Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyakit dan gangguan saluran napas masih merupakan masalah terbesar

di Indonesia pada saat ini. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran

pernapasan dan paru seperti infeksi saluran pernapasan akut, tuberkulosis, asma

dan bronchitis masih menduduki peringkat tertinggi. Infeksi merupakan penyebab

yang tersering. Kemajuan dalam bidang diagnostik dan pengobatan menyebabkan

turunnya insiden penyakit saluran pernapasan akibat infeksi. Dilain pihak

kemajuan dalam bidang industri dan transportasi menimbulkan masalah baru

dalam bidang kesehatan yaitu polusi udara. Bertambahnya umur rata-rata

penduduk, banyaknya jumlah penduduk yang merokok serta adanya polusi udara

meningkatkan jumlah penderita (Aditama, 2002).

Bronkitis adalah salah satu kondisi teratas yang mendorong pasien mencari

perawatan medis (Buhagiar, 2009). Hal ini ditandai dengan peradangan pada

saluran bronchial (atau bronkus), saluran udara yang membentang dari trakea ke

dalam saluran udara kecil dan alveoli. Bronkitis ada 2 macam menurut

terminologi lamanya penyakit berdiam didalam tubuh penderita yaitu bronkitis

akut dan bronkitis kronik. Bronkitis akut adalah peradangan pada bronkiolus yang

ditandai oleh sesak napas, mengi, dan hiperinflasi paru (Buhagiar, 2009). Penyakit

bronchitis akut merupakan infeksi 2 respiratorik akut bagian bawah (IRA-B) yang

sering terjadi pada bayi. Sekitar 20% anak pernah mengalami satu episode IRA-B

dengan mengi pada tahun pertama. Angka kejadian rawat inap IRA-B tiap tahun

berkisar antara 3000 sampai 50.000-80.000 bayi (Langley, 2003), kematian sekitar

1
2 per-100.000 bayi (Holman, 2003). Bronkitis akut bersifat musiman, pada

umumnya terjadi pada usia kurang dari 2 tahun dengan puncak kejadian pada usia

6 bulan pertama (Wohl, 2006).

Di Amerika Serikat angka kejadian untuk bronchitis kronik adalah berkisar

4,45% atau 12,1 juta jiwa dari populasi perkiraan yang digunakan 293 juta jiwa.

Sedangkan tingkat prevelensi bronkitis kronik di Mongolia berkisar 122.393

orang dari populasi perkiraan yang digunakan berkisar 2.751.314 juta jiwa. Untuk

daerah ASEAN, Negara Indonesia salah satu negara yang merupakan angka

tingkat prevelensi bronkitis kronik 10.607.561 jiwa dari populasi perkiraan yang

digunakan sebesar 237.865.523 jiwa, untuk Negara Malaysia berada di sekitar

1.064.404 jiwa dari populasi perkiraan yang digunakan sebesar 23.552.482 jiwa

(Meneze, 2010). Asma, bronkitiskronik dan emfisema menduduki peringkat ke-3

(PMR 12,7%) sebagai penyebab angka kesakitan umum di Indonesia setelah

sistem sirkulasi, infeksi, dan parasit (Jamal, 2004).

Batuk dan pilek merupakan tanda dan gejala dimulainya bronkitis. Pada

awalnya hidung mengeluarkan lendir yang tidak dapat dihentikan, batuk tidak

berdahak, dilanjutkan 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna

putih atau kuning, semakin banyak dan bertambah, warna berubah menjadi kuning

atau hijau. Pada usia 0-1 tahun akan menimbulkan masalah dalam mengeluarkan

dahak tersebut, selain itu juga saluran pernapasan menjadi terganggu maka bayi

akan rewel dan sulit untuk minum susu, akhirnya dapat menurunkan berat badan

dan mengganggu tumbuh kembangnya. Upaya dalam menanggulangi gejala-

gejala tersebut disamping obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati

dalam dosis yang berbeda, kerja sama antara dokter, perawat, petugas rontgen,

2
laboraturium dan fisioterapi sangat berpengaruh dan berguna untuk menangani

pasien dengan diagnosis bronkitis (Qarah, 2007).

Fisioterapi menjadi salah satu profesi yang dapat mengatasi dan

bertanggung jawab atas gangguan sesak napas dan retensi sputum dan dapat

berperan pada kondisi tersebut. Dengan modalitas fisioterapi berupa infrared dan

chest therapy dapat digunakan untuk mengurangi sputum, mengurangi sesak

napas mengurangi spasme otot bantu pernapasan, dan meningkatkan kemampuan

fungsional. Modalitas yang digunakan infrared untuk merileksasi otot dan

jaringan di sekitar paru-paru dan chest therapy membantu merangsang

pengeluaran sputum berlebih (Jamal, 2004).

1.2 Rumusan Masalah

Dari hasil analisis latar belakang diatas mengenai masalah bronkitis

kronis, maka penulis mengambil inisiatif untuk menerapkan dan melakukan

asuhan keperawatan dengan bronkitis kronis pada Tn. A.

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk menerapkan proses asuhan

keperawatan pada Tn. A dengan gangguan sistem pernapasan: bronkitis kronis.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bronkitis Kronis

Bronkitis kronis adalah gangguan paru obstruktif yang ditandai produksi

mukus berlebihan di saluran napas bawah dan menyebabkan batuk kronis.

Kondisi ini terjadi setidaknya 3 bulan berturut-turut dalam setahun untuk 2 tahun

berturut-turut (Corwin, Elizabeth J, 2009).

Mukus yang berlebihan terjadi akibat perubahan patologis (hipertrofi dan

hiperlasi) sel-sel penghasil mucus di bronkus. Selain itu, silia yang melapisi

bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan

pada sel penghasil mukus dan sel silia ini mengganggu system eskalator

mukosiliaris dan menyebabkan akumulasi mukus kental dalam jumlah besar yang

sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat

perkembangan mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen.

Proses inflamasi yang terjadi menyebabkan edema dan pembengkakan jaringan

serta perubahan arsitektur di paru, ventilasi, terutama ekshalasi/ekspirasi,

terhambat. Hiperkapnia (peningkatan karbon dioksida) terjadi, karena ekspirasi

memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya inflamasi.

Penurunan ventilasi menyebabkan rasio ventilasi perfusi, yang mengakibatkan

vasokontriksi hipoksia paru dan hipertensi paru. Walaupun alveolus normal,

vasokonstiksi hipoksia dan buruknya ventilasi menyebabkan penurunan

pertukaran oksigen dan hipoksia (Price SA & Wilson LM, 1995).

Risiko utama berkembang bronchitis kronis adalah asap rokok. Komponen

asap rokok menstimulus perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus dan

4
silia. Komponen komponen tersebut juga menstimulasi inflamasi kronis, yang

merupakan cirri khas bronchitis kronis (Muttaqin A, 2008).

2.2 Ciri – ciri Bronchitis Kronik dan Batuk Berulang

Menurut buku karangan Corwin, Elizabeth tahun 2009 menyatakan bahwa

ciri–ciri dari bronkitis kronis adalah sebagai berikut:

1) Asma

2) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronchitis).

3) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi

mycoplasma, chlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.

4) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronchiectasis.

5) Sindrom aspirasi.

6) Penekanan pada saluran napas.

7) Benda asing

8) Kelainan jantung bawaan

9) Kelainan sillia primer

10) Defisiensi imunologis

11) Kekurangan anfa-1-antitripsin

12) Fibrosis kistik

13) Psikis

Tidak seperti bronchitis akut, bronchitis kronis terus berlanjut dan

merupakan penyakit yang serius. Merokok adalah penyebab yang paling

besar, tetapi polusi udara dan debu atau gas beracun pada lingkungan atau

tempat kerja juga dapat berkontribusi pada penyakit ini (Muttaqin A, 2008).

5
2.3 Faktor Resiko Terkena Bronchitis Kronis

Cahyati, 2017 menyatakan bahwa ada memerapa faktor resiko terkena penyakit

bronkitis kronis, antara lain:

o Merokok

o Daya tahan tubuh yang lemah, dapat karena baru sembuh dari sakit atau

kondisi lain yang membuat daya tahan tubuh menjadi lemah.

o Kondisi dimana asam perut naik ke esophagus (gastroesophageal reflux

disease).

o Terkena iritan, seperti polusi, asap atau debu.

2.4 Tanda dan Gejala Penderita Bronkhitis Kronis

a) Sesak napas / Dispnea

Sesak napas atau dispnea adalah perasaan sulit bernapas dan merupakan

gejala yang sering di jumpai pada penderita bronkhitis. Tanda objektif yang dapat

di amati dari sesak napas adalah napas yang cepat, terengah- engah, bernapas

dengan bibir tertarik kedalam (pursed lip), hiperkapnia (berkurangnya oksigen

dalam darah), hiperkapnia atau meningkatnya kadar karbondioksida dalam

darah ((Price SA & Wilson LM, 1995).

b) Napas berbunyi

Bunyi mengi (weezing) adalah suara pernapasan yang di sebabkan oleh

mengalirnya udara yang melalui saluran napas sempit akibat kontriksi atau

ekskresi mucus yang berlebihan (Price SA & Wilson LM, 1995).

c) Batuk dan sputum

6
Batuk adalah gejala paling umum pada penderita bronkhitis, seringkali

pada penderita bronkhitis mengalami batuk- batuk hampir setiap hari serta

pengeluaran dahak sekurang- kurangnya 3 bulan berturut- turut dalam satu

tahun dan paling sedikit 2 tahun (Corwin, Elizabeth J, 2009).

d) Nyeri dada.

Nyeri dada sering sekali terjadi pada penderita bronkitis karena ada

inflamasi pada bronkus. Pada penderita bronkitis rasa nyeri di dada di rasakan

dengan tingkat keparahan penyakit (Cahyati, 2017).

e) Napas cuping hidung

Pada balita dan anak- anak penderita bronkhitis kadang terjadi adanya

napas cuping hidung, tetapi tidak semua penderita bronkhitis mengalami hal

tersebut.Dengan adanya cuping hidung berarti terdapat gangguan pada sistem

pernapasan yang menyebabkan kepayahan dalam bernapas (Muttaqin A, 2008).

2.5 Patofisiologi Bronkhitis Kronis

Bronkhitis kronis dikaraterisi oleh adanya infeksi pada cabang

trakeobrokhial. Infeksi ini menyebabkan hiperemia dan edema pada

memberan mukosa, yang kemudian menyebabkan peningkatan sekresi dahak

bronchial. Karena adanya perubahan memberan mukosa ini, maka terjadi

kerusakan pada epitelia saluran napas yang menyebabkan berkurangnya

fungsi pembersihan mukosilir. Selain itu, peningkatan sekresi dahak

bronchial yang dapat menjadi kental dan liat, makin memperparah gangguan

pembersihan mukosilir. Perubahan ini bersifat permanen, belum diketahui, namun

infeksi pernapasan akut yang berulang dapat berkaitan dengan peningkatan hiper-

7
reaktivitas saluran napas, atau terlibat dalam fatogenesis asma atau PPOK. Pada

umumnya perubahan ini bersifat sementara dan akan kembali normal jika infeksi

sembuh (Price SA & Wilson LM, 1995).

2.6 Manifestasi Klinis Bronkhitis Kronis

Menurut Somantri I, tahun 2007 terdapat beberapa dampak dari adanya

penyakit bronkitis kronis, yaitu:

a) Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)

b) Sesak napas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan.

c) Sering menderita infeksi pernapasan (misalnya flu)

d) Bengek

e) Lelah

f) Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan

g) Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan

h) Pipi tampak kemerahan

i) Sakit kepala

j) Gangguan penglihatan

k) Sedikit demam.

2.7 Komplikasi Bronkhitis Kronis

Didalam buku karangan Muttaqin A tahun 2007, ada beberapa komplikasi

bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain:

a) Bronchitis kronik

8
b) Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering

mengalamiinfeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada

saluran napas bagian ata. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase

sputumnya kurang baik.

c) Pleuritis.

d) Efusi pleura atau empisema

e) Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi

supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian

f) Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena (arteri

pulmonalis), cabang arteri (arteri bronchialis) atau anastomisis

pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali

merupakan tindakan beah gawat darurat.

g) Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran

napas

h) Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-

cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi

arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis

sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi

hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi

gagal jantung kanan.

i) Kegagalan pernapasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis

yang berat da luas

j) Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai

komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami

9
komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta

proteinurea.

2.8 Penatalaksanaan Bronkhitis Kronis

Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada

penderita diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak

sebaiknya hanya diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan

minum banyak cairan.Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya

menunjukkan bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya

berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang

sebelumnya memiliki penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa diberikan

trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan

walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada

penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak

diberikan antibiotic (Corwin Elizabeth J, 2009).

10
2.9 ASUHAN KEPERAWATAN BRONKITIS KRONIS

Tgl MRS : 26-09-2018

No. Registrasi : 24576

Tgl pengkajian : 26-09-2018

Diagnosa medis : Bronkitis

2.9.1 Pengkajian

1. Biodata pasien

Nama : Tn. A

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat : Grujugan - Bondowoso

Umur : 40 tahun

Berat badan : 60 kg

Status : Menikah

Pekerjaan : Buruh pabrik

Agama : Islam

2. Biodata penanggung jawab

Nama : Ny. V

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Grujugan - Bondowoso

Umur : 38 tahun

Status : Menikah

Pekerjaaan : MRT

Agama : Islam

11
3. Riwayat penyakit

a. Keluhan utama

Pasien mengatakan batuk, susah tidur, sesak napas, mual muntah, nyeri dada dan

demam.

b. Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengatakan: batuk, sesak napas, nyeri dada saat memperbaiki halaman

rumah, karena pasien sesak napas, batuk dan nyeri dada istrinya pun membawa

pasien ke rumah sakit dan pihak rumah sakit memberitahukan istri pasien bahwa

pasien menderita penyakit bronkitis.

c. Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengatakan tidak ada dari anggota keluarga yang menderita penyakit

seperti yang di alami sekarang ini.

d. Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit yang di alami

saat ini.

e. Riwayat penyakit lingkungan

Pasien mengatakan lingkungan tempat tinggalnya dekat dengan tempat pabrik,

dan lingkungan sekitar kurang bersih.

f. Riwayat bio-psiko sosial

 Pola makan/nutrisi:

Sebelum sakit : Px mengatakan makan 3x sehari

Saat sakit : Px mengatakan makan 1x sehari

 Pola minum:

Sebelum sakit : Px mengatakan minum 8 gelas sehari

12
Saat sakit : Px mengatakan minum 4 gelas sehari

 Pola eliminasi:

BAB: Sebelum sakit : Px mengatakan BAB lancar

Saat sakit : Px mengatakan BAB tidak lancar

BAK: Sebelum sakit : Px mengatakan BAK lancar

Saat sakit : Px mengatakan BAK tidak lancar

 Pola personal hygiene:

Sebelum sakit : Px mengatakan mandi 2x sehari

Saat sakit : Px mengatakan jarang mandi

 Pola aktivitas:

Sebelum sakit : Px mengatakan sering membersihkan halamn rumah

Saat sakit : Px megatakan jarag beraktivitas

 Pola istirahat tidur:

Sebelum sakit : Px mengatakan tidur 8 jam sehari

Saat sakit : Px mengatakan tidur 3 jam sehari

 Pola psikologis :

Sebelum sakit : Px mengatakan masih sehat dan segar

Saat sakit : Px mengatakan gelisah dan lelah

 Pola riwayat sosial:

Sebelum sakit : Px mengatakan aktif dalam baksos

Saat sakit : Px mengatakan tidak aktif baksos

13
4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Keluhan utama: batuk, susah tidur, sesak napas, mual muntah, nyeri dada dan

demam.

b. Tanda-tanda vital

TD : 120/80

N : 110X/menit

RR : 28X/menit

S : 41ᵒ C

5. Pemeriksaan head to toe

Rambut : kusam, kurang bersih

Mata : cekung, pucat, terdapat kantong mata

Hidung : cuping hidung

Mulut : bibir kering

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Telinga : simetris, tidak ada serumen

Dada : ada tarikan dinding dada

Abdomen : normal

Kulit : pucat, kurang bersih

Ekstermitas atas : terdapat infus RL di tangan kiri dan terdapat

pemasangan oksigen

Ekstermitas bawah : dapat di gerakkan dengan baik

Genetalia : tidak terpasang kateter

14
6. Pemeriksaan Penunjang

Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia.

Laboratorium : Leukosit > 17.500.

Tes fungsi paru-paru : obstruksi paru

Gas darah arteri : paO2 dan paCO2 menurun, pH normal

Pemeriksaan sputum : kental berwarna kuning kehijauan

Volume residu : meningkat

2.9.2 Analisa data

Nama pasien : Tn. A

Umur : 40 tahun

No Data Etiologi Masalah

1 Ds : px Anoreksia – HCL lambung Gangguan pemenuhan

mengatakan meningkat – adanya mual – nutrisi

nafsu makan nafsu makan berkurang –

berkurang, nutrisi tidak terpenuhi

mual

Do : -makan

habis ¼ porsi

-klien tampak

lemah

2 Ds : px Masuknya microbakterium Bersihan jalan napas

mengatakan kesaluran napas - dapat tidak efektif

sesak napas, mengiritasi bronkus – terjadi

15
batuk berdahak peradangan – banyaknya

Do : tuberkel disaluran napas –

-klien tampak menghambat pemasukan

batuk – batuk oksigen ke paru paru –

-RR : timbul sesak dan batuk

14x/permenit berdahak

-Ronchi

3 Ds : px Adanya batuk – merangsang Ganguan pemenuhan

mengatakan susunan safar otonom – istirahat tidur

susah tidur mengaktifkan saraf simpatis

Do : untuk mengaktifkan RAS –

-Frekuensi REM menurun – Klien

tidur 4 jam terbangun/terjaga

/hari terjaga

-Sklera tampak

merah

2.9.3 Diagnosa Keperawatan

Nama : Tn. A

Umur : 40 tahun

Tgl Tgl
NO Diagnosa Keperawatan Paraf
ditegakan teratasi
Gangguan pemenuhan
26 Sept 28 Sept
1 kebutuhan nutrisi berhubungan
2018 2018
dengan anoreksia ditandai

16
dengan:

DS: - Klien mengeluh nafsu

makan berkurang

-Klien mengeluh mual

DO:

-Makan habis ¼ porsi

-klien tampak lemah

Bersihan jalan napas tidak

efektif berhubungan dengan

akumulasi secret yang ditandai

dengan:

DS:
26 Sept 28 Sept
2 -Klien mengeluh batuk
2018 2018
berdahak disertai sesak

DO:

-Klien tampak batuk berdahak

-RR: 14x/menit

-Terdengar suara Ronchi

Gangguan pemenuhan istirahat

dan tidur berhubungan dengan

26 Sept 28 Sept adanya batuk ditandai dengan:


3
2018 2018 DS:

-Klien mengeluh susah tidur

DO:

17
-frekuensi tidur 4 jam /hari

terjaga

-Sklera tampak merah

2.9.4 Intervensi Keperawatan

Tujuan dan
NO Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil

1 Gangguan pemenuhan Setelah dilakukan - Sajikan - Dengan

kebutuhan nutrisi tindakan makanan dalam makanan

berhubungan dengan keperawatan 3×24 keadaan hangat hangat klien

jam diharapkan : dalam bentuk tidak terlalu


anoreksia ditandai
KH : BNTKTP mual
dengan:
1. Nafsu makan - anjurkan klien BNTKTP
DS: - Klien mengeluh
klien kembali minum air berguna
nafsu makan berkurang
normal hangat sebelum untuk
-Klien mengeluh mual
2. Makan habis 1 makan menambah
DO: porsi energi
-Makan habis ¼ porsi 3. Tidak terjadi - Air hangat

-klien tampak lemah mual lagi. dapat

merangsang

peristaltik

usus dan

mencegah

mual

18
2 Bersihan jalan napas Setelah dilakukan - Observasi - untuk

tidak efektif tindakan TTV mengantisipa

berhubungan dengan keperawatan 3×24 - Ajarkan klien si tekanan

jam diharapkan : untuk darah, nadi,


akumulasi secret yang
KH : melakukan respirasi, dan
ditandai dengan:
1. Klien tidak batuk efektif suhu klien
DS:
mengeluh sesak - batuk
-Klien mengeluh batuk
napas lagi efektif dapat
berdahak disertai sesak
2. Batuk berdahak memudahkan
DO: dapat berkurang pengeluaran
-Klien tampak batuk 3. Sekret dapat secret di

berdahak dikeluarkan dalam

-RR: 14x/menit

-Terdengar suara Ronchi

3 Gangguan pemenuhan Setelah dilakukan - Ciptakan - dengan

istirahat dan tidur tindakan lingkungan yang lingkungan

keperawatan 3×24 nyaman dan yang nyaman


berhubungan dengan
jam diharapkan : tenang dan tenang
adanya batuk ditandai
KH : - jelaskan ditujukan
dengan:
1. Klien tidak tentang supaya klien
DS:
mengeluh susah pentingnya dapat tidur
-Klien mengeluh susah
tidur istirahat tidur dengan
tidur
2. Sklera tidak nyenyak
DO: tampak merah - melalui
-frekuensi tidur 4 jam 3. Frekuensi tidur penjelasan

/hari terjaga 7-8 jam /hari tentang

19
-Sklera tampak merah terjaga pentingnya

istirahat tidur

diharapkan

klien dapat

beristirahat

dengan

teratur dan

tepat waktu

sehingga

sklera mata

tidak tampak

merah.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bronkitis kronis adalah gangguan paru obstruktif yang ditandai produksi

mukus berlebihan di saluran napas bawah dan menyebabkan batuk kronis.

Kondisi ini terjadi selam setidaknya 3 bulan berturut-turut dalamsetahun untuk 2

tahun berturut-turut (Somantri I, 2007).

Risiko utama berkembang bronchitis kronis adalah asap rokok. Komponen

asap rokok menstimulus perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus dan

silia (Muttaqin A, 2008).

Cahyati, 2017 menyatakan bahwa ada memerapa faktor resiko terkena

penyakit bronkitis kronis, antara lain:

a. Merokok

b. Daya tahan tubuh yang lemah, dapat karena baru sembuh dari sakit atau

kondisi lain yang membuat daya tahan tubuh menjadi lemah.

c. Kondisi dimana asam perut naik ke esophagus (gastroesophageal reflux

disease).

d. Terkena iritan, seperti polusi, asap atau debu.

21
3.2 Saran

Kesehatan adalah harta yang penting dalam kehidupan kita, maka dari itu

selayaknya kita menjaga kesehatan kita dari kerusakan dan penyakit. Dasar untuk

mencegahnya yaitu mengurangi dan menghindari penggunaan rokok yang

merupakan sumber utama masuknya radikal bebas dalam tubuh. Menghentikan

kebiasaan merokok dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit bronkitis kronis

ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2018. Pendahuluan Pada Penyakit Bronkitis Kronis.


https://www.google.co.id/url?q=http://eprints.ums.ac.id/25-
515/2/04._BAB_I.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwjbhazihtHdAhUEX30KHS
NIAEsQFjACegQIChAB&usg=AOvVaw30Nn5yWdlx1ZJluLyehqu8.
Diakses pada 23 September 2018
Cahyati. 2017. Penanganan Gangguan Sistem Pernapasan Bronkitis Kronis.
https://www.google.co.id/url?q=http://repository.ump.ac.id/72-
4/3/CAHYATI%2520BAB%2520II.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwjoy8C0h
9HdAhXbdysKHcSPAzIQFjADegQICBAB&usg=AOvVaw0_nQpEKw
92LINlmUSI1hXi. Diakses pada 24 September 2018
Corwin, Elizabeth J. 2009. Handbook of Pathophysiology Edisi 3. Buku saku
Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC
Muttaqin A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Prince, Sylvia A & Wilson Lorraine M.. 1995. Pathophysiology Clinical
Consepts of Disease Processes. Edisi 4 Buku 2. Jakarta: EGC
Somantri I. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Unair. 2018. Bronkitis Akut. https://www.google.co.id/url?q=http://spesial-
is1.ika.fk.unair.ac.-id/wp-content/uploads/2017/03/RS06_Bronkitis-
AkutQ.pdf&sa=U&v-ed=2ahUKEwjCxcS_h9HdAhXBwI8KHeM-
6BAQ4ChAWMAJ6BAgGEAE&usg=AOvVaw2fbknY3Ad2KZD5jr7va
PdC. Diakses pada 24 September 2018

23

Anda mungkin juga menyukai