Jurnal Agroforestry 1.1.2013-5.eva Fauziyah, DKK
Jurnal Agroforestry 1.1.2013-5.eva Fauziyah, DKK
)
SEBAGAI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK)
di KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT
( Strategy of Iles-Iles Development (Amorphophallus spp.) as Non Wood
Forest Product (NTFPs) in Kuningan Regency, West Java)
1 2 3 4
Eva Fauziyah , Dian Diniyati , Suyarno dan Eyet Mulyati
1,2,3
Balai Penelitian Teknologi Agroforestry
Jl.Raya Ciamis-Banjar km 4 Ciamis 46201 Telp. (0265)771352 Fax. (0265) 775866
Email: fauziyah_eva@yahoo.com
ABSTRACT
Iles-iles (Amorphophallus spp.) is a non-wood forest products (NTFPs) in the form of tuber producing
starch that has many uses. In East Java Province iles-iles has even become one of the leading types of NTFPs
province. In Kuningan Regency iles-iles grow at privately owned forests and state forest , but so far has not been
well developed. Therefore, this study was done in order to get information about internal and external factors
that affecting iles-iles development and to get development strategy of iles-iles. The research was conducted at
Kuningan Regency, West Java in August to December 2009. Data were collected through interviews using
questionnaires. The data obtained were then processed and analyzed using SWOT analysis. The results showed
that the main internal factors (strengths and weaknesses) are (1) able to grow under the shade (.661) and (2)
early growth periods (0.700). While main external factors (opportunities and threats) are (1) export demand is
still very high (0.792) and (2) the number of ports is limited (0.803). The best strategy to develop iles-iles in
Kuningan District is SO Strategy which is optimized the strength and opportunities factors through: (1)
establishment of partnership between farmers and traders and (2) extension activities.
ABSTRAK
Iles-iles (Amorphophallus spp.) termasuk dalam jenis HHBK berupa umbi-umbian penghasil pati yang
memiliki banyak kegunaan. Iles-iles di Provinsi Jawa Timur bahkan sudah menjadi salah satu jenis HHBK
unggulan provinsi. Iles-iles di Kabupaten Kuningan banyak ditemukan di lahan hutan rakyat maupun hutan
negara, namun sejauh ini belum dikembangkan dengan baik. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk memperoleh informasi mengenai faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan
iles-iles dan memperoleh strategi pengembangan iles-iles. Penelitian ini dilakukan Kabupaten Kuningan, Jawa
Barat pada bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2009. Responden diambil secara sengaja yakni para
pakar yang memahami tentang perkembangan iles-iles di Kabupaten Kuningan. Data dikumpulkan melalui
wawancara dengan menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam. Data yang diperoleh kemudian diolah
dan dianalisis dengan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang termasuk faktor internal
utama (kekuatan dan kelemahan) adalah dapat tumbuh di bawah naungan (0,661) dan pertumbuhan awal lama
(0,700). Yang termasuk faktor eksternal utama (peluang dan ancaman) adalah kebutuhan ekspor masih sangat
tinggi (0,792) dan jumlah bandar masih terbatas (0,803). Strategi yang terbaik untuk mengembangkan iles-iles
di Kabupaten Kuningan adalah dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada (strategi SO), melalui
kemitraan dan kegiatan penyuluhan.
Kata kunci: Iles-iles (Amorphophallus spp.), SWOT, faktor internal, faktor eksternal
55
Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 1 No. 1, Agustus 2013 (hal. 55-70)
56
Strategi Pengembangan Iles-Iles Sebagai ..... (Eva Fauziyah, Dian Diniyati, Suyarno & Eyet Mulyati)
57
Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 1 No. 1, Agustus 2013 (hal. 55-70)
c. Menghitung rating baik pada matrik IFE (diwakili garis vertikal). Pada diagram
maupun EFE untuk masing-masing tersebut kekuatan dan peluang diberi tanda
faktor dengan memberikan skala mulai positif, sedangkan kelemahan dan ancaman
dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 diberi tanda negatif. Dengan menempatkan
(poor) guna mengidentifikasikan selisih nilai kekuatan (S) kelemahan (W)
kelemahan utama, kekuatan utama, pada sumbu (x), dan menempatkan selisih
peluang dan ancaman beserta nilai nilai antara peluang (O) ancaman (T) pada
pengaruhnya. sumbu (y), maka ordinat (x, y) akan
d. Mengalikan bobot dengan rating, untuk menempati salah satu sel dari diagram
memperoleh faktor pembobotan yang SWOT. Letak nilai S W dan O T dalam
menunjukkan nilai pengaruh faktor diagram SWOT akan menentukan arahan
(skor). strategi pengembangan iles-iles.
e. Menjumlahkan bobot skor untuk mem- Setiap sel pada diagram SWOT
peroleh total skor pembobotan. memperlihatkan ciri yang berbeda, sehingga
diperlukan strategi yang berbeda dalam
2. Diagram SWOT penanganannya. Dengan diagram SWOT
yang dibuat berdasarkan nilai pengaruh
Diagram SWOT merupakan perpaduan
unsur SWOT akan dapat dirumuskan bentuk
antara perbandingan kekuatan dan
strategi yang tepat (Pearce dan Robinson,
kelemahan (diwakili garis horisontal)
1997 dalam Rangkuti, 2000 ).
dengan perbandingan peluang dan ancaman
Peluang (O)
Sel 3 Sel 1
Kelemahan (W) Kekuatan (S)
Sel 4 Sel 2
Ancaman (T)
58
Strategi Pengembangan Iles-Iles Sebagai ..... (Eva Fauziyah, Dian Diniyati, Suyarno & Eyet Mulyati)
59
Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 1 No. 1, Agustus 2013 (hal. 55-70)
60
Strategi Pengembangan Iles-Iles Sebagai ..... (Eva Fauziyah, Dian Diniyati, Suyarno & Eyet Mulyati)
memperoleh hasi lagi dari lahan tersebut. iles-iles juga relatif mudah. Metode yang
Sementara iles-iles pertumbuhannya justru digunakan untuk membudidayakan iles-iles
memerlukan naungan, sehingga petani dapat dapat melalui stek daun, biji, bulbil maupun
menanam iles-iles di lahannya tersebut. umbi. Bulbil adalah umbi kecil berbentuk
Menurut Jansen et al. (1996) dalam bulat seperti bawang yang terletak pada
Fauziyah (2010) iles-iles tumbuh di daerah percabangan tangkai daun iles-iles
yang ternaungi seperti pada daerah hutan (Koswara, tanpa tahun) dan berwarna
dan semak belukar. Naungan yang ideal coklat. Kebanyakan petani di lokasi
untuk tanaman iles-iles adalah jenis jati, penelitian menggunakan bulbil untuk
mahoni, sonokeling, dan lain-lain Yang memperbanyak iles-iles. Umbi atau bulbil
paling pokok adanya naungan serta terhindar yang berukuran besar dapat langsung
dari kebakaran. Tingkat kerapatan naungan ditanam di lapangan, sedangkan stek daun,
minimal 40% sehingga semakin rapat biji dan bulbil kecil perlu disemai terlebih
semakin baik. dahulu (Fauziyah, 2004).
Pemeliharaan tanaman iles-iles juga
2) Kondisi alam yang sesuai tidak perlu intensif, bahkan menurut petani
Pada umumnya iles-iles dapat tumbuh setempat, iles-iles dapat menghasilkan umbi
pada semua jenis tanah, namun demikian meskipun tanpa pemupukan. Tetapi jika
agar usaha budidaya tanaman iles-iles dapat dipupuk dan dipelihara intensif tentu akan
berhasil dengan baik perlu diketahui menghasilkan umbi yang lebih besar.
persyaratan tumbuh tanaman iles-iles, Sumarwoto (2004) dalam Fauziyah (2004)
terutama yang menyangkut iklim dan menyebutkan pemberian kapur dan pupuk
keadaan tanahnya. Kabupaten Kuningan kandang pada tanah yang masam (PH 4,2)
secara umum memiliki persyaratan yang dan mengandung Al tinggi (19,99 me/100
sesuai untuk pertumbuhan iles-iles. gram) dapat menghasilkan umbi yang lebih
Rosman dan Rusli (1991) dalam besar.
Fauziyah (2010) menyatakan bahwa
tanaman iles-iles tumbuh pada ketinggian 4) Ketersediaan bibit
100-1000 m dpl dengan tanah tekstur liat Pengembangan iles-iles di Kabupaten
berpasir, struktur tanah gembur dan kaya Kuningan sangat memungkinkan karena
akan unsur hara. Tanaman iles-iles dapat meskipun belum banyak petani yang
tumbuh pada kondisi curah hujan yang luas membudidayakan iles-iles tetapi sudah
karena bisa tumbuh pada curah hujan 2000- banyak iles-iles yang tumbuh liar di kebun-
5000 mm/tahun (Rosman dan Rusli, 1991) kebun milik masyarakat ataupun di lahan
tetapi juga tahan terhadap kekeringan hutan produksi. Bulbil yang akan
(Trubus, 1982). Jansen et al. (1996) digunakan sebagai bibit dapat dikumpulkan
menambahkan bahwa iles-iles tumbuh di dari tanaman iles-iles yang sudah ada. Jika
daerah yang ternaungi seperti pada daerah iles-iles akan dikembangkan dalam skala
hutan dan semak belukar. Suhu optimum besar, bibit dapat diperoleh dari beberapa
o
untuk A. variabilis B.I adalah 25-35 C. Iles- lokasi yang sudah lebih dulu mengem-
iles dapat tumbuh optimum pada tanah yang bangkan iles-iles seperti di Madiun Jawa
drainasenya baik dan memiliki kandungan Timur dan Batang Jawa Tengah.
humus yang cukup tinggi dengan PH tanah
antara 6-7,5 (Fauziyah, 2010). 5) Memiliki kandungan gizi terutama
karbohidrat
3) Mudah dibudidayakan dan tidak perlu Umbi tanaman iles-iles dapat diman-
pemeliharaan intensif faatkan sebagai bahan makanan pengganti
Selain dapat tumbuh pada hampir beras pada saat terjadi kekurangan bahan
semua jenis tanah, cara membudidayakan makanan pokok asalkan diolah dengan
61
Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 1 No. 1, Agustus 2013 (hal. 55-70)
benar. Pengolahan iles-iles untuk konsumsi pati, sedangkan pada A. oncophyllus adalah
biasanya dengan menghilangkan kristal mannan (Rosman dan Rusli, 1991 dalam
oxalic yang terdapat pada umbi dengan Fauziyah, 2010). Mannan adalah senyawa
menghaluskan atau merajang umbi yang primer berbentuk polisakarida yang tersusun
masih segar dengan air dan menambahkan dari mannosa dan glukosa. Senyawa ini
abu dan garam, dikeringkan, lalu direbus, mempunyai karakteristik dapat mengkristal
tetapi hasil perlakuan ini tidak optimal dan membentuk serat halus, sehingga untuk
(Santosa et al., 2003 dan Jansen et al., 1996 dapat dimanfaatkan perlu diolah dengan
dalam Fauziyah, 2010). Oleh karena itu teknologi khusus. Amorphophallus
iles-iles jarang dikonsumsi secara langsung variabilis akan cocok sekali digunakan
tetapi lebih banyak dijadikan gaplek/keripik sebagai bahan makanan pengganti makanan
lalu kemudian dijual. pokok di Indonesia. Komponen utama jenis-
Komponen dari jenis-jenis Amorpho- jenis Amorphophallus yang popular di
phallus berbeda, pada A. campanulatus dan Indonesia disajikan pada Tabel 4.
A. variabilis komponen utamanya adalah
Sumber (Source) : Hulssen dan Koolhaas dalam Rosman dan Rusli (1991) dalam Fauziyah (2010)
6) Dapat diolah menjadi beraneka produk Fauziyah, 2010). Pada tingkat petani
Iles-iles memang dapat dijadikan pemanfaatan ini belum menjadi kekuatan
berbagai produk olahan. Di Jawa Tengah, karena petani tidak tahu dan menilai sangat
Madura, dan India digunakan sebagai bahan sulit untuk mengolahnya, karena mem-
makanan dan kolak. Di Filipina selain butuhkan teknologi yang tinggi.
digunakan sebagai bahan baku pembuat roti
dan alkohol, iles-iles juga digunakan sebagai B. Kelemahan
pakan ternak babi dan ayam potong. 1) Pertumbuhan awal lama
Sementara di Jepang selain digunakan
Iles-iles memang mudah tumbuh dan
sebagai bahan baku industri juga sebagai
tidak memerlukan pemeliharaan khusus,
bahan makanan tradisional ”konyaku” dan
namun pertumbuhannya yang cukup lama
”shirataki” (Soemono, 1984; Kriswidarti,
merupakan salah satu kelemahan yang perlu
1980; Soemono dalam Aulinurman, 1998).
mendapat perhatian. Waktu yang diperlu-
Selain untuk bahan pangan, iles-iles dapat
kan untuk perumbuhan iles-iles dari mulai
digunakan untuk bahan baku kertas, industri
tanam hingga panen adalah 1- 3 tahun.
obat-obatan, tekstil, bahan pembuat
Tanda bahwa iles-iles sudah mulai dapat
selluloid, bahan peledak, kosmetik,
dipanen adalah dengan terkulainya tangkai
pembersih, dan film (Trubus, 1982 dalam
daun (batang semu) dan helaian daun
Ermiati dan Laksamanahardja, 1996 dalam
62
Strategi Pengembangan Iles-Iles Sebagai ..... (Eva Fauziyah, Dian Diniyati, Suyarno & Eyet Mulyati)
63
Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 1 No. 1, Agustus 2013 (hal. 55-70)
besar karena mendekati 1. Sementara faktor merupakan faktor ancaman terbesar dengan
peluang yang paling kecil nilai pengaruhnya skor 0,703. Sementara faktor kurangnya
adalah perhatian dari pemerintah, dengan sosialisasi, penyuluhan, dan pendampingan
skor nilai pengaruh 0,646. merupakan unsur ancaman yang paling kecil
Jumlah bandar yang masih terbatas dengan nilai skor 0,607.
64
Strategi Pengembangan Iles-Iles Sebagai ..... (Eva Fauziyah, Dian Diniyati, Suyarno & Eyet Mulyati)
Salem Jawa Tengah, kebutuhan akan iles- iles dari lahan hutan (tanpa menanam
iles semakin sulit untuk dipenuhi. Kondisi sendiri).
ini merupakan peluang yang sangat baik Pada tahun 2009 Dinas Kehutanan
bagi pengembangan iles-iles. Pemenuhan Kuningan mulai mengembangkan iles-iles
kebutuhan akan iles-iles tentu tidak akan dengan pembuatan demplot di Desa Cileuya
selalu dapat dipenuhi jika hanya meng- Kecamatan Cimahi seluas 2 ha, di lahan
andalkan perburuan dari lahan hutan rakyat PHBM Perhutani. Pada demplot tersebut,
maupun hutan negara. Oleh karena itu iles- iles-iles ditanam di bawah tegakan jati yang
iles perlu dibudidayakan oleh petani, agar masih kecil (milik perhutani), namun karena
hasilnya kontinyu. naungannya kurang (jati masih kecil), jenis
tanah kurang sesuai, kurangnya pemeli-
3) Ketersediaan lahan (hutan rakyat dan haraan, sehingga demplot seluas 2 ha itu juga
hutan negara) untuk mengembangkan tidak berhasil. Padahal sebenarnya kalau
iles-iles iles-iles ditanam di lahan yang sesuai dan di
Peluang pengembangan iles-iles di bawah tegakan yang intensitas mataharinya
lokasi penelitian juga sangat memung- rendah (naungannya tinggi), iles-iles akan
kinkan. Meskipun lahan milik terbatasnya tumbuh baik meskipun tidak dipelihara.
luasnya namun iles-iles dapat tumbuh di Petani juga tidak memelihara demplot
bawah tanaman kayu sehingga iles-iles tetap tersebut dengan baik, karena pengetahuan
dapat dibudidayakan di lahan yang sudah petani mengenai iles-iles masih rendah.
ada tanaman kayunya. Selain itu sebagian
besar petani memiliki lahan garapan yang b. Ancaman
cukup luas di lahan hutan negara (Perum
Perhutani). Lahan ini dapat dimanfaatkan 1) Jumlah bandar masih terbatas
dengan menanam iles-iles meskipun Jumlah bandar yang sangat terbatas (di
tanaman pokoknya sudah besar. kedua desa hanya ada dua bandar),
menyebabkan harga yang diterima petani
4) Mulai ada perhatian dari pemerintah rendah, karena harga ditentukan sepihak
Pengembangan iles-iles di Kabupaten oleh bandar. Harga yang rendah ini pada
Kuningan sudah mulai mendapatkan akhirnya akan dapat mengancam perkem-
perhatian dari pemerintah. Bentuk perhatian bangan iles-iles di Kabupaten Kuningan.
dari pemerintah ini terlihat dari adanya
program pengembangan iles-iles di 2) Informasi harga masih sulit (cenderung
Kabupaten Kuningan pada tahun 2003, tertutup)
2005, dan 2009. Selain jumlah bandar yang masih
Iles-iles mulai mendapat perhatian di terbatas, petani juga kesulitan untuk
Kabupaten Kuningan sejak 6 tahun yang lalu mengakses informasi harga. Meskipun
(2003). Pada saat itu, LSM Kanopi sudah ada bandar dari luar (Salem)
memfasilitasi beberapa petani/penyuluh penentuan harga masih secara sepihak dari
untuk melakukan studi banding ke Saradan, pihak pembeli. Namun demikian karena
Madiun, Jawa Timur dalam upaya pengem- iles-iles di tingkat petani juga mulai
bangan iles-iles. Sebagai tindak lanjutnya berkurang jumlahnya, bandar sudah mulai
kemudian tahun 2005 dibuat demplot di menaikan harga iles-iles yang mencapai
Desa Cileuya, Kecamatan Cimahi Kabupa- Rp 1.500 per kg (tahun 2011).
ten Kuningan seluas 2 ha. Program ini tidak
berlanjut karena tidak adanya dukungan dari 3) Harga rendah
stakeholder lain. Namun demikian, Harga yang rendah merupakan ancaman
beberapa petani mulai mengenal dan yang cukup berpengaruh dalam perkem-
sebagian tertarik untuk memanfaatkan iles- bangan iles-iles. Menurut petani dengan
65
Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 1 No. 1, Agustus 2013 (hal. 55-70)
Peluang (O)
0,2
0,1
Kelemahan (W) Kekuatan (S)
- 0,2
- 0,4
Ancaman (T)
66
Strategi Pengembangan Iles-Iles Sebagai ..... (Eva Fauziyah, Dian Diniyati, Suyarno & Eyet Mulyati)
Ancaman (T)
(Treats)
T1. Jumlah bandar masih
terbatas
T2. Informasi pasar masih
sulit (cenderung tertutup)
Sumber (Source) : Diolah dari data primer (Adapted from the primary data), 2009
Hasil analisis menggunakan matrik sehingga kebutuhan untuk ekspor juga dapat
SWOT diperoleh empat strategi yang dapat dipenuhi. Kemitraan antara petani ini tidak
dilakukan. Strategi tersebut adalah hanya dalam hal budidaya tetapi juga sampai
membangun kemitraan antara petani dan pengolahan dan pemasaran. Hasil
pengusaha/bandar iles-iles, penyuluhan, penelitian Pandelaki (2012) juga
pembentukan koperasi, dan bantuan modal. menunjukkan bahwa kerjasama kemitraan
terutama kaitannya dengan pasar sangat
1. Membangun kemitraan antara petani dan penting dan menjadi prioritas strategi dalam
pengusaha/bandar iles-iles pengembangan budidaya rumput laut.
Kemitraan diharapkan dapat memberikan
Kemitraan penting dilakukan untuk
keuntungan bagi petani dan juga pelaku
mengamankan bahan baku iles-iles,
pemasaran lainnya.
67
Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 1 No. 1, Agustus 2013 (hal. 55-70)
68
Strategi Pengembangan Iles-Iles Sebagai ..... (Eva Fauziyah, Dian Diniyati, Suyarno & Eyet Mulyati)
69
Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 1 No. 1, Agustus 2013 (hal. 55-70)
70