Anda di halaman 1dari 16

STRATEGI PENGEMBANGAN ILES-ILES (Amorphophallus spp.

)
SEBAGAI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK)
di KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT
( Strategy of Iles-Iles Development (Amorphophallus spp.) as Non Wood
Forest Product (NTFPs) in Kuningan Regency, West Java)

1 2 3 4
Eva Fauziyah , Dian Diniyati , Suyarno dan Eyet Mulyati
1,2,3
Balai Penelitian Teknologi Agroforestry
Jl.Raya Ciamis-Banjar km 4 Ciamis 46201 Telp. (0265)771352 Fax. (0265) 775866
Email: fauziyah_eva@yahoo.com

Naskah diterima 26 Maret 2013, Naskah disetujui 19 Agustus 2013

ABSTRACT
Iles-iles (Amorphophallus spp.) is a non-wood forest products (NTFPs) in the form of tuber producing
starch that has many uses. In East Java Province iles-iles has even become one of the leading types of NTFPs
province. In Kuningan Regency iles-iles grow at privately owned forests and state forest , but so far has not been
well developed. Therefore, this study was done in order to get information about internal and external factors
that affecting iles-iles development and to get development strategy of iles-iles. The research was conducted at
Kuningan Regency, West Java in August to December 2009. Data were collected through interviews using
questionnaires. The data obtained were then processed and analyzed using SWOT analysis. The results showed
that the main internal factors (strengths and weaknesses) are (1) able to grow under the shade (.661) and (2)
early growth periods (0.700). While main external factors (opportunities and threats) are (1) export demand is
still very high (0.792) and (2) the number of ports is limited (0.803). The best strategy to develop iles-iles in
Kuningan District is SO Strategy which is optimized the strength and opportunities factors through: (1)
establishment of partnership between farmers and traders and (2) extension activities.

Keywords: Iles-iles (Amorphophallus spp.), SWOT, internal factors, external factors

ABSTRAK
Iles-iles (Amorphophallus spp.) termasuk dalam jenis HHBK berupa umbi-umbian penghasil pati yang
memiliki banyak kegunaan. Iles-iles di Provinsi Jawa Timur bahkan sudah menjadi salah satu jenis HHBK
unggulan provinsi. Iles-iles di Kabupaten Kuningan banyak ditemukan di lahan hutan rakyat maupun hutan
negara, namun sejauh ini belum dikembangkan dengan baik. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk memperoleh informasi mengenai faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan
iles-iles dan memperoleh strategi pengembangan iles-iles. Penelitian ini dilakukan Kabupaten Kuningan, Jawa
Barat pada bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2009. Responden diambil secara sengaja yakni para
pakar yang memahami tentang perkembangan iles-iles di Kabupaten Kuningan. Data dikumpulkan melalui
wawancara dengan menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam. Data yang diperoleh kemudian diolah
dan dianalisis dengan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang termasuk faktor internal
utama (kekuatan dan kelemahan) adalah dapat tumbuh di bawah naungan (0,661) dan pertumbuhan awal lama
(0,700). Yang termasuk faktor eksternal utama (peluang dan ancaman) adalah kebutuhan ekspor masih sangat
tinggi (0,792) dan jumlah bandar masih terbatas (0,803). Strategi yang terbaik untuk mengembangkan iles-iles
di Kabupaten Kuningan adalah dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada (strategi SO), melalui
kemitraan dan kegiatan penyuluhan.

Kata kunci: Iles-iles (Amorphophallus spp.), SWOT, faktor internal, faktor eksternal

55
Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 1 No. 1, Agustus 2013 (hal. 55-70)

I. PENDAHULUAN kedawung, joho dan temulawak). Harga jual


iles-iles yang lebih dikenal dengan sebutan
A. Latar Belakang porang di Jawa Timur, pada saat itu adalah
Rp 800 per kg dalam bentuk irisan kering
Berkaitan dengan semakin mening-
dari tiap ha petani mendapat Rp 6,4 juta
katnya kebutuhan akan pangan, saat ini
setiap bulan. Harga ini terus mengalami
berbagai komoditi yang mempunyai
kenaikan, pada tingkat petani, di Jawa Timur
prospek sebagai bahan pangan alternatif
harga umbi iles-iles sudah mencapai
mulai dikembangkan. Hal ini bertujuan agar
Rp 2000 per kg, sedangkan harga umbi yang
masyarakat tidak hanya menggantungkan
sudah dirajang dan dikeringkan dengan
kebutuhan pokok terhadap padi (serealia),
ukuran 0,5 - 1 cm berupa chips mencapai
tetapi juga sumber pangan lainnya seperti
Rp 13.500 per kg (Arifin, 2008; Romli, 2002
jenis tanaman umbi-umbian. Salah satu
dalam Fauziyah, 2010).
jenis umbi-umbian yang mulai banyak
Nilai ekonomi iles-iles yang tinggi
dikembangkan adalah iles-iles (Amorpho-
tersebut tidak serta merta memudahkan
phallus spp.).
pengembangan iles-iles di tempat lain.
Iles-iles dalam Permenhut No P.35/
Seperti di Kabupaten Kuningan, meskipun
Menhut/2007 tentang Hasil Hutan Bukan
iles-iles banyak ditemukan di lahan hutan
Kayu (HHBK) termasuk ke dalam jenis
rakyat maupun di lahan hutan negara, namun
HHBK berupa umbi-umbian penghasil pati
sejauh ini belum berkembang dengan baik.
yang memiliki banyak kegunaan. Iles-iles
Penelitian ini dilakukan karena meskipun
bukanlah tanaman umbi baru, tanaman ini
sudah banyak petani pengumpul iles-iles,
sudah tumbuh dan dikenal sejak zaman
harga iles-iles di lokasi penelitian masih
penjajahan, karena pada saat itu masyarakat
sangat rendah, sehingga tidak memberikan
mengalami kekurangan bahan pokok
hasil yang maksimal bagi petaninya. Yang
sehingga mencari alternatif yaitu iles-iles
menjadi pertanyaan adalah faktor apa
yang banyak tersedia di hutan. Jenis iles-iles
sajakah yang mempengaruhi perkembangan
yang banyak dijumpai di Indonesia
iles-iles dan strategi apa saja yang dapat
diantaranya A. campanulatus (Dennst.)
dilakukan untuk pengembangan iles-iles.
Nicols, A. variailis B.I, A. spectabilis (Miq).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Engl, A. decus-silvae Backer, Alderw, A.
faktor internal dan eksternal yang mem-
muelleri B.I, serta A. titanium Becc. Dari
pengaruhi perkembangan iles-iles dan
sekian banyak jenis tersebut yang ditanam
memperoleh strategi untuk pengembangan
dan dipergunakan sebagai bahan makanan
iles-iles di Kabupaten Kuningan.
dan bahan industri hanyalah A. campa-
nulatus (Desnnt.) Nicols yang dikenal
dengan sebutan suweg, A. muelleri B.I yang
II. METODE PENELITIAN
dikenal dengan iles-iles, dan A. variabilis B.I
yang dikenal dengan nama bosot (Sufiani,
A. Lokasi dan Waktu
1993 dalam Fauziyah, 2010).
Di Propinsi Jawa Timur iles-iles bahkan Penelitian ini dilakukan di Desa Cileuya
sudah menjadi salah satu jenis HHBK dan Desa Cimulya Kecamatan Cimahi
unggulan propinsi. Iles-iles yang dikem- Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Waktu
bangkan di hutan negara di Madiun juga penelitian dilakukan pada bulan Agustus
menunjukkan hasil yang tinggi. Kontribusi sampai dengan bulan Desember 2009.
KPH Saradan terhadap pendapatan petani di
Desa Klangon pada tahun 2001 mencapai Rp B. Pengambilan Sample
1,08 Milyar, jagung Rp 1,216 Milyar dan
Penelitian ini merupakan studi kasus.
dari tambahan tanaman bawah lainnya
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
adalah Rp 179 Milyar (kunir, jahe,
dengan pertimbangan bahwa di kedua lokasi

56
Strategi Pengembangan Iles-Iles Sebagai ..... (Eva Fauziyah, Dian Diniyati, Suyarno & Eyet Mulyati)

ini terdapat petani yang sudah meman- perkembangan iles-iles di Kabupaten


faatkan (mengumpulkan) atau mengem- Kuningan. Responden tersebut berasal dari
bangkan iles-iles. Unit penelitian (respon- Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian, Petani,
den) dipilih secara sengaja (purposive Penyuluh, Bandar/ Pedagang, dan LSM.
sampling), yaitu para pakar (key person) Jumlah dan asal responden dalam penelitian
yang mengetahui seluk beluk mengenai ini disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Responden dan asal instansi


Table 1. Respondent and the institution
No. Responden (Respondent) Asal instansi (Institution)
1. Kepala Seksi Bidang Pengembangan Hutan Rakyat Dishut Kuningan
2. Penyuluh Kehutanan Dishut Kuningan
3. Kepala Seksi Ketahanan Pangan Distan Kuningan
4. Penyuluh Pertanian Distan Kuningan
5. Direktur Ekskutif LSM LSM Kanopi Kuningan
p
(pendamping program
pengembangan iles-iles)
6. Petani iles -iles Desa Cileuya Kuningan
7. Petani dan Bandar iles -iles di Desa Cimulya Desa Cimulya Kuningan
8. Bandar iles -iles di Kecamatan Kecamatan Luragung Kuningan
Sumber (Source) : Data primer (primary data), 2009

B. Pengumpulan, Pengolahan dan diperoleh yaitu: dengan green belt pada


Analisis Data ekositem mangrove yang rusak berat,
sementara pada ekosistem rusak sedang
Data yang dikumpulkan terdiri dari data
dengan menerapkan empang parit.
primer dan data sekunder. Pengumpulan data
Perangkat analisis data yang digunakan
primer dilakukan dengan wawancara
dalam analisis SWOT adalah Internal
menggunakan kuesioner, sedangkan data
Factor Evaluation Matrix (Matrik IFE) dan
sekunder diperoleh dari instansi terkait. Data
External Factor Evaluation Matrix (Matrik
yang terkumpul dianalisis menggunakan
EFE), Diagram SWOT dan Matrik SWOT
analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses,
(Rangkuti, 2000).
Opportunities, Threats). Dengan mengguna-
kan analisis ini diperoleh informasi
1. Matrik IFE dan EFE
mengenai kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman. Analisis SWOT banyak Menurut Rangkuti (2000), tahap-tahap
digunakan untuk menghasilkan solusi untuk mengidentifikasi peubah-peubah
berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, internal dan eksternal dalam matrik IFE dan
ancaman. Pandelaki (2012) mengiden- EFE adalah sebagai berikut:
tifikasi faktor kekuatan, kelemahan, a. Menentukan faktor-faktor strategis
peluang, dan ancaman dalam pengembangan internal yang menjadi kekuatan dan
budidaya rumput laut di Pulau Nain dan kelemahan serta faktor-faktor strategis
menentukan berbagai alternatif strategi. eksternal yang menjadi peluang dan
Penentuan strategi priotitas selanjutnya ancaman.
dilakukan dengan analisis prioritas. b. Memberikan bobot masing-masing
Novianty et al. (2011) menggunakan SWOT faktor tersebut dengan skala mulai dari
untuk menghasilkan strategi dalam 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak
rehabilitasi mangrove. Strategi yang penting) berdasarkan pengaruh faktor-
faktor tersebut.

57
Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 1 No. 1, Agustus 2013 (hal. 55-70)

c. Menghitung rating baik pada matrik IFE (diwakili garis vertikal). Pada diagram
maupun EFE untuk masing-masing tersebut kekuatan dan peluang diberi tanda
faktor dengan memberikan skala mulai positif, sedangkan kelemahan dan ancaman
dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 diberi tanda negatif. Dengan menempatkan
(poor) guna mengidentifikasikan selisih nilai kekuatan (S) kelemahan (W)
kelemahan utama, kekuatan utama, pada sumbu (x), dan menempatkan selisih
peluang dan ancaman beserta nilai nilai antara peluang (O) ancaman (T) pada
pengaruhnya. sumbu (y), maka ordinat (x, y) akan
d. Mengalikan bobot dengan rating, untuk menempati salah satu sel dari diagram
memperoleh faktor pembobotan yang SWOT. Letak nilai S W dan O T dalam
menunjukkan nilai pengaruh faktor diagram SWOT akan menentukan arahan
(skor). strategi pengembangan iles-iles.
e. Menjumlahkan bobot skor untuk mem- Setiap sel pada diagram SWOT
peroleh total skor pembobotan. memperlihatkan ciri yang berbeda, sehingga
diperlukan strategi yang berbeda dalam
2. Diagram SWOT penanganannya. Dengan diagram SWOT
yang dibuat berdasarkan nilai pengaruh
Diagram SWOT merupakan perpaduan
unsur SWOT akan dapat dirumuskan bentuk
antara perbandingan kekuatan dan
strategi yang tepat (Pearce dan Robinson,
kelemahan (diwakili garis horisontal)
1997 dalam Rangkuti, 2000 ).
dengan perbandingan peluang dan ancaman

Peluang (O)

Sel 3 Sel 1
Kelemahan (W) Kekuatan (S)

Sel 4 Sel 2

Ancaman (T)

Gambar 1. Diagram SWOT


Figure 1. SWOT Diagram

3. Matrik SWOT sesuai dalam pengembangan iles-iles.


Matrik SWOT (Tabel 2) digunakan untuk
Analisis SWOT menganalisis dengan
menggambarkan bagaimana peluang dan
menggabungkan berbagai kekuatan,
ancaman yang dihadapi dapat disesuaikan
kelemahan, peluang dan ancaman. Melalui
dengan kekuatan dan kelemahan yang
analisis ini akan dihasilkan solusi yang
dimilikinya.

58
Strategi Pengembangan Iles-Iles Sebagai ..... (Eva Fauziyah, Dian Diniyati, Suyarno & Eyet Mulyati)

Tabel 2. Matrik SWOT


Table 2. SWOT Matrix
Weakness (W)
Strengths (S )
Tentukan 1 -10 kelemahan
Tentukan 1 -10 kekuatan internal
internal
Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO
Tentukan 1 -10 peubah Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
peluang eksternal menggunakan kekuatan untuk meminimalkan kelemahan untuk
memanfaatkan peluang memanfaatkan peluang
Threats (T) Strategi ST Strategi WT
Tentukan 1 -10 peubah Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
ancaman eksternal menggunakan kekuatan untuk meminimalkan kelemahan untuk
mengatasi ancaman menghindari ancaman
Sumber (Source) : Rangkuti (2000)

Matriks ini dapat menghasilkan empat III. HASIL DAN PEMBAHASAN


kemungkinan alternatif strategi yaitu SO,
ST, WO, dan WT. Strategi SO adalah A. Identifikasi Faktor Internal dan
strategi yang dibuat dengan memanfaatkan Eksternal Pengembangan Iles-Iles
seluruh kekuatan untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 1. Faktor Internal
Strategi ST adalah strategi dalam meng- Faktor internal meliputi faktor kekuatan
gunakan kekuatan untuk mengatasi dan kelemahan. Ada 6 (enam) faktor
ancaman. Strategi WO adalah strategi yang kekuatan dan 6 (enam) kelemahan yang
diterapkan berdasarkan pemanfaatan diidentifikasi dan mempunyai pengaruh
peluang yang ada dengan cara memini- terhadap pengembangan iles-iles seperti
malkan kelemahan yang ada dan strategi WT disajikan pada Tabel 3.
adalah strategi yang didasarkan pada
kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman (Rangkuti, 2000).

59
Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 1 No. 1, Agustus 2013 (hal. 55-70)

Tabel 3. Faktor kekuatan, kelemahan dan nilai pengaruhnya


Table 3. Factor of strength, weakness and their influence values
Nilai
Bobot Rating pengaruh
No. Faktor
Value Rating (Influence
No. Factor
(a) (b) value)
c = (a)x(b)
Kekuatan ( Strength)
1. Dapat tumbuh di bawah naungan 0,181 3,662 0,661
2. Kondisi alam yang sesuai 0,183 3,862 0,639
3. Mudah dibudidayakan dan tidak perlu pemeliharaan
0,161 3,862 0,622
intensif
4. Ketersediaan bibit 0,169 3,590 0,608
5. Memiliki kandungan gizi terutama karbohidrat 0,169 3,197 0,542
6. Dapat diolah menjadi beraneka produk 0,136 3,408 0,464
Jumlah ( Total ) 3,536
Kelemahan ( Weakness )
1. Pertumbuhan awal lama 0,192 3,652 0,700
2. Biaya pemanenan dan pemasaran tinggi 0,193 3,231 0,622
3. Belum banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh
0,164 3,644 0,597
masyarakat
4. Pengetahuan masyarakat akan iles -iles masih terbatas 0,145 3,745 0,544
5. Pengolahan iles -iles masih cukup sulit 0,167 3,250 0,542
6. Nilai ekonomi iles -iles masih sangat rendah 0,140 3,344 0,468
Jumlah ( Total ) 3,473
Selisih (Difference) 0,063
Sumber (Source) : Diolah dari data primer (Adapted from the primary data), 2009

Faktor kekuatan utama yang dapat a. Kekuatan


mempengaruhi perkembangan iles-iles di
Kabupaten Kuningan adalah sifat dari iles- 1) Dapat tumbuh di bawah naungan
iles yang dapat tumbuh di bawah naungan Iles-iles merupakan tumbuhan yang
dengan skor 0,661. Sementara faktor yang membutuhkan naungan dalam pertum-
pengaruhnya paling kecil adalah sifat dari buhannya. Hal ini merupakan kekuatan bagi
iles-iles yang dapat dijadikan beraneka pengembangan iles-iles di lokasi penelitian,
ragam produk dengan skor 0,464. karena pada umumnya petani di kedua desa
Disisi lain untuk mengembangkan iles- memiliki lahan garapan yang luas di
iles di Kabupaten Kuningan juga masih kawasan hutan produksi Perum Perhutani
memiliki berbagai kelemahan, sehingga yang tanaman utamanya adalah jati (Tectona
kekuatan yang adapun belum dapat grandis).
dimaksimalkan. Kelemahan utama untuk Pada saat umur tanaman jati masih
mengembangkan iles-iles adalah per- muda, petani mengkombinasikan dengan
tumbuhan iles-iles yang lama (lebih kurang tanaman pertanian seperti jagung atau
satu tahun baru panen), dengan skor 0,7, dan kacang-kacangan. Tetapi ketika tanaman jati
yang terkecil pengaruhnya adalah nilai sudah berumur lebih dari tiga tahun (sudah
ekonomi iles-iles yang masih sangat rendah rimbun), petani tidak bisa lagi menanam
dengan skor 0,468. tanaman pertanian, sehingga tidak bisa

60
Strategi Pengembangan Iles-Iles Sebagai ..... (Eva Fauziyah, Dian Diniyati, Suyarno & Eyet Mulyati)

memperoleh hasi lagi dari lahan tersebut. iles-iles juga relatif mudah. Metode yang
Sementara iles-iles pertumbuhannya justru digunakan untuk membudidayakan iles-iles
memerlukan naungan, sehingga petani dapat dapat melalui stek daun, biji, bulbil maupun
menanam iles-iles di lahannya tersebut. umbi. Bulbil adalah umbi kecil berbentuk
Menurut Jansen et al. (1996) dalam bulat seperti bawang yang terletak pada
Fauziyah (2010) iles-iles tumbuh di daerah percabangan tangkai daun iles-iles
yang ternaungi seperti pada daerah hutan (Koswara, tanpa tahun) dan berwarna
dan semak belukar. Naungan yang ideal coklat. Kebanyakan petani di lokasi
untuk tanaman iles-iles adalah jenis jati, penelitian menggunakan bulbil untuk
mahoni, sonokeling, dan lain-lain Yang memperbanyak iles-iles. Umbi atau bulbil
paling pokok adanya naungan serta terhindar yang berukuran besar dapat langsung
dari kebakaran. Tingkat kerapatan naungan ditanam di lapangan, sedangkan stek daun,
minimal 40% sehingga semakin rapat biji dan bulbil kecil perlu disemai terlebih
semakin baik. dahulu (Fauziyah, 2004).
Pemeliharaan tanaman iles-iles juga
2) Kondisi alam yang sesuai tidak perlu intensif, bahkan menurut petani
Pada umumnya iles-iles dapat tumbuh setempat, iles-iles dapat menghasilkan umbi
pada semua jenis tanah, namun demikian meskipun tanpa pemupukan. Tetapi jika
agar usaha budidaya tanaman iles-iles dapat dipupuk dan dipelihara intensif tentu akan
berhasil dengan baik perlu diketahui menghasilkan umbi yang lebih besar.
persyaratan tumbuh tanaman iles-iles, Sumarwoto (2004) dalam Fauziyah (2004)
terutama yang menyangkut iklim dan menyebutkan pemberian kapur dan pupuk
keadaan tanahnya. Kabupaten Kuningan kandang pada tanah yang masam (PH 4,2)
secara umum memiliki persyaratan yang dan mengandung Al tinggi (19,99 me/100
sesuai untuk pertumbuhan iles-iles. gram) dapat menghasilkan umbi yang lebih
Rosman dan Rusli (1991) dalam besar.
Fauziyah (2010) menyatakan bahwa
tanaman iles-iles tumbuh pada ketinggian 4) Ketersediaan bibit
100-1000 m dpl dengan tanah tekstur liat Pengembangan iles-iles di Kabupaten
berpasir, struktur tanah gembur dan kaya Kuningan sangat memungkinkan karena
akan unsur hara. Tanaman iles-iles dapat meskipun belum banyak petani yang
tumbuh pada kondisi curah hujan yang luas membudidayakan iles-iles tetapi sudah
karena bisa tumbuh pada curah hujan 2000- banyak iles-iles yang tumbuh liar di kebun-
5000 mm/tahun (Rosman dan Rusli, 1991) kebun milik masyarakat ataupun di lahan
tetapi juga tahan terhadap kekeringan hutan produksi. Bulbil yang akan
(Trubus, 1982). Jansen et al. (1996) digunakan sebagai bibit dapat dikumpulkan
menambahkan bahwa iles-iles tumbuh di dari tanaman iles-iles yang sudah ada. Jika
daerah yang ternaungi seperti pada daerah iles-iles akan dikembangkan dalam skala
hutan dan semak belukar. Suhu optimum besar, bibit dapat diperoleh dari beberapa
o
untuk A. variabilis B.I adalah 25-35 C. Iles- lokasi yang sudah lebih dulu mengem-
iles dapat tumbuh optimum pada tanah yang bangkan iles-iles seperti di Madiun Jawa
drainasenya baik dan memiliki kandungan Timur dan Batang Jawa Tengah.
humus yang cukup tinggi dengan PH tanah
antara 6-7,5 (Fauziyah, 2010). 5) Memiliki kandungan gizi terutama
karbohidrat
3) Mudah dibudidayakan dan tidak perlu Umbi tanaman iles-iles dapat diman-
pemeliharaan intensif faatkan sebagai bahan makanan pengganti
Selain dapat tumbuh pada hampir beras pada saat terjadi kekurangan bahan
semua jenis tanah, cara membudidayakan makanan pokok asalkan diolah dengan

61
Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 1 No. 1, Agustus 2013 (hal. 55-70)

benar. Pengolahan iles-iles untuk konsumsi pati, sedangkan pada A. oncophyllus adalah
biasanya dengan menghilangkan kristal mannan (Rosman dan Rusli, 1991 dalam
oxalic yang terdapat pada umbi dengan Fauziyah, 2010). Mannan adalah senyawa
menghaluskan atau merajang umbi yang primer berbentuk polisakarida yang tersusun
masih segar dengan air dan menambahkan dari mannosa dan glukosa. Senyawa ini
abu dan garam, dikeringkan, lalu direbus, mempunyai karakteristik dapat mengkristal
tetapi hasil perlakuan ini tidak optimal dan membentuk serat halus, sehingga untuk
(Santosa et al., 2003 dan Jansen et al., 1996 dapat dimanfaatkan perlu diolah dengan
dalam Fauziyah, 2010). Oleh karena itu teknologi khusus. Amorphophallus
iles-iles jarang dikonsumsi secara langsung variabilis akan cocok sekali digunakan
tetapi lebih banyak dijadikan gaplek/keripik sebagai bahan makanan pengganti makanan
lalu kemudian dijual. pokok di Indonesia. Komponen utama jenis-
Komponen dari jenis-jenis Amorpho- jenis Amorphophallus yang popular di
phallus berbeda, pada A. campanulatus dan Indonesia disajikan pada Tabel 4.
A. variabilis komponen utamanya adalah

Tabel 4. Kandungan mannan dan pati umbi Amorphophallus di Indonesia


Table 4. Mannan and tuber starch content of Amorphophaluss in Indonesia
Kandungan (Content)
Jenis iles-iles
(Species of Amorphopallus) Mannan yang dapat larut
Total Mannan (%) Pati (%)

Amorphophallus muelleri 67 57 12,3


Amorphophallus variabilis
A.Paeoniifolius (Dennst.)

Sumber (Source) : Hulssen dan Koolhaas dalam Rosman dan Rusli (1991) dalam Fauziyah (2010)

6) Dapat diolah menjadi beraneka produk Fauziyah, 2010). Pada tingkat petani
Iles-iles memang dapat dijadikan pemanfaatan ini belum menjadi kekuatan
berbagai produk olahan. Di Jawa Tengah, karena petani tidak tahu dan menilai sangat
Madura, dan India digunakan sebagai bahan sulit untuk mengolahnya, karena mem-
makanan dan kolak. Di Filipina selain butuhkan teknologi yang tinggi.
digunakan sebagai bahan baku pembuat roti
dan alkohol, iles-iles juga digunakan sebagai B. Kelemahan
pakan ternak babi dan ayam potong. 1) Pertumbuhan awal lama
Sementara di Jepang selain digunakan
Iles-iles memang mudah tumbuh dan
sebagai bahan baku industri juga sebagai
tidak memerlukan pemeliharaan khusus,
bahan makanan tradisional ”konyaku” dan
namun pertumbuhannya yang cukup lama
”shirataki” (Soemono, 1984; Kriswidarti,
merupakan salah satu kelemahan yang perlu
1980; Soemono dalam Aulinurman, 1998).
mendapat perhatian. Waktu yang diperlu-
Selain untuk bahan pangan, iles-iles dapat
kan untuk perumbuhan iles-iles dari mulai
digunakan untuk bahan baku kertas, industri
tanam hingga panen adalah 1- 3 tahun.
obat-obatan, tekstil, bahan pembuat
Tanda bahwa iles-iles sudah mulai dapat
selluloid, bahan peledak, kosmetik,
dipanen adalah dengan terkulainya tangkai
pembersih, dan film (Trubus, 1982 dalam
daun (batang semu) dan helaian daun
Ermiati dan Laksamanahardja, 1996 dalam

62
Strategi Pengembangan Iles-Iles Sebagai ..... (Eva Fauziyah, Dian Diniyati, Suyarno & Eyet Mulyati)

berwarna semu (Fauziyah, 2004). Dengan Kuningan dalam mengembangkan iles-iles.


karakteristik ini petani tidak dapat men- Upaya-upaya dari pihak terkait untuk
jadikan iles-iles sebagai sumber pendapatan mengenalkan iles-iles masih sangat perlu
yang utama dari lahannya. dilakukan.
Pengembangan iles-iles harus dikom-
binasikan dengan tanaman lain yang 5) Pengolahan iles-iles masih cukup sulit
mempunyai nilai ekonomi tinggi. Tanaman Manfaat iles-iles yang dapat diolah
tersebut bisa berupa tanaman semusim berbagai produk belum menjadi kekuatan
maupun tanaman kayu cepat tumbuh seperti utama karena pengolahan iles-iles untuk
sengon (Paraserianthes falcataria). Dengan menjadi produk yang diinginkan dan dapat
demikian meskipun faktor tersebut merupa- dimanfaatkan perlu teknik dan teknologi
kan salah satu kelemahan utama, tidak akan khusus. Beberapa responden/petani di
menjadi kendala utama bagi petani dalam lapangan mengakui meskipun mengetahui
mengembangkan iles-iles. tentang iles-iles, mereka tidak pernah
2) Biaya pemanenan dan pemasaran tinggi memanfaatkannya secara langsung atau
Umbi yang sudah siap dipanen dapat mengkonsumsinya. Hal itu dikarenakan
menghasilkan bobot yang besar sekitar 800 agar dapat dikonsumsi pengolahannya tidak
gram bahkan lebih dari 1 kg jika dipanen mudah seperti jenis umbi-umbian lain yang
pada umur setahun (Ali, 2013). Bobot umbi ada di kebun petani.
yang besar ini menyebabkan biaya
pemanenan iles-iles juga menjadi tinggi 6) Nilai ekonomi iles-iles masih sangat
karena membutuhkan tenaga yang banyak rendah
untuk menggali dan juga mengangkutnya
Kelemahan iles-iles saat ini yang
dari kebun. Demikian pula dengan biaya
dirasakan dengan nilai skor paling kecil
pemasaran. Petani yang akan menjual
yakni nilai ekonomi yang rendah. Meskipun
langsung ke bandar di kecamatan memer-
nilai ekonomi sangat penting, namun karena
lukan tempat yang besar (truk) untuk
saat ini iles-iles masih dapat diperoleh secara
mengangkutnya. Hal ini menyebabkan biaya
liar tanpa menanam terlebih dahulu,
pemasaran manjadi tinggi. Kelemahan ini
pengumpulan iles-iles masih menarik bagi
seringkali menjadi penyebab rendahnya
petani. Lain halnya jika diusahakan secara
hasil yang diperoleh oleh petani.
intensif, maka jika nilai ekonominya tetap
rendah pengembangan iles-iles tidak akan
3) Belum banyak dikenal dan dimanfaatkan
menarik lagi.
oleh masyarakat
Kelemahan pengembangan iles-iles di
1. Faktor Eksternal
Kabupaten Kuningan juga adalah iles-iles
ternyata belum begitu dikenal dan diman- Peluang dan ancaman merupakan faktor
faatkan oleh masyarakat. Masih banyak eksternal yang dapat mempengaruhi
orang yang menganggap iles-iles hanyalah pengembangan iles-iles di Kabupaten
sebagai tanaman liar yang tidak memiliki Kuningan. Selain kekuatan, peluang yang
banyak kegunaannya. Tidak jarang iles-iles ada di sekitarnya harus mampu dimanfaat-
yang tumbuh dibiarkan begitu saja. kan untuk mendukung pengembangan iles-
iles oleh setiap stakeholder yang terkait.
4) Pengetahuan masyarakat akan iles-iles Pada Tabel 5 dapat dilihat untuk faktor
masih terbatas peluang yang paling utama mendukung
Ketidaktahuan masyarakat akan iles- pengembangan iles-iles adalah kebutuhan
iles masih terbatas terutama terkait ekspor yang masih sangat tinggi (pasar
pengolahan dan pemanfaatannya. Hal ini terbuka lebar) dengan skor nilai pengaruh
merupakan kelemahan bagi masyarakat di sebesar 0,792. Nilai pengaruh ini cukup

63
Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 1 No. 1, Agustus 2013 (hal. 55-70)

besar karena mendekati 1. Sementara faktor merupakan faktor ancaman terbesar dengan
peluang yang paling kecil nilai pengaruhnya skor 0,703. Sementara faktor kurangnya
adalah perhatian dari pemerintah, dengan sosialisasi, penyuluhan, dan pendampingan
skor nilai pengaruh 0,646. merupakan unsur ancaman yang paling kecil
Jumlah bandar yang masih terbatas dengan nilai skor 0,607.

Tabel 5. Faktor peluang, ancaman dan nilai pengaruhnya


Table 5. Factors of opportunities, threats and their influence values
Nilai pengaruh
Bobot Rating
No. Faktor (Influence
Value Rating
No. Factor value)
(a) (b)
(c) = (a)*(b)
Peluang (Opportunities)
Kebutuhan ekspor masih sangat tinggi (pasar
1. 0,264 3 0,792
terbuka lebar)
2. Bandar lokal sudah mulai kekurangan bahan
0,262 2,83 0,785
baku iles -iles dari alam
3. Ketersediaan lahan (hutan rakyat dan hutan
0,257 3 0,729
negara) untuk mengembangkan iles -iles
4. Mulai ada perhatian dari pemerintah 0,228 2,83 0,646
Jumlah (Total ) 2,951
Ancaman (Threat s)
1. Jumlah bandar masih terbatas 0,264 2,667 0,703
2. Informasi pasar masih sulit (cenderung tertutup) 0,228 2,667 0,692
3. Harga rendah 0,244 2,5 0,609
4. Kurangnya sosialisasi, penyuluhan dan
0,260 2,667 0,607
pendampingan
Jumlah ( Total ) 2,611
Selisih (Difference) 0,34
Sumber (Source) : Diolah dari data primer (Adapted from the primary data), 2009

a. Peluang datang ke desa untuk mencari dan membeli


iles-iles dari petani. Petani tidak mengalami
1) Kebutuhan ekspor masih sangat tinggi kesulitan untuk menjual umbi iles-iles,
Permintaan terhadap iles-iles sebanyak hanya saja harga belum sesuai dengan
3.000 ton/tahun, namun baru 600 ton yang keinginan petani. Harga ditentukan oleh
dapat dipenuhi (Suara Merdeka, 2001 dalam bandar yaitu sekitar Rp 400 - Rp 700 per kg
Fauziyah, 2010). Sejak tahun 2006 untuk umbi basah.
permintaan umbi iles-iles/porang mulai
berdatangan dari berbagai tempat. Humas 2) Bandar lokal mulai kekurangan bahan
Perum Perhutani Unit II Jatim, (2010), baku iles-iles dari alam
menyatakan bahwa permintaan pasar luar Bandar lokal yang ada di Kuningan
negeri terhadap chips porang pada tahun selama ini memperoleh pasokan iles-iles
2007 ini sudah mencapai 104 ton. Di dari petani pengumpul dari Kabupaten
Kabupaten Kuningan selain ada pembeli Kuningan. Seiring dengan waktu serta ada
lokal yang berada di kecamatan, saat ini juga persaingan dengan bandar yang datang dari
sudah ada bandar dari luar kabupaten yang luar Kabupaten Kuningan yaitu dari daerah

64
Strategi Pengembangan Iles-Iles Sebagai ..... (Eva Fauziyah, Dian Diniyati, Suyarno & Eyet Mulyati)

Salem Jawa Tengah, kebutuhan akan iles- iles dari lahan hutan (tanpa menanam
iles semakin sulit untuk dipenuhi. Kondisi sendiri).
ini merupakan peluang yang sangat baik Pada tahun 2009 Dinas Kehutanan
bagi pengembangan iles-iles. Pemenuhan Kuningan mulai mengembangkan iles-iles
kebutuhan akan iles-iles tentu tidak akan dengan pembuatan demplot di Desa Cileuya
selalu dapat dipenuhi jika hanya meng- Kecamatan Cimahi seluas 2 ha, di lahan
andalkan perburuan dari lahan hutan rakyat PHBM Perhutani. Pada demplot tersebut,
maupun hutan negara. Oleh karena itu iles- iles-iles ditanam di bawah tegakan jati yang
iles perlu dibudidayakan oleh petani, agar masih kecil (milik perhutani), namun karena
hasilnya kontinyu. naungannya kurang (jati masih kecil), jenis
tanah kurang sesuai, kurangnya pemeli-
3) Ketersediaan lahan (hutan rakyat dan haraan, sehingga demplot seluas 2 ha itu juga
hutan negara) untuk mengembangkan tidak berhasil. Padahal sebenarnya kalau
iles-iles iles-iles ditanam di lahan yang sesuai dan di
Peluang pengembangan iles-iles di bawah tegakan yang intensitas mataharinya
lokasi penelitian juga sangat memung- rendah (naungannya tinggi), iles-iles akan
kinkan. Meskipun lahan milik terbatasnya tumbuh baik meskipun tidak dipelihara.
luasnya namun iles-iles dapat tumbuh di Petani juga tidak memelihara demplot
bawah tanaman kayu sehingga iles-iles tetap tersebut dengan baik, karena pengetahuan
dapat dibudidayakan di lahan yang sudah petani mengenai iles-iles masih rendah.
ada tanaman kayunya. Selain itu sebagian
besar petani memiliki lahan garapan yang b. Ancaman
cukup luas di lahan hutan negara (Perum
Perhutani). Lahan ini dapat dimanfaatkan 1) Jumlah bandar masih terbatas
dengan menanam iles-iles meskipun Jumlah bandar yang sangat terbatas (di
tanaman pokoknya sudah besar. kedua desa hanya ada dua bandar),
menyebabkan harga yang diterima petani
4) Mulai ada perhatian dari pemerintah rendah, karena harga ditentukan sepihak
Pengembangan iles-iles di Kabupaten oleh bandar. Harga yang rendah ini pada
Kuningan sudah mulai mendapatkan akhirnya akan dapat mengancam perkem-
perhatian dari pemerintah. Bentuk perhatian bangan iles-iles di Kabupaten Kuningan.
dari pemerintah ini terlihat dari adanya
program pengembangan iles-iles di 2) Informasi harga masih sulit (cenderung
Kabupaten Kuningan pada tahun 2003, tertutup)
2005, dan 2009. Selain jumlah bandar yang masih
Iles-iles mulai mendapat perhatian di terbatas, petani juga kesulitan untuk
Kabupaten Kuningan sejak 6 tahun yang lalu mengakses informasi harga. Meskipun
(2003). Pada saat itu, LSM Kanopi sudah ada bandar dari luar (Salem)
memfasilitasi beberapa petani/penyuluh penentuan harga masih secara sepihak dari
untuk melakukan studi banding ke Saradan, pihak pembeli. Namun demikian karena
Madiun, Jawa Timur dalam upaya pengem- iles-iles di tingkat petani juga mulai
bangan iles-iles. Sebagai tindak lanjutnya berkurang jumlahnya, bandar sudah mulai
kemudian tahun 2005 dibuat demplot di menaikan harga iles-iles yang mencapai
Desa Cileuya, Kecamatan Cimahi Kabupa- Rp 1.500 per kg (tahun 2011).
ten Kuningan seluas 2 ha. Program ini tidak
berlanjut karena tidak adanya dukungan dari 3) Harga rendah
stakeholder lain. Namun demikian, Harga yang rendah merupakan ancaman
beberapa petani mulai mengenal dan yang cukup berpengaruh dalam perkem-
sebagian tertarik untuk memanfaatkan iles- bangan iles-iles. Menurut petani dengan

65
Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 1 No. 1, Agustus 2013 (hal. 55-70)

harga iles-iles yang masih di bawah sosialisasi, penyuluhan maupun pendam-


Rp 1.000 per kg, tidak sebanding dengan pingan dari instansi terkait, khususnya Dinas
biaya yang dikeluarkan dan tidak mem- Kehutanan dan Dinas Pertanian.
berikan pendapatan yang memadai. Hal itu
karena biaya dan tenaga yang dikeluarkan A. Strategi Pengembangan Iles-iles di
untuk mengumpulkan iles-iles cukup besar. Kabupaten Kuningan
Diagram SWOT dibuat dengan
4) Kurangnya sosialisasi, penyuluhan, dan
menjadikan faktor kekuatan dan kelemahan
pendampingan
sebagai sumbu x (absis) dan faktor peluang
Iles-iles masih belum dikenal secara dan ancaman sebagai sumbu y (ordinat).
luas oleh masyarakat Kuningan, masih Sumbu x diperoleh dari selisih faktor
banyak masyarakat yang menganggap iles- kekuatan (3,54) dan faktor kelemahan (3,47)
iles sebagai komoditi rendahan, peng- sebesar 0,07, sedangkan sumbu y diperoleh
olahannya sulit dan nilai ekonominya rendah dari selisih faktor peluang (2,95) dan faktor
(Fauziyah, 2010). Oleh karena itu jika ingin ancaman (2,61) sebesar 0,34 seperti
mengembangkan iles-iles untuk menjadi disajikan pada Gambar 2.
salah satu komoditi HHBK yang penting di Dari Gambar 2 diketahui bahwa
Kabupaten Kuningan maka sangat perlu usahatani iles-iles di Kabupaten Kuningan
mensosialisasikan iles-iles dengan mem- berada pada Sel 1. Ini berarti untuk
berikan penyuluhan dan juga pendam- mengembangkan iles-iles di Kabupaten
pingan. Perkembangan iles-iles yang belum Kuningan harus memanfaatkan kekuatan
mengalami peningkatan di Kabupaten dan peluang yang ada.
Kuningan salah satunya karena tidak adanya

Peluang (O)

Sel 3 0,4 Sel 1


(0,07; 0, 34)
0,3

0,2

0,1
Kelemahan (W) Kekuatan (S)

- 0,4 - 0,3 - 0,2 - 0,1 0,1 0,2 0,3 0,4


0,1

- 0,2

Sel 4 - 0,3 Sel 2

- 0,4

Ancaman (T)

Gambar 2. Diagram SWOT Pengembangan Iles-iles di Kabupaten Kuningan


Figure 2. SWOT diagram of Iles-iles development in Kuningan Regency

66
Strategi Pengembangan Iles-Iles Sebagai ..... (Eva Fauziyah, Dian Diniyati, Suyarno & Eyet Mulyati)

C. Alternatif Strategi memperlihatkan secara rinci bagaimana


peluang dan ancaman terhadap pengem-
Hasil skoring dan diagram SWOT
bangan iles-iles di Kabupaten Kuningan
menunjukkan strategi SO merupakan
dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
strategi yang sebaiknya dipilih untuk dilaku-
kelemahan yang dimilikinya. Matriks
kan. Dengan demikian dari identifikasi
SWOT ini menghasilkan empat sel kemung-
faktor internal dan eksternal, maka dapat
kinan alternatif strategi SO, ST, WO dan
disusun beberapa strategi alternatif lainnya
WT.
menggunakan matriks SWOT. Pada Tabel 6

Tabel 6. Matriks SWOT pengembangan iles-iles di Kabupaten Kuningan


Table 6. SWOT matrix of Iles-iles development in Kuningan Regency
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
UNSUR (Strength) (Weakness)
INTERNAL
(Internal S1. Dapat tumbuh di W1. Pertumbuhan awal lama
factor) bawah naungan. W2. Bia ya pemanenan dan
S2. Kondisi alam yang pemasaran tinggi
UNSUR
sesuai
EKSTERNAL
(External factor)

Peluang (O) STRATEGI SO STRATEGI WO


(Opportunities)
O1. Kebutuhan ekspor masih 1. Membangun Ke mitraan 1. Membangun Kemitraan
sangat tinggi (pasar
terbuka lebar)
O2.Bandar lokal sudah mulai
kekurangan bahan baku
iles-iles dari alam

Ancaman (T)
(Treats)
T1. Jumlah bandar masih
terbatas
T2. Informasi pasar masih
sulit (cenderung tertutup)

Sumber (Source) : Diolah dari data primer (Adapted from the primary data), 2009

Hasil analisis menggunakan matrik sehingga kebutuhan untuk ekspor juga dapat
SWOT diperoleh empat strategi yang dapat dipenuhi. Kemitraan antara petani ini tidak
dilakukan. Strategi tersebut adalah hanya dalam hal budidaya tetapi juga sampai
membangun kemitraan antara petani dan pengolahan dan pemasaran. Hasil
pengusaha/bandar iles-iles, penyuluhan, penelitian Pandelaki (2012) juga
pembentukan koperasi, dan bantuan modal. menunjukkan bahwa kerjasama kemitraan
terutama kaitannya dengan pasar sangat
1. Membangun kemitraan antara petani dan penting dan menjadi prioritas strategi dalam
pengusaha/bandar iles-iles pengembangan budidaya rumput laut.
Kemitraan diharapkan dapat memberikan
Kemitraan penting dilakukan untuk
keuntungan bagi petani dan juga pelaku
mengamankan bahan baku iles-iles,
pemasaran lainnya.

67
Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 1 No. 1, Agustus 2013 (hal. 55-70)

2. Penyuluhan 4. Bantuan permodalan


Penyuluhan merupakan kegiatan yang Bantuan permodalan menjadi strategi
seharusnya rutin dilakukan, namun karena yang penting untuk mengembangkan usaha
keterbatasan tenaga penyuluh, kegiatan ini apapun termasuk iles-iles. Pandelaki (2012)
tidak selalu berjalan dengan lancar. Di juga menetapkan peningkatan sumber
lokasi penelitian penyuluhan masih sangat permodalan sebagai salah satu strategi
jarang dilakukan baik terkait dengan prioritas untuk mengembangkan usaha
pengembangan HHBK iles-iles maupun rumput laut. Peningkatan akses petani
lainnya. Penyuluhan merupakan strategi terhadap permodalan juga merupakan salah
yang penting dalam pengembangan iles-iles satu strategi yang dihasilkan dari penelitian
di Kabupaten Kuningan. Hal ini karena, Ikhsan dan Aid (2012) dalam mengem-
petani di Kabupaten Kuningan khususnya bangkan komoditas karet di Pulang Pisau
Kecamatan Cimahi belum banyak mem- Kalimantan Tengah. Selama ini petani tidak
budidayakan iles-iles. Bahkan adapula memerlukan modal besar karena kegiatan
petani yang memiliki pengetahuan masih yang dilakukan hanya pengumpulan.
sedikit mengenai iles-iles walaupun sudah Sementara jika iles-iles dibudidayakan
menjadi pengumpul. Fauziyah (2010) maka akan memerlukan modal cukup besar.
menyebutkan sebagian besar petani hanya Hasil penelitian Yuhono dan Rosmeilisa
mengetahui bentuk tanaman iles-iles namun (1996) menyebutkan usaha tani iles-iles di
jenis iles-iles yang dapat dijual/ dimanfaat- Desa Klangon Kecamatan Saradan
kan dan bagaimana membudidayakannya Kabupaten Madiun, layak diusahakan pada
belum mengetahui. suku bunga 18% karena memiliki nilai B/C
Penyuluhan masih perlu dilakukan ratio 2,11 dengan IRR lebih dari 50%.
pemerintah maupun LSM. Penyuluhan Dengan demikian usahatani iles-iles ini
diharapkan mampu meningkatkan kemam- dapat memberikan keuntungan jika men-
puan petani dalam aspek budidaya, dapat bantuan permodalan dari lembaga
pengolahan dan juga pemasarannya. keuangan. Namun demikian mekanisme
Dengan menggunakan analisis SWOT, permodalan bagi petani iles-iles memerlu-
Supriadi (2008) menghasilkan strategi kan kajian yang lebih lanjut lagi.
perbaikan sistem penyuluhan dalam sistem
pertanian. Strategi perbaikan penyuluhan
ini dinilai menjadi strategi penting dalam IV. KESIMPULAN DAN SARAN
kebijakan pembangunan pertanian di Papua
Barat. A. Kesimpulan
1. Faktor utama kekuatan, kelemahan,
3. Pembentukan koperasi
peluang, dan ancaman dalam pengem-
Setelah dibentuk kemitraan antara bangan iles-iles di Kabupaten Kuningan
pengusaha dan petani dan tentunya dengan berturut-turut adalah dapat tumbuh di
penyuluhan dan pendampingan dari bawah naungan (0,661), pertumbuhan
pemerintah/instansi terkait secara instensif, awal lama (0,700), kebutuhan ekspor
ke depan akan lebih baik lagi jika ada masih sangat tinggi (0,792), dan jumlah
pembentukan koperasi bagi para petani iles- bandar masih terbatas (0,803).
iles. Pembentukan koperasi ini bertujuan 2. Strategi yang sesuai untuk pengem-
untuk mewadahi para petani iles-iles dalam bangan iles-iles di Kabupaten Kuningan
mengusahakan iles-ilesnya. Adanya adalah strategi SO (strengths oppor-
koperasi ini dapat mengontrol ketersediaan tunities), yaitu memanfaatkan kekuatan
bahan baku dan memudahkan pemasaran dan peluang yang ada dengan cara:
iles-iles yang dihasilkan oleh petani. membangun kemitraan antara petani dan

68
Strategi Pengembangan Iles-Iles Sebagai ..... (Eva Fauziyah, Dian Diniyati, Suyarno & Eyet Mulyati)

bandar/perusahaan yang membutuhkan Basia Vol.1 No.2, Desember 2004 :


bahan baku iles-iles dan penyuluhan. 59-64. Loka Litbang Hutan
Moonsoon Ciamis.
B. Saran
Fauziyah, E. 2010. Prospek Pengem-
1. Iles-iles di Kabupaten kuningan belum bangan Iles-iles (Amorphopallus spp.)
dikenal secara luas, namun mempunyai di Hutan Rakyat. Jurnal inovasi Vol.7
potensi untuk dijadikan salah satu No.3, September 2010 : 239-245.
komoditi dalam menambah pendapatan Balitbangda. Medan.
masyarakat. Pemerintah perlu mem-
Ikhsan, S. dan A. Aid. 2012. Analisis SWOT
berikan perhatian terhadap pengem-
untuk Merumuskan Pengembangan
bangan iles-iles baik dalam peningkatan
Komoditas Karet di Kabupaten
produksi maupun pengembangan
Pulang Pisau Kalimantan Tengah.
pasarnya.
http://faperta.unlam.ac.id/web/wp-
2. Iles-iles perlu dibudidayakan tidak hanya
content/uploads/downloads/2012/03/
mengandalkan yang tumbuh sendiri.
013_1Sadik-SWOT.pdf. Diakses
Untuk itu perlu dikembangkan kemitraan
tanggal 16 Januari 2013.
dengan pengusaha iles-iles yang
menjamin pasar iles-iles. Koswara, S. Tanpa tahun. Modul Teknologi
Pengolahan Umbi-Umbian. http://
Seafast. ipb.ac.id/tpc-project.
DAFTAR PUSTAKA Diakses tanggal 20 Maret 2013.
Pandelaki, L. 2012. Strategi Pengembangan
Ali, I. 2013. Iles iles Tak Kenal Tak
Budidaya Rumput Laut di Pulau Nain
Sayang. hhtp://www.bebeja.com/iles-
Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal
iles-tak kenal-tak-sayang. Diakses
Perikanan dan Kelautan Tropis
tanggal 20 Maret 2013.
Vol.VIII-2, Agustus 2012 : 52-57.
Anonim. 2010. Nilai Ekonomis dan Fakultas Perikanan dan Ilmu
B u d i d a y a P o r a n g . h t t p : / / w w w. Kelautan. Universitas Sam Ratulangi.
Bojonegoro.go.id/baru/images/artikel Manado.
/porang.jpg. Diakses tanggal 20 Maret
Permenhut No P.35/Menhut/2007 tentang
2013.
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).
Aulinurman, E. 1998. Keunggulan
Novianty, R., S. Sastrawibawa, dan D.J.
Komparatif dan Kompetitif Iles-iles
Prihadi. 2011. Identifikasi Keru-
(Amorphophallus sp.) di Lahan Hutan.
sakan dan Upaya Rehabilitasi Eko-
Skripsi Jurusan Ilmu-ilmu Sosial
sistem Mangrove di Pantai Utara
Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian
K a b u p a t e n S u b a n g .
IPB. Bogor. Tidak diterbitkan.
Http://junal.unpad.ac.id/
Ermiati dan M.P Laksmanahardja. 1996. acuatica/article.download. Diakses
Manfaat Iles-iles (Amorphophalus tanggal 16 Juli 2013.
spp.) sebagai Bahan Baku Makanan
Rangkuti, F. 2000. Analisis SWOT Teknik
dan Industri : 74-80. Jurnal Litbang
Membedah Kasus Bisnis. Gramedia.
Pertanian. XV (3). Balai Litbang
Jakarta.
Pertanian. Jakarta.
Sumarwoto. 2007. Revieuw : Kandungan
Fauziyah, E. 2004. Prospek Pengembangan
Mannan pada Tanaman Iles-iles
Iles-iles (Amorphopallus muelleri
(Amorphophallus muelleri Blume.).
Blume) sebagai Komoditi Penyusun
http://biosains.mipa.uns.ac.id.
Hutan Kemasyarakatan. Buletin Al-
Diakses tanggal 20 Maret 2013.

69
Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 1 No. 1, Agustus 2013 (hal. 55-70)

Supriadi, H. 2008. Strategi Kebijakan Yuhono, JT. dan P. Rosmeilisa. 1996.


Pembangunan Pertanian di Papua Analisis Kelayakan Usahatani Iles-
Barat. Jurnal Analisis Kebijakan iles pada Lahan Hutan Produksi di
Pertanian Vol. 6 No. 4, Desember Kabupaten Madiun. Jurnal Penelitian
2008: 352-377. Pusat Analisis Sosial Tanaman Industri Vol II (1): 21-26.
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Rempah
Bogor. dan Obat. Bogor.

70

Anda mungkin juga menyukai