Anda di halaman 1dari 24

PANDUAN KRITERIA

PASIEN MASUK DAN KELUAR RUANG


RAWAT INTENSIF

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH ACCUPLAST


Jl. SEI BAH BOLON NO.40
MEDAN – INDONESIA
TAHUN 2018
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................. 1
C. Manfaat ............................................................................................... 2
D. Ruang Lingkup ................................................................................... 2
E. Sasaran ................................................................................................ 2
F. Dasar Hukum ...................................................................................... 2

BAB VI KRITERIA PASIEN MASUK DAN KELUAR RUANG HIGH CARE


UNIT (HCU) .......................................................................................... 20
A. Pengertian ........................................................................................ 20
B. Kriteria Pasien .................................................................................. 20

BAB VII PENUTUP ............................................................................................. 22


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ruang rawat intensif adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri dengan staf
khusus dan perlengkapan yang khusus pula, yang ditujukan untuk observasi, perawatan
dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera, atau penyulit-penyulit yang
mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa. Ruang-ruang tersebut
menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang
fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf lain
yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.

Pada unit keperawatan tersebut, perawatan untuk pasien dilaksanakan dengan melibatkan
berbagai tenaga profesional yang terdiri dari multidisiplin ilmu yang bekerjasama dalam
tim. Pengembangan tim multidisiplin yang kuat sangat penting dalam meningkatkan
keselamatan pasien. Selain itu juga diperlukan dalam rangka meningkatkan pelayanan.

Rumah Sakit Khusus Bedah Accuplast sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan
yang mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan rawat intensif yang
meliputi HCU, yang profesional dan berkualitas dengan mengedepankan mutu dan
keselamatan pasien. Oleh karena itu, mengingat diperlukannya tenaga-tenaga khusus
serta terbatasnya sarana dan prasarana, maka perlu dibuat suatu panduan yang mengatur
kriteria pasien yang masuk dan keluar ruang rawat intensif agar penggunaannya menjadi
lebih efisien.
B. Tujuan
Meningkatkan efisiensi penggunaan ruang HCU, Rumah Sakit Khusus Bedah Accuplast.

C. Manfaat
Menjadi acuan dalam penerimaan dan pemindahan pasien di ruang HCU, dan Rumah
Sakit Khusus Bedah Accuplast.
D. Ruang Lingkup
1. Kriteria masuk dan keluar ruang HCU
E. Sasaran
1. Unit Rawat Inap
2. Unit Gawat Darurat
3. Unit Kamar Operasi

F. Dasar Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia No 36 / 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Republik Indonesia No 44 / 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-undang Republik Indonesia No 29 / 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 834 / 2010 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan High Care Unit (HCU) di Rumah Sakit
BAB II
KRITERIA PASIEN MASUK DAN KELUAR
RUANG HIGH CARE UNIT (HCU)
A. PENGERTIAN
Ruang High Care Unit (HCU) adalah suatu unit yang merupakan bagian dari unit
pelayanan di Khusus Bedah Accuplast. Ruang lingkup pelayanannya meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. Diagnosis penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang mengancam nyawa
dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa hari;
2. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
penatalaksanaan spesifik problema dasar;
3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang
ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenik;
4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat tergantung
pada alat / mesin dan orang lain.

B. PEMBERIAN INFORMASI KEPADA PASIEN / KELUARGA


Sebelum pasien dimasukan ke HCU, pasien dan / atau keluargannya harus mendapatkan
penjelasan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan mengapa pasien harus
mendapatkan perawatan di HCU, serta tindakan kedokteran yang mungkin akan
dilakukan selama pasien dirawat di HCU. Penjelasan tersebut diberikan oleh DPJP atau
dokter UGD / dokter ruangan yang bertugas. Atas penjelasan tersebut pasien dan / atau
keluarganya dapat menerima atau menolak untuk dirawat di HCU. Persetujuan atau
penolakan dinyatakan dengan menandatangani Formulir Surat Pernyataan Penolakan
Pengobatan.

C. KRITERIA PASIEN MASUK BERDASARKAN DIAGNOSIS


1. Sistem Cardiovascular
a. Infark Miokard Akut dengan komplikasi
b. Syok Kardiogenik
c. Aritmia kompleks yang membutuhkan monitoring ketat dan intervensi
d. Gagal jantung kongestif dengan gagal napas dan /atau membutuhkan support
hemodinamik
e. Hipertensi emergensi
f. Angina tidak stabil, terutama dengan disritmia, hemodinamik tidak stabil, atau
nyeri dada menetap
g. S/P cardiac arrest
h. Tamponade jantung atau konstriksi dengan hemodinamik tidak stabil
i. Diseksi aneurisma aorta
j. Blokade jantung komplit
2. Sistem Pernapasan
a. Gagal napas akut yang membutuhkan bantuan ventilator
b. Emboli paru dengan hemodinamik tidak stabil
c. Hemoptisis masif
d. Gagal napas dengan ancaman intubasi
3. Overdosis obat atau keracunan obat
a. Keracunan obat dengan hemodinamik tidak stabil
b. Keracunan obat dengan penurunan kesadaran signifikan dengan ketidakmampuan
proteksi jalan napas
c. Kejang setelah keracunan obat
4. Penyakit Gastrointestinal
a. Perdarahan gastrointestinal yang mengancam nyawa termasuk hipotensi, angina,
perdarahan yang masih berlangsung, atau dengan penyakit komorbid
b. Gagal hati fulminan
c. Pankreatitis berat
d. Perforasi esophagus dengan atau tanpa mediastinitis
5. Endokrin
a. Ketoasidosis diabetikum dengan komplikasi hemodinamik tidak stabil, penurunan
kesadaran, pernapasan tidak adekuat atau asidosis berat
b. Badai tiroid atau koma miksedema dengan hemodinamik tidak stabil
c. Kondisi hiperosmolar dengan koma dan / atau hemodinamik tidak stabil
d. Penyakit endokrin lain seperti krisis adrenal dengan hemodinamik tidak stabil
e. Hiperkalsemia berat dengan penurunan kesadaran, membutuhkan monitoring
hemodinamik
f. Hipo atau hipernatremia dengan kejang, penurunan kesadaran
g. Hipo atau hipermagnesemia dengan hemodinamik terganggu atau disritmia
h. Hipo atau hiperkalemia dengan disritmia atau kelemahan otot
i. Hipofosfatemia dengan kelemahan otot
6. Bedah
a. Pasien pasca operasi yang membutuhkan monitoring hemodinamik / bantuan
ventilator atau perawatan yang ekstensif
7. Lain-lain
a. Syok sepsis dengan hemodinamik tidak stabil
b. Monitoring ketat hemodinamik
c. Trauma faktor lingkungan (petir, tenggelam, hipo / hipertermia)
d. Terapi baru / dalam percobaan dengan potensi terjadi komplikasi
e. Kondisi klinis lain yang memerlukan perawatan setingkat ICU

D. KRITERIA PASIEN MASUK BERDASARKAN PARAMETER OBJEKTIF


1. Tanda vital
a. Nadi < 40 atau > 150 kali / menit
b. Tekanan darah sistolik arteri < 80 mmHg atau 20 mmHg dibawah tekanan darah
pasien sehari-hari
c. Mean arterial preassure < 60 mmHg
d. Tekanan darah diastolik ateri > 120 mmHg
e. Frekuensi napas >35 kali/menit
2. Nilai Laboratorium
a. Natrium serum < 110 mEq/L atau > 170 mEq/L
b. Kalium serum < 2.0 mEq/L atau > 7.0 mEq/L
c. PaO2 < 50 mmHg
d. pH < 7.1 atau 7.7
e. Glukosa serum > 800 mg/dl
f. Kalsium serum > 15 mg/dl
g. Kadar toksik obat atau bahan kimia lain dengan gangguan hemodinamik dan
neurologis
3. Radiografi / Ultrasonografi / Tomografi
a. Perdarahan vaskuler otak, kontusio atau perdarahan subarachnoid dengan
penurunan kesadaran atau tanda defisit neurologis fokal
b. Ruptur organ dalam, kandung kemih, hepar, varises esophagus atau uterus dengan
hemodinamik tidak stabil
c. Diseksi aneurisma aorta
4. Elektrokardiogram
a. Infark miokard dengan aritmia kompleks, hemodinamik tidak stabil atau gagal
jantung kongestif
b. Ventrikel takikardi menetap atau fibrilasi
c. Blokade jantung komplit dengan hemodinamik tidak stabil
5. Pemeriksaan Fisik (onset akut)
a. Pupil anisokor pada pasien tidak sadar
b. Luka bakar >10 % BSA
c. Anuria
d. Obstruksi jalan napas
e. Koma
f. Kejang berlanjut
g. Sianosis
h. Tamponade jantung
(Sumber: Guideline for ICU admission, Discharge and Triage. Society Of Critical
Care Medicine, 1999)

E. KRITERIA PRIORITAS PASIEN MASUK


Jika pasien yang memenuhi kriteria masuk jumlahnya cukup banyak sedangkan kapasitas
ruang HCU terbatas, maka harus ditentukan prioritas pasien masuk berdasarkan beratnya
penyakit dan prognosis. Penilaian objektif hendaknya digunakan untuk menentukan
prioritas masuk HCU. Pasien yang memerlukan terapi intensif (prioritas 1) didahulukan
dibandingkan dengan pasien yang memerlukan pemantauan intensif (prioritas 3).
Kriteria pasien masuk ruang HCU adalah sebagai berikut:
1. Pasien Prioritas 1 (satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi
intensif dan tertitrasi, seperti: dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu suportif
organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif kontinyu, obat anti aritmia
kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi, dan lain-lainnya. Contoh pasien kelompok
ini antara lain, pasca bedah kardiotorasik, pasien sepsis berat, gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa, derajat hipoksemia
dan hipotensi dibawah tekanan darah tertentu Terapi pada pasien prioritas 1 (satu)
umumnya tidak mempunyai batas.
2. Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan di ICU, sebab sangat berisiko bila
tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan intensif
menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh pasien seperti ini antara lain
mereka yang menderita penyakit dasar jantung-paru, gagal ginjal akut dan berat atau
yang telah mengalami pembedahan major. Terapi pada pasien prioritas 2 tidak
mempunyai batas, karena kondisi mediknya senantiasa berubah.
3. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status kesehatan
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara sendirian
atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan / atau manfaat terapi di ICU pada
golongan ini sangat kecil. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan
metastatik disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan napas,
atau pasien penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit
akut berat. Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan
akutnya saja dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau
resusitasi jantung paru.

4. Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan DPJP berkoordinasi dengan
Kepala Unit Rawat Intensif dan Anestesi, indikasi masuk pada beberapa golongan
pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-pasien golongan demikian
sewaktu waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU agar fasilitas ICU yang terbatas
tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, 3 (satu, dua, tiga). Pasien yang
tergolong demikian antara lain:
1) Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang
agresif dan hanya demi “perawatan yang aman” saja. Ini tidak menyingkirkan
pasien dengan perintah “DNR (Do Not Resuscitate).” Sebenarnya pasien-pasien
ini mungkin mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di ICU
untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya.
2) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
3) Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-pasien seperti
itu dapat dimasukkan ke HCU untuk menunjang fungsi organ hanya untuk
kepentingan lain-lain misalnya donor organ.
F. KRITERIA PASIEN KELUAR
Pasien yang sudah stabil dan tidak membutuhkan pemantauan yang ketat dapat
dipindahkan dari HCU berdasarkan pertimbangan medis oleh DPJP ruang HCU dan tim
yang merawat pasien.
1. Kriteria Umum
a. Bila kondisi psikologis pasien stabil dan kebutuhan monitor dan perawatan HCU
sudah tidak diperlukan lagi
b. Bila kondisi fisiologis pasien memburuk dan tidak ada lagi rencana intervensi
aktif, layak untuk keluar dari HCU dan mendapatkan tingkat perawatan lebih
rendah.
2. Tanda vital
a. Nadi > 60 atau < 100 kali/menit
b. Mean arterial pressure > 65 mmHg
c. Tekanan darah diastolik < 110 mmHg
d. Frekuensi napas 8-30 kali/menit
e. Diuresis > 0,5 ml/kgBB/jam
f. Spo2 > 93 % dengan nasal canul
g. Pasien sadar / tidak sadar sudah terpasang Tracheostomi tube
3. Nilai Laboratorium
a. Natrium serum 125-150 mEq/L
b. Kalium Serum 3-5,5 mEq/L
c. Paow > 60 mmHg
d. pH 7,3-7,5
e. Glukosa serum 80-180 mg/dl
f. Kalsium serum 2,5- mmol/L
g. Laktat plasma perbaikan (kurang dari 2)
BAB III
KRITERIA PASIEN MASUK DAN KELUAR
RUANG PEDIATRIC INTENSIVE CARE UNIT (PICU)

A. PENGERTIAN
Pediatric Intensive Care Unit (PICU) adalah fasilitas atau unit yang terpisah, yang
dirancang untuk penanganan pasien anak yang mengalami gangguaan medis, bedah dan
trauma atau kondisi yang mengancam nyawa lainnya, yang memerlukan perawatan
intensif, observasi yang bersifat komprehensif dan perawatan khusus.
Pasien anak adalah pasien yang berumur mulai dari 29 hari sampai dengan 18 tahun.

B. KRITERIA PASIEN MASUK


1. Sistem Respirasi
Pasien dengan gangguan / potensi gangguan respirasi berat yang mengancam nyawa.
Kondisi ini meliputi (namun tidak terbatas pada):
a. Kebutuhan penggunaan Endotracheal Tube dan ventilator mekanik
b. Gangguan sistem pernapasan (atas dan bawah) yang progresif dengan resiko
tinggi gagal napas dan atau obstruksi total
c. Kebutuhan terapi oksigen dengan FiO2 > 0.5
d. Pasca pemasangan trakeostomi
e. Barotrauma akut
f. Kebutuhan terapi inhalasi / nebulisasi yang sering
2. Sistem kardiovaskuler
Pasien dengan gangguan kardiovaskuler yang mengancam nyawa, antara lain (namun
tidak terbatas pada):
a. Syok
b. Pasca resusitasi jantung paru
c. Aritmia yang mengancam nyawa
d. Gagal jantung kongestif (dengan atau tanpa kebutuhan ventilator)
e. Kelainan jantung bawaan (dengan atau tanpa kebutuhan ventilator)
f. Pasca tindakan yang beresiko tinggi (contoh kateterisasi)
g. Kebutuhan akan pemantauan tekanan darah secara invasif, tekanan vena sentral
atau tekanan arteri pulmonal
h. Kebutuhan pemasangan alat pacu jantung (pace maker)
3. Neurologis
Pasien dengan kelainan neurologis yang mengancam nyawa, antara lain:
a. Kejang yang tidak berespon dengan terapi standar atau membutuhkan
antikonvulsan kontinyu secara intravena
b. Gangguan kesadaran berat dan gangguan neurologis lain yang belum dapat
diperkirakan perkembangannya atau koma yang disertai dengan potensi gangguan
pernapasan
c. Pasca bedah syaraf yang memerlukan pemantauan ketat
d. Inflamasi akut atau infeksi medula spinalis, selaput otak atau otak dengan depresi
neurologis, gangguan metabolik dan hormonal gangguan pernapasan dan atau
hemodinamik atau kemungkinan peningkatan tekanan intrakranial
e. Trauma kepala dengan peningkatan tekanan intrakranial
f. Perawatan praoperatif bedah syaraf dengan penurunan status neurologis
g. Disfungsi neuromuskuler progresif tanpa gangguan kesadaran yang membutuhkan
pemantauan respirasi dan kardiovaskuler
h. Trauma spinal
i. Penggunaan drain ventrikel eksternal
4. Hematologi dan Onkologi
Pasien dengan gangguan hematologi dan onkologi yang mengancam nyawa, antara
lain:
a. Transfusi tukar
b. Plasmaferesis atau leukoferesis dengan kondisi klinik tidak stabil
c. Koagulopati berat
d. Anemia berat dengan gangguan hemodinamik dan / atau respirasi
e. Komplikasi krisis sickle cell
f. Kemoterapi dengan antisipasi terjadinya sindroma lisis tumor
g. Tumor yang menekan pembuluh darah vital jalan napas atau organ vital lainnya
5. Endokrin dan Metabolik
Pasien dengan gangguan endokrin dan metabolik yang mengancam nyawa antara lain:
a. Ketoasidosis diabetik
b. Gangguan elektrolit seperti:
 Hiperkalemia yang membutuhkan pemantauan jantung dan terapi intervensi
 Hipo atau hipernatremi berat
 Hipo atau hiperkalsemi
 Hipo atau hiperglikemia dengan keadaan klinis tidak stabil
 Asidosis metabolik berat
 Gangguan keseimbangan cairan kompleks
c. Inborn errors of metabolism dengan kegawatan yang mengancam nyawa
6. Gastrointestinal
Pasien dengan gangguan saluran cerna yang mengancam nyawa antara lain:
a. Perdarahan saluran cerna akut dan berat
b. Pasca endoskopi darurat
c. Gagal hati akut
7. Bedah
Kondisi pasca bedah yang umumnya membutuhkan pemantauan dan tindakan invasif
antara lain:
a. Bedah kardiovaskuler
b. Bedah thorak
c. Bedah saraf
d. Bedah THT
e. Bedah kraniofasial
f. Bedah ortopedi dan tulang belakang
g. Bedah umum dengan gangguan hemodinamik dan respirasi
h. Transplantasi organ
i. Trauma multiple dengan atau tanpa gangguan kardiovaskuler
j. Kehilangan darah dalam jumlah besar
8. Ginjal dan Saluran Kemih
Pasien dengan gangguan ginjal dan saluran kemih yang mengancam nyawa, antara
lain:
a. Gagal ginjal
b. Kebutuhan hemodialisa, dialisa peritoneal atau renal replacement therapy lain
dalam keadaan tidak stabil
c. Rhabdomyolisis akut dengan isufiensi ginjal
9. Gangguan lain
Pasien dengan gangguan lain yang mengancam nyawa antara lain:
a. Keracunan atau overdosis obat dengan potensi kegagalan organ
b. Gagal multipel organ
c. Hipernatremia maligna
d. Trauma elektrik atau trauma lingkungan lain: luka bakar > 10 % luas permukaan
kulit

C. KRITERIA PRIORITAS PASIEN MASUK


Kriteria prioritas pasien masuk ruang ICU adalah sebagai berikut:
1. Pasien prioritas 1 (satu)
Kelompok ini meliputi anak sakit kritis yang dengan terapi intensif dapat sembuh
sempurna dan dapat tumbuh dan berkembang sesuai potensi genetiknya.
2. Pasien prioritas 2 (dua)
Kelompok ini meliputi anak sakit kritis dengan penyakit dasar yang secara medis saat
ini belum dapat ditanggulangi namun dengan terapi intensif dapat menanggulangi
keadaan kritis sepenuhnya, hingga anak kembali pada keadaan sebelum dirawat di
PICU.
3. Prioritas 3 (tiga)
Kelompok ini meliputi anak sakit kritis dengan penyakit dasar menyebabkan anak
tidak mempunyai kontak dengan lingkungannya secara permanen dan tidak
mengalami tumbuh kembang.
4. Prioritas 4 (empat)
Kelompok ini meliputi anak sakit kritis dengan prognosis sangat buruk sehingga
dengan terapi intensif pun proses kematian tidak dapat dicegah.

D. KRITERIA PASIEN KELUAR DARI RUANG PICU


Pasien dinyatakan dapat keluar dari ruang PICU jika memenuhi kriteria berikut:
a. Parameter hemodinamik stabil
b. Status respirasi stabil (tanpa ETT, jalan napas bebas, gas darah normal)
c. Kebutuhan suplementasi oksigen minimal (tidak melebihi standar yang dapat
dilakukan diluar ruang intensif pediatrik)
d. Tidak lagi dibutuhkan tunjangan inotropik, vasodilator, aritmia atau bila masih
dibutuhkan, digunakan dalam dosis rendah dan dapat diberikan dengan aman diluar
ruang intensif
e. Disritmia jantung terkontrol
f. Alat pemasangan tekanan intrakranial invansif tidak terpasang lagi
g. Neurologi stabil kejang terkontrol
h. Kateter pemantauan hemodinamik telah dilepas
i. Pasien dengan ketergantungan ventilator mekanik kronik harus telah mengatasi
keadaan akutnya hingga hanya dibutuhkan perawatan dengan ventilator biasa di luar
ruang intensif atau di rumah
j. Pasien dengan peritoneal dialisa atau hemodialisa kronik telah mengatasi keadaan
akutnya sehingga tidak dibutuhkan tindakan khusus lain di luar standar perawatan di
luar ruang intensif atau di rumah
k. Pasien dengan trakeomalasia, tidak lagi membutuhkan pengisapan lendir eksesif
l. Staf medik dan keluarga telah melakukan penilaian bersama dan menyepakati bahwa
tidak ada lagi keuntungannya untuk tetap mempertahankan anak di ruang intensif.
BAB IV
KRITERIA MASUK DAN KELUAR
RUANG NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU)

A. PENGERTIAN
Neonatal Intensive Care Unit (NICU) adalah fasilitas atau unit yang terpisah, yang
dirancang untuk penangan pasien neonatus yang mengalami gangguan medis, bedah dan
trauma, atau kondisi yang mengancam nyawa lainnya, yang memerlukan perawatan
intensif, observasi yang bersifat komprehensif dan perawatan khusus.
Pasien neonatus adalah pasien yang berumur 0-28 hari

B. KRITERIA MASUK BERDASAKAN DIAGNOSIS


1. Sistem Kardiovaskuler
a. Syok kardiogenik
b. Gagal jantung dengan gagal napas dan / atau membutuhkan bantuan
hemodinamik
2. Sistem Pernapasan
a. Gagal napas dan / atau gangguan napas berat yang membutuhkan bantuan
ventilator
b. Bayi dalam perawatan level 2 (bayi resiko tinggi) yang mengalami perburukan
fungsi pernapasan
c. Membutuhkan perawatan pernapasan yang tidak tersedia di unit perawatan yang
lebih rendah (level 1 dan level 2)
3. Sistem Neurologis
a. Koma : metabolik, toksik atau anoksia
b. Perdarahan intrakranial
c. Kejang refrakter
d. Kern ikterus
4. Bedah
a. Bayi pasca operasi yang membutuhkan monitoring hemodinamik / bantuan
ventilator atau perawatan pasca operasi ekstensif
5. Lain-lain
a. Syok sepsis dengan hemodinamik tidak stabil
b. Kondisi klinis yang memerlukan perawatan setingkat NICU
C. KRITERIA MASUK BERDASARKAN PARAMETER OBJEKTIF
1. Tanda vital
a. Nadi < 80 atau > 180 kali/menit
b. Tekanan darah sitolik arteri < 50 mmHg atau 20 mmHg dibawah tekanan darah
normal bayi menurut masa gestasi
c. Frekuensi napas < 30 atau > 90 kali/menit
2. Nilai laboratorium
a. PaO2 < 50 mmHg
b. pH < 7,2 atau > 7,6
3. Pemeriksaan radiografi
a. Perdarahan intrakranial dengan penurunan kesadaran atau tanda defisit neurologis
b. Hernia diafragma

D. KRITERIA KELUAR
1. Kriteria Umum
a. Bila kondisi bayi stabil dan kebutuhan akan monitor serta perawatan NICU sudah
tidak diperlukan lagi
b. Bila kondisi fisiologis bayi memburuk dan tidak ada lagi rencana intervensi aktif
2. Tanda Vital
a. Nadi > 80 atau < 180 kali/menit
b. Frekuensi napas 40-60 kali/menit
c. Diuresis > 0,5 mL/kgBB/jam
d. SpO2 > 93 % dengan nasal kanul
3. Nilai Laboratorium
a. PaO2 >60 mmHg
b. pH 7,3 – 7,5

BAB V
PROTOKOL INDIKASI MASUK DAN KELUAR
RUANG CARDIOVASCULAR INTENSIVE CARE UNIT (CICU)

KATEGORI INDIKASI MASUK INDIKASI KELUAR


Aritmia 1. Hemodinamik tidak stabil  Tidak didapatkan
2. Membutuhkan tindakan synchronized tanda dan gejala dari
cardiovenous, defibrilasi, atau temporary ketidakstabilan
transvenous pacemaker hemodinamik
3. Sudah terpasang implantable cardioverter-  Pada pemeriksaan
defibrilator EKG, tidak
4. Berpotensi menjadi sudden cardiac death didapatkan aritmia
5. Tergantung gangguan irama yang menyertainya maligna dalam 24 jam
a. Ventricular Fibrilation / Pulseless
Ventricular Tachycardia:
 Tidak ada nadi
 Pingsan, tidak sadar
 Respirasi agonal
b. PEA (Pulseless Electrical Activity):
 Tidak ada nadi
 Pingsan, tidak sadar
 Respirasi agonal atau apneu
c. Atrial fibrilation rapid ventricular response:
 Dyspneu on effort
 Shortness of breath
 Edema paru akut
d. Supraventricular Tachycardia:
 Gelisah
 Cemas
e. Sinus Bradikardi dan blok AV:
 Perubahan status mental akut
 Nyeri dada yang menetap
 Shortness of breath
 Hipotensi
 Tanda-tanda syok
 Kongesti paru
 CHF
Emboli paru 1. Disertai dengan syok kardiogenik akibat emboli Tidak didapatkan tanda
paru masif dan gejala dari
2. Akan dilakukan tindakan trombosis ketidakstabilan
hemodinamik
Diseksi 1. Pasien Uncomplicated Aortic Dissection pada Setelah tindakan koreksi
Aorta aorta torakalis descenden (Stanford type B atau atau intervensi kardiologi
DeBakery type III) yang mendapatkan terapi tidak didapatkan
medikamentosa komplikasi yang
mengganggu
hemodinamik
Gagal 1. Memerlukan terapi inotropik: Tidak didapatkan tanda
Jantung  Syok kardiogenik dan gejala dari
 Acute Decompensated Heart Failure ketidakstabilan
 Disfungsi sistolik berat hemodinamik
 Gagal jantung dengan disfungsi multiorgan
2. Didapatkan edema paru akut:
 Saturasi O2 < 90%
 Ronki basah halus > 1/3 lapangan paru
 Takipnea
3. Disertai dengan miokarditis fulminan
4. Disertai gagal ginjal yang membutuhkan terapi
hemodialisa atau hemofiltrasi
5. Akan menjalankan pemasangan percutaneous
mechanical device (seperti intra aortic ballon
pump)
Nyeri dada, 1. Perubahan gambaran EKG minimal 2 sandapan: Tidak didapatkan tanda
sindrom  Elevasi segmen ST ≥1 mm atau gelombang Q dan gejala dari
koroner akut, ≥0,04 detik ketidakstabilan
infark  Depresi segmen ST ≥1 mm atau T inverted hemodinamik:
miokard akut yang menunjukan iskemia  Denyut jantung < 100
2. Dua dari beberapa klinis berikut : kali/menit
 Penyakit jantung koroner yang tidak stabil  Tekanan darah sitolik
(frekuensi, durasi, intensitas) < 140 mmHg
 Aritmia (new onset Atrial Fibrilasi, Atrial  Tidak didapatkan nyeri
Flutter, sustain SVT, AV blok derajat 2-3, dada dalam waktu 24
sustain atau rekuren ventrikular aritmia) jam
3. Rales lebih dari basal  Tidak didapatkan
komplikasi mekanik,
elektric yang
mengganggu
hemodinamik
Penyakit Disertai dengan: Tidak didapatkan tanda
jantung  Sianosis berat dan gejala dari
bawaan pada  Gagal jantung kongestif ketidakstabilan
dewasa  Hipertensi pulmonal hemodinamik

 Sindrom Einmenger
 Aritmia jantung
Tamponade 1. Gangguan hemodinamik ringan atau berat Tidak didapatkan tanda
jantung 2. Memerlukan perikardiosentesis atau dan gejala dari
perikardiektomi ketidakstabilan
hemodinamik
Varvular 1. Setelah operasi ganti katup (aortic valve Tidak didapatkan tanda
Heart replacement, mitral valve replacement) dan gejala dari
Disease 2. Pengobatan medikamentosa intensif ketidakstabilan
3. Regurgitasi aorta akut hemodinamik
4. Regurgitasi mitral akut
5. Stenosis aorta berat
6. Stenosis mitral berat
7. Disertai dengan endokarditis infeksi

BAB VI
KRITERIA PASIEN MASUK DAN KELUAR
RUANG HIGH CARE UNIT (HCU)

A. PENGERTIAN
Ruang High Care Unit (HCU) adalah unit pelayanan di rumah sakit bagi pasien dengan
kondisi respirasi, hemodinamik dan kesadaran yang stabil yang masih memerlukan
pengobatan, perawatan dan observasi secara ketat. Pelayanan HCU adalah pelayanan
medik pasien dengan kebutuhan memerlukan pengobatan, perawatan dan observasi
secara ketat dengan tingkat pelayanan yang berada di antara ICU dan ruang rawat inap
(tidak perlu perawatan ICU namun belum dapat dirawat di ruang rawat biasa karena
memerlukan observasi yang ketat).

B. KRITERIA PASIEN
1. Indikasi Masuk
a. Pasien dengan gagal organ tunggal yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadi
komplikasi
b. Pasien yang memerlukan perawatan perioperatif
2. Indikasi Keluar
a. Pasien sudah stabil yang tidak lagi membutuhkan pemantauan yang ketat
b. Pasien yang memburuk sehingga perlu pindah ke ICU
3. Pasien yang tidak perlu masuk HCU
a. Pasien dengan fase terminal suatu penyakit (misalnya kanker stadium akhir)
b. Pasien / keluarga menolak untuk dirawat di ruang HCU (atas dasar informed
consent)
Beberapa keadaan yang memerlukan perawatan HCU antara lain:
1. Sistem Kardiovaskuler
a. Miokard Infark dengan Hemodinamik stabil
b. Gangguan irama jantung dengan hemodinamik stabil
c. Gangguan irama jantung yang memerlukan pacu jantung sementara/menetap
dengan hemodinamik stabil
d. Gagal Jantung Kongestif NYHA kelas I atau II
e. Hipertensi urgensi tanpa ada gagal organ target

2. Sistem Pernapasan
Gangguan pernapasan yang memerlukan fisioterapi yang intensif dan agresif
3. Sistem Saraf
a. Cedera kepala sedang sampai berat yang stabil dan memerlukan tirah baring dan
memerlukan pemeliharaan jalan napas secara khusus, seperti hisap lendir
b. Cedera sumsum tulang belakang leher yang stabil
4. Sistem Saluran Pencernaan
Perdarahan saluran cerna bagian atas tanpa hipotensi dan respon dengan pemberian
cairan
5. Sistem Endokrin
Diabetik Ketoasidosis dengan infus insulin kontinyu
6. Pembedahan
Pasca bedah besar dengan hemodinamik stabil, tetapi masih memerlukan resusitasi
cairan dan pengawasan
7. Kebidanan dan Kandungan
Preeklamsia pada kehamilan atau pasca persalinan

BAB VII
PENUTUP

Panduan ini merupakan acuan dalam penyelenggaraan pelayanan ruang rawat intensif di RSU
XX. Dengan adanya panduan ini diharapkan penggunaan ruang rawat intensif di RSU XX
dapat menjadi lebih efektif dan efisien.
Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal 18 Januari 2016
Direktur Rumah Sakit Umum XX,

dr. ..............................

Anda mungkin juga menyukai