Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH.

Kekuasaan dalam hubungan interpersonal

Di ajukan untuk memenuhi tugas perkuliahan komunikasi interpersonal

Andre Kurniawan
1601114808
Elisabet Sinaga
1601110923
Yuni Sri Ningsih Manurung
1601122224
Molly Dwitas Rahayu
1601121986

Dosen Pengampu:
Evawani Elysa Lubis, M.Si

Program S1 Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Riau

2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Penyayang, penulis


panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat – Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah – Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah kekuasan dalam komunikasi interpersonal.

Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan maksimal berdasarkan


referensi buku – buku ilmiah, informasi dari segala pihak yang menjadi
narasumber untuk mempelancar dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah kekuasaan dalam


komunikasi interpersonal dapat memberikan manfaatnya untuk mahasiswa
maupun inspirasi terhadapat pembaca.

Pekanbaru, Desember 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIii
DAFTAR GAMBARiii
BAB I PENDAHULUAN1
1.1 Latar Belakang3
1.2 Rumusan Masalah3
1.3 Tujuan Penulisan3

1.4 Manfaat Penulisan3

BAB II PEMBAHASAN4

2.1 Apa itu kekuasaan ? 4

2.2 kekuasaan dan pengaruh antar pribadi 4

2.3 prinsip-prinsip kekuasaaan 15

2.4 sumber kekuasaan 17

2.5 HUBUNGAN KEKUASAAN (POWER) DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL....19

BAB III PENUTUP26

3.1 Kesimpulan26

DAFTAR PUSTAKA2

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Dengan
berkomunikasi,manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam
kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, di dalam
masyarakat atau diman saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak
akan terlibat dalam komunikasi.

Manusia merupakan makhluk sosial, karena itu kehidupan manusia selalu di


tandai dengan pergaulan antar manusia. Pergaulan itu dapat di lakukan dalam
lingkungan keluarga, masyakarakt, sekolah, organisasi sosial dan lain lain.
Pergaulan manusia merupakan salah satu cbentuk komunikasi dalam
masyarakat yang nantinya akan menjadi dasar dalam melakukan hubungan
atau interaksi antar individu, karena komunikasi sangat erat kaitannya dengan
hubungan interpersonal. Dalam bagian ini perlu diketahui tentang pengertian
hubungan interpersonal, tahap tahap hubungan interpersonal, faktor-faktor
yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi
interpersonal,teori-teori hubungan interpersonal dan ciri-ciri hubungan
interpersonal yang baik.

Menurut pearson (1983) manusia adalah makhluk sosial. Artinya kita tidak
mungkin menjalin hubungan dengan diri sendiri, kita selalu menjalin
hubungan dengan orang lain, membentuk interaksi,serta berusaha
mempertahankan interaksi tersebut.

Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua atau lebih,
yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi
yang konsisten. Ketika akan menjalin hubungan interpersonal, akan terdapat
suatu proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal attraction.

Kekuasaan adalah kemampuan bertindak atau memerintah sehingga dapat


menyebabkan orang lain bertindak,pengertian di sini harus meliputi
kemampuan untuk membuat keputusan memengaruhi orang lain dan
mengatasi pelaksaan keputusan itu. Biasanya di bedakan antara kekuasaan
yang berarti dalam kemampuan untu memengaruhi orang lain sehingga dapat
menyebabkan orang lain tersebut bertindak dan wewenang yang berarti hak
untuk memerintah orang lain.

1
Kekuasaan interpersonal merupakan sesuatu yang memungkinkan seseorang
untuk mengontrol perilaku orang lain. Kekuasaan dalam hubungan
interpersonal akan lebih mudah di kenali dalam sebuah diskusi dengan
menggunakan prinsip yang menjelaskan bagaimana kekuasaan beroperasi
dalam hubungan interpersonal dan menawarkan wawasan mengenai
bagaimana anda dapat lebih efektif mengelola kekuasaan.

Kegagalan komunikasi sekunder terjadi,bila isi pesan kita pahami,tetapi


hubungan di antara komunikan menjadi rusak. “ komunikasi interpersonal
yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan interpersonal barangkali
yang paling penting,” (Anita Taylor et al.1977;1987).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu kekuasaan ?
1.2.2 Bagaimana pengaruh kekuasaan dalam komunikasi interpersonal?
1.2.3 Apa hubungan pengaruh kekuasaan dalam komunikasi interpersonal ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui apa itu kekuasaan
1.3.2 Bagaimana pengaruh kekuasaan dalam komunikasi interpersonal
1.3.3 Untuk mengetahui pengaruh kekuasaan dalam komunikasi interpersonal
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa yang ingin mempelajari bagaimana
pengaruh kekuasaan dalam hubungan interpersonal

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Apa itu kekuasaan ?

Kekuasaan adalah kemampuan untuk bertindak atau


memerintah sehingga dapat menyebabkan orang lain bertindak,
pengertian di sini harus meliputi kemampuan untuk membuat keputusan
mempengaruhi orang lain dan mengatasi pelaksanaan keputusan itu.
Biasanya dibedakan antara kekuasaan yang berarti dalam kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain sehingga dapat menyebabkan orang lain
tersebut bertindak dan wewenang yang berarti hak untuk memerintah
orang lain.
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang
atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan
kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi
kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok
untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan
keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan
merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan
berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi (Ramlan
Surbakti,1992).
Kekuasaan dapat didefinisikan sebagai suatu potensi pengaruh dari
seorang pemimpin. Keberhasilan seorang pemimpin banyak ditentukan
oleh kemampuannya dalam memahami situasi serta keterampilan dalam
menentukan macam kekuasaan yang tepat untuk merespon tuntutan
situasi.

2.2 kekuasaan dan pengaruh antar pribadi

Kekuasaan interpersonal merupakan sesuatu yang memungkinkan


seseorang untuk mengontrol perilaku orang lain. Kekuasaan dalam
hubungan interpersonal akan lebih mudah dikenali dalam sebuah diskusi
dengan menggunakan prinsip yang menjelaskan bagaimana kekuasaan

3
beroperasi dalam hubungan interpersonal dan menawarkan wawasan
mengenai bagaimana anda dapat lebih efektif mengelola kekuasaan.
Sebagai esensi dari kekuasaan, pengaruh diperlukan untuk
menyampaikan gagasan, mendapatkan penerimaan dari kebijakan atau
rencana dan untuk memotivasi orang lain agar mendukung dan
melaksanakan berbagai keputusan.
Pengaruh kekuasaan dalam komunikasi antarpribadi:
a. Kekuasaan dapat mempengaruhi apa yang Anda lakukan, ketika Anda
melakukannya, dan dengan siapa Anda melakukannya.
b. Kekuasaan juga dapat mempengaruhi pilihan Anda dalam hubungan
dengan teman, hubungan romantis, hubungan keluarga dan hubungan di
tempat bekerja.
c. Kekuasaan juga mempengaruhi seberapa sukses Anda merasakan
hubungan itu.
d. kekuasaan juga dapat menimbulkan makna "seksi" bagi perempuan
maupun laki-laki (Martin, 2005).

2.3 prinsip-prinsip kekuasaan

Kekuasaan dalam hubungan interpersonal akn lebih mudah


dikenali dalam sebuah diskusi dengan menggunakan prinsip-prinsip yg
menjelaskan bagaimana kekuasaan beroperasi dalam hubungan
interpersonal & menawarkan wawasan mengenai bagaimana anda dapat
lebih efektif mengelola kekuasaan.

1. Beberapa orang lebih berkuasa daripada yang lain

Beberapa orang dilahirkan ke dalam kekuasaan dan beberapa dari


mereka yang tidak dilahirkan dalam kekuasaan namun mereka belajar
untuk mendapatkan kekuasaan itu. Kekuasaan biasanya berbentuk
hubungan, dalam arti bahwa satu pihak yang memerintah dan ada
pihak yang diperintah. Satu pihak yang memberi perintah dan satu
pihak yang mematuhi perintah. Tidak ada persamaan martabat, selalu
yang satu lebih tinggi daripada yang lain dan selalu ada unsur paksaan
dalam hubungan kekuasaan.
Kekuasaan dapat menghasilkan hubungan yang dekat menjadi kekerasan
antarpribadi. suami yang memiliki kekuasaan yang lebih kecil dalam

4
hubungan suami-istri mereka lebih cenderung menjadi kasar terhadap
istri-istri mereka daripada suami yang memiliki kekuasaan yang besar.
Lebih lanjut, bahwa terjadinya kekerasan dalam pernikahan sering kali
disebabkan karena kurang memahaminya seseorang dalam cara
mempengaruhi terhadap satu sama lain.
2. Kekuasaan dapat dibagi
Beberapa orang berpendapat bahwa kekuasaan harus
dijaga, membaginya dengan orang lain maka kita telah menghilangkan
sebagian kekuasaan kita. Namun sebagian orang berpendapat bahwa
dengan membagi kekuasaan, dengan memberdayakan orang lain,
maka sebenarnya kita telah menumbuhkan/menambah kekuasaan kita.
3. Kekuasaan dapat meningkat atau menurun
Anda dapat mempelajari teknik-teknik negosiasi dan meningkatkan
kekuatan anda dalam situasi kelompok. Anda dapat mempelajari prinsip-
prinsip komunikasi dan meningkatkan daya persuasifnya. Namun
kekuatan juga dapat menurun, mungkin cara yang paling umum turunnya
kekuasaan/kekuatan kita adalah dengan gagal mengendalikan perilaku

2.4 Sumber kekuasaan

1. Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan


a. Kekuasaan formal atau Legal (French & Raven 1959)
Contohnya komandan tentara, kepala dinas, presiden atau perdana menteri.
Kendali atas sumber dan ganjaran (French & Raven 1959)
Majikan yang menggaji karyawannya, pemilik sawah yang mengupah
buruhnya, kepala suku atau kepala kantor yang dapat memberi ganjaran kepada
anggota atau bawahannya.
b. Kendali atas hukum (French & Raven 1959)
Kepemimpinan yang didasarkan pada rasa takut. Contohnya perman-preman yang
memunguti pajak dari pemilik toko. Para pemilik toko mau saja menuruti
kehendak para preman itu karena takut mendapat perlakuan kasar. Demikian pula
anak kelas satu SMP yang takut pada senior kelas3 yang galak dan suka memukul
sehingga kehendak seniornya itu selalu dituruti.
c. Kendali atas informasi (Pettigrew, 1972)
Siapa yang menguasai informasi dapat menjadi pemimpin. Contohnya orang yang
paling tahu jalan diantara serombongan pendaki gunung yang tersesat akan

5
menjadi seorang pemimpin. Ulama akan menjadi pemimpin dalam agama. Ilmuan
menjadi pemimpin dalam ilmu pengetahuan.
d. Kendali ekologik (lingkungan)
Sumber kekuasaan ini dinamakan juga perekayasaan situasi .
• Kendali atas penempatan jabatan.
Seorang atasan atau manager mempunyai kekuasaan atas bawahannya karena ia
boleh menentukan posisi anggotanya.
• Kendali atas tata lingkungan.
Kepala dinas tata kota berhak memberi izin bangunan. Orang-orang ini menjadi
pemimpin karena kendalinya atas penataan lingkungan.

2. Kekuasaan yang bersumber pada kepribadian.


Berasal dari sifat-sifat pribadi.
a. Keahlian atau keterampilan (French & Raven 1959)
Contohnya pasien-pasien di rumah sakit menganggap dokter sebagai pemimpin
karena dokterlah yang dianggap sebagai ahli untuk menyembuhkan penyakitnya.
b. Persahabatan atau kesetiaan (French & Raven 1959)
Sifat dapat bergaul, setia kawan atau setia kepada kelompok dapat merupakan
sumber kekuasaan sehingga seseorang dianggap sebagai pemimpin. Contohnya
pemimpin yayasan panti asuhan dipilih karena memiliki sifat seperti Ibu Theresa.
c. Karisma (House,1977)
Ciri kepribadian yang menyebabkan timbulnya kewibawaan pribadi dari
pemimpin juga merupakan salah satu sumber kekuasaan dalam proses
kepemimpinan.

3. Kekuasaan yang bersumber pada politik


a. Kendali atas proses pembuatan keputusan (Preffer & Salanick, 1974)
Ketua menentukan apakah suatu keputusan akan di buat dan dilaksanakan atau
tidak.
b. Koalisi (stevenson, pearce & porter 1985)
Ditentukan hak dan wewenang untuk membuat kerjasama dalam kelompok.
c. Partisipasi (Preffer, 1981)
Pempimpin yang mengatur pastisipasi dari masing-masing anggotanya.
d. Institusionalisasi
Pempimpin agama menikahkan suami istri. Notaris atau hakim menentapkan
berdirinya suatu perusahaan.

6
2.5 HUBUNGAN KEKUASAAN (POWER) DENGAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL

Komunikasi dipengaruhi oleh persepsi kekuasaan kita dalam


berhubungan dengan orang lain dan persepsi kekuasaan orang lain dalam
hubungannya dengan kita. Dalam tiap interaksi komunikasi ada keunikan
kebutuhan tertentu yang bersifat fisik, psikologis dan sosial yang satu
hubungan tergantung pada persepsi hubungan kekuasaan di antara
kedua pihak yang berkomunikasi. French dan Roven membedakan lima
tipe kekuasaan (power) yaitu Coercive Power, Reward
Power, Legitimate Power, Referent Power, Skill Power.

1). Kekuasaan Paksaan (coercive power). Jenis kekuasaan ini mengandung


unsur pemaksaan. Pada konteks ini, seseorang melakukan sesuatu yang
sesungguhnya tidak ingin dilakukan. Tujuan utama dari kekuasaan tipe ini adalah
untuk mendatangkan kepatuhan. Kekuasaan paksaan berkaitan dengan perilaku
hukuman yang mungkin di luar ekspektasi peran normal seseorang. Sumber
kekuasaan ini sering dapat menyebabkan masalah dan dalam keadaan tertentu
dapat cenderung menimbulkan penyalahgunaan. Hal mana kekuasaan dari
pemaksa bisa menyebabkan perilaku tidak sehat dan ketidakpuasan di tempat
kerja. Pada kekuasaan paksaan, sang pemimpin cenderung menggunakan
ancaman dalam gaya kepemimpinan mereka. Bawahan patuh dan taat kadang-
kadang karena takut dipecat atau diturunkan pangkatnya.
2). Kekuasaan balas jasa/imbalan (reward power). Kekuasaan imbalan ini
muncul karena kenyataan menunjukkan bahwa umumnya orang baru mau
melakukan sesuatu bila mereka tahu akan menerima imbalan dari apa yang
dilakukannya itu. Jadi, seseorang akan tanggap dan patuh pada perintah bila ia
memAndang bahwa imbalan yang ditawarkan seseorang atau organisasi
mungkin sekali akan diterimanya. Bentuk-bentuk imbalan yang paling populer
adalah menawarkan kenaikan gaji, promosi, dan atau sekadar pujian. Namun
masalahnya, bila orang tersebut memAndang imbalan yang ia terima memiliki
nilai yang kurang sesuai dengan apa yang diharapkan maka akan melemahkan
kekuasaan dari pihak yang berkuasa.

7
3). Kekuasaan legitimasi (legitimate power) Model kekuasaan legitimasi juga
disebut dengan kekuasaan karena posisi. Kekuasaan legitimiasi muncul karena
seseorang memegang posisi dalam sebuah organisasi sebagai sebuah
kewenangan formal yang didelegasikan kepadanya. Hal ini biasanya disertai
dengan berbagai atribut kekuasaan seperti seragam, kantor, dll. Pada konteks
kekuasaan seperti ini, seseeorang yang posisinya lebih tinggi tentu memiliki
kekuasaan atas pihak yang berkedudukan lebih rendah. Jika bawahan
memAndang penggunaan kekuasaan tersebut sah, artinya sesuai dengan hak-
hak yang melekat, mereka akan patuh. Tetapi jika dipAndang penggunaan
kekuasaan tersebut tidak sah, mereka mungkin sekali akan membangkang.
Batas-batas kekuasaan ini akan sangat tergantung pada budaya, kebiasaan dan
sistem nilai yang berlaku dalam organisasi yang bersangkutan.
4). Kekuasaan panutan (referent power) Kekuasaan panutan merupakan
kemampuan seseorang untuk mempengerahui orang lain dan membangun
loyalitas berdasarkan karisma dan keterampilan interpersonal dari pemegang
kekuasaan tersebut. Seseorang mungkin dikagumi karena sifat pribadi tertentu,
terutama bakat kepemimpinan alamiahnya, dan kekaguman ini menciptakan
kesempatan bagi pengaruh interpersonal. Dengan demikian, karisma orang
tersebut merupakan dasar dari kekuasaan panutan.
5). Kekuasaan karena keahlian (skill power) Kekuasaan karena keahlian ini
berkaitan erat dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh seseorang karena
keterampilan atau keahlian khusus yang dimiliki dimana tidak semua orang
memilikinya. Semakin sulit mencari pengganti orang yang bersangkutan,
semakin besar kekuasaan yang ia miliki. Contoh: seorang dokter ahli kandungan
dan kebidanan dapat menggunakan kekuasaannya untuk meyakinkan pasiennya
untuk melakukan operasi bedah cesar karena pertimbangan keselamatan pasien.
Sementara itu, menurut Mark Orbe dalam Martin dan Nakayama (2004:100),
bahwa dalam setiap komunitas selalu muncul apa yang disebut dengan
hierarki/tingkatan sosial. Kelompok sosial yang berada pada posisi lebih tinggi
seringkali mendominasi atau memegang kendali/kontrol atas kelompok yang
lebih rendah dan kecil. Orbe kemudian menegaskan bahwa kelompok-kelompok
yang memiliki kekuasaan dapat secara sadar ataupun tidak sadar menciptakan
dan memelihara suatu sistem komunikasi yang sedemikian rupa sehingga dapat
memperkuat dan mempromosikan cara pandang dan perilaku komunikasi
mereka.

8
Selanjutnya Martin dan Nakayama (2004:100), membagi dua dimensi dari
kelompok berkaitan dengan kekuasaan:
1. Dimensi primer yang termasuk dalam kategori dimensi primer antara lain usia,
etnis, jenis kelamin, kemampuan/keberadaan fisik, ras, dan orientasi seksual
dimana bersifat permanen dan alamiah.
2. Dimensi sekunder termasuk dalam dimensi sekunder yakni latar belakang
pendidikan, lokasi geografis, status perkawinan, dan status ekonomi. Semua hal
ini bersifat tidak permanen sehingga bisa berubah dan dapat diubah.
Selanjutnya dijelaskan Martin dan Nakayama, kekuasaan bisa juga berasal dari
institusi sosial dan peran atau posisi dari orang tersebut dalam suatu institusi.
Pada konteks seperti ini, orang-orang yang memiliki atau mengendalikan
kekuasaan lebih memiliki kuasa dalam mengendalikan komunikasi.
Contoh: Seorang dosen ketika memberikan kuliah akan memegang kendali
komunikasi karena secara hierarki, ia lebih tinggi dan lebih berkuasa atas
mahasiswa dan mata kuliah yang diasuhnya. Melalui kuasa yang ia miliki
tersebut maka ia dapat menentukan siapa saja yang boleh berbicara, siapa yang
mendapat nilai A, jenis tugas apa yang harus diselesaikan, dan sebagainya.
Karena itulah, Hall dan White (1993:53) menegaskan bahwa perbedaan status
dan kelas sosial sangat berpengaruh terhadap kebebasan orang dalam
menyampaikan ide dan pendapat. Orang-orang yang berstatus sosial lebih
rendah ketika berhadapan dengan orang-orang dengan status dan kelas sosial
yang lebih tinggi biasanya lebih cenderung mengalami kesulitan dalam
menyampaikan pendapat secara bebas dan terus terang. Sebagaimana kita
tahu, pada masa lalu orang berstatus lebih rendah harus menyatakan rasa
hormat kepada atasannya dalam setiap kontak/tatap muka. Hal ini juga bahkan
terjadi ketika tiap orang tahu bahwa si bawahan tidak menyukai atasannya.
Namun kekuasaan itu ditegaskan lagi oleh Martin dan Nakayama, bisa juga
bersifat dinamis. Contohnya, mahasiswa dapat saja meninggalkan kelas
sewaktu-waktu selama kuliah berlangsung. Bahkan sementara profesor memberi
kuliah, mungkin saja ada mahasiswa yang sedang keasyikan ngobrol. Walaupun
pada konteks seperti ini kita bisa berkata bahwa ini adalah kelemahan profesor
yang bersangkutan dalam menggunakan kuasanya untuk mengatasi kelas
selama perkuliahan. Selain itu, kekuasaan juga sedikit kompleks. Kompleksitas
dari kekuasaan itu khususnya dalam kaitannya dengan institusi atau struktur

9
sosial. Ketidaksetaraan dalam hal kelas sosial, jenis kelamin, dan bahkan ras
biasanya lebih sulit untuk diubah bila dibandingkan dengan kekuasaan yang
terjadi karena peran-peran tertentu misalnya sebagai dosen, guru, dll. Dalam
kegiatan komunikasi, kekuasaan juga mempunyai andil dalam menciptakan
efektifitas komunikasi. Pembicaraan/perkataan orang yang mempunyai kuasa,
seringkali lebih didengarkan oleh orang lain. Orang-orang seringkali menaruh
perhatian yang besar terhadap apa yang diucapkan orang yang mempunyai
kekuasaan. Contohnya: perkataan/nasehat orangtua seringkali lebih didengarkan
oleh anak, daripada nasehat dari temannya. Atau contoh lain, kita seringkali
meluangkan waktu untuk duduk dan mendengarkan pidato presiden, sehingga
apa yang dikatakan presiden itu menjadi rujukan bagi perilaku kita. Seperti
halnya komunikasi dengan budaya, maka komunikasi dan kekuasaan pun saling
berhubungan. Kekuasaan bisa jadi dapat diperoleh karena kemampuan
komunikasi yang baik (khususnya expert power, dan referent power). Begitupun
kekuasaan menentukan perilaku komunikasi seseorang. Coba kita amati perilaku
komunikasi seseorang yang mempunyai kekuasaan (misalkan pejabat
pemerintahan) dengan orang yang tidak mempunyai kekuasaan (misalnya buruh
pabrik), tentunya perilaku komunikasi mereka sangat berbeda, dimana seorang
pejabat/atasan biasanya berbicara dengan lebih teratur dan sistematis daripada
seorang buruh.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam komunikasi antar pribadi terdapat salah satu faktor yang


mendukung yaitu power atau kekuasaan interpersonal. Kekuasaan interpersonal
merupakan sesuatu yang memungkinkan seseorang untuk mengontrol perilaku
orang lain. Kekuasaan dalam hubungan interpersonal akan lebih mudah dikenali
dalam sebuah diskusi dengan menggunakan prinsip yang menjelaskan bagaimana
kekuasaan beroperasi dalam hubungan interpersonal dan menawarkan wawasan
mengenai bagaimana anda dapat lebih efektif mengelola kekuasaan.
Tipe kekuasaan tertentu tidaklah bekerja pada isolasi situasi yang
diberikan. Kekuasaan tidak didistribusikan sama dalam hierarki organisasi.
Beberapa individu mempunyai lebih banyak kekuasaan, karena kekuasaan
bukanlah atribut individual, tetapi hasil suatu persepsi. Hubungan interpersonal
dalam organisasi banyak dipengaruhi oleh persepsi kita mengenai kekuasaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Yuki, G. A. dan Wexley, K. N. (2005). Perilaku Organisasi dan Psikologi


Personalia. Cetakan ketiga. Diterjemahkan oleh: Drs. Muh. Shobaruddin. Jakarta:
Rineka Cipta.

Wahjono, S. I. (2010). Perilaku Organisasi.Yogyakarta: Graha Ilmu.

12

Anda mungkin juga menyukai