelola BUM Desa , copy akte pendirian Unit
Usaha BUM Desa, copy Peraturan Daerah dan Peraturan
Desa tentang BUM Desa.

Panjang atau pendeknya sebuah perencanaan usaha


sangatlah tergantung pada fungsi dari perencanaan usaha
itu sendiri. Biasanya ketebalan naskah perencanaan usaha
antara 15 sampai 20 halaman. Namun jika dimaksudkan
untuk mengajukan sebuah bisnis baru atau bahkan industri
baru, maka diperlukan penjelasan lebih luas dan rinci,
bahkan mungkin sampai 100 halaman lebih. Demikian pula
jika perencanaan usaha dimaksudkan untuk memperoleh
dukungan dana jutaan dolar sebagai modal untuk memulai
suatu usaha yang berisiko, maka diperlukan banyak
penjelasan untuk meyakinkan pihak yang dituju. Namun
jika hanya ingin menggunakan perencanaan tersebut untuk
tujuan internal, untuk mengatur bisnis, maka sebuah versi
singkat sudah cukup memadai.

48 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


8. Menyusun sistem administrasi dan pembukuan
Sistem administrasi dan pembukuan harus dibuat dalam format
yang mudah dikerjakan, sekaligus mampu menggambarkan
aktivitas yang dijalankan BUM Desaaa. Hakekat dari sistem
administrasi dan pembukuan adalah pendokumentasian
informasi secara tertulis berkenaan dengan aktivitas BUM
Desaaa yang dapat dipertanggungjawabkan dan mudah
digunakan ketika diperlukan oleh pihak yang berkepentingan.

9. Melakukan proses rekrutmen


Penetapan orang yang bakal menjadi pengelola BUM
Desaaa harus dilakukan dalam forum Musyawarah antar-
Desa, berdasarkan kriteria atau persyaratan tertentu yang
sudah ditetapkan. Persyaratan bagi pengelola BUM Desaaa
dibuat dengan mengacu pada perundang-undangan dan
AD/ART BUM Desaaa, selanjutnya didiskusikan dalam
forum musyawarah antar-Desa, dan disosialisasikan serta
ditawarkan kepada masyarakat. Proses selanjutnya adalah
melakukan seleksi terhadap pelamar untuk menetapkan
orang yang paling sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan.

10. Menetapkan sistem penggajian dan pengupahan


Agar pengelola BUM Desaaa dapat menjalankan tugasnya
dengan baik, diperlukan sistem imbalan yang sesuai dan dapat
memacu motivasi dalam bekerja. Imbalan bagi pengelola BUM
Desaaa dapat berupa gaji bulanan atau upah kerja borongan

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 49


yang jumlahnya bervariasi sesuai dengan beban kerja, atau
pemberian insentif jika pengelola mampu mencapai target
yang ditetapkan selama periode tertentu. Besar kecilnya
imbalan harus dihitung berdasarkan keuntungan yang
kemungkinan dapat dicapai dan diberitahukan sejak awal
kepada seluruh pengelola agar tumbuh rasa tanggungjawab
dalam menjalankan tugasnya.

11. Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan


Jiwa kewirausahaan adalah kemampuan yang dimiliki
oleh seseorang untuk melihat dan menilai peluang dan
kesempatan usaha, memanfaatkan sumber daya yang ada,
dan mengambil tindakan yang tepat untuk meraih keuntungan.
Untuk membangun BUM Desaaa yang kompetitif serta peka
terhadap kondisi lingkungan, sangat dibutuhkan pengelola
yang memiliki kemauan dan kemampuan dalam mewujudkan
gagasan inovatif dengan cara kreatif untuk meningkatkan
pendapatan dan meraih sukses. Pengelola BUM Desaaa
tidak hanya dapat berbicara dan membuat rencana, tetapi
juga harus mampu merealisasikan ide dan rencana yang
ada dalam pikirannya ke dalam tindakan. Pengelola harus
berani mengembangkan usaha, menciptakan nilai tambah
dengan mengkombinasikan sumber daya dan cara-cara baru
agar dapat berdaya saing. Pengelola BUM Desaaa yang
sukses adalah agen perubahan yang menyukai tantangan.
Bukan hal yang mudah untuk mengembangkan unit usaha

50 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


yang dapat bertahan dan maju, mampu mengatasi rintangan
pada lingkup internal BUM Desaaa maupun eksternal
(kebijakan pemerintah, persaingan pasar serta kepercayaan
masyarakat). Dibutuhkan ketangguhan para pengelola BUM
Desaa untuk menaklukkannya dan didukung olehtradisi
berdesa di lingkungan tempat BUM Desaaa tersebut berada.

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 51


5. MERENCANAKAN BISNIS BUM DESA

Memulai atau mengembangkan bisnis atau usaha yang


sudah ada dalam Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa memang
memerlukan perencanaan dan keberanian, namun juga
memerlukan perhitungan bisnis yang matang. Sehingga resiko
bisnis apapun yang muncul dapat dikelola dengan baik oleh
BUM Desa. Salah satu cara termudah menyiapkan rencana
bisnis atau menganalisa unit bisnis yang ada pada BUM Desa
adalah membuat “kerangka” atau pondasi bisnis (building block)
yang terintegrasi dengan baik. Dalam bukunya “Business Model
Generation” – Alex Osterwalder & Yves Pigneur menuliskan 9
buildingblock yang dapat dijadikan acuan untuk membuat rencana
bisnis yang akan dijalankan atau dikembangkan oleh BUM Desa.

Kesembilan blok bangunan yang tergambar dalam kanvas,


disusun berdasarkan cara kerja otak kita. Blok sebelah kanan,
didasarkan atas alur kerja otak kanan. Demikian sebaliknya.

52 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


Gambar
Kanvas Model Bisnis

1. PROPOSISI NILAI
Konsumen BUM Desa pada dasarnya adalah setiap
orang pemakai produk (barang dan/atau jasa) yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan kembali. Jika tujuan pembelian produk
tersebut untuk dijual kembali atau diperdagangkan, maka dia
disebut pengecer atau distributor. BUM Desa menjalankan
bisnis untuk untuk memperoleh keuntungan dari memenuhi
kebutuhan konsumen. Konsumen akan mengkonsumsi atau
menggunakan suatu produk jika mereka memperoleh nilai
dari suatu produk.

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 53


Apa nilai yang disampaikan kepada konsumen BUM Desa?
Merupakan pertanyaan pertama yang harus dijawab oleh
para pengelola BUM Desa. Begitupun dengan pengelola
Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa).

Untuk menentukan nilai yang akan diberikan kepada


konsumen maka pengelola BUM Desa harus dapat menjawab
pertanyaan di bawah ini:
• Apa masalah konsumen/masyarakat yang akan diatasi
oleh bisnis BUM Desa?
• Apa pekerjaan konsumen/masyarakat yang kita bantu
menyelesaikan?
• Apakah kebutuhan konsumen/masyarakat yang akan
kita penuhi?
• Produk dan jasa apa yang memberi nilai bagi segmen
konsumen/masyarakat tertentu?

Jawaban atas sebagian atau seluruh pertanyaan-pertanyaan


di atas akan memperjelas proposisi nilai dari usaha yang
dijalankannya. Jawabannya merupakan hal utama yang
ditawarkan oleh BUM Desa kepada pelanggan/masyarakat.
Bisnis yang dijalankan hanya akan berjalan dengan baik jika
mampu memenuhi masalah yang dihadapi konsumen.

54 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


Apa jenis usaha dari BUM Desa yang dapat menjawab
kebutuhan konsumen/masyarakat?

Contoh jawaban misalnya, jika pelanggan/masyarakat


memerlukan air bersih tanpa harus mengambil air dari
sumber mata air di tempat yang jauh dari rumah, BUM Desa
dapat membuka Perusahaan Air Minum Desa (PAMDes).
BUM Desa La’bo’ di kabupaten Bantaeng, Sulsel, berhasil
menjawab kebutuhan untuk mengintegrasikan pelestarian
hutan dengan distribusi air bersih melalui unit usaha jasa air
bersih.

BUM Desa Kaloling Jaya di Desa Kaloling dan BUM Desa


Tamarunang di Desa Barua, Kab. Bantaeng, Sulsel, memiliki
usaha sarana produksi pertanian (Saprotan) untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat sebagai impak dari keberhasilan
warga melakukan transformasi pola tanam dari palawija
ke tanaman keras. Proses transformasi ini ikut memicu
kebutuhan Saprotan. BUM Desa di kedua desa tersebut
berkembang bagus karena berhasil memenuhi kebutuhan
masyarakat akan sarana produksi pertanian tanaman keras.

Contoh yang lain adalah keberhasilan BUM Desa Mattiro Bulu,


Desa Bonto Tiro, Kab. Bantaeng, Sulsel, dalam memenuhi
kebutuhan kaum perempuan desa untuk menambah modal
usaha kecil rumah tangga dan terbebas dari jeratan rentenir.
Unit usaha yang dikembangkan oleh BUM Desa ini adalah
Simpan-Pinjam. Sementara itu, BUM Desa Dande Lompoa

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 55


di Desa Kampala menjawab kebutuhan masyarakat yaitu
kebutuhan pedagang kecil yang ada di sekitar kolam obyek
wisata permandian alam Ere Merasa sehingga mereka tidak
perlu ke kota untuk belanja persediaan barang. BUM Desa ini
menjalankan unit usaha grosir bagi pedagang kecil di desa
Kampala.

Jika masyarakat membutuhkan tempat untuk menjual dan


membeli berbagai kebutuhan sementara jarak ke pasar
terdekat sangat jauh, maka BUM Desa dapat membuka unit
usaha Pasar Desa Jika masyarakat sangat peduli dengan
pendidikan anak pra sekolah sementara di desa tersebut
belum ada PAUD, maka BUM Desa bisa membuka unit usaha
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) desa. Jika di desa memiliki
potensi perkebuan misalnya, mangga namun potensi tersebut
belum diusahakan dengan skala ekonomi yang cukup, maka
BUM Desa dapat mengembangkan unit usaha agribisnis
mangga secara terpadu.Beberapa contoh BUM Desa sukses
di atas menunjukkan bahwa kesuksesan bisnis BUM Desa
tersebut karena mereka berhasil menyampaikan“nilai” yang
bermanfaat kepada konsumen. “Nilai” yang mampu menjawab
kebutuhan konsumen.

2. SEGMEN PASAR
Setiap perusahaan atau organisasi pasti memiliki kelompok
orang atau organisasi yang berbeda yang hendak dijangkau
dan dilayani (segmen pasar). Segmen pasar merujuk pada

56 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


jawaban pertanyaan “Untuk siapa nilai kita ciptakan?” dan
“Siapakah konsumen, pelanggan, atau pengguna yang paling
penting bagi bisnis BUM Desa? Mengenali atau mengetahui
pelanggan merupakan cara termudah untuk menentukan
segmen pasar dari unit usaha BUM Desa. Apakah pengelola/
pengurus BUM Desa sudah mengetahui dengan persis siapa
calon pelanggannya? Jika belum mengetahui dengan persis
siapa calon pelanggan Anda maka jawablah pertanyaan-
pertanyaan di bawah ini:

1. Berapa umur mereka?


Arahkan jawaban Anda kepada kelompok umur yang
menjadi konsumen utama produk atau jasa yang
ditawarkan. Misalnya semua petani tanaman keras.

2. Apa jenis kelamin mereka?


Fokuskan jawaban Ada pada jenis kelamin tertentu jika
produk yang ditawarkan memiliki konsumen untuk jenis
kelamin tertentu. Misalnya laki-laki dan perempuan.

3. Dimana mereka tinggal?


Arahkan jawaban Anda pada suatu wilayah/derah tertentu
jika produk yang ditawarkan memang dikhususkan untuk
wilayah tertentu. Misalnya petani diDesa Kaloling dan
sekitarnya.

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 57


4. Apa yang menjadi kebutuhan mereka?
Sebutkan kebutuhan khusus yang mereka butuhkan
berdasarkan umur, jenis kelamin, dan tempattinggalnya.
Misalnya kebutuhan akan sarana produksi pertanian
dengan harga terjangkau.

5. Berapa pengeluaran mereka perbulan?


Arahkan jawaban Anda kepada kelompok pendapatan
tertentu yang menjadi target konsumen. Misalnya petani
di desa dengan penghasilan di atas Rp 300.000 per
bulan.

Jika Anda bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas


berarti Anda sudah siap menjawab pertanyaan penting
berikut: produk atau layanan apa yang akan Anda sediakan
bagi calon pelanggan Anda? Produk atau layanan apa
yang akan kita sediakan bagi calon pelanggan yang sesuai
berdasarkan jawaban 5 pertanyaan di atas adalah Toko
Saprotanbagi petani di desa Kaloling Jaya. Jadi BUM Desa
akan mengembangkan unit usaha toko Saprotan.

INGAT! Kesalahan yang biasa dilakukan oleh BUM Desa


adalah langsung menentukan bisnis dan baru kemudian
memutuskan siapa yang akan menjadi pelanggannya.

58 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


3. HUBUNGAN DENGAN KONSUMEN
Setiap perusahaan atau organisasi termasuk BUM Desa
yang sukses pasti berhasil menjalin hubungan yang baik
dengan para konsumen atau pelanggannya. Pengelola BUM
Desa harus dapat mengidentifikasi jenis hubungan dengan
setiap kelompok konsumen yang diharapkan dibangun dan
dijaga, hubungan seperti apa yang telah dibangun, berapa
biaya yang dibutuhkan untuk membangun hubungan
tersebut, dan bagaimana mereka menyatu dengan seluruh
model bisnis BUM Desa.

Pertanyaan di atas identik dengan proses bisnis yang kita kenal


sebagai PEMASARAN. Sebuah bisnis baru harus diketahui
oleh calon pelanggan, karena itu perlu “menyuarakannya
kepada publik”. Perusahaan dapat menjalin hubungan
dengan berbagai cara. Hubungan transaksional berarti tidak
ada hubungan nyata antara perusahaan dengan konsumen.
Perusahaan berinteraksi dengan konsumen berdasarkan
transaksi. Misalnya toko di terminal, biasanya toko tidak
membangun hubungan dengan konsumennya.

Hubungan jangka panjang merupakan hubungan yang


mendalam antara perusahaan dan konsumen. Perusahaan
berinteraksi dengan konsumen berdasarkan pembelian
berulang. Perusahaan dapat juga membangun hubungan
membantu secara personal kepada konsumen. Konsumen
dapat berkomunikasi dengan perusahaan untuk mendapat

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 59


bantuan selama proses transaksi maupun setelah transaksi.
Seringkali perusahaan juga menjalin hubungan khusus
(prioritas) dengan konsumen/klien istimewa atau penting.
Namun, ada juga perusahaan yang tidak perlu berhubungan
langsung dengan konsumennya (swalayan). BUM Desa
dapat memilih jenis hubungan dengan konsumen yang paling
sesuai dengan model bisnisnya.

4. CARA MENJANGKAU KONSUMEN


Apapun bisnis yang dijalankan oleh BUM Desa, mereka
harus menentukan saluran penjualan, yaitu bagaimana
cara agar produk/layanan BUM Desa sampai ke pelanggan
atau masyarakat pengguna. Cara menjangkau konsumen
adalah memilih dan menentukan saluran distribusi yang
akan digunakan oleh BUM Desa. Menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut ini akan membantu pengelola BUM Desa
untuk memilih dan menentuan cara menjangkau konsumen
yang paling efektif dan efisien. Pertanyaan tentang:
1. Apakah BUM Desa akan membangun tim penjualan
sendiri? Atau akan memberikan bagian penjualan kepada
orang lain seperti distributor?
2. Apakah Anda akan membuka toko sendiri? Atau
membuka counter kecil di dalam toko besar seperti mall?
3. Apakah Anda akan menjual secara online atau membuka
toko (offline)?

60 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


Analisa kelebihan dan kekurangan dari setiap pilihan jawaban
pertanyaan di atas, lalu pilih yag terbaik.

Saluran distribusi pada prinsipnya menujukkan saluran apa


yang kita gunakan untuk menjangkau kelompok konsumen
atau masyarakat. Tentu saja dengancara yang terbaik dan
biaya yang paling efisien sesuai dengan rutinitas pelanggan
atau masyarakat.Sebagai contoh BUM Desa Dande Lompoa
di Desa Kampala yang membuka usaha grosir barang
dagangan untuk para pedagang kecil membuka toko sendiri
sebagai cara untuk menjangkau konsumen.Membuka toko/
outlet atau kantor pemasaran sendiri atau memanfaatkan
ruang kosong di balai desa.

5. AKTIVITAS UTAMA
Setiap bisnis pasti menjalankan kegiatan-kegiatan utama
untuk menghasilkan barang atau jasa untuk konsumen dan
menghasilkan uang bagi perusahaan. Begitupun dengan
BUM Desa. Kegiatan-kegiatan utama tersebut disebut
sebagai aktivitas kunci. Setiap perusahaan memiliki aktivitas
kunci masing-masing. Aktivitas kunci yang dibutuhkan oleh
BUM Desa sangat tergantung pada:
1. Proposisi nilai BUM Desa?
2. Saluran distribusi BUM Desa?
3. Hubungan konsumen?
4. Aliran pendapatan?

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 61


Sebagai contoh Usaha Simpan-Pinjam BUM Desa Mattiro
Bulu, Desa Bonto Tiro, Kab. Bantaeng, Sulsel, dengan
preposisi nilai memenuhi kebutuhan kaum perempuan desa
untuk menambah modal usaha kecil rumah tangga dan
terbebas dari jeratan rentenir dengan pinjaman sebesar 500
ribu-5 juta rupiah. BUM Desa ini menerima tabungan dari
anggota dan memberikan pinjaman modal dengan bunga
murah, kredit diberikan langsung kepada anggota, dan BUM
Desa mendapatkan pendapatan dari bunga yang dibayarkan
oleh peminjam. Aktivitas utama yang akan dilakukan oleh unit
usaha simpan pinjam BUM Desa tersebut adalah:
1. Kegiatan menerima simpanan/tagungan dari nasabah
tabungan.
2. Kegiatan memberikan pinjaman (kredit) kepada
peminjam.
3. Kegiatan pembukuan transaksi simpanan dan
peminjaman.

Selain aktivitasutama tersebut tentu saja BUM Desa


menjalankan beberapa kegiatan atau aktivitas tambahan
misalnya rapat rutin, pelatihan untuk staff, penataan arsip, dan
lain-lain. Manajemen BUM Desa harus fokus pada aktivitas
utama tersebut tanpa mengabaikan aktivitas pendukung
karena melalui aktivitas utama tersebut BUM Desa dapat
memberikan layanan (jasa) yang menghasilkan pendapatan.

62 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


6. SUMBER DAYA UTAMA
Setiap bisnis pasti membutuhkan sumber daya dalam
menjalankan kegiatan-kegiatan utama untuk menghasilkan
barang atau jasa untuk konsumen dan menghasilkan
uang bagi perusahaan. Begitupun dengan BUM Desa juga
membutuhkan sumber daya utama. Setiap perusahaan
memiliki dan menggunakan sumber daya utama untuk
menjalankan aktivitas utama masing-masing. Sumber daya
yang digunakan sangat tergantung kepada proposisi nilai,
saluran distribusi, hubungan konsumen, aliran pendapatan,
dan lain sebagainya. Sumber daya utama yang digunakan
berupa modal, bahan baku (material), manusia, tekhnologi
(peralatan/mesin), dan informasi.

BUM Desa dalam mengelola dan menjalankan bisnis


umumnya tidak bisa sendirian. Mereka memerlukan tenaga
kerja. Sejak awal tentukan berapa banyak dan jenis keahlian
apa yang diperlukan oleh BUM Desa. Misalnya dalam sebuah
toko: berapa banyak tenaga penjual yang diperlukan? Berapa
banyak tenaga kasir diperlukan? Berapa banyak tenaga
administrasi seperti staff pembukuan diperlukan? Selain
staff/SDM, BUM Desa juga memerlukan sumber daya non
menusia. Berapa sewa toko/kantor perbulan? Berapa jumlah
dan harga bahan baku? Apakah BUM Desa perlu membuat
meja counter atau display untuk penjualan. Sumber daya
utama yang dibutuhkan oleh BUM Desa sangat ditentukan

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 63


oleh jenis usaha. Sumber daya utama ini jika tidak dimiliki
dan tersedia akan menyebabkan aktivitas utama tidak dapat
berjalan dengan efektif. Jadi pengelola BUM Desa harus
dapat menentukan kebutuhan, memiliki/menyewa, dan
menggunakan sumber daya utama untuk menghasilkan
barang dan jasa untuk menghasilkan pendapatan dan
keuntungan bagi BUM Desa.

7. JARINGAN PEMASOK DAN REKANAN


BUM Desa agar sukses dalam berbisnis tidak bisa
sendirian, mereka harus bekerjasama dengan banyak
pihak lainnya. Tentukan dari awal apakah bisnis BUM Desa
memerlukan investor untuk permodalan atau tidak. Apakah
Anda perlu mengadakan perjanjian kerjasama khusus
dengan distributor? Menggandeng mitra atau partner yang
melengkapi kemampuan yang dimiliki akan meningkatkan
peluang keberhasilan bisnis BUM Desa.

Sebagai contoh usaha sarana produksi pertanian (Saprotan)


yang cukup berhasil dikembangkan di BUM Desa Tamarunang
di Desa Barua, Kab. Bantaeng. Kunci keberhasilan usaha ini
adalah keberhasilan membangun kemitraan dengan warga
untuk melakukan transformasi pola tanam dari palawija ke
tanaman keras. Proses transformasi ini ikut memicu kebutuhan
Saprotan di samping kebutuhan tetap bagi petani Kakao dan
Cengkeh. Selain kemitraan dengan warga petani mereka
membangun kemitraan dengan pemasok, LSM, Pemerintah

64 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


desa, pemerintah kabupaten dan pihak terkait lainnya. Pada
intinya, pikirkan untuk menjalin kerja sama (jaringan) dengan
mitra atau partner utama untuk menjalankan BUM Desa.
Kenali aktivitas utama yang dilakukan oleh rekanan untuk kita
dan jalin kemitraan yang saling menguntungkan. BUM Desa
sebagai wadah berkumpulnya unit usaha menjadi pengatur
dan penggerak semua kegiatan usaha mulai dari pencarian
sumber modal, kemitraan usaha dan pasar.

8. STRUKTUR BIAYA
Semua hal yang dilakukan dari poin di atas memerlukan
biaya, lakukan perhitungan secara seksama, lalu putuskan
apakah rencana-rencana bisnis BUM Desa mengntungkan?
Mengetahui menguntungkan atau tidak sebenarnya sederhana
saja. Caranya dengan memastikan bahwa penghasilan BUM
Desa lebih besar dari pengeluaran. Jika tidak berarti BUM
Desa akan merugi dan bisnis ini tidak layak dijalankan atau
dikembangkan. Oleh karena itu, mengenali biaya yang harus
dikeluarkan dalam menjalankan BUM Desa merupakan
keharusan. Struktur biaya dari bisnis dapat diketahui secara
mudah dengan menjawab pertanyaanpertanyaan berikut ini:
1. Biaya apa yang paling penting dalam bisnis BUM Desa?
2. Sumber daya utama yang mana paling mahal?
3. Aktivitas utama yang mana paling mahal?

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 65


BUM Desa akan sukses ketika menjalankan unit bisnis yang
“menguntungkan di atas kartas”. Namun satu hal yang paling
penting, bisnis BUM Desa tidak berjalan di atas kertas.
Bertindakdan berusaha! Langkah nyata pertama yang harus
diambil oleh BUM Desa yang akan menentukan berjalan/
tidaknya unit bisnis BUM Desa.

9. ALIRAN PENDAPATAN
Dari semua blok kanvas pemodelan bisnis di atas, blok ini
yang paling penting. Blok ini mengarahkan pada bagaimana
rencana untuk memperoleh penghasilan? Banyak bisnis yang
dibuat tanpa tahu bagaimana memperoleh penghasilannya
dan ini sangat berbahaya bagi bisnis keberlanjutan BUM
Desa.

Sebaiknya BUM Desa menentukan jenis-jenis pendapatan


sejak awal. Apakah BUM Desa akan menjalankan unit usaha
Perusahaan Air Minum (PAM) Desa dan mendapatkan
pendapatan dari biaya abonemen dan rekening pemakaian air
oleh pelanggan? Apakah BUM Desa akan menyelenggarakan
jasa transportasi desa dan mendapatkan penghasilan
dari tarif angkutan yang dibayarkan oleh penumpang?
Apakah BUM Desa akan mengembangkan desa wisata dan
mendapatkan penghasilan dari tiket masuk dan pendapatan
dari jasa pendukung wisata lainnya? Setelah mengetahui
pendapatan mengalir dari mana makan langkah selanjutnya
adalah memutuskan dan menebtukan target pendapatan per

66 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


bulan. Jangan pernah membuat unit bisnis BUM Desa tanpa
memikirkan rencana pendapatan dan berpikir untuk “Dapat
duit dari mana?”

Pengelola BUM Desa dapat mengetahui aliran pendapatan


dengan cara mengetahui nilai apakah yang mereka
benarbenar ingin membayar, cara pembayaran yang lebih
disukai oleh konsumen, dan kontribusi masing-masing jenis
pendapatan terhadap total pendapatan.

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 67


6. SISTEM AKUNTANSI BUM DESA

STANDAR NAMA, NOMOR DAN KLASIFIKASI REKENING


DALAM SISTEM AKUNTANSI BUM DESA

1. Kekayaan
1.1 Kas Rp.
1.2 Tabungan di Bank Rp.
1.3 Pinjaman : Kelompok : Agt/Nsb. ( P : W : ) Rp.
1. Lancar (angsuran dibayar sesuai
jadwal, DCW 1%) Rp.
2. Perlu Perhatian (sdh. tak dibayar 1-2
x, DCW 5%) Rp.
3. Kurang lancar (sdh. tak dibayar 3-4 x,
DCW 10%) Rp.
4. Diragukan (sdh. tak dibayar 4 - 5 x,
DCW 25%) Rp.
5. Macet (sdh. tak dibayar 6 x – lebih,
DCW 50%) Rp.
1.4 Investasi BUM Desa Rp.
1.5 Inventaris dan harta tetap Rp.
Akumulasi penyusutan Rp.
1.6 Harta Tidak berwujud Rp.

68 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


Akumulasi penghapusan Rp.
Jumlah kekayaan Rp.

2. Utang
2.1 Dana-dana Titipan Rp.
2.2 Utang Bank dan Pihak Ketiga Rp.
2.3 Tabungan Harian Rp.
2.4 Tabungan Khusus Rp.
2.5 Dana Bantuan Sosial Rp.
Jumlah Utang Rp.

3. Modal
3.1 Modal Pemerintah Desa Rp.
3.2 Penyertaan modal Masyarakat Rp.
3.3 Penyertaan modal Pihak Ketiga Rp.
3.4 Cadangan Risiko Pinjaman Rp.
3.5 Penyisihan hasil bersih usaha Rp.
3.6 Penerimaan hibah Rp.
Laba-rugi berjalan Rp.
Jumlah Modal Rp.
Jumlah Utang dan Modal Rp.
4. Pendapatan
1.1 Bunga Pinjaman Rp.
1.2 Bunga Tabungan di Bank Rp.

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 69


1.3 Pendapatan lain-2 (Uang pangkal, provisi,
denda dll) Rp.
1.4 Pendapatan laba investasi Rp.
1.5 Pendapatan Non-operasional Rp.
Jumlah Pendapatan Rp.

5. Biaya
5.1 Biaya Dana
5.1.1 Bunga Utang Bank dan Pihak Ketiga Rp.
5.1.2 Bunga Tabungan Rp.
5.2 Biaya Operasional
5.2.1 Gaji, tunjangan, honorarium Rp.
5.2.2 Ongkos kantor Rp.
5.2.3 Pendidikan, pembinaan dan promosi Rp.
5.2.4 Jasa Konsultasi Ahli Rp.
5.2.5 Penyusutan Inventaris dan Harta
tetap Rp.
5.2.6 Penghapusan harta tidak berwujud Rp.
5.3 Biaya Non Operasional
1.1.1 Kerugian investasi Rp.
1.1.2 Bantuan sosial fakir miskin Rp.
Jumlah Biaya Rp.
Laba/Rugi berjalan Rp.

70 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


Pada standar klasifikasi nama dan nomor rekening diatas, terdapat
31 rekening aktif, yang terdiri dari : 6 Rekening kekayaan, 4
rekening Utang, 6 Rekening Modal, 5 Rekening Pendapatan
dan 10 Rekening Biaya. Disamping itu ada 7 data pendukung
rekening kekayaan, dan 1 (satu) data khusus, yaitu Laba-Rugi
berjalan sebagai pendukung rekening Modal.

Dari daftar yang digambarkan diatas, BUM Desa (seperti halnya


rumah-tangga), memiliki penggolongan rekening yang sama.
Perbedaan terletak pada rincian jenis dan nama rekening dari
setiap golongan klasifikasi. Meskipun pada dasarnya setiap
pengguna memiliki kebebasan memberikan struktur nomor
rekening, namun untuk menyesuaikan dengan standar yang
berlaku umum, kemudahan pencatatan transaksi dan analisis
Kualitas kinerja, maka Nomor Induk Rekening diklasifikasikan
sebagai berikut :

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 71


 Nomor Induk Rekening 1 untuk Kekayaan,
Semua jenis rekening kekayaan menggunakan nomor digit
pertama 1.

 Nomor Induk Rekening 2 untuk Utang.


Semua jenis rekening utang menggunakan nomor digit
pertama 2.

 Nomor Induk Rekening 3 untuk Modal.


Semua jenis rekening modal menggunakan nomor digit
pertama 3.

 Nomor Induk rekening 4 untuk Pendapatan.


Semua jenis rekening pendapatan menggunakan nomor
digit pertama 4.

 Nomor Induk rekening 5 untuk Biaya.


Semua jenis rekening biaya menggunakan nomor digit
pertama 5.

Penjelasan penggunaan rekening

Pengertian dan pedoman penggunaannya dalam pencatatan


transaksi

1. Golongan Rekening Kekayaan BUM Desa

1.1 Kas
Rekening Kas digunakan untuk mencatat transaksi uang
tunai masuk ke dan keluar dari Kas BUM Desa serta
posisi saldonya.
 Debet , digunakan untuk mencatat transaksi uang
masuk ke Kas

72 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


 Kredit , digunakan untuk mencatat transaksi uang
keluar dari kas

1.2 Tabungan di Bank


Rekening Tabungan di bank digunakan untuk mencatat
transaksi penyetoran dan penarikan tabungan BUM Desa
di bank serta posisi saldonya. Bila jumlah rekening bank
lebih dari satu, yang dimasukkan sebagai angka neraca
adalah jumlah saldo dari seluruh rekening tersebut.
 Debet, digunakan untuk mencatat transaksi
penyetoran tabungan ke Bank
 Kredit, digunakan untuk mencatat transaksi
penarikan tabungan dari bank

1.3 Pinjaman
Rekening ini digunakan untuk mencatat transaksi
pencairan pokok kredit dari BUM Desa kepada anggota/
Anggota (melalui kelompok anggota/Anggota maupun
langsung perorangan) dan pembayaran kembali
angsuran pokok serta posisi saldonya.
 Debet, digunakan untuk mencatat pencairan pokok
kredit ke anggota/Anggota
 Kredit, utk mencatat penerimaan angsuran pokok
kredit dari anggota/Anggota

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 73


1.4 Investasi
Rekening ini digunakan untuk mencatat transaksi
pokok investasi berupa penempatan kekayaan BUM
Desa sebagai modal usaha non-keuangan, seperti toko
distribusi, Penyediaan bahan baku dan atau pemasaran
barang-2 produksi para anggota/Anggota, beserta posisi
saldonya.
 Debet, untuk mencatat transaksi penempatan aset
BUM Desa ke modal investasi
 Kredit, untuk mencatat transaksi penarikan kembali
asset BUM Desa dari investasi

Laba investasi BUM Desa dicatat kedalam rekening Laba-


Rugi atau pendapatan dan biaya (sebagai pendapatan
bila laba dan sebagai biaya bila rugi). Dengan demikian
posisi saldo rekening investasi hanya akan berobah
dengan tambahan, pengurangan dan penghapusan
nilai pokok investasi, dan bukan karena laba atau rugi.
Posisi kumulatf laba-rugi investasi dalam neraca akan
tercantum pada Rekening Laba-Rugi atau Pendapatan
dan Biaya dalam perhitungan Laba-rugi berjalan, dan
tidak menimbulkan perobahan nilai Rekening Investasi.

1.5 Inventaris dan Harta tetap


Rekening ini digunakan untuk mencatat transaksi
perolehan (pembelian atau hibah) dan transaksi

74 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


penyusutan barang inventaris dan harta tetap yang
dibebankan pada rekening biaya operasional BUM
Desa, sehingga posisi saldonya selalu dalam nilai buku.
Inventaris dan Harta tetap BUM Desa dapat berupa
tanah, bangunan, kendaraan, komputer, mesin-mesin,
mebeler, peralatan kantor dan lain-lain. Nilai perolehan
harta tetap berupa tanah tidak disusutkan, kecuali
menjadi bahan baku seperti produksi genteng atau bata
merah. Penyusutan dihitung dari nilai perolehan dikurangi
nilai residu dibagi usia gunanya.
 Debet, digunakan untuk mencatat transaksi
perolehan harta tetap.
 Kredit, digunakan untuk mencatat transaksi
penyusutan harta tetap yang dibebankan kedalam
rekening biaya operasional BUM Desa

Saldo Rekening ini adalah nilai buku dari seluruh


Inventaris dan Harta tetap yang dimiliki oleh BUM Desa.
Nilai buku harta tetap adalah nilai perolehan dikurangi
dengan akumulasi penyusutannya.

1.6 Harta tidak berwujud


Rekening ini digunakan untuk mencatat transaksi
perolehan dan transaksi penghapusan harta tidak
berwujud yang dibebankan pada rekening biaya
operasional BUM Desa secara berkala (bulanan atau

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 75


tahunan), beserta posisi saldonya. Harta tidak berwujud
BUM Desa dapat berupa biaya yang dikeluarkan
sekaligus untuk pembebanan lebih dari satu tahun,
misalnya pembayaran kontrak bangunan kantor untuk
10 tahun, biaya pengurusan dokumen dan perizinan
yang jumlahnya besar sehingga tidak dapat dibebankan
kedalam biaya untuk satu tahun buku.
 Debet, digunakan untuk mencatat transaksi
perolehan harta tidak berwujud
 Kredit, digunakan untuk mencatat transaksi
penghapusan harta tidak berwujud yang dibebankan
kedalam biaya operasional BUM Desa baik secara
bulanan maupun tahunan

Saldo Rekening ini adalah nilai buku dari seluruh harta


tidak berwujud yang dimiliki oleh BUM Desa. Nilai buku
harta tidak berwujud adalah nilai perolehan dikurangi
dengan akumulasi penghapusannya.

2. Golongan Rekening Utang BUM Desa

1.1 Dana-dana titipan


Rekening ini dipergunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan dana-dana yang segera setiap saat harus
dibayar kembali dan pengalihan rekening dari bagian
hasil bersih BUM Desa pada akhir tahun yang telah

76 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


dialokaskan untuk : dividen, dana Pengelola dan
Pengawas, dana karyawan, dana pendidikan, dan lain-
lain, yang belum dikeluarkan, serta posisi saldonya.
 Debet, digunakan untuk mencatat transaksi
pembayaran dari bebagai jenis dana titipan yang
ditampung dalam rekening ini.
 Kredit, digunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan dana titipan dan pengalihan dari alokasi
pembagian hasil bersih atas pos dana-dana yang
akan segera dibayar

2.2 Utang Bank dan Pihak Ketiga


Rekening ini, digunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan Utang dan transaksi pembayaran kembali
pokok Utang BUM Desa kepada Bank, atau Pihak
kreditor lain; beserta posisi saldonya.
 Debet, digunakan untuk mencatat transaksi
pembayaran pokok utang
 Kredit, digunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan dari pencairan utang

Transaksi pembayaran beban bunga atas utang BUM


Desa kepada bank atau Pihak kreditor lain dicatat dalam
rekening biaya dana BUM Desa, dan tidak dicatat pada
rekening ini.

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 77


2.3 Tabungan Harian
Rekening ini digunakan untuk mencatat transaksi setoran
dan transaksi penarikan Tabungan harian anggota/
Anggota di BUM Desa, beserta posisi saldonya.
 Debet, digunakan untuk mencatat transaksi
pembayaran atas penarikan Tabungan Harian
 Kredit, digunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan dari setoran Tabungan Harian

2.4 Tabungan Khusus


Rekening ini digunakan untuk mencatat transaksi setoran
dan transaksi penarikan Tabungan Khusus anggota/
Anggota di BUM Desa, beserta posisi saldonya.
 Debet, digunakan untuk mencatat transaksi
pembayaran atas penarikan Tabungan Khusus
 Kredit, digunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan dari setoran Tabungan Khusus

2.5 Dana Bantuan Sosial


Rekening ini digunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan dan transaksi pengeluaran Dana Bantuan
sosial di BUM Desa, beserta posisi saldonya.
 Debet, digunakan untuk mencatat transaksi
pengeluaran Dana Bantuan Sosial bagi Fakir Miskin
Warga desa

78 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


 Kredit, digunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan Dana Bantuan Sosial dari warga desa
yang mampu, berupa zakat, sedekah dan alokasi
dari hasil bersih usaha BUM Desa, serta sumbangan
sosial lainnya.

3. Golongan Modal

3.1 Modal Pemerintah Desa


Rekening ini digunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan setoran modal dari Pemerintah Desa di
BUM Desa, transaksi perobahan serta posisi saldonya.
 Debet, digunakan untuk mencatat transaksi
perobahan yang menimbulkan pengurangan,
misalnya dialihkan ke rekening Risiko pinjaman atau
pembebanan langsung atas sesuatu kerugian yang
dialami BUM Desa berdasarkan ketentuan yang
berlaku.
 Kredit, digunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan setoran Modal dari Pemerintah Desa
maupun transaksi perobahan yang menimbulkan
penambahan misalnya dari pengalihan bagian atas
dividen.

3.2 Penyertaan modal masyarakat


Rekening ini digunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan setoran modal masyarakat secara

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 79


perorangan maupun kelompok sebagai modal BUM
Desa, transaksi perobahan serta posisi saldonya.

 Debet, digunakan untuk mencatat transaksi


perobahan Penyertaan Modal Masyarakat yang
menimbulkan pengurangan, misalnya penarikan,
pengalihan ke Rekening Cadangan Risiko Pinjaman
atau pembebanan langsung atas sesuatu kerugian
berdasarkan ketentuan yang berlaku.

 Kredit, digunakan untuk mencatat transaksi


penerimaan setoran penyertaan Modal Masyarakat.

3.3 Penyertaan Modal Pihak Ketiga


Rekening ini digunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan setoran Penyertaan, Modal dari Pihak
Ketiga ke BUM Desa dan transaksi perobahan, serta
posisi saldonya.
 Debet, digunakan untuk mencatat transaksi
perobahan Penyertaan Modal dari Pihak ke III yang
menimbulkan pengurangan, misalnya penarikan,
pengalihan ke Rekening Cadangan Risiko Pinjaman
atau pembebanan langsung atas sesuatu kerugian
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
 Kredit, digunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan setoran Penyertaan Modal dari Pihak
Ketiga

80 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


3.4 Cadangan risiko Pinjaman
Rekening ini digunakan untuk mencatat transaksi
penyisihan dari pendapatan, bagian hasil bersih BUM
Desa dan atau pemindahan dari Rekening-rekening
modal lainnya dan transaksi pembebanan biaya ke
Cadangan risiko Pinjaman untuk menutup kerugian BUM
Desa karena pinjaman macet, serta posisi saldonya.
 Debet, digunakan untuk mencatat transaksi
pembebanan biaya atas kerugian pinjaman yang
tidak dapat ditagih ke Rekening Cadangan risiko
Pinjaman (menghapus pinjaman macet).
 Kredit digunakan untuk mencatat transaksi
penyisihan ke Rekening Cadangan risiko Pinjaman
dari Pendapatan BUM Desa, alokasi dari hasil
bersih maupun pemindahan dari Rekening-rekening
Modal lainnya.

3.5 Penyisihan Hasil Bersih Usaha


Rekening ini digunakan untuk mencatat transaksi
penyisihan dari alokasi hasil bersih usaha untuk
pemupukan modal, dan transaksi pembebanan langsung
atas kerugian BUM Desa, atau pengalihan ke rekening
Cadangan Risiko pinjaman serta posisi saldonya.
 Debet, digunakan untuk mencatat transaksi
pembebanan biaya ke Rekening Modal dari

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 81


Penyisihan hasil bersih usaha dalam rangka menutup
kerugian operasional usaha.
 Kredit digunakan untuk mencatat transaksi alokasi
penyisihan hasil bersih usaha pada setiap akhir
tahun buku ke Rekening Modal dari Penyisihan
Hasil Bersih Usaha

3.6 Penerimaan Hibah


Rekening ini digunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan hibah kepada BUM Desa, pengalihan ke
Rekening Cadangan Risiko Pinjaman dan atau transaksi
pembebanan biaya langsung ke Penerimaan Hibah,
serta posisi saldonya.
 Debet, digunakan untuk mencatat transaksi
pembebanan biaya langsung ke Rekening
Penerimaan Hibah untuk menutup kerugian BUM
Desa sesuai ketentuan yang berlaku (menghapus
kredit macet).
 Kredit digunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan hibah kepada BUM Desa dari
Pemerintah maupun Pihak lain yan tidak mengikat.

4. Bunga pinjaman

4.1 Bunga pinjaman

Rekening ini dipergunakan untuk mencatat transaksi


penerimaan pendapatan BUM Desa dari bunga pinjaman

82 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


anggota/Anggota dan posisi saldonya.
 Debet, dipergunakan untuk mencatat transaksi
pemindahan saldo rekening pendapatan ke Rekening
Rugi-laba BUM Desa, pada akhir tahun buku.
 Kredit, dipergunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan pendapatan bunga dari pinjaman
anggota/Anggota.

4.2 Bunga tabungan di Bank


Rekening ini dipergunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan pendapatan dari bunga tabungan BUM
Desa di Bank dan posisi saldonya.
 Debet, dipergunakan untuk mencatat transaksi
pemindahan saldo rekening pendapatan dari bunga
Tabungan BUM Desa di bank ke rekening Rugi-
laba, pada akhir tahun buku.
 Kredit, dipergunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan pendapatan BUM Desa dari Jasa
tabungan BUM Desa di bank.

4.3 Pendapatan lain-lain


Rekening ini dipergunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan pendapatan BUM Desa dari sumber lain-lain
dan posisi saldonya. Pendapatan lain-lain misalnya,
penerimaan uang pangkal, provisi, denda, hibah
pendapatan, penjualan inventaris bekas, penerimaan

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 83


sisa kredit yang telah dihapus bukukan dll.

 Debet, dipergunakan untuk mencatat transaksi


pemindahan saldo rekening pendapatan lain-lain ke
rekening Rugi-laba, pada akhir tahun buku.

 Kredit, dipergunakan untuk mencatat transaksi


penerimaan pendapatan BUM Desa dari sumber
pendapatan lain-lain seperti uang pangkal, denda,
provisi dan lain-lain seperti dijelaskan diatas.

4.4 Pendapatan Investasi

Rekening ini dipergunakan untuk mencatat transaksi


penerimaan pendapatan BUM Desa dari perolehan laba
investasi usaha non keuangan. beserta posisi saldonya.

 Debet, dipergunakan untuk mencatat transaksi


kerugian investasi sebagai biaya dan pemindahan
saldo rekening pendapatan investasi ke rekening
Rugi-laba, pada akhir tahun buku.

 Kredit, dipergunakan untuk mencatat transaksi


penerimaan pendapatan BUM Desa dari laba
investasi.

84 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


5. Biaya Dana

5.1 Biaya Dana

5.1.1 Bunga Utang Bank dan Pihak Ketiga

Rekening ini digunakan untuk mencatat transaksi


pembayaran bunga utang BUM Desa kepada Bank atau
Pihak kreditor lainnya beserta posisi saldonya.

 Debet, digunakan untuk mencatat transaksasi


pembayaran biaya bunga utang BUM Desa kepada
Bank dan kreditor Pihak Ketiga lain secara bulanan
atau tahunan.

 Kredit, digunakan untuk mencatat transaksi koreksi


bila terjadi kesalahan pencatatan pada rekening ini.

1.1.2 Bunga Tabungan

Rekening ini dipergunakan untuk mencatat transaksi


pembayaran jasa tabungan anggota/Anggota di BUM
Desa, serta posisi saldonya.

 Debet, digunakan untuk mencatat transaksasi


pembayaran biaya berupa bunga tabungan anggota/
Anggota di BUM Desa secara bulanan atau tahunan.

 Kredit, digunakan untuk mencatat transaksi koreksi


bila terjadi kesalahan pencatatan pada rekening ini.

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 85


5.2 Biaya operasional

5.2.1 Gaji, tunjangan dan honorarium


Rekening ini digunakan untuk mencatat transaksi
pembayaran Gaji, tunjangan dan honorarium Pengelola,
Pengawas dan Pegawai BUM Desa beserta posisi
saldonya.

 Debet, digunakan untuk mencatat transaksi


pembayaran Gaji dan tunjangan Pengelola,
Pengawas dan Pegawai BUM Desa

 Kredit, digunakan untuk mencatat transaksi koreksi


bila terjadi kesalahan pencatatan pada rekening ini.

5.2.2 Ongkos kantor


Rekening ini digunakan untuk mencatat transaksi
pembayaran biaya-biaya: sewa kantor, pemeliharaan,
pembelian alat tulis, pembayaran rekening listrik,
air, pengeluaran administrasi, transport, komunikasi,
konsumsi, rapat-rapat; dan biaya kantor lainnya, beserta
posisi saldonya.

 Debet, digunakan untuk mencatat transaksi


pembayaran biaya-biaya yang disebutkan diatas.

 Kredit, digunakan untuk mencatat transaksi koreksi


bila terjadi kesalahan pencatatan pada rekening ini.

86 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


5.2.3 Pendidikan, pembinaan dan promosi
Rekening ini digunakan untuk mencatat transaksi
pengeluaran biaya-biaya beserta posisi saldonya
sehubungan dengan kegiatan latihan berupa magang,
kursus dan kunjungan belajar bagi para pegawai,
Pengelola, Pengawas BUM Desa, biaya pengembangan
dan pembinaan kelompok anggota/Anggota, kegiatan
promosi dan pemberian penghargaan. Promosi adalah
kegiatan untuk membangun citra baik BUM Desa di
masyarakat, mengenalkan produk layanan baru, dan
memberikan informasi kepada masyarakat. Penghargaan
diberikan oleh BUM Desa kepada orang, badan hukum,
atau lembaga yang telah berjasa bagi kemajuan dan
perkembangan BUM Desa.

 Debet, digunakan untuk mencatat transaksi


pembayaran biaya-biaya yang disebutkan diatas.

 Kredit, digunakan untuk mencatat transaksi koreksi


bila terjadi kesalahan pencatatan pada rekening ini.

5.2.4 Jasa konsultasi Ahli


Rekening ini digunakan untuk mencatat pengeluaran
biaya-biaya yang berkenaan dengan kegiatan konsultasi
dan pemeriksaan BUM Desa oleh tenaga akhli dari luar,
beserta posisi saldonya. Konsultasi dan pemeriksaan
BUM Desa dapat bertujuan unutk pemecahan masalah

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 87


khusus, pengembangan produk layanan baru,
pemeriksaan keuangan (audit), menejemen dan analisis
tingkat kesehatan serta layanan bantuan teknis lain yang
dibutuhkan bagi kemajuan BUM Desa.

 Debet, digunakan untuk mencatat transaksi


pembayaran biaya-biaya yang disebutkan diatas.

 Kredit, digunakan untuk mencatat transaksi koreksi


bila terjadi kesalahan pencatatan pada rekening ini.

5.2.5 Penyusutan Inventaris dan Harta tetap


Rekening ini dipergunakan untuk mencatat transaksi
pembebanan biaya penyusutan atas seluruh Inventaris
dan harta tetap yang dimiliki oleh BUM Desa, sesuai
daftar yang ada; beserta posisi saldonya.

 Debet, digunakan untuk mencatat nilai transaksasi


penyusutan harta tetap sebagai biaya secara
bulanan atau tahunan.

 Kredit, digunakan untuk mencatat transaksi koreksi


bila terjadi kesalahan pencatatan pada rekening ini.

5.2.6 Penghapusan Harta tidak berwujud


Rekening ini dipergunakan untuk mencatat transaksi
pembebanan biaya penghapusan atas seluruh nilai
ekonomi harta tidak berwujud berupa hak penggunaan
atas barang dan jasa dan atau pengeluaran biaya

88 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


sekaligus untuk periode waktu lebih dari satu tahun
(misalnya biaya kontrak bangunan kantor selama lima
tahun yang dibayar sekaligus dimuka), yang dimiliki oleh
BUM Desa; beserta posisi saldonya.

 Debet, digunakan untuk mencatat nilai transaksasi


penghapusan harta tidak berwujud sebagai biaya
secara bulanan atau tahunan.

 Kredit, digunakan untuk mencatat transaksi koreksi


bila terjadi kesalahan pencatatan pada rekening ini.

5.3 Biaya Non-operasional

5.3.1 Kerugian investasi


Rekening ini dipergunakan untuk mencatat transaksi
pengeluaran biaya yang berkenaan dengan kerugian
investasi usaha non-keuangan serta posisi saldonya

 Debet, digunakan untuk mencatat transaksi kerugian


investasi

 Kredit, digunakan untuk mencatat transaksi koreksi


bila terjadi kesalahan pencatatan pada rekening ini.

5.3.2 Dana Bantuan Sosial


Rekening ini dipergunakan untuk mencatat transaksi
pengeluaran biaya yang berkenaan dengan bantuan
kepada fakir miskin di desa serta posisi saldonya

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 89


 Debet, digunakan untuk mencatat transaksi
pembayaran santunan dan bantuan sosial yang
disebutkan diatas.

 Kredit, digunakan untuk mencatat transaksi koreksi


bila terjadi kesalahan pencatatan pada rekening ini.

6. Perubahan Jenis Rekening BUM Desa


Pada dasarnya, nama dan jenis dari setiap golongan rekening,
ditetapkan berdasarkan fungsinya yang nyata dalam kegiatan
transaksi dan tingkat kepentingan informasinya. Rekening
lama yang tidak diperlukan lagi, dapat dihapuskan dan
pencatatan transaksinya digabungkan ke rekening lain yang
golongan dan karakteristiknya berdekatan.

Demikian pula jenis rekening baru yang dibutuhkan dapat


ditambahkan. Perobahan itu dapat terjadi dalam perjalanan
waktu dan proses perkembangan BUM Desa sebagai
lembaga pelayanan keuangan dan pemberdayaan ekonomi
masyarakat dan Pemerintah Desa. Keputusan untuk
menambah jenis rekening baru pada salah satu golongan
rekening dalam sistim akuntansi BUM Desa, didasarkan
pada kriteria berikut :
 Karakteristik rekening itu bersifat spesifik dan tidak dapat
digabungkan kedalam salah satu jenis rekening yang
telah ada.

90 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


 Frekwensi transaksi atau mutasi terjadi sangat sering
 Nilai transaksi cukup besar dan signifikan

Transaksi keuangan BUM Desa dan pencatatannya


Transaksi keuangan dalam sistim akuntansi BUM Desa
adalah kejadian yang menimbulkan perobahan posisi saldo
dari sekurang-kurangnya dua rekening yang tersangkut
dalam kejadian transaksi itu. Jadi, dengan pengertian
transaksi seperti itu, semakin jelas bahwa rekening adalah
instrumen penting dalam pencatatan transaksi. Terdapat dua
jenis transaksi keuangan dalam kegiatan BUM Desa :

1. Transaksi Kas
Adalah transaksi keuangan secara tunai yang akan
mempengaruhi posisi saldo akhir dari rekening Kas.
Transaksi Kas terjadi dalam dua kemungkinan yaitu :

1.1 Transaksi Uang Masuk,


Contoh kasus : BUM Desa menarik Tabungan dari
Bank Rp.20.000.000,-

Pada rekening Kas dicatat dalam kolom debet dan


Rekening asalnya (Taqbungan BUM Desa di Bank)
dicatat dalam kolom kredit. Dalam bahasa sederhana,
dapat dirumuskan : Uang masuk Ke (rekening) Kas,
Rp.20.000.000,- berasal Dari (rekening) Tabungan
BUM Desa di Bank Rp.20.000.000,-.

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 91


1.2 Transaksi Uang Keluar

Contoh kasus : BUM Desa membayar sewa kantor


untuk lima bulan Rp.500.000,- Pada rekening Kas
dicatat dalam kolom kredit, dan pada rekening
tujuannya dicatat pada kolom debet. Dalam bahasa
sederhana, dapat dirumuskan : Uang keluar
Dari (rekening) Kas, Rp.500.000,- bertujuan Ke
(rekening) Biaya sewa kantor Rp.500.000,-.

1.3 Pedoman pencatatan Transaksi Kas

a. Untuk semua transaksi Uang Masuk :

 Rekening Kas =
debet (Ke Kas)

 Rekening asalnya =
kredit (Dari
rekening ………apa?)

b. Untuk semua transaksi Uang Keluar :

 Rekening Kas =
kredit (Dari
Kas)

 Rekening tujuannya = debet (Ke


rekening ……… apa ?)

2. Transaksi Non-Kas,

Tidak semua transaksi dalam kegiatan BUM Desa


dilakukan secara tunai melalui rekening Kas. Oleh karena
itu, diperlukan cara untuk mencatat transaksi Non-

92 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


Kas sesuai kaidah pencatatan akuntansi, yaitu secara
imbang-berpasangan. Memberikan perintah kepada
Bank untuk memindah bukukan sejumlah uang dari
tabungan BUM Desa ke Rekening tabungan Ibu
Nafsiah guna membayar pencairan kredit yang telah
disetujui, adalah contoh transaksi Non-Kas. Mencatat
transaksi ini adalah : Pinjaman anggota/Anggota
: debet (ke Pinjaman Anggota), dan Tabungan di
Bank: kredit (dari Tabungan di Bank). Dengan kalimat
sederhana : Ke Pinjaman anggota/Anggota, berasal dari
Tabungan di Bank.

2.1 Transaksi Non-Kas dilakukan untuk :


 Pembelian dan penjualan barang (inventaris
BUM Desa) secara kredit
 Penerimaan dan pengeluaran barang hibah
 Penerimaan lewat rekening tabungan BUM
Desa di Bank
 Pengeluaran lewat Tabungan BUM Desa di
Bank dengan cek/transfer
 Pemindah bukuan dari satu rekening ke rekening
lain (selain rekening Kas)
 Koreksi kesalahan pencatatan transaksi (salah
angka, salah rekening)
 Membuat transaksi jurnal penutupan buku

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 93


2.2 Pedoman pencatatan Transaksi Non-Kas

a. Untuk semua rekening 1. Kekayaan dan rekening


5. Biaya,

 Kalau debet (Ke) = bertambah

 Kalau kredit (Dari) = berkurang

b. Untuk semua rekening 2. Utang, 3. Modal,


dan 4. Pendapatan,

 Kalau debet (Ke) = berkurang

 Kalau kredit (Dari) = bertambah

3. Pedoman mencatat transaksi BUM Desa secara


“dialogis” dan diagramatis
Sebagai pedoman untuk melakukan pencatatan kegiatan
transaksi keuangan Buumdes, proses dialogis dengan
pertanyaan berikut ini selalu perlu dilakukan :

Setiap kali ada kejadian transaksi, ajukan pertanyaan:

Apakah ini transaksi Kas ? Kalau jawabnya :

 “Ya” , berarti transaksi Kas; bila, “Tidak” berarti


transaksi Non-Kas

Kalau jawabnya “ya”, teruskan pertanyaan :


Apakah ini transaksi uang masuk ? Kalau “ya”, teruskan
pertanyaan, “Dari mana asalnya ?” Jawabnya (misal),

94 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


penerimaan angsuran pokok kredit dari Pak Hasan
Pemilik warung sembako “Melati Suci” untuk bulan April
2002. Maka pencatatanya adalah :

 Ke rekening Kas, Dari rekening Pinjaman (Kas


debet, dan Pinjaman, kredit)

Kalau jawabnya “tidak”, berarti transaksi uang keluar.

Teruskan pertanyaan : “Kemana tujuannya?” Jawabnya


(misal), pengeluaran untuk membayar pembelian
komputer kepada Toko “Sugih Makmur” sebesar
Rp.6.000.000,- Maka pencatatannya adalah :

 Dari rekening Kas, Ke pembelian Harta tetap


berupa komputer di Toko “Sugih Makmur” (Kas
kredit, Harta tetap, debet)

Kalau jawabnya “bukan transaksi Kas”. Maka


pasti ”Transaksi Non-Kas”, Pertanyaan dilanjutkan.
Rekening apa yang tersangkut dalam kejadian
transaksi itu?

Misalnya kejadian transaksinya adalah, “pembelian


komputer ke Toko Sugih Makmur, ternyata dapat
di kredit, tetapi harganya menjadi Rp.7.000.000,-
diangsur 10 kali”. BUM Desa memilih membeli secara
kredit saja. Jawabnya adalah :

 Ke rekening Harta tetap, dari rekening Utang


kepada Fihak ke III (Rekening Harta tetap di debet,

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 95


dan lawannya rekening Utang kepada Fihak ke III
di kredit)

Proses dan instrumen akuntansi BUM Desa


Proses dan instrumen akuntansi BUM Desa didesain
secara sangat ringkas, mudah dan bertolak dari formulir
yang telah dikenal oleh para petugas BUM Desa di
lapangan seperti Buku Daftar Uang Masuk, Buku Daftar
Uang Keluar, Kas Harian dan lain-lain.

Sistim akuntansi BUM Desa dirancang dengan :


1) Membakukan jenis, nama, nomor dan klasifikasi
rekening yang diperlukan oleh BUM Desa sesuai
kaidah yang berlaku umum dalam sistim akuntansi.

2) Mengenalkan metode pencatatan transaksi secara


imbang-berpasangan (balance entry recording)
kedalam sistim rekening yang bertolak dari logika
dasar persamaan akuntansi.

3) Menetapkan alur proses yang ringkas dari sejak


pencatatan transaksi sampai pembuatan Laporan
Keuangan berupa Neraca, Perhitungan laba-rugi,
data statistik dan Indikator kunci kinerja, secara
bulanan sesuai kebutuhan menejemen BUM Desa
dan Monitoring pembinaan.

4) Menetapkan jenis instrumen sesedikit mungkin,


menggunakan bahasa sederhana dan istilah-

96 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


istilah yang lazim dalam kehidupan sehari-hari
dengan pendekatan “mengalir sendiri” . Dengan
demikian, orang tanpa latar belakang pendidikan
dan pengalaman akuntansipun dapat mengerti dan
mengerjakan dengan mudah.

5) Menetapkan prinsip kerja dalam proses akuntansi


yaitu mencatat transaksi secara benar dalam
masing-masing nama dan golongan rekening serta
kolomnya, menjumlah, memindahkan dan kemudian
mengiktisarkan, menggunakan instrumen prosesing
yang ringkas sampai diperoleh angka-angka neraca,
rugi-laba dan data statistik.

6) Untuk keperluan monitoring kualitas kinerja dan


perkembangan BUM Desa serta menetapkan
jenis kebutuhan bantuan teknis yang diperlukan,
dimasukkan ukuran kesehatan dalam data
monitoring. Laporan monitoring perkembangan
BUM Desa secara bulanan dipergunakan oleh BUM
Desa sendiri dan secara agregatif oleh Menejemen
pelayanan pembinaan di semua tingkatan. Dengan
demikian tingkat kesehatan seluruh BUM Desa
dapat diklasifikasikan dan bantuan teknis yang
sesuai dapat diberikan.

7) Data monitoring kinerja dan perkembangan serta


klasifikasi tingkat kesehatan BUM Desa yang

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 97


lengkap, benar dan tepat waktu dapat menjadi
dasar penilaian hasil kerja pengembangan lembaga
keuangan pedesaan dan kegiatan bantuan teknik
yang diperlukan. Keadaan ini hanya dapat dicapai
kalau BUM Desa memiliki sistim akuntansi yang
standar.

3. Jenis instrumen dalam proses akuntansi BUM Desa


Jenis dan jumlah instrumen (formulir) dalam sistim
akuntansi BUM Desa dirancang sesedikit mungkin
namun tetap memenuhi standar yang berlaku umum. Dari
sejak pencatatan transaksi sampai penyusunan laporan
keuangan, dapat dilakukan hanya dalam beberapa
langkah. Disadari sepenuhnya bahwa menjurnal (atau
meriwayatkan) setiap transaksi merupakan kesulitan
yang sangat umum dan ditemukan dimana-mana.
Apalagi bagi mereka yang tidak memiliki latar belakang
pengetahuan akuntansi. Metode “menjurnal sendiri”
yang dirancang dalam sistim akuntansi BUM Desa ini
diharapkan dapat mengatasi kesulitan itu. Idealnya,
setiap transaksi memiliki alat bukti transaksi yang primer
(asli), dan disimpan sebagai alat bukti legal dalam
pemeriksanaan. Alat bukti transaksi untuk menghindari
kesalahan dapat dibedakan warna kertasnya, misalnya
slip penerimaan uang: hijau muda, Slip pengeluaran
uang: merah jambu, slip transaksi non-kas putih.

98 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


3.1 Buku Jurnal Rangkuman Uang Masuk (JRUM)
Harian
Instrumen ini digunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan Uang Kas setiap hari beserta rincian
rekening-rekening sumbernya. Pada akhir hari (sebelum
jam tutup kantor) JRUM ditutup dengan menjumlah setiap
kolom rekening. Jumlah-jumlah itu secara otomatis sudah
terklasifikasi menurut posisi debet kreditnya (metode
menjurnal sendiri atau “mengalir tanpa terasa”). Dengan
instrumen ini data jumlah penerimaan uang Kas setiap
hari beserta sumber-sumbernya dapat diketahui.

3.2 Buku Jurnal Rangkuman Uang Masuk (JRUM)


Bulanan
Instrumen ini, digunakan untuk memindahkan jumlah akhir
dari JRUM Harian pada setiap tanggal transaksi sesuai
dengan jenis rekening dan posisi debet-kreditnya. Pada
akhir bulan JRUM Bulanan ditutup dengan menjumlah
setiap kolom rekening. Jumlah-jumlah itu secara otomatis
sudah terklasifikasi menurut posisi debet-kreditnya.
Dengan instrumen ini, jumlah penerimaan uang Kas
beserta sumber-sumbernya setiap bulan dapat diketahui.

3.3 Buku Jurnal Rangkuman Uang Keluar (JRUK)


Harian
Instrumen ini digunakan untuk mencatat transaksi

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 99


pengeluaran Uang Kas setiap hari beserta rincian
rekening-rekening tujuannya. Pada akhir hari (sebelum
jam tutup kantor) JRUK ditutup dengan menjumlah setiap
kolom rekening. Jumlah-jumlah itu secara otomatis sudah
terklasifikasi menurut posisi debet kreditnya (metode
menjurnal sendiri atau “mengalir tanpa terasa”). Dengan
instrumen ini jumlah pengeluaran uang Kas beserta
tujuan penggunaannya setiap hari dapat diketahui.

3.4 Buku Jurnal Rangkuman Uang Keluar (JRUK)


Bulanan
Instrumen ini, digunakan untuk memindahkan jumlah
akhir dari JRUK Harian pada setiap tanggal transaksi
sesuai dengan jenis rekening dan posisi debet-kreditnya.
Pada akhir bulan JRUK Bulanan ditutup dengan
menjumlah setiap kolom rekening. Jumlah-jumlah itu
secara otomatis sudah terklasifikasi menurut posisi debet-
kreditnya. Dengan instrumen ini, jumlah pengeluaran
uang Kas beserta tujuan penggunaannya setiap bulan
dapat diketahui.

3.5 Slip dan Buku Daftar Jurnal Transansaksi Non-


Kas
Transaksi Non-Kas dibuatkan Slip jurnal tersendiri
sebagai dokumen bukti transaksi dan dicatat pada
Buku daftar jurnal transaksi non-kas. Transaksi Non-kas

100 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


dimasukkan langsung satu-persatu kedalam Lembar
Kerja Neraca pada akhir bulan sesuai jenis rekening dan
posisi debet-kreditnya. Pedoman pencatatan transaksi
Non-Kas digunakan sebagai acuan.

3.6 Lembar Kerja Neraca (LKN)


Instrumen Lembar Kerja Neraca dipergunakan untuk
mengikhtisarkan semua transaksi dari setiap rekening
selama satu bulan. Instrumen ini diisi pada setiap akhir
bulan. LKN merupakan formulir yang terdiri atas baris
dan kolom (spread sheet). Baris LKN berisi nomor, nama
dan klasifikasi rekening yang standar, yaitu, Kekayaan,
Utang, Modal, Pendapatan dan Biaya. Kolom LKN terbagi
dalam tiga bagian yaitu :

a. Saldo awal,
Angka-angka yang diisikan pada kolom Saldo awal
diambil dari saldo akhir bulan yang lalu dari setiap
rekening sesuai posisi debet-kreditnya. Saldo dari
rekening-rekening golongan Kekayaan dan Biaya
selalu berada di bagian Debet dan saldo dari
rekening-rekening Utang, Modal dan Pendapatan
selalu berada di bagian Kredit.

b. Transaksi bulan ini,


Angka-angka untuk mengisi kolom Transaksi bulan

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 101


ini diambil dari jumlah akhir setiap kolom rekening
pada JRUM Bulanan dan JRUK Bulanan serta
masing-masing Slip Jurnal transaksi Non-Kas,
Angka-angka dari setiap rekening dipindahkan
sesuai posisi debet-kreditnya.

c. Saldo akhir
Angka-angka untuk mengisi kolom Saldo akhir dari
setiap rekening dihitung dari Saldo awal ditambah
dan atau dikurangi dengan angka-angka Transaksi
bulan ini. Perhitungan dilakukan dengan cara
sebagai berikut.

Saldo akhir untuk semua jenis rekening Kekayaan


dan Biaya :

 Debet Saldo awal ditambah Debet Transaksi bulan


ini, dikurangi Kredit Transaksi bulan ini, sama dengan
Debet Saldo akhir.

Saldo akhir untuk semua jenis rekening Utang, Modal


dan Pendapatan :

 Kredit Saldo awal ditambah Kredit Transaksi bulan


ini dikurangi Debet Transaksi bulan ini sama dengan
Kredit Saldo akhir.

102 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


3.7 Laporan Keuangan, Statistik dan Kinerja Bulanan
(LKSK-B)
LKSK-B adalah produk sistim akuntansi, berupa
Informasi Keuangan BUM Desa, yaitu posisi saldo
akhir dari semua jenis rekening; Kekayaan, Utang,
Modal, Pendapatan, Biaya dan Laba-Rugi, serta
data statistik. LKSB dibuat setiap akhir bulan, angka-
angkanya diambil dari kolom Saldo Akhir pada
Lembar Kerja Neraca.

Angka-angka saldo akhir dari setiap rekening,


adalah Saldo awal ditambah dan dikurangi
dengan semua transaksi selama bulan ini. Dengan
demikian, proses akunting, merupakan siklus yang
berkesinambungan.

Informasi LKSK-B, biasanya disajikan secara


berseri antar waktu, sekurang-kurangnya dua
periode neraca agar dapat diperbandingkan. Kolom
khusus ditambahkan untuk menghitung secara
kwantitatif perbedaan angka dari setiap rekening
antara neraca saat tertentu dengan sebelumnya.
Beberapa jenis rekening, dan golongan rekening
sesuai klasifikasinya memiliki makna penting untuk
diperbandingkan. Peningkatan tidak selalu lebih baik
dari turun. Rekening-rekening Kekayaan produktif
dan Pendapatan, kalau meningkat bagus. Rekening-

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 103


rekening Utang dan Biaya meningkat, buruk.

Data statistik, menyajikan angka-angka yang


berkaitan dengan hasil penting selama satu bulan
yang lalu, angka-angka kumulatif yang penting,
Kualitas kredit, jumlah dan komposisi kelompok
peminjam, sektor usaha yang dibiayai. Atas
prakarsa dan kebutuhan BUM Desa sendiri dan
para pembinanya, analisis dapat dibuat; baik yang
berkenaan dengan pertumbuhan maupun Kualitas
struktur keuangan BUM Desa. Kedua aspek itu
mencerminkan kinerja pengelolaan Tabungan dan
kredit para anggota/Anggota BUM Desa.

LKSB ini merupakan produk akhir dalam sistim


akuntansi BUM Desa yang khusus dibuat untuk
kepentingan pengendalian kinerja dan laporan
kepada menejemen Pembinaan BUM Desa di
daerah maupun pusat. Monitoring, merupakan LKSB
yang diperluas dengan indikator tingkat kesehatan
BUM Desa. Oleh karena instrumen ini didesain
untuk sistim monitoring dan pelaporan kepada
menejemen pengelola dan pembina BUM Desa,
maka rekap data dibuat secara berjenjang. Meskipun
demikian, masing-masing tingkat menejemen,
dapat memproduk data olahan yang sesuai dengan
kebutuhanya. Data monitoring perkembangan
keuangan, statistik dan klasifikasi tingkat kesehatan,

104 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


akan menjadi dasar penentuan program dan bantuan
teknik yang diperlukan.

3.8 Buku Bantu dalam dan Buku Besar Rekening


dalam sistim akuntansi BUM Desa
Jenis rekening yang memerlukan Buku Bantu dalam
bentuk Buku Besar (ledger), dipilih berdasarkan
kebutuhan BUM Desa dalam rangka memperoleh
informasi yang lebih rinci dan spesifik, baik untuk
keperluan pengendalian kinerja maupun pelaporan
kepada Instansi Pembina. Perlu dikemukakan juga
bahwa BUM Desa harus membantu kelompok-
kelompok anggota/Anggota dan para peminjam
untuk mendesain keperluan administrasinya. Buku
Bantu pada tingkat BUM Desa, sekurang-kurangnya
akan meliputi beberapa jenis berikut ini.

3.8.1 Buku Kas Harian


Instrumen ini digunakan untuk mencatat uang masuk
dan uang keluar serta posisi saldonya. Angka-angka
diambil dari kolom Kas pada JRUM harian untuk uang
masuk dan JRUK harian untuk uang keluar. Saldo
Kas merupakan jumlah jalan, yang tidak pernah
ditutup. Saldo Kas dalam Buku Kas Harian harus
sama dengan jumlah uang tunai yang disimpan oleh
Pengelola BUM Desa.

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 105


3.8.2 Buku Pemilikan Modal, Buku Tabungan dan
Kartu Pinjaman
Posisi saldo dan catatan perobahan tentang
pemilikan modal dan beragam jenis tabungan dan
pinjaman dari masing-masing warga desa sangat
diperlukan.

Angka-2 posisi jumlah modal, tabungan maupun sisa


pinjaman dan perobahannya dalam dokumen yang
disimpan di kantor BUM Desa dengan yang disimpan
oleh masing-masing anggota/Anggota warga desa
harus sama. Hal itu harus dilakukan secara manual
kartologis meskipun BUM Desa telah menggunakan
instrumen proccessing elektronis. Instrumen ini
sangat penting dalam rangka pemeriksaan (audit),
yaitu mencocokkan keduanya secara acak dan
tanpa pemberitahuan.

3.8.3 Kartu Monitoring dan Pengawasan Pinjaman


(KMPA)
Instrumen ini harus dibuat untuk setiap pinjaman guna
mencatat: identitas peminjam, pencairan, tingkat
bunga, jangka-waktu, jadwal jatuh tempo angsuran
dan realisasi pembayaran baik pokok maupun
bunganya. Dengan instrumen ini, tingkat kelancaran
pengembalian kredit dapat dinilai dan dikendalikan.
Klasifikasi kinerja pengembalian kredit yang lancar,

106 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


perlu perhatian, kurang lancar, diragukan dan macet
dapat dirangkum, yang hasilnya disajikan dalam
neraca. Hal ini sangat penting mengingat prinsip
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan BUM
Desa yang didasarkan atas prinsip “Menejemen
berbasis informasi yang berorientasi

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 107


7. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN
PERTANGGUNGJAWABAN

I. PEMBINAAN

A. Tujuan Pembinaan
Kegiatan pembinaan meliputi pengaturan, pengendalian
dan pengawasan, yang pelaksanaannya dilakukan
dengan memperhatikan seluruh aspek kehidupan
mayarakat desa dan diarahkan untuk:
1. Tercapainya penguatan kapasitas dan peranan BUM
Desa dalam rangka peningkatan perekonomian
desa;
2. Terwujudnya BUM Desa yang tangguh dan handal
sebagai motor penggerak perekonomian, sehingga
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan pendapatan asli desa;
3. Terselenggaranya BUM Desa yang mampu
mengoptimalkan pengolahan potensi desa sesuai
kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan, dengan
memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi;
4. Terwujudnya BUM Desa yang efektif dan efisien,
sehingga mampu menjadi tulang punggung
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi perdesaan.

108 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


B. Lingkup Pembinaan
Mengacu pada tujuan pembinaan tersebut di atas, maka
kegiatan pembinaan Pemerintah terhadap BUM Desa,
memuat 4 (empat) unsur utama yakni pengembangan
SDM, penguatan kelembagaan, peningkatan aksesitas
permodalan dan infrastruktur serta penguatan kebijakan.

C. Sasaran
1. Sasaran subjek pembinaan BUM Desa, adalah
sebagai berikut:
a. Warga desa
b. Pengelola dan pelaksana BUM Desa atau unit-
unit usaha ekonomi perdesaan lainnya.
c. Pengelola BUM Desa
d. Aparat Pemerintah Desa selaku Tim Pembina
BUM Desa
e. Tokoh dan pemuka masyarakat desa, seperti;
BPD, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa
(KPD), ketua adat, ustaz, pemuda pelopor,
aktivis perempuan dsb.
f. Lembaga/organisasi sosial masyarakat desa,
seperti yayasan, Karang Taruna, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) dsb.
g. Lembaga, kelompok dan atau perorangan di
kalangan professional.

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 109


2. Sasaran Lokasi:
Desa atau yang disebut dengan nama lain seperti
gampong atau nagari, sebagai satu kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan
asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

D. Arah Kebijakan dan Strategi Pembinaan

1. Arah Kebijakan
Berdasarkan tujuan, ruang lingkup dan sasaran,
maka arah kebijakan pembinaan BUM Desa
bertumpu pada upaya fasilitasi pengembangan
SDM, penguatan kelembagaan, peningkatan
aksesitas permodalan dan advokasi kebijakan yang
dirumuskan berdasarkan skala prioritas sebagai
berikut:

a. Prioritas I: Penumbuh-kembangan BUM Desa


melalui :
1) Identifikasi/pemetaan potensi
2) Sosialisasi
3) Pendirian lembaga
4) Pendampingan

110 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


5) Pelatihan penguatan lembaga
6) Pemberian Bantuan Stimulan
7) Bimbingan Teknis
8) Pengawasan

b. Prioritas II: Dukungan manajemen dan


pelaksanaan tugas penumbuh-kembangan
BUM Desa.

Memperhatikan hal tersebut maka kebijakan


pembinaan BUM Desa diarahkan untuk:
a. Perluasan jangkauan wilayah dan target sasaran
penumbuh-kembangan BUM Desa.
b. Peningkatan kualitas pengelolaan BUM Desa
c. Peningkatan dan pemantapan kerjasama
kemitraan dalam pengelolaan BUM Desa
d. Memperkuat kompetensi SDM

2. Strategi
Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan
tersebut, maka strategi yang diterapkan dalam
pembinaan BUM Desa adalah sebagai berikut:

a. Strategi Dasar
1) Mengintensifikasikan upaya-upaya
penumbuh-kembangan BUM Desa untuk

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 111


peningkatan kesejahteraan masyarakat
dan pendapatan desa.
2) Menjalin kerjasama kemitraan yang seluas-
luasnya dengan berbagai pihak untuk
bersama-sama mewujudkan peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan pendapatan
desa.
3) Menerapkan keterpaduan dan sinergi
pendekatan sektoral, kewilayahan serta
partisipatif dalam penumbuh-kembangan
BUM Desa.

b. Strategi Operasional
1) Mengoptimalkan seluruh potensi dan
sumber daya yang dimiliki masyarakat,
pemerintah, pemerintah daerah, swasta,
asosiasi, perguruan tinggi, lembaga/
organisasi sosial masyarakat dan kelompok
peduli lainnya secara sinergis dalam
penumbuh-kembangan BUM Desa.
2) Menguatkan peran pemerintah, pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota serta desa
sebagai Tim Pembina dan Tim Teknis BUM
Desa.
3) Menumbuh-kembangkan BUM Desa
sebagai lembaga yang tangguh, unggul,

112 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


efektif dan efisien sehingga dipercaya,
mengakar dan akuntabel.
4) Mengoptimalkan peran stakeholders dalam
penumbuh-kembangan BUM Desa.
5) Melestarikan, mengembangkan dan
mendayagunakan kearifan lokal dengan
mengutamakan prakarsa serta inisiatif lokal
dalam penumbuh-kembangan BUM Desa
6) Meningkatkan kompetensi SDM Tim
Pembina, Tim Teknis dan pengelola/
pelaksana dalam penumbuh-kembangan
BUM Desa.
7) Menerapkan konsep partisipatif sosial dan
ekonomi secara seimbang, konsisten dan
dinamis serta berkelanjutan.
8) Menyediakan data dan informasi dengan
memanfaatkan tekhnologi informasi dan
komunikasi mutakhir secara efektif dan
efisien.

II. PENGAWASAN

A. Arti Penting Pengawasan


Fungsi pengawasan memegang peranan penting
dalam pengelolaan BUM Desa, karena kelembagaan
ini diharapkan dapat berjalan secara berkelanjutan

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 113


dan semakin kompleks kegiatannya. Konsekuensinya,
dimungkinkan semakin hari banyak orang yang terlibat
melakukan beragam kesalahan. Disamping itu juga untuk
mengevaluasi atas hasil kegiatan yang telah dilakukan.
Tanpa adanya pengawasan yang baik, tentunya
pencapaian tujuan kurang memuaskan, baik bagi
lembaganya itu sendiri maupun bagi para anggotanya.

B. Maksud dan Tujuan Pengawasan

1. Maksud
Pengawasan terhadap BUM Desa dimaksudkan
sebagai upaya untuk mengetahui jalannya
program/kegiatan, memperbaiki kesalahan dan
mengembangkan/ menyempurnakan, mengetahui
penggunaan budget serta hasil program/kegiatan.

2. Tujuan

a. Tujuan Umum
1) Terselenggaranya tertib administrasi dan
tumbuhnya disiplin kerja yang sehat.
2)
Terwujudnya kelugasan dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan kegiatan,
tumbuhnya budaya malu dalam diri masing-
masing petugas, rasa bersalah dan rasa
berdosa yang lebih mendalam untuk tidak

114 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


berbuat hal-hal yang tercela, baik terhadap
diri, lembaga, masyarakat maupun agama.

b. Tujuan Khusus
1) Terjaminnya ketepatan pelaksanaan sesuai
dengan rencana, kebijakan dan prosedur.
2) Terwujudnya tertib koordinasi kegiatan.
3) Terhindarkannya dari pemborosan dan
penyelewengan.
4) Tercapainya kepuasan masyarakat atas
produk barang/jasa yang dihasilkan.
5) Terwujudnya kepercayaan masyarakat
terhadap kepemimpinan lembaga.

c. Tujuan Akhir
Tujuan akhir pengawasan BUM Desa adalah
terwujudnya seluruh aspek penyelenggaraan
secara efektif dan efisien, sehingga pencapaian
tujuan lembaga dapat lebih terjamin dan optimal.

C. Sasaran

1. Sasaran Target Pencapaian


Sesuai dengan tujuan sebagaimana tersebut di atas,
maka pengawasan BUM Desa, diarahkan pada
pencapaian target sasaran sebagai berikut:

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 115


a. Ketepatan pelaksanaan program/kegiatan
sesuai dengan rencana, kebijakan dan prosedur.
b. Tertib koordinasi program/kegiatan
c. Efektif dan efisien serta terhindar dari
pemborosan maupun penyelewengan.
d. Tercapai kepuasan masyarakat atas produk
barang/jasa yang dihasilkan.
e. Masyarakat percaya terhadap kepemimpinan
lembaga. 

2. Sasaran Lokasi
Pengawasan diarahkan pada BUM Desa yang
tersebar di wilayahdesa.

3. Sasaran Subjek
a. Penasehat dan Komisaris BUM Desa
b. Direksi BUM Desa
c. Anggota Pengurus, pengelola dan SDM lain
d. Anggota/warga desa

D. Ruang Lingkup Pengawasan

Sesuai bidangnya, maka pengawasan terhadap BUM


Desa dibagi ke dalam 5 kategori, masing-masing adalah:

116 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa


1. Transaksi Keuangan
Analisis keuangan terdiri dari:
a. Analisis Laporan Keuangan (Financial Statement
Analysis).
Analisa laporan keuangan merupakan proses
yang penuh pertimbangan dalam rangka
membantu mengevalusi posisi keuangan dan
hasil operasi lembaga pada masa sekarang dan
masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan
estimasi dan prediksi yang paling mungkin
mengenai kondisi dan kinerja pada masa
mendatang.
b. Manajemen Kas (Cash Management)
c. Pengawasan anggaran pendapatan (Budgeting
Control)
d. Pengelolaan Biaya (Cost Control).

2. Hubungan Pimpinan/atasan dan Bawahan


Hubungan antara atasan dan bawahan juga harus
baik dan terjaga. Sebisa mungkin ada hubungan 2
arah antara atasan dan bawahan, bukan hubungan
searah dimana atasan terus-terusan memberi
perintah kepada bawahan tanpa mau mendengar
usulan dan masukan bawahannya. Bila ada
hubungan harmonis seperti keluarga dalam suatu

Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa 117


lembaga maka akan tercipta team kerja yang solid
dan kuat dalam menjalankan program/kegiatannya.

3. Operasi-operasi Produktif
a. Pengawasan Produksi (Production Control)
b. Pengawasan Nilai/kualitas Hasil Kerja (Quality
Control)
4. Pengawasan Barang Inventaris (Inventory
Control)
5. Pengawasan Pemeliharaan (Maintenance
Control)

***

118 Buku Pegangan Pengelolaan BUM Desa

Anda mungkin juga menyukai