Oleh :
ROSMIATI
N I M : 14401 2017 000655
Oleh :
ROSMIATI
NIM. 14401 2017 00065 5
I. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Rosmiati
2. Tempat / Tanggal Lahir : Lamekongga, 15 Januari 1979
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku / Kebangsaan : Makasar / Indonesia
6. Alamat : Kel.Ngapa,Kec.Wundulako, Kab. Kolaka
7. No. Telp / Hp : 0852 4185 9192
II. PENDIDIKAN
No. Pendidikan Tahun tAMATAN
1. SDN BENDE 1989
2. SMP NEGERI WUNDULAKO 1995
3. SPK DEPKES KENDARI 1998
POLTEKKES KEMENKES
4. 2017 - 2018
KENDARI
v
MOTTO
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Anak Pada Anak ''F'' Dengan Gangguan system
pencernaan ( Diare ) Diruang Perawatan Melati RSUD Benyamin Guluh
Kabupaten Kolaka Tahun 2018.
. Shalawat beriring salam peneliti sampaikan kepada Rasulullah SAW yang
telah membawa umat manusia dari alam kebodohan kealam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya tulis ilmiah, Sangatlah sulit bagi
peneliti untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Askrening, SKM., M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Kendari
2. Bapak Indriono Hadi, S. Kep., Ns., M. Kes selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Kendari
1. Bapak Abd. Syukur Bau S.Kep., Ns, MM selaku pembimbing yang telah
mengarahkan membimbing dan memberikan masukan dengan penuhkesabaran
dan perhatian dalam membuat karya tulis ilmiah ini.
2. Tim penguji masing-masing : Bapak Indriono Hadi,S.kep,Ns,M.Kes.selaku
penguji I,Ibu Asminarsih.Z.P,M.Kep,Sp.Kom.,selaku penguji II, Muhaimin.S,
S.Kep,Ns,M.sc selaku penguji III.
vii
semangat, serta restu yang tak dapat ternilai dengan apapun. Maaf kalau selama
kuliah ini banyak menghabiskan uang baik untuk keperluan kuliah maupun
yang tidak untuk keperluan kuliah. Semoga Allah SWT membalas semua jasa
papa, mama.
7. Rekan- rekan kelas A dan B RPL yang seperjuangan yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah mambantu. Semoga nantinya dapat membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................................ 5
C. Manfaat Penulisan .............................................................................. 6
D. Metode Penelitian ............................................................................... 7
ix
L. Fokus Intervensi Keperawatan ........................................................ 43
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian ....................................................................................... 82
B. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 85
C. Intervensi Keperawatan ................................................................... 89
D. Implementasi Keperawatan ............................................................. 90
E. Evaluasi ........................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi
pada masyarakat. Diare juga merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian
pada anak di berbagai negara (Widoyono, 2011). Diare dapat menyerang semua
kelompok usia terutama pada anak. Anak lebih rentan mengalami diare, karena
juta kematian akibat diare. Sepanjang tahun 2012, terdapat sekitar 5 juta bayi
diIndonesia adalah 6,7 persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi
adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan
(8,1%), dan Banten (8,0%). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada
masih tinggi. Proporsi terbesar penderita diare pada balita adalah kelompok umur
6 – 11 bulan yaitu sebesar 21,65% lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar
1
Dinas Kesehatan Kab. Kolaka (2016) menyatakan pada tahun 2016
jumlah kasus diare yang datang ke sarana kesehatan sebanyak 12,2% kasus.
Jumlah kasus tahun 2016 sedikit menurun dibandingkan kasus tahun 2015
sebesar 25,9%. Penyakit Diare sebanyak 4.466 sampai saat ini masih termasuk
dalam urutan 10 penyakit terbanyak di Kab. Kolaka. Kasus diare yang ditangani
pengobatan yang rasional. Target penemuan kasus diare pada tahun 2016 adalah
2,13% dari 87,7% penduduk Kab. Kolaka dengan capaian kasus diare adalah
Target penemuan kasus diare pada tahun 2017 adalah 2,14% dari 92,4%
penduduk Kab. Kolaka, dengan capaian kasus adalah 49,7% kasus dan semuanya
ditangani. Jumlah kasus ini naik dari tahunsebelumnya yaitu 4.609 atau (41,7%
pelayanan diare pada balita Kab. Kolaka tahun 2017 adalah 48,3% dari 100%
Benyamin Guluh tahun sebanyak 104. 389 orang sedangkan pada tahun 2012
sebanyak 278 dan periode januari sampai dengan Juli 2018sebanyak 104 yang
utama diare pada anak. Infeksi enteral disebabkan karena bakteri, virus dan
2
parasit. Sedangkan infeksi parenteral merupakan infeksi dari luar pencernaan
terutama terdapat pada anak balita berumur di bawah 2 tahun (Ngastiyah, 2014).
kulit yang jelek, ubun-ubun yang cekung. Nursalam (2008), mengatakan dampak
Dampak masalah fisik yang akan terjadi bila diare tidak diobati akan
dan diare dapat mengurangi daya serap usus terhadap sari makanan. Dalam
keadaan infeksi, kebutuhan sari makanan pada anak yang mengalami diare akan
Jika hal ini berlangsung terus menerus akan menghambat proses tumbuh
anak akan menjadi rewel, cengeng, sangat tergantung pada orang terdekatnya
(Widoyono, 2011).
diare, diantaranya dengan pemberian ASI. Pemberian ASI pada bayi atau anak
yang mengalami diare akan memiliki manfaat antara lain untuk mengganti cairan
3
yang hilang (rehidrasi). ASI mengandung zat – zat gizi yang berguna untuk
memenuhi kecukupan zat gizi selama diare yang diperlukan untuk penyembuhan
menyatakan bahwa 92. 1% bayi yang mendapat ASI eksklusif tidak mengalami
diare dan29,5% bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif berpeluang untuk
terjadinya diare.
diare adalah kekurangan volume cairan dan ketidak seimbangan nutrisi. Peran
perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan pada anak yang dirawat dengan
cairan, kecepatan tetesan harus diatur untuk memberikan cairan dengan volume
yang dikehendaki dalam waktu tertentu dan lokasi pemberian infus harus dijaga
menimbang berat badan anak secara akurat, memantau input dan output yang
keperawatan, orang tua dan keluarga juga ikut memberikan perawatan seperti
Selain dari perawatan anak di rumah sakit, pengetahuan orang tua tentang
terjadinya diare sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena sebagian ibu belum
4
rumah, memeriksakan kondisi kesehatan ketika terdapat gejala suatu penyakit ke
Survei awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 5 Juli 2018 didapatkan
3 orang anak dengan kasus diare di RSUD Benyamin Guluh, dengan diagnosa
keperawatan utama pada anak yaitu dengan kekurangan volume cairan. dari hasil
danorang tua, alamat, riwayat kesehatan, data pemeriksaan fisik dan diagnostik.
kebutuhan cairan pada pasien dan perawat memantau kondisi pasien pada saat
overan, pemberian obat, dan saat mengganti infus pasien. Berdasarkan latar
Keperawatan Anak pada Anak ''F'' dengan Gastro Enteritis Akut (GEA) di Ruang
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan
2. Tujuan khusus
5
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada anak dengan kasus Gastro
2018.
Tahun 2018.
Tahun 2018.
Tahun 2018.
2018.
C. Manfaat Penulisan
1. Pengembang Keilmuan
a. Penulis
6
b. Bagi Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari diharapkan
2. Institusi Pelayanan
penelitian lebih lanjut dengan metode dan tempat yang berbeda untuk
D. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
7
2. Tempat dan Waktu
Studi kasus ini akan dilakukan di Ruang Perawatan RSUD Benyamin Guluh
anak tahun 2018. Waktu penerapan asuhan keperawatan ini dimulai dari
pembuatan karya tulis ilmiah pada bulan Juni 2018 sampai Juli 2018.
3. Subjek Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini adalah 1 orang yang memiliki kriteria sebagai
berikut:
1. Kriteria Inklusi
tahun 2018
2. Kriteria Eksklusi
8
a. Format pengkajian keperawatan terdiri dari : identitas pasien, identifikasi
b. Format analisa data terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medik, data,
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi teknik
untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti akan menggunakan
9
observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber
a. Observasi
daripasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain itu
rasa haus pada anak, turgor kulit abdomen, mata cekung, bibir, mukosa
mulut, lidah kering dan respon tubuh terhadap tindakan apa yang telah
dilakukan.
b. Pengukuran
berat badan.
c. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
10
tidak terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun dapat unsur
d. Dokumentasi
a. Data Primer
11
2) Hasil observasi langsung berupa: pasien malas minum, pasientampak
b. Data Sekunder
7. Rencana Analisis
yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada persamaan antara teori
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
1. Pengertian
buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih
encer. Diare merupakan gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan
BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai
konsistensi feses. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair
dari biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air
besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).
WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar
(BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga
kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten
2. Klasifikasi Diare
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling
13
c. Diare kornik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan
sebagaiberikut :
1. Diare akut
Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran napas atau
(ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut biasanya sembuh
sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi
2. Diare kronis
kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14
hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom
14
3. Diare intraktabel
Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrom pada bayi
dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa
Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak atau diare
todler, merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada anak-
sering disertai dengan partikel makanan yang tidak tercerna, dan lamanya
diare lebih dari 2 minggu. Anak – anak yang menderita diare kronis
nonspesifik ini akan tumbuh secara normal dan tidak terdapat gejala
enterik.
1. Respon Tubuh
a. Sistem Integumen
Anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan hingga berat turgor
15
b. Sistem Respirasi
(pernapasan kusmaul).
c. Sistem Pencernaan
menyerap makanan. Anak akan tampak lesu, malas makan, dan letargi.
lama.
d. Sistem Muskuloskeletal
Kekurangan kadar natrium dan kalium plasma pada anak yang diare dapat
menyebabkan nyeri otot, kelemahan otot, kram dan detak jantung sangat
lambat.
e. Sistem Sirkulasi
Akibat dari diare dapat terjadi gangguan pada sistem sirkulasi darah
16
f. Sistem Otak
g. Sistem Eliminasi
Warna tinja anak yang mengalami diare makin lama berubah kehijauan
karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya akan lecet
karena sering defekasi dan tinja yang makin asam sebagai akibat makin
banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
C. Penyebab
1. Etiologi
a. Faktor Infeksi
17
1) Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
berikut :
b. Faktor malabsorbsi
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada
anak yang lebih besar). Selain kuman, ada beberapa perilaku yang dapat
18
1) Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4 - 6 bulan pertama dari
kehidupan.
1. Agens virus
minum, air di tempat rekreasi (air kolam renang, dll), makanan. Dapat
hari.
2. Agens bakteri
vomitus, BAB berupa cairan berwarna hijau dengan darah atau mucus
19
bersifat menyembur. Dapat ditularkan antar individu, disebabkan
lainnya.
3. Keracunan makanan
20
D. Patofisiologi
1. Faktor infeksi
a. Virus
usus. Sel-sel mukosa yang rusak akan digantikan oleh sel enterositbaru
sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal inimenyebabkan vili-
vili usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan
meningkat.
b. Bakteri
ini dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat seperti
21
demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang. Selain itu, mukosa usus
2. Faktor malabsorpsi,
a. Gangguan osmotic
Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan terkumpul diusus
Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui
b. Gangguan sekresi
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
(Nursalam, 2008).
22
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya timbul diare pula. Akibat dari diare yaitu kehilangan air dan
(Nursalam, 2008).
3. Faktor makanan
Ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan
23
4. Faktor psikologis
E. Manifestasi Klinis
muntah, demam, mual, dan diare cair akut. Diare karena infeksi bakteri invasif
mengalami diare mula-mula akan cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu
makan berkurang. BAB cair, mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja
daerah sekitarnya akan lecet karena sering defekasi dan tinja makin lam makin
asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat
asam basa dan elektrolit. Jika anak telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit,
yaitu berat badan turun, turgor kulit kembali sangat lambat, mata dan ubun-ubun
24
dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisit splasma dapat berupa
sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010). Untuk mengetahui keadaan dehidrasi
Tabel 2. 1
25
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Test diagnostik
a. Pemeriksaan tinja
2. Penanganan / penatalaksanaan
a. Pembenaan cairan
b. Diatetik
diperhatikan adalah :
1) Memberikan ASI
c. Obat-obatan
26
3) Obat anti biotik.
G. Komplikasi
intraseluler.
2. Hipoglikemia
dan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita
27
b. Adanya gangguan absorpsi glukosa, walaupun jarang terjadi gejala
40% pada bayi dan 50% pada anak-anak. Hal tersebut dapat berupa
sampai koma.
3. Gangguan gizi
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
4. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat terjadi
menurun, dan bila tidak segera ditolong maka penderita dapat meninggal.
5. Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
28
Hiponatremi sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak
malnutrisi berat dengan oedema. Oralitaman dan efektif untuk terapi dari
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
1) Jenis cairan
2) Jumlah cairan
Cairan per oral, pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang
cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan
29
4) Jadwal pemberian cairan
b. Pengobatan dietetic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan
1) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
lainnya).
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang
2. Penatalaksanaan Keperawatan
defekasi. Cairan harus mengandung eletrolit, seperti oralit. Bila tidak ada
oralit dapat diberikan larutan gula garamdenan 1gelas air matang yang
dapur. Jika anak terus muntah atau tidak mau minum sama sekali perlu
30
diberikan melalui sonde. Bila pemberian cairan per oral tidak dapat
dilakukan, dipasang infus dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan
Jumlah tetesan per menit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set infus
yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol infus waktu
memantaunya.
Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering, encer
Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk mencegah bibir
sebagai beriku :
1. Rencana terapi A
31
a. Beri cairan tambahan
a) Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali
pemberian.
kunjungan ini.
bertambah parah.
kepada ibu berapa banyak oralit atau cairan lain yang harus
berak.
32
b) Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan
berhenti.
2. Rencana terapi B
Tabel 2. 2
Pemberian Oralit
pedoman di atas.
lambat.
33
c. Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut
d. Setelah 3 jam
derajatdehidrasinya.
6bungkus lagi
terapiA).
3. Rencana terapi C
34
Tabel 2. 3
Pemberian Cairan
Pemberian Pemberian
Umur Pertama 30 ml/kg Berikut 70 ml/kg
Selama Selama
Bayi 1 jam* 5 jam
(dibawah umur 12 bulan)
30 menit* 2 jam
Anak
(12 bulan sampai 5 tahun)
Sumber: MTBS, 2011.
b. Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba,
c. Beri oralit (kira-kira 5 ml/ kg/ jam) segera setelah anak mau
minum: biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)
f. Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukkan cara
ml/kg).
35
1) Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri beri
selama10 hari:
1) Larutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok the
penuh.
36
selain memberi pengobatan juga dapat memberikan
infus, tetap berikan tablet Zinc segera setelah anak bisa minum
atau makan.
Probiotik aman dan efektif dalam mencegah dan mengobati diare akut
c. Kebutuhan nutrisi
37
diare lama, keadaan ini menyebabkan makin menurunnya daya tahan
komplikasi.
diare dan minum teh. Hari esoknya jikadefekasinya telah membaik boleh
38
I. Pathway
Gambar 2. 1
Pathway
Infeksi Makanan Psikologi
Diare
Mual, muntah
Kerusakkan integritas
Hilang cairan dan elektrolit kulit perianal Napsu makan
berlebihan menurun
Ketidakseimbangan
Gangguan keseimbangan Asidosis metabolik nutrisi kurang dari
cairan dan elektrolit kebutuhan tubuh
Sesak
Dehidrasi
Gangguan pertukaran gas
a. Pengkajian
Identitas klien
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
2. Natal
3. Post natal
d. Riwayat iminusasi
Pertembuhan fisik
f. Riwayat nutrisi
Pemberian ASI
Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
40
g. Riwayat psichososial
Tempat tinggal
Lingkungan rumah
Pengasuh anak
h. Riwayat spritual
Kegiatan keagamaan
i. Reaksi hospitalisasi
j. Aktivitas sehari-hari
Elimisani
Olahraga
k. Pemeriksaan fisik
41
Tanda - tanda vital
Antropometri
System pernapasan
System cardiovaskuler
System pencernaan
System indra
1. Mata
2. Hidung
3. Telinga
System syaraf
1. Fungsi cerebra
3. Fungsi motorik
4. Fungsi sensori
5. Refleks bisep
System integument
System endokrin
System perkemihan
Reproduksi
System imunisasi
42
Riwayat alergi.
a. Motorik kasar
b. Motorik halus
c. Bahasa
d. Personal social
e. Perkembangan kognitif
f. Perkembangan psikosexual
g. Perkembangan psikosocial.
makanan
1. Perencanaan
43
: - Warna kulit norma
diperkirakan
Intervensi :
klien
melakukan suction
gangguan.
44
: - Mempertahankan turgor kulit.
Intervensi :
elektrolit.
berlebihan
Intervensi :
dehidrasi
45
Rasional : Deteksi seberapa banyak intake lewat oral
cairan.
Intervensi :
46
Rasional : Obat klien dapat membantu terjadinya iritasi.
intake makanan
Intervensi :
5) Kolaborasi
47
: - Cairan tubuh pasien adekuat
Intervensi :
maetabolisme
2-3 liter/hari )
agar seimbang.
48
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien
1. Biodata
4. Agama : Islam
5. Pendidikan :-
1. Ayah
a. Nama : Tn. S
b. Usia : 37 Tahun
c. Pendidikan : SMP
e. Agama : Islam
2. Ibu
a. Nama : Ny. M
b. Usia : 23 Tahun
49
c. Pendidikan : SMA
e. Agama : Islam
B. Pengkajian
1. Keluhan Utama :
2. Riwayat Kesehatan
hilang timbul. Pasien rewel (+ masih kuat netek (+), riwayat batuk pilek (-
1. Prenatal Care
a) Pemeriksaan kehamilan
50
Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah sakit, obat yang
diminum ibu selama hamil yaitu tablet penambah darah dari bidan.
DM.
e) Imunisasi TT
f) Golongan darah
2. Natal
a) Tempat melahirkan
c) Penolong persalinan
51
Tidak ada komplikasi pada saat anak lahir.
3. Post Natal
a) Kondisi bayi
PB lahir : 49 cm.
c) Problem menyusui
kecelakaan
f) Riwayat operasi
g) Riwayat alergi
g. Riwayat pengobatan
i. An. F tidak mempunyai saudara, anak pertama dari Tn. S dan Ny. M.
52
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Gambar 2. 2
Genogram
Ayah Ibu
1 Thn
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Laki-laki meninggal
: Hubungan pernikahan
: Hubungan saudara
....... : Serumah
: Pasien
53
3. Riwayat Imunisasi
1. Jenis imunisasi BCG, waktu pemberian pada usia 0 bulan, reaksi setelah
2. Jenis imunisasi DPT ( I, II, III, IV ) waktu pemberian usia 3,4,5 bulan,
3. Jenis imunisasi POLIO ( I, II, III, IV ) waktu pemberian usia 3,4,5 bulan,
1. Pertumbuhan Fisik
c. Tinggi badan :
4 bulan
7 bulan
54
d. Berdiri : An. F belum berdiri
5. Riwayat Nutrisi
1. Pemberian ASI
3. Pola Perubahan Nutrisi Setiap Tahapan Usia Sampai Nutrisi Saat Ini
bulan.
1. Tempat tinggal
An. F diasuh oleh kedua orang tuanya dan tinggal dirumah yang sama.
2. Lingkungan rumah
55
Rumah tempat tinggal An. F jauh dari sekolah dan tidak ada tempat
bermain.
6. Pengasuh anak
7. Riwayat Spiritual
2. Kegiatan keagamaan
8. Reaksi Hospitalisasi
56
e. Ibu klien yang menemani atau tinggal dengan klien pada saat ini.
Anak belum paham karena masih dibawah umur, hanya saja ibu
9. Aktivitas Sehari-Hari
Tabel 2. 4
Kebutuhan Nutrisi pada Anak ''F'' dengan Diare
57
Tabel 2. 5
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Anak ''F'' dengan Diare
Tabel 3. 1
Kebutuhan Eliminasi (BAB dan BAK) pada Anak ''F'' dengan Diare
58
Tabel 3. 2
Kebutuhan Istirahat dan Tidur pada Anak ''A'' dengan Diare
Tabel 3. 3
Kebutuhan Personal Hygiene pada Anak ''F'' dengan Diare
59
Tabel 3. 4
Kebutuhan Aktivitas dan Mobilitas Fisik pada Anak ''A'' dengan Diare
a. KU lemah
2. Tanda-Tanda Vital
a. Suhu : 37˚C
c. Respirasi : 30 x/ menit
d. Tekanan darah :
3. Antropometri
a. Tinggi badan :
b. Berat badan :
d. Lingkar kepala :
e. Lingkar dada :
60
f. Lingkar perut :
4. Sistem Pernapasan
dileher
5. Dada :
a. Conjungtiva : Pink
7. Sistem Pencernaan
b. Mulut :
c. Jumlah gigi :
8. Sistem Indra
a. Mata :
61
Kelopak mata : Bersih tidak anemis pada kunjuingtiva
Pemeriksaan virus :
Lapang pandang :
b. Hidung
c. Telinga
telinga
9. Sistem Saraf
a. Fungsi cesebral
Bicara ekspresive :
b. Fungsi cranial
c. Fungsi motoric
d. Fungsi sensori
e. Refleks bisep
62
10. Sistem muskulo skeletal
a. Rambut : Pendek
b. Kulit : Bersih
c. Kuku : Pendek
thyroid
a. Motorik kasar :
b. Motorik halus :
c. Bahasa :-
63
d. Personal hygiene : Belum mandiri
Tabel 3. 5
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Hematologi
Nama
Hasil Nilai Rujukan Satuan
Pemeriksaan
Wbc 5,6 4,6 - 10,00 103/UL
HGB 10,2 12,0 - 16,0 9/dl
HcT 29,1 35,0 - 45,0 %
MCV 79,3 83,9 - 99,1 Fl
MCH 27,8 27,0 - 34,0 Pg
RBC 3,67 4,50 - 5,50 106/UL
PLT - - -
1. IVFD RL 18 TPM
2. L Bio 2x1
3. Zink 2x1
1. Klasifikasi Data
Data Subyektif :
a. Ibu klien mengatakan anaknya BAB cair sejak 5 hari yang lalu
b. Ibu klien mengatakan anaknya BAB encer ± 3x sehari sejak tadi pagi
64
Data Obyektif :
f. Tanda-tanda vital :
Pernapasan : 30 ×/ menit
h. IV RL 18 TPM
65
Tabel 4. 1
Analisa Data
66
- Ibu klien mengatakan Gangguan keseimbangan cairan dan
anaknya lemas. elektrolit
Data Obyektif
- Nampak BAB encer Dehidrasi
± 3×
- Mukosa bibir kering Gangguan keseimbangan volume
- Turgor kulit kering cairan
- Klien tampak lemah
dan lemas
- Tanda-tanda vital
a. Nadi : 138 × 1
menit
b. Pernapasan : 30 × 1
menit
c. suhu badan : 37oc
- IV terpasang RL 18
TPM.
3. Data Subyektif Diare Gangguan
- Ibu klien mengatakan integritas
kemerahan daerah Frekwensi BAB meningkat kulit
pantat.
Data Obyektif Hilangnya cairan dan dektrolit
- Tampak kemerahan berlebihan
daerah anus.
Iritasi kulit daerah anal
67
D. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
dengan
Data Subyektif :
a. Ibu klien mengatakan anaknya BAB cair sejak 5 hari yang lalu
Data Obyektif :
d. Tanda-tanda vital :
Pernapasan : 30 ×/ menit
e. IV RL 18 TPM.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d proses infeksi, inflamasi diusus ditandai
dengan :
Data subyektif :
a. Ibu klien mengatakan anaknya BAB cair sejak 5 hari yang lalu
Data obyektif
68
b. Peristaltik usus 24 ×/ menit
Data Subyektif
Data Obyektif
Gambar 2. 3
Pathway Kasus
Berkembang di anus
Diare
Dehidrasi
Resiko kekurangan
volume cairan
69
Tabel 4. 2
Intervensi Keperawatan Untuk Pasien Diare
No. Register : 03 74 58
70
menit haus yang cairan IV. menganti
o
c. suhu badan : 37 c berlebihan. cairan
- IV terpasang RL 18 4. Keluarga
TPM. sebagai
pendo-
rong
pemenu-
han kebutu-
han cairan
klien
5. Pember-
ian
cairan IV
untuk
meme-
nuhi keb-
utuhan
cairan.
1. Untuk
mengobati
Diare manage- diare/
2. Gangguan rasa nyama Setelah dilaku- ment : membantu
(nyeri) b/d proses kan tindakan 1. Ajarkan dalam prose
infeksi Inflamasi dius- keperawatan 3 × pasien untuk peny-
us ditandai dengan : 24 Jam, Noc : mengguna- embuhan
Data Subyektif - Bowel kan obat anti 2. Agar dapat
- Ibu klien mengat- elimination diare menge-
akan anaknya BAB - Fluid balance 2. Instruksikan tahui
cair sejak 5 hari yang - Hydration keluarga untuk perkemba
lalu kriterial Hasil : mencatat ngan pasien
- Ibu klien mengat- - Fese warna, jumlah, 3. Untuk
akan anaknya BAB berbentuk, frekwensi dan menge
71
encer ± 3 × sehari BAB sehari konsistensi dari tahui
Data Obyektif sekali 3× Feses pemasuk
- Nampak BAB encer - Menjaga 3. Evaluasi kan pasien
± 3× daerah sekitar intake makanan 4. Untuk
- Peristaltik usus 24 ×/ Rectal dari yang masuk mengkaji
Menit iritasi 4. Observasi beratnya
- Skala nyeri - Tidak turgor kulit diare
P : Sebelum dan mengalami secara rutin 5. Pembe-
sesudah BAB diare 5. Kolaborasi rian
Q : Nyeri seperti - Menjelaskan dengan dokter obat dapat
teremas penyebab pemberian menurun
R : Pada regio diare dan medikasi. kan/
epigastrium rasional menghen
S : Skala nyeri 4 tindakan tikan
T : Sering - Mempertahan diare.
- Anak nampak rewel. kan turgor 1. Meng-
kulit. NIC : hindari
Pressure manag kerusakan
ement kulit
1. Anjurkan 2. Melind-
pasiaen untuk ungikulit
3. mengguna- agar tidak
Gangguan integritas Setelah dilaku- kan lecet dan
Kulit b/d eksresi/BAB kan tindakan pakaian yang iritasi
Sering ditandai keperawatan longgar 3. Mencegah
dengan 1 × 24 jam 2. Jaga kebersi- terjadinya
Data Subyektif - Tissue han kulit agar iritasi yang
- Ibu klien mengata- integrity : tetap bersih merusak
kan kemerahan Skinand dan kering kulit
daerah pantat mucous 3. Monitor kulit 4. Mengo-
Data Obyektif membranes akan adanya ptimalkan
- Anak tampak rewel. - Hemodyalis kemerahan fungsi
72
akses 4. Oleskan perlin-
Kriterial hasil : lotion atau dungan
- Integritas kulit minyak/baby oil dan kelemba-
yang baik bisa pada pan agar
dipertahankan daerah yang kulit tidak
(sensasi, elastis tertekan. terlalu
-itas, kering.
temperatur,
hidrasi,
pigmentasi)
- Tidak ada
luka/lesi
pada kulit
- Perfusi
jaringan baik
- Mampu
melindungi
kulit dan
mempertakan
kelembaban
kulit dan
perawatan
alami.
73
E. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi
Tabel 4. 3
Implementasi Keperawatan dan Evaluasi
No. Register : 03 74 58
74
- Turgor kulit klien
2. kering
75
parenteral
1. Hasil :
- IVFD RL 18 TPM.
Kamis 1. Menganjurkan ibu Jam 14. 00
5-7-2018 klien untuk mengguna- S : Ibu klien mengatakan masih
Jam 09. 00 kan pakaian yang merah daerah pantat
Longgar O : Tampak kemerahan pada
Hasil : Ibu mengikuti anus
anjuran perawat A : Kerusakan integritas kulit
Jam 09. 15 2. Menjaga keberhasilan P : Intervensi 1,2,3 dan 4
kulit agar tetap bersih dilanJutkan.
dan kering
Hasil :
Setiap habis BAK dan
BAB popok klien diganti
Jam 09. 30 3. Memonitor kulit akan
adanya kemerahan
Hasil :
- Kulit sekitar anus keme-
rahan
Jam 10. 00 4. Mengoleskan lation
atau baby oil pada
daerah yang anus
Hasil :
Ibu mengoleskan lation
Pada daerah anus. Jam 20. 30
Hari ke II 1. Mengajarkan pada ibu S : Ibu klien mengatakan anak-
6-7-2018 untuk menggunakan nya masih BAB encer
Jam 15. 00 obat anti diare O : - Frekwensi BAB 2× sehari
Hasil : - Konsistensi encer
Ibu melakukan anjuran - Ampas (+)
perawat - Anak masih nampak lemah
76
Jam 15. 15 2. Menginstruksikan A : Diare, ringan
2. keluarga untuk men- P : Intervensi 1,2,3,4,5 di
catat warna, jumlah, lanjutkan
frekwensi dan
konsistensi dari peses
Hasil :
- Warna feses : kuning
- Konsistensi : encer
- Ampas : (+)
- Frekwensi : 2×
sehari
Jam 16. 00 3. Mengevaluasi intake
makanan yang masuk
Hasil :
- Anak tidak mau makan
Jam 16. 15 4. Mengobservasi turgor
kulit
Hasil :
Turgor kulit lembab
Jam 19. 00 5. Penatalaksanaan pe-
mberian medikasi
- L Bio 1 tab/oral
- Zink 1 tab/oral Jam 20. 45
6-7-2018 1. Memonitoring status S : - Ibu klien mengatakan anak-
Jam 15. 30 hidrasi klien nya masih BAB encer 2×
Hasil : - Ibu klien anaknya masih
- Membran mukosa lemah
kering O : - BAB encer 2×
- Kulit lembab - Mukosa bibir masih kering
Jam 16. 00 2. Monitoring Vital Sign - Turgor kulit lembab
Hasil : - TTV
3. Nadi : 134 ×/ menit Nadi : 130 ×/ menit
77
RR : 30 ×/ menit RR : 28 ×/ menit
0
1. SB : 36,5 C SB : 36,50C
A : Resiko kekurangan volume
Jam 16. 15 3. Memonitor masukkan cairan
makanan/cairan P : Intervensi 1,2,3,4,5 di
Hasil : lanjutkan
- Klien makan bubur
saring sedikit sedikit
- Klien hanya mau
menetek/minum ASI
Jam 16. 15 4. Mendorong masukkan-
oral
Hasil :
Ibu klien sering member-
ikan minum tapi klien tak
mau minum air putih
Jam 18. 00 5. Penatalaksanaan pem-
berian cairan
parenteral
Hasil :
- IVFD 18 TPM (mikro) Jam 20. 45
6-7-2018 1. Mengajurkan ibu klien S : Ibu klien mengatakan merah
Jam 15. 00 untuk menggunakan- pada pantat berkurang
pakaian yang longgar O : Kemerahan pada anus
Hasil : berkurang
Ibu mengikuti anjuran A : Kerusakan integritas kulit
perawat P : Intervensi 1,2,3,4 di
Jam 15. 30 2. Menjaga kebersihan lanjutkan.
kulit agar tetap bersih
dan kering
Hasil :
2. Setipa selesai BAK dan
78
BAB popok klien diganti
3. Jam 15. 30 3. Memonitor kulit akan
adanya kemerahan
Hasil :
Kulit sekitar anus berkur-
ang kemerahannya
Jam 16. 00 4. Mengoleskan lation/
minyak baby oil daerah
anus
Hasil :
Ibu mengoleskan lation
pada daerah anus. Jam 13. 00
Hari ke III 1. Mengajarkan pada S : - Ibu klien mengatakan anaknya
7-7-2018 keluarga untuk BAB 1×
Jam 08. 00 menggunakan O : Frekwensi 1 ×/ hari
obat anti diare - Konsistensi padat
Hasil : - KU anak nampak baik
Ibu melakukan anjuran A : Diare teratasi
perawat P : Intervensi dihentikan klien
Jam 08. 30 2. Menginstruksikan boleh pulang.
keluarga untuk men-
catat warna, jumlah,
frekwensi dan
konsistensi dari peses
Hasil :
- Warna feses : kuning
- Konsistensi : lembek
- Frekwensi : 1× sehari
Jam 09. 00 3. Mengevaluasi intake
makanan yang masuk
Hasil :
- Anak sudah mau makan
79
Jam 09. 15 4. Mengobservasi turgor
kulit
Hasil :
Turgor kulit lembab
Jam 12. 00 5. Penatalaksanaan pe-
mberian medikasi
- L Bio 1 tab/oral Jam 13. 00
- Zink 1 tab/oral. S : - Ibu klien mengatakan anak-
Jam 08. 15 1. Memonitoring status nya sudah tidak BAB encer
hidrasi klien - Ibu klien mengatakan
Hasil : anaknya sudah baik
- Membran mukosa O : - BAB lembek 1×
lembab - Mukosa bibir lembab
- Kulit lembab - Turgor kulit lembab
Jam 09. 00 2. Monitoring Vital Sign - TTV
Hasil : Nadi : 130 ×/ menit
Nadi : 130 ×/ menit RR : 28 ×/ menit
RR : 28 ×/ menit SB : 36,20C
SB : 360C A : Resiko kekurangan volume
Jam 09. 15 3. Memonitor masukkan cairan teratasi
makanan/cairan P : Intervensi dihentikan pasien
Hasil : boleh pulang
- Klien makan bubur
saring
- Klien kuat menetek /
minum ASI
Jam 10. 00 4. Mendorong masukkan
oral
Hasil :
Klien sudah mau minum
air putih sedikit-sedikit
5. Pemberian cairan
80
parenteral di hentikan
Jam 13. 00
S : Ibu klien mengatakan pantat
7-7-2018 1. Menganjurkan ibu anaknya tidak merah lagi
Jam 09. 00 klien untuk menggun- O : Kemerahan pada anus (-)
akan pakaian yang A : Kerusakan integritas kulit
longgar Teratasi
Hasil : P : Intervensi dihentikan pasien
Ibu mengikuti anjuran boleh pulang.
perawat
Jam 09. 15 2. Menjaga kebersihan
kulit agar tetap bersih
dan kering
Hasil :
Setiap selesai BAK dan
BAB popok klien diganti
Jam 09. 30 3. Memonitor kulit akan
adanya kemerahan
Hasil :
Kulit sekitar anus tidak
Merah lagi.
81
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
berkurang, demam, anak malas minum, An. F tampak lesu dan lemah.
pada An. F dengan gangguan pemenuhan system pencernaan diare akut dehidrasi
rumah sakit dengan keluhan BAB encer sudah 5 kali, konsistensi encer, warna
kuning.
atau BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja
cair, dapat disertai dengan darah dan atau lender. Anak yang mengalami diare
akibat infeksi bakteri mengalami kram perut, muntah, demam, mual, dan diare
cair akut. Diare karena infeksibakteri invasif akan mengalami demam tinggi,
tubuh meningkat, nafsu makan berkurang. BAB cair, mungkin disertai lendir dan
darah. Anus dan daerah sekitarnya akan lecet karena sering defekasi dan tinja
makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal
Menurut peneliti keluhan yang ditemukan pada kasus An. F sesuai dengan
teori dan yang ada dimana pasien dengan diare datang ke puskesmas karena BAB
82
encer, frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari, muntah, demam tinggi, dan BAB
berlendir, anus dan daerah sekitar menjadi lecet, nafsu makan berkurang, anak
menjadi rewel.
Hasil pemeriksaan fisik pada An. F yaitu keadaan umum klien : KU lemah,
Hasil penelitian Sulaiman (2011), tentang profil diare di ruang rawat inap
anak melati RSUD Benyamin Guluh, Kolaka. Dimana pasien diare yang disertai
gizi buruk 8,6% dan gizi kurang 38,5%. Dan hasil penelitian Arini (2012),
dengan gastroenteritis akut (GEA). Dimana pasien tampak lemas dan dan sering
menangis, kulit bersih, turgor kulit kembali lambat, konjungtiva anemis, mukosa
bibir kering, muntah sampai 4 kali, pada bokong terlihat kemerahan, mata
diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik karena adanya
dan dalam (pernapasan kusmaul) (Suharyono, 2008). Anak yang mengalami diare
dengan dehidrasi ringan hingga berat turgor kulit biasanya kembali sangat
lambat. Karena tidak adekuatnya kebutuhan cairan dan elektrolit pada jaringan
tubuh anak sehingga kelembapan kulitpun menjadi berkurang, mata dan ubun-
ubun besar menjadi cekung, mukosa bibir kering. Menurut peneliti apa yang ada
83
di teori sama dengan kasus. Akan tetapi pada partisipan 1 dan 2 tidak dilakukan
didapatkan jarang melakukan cuci tangan pakai sabun saat menyiapkan makanan.
Hasil observasi ibu jarang mencuci tangan setelah membersihkan BAB anaknya.
ibu tentang sanitasi makanan dengan kejadian diare pada balita. Hal ini
pengetahuan sanitasi dengan kriteria baik dan pernah mengalami diare sebanyak
makanan masak pada suhu kamar, air minumtercemar dengan bakteri tinja, tidak
mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau sebelum
dan teori diatas sanitasi ibu dalam menyiapkan makanan keluarga An. F perlu
untuk mencuci tangan setelah membersihkan BAB anaknya. Hal ini dilakukan
agar diare dan penyakit lainnya tidak terjadi pada keluarga lainnya dan untuk
84
B. Diagnosa Keperawatan
dengan kehilangan cairan aktif. Hal ini jika tidak diatasi secepatnya anak akan
mengalami dehidrasi berat yang berakhir pada syok dan bisa menyebabkan
85
Berdasarkan kasus yang peneliti temukan diagnosa utama yang peneliti
angkat untuk An. F yaitu diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi di
hipovolemia. Gejala dari dehidrasi yang tampak yaitu berat badan turun, turgor
kulit kembali sangat lambat, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, mukosa
bibir kering.
kesadaran dan berakhir pada kematian. Pada kasus An. F mengalami dehidrasi
makanan ditandai dengan An. F suka malas makan. Makan hanya 2 kali dalam
sehari dan tidak teratur, An. F lebih suka makan cemilan. Hasil observasi peneliti
An. F tampak kurus dan lemah. An. F saat ini An. F mendapat diet makanan
lunak. Anak tampak lemah dan nafsu makan berkurang. An. F juga mengalami
penurunan berat badan, berat badan sebelum sakit 8,9 kg, saat sakit 8,6 kg, dan
86
Menurut Ngastiyah (2014), pasien yang menderita diare biasanya juga
atau diare lama, keadaan ini menyebabkan makin menurunnya daya tahan tubuh
mengalami penurunan nafsu makan. Oleh sebab itu perlu penanganan cepat agar
kurang gizi. Pada kasus yang peneliti temui, mengalami penurunan berat badan.
An. F mengalami penurunan berat badan yang drastis yaitu dari 8,9 kg berat
badan sebelumnya dan pada saat sakit turun menjadi 8,6 kg.
Diagnosa diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai ibu dari An. F
air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer.
Diare merupakan gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah
87
Diagnosa kerusakan integritas kulit berhubungan Kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan ekskresi atau sering BAB yang ditandai dengan ibu
dari Ny. M. mengatakan anaknya sering BAB, BAB encer. Hasil observasi
peneliti anus dan daerah sekitarnya tampak lembab, dan berwarna kemerahan.
menyebabkan anus dan daerah sekitarnya akan lecet karena sering defekasi. Hal
ini disebabkan karena tinja yang makin asam sebagaiakibat makin banyaknya
asam laktat yang berasal dari laktosa yangtidak dapat diabsorbsi oleh usus selama
diare. Hasil analisa peneliti diagnosa kerusakan integritas kulit ini ditegakkan
karena pada kasus An. F sering BAB, BAB encer dan hal ini dapat menyebabkan
daerah sekitar anus berwarna kemerahan, lama kelamaan bisa menjadi lecet, dan
anak menjadi rewel setiap kali BAB. Pada kasus diatas terdapat tidak mengalami
kerusakan integritas kulit, halini disebabkan karena An. F diare baru 1 hari
dengan frekuensi ± 3 kali. Dan setelah itu An. F BAB ± 3 kali, BAB masih encer
penyakit ditandai dengan pada An. F ditemukan anak BAB sudah lebih dari 3
kali, anak gelisah, tidur tidak teratur karena BAB, anak masih demam, dan
sekali-sekali batuk.
mula akan cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang.
BAB cair, mungkin disertai lendir dan darah. Anus dan daerah sekitarnya akan
lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh
88
usus selama diare. Menurut analisa peneliti anak yang mengalami diare pasti
efekhospitalisasi.
dan elektrolit tidak ditegakkan karena tidak ditemukan tanda – tanda terjadinya
syok hipovolemik pada An. F. Tanda-tanda syok seperti akral teraba dingin,
denyut nadi cepat dan lemah, BAK sedikit, terjadi penurunan kesadaran, tekanan
darah rendah, kulit pucat, dan dapat berakhir pada kematian. Syokhipovolemik
dapat terjadi pada anak yang mengalami dehidrasi berat (Nursalam, 2008).
Asumsi dari peneliti yaitu jika dehidrasi pada An. Ftidak diatasi dengan
Nursalam (2008), syok hipovolemk dapat terjadi pada anak yang mengalami
dehidrasi berat.
C. Intervensi Keperawatan
kasus berdasarkan NOC dan NIC (2013) yaitu, diagnosa utama pada An. F
Tindakan yang dilakukan pada masalah kekurangan volume cairan yaitu untuk
89
untuk melihat respon pasien setelah diberikan cairan. Kriteria hasil yang hendak
dicapai yaitu tanda-tanda vital tidak terganggu, keseimbangan intake dan output
cairan dalam 24 jam tidak terganggu, berat badan stabil, turgor kulit tidak
secara oral sebagian besar adekuat, asupan cairan intravena sebagian besar
adekuat.
adanya mual dan muntah, 5) monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
asupan kalori. Kriteria hasil yang hendak dicapai yaitu asupan makanan dan
cairantidak menyimpang dari rentang normal, asupan makanan dan cairan secara
oral sbagian besar adekuat, berat badan tidak ada deviasi darikisaran normal.
masalah yang sudah ditegakkan pada kasus diare, antara lain manajemen cairan,
yang disusun pada kasus sama dengan apa yang ada di teori.
D. Implementasi Keperawatan
kehilangan cairan aktif yaitu, Memberikan cairan oralit 200 cc/3 jam,
90
memberitahu ibu untuk tetap memberikan anaknya minum sesering mungkin,
setelah 7 jam pemberian oralit, memberikan terapi zink 1x1 sendok teh sesuai
dengan order dokter, memantau mata cekung, turgor kulit, kelembaban mukosa
mulut, CRT pada anak, memantau pola minum anak, memantau warna urine dan
frekuensiurine anak.
terhadap kesesuaian obat dan dosis pada pasien rawat inap di RSUD Budi Asih
Salah satu hal yang penting dan perlu diperhatikan yaitu jenis cairan, jumlah
cairan, cara pemberian cairan, dan jadwal pemberian cairan pada pasien yang
mengalami diare.
danteori sama. Dimana pada kasus anak mendapat terapi cairan RL 18 tts/mnt per
8 jam. Dan juga anak mendapatkan terapi oralit dan zinkdengan cara pemberian
cairan melalui oral. Pemberian oralit pada An. F berdasarkan umur dan BB
dimana umur 2- <5 tahun dengan BB12-19 Kg diberikan oralit sebanyak 900-
1400 cc.
91
informasi kepada ibu tentang kebutuhan nutrisi yang diperlukan anak, mencatat
mukosa mulut setelah 8 jam, memberitahu ibu untuk menyuapi anaknya makan,
daya tahan tubuh sehingga penyembuhan tidak lekas tercapai, bahkan dapat
hiperperistaltik usus yang merangsang anak menjadi mual, muntah dan nafsu
makan mennurun.
berat. Menurut analisa peneliti tindakan ini dilakukan karena An. F mengalami
diare dehidrasi ringan dan anak malas untuk minum. Oleh sebab itu perawat
di dalam tubuh.
E. Evaluasi Keperawatan
92
Ibu mengatakan saat dirumah anaknya masih diberi oralit, ibu mengatakan
anaknya masih diberi zink, ibu mengatakan BAB anaknya sudah normal ± 3 kali,
konsistensi lembek, jumlah ± 50 ml, ibu mengatakan sudah paham dengan apa
yang dijelaskan, anak tampak tenang, anak sudah bisa bermain, mata tidak
Depkes (2011), mangatakan oralit diberikan bila anak diare dan sampai
diare berhenti. Untuk anak usia kurang dari satu tahun diberikan 50 sampai 100
cc cairan oralit setiap kali buang air besar sedangkan anak labih dari 1 tahun
diberikan 100 sampai 200 cc cairan oralit setiap kali buang air besar. Menurut
peneliti apa yang ditemukan pada kasus samadengan apa yang ada diteori. Anak
yang diare banyak kehilangan air dan elektrolit. Oralit berguna untuk membantu
umumnya anak umur 1 tahun sudah bisa makan makanan biasa, dianjurkan
makan bubur tanpa sayuran pada hari masih diare dan minum teh. Hari esoknya
93
jika defekasinya telah membaik boleh diberi wortel, daging yang tidak berlemak
(Ngastiyah, 2014).
94
BAB V
A. Kesimpulan
diare di ruang perawatan anak RSUD Benyamin Guluh peneliti dapat mengambil
B. Saran
a. Bagi Penulis
95
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan oleh mahasiswa
lebih lanjut dengan metode dan tempat yang berbeda untuk penerapan asuhan
96
DAFTAR PUSTAKA