Oleh
DEWI MAYANG PERTIWI
A 14304064
Oleh:
DEWI MAYANG PERTIWI
A14304064
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah menciptakan segala
keajaiban di dunia tempat manusia berpijak. Kekayaan alam dan keindahan
panorama yang ada bagai anugerah bagi makhluk ciptaan-Nya sebagai wujud
kasih-Nya akan dunia ini. Manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya wajib menjaga
dan melestarikan alam dan segala isinya, sebagai wujud rasa syukur kepada-Nya.
Dan dengan segala pertolongan dan kemudahan yang diberikan-Nya, penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul “Analisis Usahatani Sayuran Organik di PT
Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm”, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat”
ditulis untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana pada Fakultas
Pertanian, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki kekurangan dan kelemahan.
Diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang
membutuhkan.
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkat, rahmat dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan
dukungan serta kerjasama dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada :
1. Kedua orang tua penulis Bapak Deddy Effendi dan Ibu Rini Wulandari atas
segala kasih sayang, doa, cinta, dan kesabarannya selama ini. Rani atas segala
perhatian dan canda untuk penulis. Semua keluarga besar yang selalu
mendoakan, mendukung dan membantu secara moral maupun materil.
2. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M. Agr selaku dosen pembimbing skripsi atas
bimbingan, saran, dan perhatian terhadap penulis selama proses penyusunan
skripsi.
3. Dr. Ir. Harianto, MS selaku dosen penguji utama dan Tintin Sarianti, SP
selaku dosen penguji wakil departemen yang telah bersedia menguji penulis
serta atas saran, masukan dan perbaikannya dalam penyusunan skripsi ini.
4. Prof. Ir. Isang Gonarsyah, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik atas
bimbingan dan perhatiannya terhadap penulis selama proses perkuliahan.
5. Bapak Rustam Effendi dan Bapak Firmansyah Rustam yang telah memberikan
izin penelitian di PT Anugerah Bumi Persada dan banyak memberi masukan
yang berguna bagi penulis.
6. Mas Subur, Mas Arif, Mas Maman, dan Pak Bambang yang banyak
membantu penulis dalam pengambilan data serta memberi pengetahuan baru
selama penelitian. Semua pekerja di PT Anugerah Bumi Persada yang dengan
sabar membantu penulis di lapang.
7. Teman-teman terbaik yang selama ini selalu ada dan mendukung : Owin, Evie,
Tita, Risti, Maya, Ade, Ella, Deasy, Cita, Rolas, Nat2, Agis, Uchie, Irna,
Teteh, Can2, Sari, Lina, Toto, Kevin, Zae, Deli, Pipih, Mail, Yudi, Pam2,
Nana, Arif, Jimmy, Ricky, Galih, Cecep.
8. Teman seperjuangan penelitian dan penyusunan skripsi yang banyak
mendukung dan memberikan perhatian Anti, Lenny, Devie, Yani. Saat-saat
bersama kalian akan teringat selalu, love you guys ;)
9. Semua teman-teman EPS 41 : Dylla, Rahma, Teh Nisa, Rocky, Vina, Retno,
Cian, Pipit, Nia, Erfan, Zakya, Ida, Ave, Wida, Rirah, Mery, Yanti, Mba Erna,
dan yang tidak tersebutkan satu per satu, semoga persahabatan kita selamanya
dan jangan pernah berhenti untuk belajar!!
10. Keluarga baru dan teman-teman KKP di Buniwangi yang selalu memberikan
dukungan dan doa : A Ujang, Ibu, Dhini, Aline, Doni, dan Yono, Amus, dan
Bapak Adang.
11. Keluarga besar mamah : nenek, bude, tante, om, adik-adik sepupu, dimas
(thanks buat laptopnya), dina, banu, woro, gilang, bintang, ica, ari, ivan, ira,
agis, gita, dan manik.
12. Keluarga besar bapak : keluarga besar Uwa Bambang, bibi, om, tante yang ada
di Bogor, Dompu, Bandung, dan Tanjung Pinang.
13. Mba Pini atas kesabaran dan keikhlasannya membantu serta memberi nasehat
untuk anak-anak EPS 41 Phasing Out.
14. Segenap Dosen dan staf Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya
yang telah memberikan banyak ilmu terhadap penulis selama proses
perkuliahan.
15. Semua teman-teman yang tidak tersebutkan satu per satu, semua bantuan,
dukungan dan perhatian selalu terukir di hati yang terdalam. Semoga kebaikan
teman-teman semua diberikan balasan oleh Allah SWT, amin.
16. Orang-orang yang pernah datang dan pergi akan selalu punya cerita sendiri di
kehidupanku.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 11
1.4 Kegunaan Penelitian ......................................................................... 11
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 12
Nomor Halaman
Nomor Halaman
Nomor Halaman
Berdasarkan lapangan pekerjaan, dari 94,9 juta penduduk yang bekerja, sekitar
44,04 persen dari mereka bekerja di sektor pertanian (BPS, 2006)1. Sedangkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2008 yang diukur dari
Pertumbuhan ini terjadi pada sektor pertanian, keuangan, real estate dan jasa
perusahaan, listrik, gas dan air bersih, pengangkutan dan komunikasi, serta sektor
Sektor pertanian Indonesia terdiri dari tiga sub sektor yaitu sub sektor
sebagai salah satu sub sektor pertanian terdiri dari berbagai jenis tanaman hias,
vitamin dan mineral yang terkandung di dalamnya. Hal ini juga penting dalam
1
www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 7 Februari 2008
2
www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 30 Juli 2008
setelah tanaman pangan. Sementara itu dalam PDB sub sektor hortikultura
sayuran menempati urutan kedua setelah tanaman buah dan PDB sayuran juga
meningkat dengan laju rata-rata 8 persen per tahun dari 2002 – 2005 (Deptan,
2006).
penduduk saat ini. Dari tahun ke tahun, populasi penduduk Indonesia semakin
meningkat. Pada tahun 2000, jumlah penduduk Indonesia yaitu sekitar 205 juta
jiwa dan pada tahun 2005 jumlah penduduknya sudah mencapai 219 juta jiwa
2007 yaitu sekitar 224 juta jiwa dan proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2010
memperlihatkan peningkatan yang cukup pesat. Hal ini terlihat terutama pada
per kapita dalam lima tahun terakhir yang paling tinggi adalah pada tahun 2005,
yaitu dari keseluruhan macam sayuran sebesar 35,30 kg/tahun. Konsumsi sayuran
3
www.datastatistik-indonesia.com . Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia. Diakses pada tanggal
30 Juli 2008
Tabel 1. Konsumsi Sayur-sayuran Per Kapita (Tahun 2002-2006)
Konsumsi Per Kapita (Kg/Thn)
No Jenis Sayuran 2002 2003 2004 2005 2006
1 Bawang Merah 2,20 2,22 2,19 2,36 2,08
2 Ketimun 1,72 2,18 1,92 2,03 1,98
3 Kacang Panjang 3,74 3,74 3,43 4,11 4,00
4 Kentang 1,77 1,61 1,82 1,77 1,66
5 Kubis 1,92 1,87 2,03 1,87 1,82
6 Tomat 1,53 1,52 1,52 1,58 1,17
7 Wortel 0,83 0,62 0,73 0,83 0,94
8 Cabe Merah 1,42 1,35 1,36 1,56 1,38
9 Cabe Hijau 0,22 0,23 0,24 0,26 0,23
10 Cabe Rawit 1,12 1,20 1,14 1,27 1,16
11 Terung 2,50 2,86 2,55 2,65 2,65
12 Petsai/Sawi 0,52 0,47 0,47 0,52 0,47
13 Kangkung 4,63 5,04 4,52 4,73 4,99
14 Labu Siam 0,88 0,73 0,83 0,99 1,09
15 Buncis 0,88 0,99 0,94 1,14 0,94
16 Bayam 4,16 4,78 4,42 4,21 4,37
17 Bawang Putih 1,07 1,13 1,15 1,28 1,09
18 Jamur 0,05 0,04 0,05 0,05 0,42
19 Lainnya 1,72 1,92 2,18 2,08 1,72
Jumlah Sayur 32,89 34,52 33,49 35,30 34,15
Sumber: Departemen Pertanian, 2006
kapita yang disajikan pada Tabel 1 masih dapat dikatakan cukup rendah yaitu
sekitar 54 persen dari konsumsi seharusnya, sedangkan anjuran dari FAO yaitu
sebesar 65 kg/kapita per tahun (Deptan, 2006). Tidak menutup kemungkinan pada
Indonesia pada tahun 2002 yaitu sekitar 7 juta ton, sedangkan pada tahun 2006
konvensional dengan masukan input luar. Semakin tinggi produksi, maka akan
semakin tinggi pula masukan input luar seperti pestisida dan pupuk yang
ini belum secara holistik atau atas dasar sumberdaya, tetapi masih secara parsial
stabilitas produksi oleh timbulnya biotipe dan strain hama dan penyakit,
berlebihan4.
buatan pabrik saat munculnya revolusi hijau, manusia pun kemudian berusaha
mencari teknik bertanam secara aman, baik untuk lingkungan maupun manusia.
Inilah yang kemudian melahirkan teknik bertanam secara organik atau pertanian
berkelanjutan, juga menjadi dasar peralihan sistem pertanian yang ada saat ini dari
konvensional menjadi sistem pertanian organik. Hal ini ditunjukkan oleh adanya
2010” pada tahun 2001. Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang
4
2007. Pedoman Penerapan Usahatani Non Kimia Sintetik
pada Tanaman Hortikultura. http://ditlin.hortikultura.go.id/buku/pedoman_non_kimia.htm.
Diakses pada tanggal 18 Februari 2008
5
http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=80. Husnain dan Haris Syahbuddin. Mungkinkah
Pertanian Organik di Indonesia? Peluang dan Tantangan. Diakses tanggal 18 Februari 2008
Budaya hidup sehat dan kembali ke alam (back to nature) saat ini
kandungan pestisida tersebut akan terasa dampaknya dalam jangka panjang seperti
berbagai macam penyakit yang akan timbul, misalnya kanker. Tingginya tingkat
yang jauh lebih tinggi, bahan pangan organik menjanjikan manfaat yang lebih
baik daripada bahan pangan non organik yaitu keunggulan nutrisi. Produk pangan
yang bermutu tinggi dan bergizi serta berkualitas daripada sayuran non organik.
Kandungan nutrisi beberapa sayuran organik dan konvensional dapat dilihat pada
Tabel 3.
kandungan nutrisi yang jauh lebih tinggi dibandingkan sayuran non organik. Hal
ini membuat sebagian besar masyarakat mengalihkan konsumsi mereka pada
dunia dari hasil pertanian organik mencapai US$ 27 juta, tetapi belum termasuk
Indonesia. Saat ini sayuran organik telah populer dan mempunyai prospek yang
kesadaran tinggi akan kesehatan, walaupun masih dalam jumlah terbatas karena
momentum penting dan dukungan besar dari pasar global yang mendambakan
terutama di daerah yang memiliki iklim tropis. Produsen sayuran organik pun
telah banyak bermunculan, salah satunya adalah PT Anugerah Bumi Persada yang
supermarket-supermarket di Jakarta.
1.2 Perumusan Masalah
yang besar untuk dikembangkan. Oleh karena itu, walaupun dihadapi dengan
Anugerah Bumi Persada yang berada di salah satu lokasi sentra produksi sayuran
adalah bayam jepang (horenso), tomat apel, brokoli, sawi putih (hakusai) dan
Budidaya sebagian besar sayuran organik tersebut dilakukan dengan sistem tanam
konsumen tetap, perusahaan juga menerima layanan delivery order yang biasanya
diperuntukkan bagi mereka yang tinggal di daerah Jakarta. Untuk saat ini,
segmentasi pasar bagi sayuran organik PT Anugerah Bumi Persada adalah orang-
orang dari kalangan menengah ke atas dengan daya beli yang cukup tinggi.
yang dijual di pasar. Fenomena ini disebabkan oleh biaya produksi yang sangat
tinggi, seperti biaya pemeliharaan dan pengendalian hama dari tanaman karena
tidak menggunakan pestisida. Walaupun demikian, konsumen yang memiliki
kesadaran tinggi akan kesehatan tidak peduli akan tingginya harga sayuran
awal tahun 2008. Pada Tabel 4 juga terlihat, terdapat ketidakseimbangan antara
horenso dan tomat apel, namun tidak demikian dengan jumlah produksinya yang
semua permintaan, sehingga masih terdapat peluang pasar yang cukup besar untuk
Anugerah Bumi Persada belum secara rinci melakukan kegiatan ekonomi yang
terkait dengan perhitungan usahataninya. Hal tersebut perlu dilakukan oleh setiap
efisien dalam mengalokasikan sumber daya yang ada. Oleh karena itu, untuk
baru;
untuk belajar lebih banyak lagi. Selain itu penelitian ini menjadi sarana
penerapan ilmu-ilmu yang telah penulis dapatkan selama duduk di
prospek usaha pada PT Anugerah Bumi Persada di masa yang akan datang dengan
merupakan ”hukum pengembalian (low of return)” yang berarti suatu sistem yang
berusaha untuk mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah, baik
dalam bentuk residu dan limbah pertanaman maupun ternak yang selanjutnya
yang selanjutnya tanah menyediakan makanan untuk tanaman (feeding the soil
that feeds the plants), dan bukan memberi makanan langsung pada tanaman.
tanaman, kompos dan pupuk kandang menjadi biomassa tanah yang selanjutnya
setelah mengalami proses mineralisasi akan menjadi hara dalam larutan tanah.
Dengan kata lain, unsur hara di daur ulang melalui satu atau lebih tahapan bentuk
senyawa organik sebelum diserap tanaman. Hal ini berbeda sama sekali dengan
pertanian konvensional yang memberikan unsur hara secara cepat dan langsung
dalam bentuk larutan sehingga diserap dengan takaran dan waktu pemberian yang
tentang sumbangan yang dapat diberikan pertanian organik bagi dunia, dan
hidup bersama;
diseluruh dunia.
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pertanian Organik
yang lain. Demikian pula sistem pertanian organik mempunyai kelebihan dan
1. Kelebihan
berikut :
2. Kekurangan
sejak lama para leluhur kita bercocok tanam secara alami tanpa menggunakan
pupuk buatan pabrik dan pestisida kimia. Perintis pertanian organik di Indonesia
(Jawa Barat), Tidusaniy di Bandung (Jawa Barat), serta Surya Antab Mandiri di
Magetan (Jawa Timur). Memang bukan hanya di Pulau Jawa saja pertanian
yang peduli lingkungan dan pemerintah. Selain dukungan LSM dan pemerintah,
produk saprotan organik seperti pupuk cair organik, starbio, dan pestisida alami.
Saat ini petani tidak lagi kesulitan mencari pupuk organik dan pestisida alami,
tidak seperti saat pertanian organik baru dimulai sekitar tahun 1990-an (Pracaya,
2003).
2.5 Sayuran Organik
pada mulanya tanaman tumbuh secara alami, tanpa tambahan (pemupukan) dari
luar. Hanya saja, ada tanaman yang peka terhadap hama dan penyakit sehingga
perlu pemeliharaan yang intensif. Selain itu, bila bertanam secara organik
yang laku di pasaran, misalnya bawang merah, wortel, selada, cabai, dan tomat
(Pracaya, 2003).
Sayuran organik adalah salah satu produk yang dihasilkan oleh sistem
pertanian organik selain buah-buahan, daging dan telur organik. Sayuran ini
diproduksi tanpa pestisida dan pupuk dari zat kimia lain yang tujuannya untuk
Hasil yang didapatkan adalah sayuran yang bebas dari residu kimia, aman
dikonsumsi dan jauh lebih menyehatkan sehingga pada umumnya harga jual
Horenso (Spinacia oleraceae L.) atau yang lebih dikenal dengan sebutan
berasal dari Iran Utara, Afganistan dan Turkmenistan (Simonsma and Pileuk,
1994) dalam (Kartika, 2006). Horenso mulai dibudidayakan pada tahun 600 M
sentra penanaman horenso terbatas pada daerah dataran tinggi di Pulau Jawa dan
dijual atau diekspor pada pembeli yang biasanya berasal dari Jepang, Korea dan
Taiwan.
efektif untuk menghasilkan panen yang optimal, karena horenso belum banyak
daerah Jawa Barat biasanya menanam dalam jumlah yang terbatas. Dosis pupuk
yang digunakan masing-masing 500 kg urea, SP 36, KCL 13.5 kg dan NPK per
delapan sampai sepuluh helai daun. Horenso dicabut beserta akarnya dan diikat
dalam satu ikatan berisi 10-15 tanaman. Potensi hasilnya mencapai 10 ton/ha di
2.5.2 Brokoli
Cysoma. Brokoli berasal dari daerah Laut Tengah dan sudah sejak masa Yunani
Kuno dibudidayakan. Sayuran ini masuk ke Indonesia belum lama (sekitar 1970-
an) dan kini cukup populer sebagai bahan pangan. Brokoli merupakan tanaman
tersusun rapat seperti cabang pohon dengan batang tebal. Sebagian besar kepala
bunga dikelilingi dedaunan. Brokoli mirip dengan kembang kol, namun brokoli
Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman ini adalah daerah yang
terletak pada ketinggian 1.000 – 2.000 m dpl. Sedangkan tekstur tanah yang
dikehendaki adalah tanah liat berpasir serta banyak mengandung bahan organik.
Curah hujan yang diinginkan berkisar antara 1.000 – 1.500 cm per tahun. Curah
hujan ini harus merata sepanjang tahun. Pada umumnya, brokoli menyukai iklim
yang dingin atau sejuk, namun ada beberapa varietas yang tahan pada iklim panas
2.5.3 Tomat
sekitar Peru, Equador. Dari daerah inilah tanaman tomat mulai menyebar ke
seluruh bagian daerah tropis Amerika. Sekarang daerah peneneman tomat ini
(annual) yang berarti umur tanaman ini hanya untuk satu kali periode panen.
Tanaman ini berbentuk perdu atau semak dengan panjang bisa mencapai 2 meter.
Tomat memiliki batang berwarna hijau yang cukup kuat, biasanya berbentuk
persegi empat sampai bulat. Pada permukaan batangnya ditumbuhi banyak rambut
a. tomat ceri
b. tomat biasa
bentuk buahnya bulat pipih dan mempunyai alur-alur yang jelas di dekat
tangkainya serta lebih lunak. Jenis tomat ini lebih cocok ditanam di
dataran rendah.
c. tomat apel
bentuk buahnya bulat, kokoh, dan agak keras seperti buah apel atau pir.
d. tomat kentang
e. tomat keriting
lonjong, keras, dan memiliki kulit yang tebal sehingga tahan dalam
Tomat yang dibahas dalam penelitian ini yaitu tomat apel (Lycopersicum
pyriforme). Tanaman tomat dapat hidup di dataran rendah sampai dataran tinggi,
asalkan tanahnya tidak tergenang. Sifat tanah yang cocok untuk tomat adalah
tanah dengan pH 5,5 – 6,5. Tomat juga menyenangi tempat yang terbuka dan
cukup sinar matahari. Tomat diperbanyak dengan menggunakan biji. Salah satu
tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan
Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai
dengan 1.200 meter di atas permukaan laut, namun biasanya dibudidayakan pada
daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl.
membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam
suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang
menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir
musimpenghujan. Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur,
sampai pH 7.
tidak berbulu, dan tidak memiliki krop. Petani kita hanya mengenal tiga macam
sawi yang biasa dibudidayakan, yaitu sawi putih (sawi jabung), sawi hijau, dan
sawi huma. Sekarang ini masyarakat lebih mengenal caisim alias sawi bakso.
Selain itu juga ada pula jenis sawi keriting dan sawi-sawi monumen.
Caisim alias sawi bakso ada juga yang menyebutnya sawi cina., merupakan jenis
Jenis tanaman sawi yang dibahas dalam penelitian ini adalah sawi putih
(sawi jabung) atau dalam bahasa jepang disebut juga hakusai. Sawi putih (
Brassica rapa convar) biasanya dikenal sebagai sayur olahan dalam masakan
Thionghoa, oleh karena itu disebut juga sawi cina. Tanaman sawi putih disebut
juga petsai. Disebut sawi putih karena daunnya yang cenderung kuning pucat dan
Indonesia ditanam di dataran tinggi. Tanaman ini dipanen selagi masih pada tahap
Indonesia. Habitus tumbuhan ini mudah dikenali yaitu memanjang, seperti silinder
dengan pangkal membulat seperti peluru, warnannya putih dan daunnya tumbuh
membentuk roset yang sangat rapat satu sama lain (Setiawan, 1995).
dimanfaatkan daunnya untuk dimakan. Kubis memiliki ciri khas yaitu membentuk
tumbuh sangat rapat. Pada kondisi ini petani biasanya menutup krop dengan daun-
daun di bawahnya supaya warna krop makin pucat. Apabila ukuran krop telah
Warna sayuran kubis ini yang umum adalah hijau sangat pucat sehingga
disebut forma alba (putih). Namun demikian terdapat pula kubis dengan warna
hijau (forma viridis) dan ungu kemerahan (forma rubra). Dari bentuk kropnya
dikenal ada dua macam kubis, yaitu kol bulat dan kol gepeng (bulat agak pipih).
Kubis menyukai tanah yang sarang dan tidak becek. Meskipun relatif
tahan terhadap suhu tinggi, produk kubis ditanam di daerah pegunungan (400m
dpl ke atas) di daerah tropik. Di dataran rendah, ukuran krop mengecil dan
Serta banyak sekali manfaat yang bisa didapat dengan mengkonsumsi kubis,
seperti kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada kubis dapat mencegah
penyakit skorbut (sariawan akut). Mineral yang banyak dikandung oleh kubis
adalah kalium, kalsium, fosfor, natrium, dan besi. Kubis segar juga mengandung
untuk menonaktifkan zat beracun dalam tubuh manusia. Sebagaimana suku kubis-
Nama lain dari mentimun (Cucumis sativus L.) dalam bahasa Inggris:
termasuk satu keluarga (famili) dengan melon (Cucumis melo L.), waluh
Cucurbitaceae. Tanaman penghasil bici ini memiliki akar serabut. Bijinya terdapat
hingga mencapai panjang dua meter atau bahkan lebih. Tumbuh baik di tempat
yang lembap atau tempat kering yang subur. Selain biji dan akar, bagian organ
penting lainnya adalah batang mentimun, daun, bunga, perhiasan bunga yang
terdiri dari kelopak bunga dan mahkota bunga, bakal buah, buah mentimun, dan
kulit buahnya.
Mentimun yang dibudidayakan di daerah tropik seperti Indonesia, lebih
cocok apabila menggunakan benih produksi dari Taiwan dan Jepang. Benih
mentimun produksi Taiwan dan Jepang merupakan hasil persilangan dari berbagai
kemampuan menghasilkan buah, cita rasa buah, dan warna buah yang menarik
Pakcoi (var. Chinensis) juga dikenal sebagai kubis cina. Kultivar dari
pakcoi ada yang memiliki tangkai daun berwarna hijau dan putih. Tanaman ini
Sayuran ini juga cocok untuk negara-negara tropika lain dan menjadi populer.
lainnya. Karena tanaman ini tumbuh cepat, pemeliharaan bedengan benih yang
lebih banyak dibudidayakan di daerah tropika karena sesuai dengan iklim daerah
pendapatan usahatani dapat dilihat bahwa usaha sayuran organik di lahan milik
untuk lahan pribadi yaitu sebesar Rp 21.600.616 lebih besar dari pendapatan kerja
usahatani dengan lahan pribadi lebih besar yaitu sebesar 1,32 dibandingkan
dengan R/C untuk lahan bermitra yaitu sebesar 1,27. Nilai R/C rasio menunjukan
bahwa nilai tersebut lebih dari satu, hal ini mengindikasikan bahwa usahatani
tersebut pada lahan pribadi maupun bermitra efisien untuk diusahakan karena
penerimaan yang didapat lebih besar dari biaya yang dikeluarkan serta usahatani
tersebut juga menguntungkan, hanya saja usahatani dengan lahan bermitra akan
Bogor dilakukan oleh Yanti (2007). Hasil analisis pendapatan usahatani dan
efisien adalah kangkung yaitu 0,27 sedangkan bayam 0,26 dan selada keriting
0,21. Hasil analisis rasio penerimaan-biaya (R/C ratio) ketiga sayuran adalah
lebih besar dari satu. Saluran pemasaran paling banyak digunakan oleh
Cabang Usahatani Sayuran Organik di Mega Surya Organik. Hasil analisis dari
total penerimaan usahatani dan biaya imbangan penerimaan dan biaya (R/C) dari
komoditas yang memiliki total penerimaan terbesar yaitu Rp 147.900, R/C atas
biaya tunai yaitu 3,74 dan R/C atas biaya total 2,70. Urutan kedua yaitu wortel
memiliki total penerimaan sebesar Rp 100.500, R/C atas biaya tunai yaitu 3,98
dan atas biaya total 1,69. Urutan ketiga yaitu brokoli memiliki total penerimaan
sebesar Rp 90.000, R/C atas biaya tunai yaitu 3,52 dan R/C atas biaya total 1,09.
R/C atas biaya tunai yaitu 3,28 dan R/C atas biaya total 2,39. Urutan terakhir
adalah komoditas bayam hijau dengan total penerimaan sebesar Rp 65.600, R/C
atas biaya tunai yaitu 3,32 dan R/C atas biaya total 1,49. Alternatif terbaik untuk
karena hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani bayam hijau, brokoli, caysim,
Usahatani dan Pemasaran Sayuran Organik Yayasan Bina Sarana Bhakti memiliki
tujuan, yaitu menganalisis sistem usahatani organik dan aspek finansial usahatani
dibandingkan dengan sistem pemasaran sayuran non organik. Apabila dilihat dari
rasio penerimaan atas biaya tunai maupun total, usahatani sayur organik sudah
efisien. Usahatani brokoli memiliki nilai rasio R/C atas biaya tunai yang paling
besar, yaitu 2,11. Secara umum pada pemasaran sayur organik dan sayur non
organik terbentuk dua pola pemasaran. Namun jumlah lembaga yang terlibat
berbeda. Pada pemasaran sayur organik lembaga yang terlibat yaitu petani dan
pengecer, sedangkan pada sayur non organik lembaga yang terlibat adalah petani,
Analisis yang digunakan dalam usahatani tersebut yaitu analisis pendapatan dan
pada lahan pribadi karena PT Anugerah Bumi Persada melakukan semua proses
budidaya di lahan pribadi dan tidak memiliki lahan bermitra. Beberapa sayuran
Penelitian ini tidak menganalisis sistem saluran pemasaran sayuran organik seperti
yang dilakukan oleh Yanti (2007), melainkan dengan menambah kajian mengenai
prospek pasar sayuran organik. Lokasi penelitian yang diambil pada penelitian ini
efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu
(Soekartawi et al, 1995). Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat
aspek manusia (sosial), lahan (kimia, fisika atau teknik), tanaman/hewan (biologi
1. Tanah
tersebut tanah kemudian dianggap sebagai salah satu faktor produksi usahatani,
meskipun di bagian lain dapat juga berfungsi sebagai faktor atau unsur pokok
modal usahatani. Tanah yang dapat dikelola dapat diperoleh sebagai tanah milik,
mekanik. Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita, dan
kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Tenaga kerja usahatani
3. Modal
Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama-
sama dengan faktor produksi lain dan tenaga kerja serta pengelolaan
Berdasarkan sifatnya, modal dibedakan menjadi dua yaitu modal tetap seperti
tanaman,uang, dll.
4. Pengelolaan (Manajemen)
diharapkan. Ukuran dari pengelolaan itu adalah produktivitas dari setiap faktor
diproduksi dilihat dari banyaknya permintaan pasar, dan seringkali dinilai dari
opportunity cost produksi komoditas yang akan dipilih. Dapat pula dilihat dari
tumpangsari, sulit sekali untuk menyatakan jumlah biaya atau sumberdaya yang
contoh sumberdaya usahatani seperti kerja, dibagi antara berbagai komoditi dan
biasanya tidak mudah menghitung bagian biaya yang digunakan oleh cabang
usaha tertentu atau tanaman tertentu dalam pola tumpangsari (Soekartawi et al,
1995).
sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa usahatani.
berbentuk benda. Jadi, nilai produk usahatani yang dikonsumsi tidak dihitung
sebagai penerimaan tunai usahatani. Selisih antara penerimaan tunai usahatani dan
pengeluaran tunai usahatani disebut pendapatan tunai usahatani dan merupakan
perubahan nilai inventaris atau kekayaan usahatani selama kurun waktu tertentu
total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak
dijual. Istilah lain untuk pendapatan kotor usahatani ialah nilai produksi atau
produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar. Pendapatan kotor
usahatani dapat dikatakan pula ukuran hasil perolehan total sumber daya yang
sebagai pengeluaran yang digunakan untuk tanaman atau ternak tertentu dan
ternak tersebut. Pengeluaran tetap (fixed cost) ialah pengeluaran usahatani yang
nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda atau
berdasarkan kredit harus dimasukan sebagai pengeluaran. Hal yang sama berlaku
bagi produksi usahatani yang digunakan untuk bibit dan makanan ternak. Apabila
pembukuan.
produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang
dengan total biaya per usahatani (Suratiyah, 2006). Rasio penerimaan atas biaya
juga menunjukan berapa besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap
rupiah yang dikeluarkan dalam produksi usahatani. Rasio penerimaan atas biaya
usahatani, artinya dari angka rasio penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui
jasa ekonomi dengan menggunakan dua macam barang atau jasa lainnya. Hal
dibutuhkan dua atau lebih faktor produksi (input). Tidak ada suatu barang yang
diproduksikan dengan menggunakan satu faktor produksi dalam memproduksi
Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara input dan output, yang
ditandai jumlah output maksimal yang dapat diproduksikan dengan satu set
input yang digunakan dalam proses produksi dengan kuantitas output yang
yang dapat diproduksikan oleh kombinasi input tetap dan input variabel tertentu.
Input tetap merupakan faktor produksi yang tidak berubah jumlahnya walaupun
tingkat output yang dihasilkan berubah. Input variabel adalah faktor produksi
yang berubah sejalan dengan adanya perubahan tingkat output yang dihasilkan.
Produk fisik total berubah secara langsung dengan penambahan input variabel,
tetapi biasanya dalam jumlah yang tidak proporsional. Hubungan spesifik antara
input dengan output ini sangat penting. Menurut Doll dan Orazem (1984), fungsi
Keterangan :
secara bersamaan maka dapat dilihat dari skala hasil (return to scale). Menurut
Nicholson (2002) skala hasil merupakan suatu keadaan dimana output meningkat
sebagai respon adanya kenaikan yang proporsional dari seluruh input. Sebuah
scale) jika peningkatan seluruh input sebanyak dua kali lipat berakibat pada
peningkatan output sebanyak dua kali lipat pula. Jika penggandaan seluruh input
menghasilkan output yang kurang dari dua kali lipatnya, maka fungsi produksi
Jika penggandaan seluruh input menghasilkan output lebih dari dua kali lipatnya,
bedeng), maka asumsi yang digunakan adalah skala hasil konstan (constant return
to scale).
Secara tradisional, pasar adalah tempat fisik dimana para pembeli dan
sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi atas produk atau
Tawaran itu diposisikan di pikiran para pembeli sasaran sebagai sesuatu yang
didukung oleh kemampuan untuk membeli (Kotler, 2003). Jumlah komoditi total
yang ingin dibeli oleh semua rumahtangga disebut jumlah yang diminta (quantity
demanded) untuk komoditi tersebut. Banyaknya komoditi yang akan dibeli semua
4. selera;
6. besarnya populasi.
Tren pola hidup sehat dan kembali ke alam (back to nature) saat ini
peduli kesehatan yang tinggi. Berbagai cara pun dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan makanan yang sehat, bersih dan bebas residu kimia. Bahan pangan
organik menjadi pilihan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Mereka
lingkungan jangka panjang karena sifatnya yang ramah lingkungan dan bebas dari
merupakan sistem pertanian yang padat karya dengan bergantung pada ketekunan
tenaga manusianya. Selain itu, biaya produksi dalam menghasilkan bahan pangan
organik sangat mahal, sehingga harga jualnya di pasaran pun akan jauh lebih
bahan pangan organik yang saat ini telah banyak jumlahnya tersebar di seluruh
Indonesia. Produk yang dihasilkan perusahaan ini adalah berbagai jenis sayuran
organik yang jumlahnya kurang lebih hingga 20 jenis. Lima jenis sayuran yang
budidaya pertanian lain yang banyak menghadapi resiko, terutama resiko cuaca
dan gangguan hama. Hal ini dapat mempengaruhi besar kecilnya hasil produksi
sayuran organik. Selain itu, salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam
perusahaan, adalah prospek pasar dari beberapa komoditas sayuran organik yang
dihasilkan. Prospek pasar yang dikaji dapat dilihat dari sisi permintaan konsumen,
tersebut diperlukan juga sebagai bahan evaluasi bagi PT ABP. Berdasarkan uraian
di atas, maka dapat dibuat alur kerangka pemikiran seperti pada Gambar 1.
PT Anugerah Bumi Persada Sebagai Salah Satu
Produsen Sayuran Organik
Peningkatan Keuntungan
PT Anugerah Bumi Persada
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
manajemen dan para staf PT Anugerah Bumi Persada. Data sekunder diperoleh
dari perusahaan dan instansi yang berkaitan dengan penelitian, yaitu Departemen
literatur.
mengunakan analisis pendapatan dan analisis R/C ratio. Data kuantitatif dihimpun
π = TR – TC, dengan TR = P x Q
Keterangan :
tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari
selisih antara pendapatan usahatani dengan jumlah biaya tunai yang dikeluarkan.
Sedangkan pendapatan atas biaya total diperoleh dari selisih antara pendapatan
Penerimaan total adalah nilai total dari produk yang didapat dari kegiatan
usahatani pada periode waktu tertentu. Biaya tunai merupakan biaya atau beban
yang dikeluarkan secara tunai, sedangkan biaya tidak tunai meliputi biaya
ini dilakukan karena adanya biaya bersama (joint cost) yang digunakan oleh kedua
persentase untuk tanaman utama sebesar 75 persen. Hal ini dilihat dari masa
periode tanam sayuran utama yang dua kali lipat lebih lama dari masa periode
menempati bedengan sendiri hingga masa panennya. Hal ini menjadi dasar
Analisis rasio penerimaan atas biaya (R/C ratio) merupakan salah satu
pendapatan yang diperoleh setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan dalam
usahatani. Analisis ini dibedakan menjadi dua, yaitu R/C rasio terhadap biaya
tunai dan R/C rasio terhadap biaya total dengan perhitungan seperti :
terdapat kriteria penilaian dari hasil perhitungan R/C rasio tersebut, yaitu :
• Apabila nilai R/C > 1, maka usahatani tersebut dikatakan menguntungkan
• Apabila nilai R/C = 1, maka usahatani tersebut dikatakan impas karena setiap
ada beberapa metode dalam menghitung penyusutan yang dapat dipakai, yaitu
metode garis lurus (straight line method), double declining balance method, dan
sum of year digit method. Sebagian besar perusahaan menggunakan metode garis
lurus dalam pelaporan keuangan pada pihak pemegang saham atau pemilik
(Horngren, 1993). Dalam analisis ini digunakan metode garis lurus dengan
perhitungan :
NB − NS
Penyusutan =
UE
Dengan
dari berbagai aspek yaitu aspek teknis, aspek ekologi, dan aspek sosial. Aspek
sayuran organik. Aspek ekologi melihat dampak dari budidaya sayuran organik
Prospek pasar dikaji secara kualitatif untuk melihat sayuran mana yang
perusahaan.
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Ibu Kota Kecamatan. Jarak tempuh desa ke Ibu Kota Kabupaten yaitu ± 13 km
dan luas seluruh desa adalah sebesar 373,40 hektar dengan pemanfaatan terbesar
Desa ini terletak di dataran tinggi dengan ketinggian tempat mencapai 700 – 1200
m dpl serta terletak di kaki Gunung Gede, sehingga bentang wilayahnya berupa
lereng-lereng. Secara umum, daerah ini memiliki suhu rata-rata harian 18 – 30º C.
dibudidayakan pada daerah ini adalah cabai, tomat, wortel, buncis, dan bawang
daun. Padi sawah dan padi ladang juga dapat ditanam di Desa Galudra, tetapi
yang telah berdiri selama delapan tahun, yaitu pada tahun 2000. Perusahaan ini
didirikan oleh Bapak H. Rustam yang pada saat itu hanya sekedar ingin
seorang konsultan dari Institut Pertanian Bogor selama enam bulan, perusahaan
walaupun pada saat itu jumlahnya masih terbatas. Lokasi dari perusahaan ini yaitu
terletak di Desa Galudra, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat,
dan memiliki lahan pertanian seluas 22000 m² dengan status lahan milik pribadi.
Didasari oleh adanya kepedulian yang tinggi akan kesehatan dan untuk
masyarakat, maka perusahaan ini pun mengambil slogan back to nature dengan
dan lingkungan yang bebas residu bahan-bahan kimia. Untuk menunjang visi
tersebut maka perusahaan mempunyai misi yaitu jujur dan tekun dalam
mencapai lebih dari 20 jenis, yang sebagian besar merupakan sayuran organik
(horenso), tomat apel, brokoli,sawi putih (hakusai), kubis, kailan, wortel. Dalam
tumpang sari dan tumpangsari untuk meminimalisasi serangan hama sejenis pada
menanam dua atau lebih jenis tanaman yang lain secara bersama-sama. Cara
Komisaris Utama
Direktur Utama
Pekerja Harian
perusahaan yaitu Bapak Rustam Efendi sebagai penanam modal utama dan
perusahaan, direktur utama dibantu oleh beberapa staf divisi diantaranya divisi
budidaya, divisi pekerjaan umum, dan pemasaran saling menopang satu sama lain
hingga panen dan pasca panen. Sementara itu, divisi pekerjaan umum
produksi seperti green house, media persemaian, instalasi air, dan sebagainya.
konsumen. Para pekerja harian juga turut memberikan kontribusinya yang besar
sangat beragam. Saat ini jumlahnya dapat mencapai 20 macam sayuran, yang
(horenso) dan tomat yaitu 500 kg. Komoditas sayuran organik selanjutnya yang
memiliki permintaan tertinggi diikuti oleh brokoli, sawi putih (hakusai), dan kubis
(kol) dengan jumlah permintaan masing-masing adalah 400 kg, 300 kg, dan 250
kg. Kelima komoditas tersebut merupakan sayuran organik yang menjadi andalan
Persiapan Lahan
menambah unsur tanah untuk mencapai tujuan tersebut. Pengolahan tanah pada
umumnya diperlukan bila kepadatan, kekuatan agregat dan aerasi tanah tidak
dapat mendukung penyediaan air dan perkembangan akar tanaman. Kegiatan yang
Pembibitan
dahulu. Kegiatan yang dilakukan yaitu dengan merendam benih di dalam air yang
memiliki suhu ± 40º C atau biasa dikatakan air dengan suhu hangat kuku.
Kemudian benih yang direndam dalam air tersebut didiamkan selama sehari
Setelah satu minggu dari waktu persemaian, benih yang telah menjadi bibit
dengan pembuatan lubang tanam dengan jarak antar tanaman yaitu 15 cm.
Pemeliharaan
penyakit. Penyiraman dilakukan setiap hari secara teratur pagi dan sore pada
apabila terdapat bibit yang mati setelah ditanam, sehingga memerlukan beberapa
tersebut. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara manual, yaitu
Pengambilan hama secara langsung dilakukan satu kali dalam satu minggu.
sehingga setelah itu tanaman dapat langsung dipanen. Biasanya panen dilakukan
dua kali dalam satu minggu yaitu hari senin dan jumat. Setelah tanaman dipanen
dan dirompes. Setelah tanaman bayam jepang selesai dirompes, maka langkah
selanjutnya sayuran siap dikemas. Dalam satu plastik kemasan terdapat 250 gram
Persiapan Lahan
Tanah atau lahan yang akan dipersiapkan untuk penanaman harus diolah
gulma serta menambah unsur tanah untuk mencapai tujuan tersebut. Pengolahan
tanah pada umumnya diperlukan bila kepadatan, kekuatan agregat dan aerasi
tanah tidak dapat mendukung penyediaan air dan perkembangan akar tanaman.
tomat yang mampu menembus masuk ke dalam tanah hingga mendalam. Kegiatan
kemudian membuat bedengan dengan luas 14 m² dan jarak antar bedeng 30 cm.
Dalam satu bedeng, dibuat lubang tanam dengan luas lubang ± 15 – 20 cm² dan
Pembibitan
Benih yang ada disemai di media persemaian yang tersedia. Untuk tanaman tomat,
Setelah sekitar 4 minggu dari waktu persemaian, benih yang telah menjadi
dimulai dengan pembuatan lubang tanam dengan jarak antar tanaman yaitu 50 cm.
Bibit yang sudah siap tanam dipindahkan dari media polybag ke lahan bedengan
yang telah disiapkan untuk kemudian ditanam. Waktu penanaman yang baik
Pemeliharaan
hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan setiap hari secara teratur pagi dan sore
gayung yang sudah dimulai pada saat pembibitan tanaman di media polybag.
Penyulaman dilakukan apabila terdapat bibit yang mati setelah ditanam, sehingga
Penyiangan dilakukan apabila di sekitar tanaman mulai tumbuh rumput liar yang
pengikatan tanaman dengan benang tersebut yaitu agar tanaman tomat tumbuh
dengan kokoh dan tidak roboh. Benang diikatkan pada kawat yang dipasang
bagian tanaman tomat, agar tanaman terangsang untuk tumbuh ke atas dan bukan
hama tersebut dengan tangan dilengkapi alat bantu. Pengambilan hama secara
Tomat organik memiliki waktu tanam selama ± 3 bulan atau lebih tepatnya
90 hari. Setelah 90 – 100 hari, buah tomat yang sudah masak dengan warna
angkut ke ruang pengemasan untuk kemudian dikemas. Buah tomat yang sudah di
angkut, dikemas dalam satu kemasan yang menggunakan sterofoam dan plastik
plastik kemasan terdapat 300 gram berat bersih buah tomat yang sebelumnya
Persiapan Lahan
menambah unsur tanah untuk mencapai tujuan tersebut. Pengolahan tanah pada
umumnya diperlukan bila kepadatan, kekuatan agregat dan aerasi tanah tidak
dapat mendukung penyediaan air dan perkembangan akar tanaman. Kegiatan yang
membuat bedengan dengan luas 14 m² dan jarak antar bedeng 30 cm. Dalam satu
bedeng, dibuat lubang tanam dengan jarak tanam antar tanaman brokoli yaitu 60
cm serta jarak antar tanaman pakcoi yaitu ± 30 cm. Setiap luas tanam satu m²
Pembibitan
dahulu. Setelah muncul kecambah, benih yang ada dapat disemai di media
persemaian yang tersedia. Untuk tanaman brokoli dan pakcoi, benih yang sudah
mengeluarkan kecambah ditanam pada media persemaian yang sudah berisi tanah
Penanaman
dan satu minggu setelah disemai untuk tanaman pakcoi, benih yang telah menjadi
dimulai dengan tanaman brokoli terlebih dahulu. Bibit brokoli yang sudah siap
Pemeliharaan
penyakit. Penyiraman dilakukan setiap hari secara teratur pagi dan sore pada
Penyulaman dilakukan apabila terdapat bibit yang mati setelah ditanam, sehingga
Penyiangan untuk tanaman brokoli sudah mulai dilakukan pada saat pertumbuhan
brokoli maupun pakcoi mulai tumbuh rumput liar yang mengganggu pertumbuhan
tanaman brokoli saja, sehingga pemupukan dilakukan pada saat tanaman pakcoi
telah dipanen. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara manual,
yaitu dengan menyingkirkan hama tersebut dengan tangan dilengkapi alat bantu.
Pengambilan hama secara langsung dilakukan satu kali dalam satu minggu.
tepatnya 90 – 100 hari. Sedangkan tanaman pakcoi memiliki waktu tanam hingga
panen selama 40 hari. Setelah 40 – 50 hari, tanaman pakcoi dengan daun yang
sudah menua dan hampir berwarna hijau tua sudah dapat dipanen. Sementara itu,
tanaman brokoli masih membutuhkan waktu untuk dapat dipanen. Brokoli dapat
dipanen apabila tanaman tersebut sudah memiliki bunga brokoli yang sudah
mengembang sekitar 60 persen atau apabila tinggi tanaman dari ujung pangkal
batang hingga bunga brokoli mencapai satu jengkal orang dewasa. Biasanya
panen dilakukan dua kali dalam satu minggu yaitu hari senin dan jumat. Setelah
RR Organik setiap berat bersih rata-rata 200 gram. Sedangkan tanaman pakcoi
yang terlebih dahulu ditimbang dengan berat rata-rata 250 gram setiap
kemasannya.
dengan timun jepang (kyuuri) diantaranya terdiri dari kegiatan persiapan lahan,
hama dan penyakit), panen, dan pasca panen untuk masing-masing tanaman.
Persiapan Lahan
menambah unsur tanah untuk mencapai tujuan tersebut. Pengolahan tanah pada
umumnya diperlukan bila kepadatan, kekuatan agregat dan aerasi tanah tidak
dapat mendukung penyediaan air dan perkembangan akar tanaman. Kegiatan yang
membuat bedengan dengan luas 14 m² dan jarak antar bedeng 30 cm. Dalam satu
bedeng, dibuat lubang tanam dengan jarak tanam antar tanaman hakusai maupun
kyuri yaitu 60 cm. Setiap luas tanam satu m² terdapat 6 tanaman hakusai dan
kyuuri. Untuk tanaman kyuuri dalam satu bedeng, dibuat lubang tanam dengan
Pembibitan
dahulu. Setelah muncul kecambah, benih yang ada sudah dapat disemai di media
mengeluarkan kecambah ditanam pada media persemaian yang sudah berisi tanah
dengan campuran unsur hara. Sedangkan untuk kyuuri, benih yang sudah
mengeluarkan kecambah ditanam pada media polybag yang telah diisi dengan
tanah berhara.
Penanaman
Setelah 15 hari dari waktu persemaian untuk tanaman hakusai dan kyuuri,
benih yang telah menjadi bibit dapat dipindahkan untuk ditanam di lapang atau
hakusai yang sudah siap tanam dipindahkan dari media persemaian ke lahan
secara teratur pagi dan sore pada musim kemarau. Penyiraman dilakukan dengan
menggunakan ember dan gayung yang sudah dimulai pada saat pembibitan
hakusai maupun kyuuri mulai tumbuh rumput liar yang mengganggu pertumbuhan
tanaman dengan benang tersebut yaitu agar tanaman kyuuri tumbuh kokoh dan
tidak roboh. Benang diikatkan pada kawat yang dipasang disepanjang tanaman
pada saat tanaman kyuuri telah dipanen. Pengendalian hama dan penyakit
mulai menghasilkan buah sebanyak 3 buah per minggu. Sementara itu, tanaman
hakusai masih membutuhkan waktu untuk dapat dipanen. Hakusai dapat dipanen
mengembang sempurna. Biasanya panen dilakukan dua kali dalam satu minggu
yaitu hari senin dan jumat. Setelah tanaman dipanen dari bedengan, kemudian di
daun atau crop bagian luar yang mengembang. Hakusai dikemas menggunakan
berat bersih rata-rata 300 gram. Sedangkan kyuuri dibersihkan terlebih dahulu dari
kuas kemudian dimasukan ke dalam keranjang sayur. Berat rata-rata satu buah
tanaman pakcoi organik tidak jauh berbeda dengan budidaya brokoli, diantaranya
hama dan penyakit), panen, dan pasca panen untuk masing-masing tanaman.
Persiapan Lahan
menambah unsur tanah untuk mencapai tujuan tersebut. Pengolahan tanah pada
umumnya diperlukan bila kepadatan, kekuatan agregat dan aerasi tanah tidak
dapat mendukung penyediaan air dan perkembangan akar tanaman. Kegiatan yang
membuat bedengan dengan luas 14 m² dan jarak antar bedeng 30 cm. Dalam satu
bedeng, dibuat lubang tanam dengan jarak tanam antar tanaman kubis yaitu 50 cm
serta jarak antar tanaman pakcoi yaitu ± 30 cm. Setiap luas tanam satu m² terdapat
Pembibitan
dahulu. Setelah muncul kecambah, benih yang ada sudah dapat disemai di media
persemaian yang tersedia. Untuk tanaman kubis dan pakcoi, benih yang sudah
mengeluarkan kecambah ditanam pada media persemaian yang sudah berisi tanah
Penanaman
Setelah 15 hari dari waktu persemaian untuk tanaman kubis dan satu
minggu setelah disemai untuk tanaman pakcoi, benih yang telah menjadi bibit
dengan tanaman kubis terlebih dahulu. Bibit kubis yang sudah siap tanam
dipindahkan dari media persemaian ke lahan bedengan yang telah disiapkan untuk
kemudian ditanam.
Pemeliharaan
penyakit. Penyiraman dilakukan setiap hari secara teratur pagi dan sore pada
Penyulaman dilakukan apabila terdapat bibit yang mati setelah ditanam, sehingga
tanaman kubis. Pemupukan kedua dilakukan hanya untuk tanaman brokoli saja,
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan
hari, tanaman pakcoi dengan daun yang sudah menua dan hampir berwarna hijau
tua sudah dapat dipanen. Sementara itu, kubis masih membutuhkan waktu untuk
dapat dipanen. Kubis dapat dipanen apabila tanaman tersebut sudah memiliki crop
yang berlapis-lapis dan mengembang. Biasanya panen dilakukan dua kali dalam
satu minggu yaitu hari senin dan jumat. Setelah tanaman dipanen dari bedengan,
lapisan crop bagian luar yang biasanya berlubang-lubang karena terserang hama.
dagang RR Organik setiap berat bersih rata-rata 400 hingga 500 gram. Sedangkan
terlebih dahulu ditimbang dengan berat rata-rata 250 gram setiap kemasannya.
VI. ANALISIS USAHATANI SAYURAN ORGANIK
Selain untuk budidaya sayuran, pada lahan tersebut juga terdapat villa, kandang
ternak, gudang pupuk, asrama pekerja, tempat panen, dan tempat budidaya
terbagi menjadi sayuran outdoor dan indoor terkait dengan penggunaan naungan
kokabu, buncis, daun selada, terung nasubi, dan asparagus. Sedangkan sayuran
yang dibudidayakan diluar GH adalah nira, cabai, kabocha, zuchini, wortel, negi,
yang terdiri dari sembilan blok budidaya, yaitu blok A hingga blok I. Khusus
untuk tanaman sayur yang outdoor, dibudidayakan di blok yang tidak terdapat
GH, yaitu pada blok A, blok F, dan blok I. Sedangkan selain ketiga blok tersebut
bangunan. Dalam satu bangunan GH, terdapat kurang lebih lima bedengan dengan
untuk bedeng horenso, tomat, brokoli, hakusai, dan kubis ditempatkan pada satu
bangunan GH.
Sedangkan untuk komoditi yang dibahas yaitu horenso, tomat, brokoli, hakusai,
dan kubis organik. Dalam perhitungan pendapatan usahatani, komponen biaya
dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Sedangkan untuk rasio
penerimaan atas biaya, perhitungan dibedakan atas komponen biaya tunai dan
biaya total. Untuk komoditi sayuran brokoli, hakusai, dan kubis ditanam secara
tumpangsari dengan sayuran lain, sehingga ada biaya bersama yang digunakan.
monokultur. Sebelum ditanam, benih horenso disemai terlebih dahulu pada lahan
yang digunakan untuk satu bedeng seluas 14 m² yaitu sebanyak 1.000 butir
yang digunakan dalam budidaya horenso adalah pupuk kompos yang dibuat dari
arang sekam serta pupuk kandang dari kotoran hewan. Pupuk kompos yang
yang terbuat dari kertas karton dengan dilapisi oleh lem perekat yang
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting
di dalam budidaya sayuran organik. Kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja
pemanenan, dan pasca panen. Perhitungan tenaga kerja dilakukan untuk satu
bedeng 14 m², sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, lama pekerjaan dan jumlah
tenaga kerja yang dibutuhkan. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan kemudian
dibedakan lagi menjadi pria dan wanita yang dicerminkan dari perbedaan upah
antara mereka. Untuk tenaga kerja laki-laki, upah 1 HOK pria adalah Rp
kerja). Dengan demikian, upah tenaga kerja laki-laki per jam adalah sebesar Rp
1.750,00, sedangkan upah tenaga kerja wanita per jam sebesar Rp 1.500,00.
Daftar rincian tenaga kerja pada budidaya horenso organik dapat dilihat pada
Tabel 6.
Dari Tabel 6 dapat terlihat bahwa tenaga kerja pria digunakan pada saat
pengolahan atau persiapan lahan budidaya horenso, selain itu digunakan tenaga
kerja wanita. Jumlah jam kerja tertinggi dibutuhkan oleh jenis kegiatan
biaya tenaga kerja untuk budidaya horenso organik dalam satu bedeng 14 m² per
Biaya variabel selain yang telah diuraikan di atas yaitu plastik pengemas.
Dalam kegiatan pasca panen, hal terakhir dan yang penting dilakukan adalah
mengemas produk dengan sebaik mungkin dan siap untuk dijual kepada
pun harus cukup eye catching, sehingga perusahaan memutuskan untuk memberi
plastik kemasan berwarna oranye. Plastik tersebut dipesan dengan harga satuan
perusahaan dihitung untuk setiap jenis sayuran yaitu sebesar Rp 4.375,00. Agar
lebih jelas mengenai analisis usahatani horenso organik, maka rincian biaya tetap
Tabel 7. Rincian Biaya Tetap dan Biaya Variabel Usahatani Horenso per 14
m² per MT
No Uraian Kebutuhan Harga (Rp) Jumlah Biaya (Rp)
Biaya Tetap
1 Pajak Lahan 14 4,79 67,06
2 Penyusutan alat-alat 96235,61
Total Biaya Tetap 96302,67
Biaya Variabel
1 Benih 1000 5 5000
2 Pupuk
a) Kandang 10 230 2300
b) Kompos 2 500 1000
3 Kapur 0,25 22000 5500
4 Pestisida Nabati 1,3 1800 2340
5 Tenaga Kerja 19750
6 Plastik Pengemas 45 640 28800
7 Insect trap 3 1000 3000
8 Biaya Transportasi 4375
Total Biaya Variabel 72065
alat pertanian. Sebaliknya, pajak yang dikeluarkan perusahaan untuk lahan seluas
sekaligus terkecil jumlahnya merupakan biaya tetap dari budidaya horenso. Pajak
lahan dikeluarkan oleh perusahaan karena merupakan lahan milik, sehingga yang
digunakan dalam perhitungan adalah pajak dan bukan sewa. Biaya penyusutan
alat-alat dihitung untuk setiap komoditas karena peralatan yang ada digunakan
Dari perhitungan biaya tetap dan variabel diatas, maka jumlah total biaya
tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan untuk budidaya horenso dengan lahan
72.065,00. Berdasarkan perhitungan biaya tetap dan variabel yang telah dilakukan
maka dapat dibuat analisis usahatani bayam jepang (horenso) organik, yang dapat
sebesar Rp 324.500,00. Nilai yang diperoleh dari selisih antara penerimaan dan
organik dalam luasan lahan 14 m² (satu bedeng) selama satu musim tanam adalah
Rp 156.132,32.
pembibitan dahulu. Benih yang digunakan untuk satu bedeng seluas 14 m² yaitu
konvensional. Pemupukan tomat dilakukan sebanyak tiga kali selama masa tanam.
Pupuk yang digunakan dalam budidaya tomat organik adalah pupuk kompos yang
dibuat dari arang sekam serta pupuk kandang dari kotoran hewan. Pupuk kompos
insect trap, semacam jebakan untuk serangga yang terbuat dari kertas karton
dengan dilapisi oleh lem perekat yang digantungkan pada bambu (ajir) dan
diletakan di bedengan.
Sistem pertanian organik sering dikatakan padat karya, oleh karena itu
tenaga kerja adalah salah satu faktor produksi yang sangat penting di dalam
kegiatan dalam proses budidaya sayuran organik. Dalam budidaya tomat organik,
kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja meliputi persiapan lahan, proses
penyakit), pemanenan, dan pasca panen. Perhitungan tenaga kerja dilakukan untuk
satu bedeng 14 m², sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, lama pekerjaan dan
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan
kemudian dibedakan lagi menjadi pria dan wanita yang dicerminkan dari
perbedaan upah antara mereka. Untuk tenaga kerja laki-laki, upah 1 HOK pria
HOK = 8 jam kerja). Daftar rincian tenaga kerja pada budidaya tomat organik
pada saat pengolahan atau persiapan lahan dan pada saat pasca panen budidaya
tomat organik, selain itu digunakan tenaga kerja wanita. Seperti layaknya
pertanian organik pada umumnya, jumlah jam kerja tertinggi dibutuhkan oleh
biaya tenaga kerja untuk budidaya tomat organik dalam satu bedeng 14 m² per
Biaya variabel lain yang terkait dengan produksi tomat organik selain
yang telah diuraikan di atas yaitu plastik pengemas. Dalam kegiatan pasca panen,
hal terakhir dan yang penting dilakukan adalah mengemas produk dengan sebaik
mungkin dan siap untuk dijual kepada konsumen. Agar produk menarik di mata
konsumen, maka tampilan kemasannya pun harus cukup eye catching, sehingga
sticker berwarna oranye. Plastik tersebut dipesan dengan harga satuan Rp 600,00.
sayuran yaitu sebesar Rp 4.375,00. Agar lebih jelas mengenai analisis usahatani
tomat organik, maka rincian biaya tetap dan biaya variabel usahatani disajikan
Biaya terbesar yang harus dikeluarkan oleh perusahaan yaitu terdapat pada
kecil. Kedua komponen biaya yang tertinggi dan sekaligus terkecil jumlahnya
merupakan biaya tetap dari budidaya tomat. Pajak lahan dikeluarkan oleh
perusahaan karena tanah/lahan yang digunakan adalah lahan milik, sehingga yang
digunakan dalam perhitungan adalah pajak dan bukan sewa. Biaya penyusutan
alat-alat dihitung untuk setiap komoditas karena peralatan yang ada digunakan
untuk semua komoditas. Dari perhitungan biaya tetap dan variabel diatas, maka
jumlah total biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan untuk budidaya
pada lahan seluas 14 m² selama satu musim tanam adalah sebesar Rp 410.563,00.
Sedangkan hasil produksi adalah sebanyak 17,64 kilogram tomat organik, dengan
sebesar Rp 485.100,00. Nilai yang diperoleh dari selisih antara penerimaan dan
bedeng atau lahan seluas 14 m². Karena tumpangsari, maka ada biaya-biaya yang
dihitung secara bersama yaitu biaya pajak lahan, biaya penyusutan, pupuk,
pestisida, kapur, dan biaya tenaga kerja. Benih brokoli yang dibutuhkan untuk
satu lahan bedeng tersebut yaitu sebanyak 84 butir benih atau atau senilai
Rp 2.268,00. Sedangkan benih pakcoi yang dibutuhkan sebanyak 560 butir atau
disemai terlebih dahulu untuk menjadi bibit di dalam bangunan persemaian. Biaya
tetap pada usahatani brokoli dan pakcoi ini sama dengan biaya tetap usahatani
sayuran lainnya, yaitu terdiri dari biaya untuk pajak lahan dan penyusutan alat-alat
pertanian. Biaya tetap ini juga termasuk biaya bersama pada analisis usahatani
tumpangsari brokoli dan pakcoi organik. Biaya variabel terdiri dari bahan-bahan
produksi seperti benih, tenaga kerja, pupuk, plastik pengemas, insect trap.
Sedangkan untuk biaya transportasi, dihitung untuk setiap jenis sayuran yaitu
bersama usahatani brokoli dan pakcoi organik dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Rincian Biaya Tetap dan Biaya Variabel Usahatani Tumpangsari
Brokoli dan Pakcoi Organik per 14 m² per Musim Tanam
Kebutuhan Harga (Rp) Jumlah
No Uraian Brokoli Pakcoi Brokoli Pakcoi Biaya (Rp)
Biaya Tetap
1 Pajak Lahan 14m² 12,5 175
2 Penyusutan Alat-alat 247463
Total Biaya Tetap 247638
Biaya Variabel
1 Benih 84 560 27 2 3388
2 Pupuk
a) Kandang 20 230 4600
b) Kompos 4 500 2000
3 Kapur 0,5 22000 11000
4 Pestisida Nabati 1,3 1800 2340
5 Tenaga Kerja 33500
6 Plastik Pengemas 32 60 600 640 57600
7 Insect trap 3 1000 3000
8 Biaya Transportasi 4375 4375 8750
Total Biaya Variabel 126178
Sementara itu, untuk mengetahui rincian biaya variabel dan biaya tetap
usahatani brokoli maka digunakan perhitungan proporsi untuk biaya brokoli dari
tanam brokoli lebih panjang dari masa periode tanam pakcoi. Total biaya tetap
brokoli dan pakcoi. Rincian biaya variabel dan biaya tetap usahatani brokoli
tenaga kerja yang bertanggungjawab dan memegang kendali atas seluruh kegiatan
produksi pada lahan perusahaan. Tenaga kerja yang berperan sudah pasti
Perhitungan biaya tenaga kerja untuk satu bedeng atau lahan seluas 14 m²
dilakukan sesuai jenis kegiatan, lama pekerjaan, jumlah dan jenis kelamin tenaga
kerja yang digunakan. Biaya tenaga kerja budidaya brokoli yaitu merupakan biaya
diperoleh bahwa biaya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk budidaya tumpangsari
brokoli dan pakcoi adalah sebesar Rp 33.500,00. Jenis kegiatan yang dilakukan
oleh tenaga kerja tersebut pada umumnya sama seperti pada budidaya horenso
jumlah jam kerja yang dibutuhkan oleh budidaya brokoli dan pakcoi lebih besar
daripada horenso. Hal ini disebabkan oleh waktu yang diperlukan dalam satu
musim tanam brokoli dan pakcoi lebih banyak daripada satu musim tanam
horenso. Selain itu, budidaya brokoli organik juga dilakukan secara tumpang sari
dengan tanaman pakcoi sehingga keperluan jam kerja sudah pasti bertambah.
Perincian biaya tenaga kerja untuk satu musim tanam komoditi brokoli dan pakcoi
Tabel 14. Biaya Tenaga Kerja Budidaya Brokoli dan Pakcoi (Tumpang Sari)
untuk Luasan 14m² per Musim Tanam
Jenis Jumlah Tenaga kerja Upah/orang/jam Total
Kegiatan Jam kerja Pria Wanita Pria Wanita Biaya
Pengolahan
Lahan 1 1 1750 1750
Pembibitan 1 1 1500 1500
Penanaman 1 1 1500 1500
Pemeliharaan 10 1 1500 15000
Pemanenan 1 1 1 1750 1500 3250
Pasca Panen 2 3 1750 10500
Total 16 5 4 33500
membutuhkan jumlah jam kerja yang paling tinggi. Hal ini dikarenakan budidaya
secara organik memang padat karya dan membutuhkan ketekunan dari para
pengeluaran biaya tenaga kerja tertinggi kedua yaitu pada kegiatan pasca panen
dengan jumlah 2 jam kerja dan 3 tenaga kerja pria. Kegiatan pasca panen meliputi
tenaga kerja usahatani bersama antara brokoli dan pakcoi. Keseluruhan biaya
biaya tenaga kerja brokoli adalah 75 persen dari biaya tenaga kerja keseluruhan.
Total biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan untuk budidaya
brokoli dengan proporsi 3:1 dalam satu bedeng 14 m² satu musim tanam masing-
dan total biaya variabel tersebut maka dapat dibuat analisis usahatani brokoli
usahatani brokoli organik pada luasan 14 m² dalam satu musim tanam, diketahui
Hasil produksi brokoli organik dalam satu musim tanam per bedeng adalah 6,3
luasan lahan 14 m² dalam satu musim tanam adalah senilai Rp 76.848,5, yaitu
diperoleh dari selisih antara total penerimaan perusahaan dengan total biaya yang
bedeng atau lahan seluas 14 m². Karena tumpangsari, maka ada biaya-biaya yang
dihitung secara bersama yaitu biaya pajak lahan, biaya penyusutan, pupuk,
pestisida, kapur, dan biaya tenaga kerja. Benih hakusai yang dibutuhkan untuk
satu lahan bedeng tersebut yaitu sebanyak 84 butir benih atau atau senilai Rp
840,00. Sedangkan benih kyuuri yang dibutuhkan sebanyak 84 butir juga atau
disemai terlebih dahulu untuk menjadi bibit di dalam bangunan persemaian. Biaya
tetap pada usahatani hakusai dan kyuuri ini sama dengan biaya tetap usahatani
sayuran lainnya, yaitu terdiri dari biaya untuk pajak lahan dan penyusutan alat-alat
pertanian. Biaya tetap ini juga termasuk biaya bersama pada analisis usahatani
tumpangsari hakusai dan kyuuri organik. Biaya variabel terdiri dari bahan-bahan
produksi seperti benih, tenaga kerja, pupuk, plastik pengemas, kawat dan benang
gulung, polybag, insect trap. Sedangkan untuk biaya transportasi, dihitung untuk
variabel dan biaya tetap usahatani brokoli dan pakcoi organik dapat dilihat pada
Tabel 16.
Tabel 16. Rincian Biaya Tetap dan Biaya Variabel Usahatani Hakusai dan
Kyuuri per 14 m² per Musim Tanam
Kebutuhan Harga (Rp) Jumlah
No Uraian Hakusai Kyuuri Hakusai Kyuuri Biaya (Rp)
Biaya Tetap
1 Pajak Lahan 14 8,63 120,80
2 Penyusutan Alat-alat 173224,10
Total Biaya Tetap 173344,90
Biaya Variabel
1 Benih 84 84 10 70 6720
2 Pupuk
a) Kandang 20 230 4600
b) Kompos 4 500 2000
3 Kapur 0,5 22000 11000
4 Pestisida Nabati 1,3 1800 2340
7 Insect trap 3 1000 3000
5 Tenaga Kerja 22000
6 Plastik Pengemas 42 600 25200
7 Kawat 0,25 15000 3750
8 Benang 0,5 7500 3750
9 Polybag 84 125 10500
10 Biaya Transportasi 4375 4375 8750
Total Biaya Variabel 103610
Sementara itu, untuk mengetahui rincian biaya variabel dan biaya tetap
usahatani hakusai maka digunakan perhitungan proporsi untuk biaya hakusai dari
perbandingan 3:1 untuk hakusai, dengan pertimbangan bahwa masa periode tanam
hakusai lebih panjang dari masa periode tanam kyuuri. Total biaya tetap dan biaya
tersebut jauh lebih rendah dibandingkan biaya budidaya tumpangsari hakusai dan
kyuuri. Rincian biaya tetap dan biaya variabel usahatani hakusai organik dapat
Seperti halnya sayuran organik yang lain, pada budidaya hakusai dan
kendali atas seluruh kegiatan produksi pada lahan perusahaan. Tenaga kerja yang
Bumi Persada. Perhitungan biaya tenaga kerja untuk satu bedeng atau lahan seluas
14 m² dilakukan sesuai jenis kegiatan, lama pekerjaan, jumlah dan jenis kelamin
tenaga kerja yang digunakan. Biaya tenaga kerja budidaya hakusai yaitu
Hasil perhitungan diperoleh bahwa biaya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja tersebut pada umumnya sama seperti
pada budidaya sayuran organik lainnya yang terdiri dari pengolahan lahan,
jumlah jam kerja yang dibutuhkan oleh masing-masing budidaya setiap sayuran
dibandingkan jam kerja pada budidaya sayuran yang ditanam secara monokultur.
Perincian biaya tenaga kerja untuk satu musim tanam komoditi hakusai dan kyuuri
Tabel 18. Biaya Tenaga Kerja Budidaya Hakusai dan Kyuuri (Tumpang
Sari) untuk Luasan 14m² per Musim Tanam
Jenis Jumlah Tenaga kerja Upah/orang/jam Total
Kegiatan Jam kerja Pria Wanita Pria Wanita Biaya
Pengolahan Lahan 1 1 1750 1750
Pembibitan 1 1 1500 1500
Penanaman 1 1 1500 1500
Pemeliharaan 8 1 1500 12000
Pemanenan 1 1 1750 1750
Pasca Panen 1 2 1750 3500
Total 22000
jumlah jam kerja yang paling tinggi. Hal ini dikarenakan budidaya secara organik
memang padat karya dan membutuhkan ketekunan dari para pekerjanya terutama
hama dan penyiangan dari gulma. Komponen pengeluaran biaya tenaga kerja
tertinggi kedua yaitu pada kegiatan pasca panen dengan jumlah 1 jam kerja
dengan membutuhkan 2 orang tenaga kerja pria. Kegiatan pasca panen meliputi
tenaga kerja usahatani bersama antara hakusai dan kyuuri. Keseluruhan biaya
Rp 16.500,00. Nilai biaya tenaga kerja hakusai adalah 75 persen dari biaya tenaga
kerja keseluruhan.
Total biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan untuk budidaya
hakusai dengan proporsi 3 : 1 dalam satu bedeng 14 m² satu musim tanam masing-
masing adalah Rp 130.008,6 dan Rp 64.120,00. Berdasarkan data total biaya tetap
dan total biaya variabel tersebut maka dapat dibuat analisis usahatani hakusai
usahatani hakusai organik pada luasan 14 m² dalam satu musim tanam, diketahui
Hasil produksi hakusai organik dalam satu musim tanam per bedeng adalah 12,6
lahan 14 m² dalam satu musim tanam adalah senilai Rp 89.371,3, yaitu diperoleh
dari selisih antara total penerimaan perusahaan dengan total biaya yang
bedeng atau lahan seluas 14 m². Karena tumpangsari, maka ada biaya-biaya yang
dihitung secara bersama yaitu biaya pajak lahan, biaya penyusutan, pupuk,
pestisida, kapur, dan biaya tenaga kerja. Benih kubis yang dibutuhkan untuk satu
lahan bedeng tersebut yaitu sebanyak 112 butir benih atau atau senilai Rp 560,00.
Sedangkan benih pakcoi yang dibutuhkan sebanyak 560 butir atau senilai Rp
dahulu untuk menjadi bibit di dalam bangunan persemaian. Biaya tetap pada
usahatani kubis dan pakcoi ini sama dengan biaya tetap usahatani sayuran lainnya,
yaitu terdiri dari biaya untuk pajak lahan dan penyusutan alat-alat pertanian. Biaya
tetap ini juga termasuk biaya bersama pada analisis usahatani tumpangsari kubis
dan pakcoi organik. Biaya variabel terdiri dari bahan-bahan produksi seperti
benih, tenaga kerja, pupuk, plastik pengemas, insect trap. Sedangkan untuk biaya
4.375,00. Rincian biaya variabel dan biaya tetap usahatani kubis dan pakcoi
Sementara itu, untuk mengetahui rincian biaya variabel dan biaya tetap
usahatani kubis maka digunakan perhitungan proporsi untuk biaya kubis dari
kubis lebih panjang dari masa periode tanam pakcoi. Total biaya tetap dan biaya
jauh lebih rendah dibandingkan biaya budidaya tumpangsari kubis dan pakcoi.
Rincian biaya variabel dan biaya tetap usahatani kubis organik dapat dilihat pada
Tabel 21.
Tabel 21. Rincian Biaya Tetap dan Biaya Variabel Usahatani Kubis Organik
per 14 m² per Musim Tanam
Nilai (Rp) Persentase
No Uraian Kubis Pakcoi Kubis (75%)
Biaya Tetap
1 Pajak Lahan 143,8 107,85
2 Penyusutan Alat-alat 206219,17 154664,3835
Total Biaya Tetap 154772,2335
Biaya Variabel
1 Benih 560 1120 560
2 Pupuk
a) Kandang 4600 3450
b) Kompos 2000 1500
3 Kapur 11000 8250
4 Pestisida Nabati 2340 1755
5 Tenaga Kerja 25250 18938
6 Plastik Pengemas 40200 38400 40200
7 Insect trap 3000 2250
8 Biaya Transportasi 4375 4375 4375
Total Biaya Variabel 81277,5
Seperti halnya sayuran organik lainnya, pada budidaya kubis dan pakcoi
atas seluruh kegiatan produksi pada lahan perusahaan. Tenaga kerja yang berperan
Persada. Perhitungan biaya tenaga kerja untuk satu bedeng atau lahan seluas 14
m² dilakukan sesuai jenis kegiatan, lama pekerjaan, jumlah dan jenis kelamin
tenaga kerja yang digunakan. Biaya tenaga kerja budidaya kubis yaitu merupakan
perhitungan diperoleh bahwa biaya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk budidaya
tumpangsari kubis dan pakcoi adalah sebesar Rp 25.250,00. Jenis kegiatan yang
dilakukan oleh tenaga kerja tersebut pada umumnya sama seperti pada budidaya
sayuran organik yang lain yang terdiri dari pengolahan lahan, pembibitan,
terlihat pada jumlah jam kerja yang dibutuhkan oleh budidaya kubis dan pakcoi
organik. Hal ini disebabkan oleh waktu yang diperlukan dalam satu musim tanam
kubis dan pakcoi organik berbeda dengan sayuran lain, sehingga biaya tenaga
kerjanya pun akan berbeda. Selain itu, budidaya kol organik sama halnya dengan
budidaya brokoli yang dilakukan secara tumpang sari dengan tanaman pakcoi.
Perincian biaya tenaga kerja untuk satu musim tanam komoditi kubis dan pakcoi
Tabel 22. Biaya Tenaga Kerja Budidaya Kubis dan Pakcoi (Tumpang Sari)
untuk Luasan 14m² per Musim Tanam
Jenis Jumlah Tenaga Kerja Upah/Orang/Jam Total
Kegiatan Jam Kerja Pria Wanita Pria Wanita Biaya
Pengolahan Lahan 1 1 1750 1750
Pembibitan 1 1 1500 1500
Penanaman 1 1 1500 1500
Pemeliharaan 8 1 1500 12000
Pemanenan 1 1 1 1750 1500 3250
Pasca Panen 1 3 1750 5250
TOTAL 13 5 4 25250
jumlah jam kerja yang paling tinggi. Hal ini dikarenakan budidaya secara organik
memang padat karya dan membutuhkan ketekunan dari para pekerjanya terutama
hama dan penyiangan dari gulma. Komponen pengeluaran biaya tenaga kerja
tertinggi kedua yaitu pada kegiatan pasca panen dengan jumlah 1 jam kerja dan 3
tenaga kerja pria. Kegiatan pasca panen meliputi perompesan, pengemasan dan
tenaga kerja usahatani bersama antara kubis dan pakcoi. Keseluruhan biaya cukup
besar dan mencapai Rp 25.250,00, sedangkan jika dihitung dengan proporsi untuk
biaya tenaga kerja kubis saja adalah sebesar Rp 18.937,5. Nilai biaya tenaga kerja
Total biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan untuk budidaya
kubis dengan proporsi 3 : 1 dalam satu bedeng 14 m² satu musim tanam masing-
masing adalah Rp 154.772,23 dan Rp 81.277,5. Berdasarkan data total biaya tetap
dan total biaya variabel tersebut maka dapat dibuat analisis usahatani kubis
usahatani kubis organik pada luasan 14 m² dalam satu musim tanam, diketahui
Hasil produksi kubis organik dalam satu musim tanam per bedeng adalah 26,8
luasan lahan 14 m² dalam satu musim tanam adalah senilai Rp 366.950,00, yaitu
diperoleh dari selisih antara total penerimaan perusahaan dengan total biaya yang
organik yang pada umumnya merupakan sayuran organik jepang. Dalam budidaya
sebagian besar komoditas sehingga hama yang menyerang tanaman tidak terlalu
berbagai komoditas sayuran organik sama saja, kecuali untuk biaya benih yang
bersama. Dalam analisis ini, komoditas yang dibahas dalam perhitungan usahatani
adalah bayam jepang, tomat, brokoli, sawi, dan kubis (kol), dimana brokoli, sawi
dan kubis ditanam secara tumpangsari. Biaya variabel yang dikeluarkan untuk
pengemas dan insect trap. Selain biaya variabel, biaya yang dikeluarkan untuk
kantor, gudang pupuk, dapur, ruang packing, villa, jalan, dan pos pengaman.
Lahan yang digunakan untuk budidaya sayuran organik dibagi menjadi 8 blok
yang terdiri dari blok A hingga blok H. Dari kedelapan blok tersebut, hanya 3
blok saja yang tidak menggunakan green house yaitu blok A, blok f, dan blok i.
daun.
supermarket yang terdapat di Jakarta seperti Ranch Market, Papaya, dan Kamome.
perusahaan juga menerima pesanan langsung antar atau delivery order pada
beberapa pelanggan yang bertempat tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Harga yang
organik dari PT Anugerah Bumi Persada tetap memiliki permintaan yang tinggi
diperoleh dari jumlah produksi horenso yang dihasilkan dikali dengan harga
jualnya. Penerimaan yang diperoleh per 14 m² dalam satu musim tanam untuk
horenso adalah sebesar Rp 324.500,00. Hasil analisis pendapatan dan biaya
Tabel 24. Analisis Penerimaan dan Biaya Usahatani Horenso Organik per 14
m² satu musim tanam
Persentase Persentase
No Komponen Nilai (Rp) Penerimaan (%) Biaya (%)
1 Penerimaan
Jumlah Produksi (kg)
Penerimaan Tunai 292050
Penerimaan yang diperhitungkan 32450
Jumlah Total Penerimaan 324500 100
2 Biaya Tunai
1. Pajak Lahan (14m²/MT) 67,06 0,02 0,04
2. Sarana Produksi
a. Benih (butir) 5000 1,54 3,05
b. Pupuk kandang 2300 0,71 1,37
c. Kapur 5500 1,69 2,17
d. Pestisida Nabati 2340 0,72 1,43
3. Tenaga Kerja 19750 6,09 12,04
4. Plastik Pengemas 28800 8,88 17,56
5. Insect Trap 3000 0,92 1,83
6. Biaya Transportasi 4375 1,35 2,60
Total Biaya Tunai 71132,06 20,57 40,71
3 Biaya Diperhitungkan
1. Penyusutan alat 96235,61 29,66 58,68
2. Sarana Produksi
a. Kompos 1000 0,31 0,61
Total Biaya Diperhitungkan 97235,61 29,96 59,29
4 Biaya Total 168367,67 50,54 100
5 Pendapatan atas Biaya Tunai 253367,94
6 Pendapatan atas Biaya Total 156132,32
7 R/C atas Biaya Tunai 4,561937332
8 R/C atas Biaya Total 1,927329562
pajak untuk lahan seluas 14 m² adalah sebesar Rp 67,06 dalam satu musim tanam.
Biaya yang diperlukan untuk benih adalah Rp 5000,00 atau sekitar 3,05 persen
dari persentase biaya total atau sebanyak 1,54 persen dari penerimaan total. Pupuk
yang digunakan terdiri dari pupuk kandang, kompos dan tambahan kapur. Pupuk
kandang yang dibutuhkan sebanyak 10 kg seharga Rp 2.300,00 dan kapur yang
berdasarkan jam kerja. Upah per HOK untuk tenaga kerja pria adalah sebesar Rp
14.000,00 sedangkan untuk tenaga kerja wanita sebesar Rp 12.000,00 per hari.
Dalam 1 HOK terdiri dari 8 jam kerja. Total pengeluaran biaya tenaga kerja untuk
budidaya horenso adalah Rp 19.750,00 atau sebesar 12,04 persen dari keseluruhan
biaya dan 6,09 persen dari total penerimaan. Sehingga total biaya tunai yang harus
96.235,61 per musim tanam untuk horenso. Persentase dari total penerimaan
sebesar 29,66 persen sedangkan dari biaya total sebesar 58,68 persen. Pupuk
yang dibutuhkan sebanyak 2 kg seharga Rp 1.000,00 atau 0,61 persen dari total
sedangkan pendapatan atas biaya total yaitu sebesar Rp 156.132,32 Rasio dari
pendapatan atas biaya tunai 4,56 persen dan atas biaya total yaitu 1,92 persen.
penerimaan dengan total pengeluaran. Jika R/C lebih besar dari satu maka
usahatani dianggap layak untuk diusahakan. Sedangkan apabila R/C kurang dari
satu dianggap tidak layak dan jika R/C sama dengan satu, maka usahatani
dianggap impas. Analisis R/C dapat dihitung atas biaya total dan atas biaya tunai,
Rp324.500
R/C =
Rp168.367,67
= 1,92
Rp324.500
R/C =
Rp71.132,06
= 4,56
besar atau sebesar 192 persen dari total biaya produksi, dengan kata lain setiap Rp
dalam satu kali periode produksi. Sedangkan R/C atas biaya tunai horenso organik
sebesar 4,56. Dengan demikian nilai R/C atas biaya total 1,92 dan nilai R/C atas
biaya tunai sebesar 4,56 maka dapat dikatakan bahwa usahatani horenso organik
tersebut menguntungkan dan efisien untuk diusahakan karena nilai R/C lebih dari
satu.
diperoleh dari jumlah produksi tomat yang dihasilkan dikali dengan harga jualnya.
Penerimaan yang diperoleh per 14 m² dalam satu musim tanam untuk tomat
Tabel 25. Analisis Penerimaan dan Biaya Usahatani Tomat Organik per 14
m² satu musim tanam
Persentase Persentase
No Komponen Nilai (Rp) Penerimaan (%) Biaya (%)
1 Penerimaan
Jumlah Produksi 485100
Jumlah Total Penerimaan 485100 100
2 Biaya Tunai
1. Pajak Lahan (14m²/MT) 175 0,04 0,04
2. Sarana Produksi
a. Benih (butir) 54600 11,26 13,30
b. Pupuk 6900 1,42 1,68
c. Kapur 5500 1,13 1,34
d. Pestisida Nabati 2340 0,48 0,57
3. Tenaga Kerja 24500 5,05 5,97
4. Plastik Pengemas dan sticker 35400 7,30 8,62
5. Insect Trap 3000 0,62 0,73
6. Sterofoam 5310 1,09 1,29
7. Benang 3750 0,77 0,91
8. Kawat 3750 0,77 0,91
9. Polybag 10500 2,16 2,56
10. Biaya Transportasi 4375 0,90 1,07
Total Biaya Tunai 160100 33,00 39,00
3 Biaya Diperhitungkan
1. Penyusutan alat 247463 51,01 60,27
2. Sarana Produksi
a. Kompos 3000 0,62 0,73
Total Biaya Diperhitungkan 250463,01 51,63 61,00
4 Biaya Total 410563,01 84,63 100,00
5 Pendapatan atas Biaya Tunai 325000
6 Pendapatan atas Biaya Total 74536,98
7 R/C atas Biaya Tunai 3,029981262
8 R/C atas Biaya Total 1,181548224
pajak untuk lahan seluas 14 m² adalah sebesar Rp 175,00 dalam satu musim
tanam. Biaya yang diperlukan untuk benih adalah Rp 54.600,00 atau sekitar 13,30
persen dari persentase biaya total atau sebanyak 11,26 persen dari penerimaan
total. Pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk kandang, kompos dan tambahan
berdasarkan jam kerja. Upah per HOK untuk tenaga kerja pria adalah sebesar Rp
14.000,00 sedangkan untuk tenaga kerja wanita sebesar Rp 12.000,00 per hari.
Dalam 1 HOK terdiri dari 8 jam kerja. Total pengeluaran biaya tenaga kerja untuk
budidaya tomat adalah Rp 24.500,00 atau sebesar 5,11 persen dari keseluruhan
biaya dan 5,05 persen dari total penerimaan. Sehingga total biaya tunai yang harus
247.463,00 per musim tanam untuk tomat. Persentase dari total penerimaan
sebesar 51,01 persen sedangkan dari biaya total sebesar 60,27 persen. Pupuk
yang dibutuhkan sebanyak 6 kg seharga Rp 3.000,00 atau 0,73 persen dari total
Besar biaya total yang dikeluarkan untuk usahatani tomat organik per
yang diperoleh atas biaya tunai sebesar Rp 325.000,00 sedangkan pendapatan atas
biaya total yaitu sebesar Rp 74.536,98. Rasio dari pendapatan atas biaya tunai
penerimaan dengan total pengeluaran. Jika R/C lebih besar dari satu maka
usahatani dianggap layak untuk diusahakan. Sedangkan apabila R/C kurang dari
satu dianggap tidak layak dan jika R/C sama dengan satu, maka usahatani
dianggap impas. Analisis R/C dapat dihitung atas biaya total dan atas biaya tunai,
Rp 485.100
R/C =
Rp 410.563
= 1,18
Rp 485.100
R/C =
Rp160.100
= 3,02
besar atau sebesar 118 persen dari total biaya produksi, dengan kata lain setiap Rp
dalam satu kali periode produksi. Sedangkan R/C atas biaya tunai tomat organik
sebesar 3,02. Dengan demikian nilai R/C atas biaya total 1,18 dan nilai R/C atas
biaya tunai sebesar 3,02 maka dapat dikatakan bahwa usahatani tomat organik
tersebut menguntungkan dan efisien untuk diusahakan karena nilai R/C lebih dari
satu.
6.2.3 Analisis Pendapatan Usahatani Brokoli Organik
diperoleh dari jumlah produksi brokoli yang dihasilkan dikali dengan harga
jualnya. Penerimaan yang diperoleh per 14 m² dalam satu musim tanam untuk
Tabel 26. Analisis Penerimaan dan Biaya Usahatani Brokoli Organik per 14
m² satu musim tanam
No Komponen Nilai (Rp) Persentase Persentase
Penerimaan (%) Biaya (%)
1 Penerimaan
Jumlah Produksi Brokoli 330750
Jumlah Total Penerimaan 330750 100
2 Biaya Tunai
1. Pajak Lahan (14m²/MT) 131,30 0,04 0,05
2. Sarana Produksi
a. Benih brokoli 2268 0,69 0,89
b. Pupuk Kandang 3450 1,04 1,36
c. Kapur 8250 2,49 3,25
d. Pestisida Nabati 1755 0,53 0,69
3. Tenaga Kerja 25125 7,60 9,90
4. Plastik Pengemas dan sticker
brokoli 19200 5,80 7,56
5. Insect Trap 2250 0,68 0,89
6. Biaya Transportasi 4375 1,32 1,72
3 Total Biaya Tunai 66804,30 20,20 26,31
Biaya Diperhitungkan
1. Penyusutan alat 185597,30 56,11 73,10
2. Sarana Produksi
a. Kompos 1500 0,45 0,59
4 Total Biaya Diperhitungkan 187097,30 56,57 73,69
5 Biaya Total 253901,60 76,77 100
6 Pendapatan atas Biaya Tunai 263945,70
7 Pendapatan atas Biaya Total 76848,40
8 R/C atas Biaya Tunai 4.951028601
9 R/C atas Biaya Total 1.302670011
pajak untuk lahan seluas 14 m² adalah sebesar Rp 175,00 dalam satu musim
tanam. Proporsi pajak lahan untuk brokoli adalah 75 persen dari nilai awal,
sehingga pajak lahan untuk budidaya brokoli adalah Rp 131,3. Biaya yang
diperlukan untuk benih brokoli adalah Rp 2.268,00 atau sekitar 0,89 persen dari
persentase biaya total atau sebanyak 0,69 persen dari penerimaan total. Pupuk
yang digunakan terdiri dari pupuk kandang, kompos dan tambahan kapur. Pupuk
brokoli dan pakcoi. Biaya pupuk kandang untuk budidaya brokoli yaitu Rp
3.450,00 atau sekitar 1,04 persen dari penerimaan dan 1,36 persen dari total biaya.
Biaya kapur yang dikeluarkan untuk budidaya brokoli yaitu sebesar Rp 8.250,00
atau sekitar 3,25 persen dari biaya keseluruhan atau sebanyak 2,49 persen dari
total penerimaan.
secara tumpangsari dengan pakcoi dihitung berdasarkan jam kerja. Upah per
HOK untuk tenaga kerja pria adalah sebesar Rp 14.000,00 sedangkan untuk
tenaga kerja wanita sebesar Rp 12.000,00 per hari. Dalam 1 HOK terdiri dari 8
jam kerja. Total pengeluaran biaya tenaga kerja untuk budidaya brokoli dan
hanya untuk brokoli saja yaitu atau sebesar Rp 25.125,00 atau sekitar 9,90 persen
dari keseluruhan biaya dan 7,60 persen dari total penerimaan. Sehingga total biaya
tunai yang harus disediakan oleh perusahaan untuk budidaya brokoli organik
Rp 185.597,00 per musim tanam untuk brokoli. Persentase dari total penerimaan
sebesar 56,11 persen sedangkan dari biaya total sebesar 73,10 persen. Pupuk
pupuk kompos untuk tanaman brokoli saja adalah sebesar Rp 1.500,00 atau 0,59
persen dari total biaya keseluruhan dan 0,45 persen dari total penerimaan.
Besar biaya total yang dikeluarkan untuk usahatani brokoli organik per
yang diperoleh atas biaya tunai sebesar Rp 263.945,70 sedangkan pendapatan atas
biaya total yaitu sebesar Rp 76.848,40. Rasio dari pendapatan atas biaya tunai
atas biaya total dan atas biaya tunai, dengan perhitungan sebagai berikut :
Rp330.750
R/C =
Rp 253.901,5
= 1,30
Rp330.750
R/C =
Rp 66.804,3
= 4,95
Angka R/C sebesar 1,30 di atas menunjukan bahwa dengan biaya
besar atau sebesar 130 persen dari total biaya produksi, dengan kata lain setiap Rp
dalam satu kali periode produksi. Sedangkan R/C atas biaya tunai brokoli organik
sebesar 4,95. Dengan demikian nilai R/C atas biaya total 1,30 dan nilai R/C atas
biaya tunai sebesar 4,95 maka dapat dikatakan bahwa usahatani brokoli organik
tersebut menguntungkan dan efisien untuk diusahakan karena nilai R/C lebih dari
satu.
diperoleh dari jumlah produksi hakusai yang dihasilkan dikali dengan harga
jualnya. Penerimaan yang diperoleh per 14 m² dalam satu musim tanam untuk
satu tahun, maka pajak untuk lahan seluas 14 m² adalah sebesar Rp 120,82 dalam
satu musim tanam. Proporsi pajak lahan untuk hakusai adalah 75 persen dari nilai
sekitar 0,43 persen dari persentase biaya total atau sebanyak 0,30 persen dari
penerimaan total. Pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk kandang, kompos dan
Tabel 27. Analisis Penerimaan dan Biaya Usahatani Hakusai Organik per 14
m² satu musim tanam
No Komponen Nilai (Rp) Persentase Persentase
Penerimaan
(%) Biaya (%)
1 Penerimaan
Jumlah Produksi Hakusai 283500
Jumlah Total Penerimaan 283500 100
2 Biaya Tunai
1. Pajak Lahan (14m²/MT) 91 0,03 0,05
2. Sarana Produksi
a. Benih Hakusai 840 0,30 0,43
b. Pupuk Kandang 3450 1,22 1,78
c. Kapur 8250 2,91 4,25
d. Pestisida Nabati 1755 0,62 0,90
3. Tenaga Kerja 16500 5,82 8,50
4. Plastik Pengemas dan sticker Hakusai 25200 8,89 12,98
5. Insect Trap 2250 0,79 1,16
6. Biaya Transportasi 4375 1,54 2,25
3 Total Biaya Tunai 62711 22,12 32,30
Biaya Diperhitungkan
1. Penyusutan alat 129918 45,83 66,92
2. Sarana Produksi
a. Kompos 1500 0,53 0,77
4 Total Biaya Diperhitungkan 131418 46,36 67,70
5 Biaya Total 194129 68,48 100
6 Pendapatan atas Biaya Tunai 220789
7 Pendapatan atas Biaya Total 89371
8 R/C atas Biaya Tunai 4,520737989
9 R/C atas Biaya Total 1,460369136
Biaya pupuk kandang untuk budidaya hakusai saja yaitu sebesar Rp 3.450
atau sekitar 1,22 persen dari penerimaan dan 1,78 persen dari total biaya. Biaya
kapur yang dikeluarkan untuk budidaya hakusai yaitu sebesar Rp 8.250,00 atau
sekitar 4,25 persen dari biaya keseluruhan atau sebanyak 2,91 persen dari total
penerimaan. Tenaga kerja yang dibutuhkan pada usahatani hakusai yang ditanam
secara tumpangsari dengan kyuuri dihitung berdasarkan jam kerja. Upah per HOK
untuk tenaga kerja pria adalah sebesar Rp 14.000,00 sedangkan untuk tenaga kerja
wanita sebesar Rp 12.000,00 per hari. Dalam 1 HOK terdiri dari 8 jam kerja. Total
pengeluaran biaya tenaga kerja untuk budidaya hakusai dan kyuri adalah Rp
22.000,00, sedangkan biaya tenaga kerja apabila digunakan hanya untuk hakusai
saja yaitu atau sebesar Rp 16.500,00 atau sekitar 8,50 persen dari keseluruhan
biaya dan 5,82 persen dari total penerimaan. Sehingga total biaya tunai yang harus
Rp 62.711,00.
129.918,00 per musim tanam untuk hakusai. Persentase dari total penerimaan
sebesar 45,83 persen sedangkan dari biaya total sebesar 66,92 persen. Pupuk
hakusai dan kyuuri. Biaya pupuk kompos untuk tanaman hakusai saja adalah
sebesar Rp 1.500,00 atau 0,77 persen dari total biaya keseluruhan dan 0,53 persen
Besar biaya total yang dikeluarkan untuk usahatani hakusai organik per
yang diperoleh atas biaya tunai sebesar Rp 220.789,00 sedangkan pendapatan atas
biaya total yaitu sebesar Rp 89.371,00. Rasio dari pendapatan atas biaya tunai
atas biaya total dan atas biaya tunai, dengan perhitungan sebagai berikut :
Rp 283.500
R/C =
Rp194.128,69
= 1,46
Rp 283.500
R/C =
Rp 62.711
= 4,52
besar atau sebesar 146 persen dari total biaya produksi, dengan kata lain setiap Rp
dalam satu kali periode produksi. Sedangkan R/C atas biaya tunai hakusai organik
sebesar 4,52. Dengan demikian nilai R/C atas biaya total 1,46 dan nilai R/C atas
biaya tunai sebesar 4,52 maka dapat dikatakan bahwa usahatani hakusai organik
tersebut menguntungkan dan efisien untuk diusahakan karena nilai R/C lebih dari
satu.
diperoleh dari jumlah produksi kubis yang dihasilkan dikali dengan harga jualnya.
Penerimaan yang diperoleh per 14 m² dalam satu musim tanam untuk kubis adalah
pajak untuk lahan seluas 14 m² adalah sebesar Rp 143,78 dalam satu musim
tanam. Proporsi pajak lahan untuk kubis adalah 75 persen dari nilai awal,
sehingga pajak lahan untuk budidaya kubis adalah Rp 107,80. Biaya yang
diperlukan untuk benih kubis adalah Rp 560,00 atau sekitar 0,24 persen dari
persentase biaya total atau sebanyak 0,09 persen dari penerimaan total. Pupuk
yang digunakan terdiri dari pupuk kandang, kompos dan tambahan kapur. Pupuk
Rp 3.450,00 atau sekitar 0,57 persen dari penerimaan total dan 1,46 persen dari
biaya keseluruhan. Biaya kapur yang dikeluarkan untuk budidaya kubis yaitu
sebesar Rp 8.250,00 atau sekitar 3,50 persen dari biaya keseluruhan atau sebanyak
Tenaga kerja yang dibutuhkan pada usahatani kubis yang ditanam secara
biaya tenaga kerja untuk budidaya kubis dan pakcoi adalah Rp 25.250,00,
sedangkan biaya tenaga kerja apabila digunakan hanya untuk kubis saja yaitu atau
sebesar Rp 18.937,50 atau sekitar 8,02 persen dari keseluruhan biaya dan 3,14
persen dari total penerimaan. Sehingga total biaya tunai yang harus disediakan
Rp 154.664,40 per musim tanam untuk kubis. Persentase dari total penerimaan
sebesar 25,65 persen sedangkan dari biaya total sebesar 65,52 persen. Pupuk
dan pakcoi. Biaya pupuk kompos untuk tanaman kubis saja adalah sebesar Rp
1.500,00 atau 0,64 persen dari total biaya keseluruhan dan 0,25 persen dari total
penerimaan.
Besar biaya total yang dikeluarkan untuk usahatani kubis organik per
yang diperoleh atas biaya tunai sebesar Rp 523.114,70 sedangkan pendapatan atas
biaya total yaitu sebesar Rp 366.950,30. Rasio dari pendapatan atas biaya tunai
mengetahui tingkat pengembalian modal usahatani kubis yang dapat dihitung atas
biaya total dan atas biaya tunai, dengan perhitungan sebagai berikut :
Rp603.000,00
R/C =
Rp 236.050,00
= 2,55
Rp 603.000,00
R/C =
Rp 79.885,30
= 7,54
besar atau sebesar 255 persen dari total biaya produksi, dengan kata lain setiap Rp
dalam satu kali periode produksi. Sedangkan R/C atas biaya tunai kubis organik
sebesar 7,54. Dengan demikian nilai R/C atas biaya total 2,55 dan nilai R/C atas
biaya tunai sebesar 7,54 maka dapat dikatakan bahwa usahatani kubis organik
tersebut menguntungkan dan efisien untuk diusahakan karena nilai R/C lebih dari
satu.
VII. KELANGSUNGAN USAHA DAN PROSPEK PASAR
setiap tahun, maka produksi pangan pun harus ditingkatkan. Sistem pertanian di
sumber daya, eksploitasi lingkungan seperti degradasi lahan dan pencemaran oleh
residu kimia pada tanah dan air. Dengan demikian, diperlukan pembangunan
pertanian yang berkelanjutan dengan masukan teknologi rendah input luar atau
yang tidak mudah untuk dilaksanakan sehingga investasi atau opportunity cost
yang dikeluarkan untuk itu sangat besar. Walaupun demikian, pertanian organik
Selain terbebas dari residu, dalam jangka panjang pertanian organik dapat
sumberdaya.
7.2 Kelangsungan Usaha PT Anugerah Bumi Persada
selama kurang lebih delapan tahun. Selama itu pula perusahaan menghadapi
dilihat dari berbagai aspek yaitu aspek teknis, aspek ekologi, dan aspek sosial. Hal
yang dapat dilihat dari aspek teknis yaitu adanya dukungan dari faktor-faktor alam
seperti keadaan tanah di daerah usahatani sayuran organik tersebut yaitu Desa
yang subur dan merupakan dataran tinggi yang pada umumnya digunakan untuk
bercocok tanam sayuran. Selain itu, ketersediaan air di Desa Galudra cukup baik
karena lokasinya yang berada di kaki Gunung Gede, maka aliran air didapat
Selain itu budidaya sayuran secara organik yang dilakukan perusahaan dapat
pestisida, serta bahan kimia pertanian lainnya. Sedangkan bila dilihat dari aspek
desa. Dari sudut pandang ketiga aspek yang telah dijelaskan, maka dapat
dikatakan bahwa kelangsungan usaha budidaya sayuran organik di PT Anugerah
yang akan dihasilkan. Selama ini dalam satu bedeng dengan luas 14 m² satu
hasil bersih yang dijual 9,9 kg. Sedangkan untuk tomat, hasil yang dijual dalam
satu bedeng adalah 17,64 kg, brokoli sebanyak 6,3 kg, hakusai sebanyak 12,6 kg
sayuran berbeda-beda. Harga tersebut masih tergolong tinggi untuk sebagian besar
konsumen sayuran sehingga hanya masyarakat dari golongan tertentu saja yang
menjadi konsumen sayuran organik. Untuk horenso organik harga yang ditetapkan
Tabel 29. Daftar Permintaan dan Penjualan Sayuran Organik PT. Anugerah
Bumi Persada (Maret 2008)
Permintaan/Bulan Hasil/Bedeng Kebutuhan Panen/Bulan Penjualan/Bulan
Komoditas (kg) (kg) Bedeng (kali) (kg)
Horenso 500 9,9 6 8 475,20
Tomat 500 17,64 2 8 282,24
Brokoli 400 6,3 7 8 352,80
Hakusai 300 12,6 4 8 403,20
Kubis 250 26,8 2 8 428,80
Permintaan selanjutnya diikuti oleh brokoli, hakusai, dan kubis yang masing-
masing berjumlah 400, 300, dan 250 kg/bulan. Walaupun demikian, produksi
perusahaan untuk sebagian besar jenis sayuran tersebut berada di bawah angka
kg, namun tidak demikian dengan produksi yang hanya mencapai 282,2 kg. Tidak
jauh berbeda dengan tomat, keadaan yang serupa juga terjadi pada horenso dan
Berbeda dengan horenso, tomat dan brokoli, penjualan hakusai dan kubis melebihi
angka permintaannya. Produksi hakusai dan kubis tetap dapat diserap oleh pasar
organik seperti horenso, tomat, dan brokoli salah satunya disebabkan oleh kendala
dapat toleransi terhadap cuaca yang berkabut, sedangkan pada daerah budidaya
justru seringkali dilanda kabut. Faktor lain adalah adanya serangan hama yang
banyak ditemukan pada tanaman brokoli, seperti hama ulat. Hal ini tentu akan
adanya peluang pasar yang cukup prospektif untuk horenso, tomat, dan brokoli
8.1 Kesimpulan
1. Usahatani lima sayuran organik yaitu horenso, tomat, brokoli, hakusai dan
dalam satu musim tanam dengan urutan dari yang terbesar yaitu kubis,
2. Nilai R/C rasio kelima sayuran organik yang dihasilkan oleh PT Anugerah
Bumi Persada yaitu lebih besar dari satu. Dengan demikian, usahatani
untuk dilakukan.
Andoko, Agus. 2002. Budidaya Padi Secara Organik. Jakarta : Penebar Swadaya
Imdad, Heri Purwanto dan Abdjad Asih Nawangsih. 2001. Sayuran Jepang.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Kartika, Juang Gema. 2006. Pemanfaatan kompos berbahan dasar limbah substrat
jamur pada budidaya horenso. Laporan Penelitian Dosen Muda IPB.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Pracaya. 2001. Kol alias Kubis. Edisi Revisi. Jakarta : PT Penebar Swadaya
Setiawan, Ade Iwan. 1995. Sayuran Dataran Tinggi: Budidaya dan Pengaturan
Panen. Jakarta : PT Penebar Swadaya
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia
(UI-Press)
Trisnawati, Yani dan Ade Iwan Setiawan. 2002. Tomat ; Pembudidayaan Secara
Komersial. Jakarta : PT Penebar Swadaya
Wahyuni, Yulia Tri. 2007. Analisis Cabang Usahatani Sayuran Organik di Mega
Surya Organic Kecamatan Mega Mendung, Kabupaten Bogor. Skripsi.
Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Tomat
Brokoli
Stroberi
Blok G2
Blok G1
B1.0
B2.0 B3.0
Vila
Works Work TL
hop shop
pupuk
panen
Mess
Kandang P
g
Blok Blok
E5 E4 Blok Blok Blok Blok
E3 E2 E1 D2 Keterangan:
PS : Pos ronda
TL : Pusat Terminal listrik
P : Bak penampungan air
Tanaman Buah