Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KROMATOGRAFI KERTAS

DOSEN PENGAMPU :
DIAN YUNI PRATIWI, S. Si, M. Si

DISUSUN OLEH :
INDRIYANTI WIDYARATNA
NIM. 352014710960

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
NGAWI
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pigmen warna alami umumnya tidak stabil terhadap pengaruh cahaya
dan panas sehingga sering tidak cocok untuk digunakan dalam industri makanan.
Maka, penggunaan zat warna sintetik pun semakin meluas. Keunggulan-
keunggulan zat warna sintetik adalah lebih stabil dan lebih tahan terhadap
berbagai kondisi lingkungan. Daya mewarnainya lebih kuat dan memiliki rentang
warna yang lebih luas. Selain itu, zat warna sintetik lebih murah dan lebih mudah
untuk digunakan.(Azizahwati, 2007)
Pencapaian pemisahan dengan teknik kromatografi tertentu dalam
perdagangan tersedia beberapa jenis kertas saring yang sudah dimodifikasi,
misalnya sifat polar selulosa dapat dikurangi dengan memadukan asam silikat
atau alumina ke dalam kertas sehingga lebih cocok untuk pemisahan lipid. Kertas
juga dapat dimodifikasi di laboratorium. Misalnya merendam dalam paraffin atau
minyak silikon agar dapat digunakan kromatografi fase balik juga untuk lipid.
Kromatografi merupakan metode analisis campuran atau larutan senyawa
kimia dengan absorpsi memilih pada zat penyerap, zat cair dibiarkan mengalir
melalui kolom zat penyerap, misalnya kapur, alumina dan semacamnya sehingga
penyusunnya terpisah menurut bobot molekulnya, mula-mula memang fraksi-
fraksi dicirikan oleh warna-warnanya.
Kromatografi kertas termasuk dalam kelompok kromatografi planar,
dimana pemisahannya menggunakan medium pemisah dalam bentuk bidang
(umumnya bidang datar) yaitu benuk kertas. Seluruh bentuk kromatografi
memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang didukung pada padatan)
dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan
membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-
komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula.
Beberapa metode kromatografi kertas yakni berdasarkan arah dari fase
geraknya yaitu kromatografi ascending dan descending. Kromatografi ascending
merupakan kromtografi kertas dimana arah fase geraknya menaik, dengan
memanfaatkan gaya kapiler. Sedangkan kromatografi dengan metode descending
(menurun) dalam pelaksanaannya memanfaatkan gaya gravitasi sehingga arah
fase geraknya menurun. Pada kromatografi menurun, pada fase gerak dibiarkan
merabat turun pada kertas. Kertas tersebut digantung dalam bejana menggunakan
bahan antisifon yang menahan ujung atas kertas di dalam bak pelarut. Dasar
bejana digenangi dengan sistem pelarut yang telah ditetapkan. Pada kromatografi
kertas yang menaik, kertas itu digantung dari atas ruangan agar kertas tersebut
tercelup ke dalam larutan yang ada di dasar ruangan, dan pelarut akan merangkak
naik di seluruh bagian kertas secara perlahan-lahan akibat kapilaritas. Pada
bentuk yang menurun, kertas dikaitkan pada sebuah cawan yang mengandung
pelarut yang terletak diatas ruangan, dan pelarut bergerak ke bawah karena
adanya kapilaritas yang dibantu gravitasi. Pada kasus yang sukses, zat terlarut
dari campuran yang asli akan bergerak di sepanjang kertas dengan kecepatan
yang berbeda-beda, membentuk sederetan noda yang terpisah. Jika senyawa
tersebut berwarna, tentu saja noda tersebut dapat terlihat. Jika tidak, noda-noda
tersebut harus ditemukan dengan cara lain. Beberapa senyawa berpendar, dalam
kasus ini noda-noda bersinar dapat dilihat pada saat kertas diletakkan di bawah
lampu ultraviolet.
Kromatografi kertas merupakan analisis kromatografi dengan kertas
sebagai penyerap selektif dapat sebagai sobekan kertas yang bergantung dalam
larutan contoh atau sebagai lingkaran yang pada pusatnya ditempatkan larutan
yang akan dianalisis. Berdasarkan uraian di atas, maka pembahasan berikut akan
membahas tentang cara pemisahan dan menentukan pigmen warna dengan
metode kromatografi kertas.

B. Tujuan
Tujuan diadakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui komposisi
warna yang terdapat pada cairan tinta spidol warna coklat, ungu dan pink.

BAB II
DASAR TEORI
Pada awalnya kromatografi dianggap semata-mata sebagai bentuk partisi
cairan–cairan. Serat selulosa yang hidrofilik dari kertas tersebut dapat mengikat
air, setelah disingkapkan ke udara yang lembab, kertas saring yang tampak kering
itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi, katakan 20 %
(bobot/bobot) akan lebih. Jadi kertas itu sebenarnya dapat mengandung air dengan
persentase tinggi dan kertas itu dipandang sebagai analog dengan sebatang kolom
yang berisi stasioner berair. Zat-zat terlarut itu padahal fase geraknya dapat
campur dengan air akan dalam beberapa kasus, malahan fase geraknya adalah
larutan itu sendiri (Day & Underwood, 1980).
Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak sebagai
tempat untuk mengalirkannya fase bergerak. Berbagai macam tempat kertas
secara komersil tersedia adalah Whatman 1, 2, 31 dan 3 MM. Kertas asam asetil,
kertas kieselguhr, kertas silikon dan kertas penukar ion juga digunakan. Kertas
asam asetil dapat digunakan untuk zat–zat hidrofobik (Khopkar, 1990).
Selain kertas Whatman dalam teknik kromatografi dapat pula digunakan
kertas selulosa murni. Kertas selulosa yang dimodifikasi dan kertas serat kaca.
Untuk memilih kertas, yang menjadi pertimbangan adalah tingkat dan
kesempurnaan pemisahan, difusivitas pembentukan spot, efek tailing,
pembentukan komet serta laju pergerakan pelarut terutama untuk teknik
descending dan juga kertas seharusnya penolak air. Seringkali nilai Rf berbeda
dari satu kertas ke kertas lainnya. Pengotor yang terdapat pada kertas saring
adalah ion-ion Ca2+, Mg2+, Fe3+, Cu2+ (Basset, 1994).
Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase
yaitu fase gerak dan fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam
terjadi bila molekul-molekul campuran serap pada permukaan partikel-partikel
atau terserap. Pada kromatografi kertas naik, kertasnya digantungkan dari ujung
atas lemari sehingga tercelup di dalam solven di dasar dan solven merangkak ke
atas kertas oleh daya kapilaritas. Pada bentuk turun, kertas dipasang dengan erat
dalam sebuah baki solven di bagian atas lemari dan solven bergerak ke bawah
oleh daya kapiler dibantu dengan gaya gravitasi. Setelah bagian muka solven
selesai bergerak hampir sepanjang kertas, maka pita diambil, dikeringkan dan
diteliti. Dalam suatu hal yang berhasil, solut-solut dari campuran semula akan
berpindah tempat sepanjang kertas dengan kecepatan yang berbeda, untuk
membentuk sederet noda-noda yang terpisah. Apabila senyawa berwarna, tentu
saja noda-nodanya dapat terlihat (Day & Underwood, 1990).
Harga Rf mengukur kecepatan bergeraknya zona realtif terhadap garis
depan pengembang. Kromatogram yang dihasilkan diuraikan dan zona-zona
dicirikan oleh nilai-nilai Rf. Nilai Rf didefinisikan oleh hubungan:

Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik


pemberangkatan (pusat zona campuran awal) ke garis depan pengembang dan
pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun
ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang dicari, contohnya
asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi
dengan membandingkan dengan noda-noda standar (Khopkar, 1990).
Proses pengeluaran asam mineral dari kertas desalting. Larutan
ditempatkan pada kertas dengan menggunakan mikropipet pada jarak 2–3 cm dari
salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal. Setelah kertas
dikeringkan, ia diletakan didalam ruangan yang sudah dijenuhkan dengan air atau
dengan pelarut yang sesuai. Terdapat tiga tehnik pelaksanaan analisis. Pada tehnik
ascending; pelarut bergerak keatas dengan gaya kapiler. Sedangkan ketiga dikenal
dengan cara radial atau kromatografi kertas sirkuler (Basset, 1994).
Kromatografi bergantung pada pembagian ulang molekul-molekul
campuran antara dua fase atau lebih. Tipe-tipe kromatografi absorpsi,
kromatografi partisi cairan dan pertukaran ion. Sistem utama yang digunakan
dalam kromatografi partisi adalah partisi gas, partisi cairan yang menggunakan
alas tak bergerak (misalnya komatografi kolom), kromatografi kertas dan lapisan
tipis ( Svehla, 1979).
Distribusi dapat terjadi antara fase cair yang terserap secara stasioner dan
zat alir bergerak yang kontak secara karib dengan fase cair itu. Dalam
kromatografi partisi cairan, fase cair yang bergerak mengalir melewati fase cair
stasioner yang diserapkan pada suatu pendukung, sedangkan dalam kromatografi
lapisan tipis adsorbennya disalutkan pada lempeng kaca atau lembaran plastik
(Basset, 1994).
BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas beaker, gelas
arloji, kertas saring (kertas Whattman No.1), gelas tabung kecil, pensil, penggaris,
spidol warna, gunting.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah kertas Whatman
no. 1 ukuran 4 x 8 cm, 8 x 10 cm dan 2 x 15 cm, spidol warna coklat, ungu dan
pink, aquades dan alkohol.
B. Cara Kerja
1. Kromatografi Ascending
a. Kertas Whatman no.1 dengan ukuran 4 x 8 cm dan 8 x 10 disiapkan
dan diberi batas (dengan pensil) kira-kira 1 cm dari tiap-tiap ujung
atas dan bawah kertas.
b. Disiapkan dua buah gelas beaker ukuran 75 ml masing-masing diisi
dengan cairan alkohol dan aquades
c. Gelas beker yang berisi cairan ditutup dengan gelas beker yang lebih
besar untuk menstabilkan ruangannya
d. Kertas diberi totolan warna spidol dengan konsentrasi yang sama
antara warna coklat, ungu dan pink
e. Kertas ditempatkan dalam gelas beker yang sudah stabil sambil dijaga
supaya garis bawah kertas tidak mengenai air
f. Kertas didiamkan sampai cairan pelarut mencapai garis batas atas
kertas dan kemudian diangkat
g. Kertas dikeringkan untuk selanjtnya diberi batas dengan pensil pada
tiap-tiap warna yang dihasilkan
h. Jarak perpindahan dari tiap komponen diukur dan dihitung nilai Rf
nya

2. Kromatografi Descending
a. Kertas Whatman no.1 dengan ukuran 2 x 15 cm disiapkan dan diberi
batas (dengan pensil) kira-kira 1 cm dari tiap-tiap ujung atas dan
bawah kertas.
b. Disiapkan dua buah gelas beaker ukuran 75 ml diletakkan secara
terbalik dan diatasnya diletakkan dua buah gelas tabung kecil yang
masing-masing diisi dengan cairan alkohol dan aquades
c. Gelas tabung kecil yang berisi cairan ditutup dengan gelas beker yang
lebih besar untuk menstabilkan ruangannya
d. Kertas diberi totolan warna spidol dengan konsentrasi yang sama
antara warna coklat, dan ungu
e. Kertas ditempatkan dalam gelas tabung yang sudah stabil sambil
dijaga supaya garis bawah kertas tidak mengenai air
f. Ujung kertas diuntaikan kebawah, dan ruangan ditutup dengan gelas
beker yang lebih besar
g. Kertas didiamkan sampai cairan pelarut mencapai garis batas atas
kertas dan kemudian diangkat
h. Kertas dikeringkan untuk selanjutnya diberi batas dengan pensil pada
tiap-tiap warna yang dihasilkan
i. Jarak perpindahan dari tiap komponen diukur dan dihitung nilai Rf
nya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum
1. Kromatografi Ascending
Tabel percobaan kertas saring 4 X 8 cm
Jumlah Jarak
No Sampel Fase gerak Noda Jarak Noda Eluen Rf
Kuning = 1,5 cm 1,5/7 = 0,214
Alkohol 3 Orange = 3 cm 7 cm 3/7 = 0,482
Pink = 5 cm 5/7 = 0,714
1 Cokelat
Pink = 5,2 cm 5,2/7 = 0,742
Air 2 Kuning = 6 cm 7 cm 6/7 = 0,857
Pink = 4,2 cm 4,2/7 = 0,6
Pink = 4,2 cm 4,2/7 = 0,6
Alkohol 2
Ungu = 6 cm 6/7 = 0,857
2 Ungu 7 cm
Pink = 2,2 cm 2,2/7 = 0,314
Air 2
Ungu = 5.5 cm 5,5/7 = 0,785
Alkohol 1 Pink = 5,2 cm 5,2/7 = 0,742
3 Pink 7 cm
Air 1 Pink = 4,7 cm 4,7/7 = 0,671

Tabel percobaan kertas saring 8 X 10 cm


Jumlah Jarak
No Sampel Fase gerak Noda Jarak Noda Eluen Rf
Kuning = 5,3 cm 5,3/7,5 = 0,706
Alkohol 3 Orange = 5,9 cm 7,5 cm 5,9/7,5 = 0,786
1 Cokelat Pink = 5,9 cm 5,9/7,5 = 0,786
Pink = 7,4 cm 7,4/9 = 0,822
Air 2 9 cm
Kuning = 8 cm 8/9 = 0,888
Pink = 5,6 cm 5,6/7,5 = 0,746
Alkohol 2 7,5 cm
Ungu = 6,4 cm 6,4/7,5 = 0,853
2 Ungu Pink = 2,5 cm 2,5/9 = 0,277
Air 2 9 cm
Ungu = 6,6 cm 6,6/9 = 0,733
Alkohol 1 Pink = 6 cm 7,5 cm 6/7,5 = 0,8
3 Pink
Air 1 Pink = 6,3 cm 9 cm 6,3/9 = 0,7

2. Kromatografi Descending
Tabel percobaan kertas saring 2 X 15 cm
Jumlah Jarak
No Sampel Fase gerak Noda Jarak Noda Eluen Rf
8,7/11,3 =
Pink = 8,7 cm 0,769
Alkohol 2 11,3 cm
9,4/11,3 =
Kuning = 9,4 cm 0,831
1 Cokelat
9,7/13,9 =
Pink = 9,7 cm 0,697
Air 2 13,9 cm
12,5/13,9 =
Kuning = 12,5 cm 0,899
7,5/11,3 =
Pink = 7,5 cm 0,663
Alkohol 2 11,3 cm
9,6/11,3 =
Ungu = 9,6 cm 0,849
2 Ungu
2,8/13,9 =
Pink = 2,8 cm 0,201
Air 2 13,9 cm
8,3/13,9 =
Ungu = 8,3 cm 0,597

B. Pembahasan
Dalam percobaan ini digunakan kertas kromatografi sebagai medium
penyerapan larutan pengembang. Kertas tersebut diukur dan secara berturut-turut
ditetesi dengan spidol warna coklat, ungu dan pink. Senyawa-senyawa yang akan
dideteksi berupa blanko warna yang berbeda-beda pada masing-masing warna.
Karena senyawa-senyawa ini memiliki sifat yang polar dan non polar yang dapat
larut dalam pelarut-pelarut polar maupun non polar seperti air dan alkohol, maka
dalam pemisahan dengan metode kromatografi kertas ini digunakan dua pelarut
untuk membandingkan hasilnya.

Dalam percobaan ini digunakan metode ascending, dimana pelarut


maupun komponen akan teradsopsi dan bergerak ke atas dengan gaya kapiler pada
kertas kromatografi, berlawanan dengan gaya gravitasi hingga memenuhi ujung
bagian dari panjang kertas kromatografi tersebut. Dari hasil percobaan didapatkan
jarak gerak pelarut atau larutan pengembang pada masing-masing warna pada
pelarut alkohol berupa, coklat : warna kuning dengan panjang komponen 1,5 cm
dan jumlah Rf 0,214 ; orange dengan panjang komponen 3 cm dan jumlah Rf
0,482 ; dan pink dengan panjang komponen 5 cm dan jumlah Rf 0,714. Pada
warna ungu ddapat : komponen warna pink dengan panjang komponen 4,2 cm dan
jumlah Rf 0,6 ; dan komponen warna ungu dengan panjang komponen 6 cm dan
jumlah Rf 0,857. Pada warna pink didapat : komponen warna pink dengan
panjang komponen 5,2 dan jumlah Rf sebanyak 0,742.

Untuk hasil pada pelarut air, maka didapatkan warna secara berturut-turut,
coklat : warna pink dengan panjang komponen 5,2 cm dan jumlah Rf 0,742 ;
kuning dengan panjang komponen 6 cm dan jumlah Rf 0,857 ; warna pink dengan
panjang komponen 4,2 cm dan jumlah Rf 0,6 . Pada warna ungu didapat :
komponen warna pink dengan panjang kompponen 2,2 cm dan jumlah Rf 0,314 ;
dan komponen warna ungu dengan panjang komponen 5,5 dan jumlah Rf 0,785 .
Pada warna pink didapat : komponen warna pink dengan panjang komponen 4,7
cm dan jumlah Rf 0,671 . Hasil ini yang didapat pada kertas ukuran 4 x 8 cm.

Sedangkan untuk kertas ukuran 8 x 10 cm, didapatkan hasil secara


berturut-turut, pada pelarut alkohol berupa, coklat : warna kuning dengan panjang
komponen 5,3 cm dan jumlah Rf 0,706 ; orange dengan panjang komponen 5,9
cm dan jumlah Rf 0,786 ; dan pink dengan panjang komponen 5,9 cm dan jumlah
Rf 0,786. Pada warna ungu ddapat : komponen warna pink dengan panjang
komponen 5,6 cm dan jumlah Rf 0,746; dan komponen warna ungu dengan
panjang komponen 6,4 cm dan jumlah Rf 0,853. Pada warna pink didapat :
komponen warna pink dengan panjang komponen 6 cm dan jumlah Rf sebanyak
0,8.

Untuk hasil pada pelarut air, maka didapatkan warna secara berturut-turut,
coklat : warna pink dengan panjang komponen 7,4 cm dan jumlah Rf 0,822 ; dan
komponen warna kuning dengan panjang kompponen 8 cm dan jumlah Rf 0,888.
Pada warna ungu didapat : warna pink dengan panjang komponen 2,5 cm dan
jumlah Rf 0,277 komponen warna ungu dengan panjang komponen 6,6 cm dan
jumlah Rf 0,733 . Pada warna pink didapat : komponen warna pink dengan
panjang komponen 6,3 cm dan jumlah Rf 0,7 .
Dalam percobaan ini juga digunakan metode descending, dimana pelarut
maupun komponen akan teradsopsi dan bergerak ke bawah dengan gaya kapiler
pada kertas kromatografi, searah dengan gaya gravitasi hingga memenuhi ujung
bagian dari panjang kertas kromatografi tersebut. Hasil yang dudapatkan paa
pelarut alkohol secara berturut-turut terhadap dua warna adalah, coklat : warna
pink dengan panjang komponen 8,7 cm dan jumlah Rf 0,769 ; dan kuning dengan
panjang komponen 9,4 cm dan jumlah Rf 0,831. Pada warna ungu ddapat :
komponen warna pink dengan panjang komponen 7,5 cm dan jumlah Rf 0,663;
dan komponen warna ungu dengan panjang komponen 9,6 cm dan jumlah Rf
0,849.

Untuk hasil pada pelarut air, maka didapatkan warna secara berturut-turut,
coklat : warna pink dengan panjang komponen 9,7 cm dan jumlah Rf 0,697 ; dan
komponen warna kuning dengan panjang kompponen 12,5 cm dan jumlah Rf
0,899. Pada warna ungu didapat : warna pink dengan panjang komponen 2,8 cm
dan jumlah Rf 0,201 komponen warna ungu dengan panjang komponen 8,3 cm
dan jumlah Rf 0,597.

Dalam perbedaannya pada penggunaan pelarut air dan alkohol, dirasakan


disini bahwasanya komponen dengan pelarut alkohol mudah terurai pada awalnya
dan melambat selang beberapa waktu kemudian. Namun jika menggunakan
pelarut air, maka dirasakan bahwa penguraian komponen warna memakan waktu
yang cukup lama tapii secara konsisten tanpa pelambatan.

Hal ini bisa saja disebabkan oleh pengaruh ruangan yang tidak stabil
dimana alkohol sangat mudah menguap sehingga mempengaruhi proses
penguraian. Namun hal tersebut masih belum dapat dibuktikan dalam praktikum
ini.

Sedangkan untuk penggunaan metode ascending maupun descending,


tidak ditemukan perbedaan yang begitu berarti antara keduanya, dimana kedua
metode ini cukup baik untuk digunakan dalam metode kromatografi kertas ini.
Namun, ditemukan disini bahwa metode descending memerlukan alat dan
ketrampilan lebih dalam pengaplikasiannya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Metode kromaografi kertas sangat mudah digunakan untuk menganalisa
kandungan senyawa suatu larutan. Murah serta tidak membutuhkan biaya yang
berlebih dalam penggunaannya, namun keakuratan penggunaan metode ini mash
kurang, dikarenakan mungkin perbedaan penotolan pada kertas maupun kualtas
kertas dan kondisi ruangan percobaan.
Metode ascending dan descending dapat digunakan keduanya untuk
menganalisa suatu senyawa dalam campuran tanpa ada perbedaan yang signifikan.

B. Saran
Ketika melakukan praktikum ini, diharapkan untuk serus dalam setiap
metodenya. Karena kesalahan yang disebabkan kekurang hati-hatian dalam
melaksanakan metode dapat mengakibatkan kekurang akuratan hasil yang akan
didapat.
DAFTAR PUSTAKA

Alimin, dkk. Buku Dasar Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press, 2007.

Azizahwati, dkk. Analisis “Zat Warna Sintetik Terlarang untuk Makan yang
Beredar di Pasaran”. Jurnal Ilmu Kefarmasia 4, No. 1 (2007), h. 7-25.

Day, R.A. dan L. Underwood. Quantitative Analysis, terj. Iis Sopyan. Analisis
Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga, 2002.

Sumar hendayana. Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2010

Kromatografi Kertas. 2010. http://autumninday.com/ diakses pada tanggal 21


Maret 2016.

Kromatografi Kertas dan Lapis Tipis. 2012. http://foodandsnack.com/ diakses


pada tanggal 21 Maret 2016

Kromatografi Kertas http://awjee.blog.com/2012/11/24/kromatografi-kertas/


diakses pada 22 Maret 2016

Anda mungkin juga menyukai